Anda di halaman 1dari 133

PERENCANAAN PENGEMBANGAN LAPANGAN MINYAK “KOY”

LAPISAN “A-13” DENGAN PENAMBAHAN SUMUR INFILL


BERDASARKAN HASIL SIMULASI RESERVOIR

SKRIPSI

OLEH:
LUTFI ABEL BASKARA
113160118

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2020

i
PERENCANAAN PENGEMBANGAN LAPANGAN MINYAK “KOY”
LAPISAN “A-13”DENGAN PENAMBAHAN SUMUR INFILL
BERDASARKAN HASIL SIMULASI RESERVOIR

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Syarat Penulisan Skripsi


untuk Meraih Gelar Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Disusun Oleh:
LUTFI ABEL BASKARA
113160118

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2020

ii
PERENCANAAN PENGEMBANGAN LAPANGAN MINYAK “KOY”
LAPISAN “A-13”DENGAN PENAMBAHAN SUMUR INFILL
BERDASARKAN HASIL SIMULASI RESERVOIR

SKRIPSI

OLEH:
LUTFI ABEL BASKARA
113160118

Disetujui untuk Jurusan Teknik Perminyakan


Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Hariyadi, ST., MT Ir. Joko Pamungkas, MT

iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya menyatakan bahwa judul dan keseluruhan isi dari Skripsi ini adalah
asli karya ilmiah saya, dan saya menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan saya
berkonsultasi dengan dosen pembimbing hingga menyelesaikan Skripsi ini tidak
pernah melakukan penjiplakan (plagiasi) terhadap karya orang atau pihak lain, baik
karya lisan maupun tulisan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Saya menyatakan bahwa apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi
saya ini mengandung unsur penjiplakan (plagiasi) dari pihak lain, maka sepenuhnya
menjadi tanggung jawab saya, diluar tanggung jawab Dosen Pembimbing saya.
Oleh karenanya, saya sanggub bertanggung jawab secara hukum dan bersedia
dibatalkan atau dicabut gelar kesarjaanaan saya oleh Otoritas atau Rektorat
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

Yogyakarta, 1 Juli 2020

Lutfi Abel Baskara


NIM. 113160118

Informasi Kontak
No. Telefon/HP : 0877 5871 6663
Alamat E-Mail : luthfiabel23@gmail.com
Nama dan Alamat Orang Tua : Baskara Catur Raharjo, S.KM., M.M.
Jl. Gunung Krakatau, Bangunsari,
Kabupaten Pacitan, Jawa Timur

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya buat untuk semua orang yang telah berperan serta dalam
pembuatan Komprehensif ini, Komprehensif ini saya persembahkan untuk :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya
diberikan kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan laporan resmi
ini.
2. Ayah, Mama serta Adik perempuan saya yang telah memberikan dukungan
moril maupun materiil serta kasih sayang yang tak terhingga.
3. Sahabat-sahabat tergila yang menyemangati, membantu, dan sekaligus
menyusahkan saya (dalam porsi yang paling besar), The KTDZ dan Kang
Beling.
4. Burjo Kebon yang menjadi tempat pelarian saya sampai saat ini untuk
mencari inspirasi.
5. SPEARHEADS, sebagai teman-teman seperjuangan sekaligus teman-teman
seangkatan.

“Berjalan Tak Seperti Rencana Adalah Hal yang Sudah Biasa, Jalan Satu-
satunya adalah Jalani Sebaik Kamu Bisa”- GAS!, FSTVLST

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “PERENCANAAN PENGEMBANGAN LAPANGAN
MINYAK “KOY” LAPISAN “A-13” DENGAN PENAMBAHAN SUMUR
INFILL BERDASARKAN HASIL SIMULASI RESERVOIR”.

Dengan telah selesainya penulisan skripsi ini, Penulis ingin menyampaikan


penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Mohamad Irhas Effendi, M.S., selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta,
2. Dr. Ir. Sutarto, MT., selaku Dekan Fakultas Teknologi Mineral,
3. Dr. Boni Swadesi, ST., MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Perminyakan,
4. M. Th. Kristiati EA, ST., MT., selaku Sekretaris Jurusan Teknik
Perminyakan,
5. Hariyadi, ST.MT., selaku Koordinator Program Studi dan Dosen
Pembimbing 1,
6. Ir. Joko Pamungkas, MT., selaku Dosen Pembimbing 2
7. Seluruh staff pengajar Jurusan Teknik Perminyakan UPN “Veteran”
Yogyakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu saran yang bersifat membangun sangatlah
penulis harapkan guna penyempurnaan penulisan komprehensif ini. Atas
perhatiannya, penulis mengucapkan terimakasih dan semoga komprehensif ini
dapat berguna bagi kita semua.

Yogyakarta, 1 Juli 2020

Lutfi Abel Baskara

vi
RINGKASAN

Lapangan “KOY” merupakan salah satu lapangan minyak yang masuk ke


dalam wilayah Blok “Y”. Lapangan ini terletak di Provinsi Riau. Reservoir utama
pada lapangan ini adalah Formasi Lakat, dimana formasi ini terdiri dari Lakat A-
13, B-13, C-13, D-13, dan E-13, dimana Lapisan A-13 menjadi sasaran studi
simulasi reservoir.
Lapisan A-13 pada Lapangan “KOY” mulai diproduksikan sejak bulan
Desember 1970 dengan kumulatif produksi minyak hingga bulan Desember 2018
sebesar 4.65 MMSTB. Jumlah sumur pada Lapisan A-13 sampai akhir Desember
2018 terdiri dari 8 sumur produksi, 1 sumur injeksi, 9 sumur plug and abandoned,
dan 3 sumur shut-in.
Studi simulasi reservoir pada penelitian ini dikerjakan sesuai dengan
tahapan pengumpulan dan pengolahan data, input data, perhitungan Original Oil in
Place (OOIP), inisisalisasi, history matching, dan dilanjutkan dengan prediksi
dengan berbagai skenario.
Perhitungan Original Oil in Place (OOIP) untuk Lapisan A-13 sebesar
17,927 MSTB. Untuk perhitungan Recovery Factor (RF) Lapisan A-13
menggunakan persamaan J.J. Arps untuk water drive reservoir, didapatkan
besarnya cadangan yang dapat diproduksikan adalah sebesar 54.79% atau sebesar
9,821.86 MSTB.
Pada perencanaan letak sumur infill, diusulkan tujuh titik letak sumur infill.
Adapun skenario yang direncanakan adalah: Basecase dan Skenario I, Basecase +
pemboran sumur infill , yaitu sumur LAB-1, LAB-2, LAB-3, LAB-4, LAB-5, LAB-
6, dan LAB-7. Sumur infill tersebut dilakukan ranking berdasarkan laju produksi
awal (Qoi), dan kumulatif produksinya (Np). Dari hasil ranking tersebut, dapat
diketahui nilai OPU minimal yang diperlukan untuk mendapatkan Qoi yang berada
diatas QoiLimit yaitu sebesar 5.33 ft dimana akan menghasilkan laju produksi minyak
awal sebesar 124.06 BOPD.
Urutan penambahan sumur yang dilakukan adalah LAB-1 dengan Qoi
sebesar 194.21 BOPD, LAB-2 dengan Qoi sebesar 169.52 BOPD, LAB-3 dengan
Qoi sebesar 148.47 BOPD, LAB-4 dengan Qoi sebesar 132.59 BOPD, dan yang
terakhir adalah sumur LAB-5 dengan Qoi sebesar 124.06 BOPD. Dengan
melakukan Skenario I-E, maka akan mendapatkan penambahan Np sebesar
2,400.19 MSTB dan penambahan RF sebesar 13.3%. Sehingga akan memberikan
kumulatif produksi minyak total sebesar 7,059.6 MSTB dengan recovery factor
sebesar 39%.

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
RINGKASAN ................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan ............................................................ 1
1.3. Batasan Masalah ................................................................. 2
1.4. Metodologi Penelitian ......................................................... 2
1.5. Hasil Penelitian ................................................................... 4
1.6. Sistematika Penelitian ......................................................... 4
BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN ............................................. 5
2.1. Letak Geografis Lapangan .................................................... 5
2.2. Geolgoi Regional Lapangan .................................................. 5
2.2.1. Statigrafi Lapangan “KOY”....................................... 5
2.2.2. Struktur Geolofi Lapangan “KOY” ............................ 9
2.3. Karakteristik Reservoir ......................................................... 10
2.3.1. Sifat Fisik Batuan Reservoir ...................................... 10
2.3.2. Sifat Fisik Fluida Reservoir ....................................... 16
2.3.3. Kondisi Reservoir ...................................................... 18

viii
DAFTAR ISI
(lanjutan)

Halaman
2.3.4. Sejarah Produksi........................................................ 19
BAB III. DASAR TEORI SIMULASI UNTUK PENAMBAHAN SUMUR
INFILL ......................................................................................... 20
3.1. Infill Drilling ........................................................................ 20
3.2. Radius Pengurasan Sumur Existing ....................................... 21
3.3. Konsep Simulasi Reservoir ................................................... 22
3.3.1. Persiapan Data........................................................... 24
3.3.2. Pengolahan Data........................................................ 26
3.3.2.1. Rock Region.................................................. 26
3.3.2.2. Permeabilitas Relatif ..................................... 30
3.3.2.2. Tekanan Kapiler ........................................... 36
3.3.2.3. Pengolahan Data PVT ................................... 38
3.3.3. Input Data ................................................................. 40
3.3.4. Validasi Model .......................................................... 41
3.3.4.1. Inisialisasi ..................................................... 41
3.3.4.2. History Matching .......................................... 42
3.3.4.3. PI Matching .................................................. 43
3.3.4.4. Prediksi......................................................... 43
3.4. Perhitungan Cadangan Reservoir dengan Metode
Volumetrik............................................................................ 45
3.4.1. Perkiraan OOIP dengan Metode Volumetrik ............. 45
3.4.2. Perkiraan Recovery Factor dan Cadangan Sisa .......... 46
3.5. Penentuan Lokasi Sumur Infill Optimum .............................. 48
3.5.1. Hydrocarbon Pore Volume ........................................ 48
3.5.2. Flow Rate Capability................................................. 49

ix
DAFTAR ISI
(Lanjutan)

Halaman
3.5.3. Oil per Unit Area ...................................................... 50
BAB IV. STUDI SIMULASI RESERVOIR LAPISAN A-13 LAPANGAN
“KOY” ......................................................................................... 52
4.1. Pengolahan Data Reservoir ................................................... 52
4.1.1. Penentuan Rock Region ............................................. 52
4.1.2. Pengolahan Data Special Core Analysis..................... 55
4.1.2.1. Penentuan End-point Data SCAL .................. 55
4.1.2.2. Permeabilitas Relatif ..................................... 59
4.1.2.3. Tekanan Kapiler ........................................... 67
4.2. Pengolahan Data PVT ........................................................... 75
4.3. Drive Mechanism .................................................................. 75
4.4. Analisa Model Simulasi Reservoir ........................................ 76
4.4.1. Model Geologi ............................................................ 77
4.5. Analisa Inisialisasi ................................................................ 81
4.6. Analisa History Matching ..................................................... 83
4.7. Analisa PI Matching ............................................................. 86
4.8. Prediksi................................................................................. 87
4.8.1. Perhitungan Recovery Factor dengan
Metode J.J. Arps ....................................................... 87
4.8.2. Q Initial..................................................................... 88
4.8.3. Q Limit ...................................................................... 89
4.8.4. Distribusi Oil Per Unit Area ...................................... 90
4.9. Skenario Perencanaan Penambahan Sumur Infill ................... 94
4.9.1. Basecase ................................................................... 95
4.9.2. Skenario I .................................................................. 95

x
DAFTAR ISI
(Lanjutan)

Halaman
BAB V. PEMBAHASAN........................................................................... 107
BAB VI. KESIMPULAN ............................................................................ 114
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 115
LAMPIRAN .................................................................................................. 117

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Peta Lokasi Lapangan “KOY” ................................................... 5
Gambar 2.2. Kolom Statigrafi Cekungan Sumatera Tengah ............................ 6
Gambar 2.3. Petroleum System pada Cekungan Sumatera Tengah................... 9
Gambar 2.4. Peta Elemen Tektonik Cekungan Sumatera Utara......................... 10
Gambar 2.5. Kurva Permeabilitas Relatif Sampel Core pada Lapisan A-13
Lapangan “KOY”......................................................................... 15
Gambar 2.6. Sejarah Tekanan Reservoir Lapisan A-13..................................... 18
Gambar 2.7 Laju Produksi Lapisan A-13 Lapangan “KOY”............................ 19
Gambar 3.1. Contoh Bubble Map .................................................................. 22
Gambar 3.2. Contoh Penentuan Rock Region dengan Hasil Distribusi
S wi 3D Model ................................................................................27

Gambar 3.3. Contoh Penentuan Rock Region yang Dibagi Per-Reservoir..........28


Gambar 3.4. Contoh Penentuan Rock Region dengan Hasil Distribusi Data
Permeabilitas .................................................................................29
Gambar 3.5. Contoh Penggunaan Rock Region yang Telah Diaplikasikan
ke 3D Model ................................................................................29
Gambar 3.6. Contoh Kurva Normalisasi Permeabilitas Relatif pada Sistem
Minyak-Air ....................................................................................32
Gambar 3.7. Kurva De-normalisasi Permeabilitas Relatif Pada Sistem
Minyak-Air ................................................................................33
Gambar 3.8. Contoh Normalisasi Kurva Permeabilitas Relatif pada Sistem
Gas-Minyak ............................................................................. 35
Gambar 3.9. De-normalisasi Kurva Permeabilitas Sistem Gas-Minyak ............ 36
Gambar 3.10. Kurva Tekanan Kapiler Sistem Minyak-Air ................................. 38
Gambar 3.11. Kurva Oil Relative Volume......................................................... 39
Gambar 3.12. Kurva Kelarutan Gas dalam Minyak ......................................... 39
Gambar 3.13. Kurva Viskositas Minyak.............................................................. 40

xi
DAFTAR GAMBAR
(Lanjutan)

Halaman

Gambar 3.14. Parameter History Matching.......................................................... 43


Gambar 3.15. Contoh Peta Distribusi Flow Rate Capability................................49
Gambar 3.16. Contoh Peta Oil Per Unit Area (OPU)........................................ . 51
Gambar 4.1. Penentuan Rock Region untuk Lapisan A-13 pada
Lapangan “KOY”......................................................................52
Gambar 4.2. Kurva S wc vs k pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY” .................55
Gambar 4.3. Kurva S wi vs Kro@S wi pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY” .......55
Gambar 4.4. Kurva S or vs S wi pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY” ................56
Gambar 4.5. Kurva S wc vs Krw@S or pada Lapangan “KOY” ............................56
Gambar 4.6. Penarikan Trendline Permeabilitas untuk Masing-masing
Rock Region..............................................................................57
Gambar 4.7. Penarikan Trendline Swi¬ untuk Masing-masing Rock Region....57
Gambar 4.8. Penarikan Trendline Krw@Sor¬ untuk Masing-masing
Rock Region..............................................................................58
Gambar 4.9. Penarikan Trendline Kro@Swc¬ untukMMasing-masing
Rock Region..............................................................................58
Gambar 4.10. Kurva Normalisasi Sistem Air-Minyak pada Lapisan A-13
Lapangan “KOY” .....................................................................62
Gambar 4.11. Kurva Normalisasi Sistem Air-Minyak pada Lapisan A-13
Lapangan “KOY”......................................................................... 64
Gambar 4.12. Kurva De-normalisasi Sistem Minyak-Air Pada Lapisan A-13
Lapangan “KOY”..........................................................................65
Gambar 4.13. Kurva Tekanan Kapiler Setiap Sampel Core Lapisan A-13
Lapangan “KOY” .................................................................. 67
Gambar 4.14. Kurva Normalisasi Lavarett J-Function pada Lapisan A-13
Lapangan “KOY” ................................................................ .. 71
Gambar 4.15. Hasil De-normalisasi Pc untuk setiap rock region pada
Lapisan A-13 Lapangan “KOY” ........................................... 73
Gambar 4.16. Penentuan Drive Mechanism Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
Dengan Metode Ganesh Thakur ........................................... 76
Gambar 4.17. Peta Grid Top Lapisan A-13 Lapangan ”KOY” ..........................77
Gambar 4.18. Peta Net to Gross Lapisan A-13 Lapangan “KOY” .....................78
Gambar 4.19. Peta Isoporositas Lapisan A-13 Lapangan “KOY”......................79

xii
DAFTAR GAMBAR
(Lanjutan)

Halaman
Gambar 4. 20. Peta Isopermeabilitas Lapisan A-13 Lapangan “KOY” ....... 79
Gambar 4. 21. Peta Isosaturasi Minyak Lapisan A-13 Lapangan “KOY” ........80
Gambar 4. 22. Peta Isosaturasi Air Lapisan A-13 Lapangan “KOY” ........80
Gambar 4. 23. Peta Distribusi Tekanan pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY” . 81
Gambar 4. 24. Kurva Pc vs S w Setelah Dilakukan Inisialisasi ....................82
Gambar 4. 25. Kurva Kr vs S w Setelah Dilakukan History Matching.................. 84
Gambar 4. 26. Kurva Laju Produksi Liquid Setelah History Matching.............. 85
Gambar 4. 27. Kurva Laju Produksi Minyak Setelah History Matching............ 85
Gambar 4. 28. Kurva Laju Produksi Air Setelah History Matching................... 86
Gambar 4. 29. Kumulatif Produksi Minyak Pada Kondisi Aktual vs Simulasi
Setelah History Matching............................................................ 86
Gambar 4. 30. Laju Produksi Minyak Sumur K-1 Setelah PI Matching ........... 87
Gambar 4. 31. Trendline Laju Produksi Minyak Sumur Existing pada
Lapisan A-13 Lapangan “KOY”dengan Metode Qo peak............ 89
Gambar 4. 32. Trendline Laju Produksi Minyak Sumur Existing
pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY” dengan Metode PI...... 89
Gambar 4. 33. Peta Hydrocarbon Pore Volume Lapisan A-13 Lapangan
“KOY” Sebelum Dilakukan Prediksi...................................... 91
Gambar 4. 34. Peta Flowrate Capability Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
Sebelum Dilakukan Prediksi.................................................... 92
Gambar 4. 35. Peta Oil Per Unit Area Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
Sebelum Dilakukan Prediksi...................................................... 93
Gambar 4. 36. Laju Produksi Minyak Lapisan A-13 dengan Basecase............. 98
Gambar 4. 37. Laju Produksi Liquid Lapisan A-13 dengan Skenario 1............ 98
Gambar 4. 38. Kumulatif Produksi Minyak Lapisan A-13 pada Skenario 1.........99
Gambar 4. 39. Laju Produksi Minyak Lapisan A-13 dengan Penambahan
Sumur Infill................................................................................. 99
Gambar 4. 40. Kumulatif Produksi Minyak Lapisan A-13 dengan
Penambahan Sumur Infill ..................................................... 100
Gambar 4. 41. Laju Produksi Minyak pada Sumur Infill LAB-1........................ 100
Gambar 4. 42. Laju Produksi Minyak pada Sumur Infill LAB-2...................... 101
Gambar 4. 43. Laju Produksi Minyak pada Sumur Infill LAB-3...................... 101
Gambar 4. 44. Laju Produksi Minyak pada Sumur Infill LAB-4...................... 102

xiii
DAFTAR GAMBAR
(Lanjutan)

Halaman
Gambar 4. 45. Laju Produksi Minyak pada Sumur Infill LAB-5...................... 102
Gambar 4. 46. Grafik Kumulatif Produksi Tiap Penambahan Sumur Infill
pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”....................................... 103
Gambar 4. 47. Peta Oil Per Unit Area Lapisan A-13 Lapangan “KOY” ......104

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel II-1. Data Routine Core Analysis Lapangan “KOY”............................... 11
Tabel II-2. End-Point Data Sistem Minyak-Air Lapangan “KOY”................... 12
Tabel II-3. Data Permeabilitas Relatif Sistem Minyak-Air Lapangan “KOY” ... 13
Tabel II-4. Data End-Point Tiap Sampel Batuan pada Lapangan “KOY” ......... 14
Tabel II-5. Data Tekanan Kapiler Lapangan ”KOY” ....................................... 16
Tabel II-6. Data Inisial Lapangan KOY .......................................................... 16
Tabel II-7. Data Test PVT .............................................................................. 17
Tabel II-8. Sejarah Tekanan Lapisan A-13 ...................................................... 18
Tabel III-1. Contoh Tabulasi End-Point Data Pada Sistem Air-Minyak.............. 30
Tabel III-2. Contoh Tabulasi End-Point Data Pada Sistem Gas-Minyak............. 33
Tabel IV-1. Range Nilai Permeabilitas untuk Setiap Rock Region Pada
Lapisan A-13 Lapangan “KOY” .................................................... 53
Tabel IV-2. Pemetaan Well dan Rock Region pada Lapisan A-13
Lapangan ”KOY” ......................................................................... 53
Tabel IV-3. Pemetaan Key Well dan Rock Region pada Lapisan A-13
Lapangan ”KOY” ......................................................................... 54
Tabel IV-4. End-Point Data Setiap Rock Region pada Lapisan A-13
Lapangan “KOY” ......................................................................... 59
Tabel IV-5. Hasil Normalisasi Permeabilitas Relative Sistem Minyak-Air
pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY” ............................................ 60
Tabel IV-6. Hasil Perhitungan harga K*ro dan K*rw Rata-Rata
Lapisan A-13 Lapangan “KOY” .................................................... 63
Tabel IV-7. Hasil Perhitungan De-normalisasi Sistem Minyak-Air
Lapisan A-13 Lapangan “KOY” .................................................... 66
Tabel IV-8. Hasil Normalisasi Pc dengan metode Lavarett J-Function
pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY” ............................................ 69
Tabel IV-9. Hasil Perhitungan Normalisasi Lavarett J-Function

xiv
DAFTAR TABEL
(Lanjutan)

Halaman
pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”” .......................................... 72
Tabel IV-10. Hasil De-normalisasi Pc untuk Setiap Rock Region pada
Lapisan A-13 Lapangan “KOY” .................................................... 74
Tabel IV-11. Pengolahan Data Tekanan Reservoir dan Produksi untuk Menentukan
Drive Mechanism Metode Ganesh Thakur ...................................... 75
Tabel IV-12. Deskripsi Model Reservoir Lapisan A-13 Lapangan “KOY” .......... 77
Tabel IV-13. Ringkasan Hasil Inisialisasi Lapisan A-13 Lapangan “KOY” ......... 81
Tabel IV-14. Ringkasan Hasil History Matching Lapisan A-13
Lapangan “KOY” ......................................................................... 83
Tabel IV-15. Skenario Prediksi untuk Penentuan Jumlah Sumur Infill
pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY” ............................................ 94
Tabel IV-16. Ranking dan Prediksi Kumulatif Produksi untuk Masing-masing
Sumur Infill .................................................................................. 97
Tabel IV-17. Penambahan Np dan Recovery Factor untuk Setiap Skenario........... 97
Tabel IV-18. Waktu Pelaksanaan Usulan Penambahan Titik Sumur Infill ............ 98
Tabel VI-1. Ranking dan Prediksi Kumulatif Produksi untuk Masing-masing
Sumur Infill .................................................................................. 111

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lapangan “KOY” merupakan lapangan yang terletak pada Blok “Y”,
Provinsi Riau, Cekungan Sumatera Tengah. Formasi Lakat merupakan reservoir
utama pada lapangan ini. Pada formasi tersebut terdapat Lapisan A-13 yang
menjadi sasaran utama studi simulasi reservoir.
Berdasarkan laporan carangan terbaru, Lapangan “KOY” Lapisan A-13
mempunyai total Original Oil in Place (OOIP) sebesar 17,927 MSTB. Lapisan A-
13 mulai diproduksikan sejak November 1970 dengan kumulatif produksi minya k
(sampai Desember 2018) mencapai 4,646.84 MSTB dan current recovery factor
sebesar 25.92% (kumulatif produksi air 27,863.96 Mbbl). Sedangkan kumulatif
produksi gas dan injeksi air tidak tercatat.
Berdasarkan perhitungan, current recovery factor pada Lapangan ”KOY”
masih kecil dan masih banyak luasan area hidrokarbon yang belum terkuras. Maka
untuk meningkatkan current recovery factor dapat dilakukan perencanaan
pengembangan lapangan dengan penambahan sumur infill.
Hasil studi simulasi reservoir akan digunakan untuk mengetahui lokasi
optimum sumur infill dan dapat memaksimalkan perolehan hidrokarbon dalam
suatu lapangan.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari penulisan Skripsi ini adalah untuk melakukan perencanaan
penambahan sumur pengembangan berdasarkan peta oil potensial unit dengan
menggunakan simulasi reservoir pada lapangan “KOY” guna meningkatkan
recovery.

1
2

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengatahui titik penambahan sumur
infill yang dapat meningkatkan recovery factor pada lapisan A-13 pada lapangan
“KOY”.
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penulisan skripsi ini, yaitu:
1 Menggunakan model statis ( 3D geology model) yang telah tersedia (input
data model struktur dan property reservoir) dan data sejarah produksi
(November 1970 – Desember 2018),
2 Studi simulasi reservoir Lapangan “KOY” pada Lapisan A-13
menggunakan simulator Computer Modelling Group (CMG) 2015.10,
3 Melakukan simulasi skenario pengembangan lapangan berupa penambahan
sumur infill berdasarkan peta oil potential unit, dan
4 Tidak memperhitungkan faktor keekonomian.
1.4. Metodologi Penelitian
1. Mengumpulkan model statik 3D Reservoir yang didapatkan dari studi
geologi dan geofisika.
2. Mengumpulkan, menganalisa dan menyelaraskan data uji PVT fluida
reservoir, meliputi specific gravity, tekanan bubble, kelarutan gas dalam
minyak (Rs), faktor volume formasi, dan densitas.
3. Mengolah data batuan reservoir dari special core analysis (SCAL) meliputi
porositas batuan, permeabilitas absolut dan permeabilitas relatif batuan,
saturasi fluida, tekanan kapiler, kompresibilitas batuan.
4. Mengumpulkan data produksi berupa laju alir minyak, air dan gas serta
kumulatif produksi dan kumulatif injeksi (apabila ada).
5. Melakukan proses inilisasi untuk menyelaraskan atau melakukan validasi
inplace simulasi reservoir dengan inplace geologi.
6. Melakukan history matching (penyelarasan data tekanan dan data produksi),
serta menentukan production constraint dan prediksi.
7. Melakukan analisa peta radius pengurasan sumur existing (re) pada kondisi
actual berdasarkan hasil simulasi reservoir.
3

8. Melakukan analisa distribusi hydrocarbon pore volume (HCPV) dan flow


capability untuk melihat daerah dengan Oil per Unit Area (OPU) yang
tinggi berdasarkan hasil simulasi reservoir.
9. Melakukan perkiraan lokasi titik infill yang baru.
10. Menghitung incremental oil setelah dilakukan penambahan sumur infill.
Untuk memperjelas pemahaman terhadap metodologi ini, disajikan pada
Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Flowchart Proses Studi Simulasi Reservoir untuk


Pengembangan Lapangan Minyak dengan Penambahan Sumur Infill.
(Modified from : Dadang Rukmana-BPMIGAS)
4

1.5. Hasil Penelitian


Hasil studi menunjukkan bahwa penambahan empat sumur pengembangan
merupakan jumlah sumur sumur pengembangan optimum untuk Lapangan “KOY”
Lapisan A-13. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan salah satu bahan
pembelajaran dan pertimbangan apabila akan dilakukan pengembangan lapangan
lebih lanjut.
1.6. Sistematika Penulisan
Pada penulisan skripsi ini, penulis menggunakan sistem pembagian materi
menjadi enam bab. Untuk urain per-babnya adalah sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan, merupakan pengantar yang mencakup latar belakang dan tujuan
pengambilan materi dan pokok bahasan yang diteliti; BAB II Tinjauan Umum
Lapangan, mendeskripsikan keadaan lapangan kajian meliputi letak geografis
hingga karakeristik batuan dan fluida reservoir; BAB III Dasar Teori Simulasi
Untuk Penambahan Sumur Infill, yang menjelaskan tentang teori-teori dasar
yang digunakan untuk memecahkan permasalahan selama penelitian; BAB IV
Studi Simulasi Reservoir Lapisan A-13 Lapangan “KOY”, berisi penjelasan
mengenai penelitian yang dilakukan pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”, dimana
dalam penelitian digunakan simulasi reservoir sebagai sarana untuk
mengaplikasikan proses perencanaan pengembangan lapangan; BAB V
Pembahasan, yang mendiskusikan hasil pengolahan data dari hasil penelitian yang
telah dijelaskan pada bab sebelumnya; dan BAB VI Kesimpulan, berisi
kesimpulan yang diperoleh selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini,
BAB II
TINJAUAN UMUM LAPANGAN

2.1. Letak Geografis Lapangan


Lapangan “KOY” terletak pada Blok “Y”, Provinsi Riau. Lapangan ini
mulai ditemukan pada bulan November tahun 1970 Letak lapangan migas
“KOY” dapat dilihat pada Gambar 2.1.

“Y” Block

Gambar 2.1. Peta Lokasi Lapangan “KOY”


(Draft POFD Lapangan “KOY”, 2018)

2.2. Geologi Regional Lapangan


2.2.1. Statigrafi Lapangan “KOY”
Blok “Y” terletak di Cekungan Sumatera Tengah, yang merupakan
cekungan belakang busur yang berkembang di sepanjang tepi barat dan selatan
Paparan Sunda. Cekungan tersebut merupakan penghasil minyak dan gas bumi
utama di Indonesia dan merupakan salah satu cekungan paling produktif di

5
6

Indonesia. Cekungan Sumatera Tengah merupakan cekungan Tersier yang tersusun


oleh sedimen-sedimen di atas batuan metamorf dan batuan beku Pre-Tersier secara
tidak selaras.
Cekungan ini terbentuk di belakang busur magmatik selama Awal Tersier
(Eosen-Oligosen) sebagai rangkaian struktur half-graben yang dipisahkan oleh
suatu blok horst, sebagai hasil dari terjadinya proses subduksi Lempeng Samudera
Hindia menyusup ke bawah Lempeng Benua Asia (Mertosono dan Nayoan, 1974).
Cekungan ini berbentuk asimetris yang mengarah baratlaut - tenggara, bagian yang
terdalam terletak pada bagian barat daya dan melandai ke arah timur laut.

Gambar 2.2. Kolom Statigrafi Cekungan Sumatera Tengah


(Cameron et., 1980)

Urutan statigrafi pada Cekungan Sumatera Tengah sesuai pada Gambar 2.2
diatas adalah sebagai berikut :
1. Batuan Basecment Pre-tersier
Batuan penyusun basement pada Cekungan Sumatera Tengah tersusun dari
batuan klastik yang termetamorfosis rendah dan berumur mesozoikum. Batuan
7

tersebut secara intens terlipatkandan tersesar sertta pada beberapa tempat diterobos
oleh batuan granit pada orogenesa Mesozoikum Tengah.
2. Formasi Kelesa
Formasi ini berumur 26 Juta tahun yang lalu, terdiri dari susunan sedimen
yang mengisi graben dan kontak langsung diatas batuan basement. Sedimen
tersebut tersusun atas konglomerat, batupasir, serpih, batubara dan material-
material yang bersifat tufaan yang umumnya terbentuk di lingkungan daratan
seperti kipas aluvial/fluvial, distributary plain/flood plain, delta front non-marine,
shallow lacustrine, deep lacustrine dan rawa. Sedimen klastik yang berukuran kasar
berasal dari sumber lokal dan terendapkan berdekatan dengan area depresi, hal ini
diketahui dari sortasi buruk dan immaturity.
Ketiadaan data umur dari foram dan nanofosil serta data palinologi yang
buruk, maka Formasi Kelesa dianggap berumur Oligosen – Miosen Awal
berdasarkan posisi stratigrafi di bawahnya yang berumur Miosen Awal. Di area
Blok “Y”, serpih deep lacustrine menjadi sumber source rock utama. Ketebalan
maksimum Formasi Kelesa mencapai 4000 ft (1220 m) pada area tertentu di bagian
barat cekungan tersebut.
3. Formasi Lakat
Formasi Lakat dibagi menjadi Lower Lakat (24 Juta tahun yang lalu) dan
Upper Lakat (22.5-24 juta tahun yang lalu). Material sedimen Formasi Lakat
tertranspor dari utara ke selatan dan ketebalannya terpusat di area graben. Formasi
Upper Lakat tersusun atas batupasir fluvial dan endapan-endapan flood plain/rawa.
Formasi tersebut menjadi reservoir lainnya di Blok “Y” (Trend Merbau) dan
menjadi unit reservoar utama sepanjang Trend Lirik. Ketebalan formasi ini
mencapai 1100 ft (336 m).

4. Formasi Tualang
Formasi Tualang ini berumur 22.5-18 juta tahun yang lalu. Formasi ini
tersusun atas serpih calcareous yang berselang seling dengan batu pasir dan batu
lanau glaukonit yang terendapkan di lingkungan inner-outer neritic. Batu pasir
8

tersebut mengalami penipisan dan berubah menjadi lingkungan laut kea rah barat
dan baratdaya.
Formasi ini menjadi unit reservoir utama di sepanjang Trend Merbau.
Ketebalan formasi ini berkisar antara 61-122 m di bagian selatan cekungan dan ada
yang mencapai 153-184 m.
5. Formasi Telisa
Formasi Telisa tersusun atas serpih marine yang bersifat calcareous dan
batulanau. Formasi tersebut berumur 22.5 – 15.5 Juta tahun yang lalu. Formasi ini
umumnya memiliki interval yang tebal dan memungkinkan menjadi batuan
tudung/seal rock .
6. Formasi Binio
Formasi Binio berumur 15.5 – 9.8 Juta tahun yang lalu, tersusun atas
endapan-endapan sedimen lingkungan lowstand fan dan delta yang berada di atas
serpih highstand marine. Pengendapan formasi ini berlangsung pada saat awal mula
regresi.
7. Formasi Korinci
Formasi Korinci terendapkan di Lingkungan laut dangkal – payau, paludal,
delta plain dan lingkungan non-marine. Formasi ini tersusun atas batupasir regresi,
batubara, serpih. Formasi ini diinterpretasikan berumur Miosen – Pliosen berdasar
pada posisi stratigrafinya.
8. Formasi Nilo
Formasi ini terendapkan selama Plio-Pleistosen orogenesa dan sebagian
besar adalah produk dari erosi dari pengangkatan Bukit Barisan dan Tinggian
Tigapuluh dan juga dari lipatan-lipatan yang terbentuk selama peristiwa orogenesa
tersebut. Formasi Nilo tersusun atas batupasir tufaceous, lempung dan kerikil-
kerikil dan kadang-kadang dijumpai batubara.
Gambar 2.3. menunjukkan skema Petroleum System pada Cekungan
Sumatera Tengah.
9

Gambar 2.3. Petroleum System pada Cekungan Sumatera Tengah


(Mod. Setyobudi & Solichin, 1996)

2.2.2. Struktur Geologi Lapangan “KOY”


Daerah studi pada Lapangan “KOY” termasuk bagian dari Cekungan
Sumatera Tengah yang terbagi menjadi 4 (empat) tahapan tektonostatrigrafi
(Heidrick et. al., 1995; Turlington et. al., 1995).
Fasa pertama terjadi pada akhir Paleozoik hingga Mesozoik. Fase tersebut
diiringi dengan terbentuknya batuan basement Cekungan Sumatera Tengah. Batuan
basement tersebut terbagi menjadi empat kelompok yaitu : Mutus, Malaka, Mergui,
dan Tapanuli Selatan.
Fasa kedua terjadi pada Eosen Hingga Oligosen. Fase ini sering disebut juga
fase rifting dan rifting infill. Rifting pada batuan basement terlihat dengan gejala
tektonik pembentukan graben dan half graben yang memiliki arah ke Utara-
Selatan.
Fase ketiga terjadi pada akhir Oligosen sampai Miosen Tengah, atau disebut
juga fase interior sag basin. Dimana pada fase ini terjadi gejala tektonik berupa
penurunan atau pelengkungan dan pembentukan zona rekahan transtensional.
10

Fase terakhir terjadi pada Miosen Akhir sampai Resen, yang disebut juga
fase kompresi. Gejala tektonik pada fase ini bersamaan dengan sea floor spreading,
pengangkatan regional, dan terbentuknya jalur volcanic arc. Pada fase ini terbentuk
ketidakselarasan regional.

Gambar 2.4. Peta Elemen Tektonik Cekungan Sumatera Utara


(Collins et., 1996)

2.3. Karakteristik Reservoir


Formasi Lakat merupakan fokus utama dalam kajian ini, hal ini berkenaan
dengan target utama reservoir pada Lapangan “KOY”. Batuan pada reservoir
tersebut adalah batuan pasir yang diendapkan secara selaras maupun tidak selaras
di atas Formasi Kelesa. Urutan stratigrafi lokal yang berkembang dari tua ke muda
terdiri dari Basement, Formasi Kelesa, Lakat, Tualang dan Telisa. Sedangkan
secara lithologi formasi tersebut memiliki butiran pasir yang terdiri dari batupasir
berbutir sedang sampai halus dengan selingan batuan konglomerat dan batubara.

2.3.1. Sifat Fisik Batuan Reservoir


Sifat fisik batuan reservoir dapat diidentifikasi melalui analisa core yang
dilakukan di laboratorium. Terdapat 2 jenis analisa core yang dilakukan, yaitu
Special Core Analysis (SCAL) dan Routine Core Analysis (RCAL) dimana kedua
jenis analisa core tersebut mendapatkan hasil yang berbeda.
11

Special Core Analysis akan mendapatkan permeabilitas relative sistem


minyak-air dan gas-minyak serta analisa tekanan kapiler yang nantinya akan
diketahui zona transisi. Hasil dari Special Core Analysis ini nantinya akan
digunakan sebagai persiapan input simulasi pada bagian rock properties.
Sedangkan pada Routine Core Analysis akan didapatkan hasil berupa perkiraan
porositas, permeabilitas, dan densitas batuan. Selain itu, hasil dari Routine Core
Analysis juga dapat digunakan untuk pembagian rock region pada simulasi
reservoir.
Masing-masing data Special Core Analysis (SCAL) dan Routine Core
Analysis (RCAL) Lapangan “KOY” pada Lapisan A-13 telah masuk di dalam model
3D Reservoir. Pada lapisan tersebut, permeabilitas absolutnya bervariasi mulai 10-
4566 mD, sedangkan untuk porositasnya berkisar antara 20.1% - 32%.
Tabel II-1.
Data Routine Core Analysis Lapangan “KOY”
(Draft POFD Lapangan “KOY”, 2018)

Kedalaman Porositas Porositas Permeabilitas


No. Sampel
MD ft % mD
1 1440 20.1 0.2010 10
2 1435 21.8 0.2180 20
3 1433 25.8 0.2580 54
4 1465 23 0.2300 63
5 1438 21.1 0.2110 83
6 1464 20.9 0.2090 98
7 1428 29.6 0.2960 238
8 1462 23 0.2300 363
9 1468 27.9 0.2790 555
10 1476 25 0.2500 706
11 1467 28 0.2800 748
12 1472 26.7 0.2670 837
13 1469 27.6 0.2760 851
14 1424 32.3 0.3230 4566

Routine Core Analysis (RCAL) dilakukan untuk mendapatkan perkiraan


besarnya porositas, permeabilitas, densitas, dan deskripsi batuan. Sedangkan untuk
12

Special Core Analysis (SCAL), akan digunakan sebagai persiapan input simulasi
pada bagian rock properties, yaitu permeabilitas relative sistem minyak-air serta
analisa zona transisi tekanan kapiler. Tabulasi hasil RCAL dari Lapangan “KOY”
dapat dilihat pada Tabel II-1 diatas.
Datas SCAL Lapangan “KOY” yang dapat menggambarkan Lapisan A-13
dapat dilihat pada Tabel II-2. sampai Tabel II-3. Data tersebut kemudian akan
diplot ke dalam grafik permeabilitas relative untuk masing-masing sampel. Hasil
plotting grafik tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Tabel II-2.
End-Point Data Sistem Minyak-Air Lapangan “KOY”
(Draft POFD Lapangan “KOY”, 2018)

End-Point
Sample Permea Poro Swi Sor Krw @ Sor Kro @ Swi
78 1760 0.2410 0.147 0.368 0.379 1
18 1180 0.2000 0.200 0.348 0.287 1
36 1150 0.2600 0.167 0.348 0.321 1
71 1090 0.2030 0.163 0.317 0.477 1
38 1050 0.2050 0.189 0.313 0.372 1
21 452 0.1660 0.254 0.295 0.243 1
4 388 0.2570 0.164 0.287 0.305 1
6 37 0.1480 0.297 0.330 0.268 1
13

Tabel II-3.
Data Permeabilitas Relatif Sistem Minyak-Air Lapangan “KOY”
(Draft POFD Lapangan “KOY”, 2018)

Sample 4 Sample 6 Sample 18


Sw Krw Kro Sw Krw Kro Sw Krw Kro
0.164 0.000 1.000 0.297 0.000 1.000 0.200 0.000 1.000
0.307 0.089 0.280 0.394 0.089 0.265 0.288 0.034 0.370
0.323 0.096 0.240 0.408 0.095 0.220 0.311 0.048 0.285
0.379 0.122 0.141 0.447 0.118 0.125 0.358 0.087 0.178
0.410 0.139 0.109 0.482 0.140 0.074 0.402 0.119 0.100
0.474 0.170 0.056 0.555 0.185 0.023 0.466 0.178 0.046
0.509 0.185 0.036 0.599 0.210 0.010 0.520 0.225 0.023
0.536 0.197 0.026 0.612 0.219 0.006 0.546 0.240 0.016
0.587 0.222 0.011 0.634 0.235 0.003 0.563 0.255 0.012
0.627 0.246 0.006 0.659 0.252 0.001 0.579 0.261 0.010
0.667 0.267 0.002 0.670 0.268 0.000 0.609 0.278 0.003
0.713 0.305 0.000 0.652 0.287 0.000
Sample 21 Sample 36 Sample 38
Sw Krw Kro Sw Krw Kro Sw Krw Kro
0.254 0.000 1.000 0.167 0.000 1.000 0.189 0.000 1.000
0.349 0.050 0.350 0.250 0.092 0.370 0.246 0.079 0.515
0.391 0.068 0.220 0.262 0.100 0.315 0.268 0.099 0.360
0.438 0.090 0.127 0.283 0.120 0.255 0.314 0.127 0.240
0.501 0.124 0.060 0.353 0.159 0.104 0.366 0.164 0.130
0.542 0.146 0.033 0.396 0.188 0.065 0.417 0.190 0.069
0.572 0.170 0.020 0.440 0.215 0.038 0.470 0.219 0.038
0.605 0.196 0.010 0.483 0.247 0.019 0.531 0.255 0.018
0.639 0.218 0.005 0.526 0.273 0.010 0.592 0.300 0.008
0.674 0.235 0.002 0.555 0.293 0.006 0.629 0.335 0.004
0.705 0.243 0.000 0.583 0.302 0.004 0.662 0.355 0.002
0.625 0.307 0.001 0.687 0.372 0.000
0.652 0.321 0.000
14

Tabel II-3. (lanjutan)


Data Permeabilitas Relatif Sistem Minyak-Air Lapangan “KOY”
(Draft POFD Lapangan “KOY”, 2018)

Sample 71 Sample 78
Sw Krw Kro Sw Krw Kro
0.163 0.000 1.000 0.147 0.000 1.000
0.258 0.072 0.390 0.225 0.046 0.480
0.286 0.101 0.295 0.270 0.070 0.315
0.325 0.130 0.202 0.309 0.093 0.215
0.386 0.181 0.108 0.347 0.118 0.146
0.423 0.215 0.079 0.428 0.171 0.065
0.460 0.257 0.052 0.471 0.208 0.036
0.495 0.306 0.035 0.502 0.236 0.025
0.563 0.352 0.014 0.569 0.310 0.007
0.597 0.393 0.008 0.594 0.335 0.003
0.621 0.413 0.005 0.615 0.360 0.002
0.658 0.426 0.002 0.632 0.379 0.000
0.683 0.477 0.000

Tabel II-4.
Data End-Point Tiap Sample Batuan pada Lapangan “KOY”
End-Point
Sample k  Swi Sor Krw @ Sor Kro @ Swi
78 1760 0.2410 0.147 0.368 0.379 1
18 1180 0.2000 0.200 0.348 0.287 1
36 1150 0.2600 0.167 0.348 0.321 1
71 1090 0.2030 0.163 0.317 0.477 1
38 1050 0.2050 0.189 0.313 0.372 1
21 452 0.1660 0.254 0.295 0.243 1
4 388 0.2570 0.164 0.287 0.305 1
6 37 0.1480 0.297 0.330 0.268 1
Average 888.375 0.2100 0.197625 0.32575 0.3315 1
15

Gambar 2.5. Kurva Permeabilitas Relatif Sampel Core


pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
(Draft POFD Lapangan “KOY”, 2018)
16

Dari Gambar 2.5. dapat dilihat bahwa semua sampel menunjukkan


perpotongan kurva permeabilitas relative yang kurang dari 0.5 Sw. Hal tersebut
mencirikan bahwa sampel core adalah oil wet.
Untuk data tekanan kapiler Lapangan “KOY” dapat dilihat pada Tabel II-
4. dibawah ini.
Tabel II-5.
Data Tekanan Kapiler Lapangan “KOY”
(Draft POFD Lapangan “KOY”, 2018)
Pc σ Res σ Lab
Sample k  (Dynes/c (Dynes/
0 1 2 4 8 15 35 150
m) cm)
4 Sw 1.0000 0.9360 0.6270 0.3590 0.2680 0.2390 0.2100 0.1920 388 0.257 23.38 70
18 0.7600 0.4840 0.3980 0.3460 0.2990 0.2620 0.2390 0.2150 1180 0.200 23.38 70
38 0.8000 0.6090 0.4710 0.3910 0.2990 0.2500 0.2050 0.1940 1050 0.205 23.38 70
78 0.7310 0.4940 0.4040 0.3360 0.2360 0.2000 0.1600 0.1420 1760 0.241 23.38 70

2.3.2. Sifat Fisik Fluida Reservoir


Sifat fisik fluida pada Lapangan “KOY” didapatkan dari surface sampling
dari salah satu sumur. Hasil dari uji sampel tersebut tidak ada komposisi fluida,
hanya berupa differential liberation pada mid perforasi 1516 MD dengan tekanan
reservoir sebesar 624.7 psia dan temperatur reservoir 153.6 ˚F.
Data inisial yang didapatkan dari hasil pengukuran di laboratorium
diantaranya adalah sebagai berikut :

Tabel II-6. Data Inisial Lapangan “KOY”


(Draft POFD Lapangan “KOY”, 2018)
Tekanan
Tekanan Temperatur
Bubble Oil Bo Rs o
Reservoir Reservoir
Point API (bbl/STB) (Scf/STB) (cp)
(Psia) (F)
(Psia)
624.7 153.6 64.7 33.6 1.029 6.96 3.22
17

Sedangkan untuk data sifat fisik fluida reservoir meliputi kelarutan gas
dalam minyak (Rs), faktor volume formasi (Bo), viskositas minyak (o), dan faktor
volume formasi gas (Bg) pada Lapangan “KOY” disajikan pada Tabel II-6
dibawah ini.

Tabel II-7. Data Test PVT


(Draft POFD Lapangan “KOY”, 2018)

Pressure Bo Rs uo
(psia) (rvb/stb) (scf/stb) (cp)
14.7 1.0293 2.5101 2.6282
16.7 1.0295 2.9205 2.6204
21.7 1.0300 3.9854 2.6006
24.7 1.0303 4.6475 2.5885
25.7 1.0304 4.8717 2.5844
29.7 1.0308 5.7843 2.5679
32.7 1.0311 6.4842 2.5554
34.7 1.0314 6.9576 2.5471
37.7 1.0317 7.6773 2.5345
42.7 1.0323 8.9004 2.5134
44.7 1.0325 9.3973 2.5050
54.7 1.0337 11.9421 2.4628
59.7 1.0343 13.2486 2.4418
62.7 1.0347 14.0425 2.4292
63.7 1.0348 14.3088 2.4250
64.7 1.0350 14.5758 2.4205
114.7 1.0345 14.5935 2.4305
226.7 1.0334 14.5935 2.4693
314.7 1.0326 14.5935 2.5115
414.7 1.0316 14.5935 2.5691
624.7 1.0296 14.5935 2.7183
18

2.3.3. Kondisi Reservoir


Lapisan A-13 pada Lapangan “KOY” mempunyai tekanan awal sebesar
624.7 Psia. Data tekanan tersebut didapatkan dari survey SBHP. Sejarah tekanan
pada Lapisan A-13 dapat dilihhat pada Gambar 2.6. Sedangkan untuk temperature
awal pada Lapisan A-13 adalah sebesar 153.6 F.

Tabel II-8. Sejarah Tekanan Lapisan A-13


(Draft POFD Lapangan “KOY”, 2018)

Pressure
Date
(Psia)
Apr-69 624.7
Apr-73 597.5
Jun-73 420.2
Jun-75 432.6
Jan-77 397.6
Feb-78 297.6
Mar-80 372.4
Jan-82 362.5
Jun-82 494.5
Feb-84 342.7
Jan-85 346.2

Gambar 2.6. Sejarah Tekanan Reservoir Lapisan A-13


(Draft POFD Lapangan “KOY”, 2018)
19

2.3.4. Sejarah Produksi


Pada Lapangan “KOY” ini terdapat 21 sumur produksi yang berproduksi
dari Lapisan A-13. Proses produksi Pertama dimulai pada bulan Desember 1970.
Status Lapangan “KOY” hingga akhir penyelarasan (31 Desember 2018) yaitu
masih berproduksi dengan 10 sumur produksi aktif. Produksi Lapangan “KOY”
mencapai peak production pada bulan Juli 1972 dengan rate produksi sebesar 4901
STB/d. Grafik data laju produksi pada Lapangan “KOY” dapat dilihat pada
Gambar 2.7.

Grafik 2.7. Laju Produksi Lapisan A-13 Lapangan “KOY”


(Draft POFD Lapangan “KOY”, 2018)
BAB III
DASAR TEORI SIMULASI UNTUK PENAMBAHAN SUMUR INFILL

3.1. Infill drilling


Infill drilling adalah pemboran sisipan yang termasuk dalam jenis pemboran
pengembangan dan merupakan suatu proyek akselerasi atau percepatan. Pemboran
ini dilakukan terutama pada lapangan minyak yang telah berproduksi, tetapi masih
dibawah laju produksi yang efisien atau produksi lapangan telah menurun.
Tujuan dilakukan infill drilling adalah untuk mendapatkan dan mengangkat
minyak yang mungkin dapat diangkat (recoverable oil) dari suatu reservoir dalam
waktu yang lebih cepat atau di area reservoir yang tidak terambil oleh sumur-sumur
yang sebelumnya telah ada. Jadi penambahan sejumlah sumur hasil infill drilling
dimaksudkan agar laju produksi meningkat dengan cara memperkecil spasi sumur
yang telah ada.
Di dalam perencanaan infill drilling, terdapat hal-hal yang menjadi bahan
pertimbangan sebagai masukan guna menunjang dalam pengambilan keputusan,
yaitu:
1. Jumlah sisa cadangan minyak yang masih mungkin untuk diproduksika n
(remaining recoverable reserve) adalah cukup besar.
2. Jumlah sumur yang telah berproduksi terlalu sedikit, sehingga waktu
yang diperlukan untuk mengangkat minyak dari dalam reservoir sampai
batas ekonomi limitnya menjadi lama.
3. Kapasitas fasilitas penampungan di permukaan belum mencapai suatu
harga maksimum.
4. Laju produksi lapangan masih belum mencapai harga MER-nya.
5. Ada kecenderungan minyak akan bermigrasi ke tempat lain.
6. Serangkaian pekerjaan stimulasi, workover dan recompletion yang telah
dilakukan pada sumur-sumur yang berproduksi ternyata tidak
memberikan peningkatan laju produksi yang berarti.

20
21

7. Permintaan konsumen untuk membeli minyak cenderung meningkat.


8. Harga minyak dipasaran cukup menguntungkan.

3.2. Radius Pengurasan Sumur Existing


Seiring bertambahnya waktu produksi, maka akan semakin besar pula area
penyerapan dari suatu sumur produksi. Radius penyerapan akan selalu bertambah
besar dan baru akan berhenti setelah mencapai batas reservoir (boundary) atau
mencapai radius pengurasan sumur di sekitarnya (interference).
Radius pengurasan sumur yang sudah ada (existing) diperoleh dari analisa
well testing, perhitungan menggunakan rumus Darcy untuk aliran lebih dari satu
fasa, atau dengan menggunakan perhitungan Estimated Ultimate Recovery (EUR)
untuk setiap sumur. Nilai radius pengurasan yang didapat kemudian diplot ke dalam
bubble map, yaitu peta yang menunjukkan daerah dari reservoir yang belum
terkuras oleh sumur-sumur yang ada. Sehingga dari plotting tersebut akan diperoleh
posisi sumur pengembangan atau sumur infill yang tepat dan tidak menyinggung
radius pengurasan dari sumur yang sudah ada agar tidak terjadi interference yang
akan mengganggu laju produksi dan pressure drawdown pada salah satu sumur.
Secara matematis, radius pengurasan sumur existing dapat ditulis sebagai
berikut:
𝐸𝑈𝑅𝐵𝑜𝑖
𝑟= √ ............................................................... (3-1)
7758𝜋ℎ∅(1−𝑆𝑤𝑖)

0.00708𝑘𝑜ℎ(𝑃𝑠−𝑃𝑤𝑓)

𝑟 = 𝑟𝑤 𝜇𝑜𝐵 𝑜𝑞𝑜
.............................................................. (3-2)

Dimana :
r : Jari – jari pengurasan, ft
EUR : Estimate Ultimate Recovery, STB
Boi : Faktor volume formasi minyak, bbl/STB
 : Faktor Volume Formasi Minyak, bbl/STB
h :Ketebalan Lapisan minyak, ft
Swi : saturasi air awal, fraksi
22

rw : Jari – jari sumur, ft


ko : Permeabilitas efektif minyak, md
Pws : Tekanan Statik Sumur, psia
Pwf : Tekanan Alir Sumur, psia
μo : Viskositas minyak, cp
qo :Laju aliran minyak, STB/day.

Gambar 3.1. Contoh Bubble Map


(Doherty, Henry L., 2001)

3.3. Konsep Simulasi Reservoir


Simulasi reservoir dapat didefinisikan sebagai proses memodelkan kondisi
reservoir secara matematik dengan mengintegrasikan berbagai data yang
dibutuhkan seperti data geologi, geofisika, petrofisik, reservoir, produksi, dan data-
data penunjang lainnya untuk mendapatkan kinerja reservoir dengan teliti pada
berbagai kondisi. Sehingga, akan didapatkan perkiraan yang teliti untuk
perencanaan tahapan pengembangan suatu lapangan.
Secara umum, simulasi reservoir dapat digunakan sebagai acuan dalam
rencana manajemen reservoir, antara lain yaitu :
23

1. Memperkirakan kinerja reservoir pada berbagai tahapan dan metode


produksi yang akan diterapkan, meliputi pengembangan tahap pertama
hingga Enhanced Oil Recovery (EOR).
2. Mempelajari pengaruh laju alir terhadap perolehan minyak dengan laju
alir optimum.
3. Menentukan jumlah dan titik sumur untuk mendapatkan perolehan
minyak yang optimum.
4. Menentukan pola sumur injeksi dan produksi untuk mengoptimalka n
penyapuan pada suatu lapangan.
5. Memperhitungkan adanya indikasi coning dalam menentukan interval
komplesi yang optimum.
6. Menganalisa perilaku aquifer, pergerakan air pada proses pendorongan,
serta reservoir di masa yang akan datang.
Simulasi reservoir yang digunakan merupakan simulator berupa software
yang biasa digunakan dalam keteknikan reservoir pada industri migas, dimana pada
saat ini penggunaan software tersebut menjadi sebuah keharusan pada pembuatan
desain pengembangan lapangan. Dengan adanya penggunaan software simulasi
reservoir ini, perencanaan pengembangan suatu lapangan dapat diperkirakan
sebelum diaplikasikan pada lapangan yang sesungguhnya.
Simulator reservoir, hingga saat ini dapat dibedakan menjadi 3, yaitu : Black
oil simulator, Compositional, dan Thermal.
1. Black oil simulator
Model black oil adalah simulator konvensional yang digunakan untuk
kondisi isothermal, aliran simultan dari minyak, gas, dan air yang melibatkan
gaya kapilaritas, gravitasi dan viskositas. Black oil digunakan untuk
menunjukkan bahwa jenis cairan adalah homogen, tidak ditinjau dari komposisi
kimiawinya walaupun kelarutan gas dalam minyak dan air diperhitungkan.
Berdasarkan fasa fluida yang mengalir simulator black oil dapat dibedakan
menjadi single phase dimana fluida yang mengalir hanya1 fasa (gas atau
minyak yang mengalir), two phases (minyak-air, minyak-gas atau gas-air yang
mengalir), dan three phase (gas-minyak-air yang mengalir).
24

Simulator ini juga dapat dibedakan berdasarkan arah alirannya, yaitu 1-


Dimensional Linear atau Radial (fluida mengalir dalam satu arah), 2-
Dimensional Areal atau Cross-Sectional (fluida mengalir dalam arah x-y, x-z
dan r-z), dan 3-Dimensional (fluida yang mengalir dalam arah xy-z).
2. Compositional Simulator
Model compositional memperhitungkan variasi komposisi fasa berdasarkan
tekanan dalam hubungannya dengan aliran berbagai fasa tersebut. Model ini
sering digunakan untuk reservoir volatile oil dan gas kondensat.
3. Thermal Simulator
Thermal Simulator banyak digunakan untuk studi aliran fluida, perpindahan
panas maupun reaksi kimia. Simulasi ini banyak digunakan untuk studi injeksi
thermal pada proses perolehan minyak tahap lanjut (Enhanched Oil Recovery).
Simulator ini digunakan untuk mensimulasikan steam-flood dan in-situ
combustion.
Semua jenis simulator memiliki tahapan-tahapan dalam perencanaan dan
pelaksanaan yang sama, yaitu sebagai berikut :
1. Persiapan dan Pengolahan Data
2. Input Data dan Validasi Model
3. Prediksi
3.3.1. Persiapan Data
Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan data yang valid dan sesuai dengan
kebutuhan, tujuan, dan prioritas stimulasi. Prosentase keakuratan hasil simulasi
tergantung oleh validitas data yang akan digunakan. Maka dari itu, tanpa data yang
sesuai dan memadai, gambaran serta prediksi yang diharapkan tidak akan
memberikan informasi yang sesuai dengan harapan.
Data yang digunakan untuk melakukan simulasi dapat diperoleh dari
berbagai sumber data. Data yang didapatkan tersebut tidak dapat langsung
digunakan, tetapi perlu proses pengolahan terlebih dahulu sehingga data-data
tersebut siap untuk dimasukkan ke dalam software simulator. Pemilihan sumber
data dan pengolahannya sangat berpengaruh pada hasil simulasi secara
keseluruhan.
25

Data yang diperlukan dalam simulasi reservoir dapat dibagi menjadi 3


kelompok besar, yaitu : Geologi, Geofisika, dan Reservoir. Data geologi yang
diperlukan antara lain seperti geologi regional, statigrafi, dan tektonik. Data
geofisika meliputi data-data logging. Data petrofisik meliputi peta struktur, peta
isoporositas, isopermeabilitas, dan isosaturasi. Sedangkan untuk data reservoir
terbagi menjadi 2, yaitu data batuan (K, Ø, S w, h), dan data fluida reservoir (Bo, Bg,
Bw, μ o, μ w, Rs). Selain 3 data tersebut, dibutuhkan juga data produksi dan data
tekanan yang bisa didapatkan dari uji sumur (well testing), serta data penunjang
lainnya.
3.3.1.1. Data Geologi, Geofisika, dan Petrofisik
Data geologi yang dibutuhkan untuk menggambarkan model geologi
reservoir meliputi peta top dan bottom structure yang juga mencakup layer sand
untuk karakterisasi reservoir. Data geofisika didapatkan dari kegiatan seismik yang
meliputi data lintasan, interperetasi seismic, dan sebagainya. Sedangkan data
petrofisik diperoleh dari data logging atau evaluasi formasi yang mencakup data
fasies, porositas, permeabilitas, dan volume shale.
3.3.1.2. Data Sifat Fisik Batuan Reservoir
Data batuan reservoir diperoleh dari analisa sampel corei di laboratorium.
Analisa batuan yang dilakukan meliputi Special Core Analysis (SCAL) yang akan
mendapatkan parameter berupa permeabilitas relative, tekanan kapiler, dan
wettabilitas, kompresibilitas; dan Routine Core Analysis (RCAL) yang akan
mendapatkan parameter berupa porositas, permeabilitas absolut, dan saturasi fludia .
Data batuan yang dibutuhkan dalam proses simulasi reservoir antara lain,
data permeabilitas absolut, permeabilitas relative, posoritas, ketebalan formasi,
saturasi fluida, kompresibilitas batuan, dan tekanan kapiler.
3.3.1.3. Data Sifat Fisik Fluida Reservoir
Data sifat fisik fluida reservoir diperoleh dari hasil pengukuran di
laboratorium dengan menggunakan sampel fluida. Cara pengambilan sampel fluida
dapat dilakukan dengan du acara, yaitu pengambilan sampel fluida langsung dari
bawah permukaan (Sub-surface sampling) dan pengambilan sampel fluida di
permukaan (Surface sampling).
26

Pengambilan fluida dari bawah permukaan dilakukan dengan menggunakan


alat khusus berupa Rapid Formation Test (wireline chamber). Sedangkan untuk
sampel fluida reservoir di permukaan langsung mengambil volume minyak dan gas
yang telah terpisahkan oleh separator.
Data karakteristik fluida reservoir meliputi densitas fluida, faktor volume
formasi, viskositas, dan kelarutan gas dalam minyak. Data yang tidak tersedia di
laboratorium dapat dihitung secara matematis dengan korelasi-korelasi standar,
antara lain korelasi Standing, Frik, Glasi, Lasater, ataupun Kobayashi-Burrows
sesuai dengan kondisi lapangan.
3.3.1.4. Data Tekanan
Perolehan data tekanan dihasilkan dari analisa tekanan, yaitu Pressure Build
Up (PBU) dan Pressure Drawdown (PDD). Tes ini dilakukan pada kedalaman
tertentu dan dilakukan pencatatan tanggal, bulan, dan tahun dilakukannya
pengukuran. Selain dari kedua tes tersebut, data tekanan jug abisa didapatkan dari
data Productivity Index (PI).
3.3.1.5. Data Penunjang
Data penunjang merupakan data tambahan yang akan berfungsi sebagai
acuan dalam kelancaran modifikasi parameter yang digunakan dalam simulasi.
Data tersebut meliputi well trajectory, ukuran casing dan tubing, metode produksi,
batas akhir peramalan, letak produksi, constraint produksi, dan well history.
3.3.2. Pengolahan Data
Kelengkapan data menjadi penentu berhasilnya suatu simulasi reservoir,
terutama pengolahan data sifat fisik batuan, fluida, dan produksi. Pengolahan data
ini bertujuan untuk memaksimalkan data yang terbatas sehingga akan menghasilkan
model simulasi yang dapat menggambarkan kondisi reservoir yang sesungguhnya.
Pengolahan data ini meliputi pengolahan data special core analysis (SCAL),
pengolahan data PVT, penentuan rock region, dan pengolahan data produksi.
3.3.2.1.Rock Region
Dalam melakukan simulasi reservoir, rock region diperlukan untuk
mengelompokkan antara reservoir dengan property yang bagus dan property yang
kurang bagus. Penentuan rock region ini berfungsi untuk mengelompokkan zona
27

produksi dengan performance yang hampir sama sehingga akan mempercepat


proses history matching dan menghasilkan hasil prediksi yang tepat.
Pembagian rock region dapat dilakukan berdasarkan nilai saturasi air (S w)
dan berdasarkan nilai permeabilitas
1. Berdasarkan Data Initial Water Saturation
Menurut Dadang Rukmana (BPMIGAS – SKK Migas, 2013), prosedur
penentuan rock region berdasarkan nilai (S w) adalah sebagai berikut:
 Data S w didapatkan dari hasil distribusi 3D model statis
 Mengurutkan data nilai S w dari nilai terkecil hingga yang paling besar,
usahakan pembagian nilai S w tersebut berdasar reservoir/formasi
 Membuat plotting antara S w vs No. sampel
 Menentukan setiap interval yang mempunyai trend hampir sama. Dimana
tiap interval dianggap mewakili satu rock region
 Menentukan harga S w untuk setiap rock region dengan cara mengambul
rata-rata harga S w pada tiap interval.
Contoh penentuan rock region dapat dilihat pada Gambar 3.2. dan
Gambar 3.3. dibawah.

Gambar 3.2. Contoh Penentuan Rock Region dengan


Hasil Distribusi Swi 3D Model
(Rukmana, Dadang, BPMIGAS – SKK Migas, 2013)
28

Gambar 3.3. Contoh Penentuan Rock Region yang Dibagi Per-Reservoir


(Rukmana, Dadang, BPMIGAS – SKK Migas, 2013)

2. Berdasarkan Data Permeabilitas


Untuk prosedur penentuan rock region berdasarkan nilai permeabilitas yang
dikemukakan oleh Dadang Rukmana (BPMIGAS – SKK Migas, 2013) adalah
sebagai berikut:
 Mengurutkan data permeabilitas absolut mulai dari nilai yang terkecil ke
nilai yang terbesar, usahakan berdasarkan reservoir/formasi.
 Melakukan plotting permeabilitas vs No. Sampel
 Menentukan interval dengan trend yang sama, dimana setiap interval
dianggap mewakili satu rock region
 Menentukan permeabilitas dari setiap rock region dengan cara mengambil
rata-ratanya dari setiap interval
 Menentukan S wc untuk setiap rock region dengan menggunakan korelasi
hubungan S wc vs permeabilitas
Contoh penentuan rock region berdasarkan data permeabilitas dapat dilihat
pada Gambar 3.4. dan Gambar 3.5. dibawah.
29

Gambar 3.4. Contoh Penentuan Rock Region dengan


Hasil Distribusi Data Permeabilitas
(Rukmana, Dadang, BPMIGAS – SKK Migas, 2013)

Gambar 3.5. Contoh Penggunaan Rock Region yang Telah Diaplikasikan


ke 3D Model
(Rukmana, Dadang, BPMIGAS – SKK Migas, 2013)
30

3.3.2.2.Permeabilitas Relatif
Permeabilitas batuan merupakan nilai yang menunjukkan kemampuan dari
suatu batuan porous untuk meloloskan fluida. Permeabilitas dibedakan menjadi tiga
berdasarkan jumlah fasa fluida yang mengalir., yaitu permeabilitas absolut, efektif,
dan relatif. Permeabilitas absolut merupakan permeabilitas jika fluida yang
mengalir melalui media berpori hanya satu fasa. Permeabilitas efektif adalah
permeabilitas batuan dimana fluida yang mengalir lebih dari satu fasa, minyak-air,
gas-air, ataupun gas-minyak. Sedangkan permeabilitas relatif merupakan
perbandingan antara kedua permeabilitas tersebut.
Prosedur pengolahan data special core analysis (SCAL) adalah sebagai
berikut:

Sistem Minyak-air
1. Membuat tabulasi end-point data permeabilitas relatif pada sistem air-minyak,
seperti dicontohkan pada Tabel III-1.
Tabel III-1
Contoh Tabulasi End-Point Data Pada Sistem Air-Minyak
(Kristanto, Dedi, et. al. – BPMIGAS, 2012)

2. Membuat plot kurva Sw vs kr


3. Menentukan harga normalisasi saturasi air (S *w) pada setiap core dengan
persamaan dibawah ini:
𝑆𝑤− 𝑆𝑤𝑐
𝑆 ∗𝑤 = ................................................................................. (3-3)
1−𝑆𝑤− 𝑆𝑜𝑟

Keterangan:
S* w : Normalisasi saturasi air, fraksi
31

Sw : Saturasi air, fraksi


Swc : Connate water saturation, fraksi
Sor : Residual oil saturation, fraksi

4. Menentukan harga (k ro)Swc dan (k rw)Sor


5. Menghitung normalisasi permeabilitas relatif minyak dan air (k *ro dan k *rw),
dengan persamaan sebagai berikut:
𝑘 𝑟𝑜
𝑘 ∗ 𝑟𝑜 = ................................................................................... (3-4)
(𝑘 𝑟𝑜) 𝑆𝑤𝑐
𝑘 𝑟𝑤
𝑘 ∗ 𝑟𝑤 = .................................................................................. (3-5)
(𝑘 𝑟𝑤) 𝑆𝑜𝑟

Keterangan:
k *ro : Normalisasi permeabilitas relatif minyak, fraksi
k ro : Permeabilitas relatif minyak, fraksi
(k ro)Swc : Oil relative permeability at connate water saturation, fraksi
k *rw : Normalisasi permeabilitas relatif air, fraksi
k rw : Permeabilitas relatif air, fraksi
(k rw)Sor : Water relative permeability at residual oil saturation, fraksi
6. Menghitung rata-rata (k *ro)Swc, (k *ro)Avg, (k *rw)Sor dan (k *rw)Avg dengan langkah
sebagai berikut:
 Membuat tabulasi Sw*, kro*, dan krw*
 Plot gabungan antara Sw*, kro*, dan krw*, seperti contoh Gambar 3.6.
 Membuat trendline gabungan core seperti pada Gambar 3.6. kemudian
menghitung rata-rata Sw*, kro*, dan krw* dengan persamaan trendline
tersebut.
32

Gambar 3.6.
Contoh Kurva Normalisasi Permeabilitas Relatif pada Sistem Minyak-Air
(Pamungkas, Joko, 2011)

7. Melakukan perhitungan denormalisasi kurva permeabilitas relatif dengan


persamaan sebagai berikut:
𝑆𝑤 = 𝑆 ∗ 𝑤 (1 − 𝑆𝑤𝑐 − 𝑆𝑜𝑟 ) + 𝑆𝑤𝑐 ........................................................ (3-6)
𝑘 𝑟𝑜 = 𝑘 ∗ 𝑟𝑜 (𝐾𝑟𝑜 )𝑆𝑤𝑐 ........................................................................... (3-7)
𝑘 𝑟𝑤 = 𝑘 ∗ 𝑟𝑤 (𝐾𝑟𝑤 )𝑆𝑜𝑟 ......................................................................... (3-8)
Keterangan:
Sw : Denormalisasi saturasi air, fraksi
kro : Denormalisasi permeabilitas relatif minyak, fraksi
krw : Denormalisasi permeabilitas relatif air, fraksi
8. Membuat kurva permeabilitas relative setelah dilakukan denormalisasi seperti
pada contoh Gambar 3.7.
33

Gambar 3.7.
Kurva De-normalisasi Permeabilitas Relatif Pada Sistem Minyak-Air
(Pamungkas, Joko, 2011)

Sistem Gas-Minyak
Untuk sistem gas-minyak, proses yang dilakukan hampir sama dengan
sistem minyak-air. Berikut merupakan langkah pengolahan data permeabilitas
relatif untuk sistem gas-minyak:

1. Menyiapkan tabulasi data hasil permeabilitas relative pada sistem gas-minyak


seperti pada contoh Tabel II-2.
Tabel III-2
Contoh Tabulasi End-Point Data Pada Sistem Gas-Minyak
(Kristanto, Dedi, et. al. – BPMIGAS, 2012)

2. Menentukan S gcavg, S oravg, k roavg@S gc, dan k rgavg@S org


34

3. Menentukan harga normalisasi saturasi gas (S *g) pada setiap core dengan
persamaan dibawah ini:
𝑆𝑔− 𝑆𝑔𝑐
𝑆 ∗𝑔 = ................................................................................. (3-9)
1−𝑆𝑔𝑐− 𝑆𝑜𝑟

Keterangan:
S* g : Normalisasi saturasi gas, fraksi
Sg : Saturasi gas, fraksi
Sgc : Connate gas saturation, fraksi
Sor : Residual oil saturation, fraksi

4. Menentukan harga (k rog)Sgc dan (k rg)Sor


5. Menghitung normalisasi permeabilitas relatif minyak dan air (k *rog dan k *rg),
dengan persamaan sebagai berikut:

𝑘 𝑟𝑜
𝑘 ∗ 𝑟𝑜𝑔 = ............................................................................ (3-10)
(𝑘 𝑟𝑜 )𝑆𝑔𝑐

𝑘 𝑟𝑔
𝑘 ∗ 𝑟𝑔 = ............................................................................ (3-11)
(𝑘 𝑟𝑔) 𝑆𝑜𝑟𝑔

Keterangan:
k *rog : Normalisasi permeabilitas relatif minyak, fraksi
k rog : Permeabilitas relatif minyak, fraksi
(k ro)Sgc : Oil relative permeability at connate gas saturation, fraksi
k *rg : Normalisasi permeabilitas relatif gas, fraksi
k rg : Permeabilitas relatif ags, fraksi
(k rg)Sorg : Gas relative permeability at residual oil saturation, fraksi
6. Menghitung rata-rata (k *ro)Sgc, (k *ro)Avg, (k *rg)Sor dan (k *rg)Avg dengan langkah
sebagai berikut:
 Membuat tabulasi Sg*, kro*, dan krg*
 Plot gabungan antara Sg*, kro*, dan krg*, seperti contoh Gambar 3.8.
 Membuat trendline gabungan core seperti pada Gambar 3.8. kemudian
menghitung rata-rata Sg*, kro*, dan krg* dengan persamaan trendline
tersebut.
35

Gambar 3.8. Contoh Normalisasi Kurva Permeabilitas Relatif pada Sistem


Gas-Minyak
(Pamungkas, Joko, 2001)

7. Melakukan perhitungan denormalisasi kurva permeabilitas relatif dengan


persamaan sebagai berikut:
𝑆𝑔 = 𝑆 ∗𝑔 (1 − 𝑆𝑔𝑐 − 𝑆𝑜𝑟 ) + 𝑆𝑔𝑐 .......................................................... (3-12)
𝑘 𝑟𝑜 = 𝑘 ∗ 𝑟𝑜 (𝐾𝑟𝑜 )𝑆𝑔𝑐 ........................................................................... (3-13)
𝑘 𝑟𝑔 = 𝑘 ∗ 𝑟𝑔 (𝐾𝑟𝑔 )𝑆𝑜𝑟 ........................................................................... (3-14)
Keterangan:
Sg : Denormalisasi saturasi gas, fraksi
kro : Denormalisasi permeabilitas relatif minyak, fraksi
krg : Denormalisasi permeabilitas relatif gas, fraksi

8. Plot kurva de-normalisasi sistem gas-minyak, seperti pada Gambar 3.9.


36

Gambar 3.9. De-normalisasi Kurva Permeabilitas Sistem Gas -Minyak


(Pamungkas, Joko, 2001)

3.3.2.3. Tekanan Kapiler


Tekanan kapiler (Pc) merupakan perbedaan tekanan yang ada di antara
permukaan dari dua fluida yang tidak tercampur sebagai akibat dari terjadinya
pertemuan permukaan antar kedua fluida tersebut. Besar kecilnya tekanan kapiler
dalam reservoir dipengaruhi oleh tegangan permukaan antar fluida, sudut kontak
antara minyak-air-batuan reservoir, dan jari-jari kelengkungan pori.
Data distribusi tekanan kapiler dalam reservoir digunakan untuk
mengetahui tebal zona transisi dari zona free water level. Data tersebut juga
bermanfaat untuk validasi model, yaitu proses inisialisasi atau inplace matching.
Semakin besar zona transisi, maka zona minyak akan semakin kecil, sehingga
besarnya inplace akan semakin kecil. Sebaliknya, jika zona transisi semakin kecil,
zona minyak akan semakin besar sehingga inplace juga semakin besar. Prosedur
pengolahan data tekanan kapiler dari berbagai sampel core adalah sebagai berikut:
1. Membuat tabulasi data tekanan kapiler untuk masing-masing core berdasarkan
hasil pengukuran laboratorium yang meliputi Pc, S w, porositas, dan
permeabilitas.
2. Menghitung harga Pc reservoir dengan persamaan sebagai berikut:
𝜎𝑟𝑒𝑠
𝑃𝑐𝑟𝑒𝑠 = 𝑃𝑐𝑙𝑎𝑏 ............................................................................. (3-15)
𝜎𝑙𝑎𝑏
37

Keterangan:
Pcres : Tekanan kapiler pada skala reservoir, psi
Pclab : Tekanan kapiler pada skala laboratorium, psi
res : Tegangan permukaan pada skala reservoir, dynes/cm
lab : Tegangan permukaan pada skala leboratorium, dynes/cm
3. Melakukan normalisasi harga Pc dengan meode Lavarett J-Function dengan
prosedur sebagai berikut:
 Menghitung nilai J(S w) dengan persamaan:
𝑃𝑐 𝑟𝑒𝑠 𝑘
𝐽(𝑆𝑤 ) = 0.21645 √ ............................................................. (3-16)
𝜎𝑟𝑒𝑠 ∅

Keterangan:
J(S w) : Lavarett J_Function, fraksi
k : Permeabilitas, mD
 : porositas, fraksi
 Menghitung S*w normalisasi dengan persamaan:
𝑆𝑤𝑙𝑎𝑏−𝑆𝑤𝑐
𝑆 ∗𝑤 = ............................................................................(3-17)
(1−𝑆𝑤𝑐)

Keterangan:
S *w : Saturasi air normalisasi, fraksi
S wc : Connate water saturation, fraksi
 Plot grafik J(S w) vs S *w kemudian membuat trendline dari grafik tersebut
 Menghitung J*(S w) normalisasi dari persamaan trendline tersebut.
4. Melakukan de-normalisasi S w dengan persamaan berikut:
𝑆𝑤 = 𝑆 ∗ 𝑤 (1 − 𝑆𝑤𝑐𝑎𝑣𝑔 − 𝑆𝑜𝑟𝑎𝑣𝑔 ) + 𝑆𝑤𝑐𝑎𝑣𝑔 ...................................... (3-18)
Keterangan:
Sw : Saturasi air de-normalisasi, fraksi
5. Memplot grafik J*(S w) vs S w de-normalisasi, membuat trendline, dan
menghitung J(S w) de-normalisasi dari persamaan trendline tersebut.
6. Melakukan de-normalisasi Pc dengan persamaan :
𝐽(𝑆𝑤)𝜎
𝑃𝑐 = 𝑘
..................................................................................... (3-19)
0.21645√

38

Keterangan:
Pc : Tekanan kapiler de-normalisasi, psia

Gambar 3.10. Kurva Tekanan Kapiler Sistem Minyak-Air


(Ahmed, Tarek, 2001)

3.3.2.4. Pengolahan Data PVT


Pengolahan data PVT penting untuk diperhatikan karena data PVT akan
merepresentasikan sifat fisik fluida reservoir. Sifat fisik dari fluida reservoir yang
penting untuk diperhatikan antara lain kelarutan gas dalam minyak (RS), dan faktor
volume formasi minyak (Bw) yang akan berpengaruh terhadap volume minyak pada
kondisi awal serta viskositas minyak (o) yang akan berpengaruh pada laju produksi
minyak.
Sifat fisik dari fluida reservoir biasa digambarkan dalam diagram fasa yang
akan diperoleh dari analisa laboratorium. Tetapi untuk menghemat waktu dan
biaya, untuk membuat diagram fasa tersebut biasa digunakan persamaan matematis
dalam simulator, yaitu Winprop pada simulator CMG dan PVTi pada simulator
39

Eclipse. Gambar 3.11., Gambar 3.12., dan Gambar 3.13. merupakan contoh
kurva sifat fisik fluida reservoir.

Gambar 3.11. Kurva Oil Relative Volume


(Pamungkas, J., Supit, R., 2007)

Gambar 3.12. Kurva Kelarutan Gas dalam Minyak


(Ahmed, Tarek, 1989)
40

Gambar 3.13. Kurva Viskositas Minyak


(Amy, J. W., 1960)

3.3.3. Input Data


Proses input data merupakan proses memasukkan data yang telah diolah ke
dalam software simulasi. Hal yang perlu diperhatikan adalah data yang akan diinput
harus sesuai dengan format data yang dibutuhkan oleh simulator. Ada beberapa cara
input data yang bisa dilakukan, antara lain dengan cara typing (mengetik data yang
tersedia ke kolom isian yang ada), digitizing (melakukan perekaman dan overlaying
koordinat dari peta sumber dalam file digital), dan importing (memasukkan file
digital dari software lain ke dalam software simulasi).
Data yang dibutuhkan untuk simulasi reservoir minyak adalah sebagai
berikut :
1. Jenis simulator : Black Oil
2. 3D Geology Model Property hasil pemodelan statis, meliputi Dimensi
grid, active cell, porositas dan Net to Gross.
3. Rock Properties, meliputi kompresibilitas formasi, permeabilitas relatif,
dan tekanan kapiler
4. Rock Region yang didasarkan pada distribusi permeabilitas
41

5. Fluid Properties, meliputi temperature reservoir, tekanan gelembung


(P b), viskositas, densitas, kelarutan gas dalam minyak (Rs), dan faktor
volume formasi (Bo).
6. Data Produksi, meliputi lokasi dan status sumur, kedalaman perforasi,
waktu produksi, laju produksi, dan tubing head pressure.
7. Data tekanan, meliputi tekanan awal reservoir, kedalaman, dan tekanan
sumur yang didapatkan dari uji sumur.
3.3.4. Validasi Model
Sebelum model dapat dijalankan untuk prediksi, harus dilakukan validasi
model yang bertujuan untuk mendapatkan model yang mampu menggambarkan
kondisi reservoir yang sesungguhnya agar tidak memberikan hasil prediksi yang
salah. Proses validasi ini dapat dikelompokkan menjadi 3 tahap, yaitu Inisialisasi,
PI Matching, dan History Matching.
3.3.4.1. Inisialisasi
Inisalisasi merupakan tahap pengkajian ulang data yang telah dimasukkan
ke dalam simulator. Inisalisasi bertujuan untuk melihat kestabilan model,
menyelaraskan inplace model dengan inplace hasil perhitungan volumetrik atau
geostatic (Dadang Rukmana, BPMIGAS – SKK Migas, 2013).
Untuk lapangan dengan jumlah sumur yang cukup banyak, umumnya
perbedaan inplace yang dibolehkan adalah sebesar 5%. Sedangkan untuk lapangan
dengan jumlah sumur sedikit, perbedaan inplace yang dibolehkan adalah sebesar
10%. Apabila pada kondisi awal memiliki perbedaan inplace yang melebihi batas
diatas, maka perlu dilakukan update model dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Mengubah besarnya Net to Gross pada model yang digunakan
2. Mengubah kurva tekanan kapiler (P c)
3. Mengubah kurva Faktor Volume Formasi Minyak (B o)
4. Mengubah kedalaman Water Oil Contact (WOC) dan Gas Oil Contact
(GOC)
42

3.3.4.2. History Matching


History matching merupakan penyelarasan performa produksi dari model
dengan performa produksi reservoir pada kondisi sebenarnya mulai dari awal
produksi hingga waktu terkini. Pda tahap history matching ini, dilakukan proses
modifikasi parameter yang digunakan dalam pembuatan model agar tercipta
keselarasan antara model yang dibuat dengan kondisi aktual, yang didasarkan pada
data parameter terukur selama periode waktu tertentu. Proses ini dilakukan untuk
membuat kondisi serta kinerja model reservoir hasil simulasi menyerupai kondisi
dan kinerja reservoir pada keadaan sesungguhnya. Keselarasan tersebut akan
ditunjukkan dengan grafik produksi terhadap waktu.
Suatu model reservoir dapat dikatakan selaras apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut :
 Perbedaan kumualtif produksi liquid model terhadap aktual <1%
 Perbedaan kumualtif produksi minyak model terhadap aktual <5%
 Perbedaan kumualtif produksi air model terhadap aktual <10%
 Perbedaan kumualtif produksi gas model terhadap aktual <20%
Apabila model reservoir tersebut belum sesuai dengan kondisi
sesungguhnya, maka dapat dilakukan pengubahan beberapa parameter, antara lain
adalah :
 Mengubah volume aquifer yang akan berpengaruh pada jenis
mekanisme pendorong, tekanan, dan laju produksi.
 Transmisibilitas reservoir
 Tekanan kapiler (Pc)
 Kurva permeabilitas relatif minyak dan air
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.14. di bawah ini.
43

Gambar 3.14. Parameter History Matching


(Rukmana, Dadang, BPMIGAS – SKK Migas, 2013)
3.3.4.3. PI Matching
Apabila history matching telah selesai dilakukan, maka perlu dilakukan PI
matching yang bertujuan untuk menyamakan tren produksi minyak dan air pada 3
s/d 6 bulan terakhir sebelum nantinya melakukan prediksi. Ketentuan melakukan
PI matching menurut Dadang Rukmana (BPMIGAS – SKK Migas, 2013) adalah
sebagai berikut :
1. Dilakukan pada Key Well yang masih berproduksi hingga akhir history
matching.
2. Data produksi diambil 3 s/6 bulan terakhir.
3. Parameter yang diselaraskan adalah laju produksi minyak dan air.
4. Parameter yang diubah selama PI Matching adalah data sumuran berupa
PI, Injectivity, dan skin.
3.3.4.4. Prediksi
Prediksi merupakan peramalan yang menjadi tahap akhir di dalam
melakukan suatu simulasi reservoir setelah validasi model selesai dilakukan. Tahap
ini bertujuan untuk mengetahui perlikau reservoir di masa yang akan datang
berdasar scenario yang telah disimulasikan.
44

Model reservoir yang sudah melewati tahap validasi model, dapat


digunakan untuk melakukan peramalan perilaku reservoir dengan scenario yang
dapat diterapkan pada kondisi aktual di lapangan. Kualitas validasi model dinamis
yang dihasilkan sangat mempengaruhi ketepatan hasil peramalan. Ada beberapa
peramalah yang dapat dilakukan melalui model simulasi reservoir, antara lain :
1. Hubungan antara tekanan reservoir dan kumulatif produksi fluida
(minyak, gas, dan air)
2. Hubungan antara tekanan reservoir dan laju produksi fluida
3. Hubungsn laju produksi dengan waktu produksi
4. Besarnya recovery factor untuk berbagai scenario dan cara produksi
5. Jumlah dan penyebaran titik serap optimum
6. Perilaku reservoir terhadap berbagai macam metode produksi
7. Scenario pengembangan lapangan yang optimum dan ekonomis
Sebelum dilakukannya prediksi, parameter production constraint harus
dipasang ke dalam model simulasi. Parameter dan ketentuan production constraint
menurut Dadang Rukmana (BPMIGAS – SKK Migas, 2013) adalah sebagai
berikut:
1. Lapangan Minyak
 Minimum oil rate per sumur dan per lapangan,
 Maksimum water cut,
 Maksimum Gas Oil Ratio (GOR) untuk lapangan minyak
mekanisme gas cap,
 Minimum Bottom Hole Pressure (BHP) untuk artificial lift
menggunakan pompa atau gas lift,
 Minimum Well Head Pressure (WHP) dan tabel Vertical Lift
Performance (VLP) untuk sumur natural flow.
2. Lapangan Gas
 Minimum gas rate per sumuran dan per lapangan,
 Maksimum Water Gas Ratio (WGR),
 Minimum WHP dan Tabel VLP.
45

3. Sumur Injeksi
 Maksimum BHP, dimana BHP lebih kecil dari tekanan reservoir
awal.
3.4. Perhitungan Cadangan Reservoir dengan Metode Volumetrik
Cadangan (reserve) merupakan jumlah total hidrokarbon, baik crude oil
maupun natural gas yang diperkirakan akan dapat diproduksikan ke permukaan
secara komersial pada waktu yang akan datang dari total hidrokarbon yang ada di
reservoir (Original Oil In Place). Berdasarkan ketersediaan datanya, cadangan
digolongkan menjadi dua, yaitu proved reserve dan unproved reserve.
Proved reserve adalah cadangan yang sudah terbukti dengan uji produksi
atau uji lapisan produktivitas sumur. Sedangkan unproved reserve didasarkan pada
data geologi dan/atau engineering serta belum terbukti dengan uji produksi
sehingga tingkat ketidakpastiannya lebih besar.
Distribusi cadangan sisa akan diperlukan dalam menentukan jenis scenario
pengembangan lapangan yang paling optimum untuk diterapkan. Penentuan
cadangan sisa dapat dicari menggunakan beberapa metode, yaitu metode
volumetric, material balance, dan decline curve. Metode perhtungan OOIP dan
cadangan sisa pada penelitian ini adalah metode volumetrik.
3.4.1. Perkiraan Original Oil in Place (OOIP) dengan Metode Volumetrik
Original Oil in Place (OOIP) merupakan jumlah totap hidrokarbon pada
kondisi awal yang terdapat di reservoir. Berikut merupakan langkah perhitungan
OOIP dengan metode volumetric:
1. Menyiapkah data-data yang diperlukan, yaitu porositas rata-rata batuan
̅ ), rata-rata saturasi air mula (S wi), dan faktor volume formasi minyak
reservoir (∅
awal (Boi).
2. Menyiapkan peta kontur bawah permukaan dan peta isopach yang
menggambarkan ketebalan dari lapisan produktif.
3. Menghitung perbandingan luas area atas dan bawah dari masing-masing
isopach dengan persamaan sebagai berikut:
𝐴𝑛+1
𝑃𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑟𝑒𝑎 = ............................................................. (3-20)
𝐴𝑛
46

Keterangan:
An+1 : Luas daerah yang dibatasi garis kontur sebelumnya, acre
An : Luas daerah yang dibatasi garis kontur terendah, acre

4. Menghitung volume segmen dengan ketentuan sebagai berikut:


 Apabila perbandingan area > 0.5, maka perhitungan volume segmen
menggunakan persamaan trapezoidal

∆𝑉𝑏 = (𝐴 𝑛 + 𝐴 𝑛+1 ) .................................................................. (3-21)
2

 Apabila perbandingan area < 0.5, maka menggunakan persamaan pyramidal



∆𝑉𝑏 = [𝐴 𝑛 + 𝐴 𝑛+1 + (𝐴 𝑛 𝐴 𝑛+1 )0.5 ]............................................ (3-22)
3

5. Menentukan bulk volume reservoir sebagai jumlah total volume dari seluruh
segmen
6. Menghitung Original Oil in Place dengan persamaan:
7758𝑉𝑏 ∅(1−𝑆𝑤𝑖)
𝑂𝑂𝐼𝑃 = ....................................................................... (3-23)
𝐵𝑜𝑖

Keterangan:
7758 : Faktor konversi acre-ft
 : Porositas, fraksi
S wi : Saturasi air mula-mula, fraksi
Boi : faktor volume formasi minyak awal, bbl/STB

3.4.2. Perhitungan Recovery Factor dan Cadangan Sisa


Recovery factor adalah perbandingan antara jumlah maksimum cadangan
hidrokarbon (minyak atau gas) yang dapat diproduksikan pada tahap produksi
primer (natural flow dan artificial lift) dengan Original Oil in Place (OOIP).
Jumlah maksimum cadangan yang dapat diproduksikan itu sendiri didefinisikan
sebagai Ultimate Recovery (UR).
Berdasarkan persamaan yang ditulis oleh JJ. Arps, nilai recovery factor
untuk water drive reservoir adalah sebagai berikut:

∅( 1−𝑆𝑤𝑖) 0.0422 𝑘 0.0979 𝑃


𝑅𝐹 = 54.898 ( ) ( ) (𝑆𝑤𝑖 )−0.1903 ( 𝑖 ) −0.2159 ... (3-24)
𝐵𝑜𝑖 𝜇𝑜𝑖 𝑃𝑎
47

Keterangan:
RF : Recovery factor, %
 : Porositas, fraksi
Boi : Faktor volume formasi minyak mula-mula, bbl/STB
oi : Viskositas minyak awal, cp
wi : Viskositas air awal, cp
Pi : Tekanan awal reservoir, psia
Pa : Tekanan abandoned reservoir, psia

Sedangkan untuk perhitungan ultimate recovery (UR) dapat ditentukan


dengan persamaan:
𝑈𝑅 = 𝑅𝐹 𝑥 𝑂𝑂𝐼𝑃 ......................................................................... (3-25)

Keterangan:
UR : Ultimate recovery, STB
RF : Recovery factor, %
OOIP : Original oil in place, STB

Remaining reserve atau cadangan sisa merupakan besarnya hidrokarbon


yang masih tersisa dalam reservoir sampai saat terkini. Secara matematis
dinyatakan sebagai:

𝑅𝑅 = (𝑅𝐹 𝑥 𝑂𝑂𝐼𝑃) − 𝑁𝑝 .............................................................. (3-26)


𝑅𝑅 = 𝑈𝑅 − 𝑁𝑝 ............................................................................. (3-27)

Keterangan:
RR : Remaining reserve, STB
RF : Recovery factor, %
OOIP : Original oil in place, STB
UR : Ultimate recovery, STB
Np : Kumulatif produksi minyak, STB
48

3.5. Penentuan Laju Produksi untuk Pengurasan Cadangan Sisa


Perhitungan laju produksi dilakukan dengan tujuan dapat menentukan
besarnya laju produksi minyak yang dibutuhkan agar cadangan sisa yang ada di
reservoir terkuras secara maksimal. Persamaan untuk menentukan laju produksi
untuk menguras cadangan sisa adalah:
𝑅𝑒𝑚𝑎𝑖𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑅𝑒𝑠𝑒𝑟𝑣𝑒
𝑄𝑜 = ..........................................................(3-28)
𝑆𝑖𝑠𝑎 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑥 365

Keterangan:
Qo : Laju Produksi Minyak, STB/d
Remaining Reserve : Cadangan Sisa, STB
3.6. Penentuan Lokasi Sumur Infill Optimum
Sumur infill adalah sumur yang dibor pada suatu lapangan minyak yang
telah ada dan bertujuan untuk mendapatkan peningkatan minyak yang dapat
diambil secara optimum dari suatu reservoir yang telah ada dalam waktu yang lebih
cepat.
Bahan pertimbangan dalam perencanaan untuk menjadi bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan antara lain adalah, sisa cadangan
minyak yang masih mungkin diproduksikan cukup besar, dan jumlah sumur yang
telah berproduksi terlalu sediki sehingga waktu yang dibuthkan untuk pengurasan
reservoir sampai batas economic limit masih lama dan pengurasan cadangan tidak
maksimal.
Penentuan titik serap baru sangat dipengaruhi oleh besarnya remaining
reserve, luas daerah pengurasan sumur existing, distribusi tekanan reservoir, dan
tingkat heterogenitas reservoir. Secara umum, lokasi sumur infill dapat ditentukan
menggunakan peta hydrocarbon pore volume, peta flowrate capability, dan peta oil
per unit area (OPU).
3.6.1. Hydrocarbon Pore Volume
Hyderocarbon pore volume adalah jumlah total volume hidrokarbon yang
ada dalam pori-pori batuan. Daerah dengan hydrocarbon pore volume tinggi
berbanding lurus dengan jumlah cadangan yang ada pada reservoir. Semakin besar
daerah dengan HCPV tinggi, maka cadangan dari reservoir tersebut akan semakin
tinggi. Secara matematis, HCPV dapat ditulis sebagai berikut:
49

HCPV = ( x (1- S w) x h) ............................................................... (3-29)


Keterangan:
HCPV : Hydrocarbon Pore Volume, bbl
Ø : porositas, fraksi
Sw : saturasi air, fraksi
So : saturasi minyak, fraksi
h : net pay, ft.

3.6.2. Flow Rate Capability


Daerah yang memiliki hyderocarbon pore volume yang tinggi belum tentu
dapat mengalirkan fluida menuju ke lubang sumur dengan baik pula. Oleh karena
itu, dibutuhkan peta persebaran flow rate capability yang merupakan kombinasi
dari peta isopermeabilitas dan peta distribusi tekanan. Sehingga akan didapatkan
peta seperti contoh pada Gambar 3.15.

Gambar 3.15. Contoh Peta Distribusi Flow Rate Capability


(Ghadami, 2017)
50

Dengan adanya peta distribusi flowrate capability ini, maka letak sumur
pengembangan dapat diketahui, yaitu pada daerah dengan angka permeabilitas
tinggi. Hal tersebut dikarenakan permeabilitas berbanding lurus dengan
kemampuan suatu reservoir untuk mengalirkan fluida, semakin besar permeabilitas
maka kemampuan reservoir untuk mengalirkan fluida semakin baik.

3.6.3. Oil Per Unit Area


Oil per Unit Area (OPU) merupakan perpaduan dari peta persebaran
hydrocarbon pore volume (HCPV) dan peta distribusi flow rate capability.
Sehingga secara matematis dapat ditulis dalam persamaan:

OPU = Hydrocarbon Pore Volume x Flowrate Capability ............... (3-30)


= ( x (1- S w) x h) x (K x h x Grid Block Pressure) ................... (3-31)
= ( x S o x h) x (K x h x Grid Block Pressure) ......................... (3-32)
Keterangan:
OPU : oil per unit area, ft
Ø : porositas, fraksi
Sw : saturasi air, fraksi
So : saturasi minyak, fraksi
h : net pay, ft.
K : Permeabilitas, mD

Peta Oil Per Unit Area diperlukan untuk melihat daerah-daerah dengan sisa
cadangan yang belum terkuras oleh sumur-sumur existing. Gambar 3.16.
merupakan contoh dari peta distribusi oil per unit area (OPU).
51

Gambar 3.16. Contoh Peta Oil Per Unit Area (OPU)


(Ghadami, 2017)
BAB IV
STUDI SIMULASI RESERVOIR LAPISAN A-13 LAPANGAN “KOY”

Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai proses dilakukannya penelitian


mulai dari persiapan data hingga diperoleh hasil yang diharapkan secara lebih detail
dan terperinci. Uraian tersebut meliputi tahap pengolahan data yang dilakukan
sesuai pada dasar teori yang telah dijelaskan pada BAB III, yang dilanjutkan
dengan proses modifikasi berbagai parameter dan pelaksanaan simulasi sehingga
didapatkan hasil akhir yang diharapkan, yaitu menentukan lokasi sumur infill untuk
pengembangan Lapangan “KOY” Lapisan A-13.
4.1. Pengolahan Data Reservoir
4.1.1. Penentuan Rock Region
Rock region pada simulasi reservoir diperlukan untuk menentukan aliran
fluida yang berkaitan dengan karakteristik reservoir. Prinsipnya adalah dengan
mengelompokkan setiap property batuan reservoir yang bagus dan proerti yang
kurang bagus.

10000

1000 3
Permeabilitas, mD

100
2
10
1
1

0.1

0.01
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000
Number Of Sample

Gambar 4.1. Penentuan Rock Region untuk Lapisan A-13


pada Lapangan “KOY”
Penentuan rock region pada Lapisan A-13 dilakukan berdasarkan distribusi
permeabilitas pada masing-masing sample core yang didapatkan dari analisa

52
53

routine core analysis (RCAL), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1.
sementara untuk range nilasi permeabilitas untuk masing-masing rock region
tersaji pada Tabel IV-1.
Tabel IV-1.
Range Nilai Permeabilitas untuk Setiap Rock Region
Pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
Range K,  avg, Kavg,
Rock Region
mD fraksi mD
1 6 - 118 0.216 37.01

2 119 -496 0.268 292.49

3 497 - 3015 0.279 1219.8

Tabel IV-2.
Pemetaan Well dan Rock Region pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
Np K
Well  % Region Ket
Mbbl mD
K-8 567.02 1784.60 0.35 12.2% P
K-19 533.63 806.10 0.32 23.7% SI
3
K-11 506.91 740.70 0.29 34.6% SI
K-21 505.42 515.00 0.28 45.4% SI
K-17 363.67 400.60 0.25 53.2% SI
K-10 355.60 321.90 0.25 60.9% P
K-24 291.88 309.80 0.24 67.2% P
K-12 195.20 261.40 0.24 71.3% SI
2
K-16 193.22 257.10 0.23 75.5% SI
K-9 166.48 158.40 0.23 79.1% SI
K-1 165.79 96.61 0.22 82.6% P
K-15 155.07 93.76 0.21 86.0% P
K-7 116.51 89.68 0.19 88.5% P
1
K-22 115.46 69.68 0.16 91.0% P

Tabel IV-2. (lanjutan)


Pemetaan Well dan Rock Region pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
54

Np K
Well  % Region Ket
Mbbl mD
K-13 114.11 59.33 0.15 93.4% SI
K-14 85.78 39.80 0.15 95.3% P
K-25 73.60 32.21 0.14 96.8% SI
K-5 55.75 30.20 0.12 98.0% 1 SI
K-26 36.52 16.58 0.11 98.8% SI
K-3 33.98 14.05 0.09 99.6% SI
K-23 20.83 11.92 0.09 0.4% SI

Tabel IV-3.
Pemetaan Key Well dan Rock Region pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
Np K 
Well Region Ket
Mbbl mD
K-8 567.02 1784.60 0.350 P
K-19 533.63 806.10 0.321 SI
3
K-11 506.91 740.70 0.289 SI
K-21 505.42 515.00 0.275 SI
K-17 363.67 400.60 0.249 SI
K-10 355.60 321.90 0.245 P
2
K-12 195.20 261.40 0.239 SI
K-1 165.79 96.61 0.22 P
K-14 85.78 39.80 0.15 1 P

Keterangan :
P : Sumur Masih Berproduksi
SI : Sumur Shut-in

Sumur-sumur yang menjadi keywell adalah sumur shut-in yang memiliki persen
kumulatif produksi sumuran > 75% dari total kumulatif produksi dalam satu lapisan
dan sumur-sumur yang masih berproduksi sampai akhir history matching. Hal
tersebut ditunjukkan dengan kolom berwarna orange pada Tabel IV-3. di atas.

4.1.2. Pengolahan Data Special Core Analysis


4.1.2.1. Penentuan End-point Data SCAL
55

Seperti yang telah dijelaskan pada BAB III, end point diperlukan untuk
mendapatkan harga permeabilitas relative untuk setiap rock region yang
merepresentasikan permeabilitas relative pada suatu reservoir. End-point yang
dibutuhkan adalah S wc. S or, S gc, S org, Kro@S wc, Krog@S gc, Krg@S org, dan Krw@S or
seperti yang telah tersaji pada Tabel II-4. Hasil plotting end-point data dapat dilihat
pada Gambar 4.2. sampai Gambar 4.5.
10000

1000
k, mD

100

10

1
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Swc , fraksi
Gambar 4.2. Kurva Swc vs k pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”

1.1
1
0.9
0.8
Krw@Sor , fraksi

0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4
Swc , fraksi
Gambar 4.3. Kurva Swi vs Kro@Swi pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
56

0.4
0.35
0.3
Sor, fraksi 0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4
Swc, fraksi
Gambar 4.4. Kurva Sor vs Swi pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”

0.6

0.5
Krw@Sor , fraksi

0.4

0.3

0.2

0.1

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4
Sor, fraksi
Gambar 4.5. Kurva Sor vs Krw@Sor pada Lapangan “KOY”

Dari keempat korelasi di atas, maka akan dilakukan penarikan trendline


seperti pada Gambar 4.6 sampai Gambar 4.9. dan akan didapatkan hasil end-point
data pada Lapisan A-13 pada Lapangan “KOY” seperti pada Tabel IV-4. Dari
hasil penarikan trendline masing-masing grafik di atas, maka akan didapatkan end-
point data baru untuk setiap rock region pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”.
57

Gambar 4.6. Penarikan Trendline Permeabilitas


untuk Masing-masing Rock Region

Gambar 4.7. Penarikan Trendline Swi untuk


Masing-masing Rock Region
58

Gambar 4.8. Penarikan Trendline Krw@Sor untuk


Masing-masing Rock Region

Gambar 4.9. Penarikan Trendline Kro@Swc untuk


Masing-masing Rock Region

Dari hasil penarikan trendline masing-masing grafik di atas, maka akan


didapatkan end-point data baru untuk setiap rock region pada Lapisan A-13
Lapangan “KOY”.
59

Tabel IV-4.
End-Point Data Setiap Rock Region
pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
End-Point
Region Permeabilitas, Porositas, Swi, Sor, Krw@Sor, Kro@Swi,
mD fraksi fraksi fraksi fraksi fraksi
1 37.02 0.216 0.340 0.309 0.199 1
2 292.49 0.268 0.239 0.320 0.295 1
3 1219.83 0.279 0.160 0.329 0.360 1

4.1.2.2. Permeabilitas Relatif


Pengolahan data permeabilitas relative sangat diperlukan untuk
mendapatkan adta yang mewakili keseluruhan reservoir untuk nantinya
mendapatkan hasil yang akurat.
Secara umum, kurva permeabilitas relative tiap sampel core berbeda,
meskipun semua sampel core berasal dari satu lapangan yang sama. Maka dari itu,
diperlukan normalisasi untuk mendapatkan bentuk kurva yang mewakili
keseluruhan data lapangan.
Sistem Air-Minyak
1. Menyiapkan data permeabilitas relative dari semua sampel core (tersaji pada
Tabel II-3.)
2. Menentukan harga S *w untuk masing-masing sampel core dengan Persamaan
(3-3).
Contoh hasil perhitungan:
𝑆𝑤− 𝑆𝑤𝑐
𝑆 ∗𝑤 =
1−𝑆𝑤− 𝑆𝑜𝑟
0.164− 0.164
𝑆 ∗𝑤 =
1−0.164− 0.713

𝑆∗ 𝑤 = 0
3. Menentukan harga K*ro dengan Persamaan (3-4) dan K*rw dengan Persamaan
(3-5)
Contoh hasil perhitungan:
60

𝑘 𝑟𝑜
 𝑘 ∗ 𝑟𝑜 =
(𝑘 𝑟𝑜) 𝑆𝑤𝑐
1
𝑘 ∗ 𝑟𝑜 =
1

𝑘 ∗ 𝑟𝑜 = 1
𝑘 𝑟𝑤
 𝑘 ∗ 𝑟𝑤 =
(𝑘 𝑟𝑤) 𝑆𝑜𝑟
0
𝑘 ∗ 𝑟𝑤 =
0.305

𝑘∗ 𝑟𝑤 = 0

Dari hasil perhitungan dari langkah 1 sampai 3, akan menghasilkan tabel


permeabilitas relative untuk Lapisan A-13 pada Lapangan “KOY” sebelum
dilakukan normalisasi.
Tabel IV-5.
Hasil Normalisasi Permeabilitas Relative Sistem Minyak-Air
pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
Sample 4 Sample 6 Sample 18
Sw* Krw* Kro* Sw* Krw* Kro* Sw* Krw* Kro*
0.000 0.000 1.000 0.000 0.000 1.000 0.000 0.000 1.000
0.260 0.292 0.280 0.260 0.332 0.265 0.195 0.118 0.370
0.290 0.315 0.240 0.298 0.354 0.220 0.246 0.167 0.285
0.392 0.400 0.141 0.402 0.440 0.125 0.350 0.303 0.178
0.448 0.456 0.109 0.496 0.522 0.074 0.447 0.415 0.100
0.565 0.557 0.056 0.692 0.690 0.023 0.588 0.620 0.046
0.628 0.607 0.036 0.810 0.784 0.010 0.708 0.784 0.023
0.678 0.646 0.026 0.845 0.817 0.006 0.765 0.836 0.016
0.770 0.728 0.011 0.903 0.877 0.003 0.803 0.889 0.012
0.843 0.807 0.006 0.971 0.940 0.001 0.838 0.909 0.010
0.916 0.875 0.002 1.000 1.000 0.000 0.905 0.969 0.003
1.000 1.000 0.000 1.000 1.000 0.000
61

Tabel IV-5. (lanjutan)


Hasil Normalisasi Permeabilitas Relative Sistem Minyak-Air
pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
Sample 21 Sample 36 Sample 38 Sample 71 Sample 78
Sw* Krw* Kro* Sw* Krw* Kro* Sw* Krw* Kro* Sw* Krw* Kro* Sw* Krw* Kro*
0.000 0.000 1.000 0.000 0.000 1.000 0.000 0.000 1.000 0.000 0.000 1.000 0.000 0.000 1.000
0.211 0.206 0.350 0.171 0.287 0.370 0.114 0.212 0.515 0.183 0.151 0.390 0.161 0.121 0.480
0.304 0.280 0.220 0.196 0.312 0.315 0.159 0.266 0.360 0.237 0.212 0.295 0.254 0.185 0.315
0.408 0.370 0.127 0.239 0.374 0.255 0.251 0.341 0.240 0.312 0.273 0.202 0.334 0.245 0.215
0.548 0.510 0.060 0.384 0.495 0.104 0.355 0.441 0.130 0.429 0.379 0.108 0.412 0.311 0.146
0.639 0.601 0.033 0.472 0.586 0.065 0.458 0.511 0.069 0.500 0.451 0.079 0.579 0.451 0.065
0.705 0.700 0.020 0.563 0.670 0.038 0.564 0.589 0.038 0.571 0.539 0.052 0.668 0.549 0.036
0.778 0.807 0.010 0.652 0.769 0.019 0.687 0.685 0.018 0.638 0.642 0.035 0.732 0.623 0.025
0.854 0.897 0.005 0.740 0.850 0.010 0.809 0.806 0.008 0.769 0.738 0.014 0.870 0.818 0.007
0.931 0.967 0.002 0.800 0.913 0.006 0.884 0.901 0.004 0.835 0.824 0.008 0.922 0.884 0.003
1.000 1.000 0.000 0.858 0.941 0.004 0.950 0.954 0.002 0.881 0.866 0.005 0.965 0.950 0.002
0.944 0.956 0.001 1.000 1.000 0.000 0.952 0.893 0.002 1.000 1.000 0.000
1.000 1.000 0.000 1.000 1.000 0.000
62

4. Melakukan plotting antara K*ro dan K*rw vs S *w untuk semua sampel batuan
yang telah dilakukan normalisasi seperti pada Gambar 4.10. dibawah ini.

1.0000
0.9000 y = -2.5557x3 + 5.5497x2 - 3.9923x + 0.9779
R² = 0.991
0.8000
0.7000
0.6000
Krw*, Kro*, fraksi

0.5000
0.4000
0.3000 y = 4.0268x5 - 11.881x4 + 12.499x3 - 5.4909x2 + 1.8387x + 0.0016
0.2000 R² = 0.967

0.1000
0.0000
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Sw, fraksi
Kro Krw Poly. (Kro) Poly. (Krw)

Gambar 4.10. Kurva Normalisasi Sistem Air-Minyak


pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
5. Asumsikan harga S *w sebagai harga x untuk menghitung harga K*ro dan K*rw
rata-rata dari fungsi trendline masing-masing kurva pada Gambar 4.10.
 Persamaan trendline untuk K*rw:
y = 4.0268x5 - 11.881x4 + 12.499x3 - 5.4909x2 + 1.8387x + 0.0016
Contoh perhitungan untuk asumsi S *w = 1
K*rw = 4.0268(1)5-11.881(1)4 +12.499(1)3 - 5.4909(1)2 + 1.8387(1) + 0.0016
K*rw = 0.99420
 Persamaan trendline untuk K*ro :
y = -2.5557x3 + 5.5497x2 - 3.9923x + 0.9779
Contoh perhitungan untuk asumsi S *w = 1
K*ro = -2.5557(1)3 + 5.5497(1)2 - 3.99239(1) + 0.9779
K*ro = 0
63

Berikut adalah hasil perhitungan selengkapnya untuk harga K*ro dan K*rw
rata-rata:
Tabel IV-6.
Hasil Perhitungan harga K*ro dan K*rw Rata-Rata
Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
Sw* Krw* Kro*
0 0.00160 0.97790
0.05 0.08130 0.79184
0.1 0.14191 0.63161
0.15 0.19033 0.49530
0.2 0.23197 0.38098
0.25 0.27091 0.28675
0.3 0.31005 0.21068
0.35 0.35126 0.15086
0.4 0.39555 0.10537
0.45 0.44319 0.07229
0.5 0.49388 0.04971
0.55 0.54689 0.03571
0.6 0.60123 0.02838
0.65 0.65578 0.02735
0.7 0.70946 0.02720
0.75 0.76137 0.02604
0.8 0.81092 0.02458
0.85 0.85802 0.02579
0.9 0.90323 0.01698
0.95 0.94787 0.00263
1 0.99420 0.00000
64

1.00000
0.90000
kr* vs Sw
y = 4.0268x 5 - 11.881x 4 + 12.499x 3 - 5.4909x 2 + 1.8387x + 0.0016
0.80000 R² = 1
0.70000
0.60000
kr*

0.50000
0.40000
0.30000
0.20000 y = 0.3459x 4 - 3.1567x 3 + 5.8738x 2 - 4.0484x + 0.9795
R² = 0.9999
0.10000
0.00000
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Sw*

Gambar 4.11. Kurva Normalisasi Sistem Air-Minyak


pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”

6. Melakukan perhitungan S w, Kro, dan Krw de-normalisasi untuk masing-masing


region dengan end-point data yang telah tersaji pada Tabel IV-4. dengan
menggunakan Persamaan (3-6) hingga Persamaan (3-8).
 Contoh perhitungan S w de-normalisasi:
𝑆𝑤 = 𝑆 ∗ 𝑤 (1 − 𝑆𝑤𝑐 − 𝑆𝑜𝑟 ) + 𝑆𝑤𝑐
𝑆𝑤 = 0(1 − 0.348 − 0.309) + 0.348
𝑆𝑤 = 0.3840

 Contoh perhitungan Kro de-normalisasi:


𝑘 𝑟𝑜 = 𝑘 ∗ 𝑟𝑜 (𝐾𝑟𝑜 )𝑆𝑤𝑐
𝑘 𝑟𝑜 = 0.97790 × 1
𝑘 𝑟𝑜 = 0.97790
 Contoh perhitungan Krw de-normalisasi:
𝑘 𝑟𝑤 = 𝑘 ∗ 𝑟𝑤 (𝐾𝑟𝑤 )𝑆𝑜𝑟
𝑘 𝑟𝑤 = 0.00160 × 0.182
𝑘 𝑟𝑤 = 0.0002912
65

Setelah selesai melakukan perhitungan untuk masing-masing rock region,


maka selanjutnya melakukan plotting hasil de-normalisasi yang dapat dilihat
pada Gambar 4.12. Untuk hasil perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada
Tabel IV-7.
1.00
Kro, Krw

0.90 Krw vs Sw Region 1


Kro vs Sw Region 1
0.80
Krw vs Sw Region 2
0.70 Kro vs Sw Region 2
Krw vs Sw Region 3
0.60
Kro vs Sw Region 3
0.50

0.40

0.30

0.20

0.10

0.00
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 1.00
Sw
Gambar 4.12. Kurva De-normalisasi Sistem Minyak-Air
Pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
66

Tabel IV-7.
Hasil Perhitungan De -normalisasi Sistem Minyak-Air Lapisan A-13
Lapangan “KOY”
Rock Region 1 Rock Region 2 Rock Region 3
Sw Krw Kro Sw Krw Kro Sw Krw Kro
0.340 0.000 0.978 0.239 0.000 0.978 0.160 0.001 0.978

0.358 0.016 0.792 0.261 0.024 0.792 0.186 0.029 0.792

0.375 0.028 0.632 0.283 0.042 0.632 0.211 0.051 0.632

0.393 0.038 0.495 0.305 0.056 0.495 0.237 0.069 0.495

0.410 0.046 0.381 0.327 0.068 0.381 0.262 0.084 0.381

0.428 0.054 0.287 0.349 0.080 0.287 0.288 0.098 0.287

0.445 0.062 0.211 0.371 0.091 0.211 0.313 0.112 0.211

0.463 0.070 0.151 0.393 0.104 0.151 0.339 0.126 0.151

0.480 0.079 0.105 0.415 0.117 0.105 0.364 0.142 0.105

0.498 0.088 0.072 0.437 0.131 0.072 0.390 0.160 0.072

0.516 0.098 0.050 0.460 0.146 0.050 0.416 0.178 0.050

0.533 0.109 0.036 0.482 0.161 0.036 0.441 0.197 0.036

0.551 0.120 0.028 0.504 0.177 0.028 0.467 0.216 0.028

0.568 0.131 0.027 0.5406 0.2192 0.0272 0.5136 0.2689 0.0272


0.586 0.141 0.027 0.5635 0.2353 0.0260 0.5395 0.2886 0.0260
0.603 0.152 0.026 0.5864 0.2506 0.0246 0.5654 0.3073 0.0246
0.621 0.161 0.025 0.6093 0.2651 0.0258 0.5913 0.3252 0.0258
0.638 0.171 0.026 0.6322 0.2791 0.0170 0.6172 0.3423 0.0170
0.656 0.180 0.017 0.6551 0.2929 0.0026 0.6431 0.3592 0.0026
0.673 0.189 0.003 0.6780 0.3072 0.0000 0.6690 0.3768 0.0000
67

4.1.2.3. Tekanan Kapiler


Pengolahan data tekanan kapiler dilakukan dengan menggunakan metode
Leverett J-Function. Pada metode tersebut, besarnya tekanan kapiler tergantung
pada harga karakteristik batuan reservoir seperti porositas dan permeabilitas
abslolut pada skala reservoir. Hal itu dimaksudkan agar mendapatkan data yang
dapat mewakili seluruh reservoir. Berikut merupakan proses pengolahan data
tekanan kapiler sistem minyak-air:
1. Menyiapkan data Pc, S w, porositas, dan permeabilitas untuk setiap sampel hasil
pengukuran laboratorium seperti pada Tabel II-4. Gambar 4.13. dibawah
menunjukkan hasil plotting data Pc vs S w, untuk masing-masing sampel core,

160

140

120

100
Pc, Psi

80

60

40

20
4 18 38 78
0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2
Sw, fraksi

Gambar 4.13. Kurva Tekanan Kapiler Setiap Sampel Core


Lapisan A-13 Lapangan “KOY”

2. Menghitung Pc reservoir untuk masing-masing sampel core dengan Persamaan


(3-15)
𝜎𝑟𝑒𝑠
𝑃𝑐𝑟𝑒𝑠 = 𝑃𝑐𝑙𝑎𝑏
𝜎𝑙𝑎𝑏

23.38
𝑃𝑐𝑟𝑒𝑠 = 1
70

𝑃𝑐𝑟𝑒𝑠 = 0.334
68

3. Melakukan normalisasi dengan cara menghitung nilai J(S w) dengan Persamaan


(3-16) dan S *w normalisasi dengan Persamaan (3-17).
𝑃𝑐 𝑟𝑒𝑠 𝑘
 𝐽(𝑆𝑤 ) = 0.21645 √
𝜎𝑟𝑒𝑠 ∅

0.334 388
𝐽(𝑆𝑤 ) = 0.21645 √
23.38 0.257

𝐽(𝑆𝑤 ) = 0.12

𝑆𝑤𝑙𝑎𝑏−𝑆𝑤𝑐
 𝑆 ∗𝑤 =
(1−𝑆𝑤𝑐)
0.9360−0.1920
𝑆 ∗𝑤 =
(1−0.1920)

𝑆 ∗ 𝑤 = 0.9208

Hasil perhitungan dari langkah 1 sampai 3 dapat dilihatg secara lengkap


pada Tabel IV-8. dibawah ini.
69

Tabel IV-8.
Hasil Normalisasi Pc dengan metode Lavarett J-Function
pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”

Sample 4 Sample 18
Porositas 0.257 Porositas 0.2
Permeabilitas 388 Permeabilitas 1180
Sw Pc (Lab) Pc (Res) J(Sw) Sw* Sw Pc (Lab) Pc (Res) J(Sw) Sw*
1.00 0.00 0.00 0.00 1.00 0.76 0.00 0.00 0.00 1.00
0.94 1.00 0.33 0.12 0.92 0.48 1.00 0.33 0.24 0.49
0.63 2.00 0.67 0.24 0.54 0.40 2.00 0.67 0.48 0.34
0.36 4.00 1.34 0.48 0.21 0.35 4.00 1.34 0.95 0.24
0.27 8.00 2.67 0.96 0.09 0.30 8.00 2.67 1.90 0.15
0.24 15.00 5.01 1.80 0.06 0.26 15.00 5.01 3.56 0.09
0.21 35.00 11.69 4.21 0.02 0.24 35.00 11.69 8.31 0.04
0.19 150.00 50.10 18.02 0.00 0.22 150.00 50.10 35.63 0.00
70

Tabel IV-8. (lanjutan)


Hasil Normalisasi Pc dengan metode Lavarett J-Function
pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”

Sample 38 Sample 78
Porositas 0.205 Porositas 0.241
Permeabilitas 1050 Permeabilitas 1760
Sw Pc (Lab) Pc (Res) J(Sw) Sw* Sw Pc (Lab) Pc (Res) J(Sw) Sw*
0.80 0.00 0.00 0.00 1.00 0.73 0.00 0.00 0.00 1.00
0.61 1.00 0.33 0.22 0.68 0.49 1.00 0.33 0.26 0.60
0.47 2.00 0.67 0.44 0.46 0.40 2.00 0.67 0.53 0.44
0.39 4.00 1.34 0.89 0.33 0.34 4.00 1.34 1.06 0.33
0.30 8.00 2.67 1.77 0.17 0.24 8.00 2.67 2.11 0.16
0.25 15.00 5.01 3.32 0.09 0.20 15.00 5.01 3.96 0.10
0.21 35.00 11.69 7.75 0.02 0.16 35.00 11.69 9.25 0.03
0.19 150.00 50.10 33.19 0.00 0.14 150.00 50.10 39.64 0.00
71

Sedangkan Gambar 4.14. menunjukkan hasil plot dan trendline dari


perhitungan J(S w) dan S *w dari Tabel IV-8.

14
J(Sw)
12

10
J(Sw)

4 y = 0.1826x-1.039
R² = 0.8478
2

0
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0
Sw
Gambar 4.14. Kurva Normalisasi Lavarett J-Function
pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”

4. Menghitung normalisasi J*(S w) dengan cara mengasumsikan harga S *w sebagai


harga x sesuai dengan trendline yang terbentuk dari gambar di atas.
Contoh perhitungan J*(S w) untuk asumsi harga S *w = 0.05
y = 0.1826x-1.039
J*(S w) = 0.1826(0.05)-1.039
J*(S w) = 4.1046
Hasil perhitungan J*(S w) secara lengkap dapat dilihat pada Tabel IV-9.
dibawah ini.
72

Tabel IV-9.
Hasil Perhitungan Normalisasi Lavarett J-Function
pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
Sw* J(Sw)*
0.05 4.1046009
0.10 1.9975643
0.15 1.3108167
0.20 0.9721440
0.25 0.7709764
0.30 0.6379282
0.35 0.5435182
0.40 0.4731082
0.45 0.4186133
0.50 0.3752070
0.55 0.3398317
0.60 0.3104571
0.65 0.2856826
0.70 0.2645111
0.75 0.2462136
0.80 0.2302450
0.85 0.2161895
0.90 0.2037243
0.95 0.1925954
1.00 0.1826000

5. Menghitung harga S w de-normalisasi terhadap skala reservoir dengan


menggunakan nilai Swcavg dan Soravg.
Contoh perhitungan S w untuk asumsi S *w = 0.05:
𝑆𝑤 = 𝑆 ∗ 𝑤 (1 − 𝑆𝑤𝑐𝑎𝑣𝑔 − 𝑆𝑜𝑟𝑎𝑣𝑔 ) + 𝑆𝑤𝑐𝑎𝑣𝑔
𝑆𝑤 = 0.05(1 − 0.348 − 0.309) + 0.309
73

𝑆𝑤 = 0.3652
6. Menghitung Pc de-normalisasi berdasarkan end-point data setiap rock region
dengan Persamaan (3-19)
Contoh perhitungan untuk rock region 1:
𝐽(𝑆𝑤)𝜎
𝑃𝑐 = 𝑘
0.21645√

4.104 ×23.38
𝑃𝑐 = 28
0.21645 √
0.22567

𝑃𝑐 = 39.80

Hasil perhitungan Pc de-normalisasi utuk setiap rock region dapat dilihat


pada Tabel IV-10., sedangkan untuk plot hasil de-normalisasi Pc untuk setiap rock
region dapat dilihat pada Gambar 4.15.

40
Pc vs Sw Region 1
35 J(Sw) Pc vs Sw Region 2
Pc vs Sw Region 3
30

25
J(Sw)

20

15

10

0
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0
Sw
Gambar 4.15. Hasil De-normalisasi Pc untuk setiap rock region
pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
74

Tabel IV-10.
Hasil De-normalisasi Pc untuk Setiap Rock Region pada Lapisan A-13
Lapangan “KOY”

Rock Region 1 Rock Region 2 Rock Region 3


Pc Res Denorm Sw Pc Res Denorm Sw Pc Res Denorm Sw
33.92 0.3576 13.43 0.2611 6.71 0.1856
16.51 0.3751 6.54 0.2831 3.26 0.2111

10.83 0.3927 4.29 0.3052 2.14 0.2367


8.03 0.4102 3.18 0.3272 1.59 0.2622
6.37 0.4278 2.52 0.3493 1.26 0.2878
5.27 0.4453 2.09 0.3713 1.04 0.3133

4.49 0.4629 1.78 0.3934 0.89 0.3389


3.91 0.4804 1.55 0.4154 0.77 0.3644
3.46 0.4980 1.37 0.4375 0.68 0.3900
3.10 0.5155 1.23 0.4596 0.61 0.4155

2.81 0.5331 1.11 0.4816 0.56 0.4411


2.57 0.5506 1.02 0.5037 0.51 0.4666
2.36 0.5682 0.93 0.5257 0.47 0.4922
2.19 0.5857 0.87 0.5478 0.43 0.5177

2.03 0.6033 0.81 0.5698 0.40 0.5433


1.90 0.6208 0.75 0.5919 0.38 0.5688
1.79 0.6384 0.71 0.6139 0.35 0.5944
1.68 0.6559 0.67 0.6360 0.33 0.6199

1.59 0.6735 0.63 0.6580 0.31 0.6455


1.51 0.6910 0.60 0.6801 0.30 0.6710
75

4.2. Pengolahan Data PVT


Sifat fisik fluida reservoir pada Lapangan “KOY” tersedia dari analisa
surface sampling dan differential liberation. Dikarenakan data yang dibutuhkan
untuk menggunakan winprop pada simulator CMG kurang. Maka penulis
menggunakan quick black oil model untuk mendapatkan data PVT dengan
menggunakan korelasi yang secara matematis diolah oleh simulator CMG.
Rangkuman kondisi sifat fisik fluida reservoir tersebut dapat dilihat pada Tabel II-
5. dan Tabel II-6.
4.3. Drive Mechanism
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi drive mechanism Lapisan
A-13 Lapangan “KOY” adalah dengan drive mechanism diagnostic curve yang
dikemukakan oleh Ganesh Thakur pada tahun 2009. Metode ini membuat plot
antara persen penurunan tekanan reservoir terhadap prosentase produksi minyajk
terhadap nilai OOIP. Kemudian plot tersebut di-overlay-kan dengan drive
mechanism diagnostic curve dari Ganesh Thakur. Hasil analisis drive mechanism
pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY” yang mengacu pada Tabel II-9. dapat dilihat
pada Tabel IV-10. dan Gambar 4.16. di bawah ini.
Tabel IV-11.
Pengolahan Data Tekanan Reservoir dan Produksi untuk Menentukan
Drive Mechanism Metode Ganesh Thakur
Recovery
Reservoir Pressure
Date Efficiency
%Pressure %OOIP
Apr-69 100% 0%
Apr-73 96% 3%
Jun-73 67% 3%
Jun-75 69% 6%
Jan-77 64% 10%
Feb-78 48% 12%
Mar-80 60% 14%
Jan-82 58% 17%
Jun-82 79% 17%
Feb-84 55% 19%
76

Gambar 4.16. Penentuan Drive Mechanism Lapisan A-13 Lapangan “KOY”


Dengan Metode Ganesh Thakur

Dari Gambar 4.16. di atas, dapat diketahui bahwa drive mechanism pada
Lapisan A-13 Lapangan “KOY” merupakan Solution Gas Drive di awal produksi.
Setelah semua gas terlepas, Water Drive Mechanism menjadi dominan dikarenakan
hasil plot Lapangan “KOY” mengikuti trend dari water drive mechanism pada drive
mechanism diagnostic curve milik Ganesh Thakur.
4.4. Analisa Model Simulasi Reservoir
Setelah persiapan, pengolahan, dan input data telah selesai, tahapan
selanjutnya adalah membuat model dinamis reservoir dari Lapisan A-13 Lapangan
“KOY” dengan menggunakan software Computer Modelling Group (CMG).
Sedangkan simulator IMEX 2015.10 digunakan pada saat proses inisialisasi hingga
selesainya proses simulasi reservoir yaitu tahap rediksi. Deskripsi model reservoir
akan ditunjukkan pada Tabel IV-12.
77

Tabel IV-12.
Deskripsi Model Reservoir Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
Deskripsi Keterangan
Simulator CMG IMEX 2015.10
Jenis Grid Kartesian
Dimensi Grid 64 x 50 x 113
Jumlah Grid Aktif 206,337
Sistem Porositas Tunggal
Jumlah Layer 52 Layer

4.4.1. Model Geologi


Pada lapisan A-13 memiliki tipe batuan pasir yang diendapkan secara tidak
selaras di atas Formasi Kelesa. Secara lithologi, formasi ini terdiri dari batuan pasir
berbutir menengah sampai ke halus yang berseling dengan batuan konglomerat dan
batubara. Peta Top Structure Lapisan A-13 dapat dilihat pada Gambar 4.17.

Gambar 4.17. Peta Grid Top Lapisan A-13 Lapangan “KOY”


(Draft POFD Lapangan “KOY”, 2018)
78

Setelah diperoleh peta struktur Lapisan A-13, maka dapat ditentukan peta
Net to Gross Ratio Lapangan “KOY” yang ditunjukkan pada Gambar 4.18.

Gambar 4.18. Peta Net To Gross Lapisan A-13 Lapangan “KOY”


(Draft POFD Lapangan “KOY”, 2018)
Selain Grid Top dan Net to Gross Ratio, juga didapatkan peta distribusi
parameter petrofisik yang terdiri dari peta isoporositas, isopermeabilitas, dan
isosaturasi yang ditunjukkan pada gambar dibawah. Sedangkan untuk Gambar
4.23. menunjukkan distribusi tekanan pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
79

Gambar 4.19. Peta Isoporositas Lapisan A-13 Lapangan “KOY”


(Draft POFD Lapangan “KOY”, 2018)

Gambar 4.20. Peta Isopermeabilitas Lapisan A-13 Lapangan “KOY”


(Draft POFD Lapangan “KOY”, 2018)
80

Oil Saturation 1970-11-01 K layer: 1

32,621,000
1,722,000 1,724,000 1,726,000 1,728,000 1,730,000 1,732,000 1,734,000 1,736,000 File: basecase-1.irf
User: My Computer
32,620,000
Date: 10/16/2020
Scale: 1:28954

32,619,000
Y /X: 1.00:1
Axis Units: f t
32,618,000

32,617,000
1.00
32,616,000

0.90

32,615,000
0.80

K-01
32,614,000

0.70

0.60

32,613,000
0.50
32,612,000

0.40

32,611,000
0.30
32,610,000

0.20

32,609,000
0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 mile
0.10
32,608,000

0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 km


0.00
1,722,000 1,724,000 1,726,000 1,728,000 1,730,000 1,732,000 1,734,000 1,736,000

Gambar 4.21. Peta Isosaturasi Minyak Lapisan A-13 Lapangan “KOY”


(Draft POFD Lapangan “KOY”, 2018)
Water Saturation 1970-11-01 K layer: 1

1,723,000 1,725,000 1,727,000 1,729,000 1,731,000 1,733,000 1,735,000 1,737,000 File: basecase-1.irf
32,620,000
32,620,000

User: My Computer
Date: 10/16/2020
Scale: 1:28349
Y /X: 1.00:1
Axis Units: f t
32,618,000
32,618,000

1.00
32,616,000
32,616,000

0.90

0.80

K-01
32,614,000
32,614,000

0.70

0.60

0.50
32,612,000
32,612,000

0.40

0.30
32,610,000
32,610,000

0.20

0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 mile


0.10
32,608,000

0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 km


0.00
1,723,000 1,725,000 1,727,000 1,729,000 1,731,000 1,733,000 1,735,000 1,737,000

Gambar 4.22. Peta Isosaturasi Air Lapisan A-13 Lapangan “KOY”


(Draft POFD Lapangan “KOY”, 2018)
81

Gambar 4.23. Peta Distribusi Tekanan pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
(Draft POFD Lapangan “KOY”, 2018)
4.5. Analisa Inisialisasi
Tahap analisa inisialisasi merupakan tahap penyelarasan inplace (OOIP)
volumetric dan tekanan. Inisialisasi OOIP dilakukan untuk menyamakan antara
OOIP model reservoir Lapisan A-13 Lapangan “KOY” dengan OOIP hasil
perhitungan volumetric. Parameter yang dimodifikasi pada proses inisialisasi OOIP
salah satunya adalah tekanan kapiler. Pada proses inisialisasi ini, prosentase error
maksimum yang diperbolehkan adalah sebesar 5%. Ringkasan hasil inisialisasi
Lapsian A-13 Lapangan “KOY” dapat dilihat pada Tabel IV-13.

Tabel IV-13.
Ringkasan Hasil Inisialisasi Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
Data
Parameter Perbedaan (%)
Data Lapangan Hasil Simulasi

OOIP, MSTB 17,927 17,974 -0.262


Tekanan, Psia 624.7 620.79 0.620
82

Gambar 4.24.
Kurva Pc vs Sw Setelah Dilakukan Inisialisasi
83

4.6. Analisa History Matching


Setelah dilakukannya inisialisasi, tahap selanjutnya adalah history
matching, yaitu tahap penyelarasan laju dan kumulatif produksi. Proses history
matching dimulai dari awal produksi, yaitu bulan November 1970 sampai dengan
Desember 2018. Constraint yang digunakan pada Lapangan “KOY” Lapisan A-13
yaitu menggunakan liquid control. Hal tersebut dikarenakan tenaga pendorong
yang bekerja pada Lapisan A-13 adalah water drive. Batas perbedaan kumulatif
minyak dalam simulasi terhadap kondisi aktual adalah < 5%, sedangkan perbedaan
kumulatif produksi air dalam simulasi terhadap kondisi aktual adalah < 10%. Tabel
IV-14. merupakan rangkuman dari history matching yang dilakukan pada Lapisan
A-13 Lapangan “KOY”.
Tabel IV-14.
Ringkasan Hasil History Matching Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
Data
Parameter Perbedaan (%)
Data Lapangan Hasil Simulasi

Liquid, MSTB 32,510.80 32,828.50 -0.977%


Minyak, MSTB 4,646.84 4,659.50 -0.120%
Air, Mbbl 27,863.96 28,169 -1.048%

Gambar 4.26. sampai Gambar 4.28. merupakan performa kumulatif


produksi dari Lapisan A-13 Lapangan “KOY” setelah dilakukan history matching.
84

Gambar 4.25.
Kurva Kr vs Sw Setelah Dilakukan History Matching
85

Gambar 4.26.
Kurva Laju Produksi Liquid Setelah History Matching

Gambar 4.27.
Kurva Laju Produksi Minyak Setelah History Matching
86

Gambar 4.28.
Kurva Laju Produksi Air Setelah History Matching

Gambar 4.29.
Kumulatif Produksi Minyak Pada Kondisi Aktual vs Simulasi
Setelah History Matching
87

4.7. Analisa PI Matching


Untuk menghasilkan prediksi yang sesuai dengan keadaan aktual, perlu
dilakukan PI Matching selama 5 bulan terakhir dengan constraint laju produksi
minyak. Hal ini bertujuan untuk menyelaraskan laju produksi minyak sehingga
model tidak memberikan prediksi yang terlalu optimis maupun pesimis.
PI Matching hanya dilakukan pada key well dan pada sumur yang masih
berproduksi. Pada Lapangan “KOY” Lapisan A-13, PI Matching hanya dilakukan
pada sumur K-1 dengan merubah parameter sumuran seperti skin dan
transmissibility. Hasil laju produksi minyak dan air setelah dilakukan PI Matching
ditunjukkan pada Gambar 4.31. di bawah ini.

Gambar 4.30. Laju Produksi Minyak Sumur K-1 Setelah


PI Matching
4.8. Prediksi
Tahap akhir dari dilakukannya simulasi reservoir adalah prediksi atau
peramalan (forecast). Tahap ini bertujuan untuk memperkirakan perilaku reservoir
pada waktu yang akan datang berdasarkan waktu yang ditentukan. Prediksi atau
forecast pada Lapisan A-13 ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan lokasi
dan jumlah sumur infill yang optimum.
88

4.8.1. Perhitungan Recovery Factor dengan Metode JJ. Arps


Berdasarkan analisa drive index, dapat dilihat bahwa tenaga pendorong
yang dominan bekerja pada Lapisan A-13 adalah water drive. Berdasarkan struktur
Lapangan “KOY”, jenis water drive adalah bottom water drive dikarenakan semua
sumur terjadi water influx meskipun ada patahan. Penurunan tekanannya relative
lambat dengan produksi air yang meningkat secara signifikan.
Perhirungan recovery factor untuk Lapisan A-13 menggunakan persamaan
JJ. Arps untuk reservoir water drive seperti pada Persamaan (3-24).

∅(1−𝑆 𝑤𝑖) 0.0422 0.0979


𝑘 𝑃
𝑅𝐹 = 54.898 ( ) ( 𝜇 𝑤𝑖 ) (𝑆𝑤𝑖 )−0.1903( 𝑖 )−0.2159
𝐵𝑜𝑖 𝜇𝑜𝑖 𝑃𝑎

(
0.219 1−0.183) 0.0422 1010 0.0979
= 54.898 ( ) ( 0.457 ) (0.183)−0.1903 (624.7)−0.2159
1.029 3.22 28

RF = 54.79%

Sedangkan nilai ultimate recovery dapat ditentukan dengan Persamaan (3-


25) dengan hasil sebagai berikut:
𝑈𝑅 = 𝑅𝐹 𝑥 𝑂𝑂𝐼𝑃
𝑈𝑅 = 54.79% 𝑥 17927
𝑈𝑅 = 9821.869 MSTB
Berdasarkan perhitungan diatas, maka besarnya jumlah minyak yang dapat
diambil ke permukaan adalah sebesar 9821.869 MSTB atau sebesar 55% dari
OOIP.
4.8.2. Q Initial
Q initial adalah laju produksi awal yang biasanya menjadi ukuran untuk
sumur baru atau infill. Besar Q initial tidak boleh melebihi laju produksi terbesar
dari sumur-sumur yang sudah ada. Oleh karena itu, dilakukan plot antara Qo pada
peak production dari tiap sumur yang sudah ada dan dicari trendline dari laju
produksinya.
Gambar 4.32. menunjukkan trendline dari laju produksi tiap sumur yang
sudah ada. Sehingga nantinya akan didapatkan laju produksi sumur yang akan
ditambahkan tidak boleh lebih dari 411.09 BOPD.
89

1000.00

Qo Peak, Bbl/D
100.00

10.00

1.00
6/11/1968 2/18/1982 10/28/1995 7/6/2009 3/15/2023
Tahun

Gambar 4.31. Trendline Laju Produksi Minyak Sumur Existing


pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”dengan Metode Qopeak

500.00

400.00
Qo, Bbl/D

300.00

200.00

100.00

0.00
0 5 10 15
PI
Gambar 4.32. Trendline Laju Produksi Minyak Sumur Existing
pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY” dengan Metode PI

4.8.3. Q Limit
Q limit adalah laju produksi minimal dari suatu sumur dimana jumlah
penghasilan yang diterima dari hasil produksi akan sama dengan jumlah biaya yang
diperlukan untuk memproduksikan minyak tersebut. Q limit pada penelitian ini
sebesar 14.6 BOPD sesuai dengan asumsi yang digunakan pada Draft POFD
Lapangan “KOY”.
90

4.8.4. Distribusi Oil Per Unit Area (OPU)


Distribusi cadangan sisa pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY” digambarkan
dalam peta oil per unit area dari hasil simulasi reservoir dengan menggunakan
software CMG IMEX 2015.10. Dari peta tersebut dapat dilihat daerah mana saja
yang masih terdapat daerah dengan ketebalan produktif minyak yang relative masih
tinggi. Dimana pada daerah tersebut akan menjadi titik penambahan sumur infill.
Peta oil per unit area pada Lapisan A-13 dapat dilihat pada Gambar 4.34.
dibawah ini. Dari gambar tersebut, dapat dilihat bahwa masih banyak daerah
dengan potensi minyak yang tinggi. Tidak semua daerah dengan harga Oil Per Unit
Area yang tinggi menjadi titik penambahan sumur infill.
Hal ini menjadi pertimbangan pada perencanaan peletakan sumur infill pada
Lapisan A-13 Lapangan “KOY”. Dengan begitu diharapkan produksi minyak akan
meningkat sehingga pengurasan minyak yang tersisa di reservoir akan lebih cepat
sebelum masa kontrak lapangan ini habis.
91

Oil Per Unit Area - Layer (ft) 1970-11-01 K layer: 1

File: 6 sumur.irf
1,724,000 1,725,000 1,726,000 1,727,000 1,728,000 1,729,000 1,730,000 1,731,000 1,732,000 1,733,000 1,734,000 1,735,000 1,736,000

32,619,000
User: My Computer
Date: 10/20/2020
Scale: 1:23082
Y/X: 1.00:1

32,618,000
Axis Units: ft

32,617,000

0.36

32,616,000
0.32
32,615,000

0.29

K-01
0.25

32,614,000
0.22
32,613,000

0.18

32,612,000
0.14

0.11
32,611,000

0.07

32,610,000
0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 mile
0.04
0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 km
32,609,000

0.00

1,724,000 1,725,000 1,726,000 1,727,000 1,728,000 1,729,000 1,730,000 1,731,000 1,732,000 1,733,000 1,734,000 1,735,000 1,736,000

Gambar 4.33.
Peta Hydrocarbon Pore Volume Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
Sebelum Dilakukan Prediksi
92

Gas Per Unit Area - Total (ft) 2018-12-01 K layer: 1

32,619,000
1,725,000 1,726,000 1,727,000 1,728,000 1,729,000 1,730,000 1,731,000 1,732,000 1,733,000 1,734,000 1,735,000 File: infill2.irf
User: My Computer
Date: 8/20/2020

32,618,000
Scale: 1:20323
BN-13 Y/X: 1.00:1
Axis Units: ft
BN-11

32,617,000
BN-16 BN-25

BN-07 BN-24
BN-17 4.84e-16
32,616,000

BN-10
BN-19
BN-26
BN-15
4.36e-16
BN-08

32,615,000
BN-03 3.87e-16
BN-09 BN-01
BN-22 3.39e-16
32,614,000

BN-14 BN-21
2.91e-16

32,613,000
BN-12
BN-05 2.42e-16

1.94e-16
32,612,000

BN-23

1.45e-16

32,611,000
9.69e-17

0.00 1300.00 2600.00 feet


32,610,000

4.84e-17
0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 km

0.00e+0

1,725,000 1,726,000 1,727,000 1,728,000 Gambar


1,729,000 4.34. 1,733,000 1,734,000 1,735,000
1,730,000
1,731,000 1,732,000

Peta Flowrate Capability Lapisan A-13 Lapangan “KOY”


Sebelum Dilakukan Prediksi
93

Oil Per Unit Area - Total (ft) 2018-12-01 K layer: 1

File: basecase-1.irf
1,725,000 1,726,000 1,727,000 1,728,000 1,729,000 1,730,000 1,731,000 1,732,000 1,733,000 1,734,000 1,735,000 1,736,000
User: My Computer
Date: 10/16/2020

32,619,000
Scale: 1:21393
Y/X: 1.00:1
Axis Units: ft
32,618,000

K-13

32,617,000
K-11
8.7
K-16 K-25

K-07 K-24 7.8


K-17
32,616,000

K-10
K-19
K-26
6.9
K-15

32,615,000
K-08
K-03 6.1
K-09 K-01
5.2
32,614,000

K-22

K-14 K-21
4.3

32,613,000
K-12
K-05 3.5
32,612,000

K-23 2.6

1.7

32,611,000
0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 mile
0.9
0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 km
32,610,000

0.0
1,725,000 1,726,000 1,727,000 1,728,000 1,729,000 1,730,000 1,731,000 1,732,000 1,733,000 1,734,000 1,735,000 1,736,000

Gambar 4.35.
Peta Oil Per Unit Area Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
Sebelum Dilakukan Prediksi
94

4.9. Skenario Perencanaan Penambahan Sumur Infill


Perencanaan pengembangan lapangan dengan menambahkan sumur infill
dilakukan untuk mengoptimalkan pengurasan terhadap area yang masih produktif
pada Lapisan A-13. Perencanaan pengembangan lapangan dilakukan dengan
menyusun suatu scenario perencanaan penambahan sumur dan pelakukan prediksi
performance dari reservoir untuk berproduksi yang bertujuan untuk mengetahui
perilaku reservoir di masa yang akan datang berdasar scenario yang diharapkan.
Masing-masing scenario yang telah disusun kemudian akan disimulasikan
menggunakan CMG IMEX 2015.10 dengan waktu running selama 17 tahun, mulai
dari bulan Januari 2019 sampai dengan bulan Desember 2036. Sedangkan untuk
constrain dari masing-masing sumur infill adalah sebagai berikut:
a. Minimum Oil Rate : 14.6 STB/day
b. Minimum BHP : 50 psi
c. Maximum Water Cut : 98%
Skenario pengembangan pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY” untuk
menentukan jumlah sumur infill optimum adalah sebagai berikut:
a. Skenario I (Basecase) : Produksi existing wells hingga akhir simulasi
b. Skenario II : Basecase dan penambahan sumur infill
Rangkuman dari masing-masing scenario untuk penentuan jumlah sumur
infill yang optimum pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY” dapat dilihat pada Tabel
IV-15. dibawah ini.
Tabel IV-15.
Skenario Prediksi untuk Penentuan Jumlah Sumur Infill
pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
Waktu Prediksi
Skenario Rincian Skenario
Awal Akhir
Basecase Produksi Sumur Existing 01-01-2019 01-12-2036
Skenario I Basecase + sumur infill 01-01-2020 01-12-2036
95

4.7.1. Basecase
Pada skenario I yang merupakan Basecase, prediksi dilakukan dengan
memproduksikan sumur yang sudah ada dan masih berproduksi sampai akhir
history matching, yaitu bulan Desember 2018. Sumur yang masih berproduksi
adalah sumur K-01, K-07, K-08, K-10, K-14, K-15, K-22, dan K-24.
Dengan Skenario I ini, Lapisan A-13 dapat berproduksi dengan akhir
Desember 2036 dan menghasilkan penambahan N p sebesar 442.26 MSTB dan
penambahan recovery factor sebesar 2.45%.
4.7.2. Skenario I
Untuk Skenario I, prediksi dilakukan dengan melakukan Basecase dengan
penambahan sumur infill. Adapun sumur yang ditambahkan antara lain, sumur
LAB-1, LAB-2, LAB-3, LAB-4, LAB-5, LAB-6, dan LAB-7. Dari masing-masing
sumur infill tersebut, maka akan dilakukan ranking berdasarkan laju produksi
minyak pada awal pembukaan sumur (Qoi). Sumur infill dengan laju produksi
dibawah Qoi yang optimum, yaitu sebesar 50 BOPD, maka tidak akan masuk ke
dalam rekomendasi penambahan sumur infill.
4.7.2.1. Skenario I-A
Skenario I-A dilakukan dengan cara menambahkan 1 sumur infill, yaitu
sumur LAB-1. Dari skenario ini, akan didapatkan penambahan kumulatif produksi
sebesar 525.30 MSTB dengan Qo sebesar 194.211 Bbl/day.
4.7.2.2. Skenario I-B
Skenario I-B dilakukan dengan cara menambahkan 2 sumur infill, yaitu
sumur LAB-1 dan LAB-2. Dari skenario ini, akan didapatkan penambahan
kumulatif produksi sebesar 1278.1 MSTB dengan Qo sebesar 363.735 Bbl/day.
4.7.2.3. Skenario I-C
Skenario I-C dilakukan dengan cara menambahkan 3 sumur infill, yaitu
sumur LAB-1, LAB-2 dan LAB-3. Dari skenario ini, akan didapatkan penambahan
kumulatif produksi sebesar 1631.4 MSTB dengan Qo sebesar 512.205 Bbl/day.

4.7.2.4. Skenario I-D


96

Skenario I-D dilakukan dengan cara menambahkan 4 sumur infill, yaitu


sumur LAB-1, LAB-2, LAB-3 dan LAB-4. Dari skenario ini, akan didapatkan
penambahan kumulatif produksi sebesar 1939.3 MSTB dengan Qo sebesar 644.79
Bbl/day.
4.7.2.5. Skenario I-E
Skenario I-E dilakukan dengan cara menambahkan 5 sumur infill, yaitu
sumur LAB-1, LAB-2, LAB-3, LAB-4 dan LAB-5. Dari skenario ini, akan
didapatkan penambahan kumulatif produksi sebesar 2400.2 MSTB dengan Qo
sebesar 768.82 Bbl/day.
4.7.2.6. Skenario I-F
Skenario I-F dilakukan dengan cara menambahkan 6 sumur infill, yaitu
sumur LAB-1, LAB-2, LAB-3, LAB-4, LAB-5, dan LAB-6. Dari skenario ini, akan
didapatkan penambahan kumulatif produksi sebesar 2438.4 MSTB dengan Qo
sebesar 817.39 Bbl/day.
4.7.2.7. Skenario I-G
Skenario I-F dilakukan dengan cara menambahkan 7 sumur infill, yaitu
sumur LAB-1, LAB-2, LAB-3, LAB-4, LAB-5, LAB-6, dan LAB-7. Dari skenario
ini, akan didapatkan penambahan kumulatif produksi sebesar 2460.8 MSTB dengan
Qo sebesar 853.53 Bbl/day.
Sumur infill yang berada di bawah cut-off adalah sumur LAB-6 dan LAB-
7; sehingga kedua sumur tersebut tidak akan dilakukan proses pemboran nantinya.
Besarnya ranking untuk setiap sumur infill dapat dilihat pada Tabel IV-16. Dari
tabel tersebut, maka dapat dilihat sumur dengan potensi laju produksi dan kumulatif
produksi dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah. Sumur infill dengan
prediksi ranking paling tinggi merupakan sumur LAB-3, sehingga sumur tersebut
merupakan sumur dengan prioritas pertama untuk ditambahkan. Begitu pula untuk
sumur-sumur selanjutnya.
Penambahan kumulatif produksi minyak, dan recovery factor untuk setiap
skenario tersaji pada Tabel IV-17. Sedangkan untuk waktu penambahan semua
usulan sumur infill yang telah disesuaikan dengan ranking masing-masing sumur
dapat dilihat pada Tabel IV-18.
97

Berdasarkan hasil prediksi dengan melakukan skenario I, Lapisan A-13


dapat berproduksi sampai akhir Desember 2036 dan akan akan menghasilkan
penambahan Np sebesar 2,400.19 MSTB dengan penambahan recovery factor
sebesar 13.3%.
Tabel IV-16.
Ranking dan Prediksi Kumulatif Produksi
untuk Masing-masing Sumur Infill

OPU Qoi Cumulative Oil


Ranking Sumur
(ft) (BOPD) (MBbl)
1 LAB-1 7.27 194.211 525.30

2 LAB-2 6.77 169.523 414.16

3 LAB-3 6.09 148.470 388.17


4 LAB-4 5.77 132.594 355.53
5 LAB-5 5.33 124.063 338.88

6 LAB-6 5.26 48.529 62.00

7 LAB-7 5.25 36.139 52.11

Tabel IV-17.
Penambahan Np dan Recovery Factor untuk Setiap Skenario
Incremental Incremental
Skenario Np, MSTB RF, %
Np, MSTB RF, %
Basecase 5,098.1 442.26 28.4% 2.44%
Skenario I
(Basecase + 7,059.6 2,400.19 39% 13.3%
Sumur Infill)

Tabel IV-18.
Waktu Pelaksanaan Usulan Penambahan Titik Sumur Infill
98

Sumur Waktu Penambahan Sumur

LAB-1 01-01-2020

LAB-2 01-03-2020

LAB-3 01-06-2020

LAB-4 01-09-2020

LAB-5 01-12-2020

Gambar 4.36. Laju Produksi Minyak Lapisan A-13 dengan


Basecase
99

Gambar 4.37. Laju Produksi Liquid Lapisan A-13 dengan


Skenario 1 (Basecase)

Gambar 4.38. Kumulatif Produksi Minyak Lapisan A-13


pada Skenario 1 (Basecase)
100

Hasil laju produksi minyak dan liquid pada Basecase tersaji pada Gambar
4.37. dan Gambar 4.38. Sedangkan untuk Gambar 4.39. merupakan grafik
kumulatif produksi minyak pada Basecase.

Gambar 4.39. Laju Produksi Minyak Lapisan A-13


dengan Penambahan Sumur Infill

Gambar 4.40. Kumulatif Produksi Minyak Lapisan A-13 dengan


Penambahan Sumur Infill
101

Gambar 4.39. dan Gambar 4.40. menunjukkan laju produksi minyak pada
Lapisan A-13 Lapangan “KOY” setelah dilakukan penambahan empat sumur infill
Sedangkan untuk Gambar 4.41. hingga Gambar 4.45. merupakan grafik laju
produksi untuk setiap sumur infill.

Gambar 4.41. Laju Produksi Minyak pada Sumur Infill LAB-1

Gambar 4.42. Laju Produksi Minyak pada Sumur Infill LAB-2


102

Gambar 4.43. Laju Produksi Minyak pada Sumur Infill LAB-3

Gambar 4.44. Laju Produksi Minyak pada Sumur Infill LAB-4


103

Gambar 4.45. Laju Produksi Minyak pada Sumur Infill LAB-5

7500
Cumulative Prod Oil, MSTB

7000
6500
6000
5500
5000
4500
4000
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Jumlah Sumur Infill

Gambar 4.46. Grafik Kumulatif Produksi Tiap Penambahan Sumur Infill


pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY”

Gambar 4.46. di atas merupakan grafik jumlah penambahan sumur infill


dan kumulatif produksi minyak. Dari grafik tersebut, maka dapat diketahui bahwa
Skenario I-E dengan penambahan sumur infill sebanyak lima sumur adalah skenario
yang memberikan kumulatif produksi minyak, dan incremental recovery factor
paling optimum diantara skenario yang lain. Hal tersebut dikarenakan kurva
104

kumulatif produksi yang sudah cenderung landai setelah penambahan lima sumur
infill.
Untuk Gambar 4.47. dibawah merupakan peta Oil Per Unit Area dari
Lapangan “KOY” Lapisan A-13 sesudah dilakukan skenario penambahan sumur
infill. Letak masing-masing sumur infill pada Lapangan “KOY” Lapisan A-13 dapat
dilihat pada Gambar 4.47. yang menunjukkan bahwa Lapisan A-13 sudah terkuras
hampir sempurna.

Oil Per Unit Area - Total (ft) 2036-12-01 K layer: 1

32,620,000
File: 6 Sumur.irf
1,725,000 1,726,000 1,727,000 1,728,000 1,729,000 1,730,000 1,731,000 1,732,000 1,733,000 1,734,000 1,735,000
User: My Computer
Date: 10/17/2020
Scale: 1:20539
32,619,000

Y/X: 1.00:1
Axis Units: ft

32,618,000
K-13
6.0
LAB-5
32,617,000

K-11

K-16 K-25 5.4


K-07 K-24 LAB-3
K-17

32,616,000
K-10
4.8
K-19
K-26
K-15 4.2
32,615,000

K-08
LAB-1
K-03 3.6
K-09 K-01
LAB-2 K-22

32,614,000
3.0
LAB-6
K-14 K-21
LAB-4 2.4
32,613,000

K-12
K-05 1.8
32,612,000

K-23 1.2

0.00 1310.00 2620.00 feet


0.6
32,611,000

0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 km

0.0
1,725,000 1,726,000 1,727,000 1,728,000 1,729,000 1,730,000 1,731,000 1,732,000 1,733,000 1,734,000 1,735,000

Gambar 4.47.
Letak Sumur Infill pada Peta Oil Per Unit Area Lapisan A-13 Lapangan
“KOY”
105

Oil Per Unit Area - Total (ft) 2036-12-01 K layer: 1

32,620,000
File: 6 Sumur.irf
1,725,000 1,726,000 1,727,000 1,728,000 1,729,000 1,730,000 1,731,000 1,732,000 1,733,000 1,734,000 1,735,000
User: My Computer
Date: 10/17/2020
Scale: 1:20539
32,619,000

Y/X: 1.00:1
Axis Units: ft

32,618,000
K-13
6.0
LAB-5
32,617,000

K-11

K-16 K-25 5.4


K-07 K-24 LAB-3
K-17

32,616,000
K-10
4.8
K-19
K-26
K-15 4.2
32,615,000

K-08
LAB-1
K-03 3.6
K-09 K-01
LAB-2 K-22

32,614,000
3.0
LAB-6
K-14 K-21
LAB-4 2.4
32,613,000

K-12
K-05 1.8

32,612,000
K-23 1.2

0.00 1310.00 2620.00 feet


0.6
32,611,000

0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 km

0.0
1,725,000 1,726,000 1,727,000 1,728,000 1,729,000 1,730,000 1,731,000 1,732,000 1,733,000 1,734,000 1,735,000

Gambar 4.49.
Letak Sumur Infill pada Peta Oil Per Unit Area Lapisan A-13 Lapangan “KOY”
BAB V
PEMBAHASAN

5.1. Tinjauan Umum Lapangan


Lapangan “KOY” merupakan salah satu lapangan minyak yang msuk ke
dalam wilayah Blok “Y”. Lapangan ini terletak di Provinsi Riau. Letak Lapangan
“KOY” secara geografis dapat dilihat pada Gambar 2.1. Reservoir utama pada
lapangan ini adalah Formasi Lakat, dimana formasi ini terdiri dari Lakat A-13, B-
13, C-13, D-13, dan E-13, dimana Lapisan A-13 menjadi sasaran studi simulasi
reservoir.
Lapisan A-13 pada Lapangan “KOY” mulai diproduksikan sejak bula n
Desember 1970 dengan kumulatif produksi minyak hingga bulan Desember 2018
sebesar 4.65 MMSTB dengan kumulatif produksi air sebesar 27.86 Mbbl. Jumlah
sumur pada Lapisan A-13 sampai akhir Desember 2018 terdiri dari 8 sumur
produksi, 1 sumur injeksi, 9 sumur plug and abandoned, dan 3 sumur shut-in.
5.2. Pengolahan Data
Studi simulasi reservoir pada penelitian ini dikerjakan sesuai dengan
diagram alir yang tertera pada Gambar 1.1. dimana tahapan yang dilakukan dengan
pengumpulan data, baik data reservoir, model geologi, dan data produksi.
Tahap pertama dari simulasi reservoir adalah tahap persiapan dan
pengolahan data, yang dimulai dengan penentuan rock region. Hal tersebut
didapatkan dari hasil pengujian sifat fisik batuan. Fungsi utama dari pembagian
rock region ini adalah untuk mengelompokkan daerah-daerah di reservoir
berdasarkan property-nya. Selain itu, pembagian rock region akan mempermudah
proses inisialisasi dan history matching. Untuk Lapisan A-13 Lapangan “KOY”,
pembagian rock region dilakukan berdasarkan distribusi permeabilitas dari model
statis. Nilai permeabilitas tersebut didaptakan dari korelasi cross plot porositas dan
permeabilitas. Berdasarkan analisa trendline pada Gambar 4.1., Lapisan A-13
memiliki 3 region. Region 1 memiliki nilai permeabilitas antara 6 – 118 mD, Region

104
105

2 memiliki nilai permeabilitas antara 119 – 496 mD, dan Region 3 memiliki nilai
permeabilitas antara 497 – 3015 mD.
Selain itu, perlu dilakukan pemetaan Key Well pada masing-masing rock
region. Kriteria Key well adalah sumur yang memiliki %kumulatif produksi lebih
dari 75% dan sumur yang masih berproduksi di akhir history matching. Hal tersebut
dapat dilihat pada Tabel IV-2.
Setelah didapatkan rock region pada model simulasi reservoir, selanjutnya
adalah menentukan harga S wc. S or, S gc, S org, Kro@S wc, Krog@S gc, Krg@S org, dan
Krw@S or untuk masing-masing region dengan menggunakan korelasi yang terdapat
pada Gambar 4.6 sampai Gambar 4.9. Untuk sistem minyak-air, didapatkan
range data untuk nilai S wc adalah 0.340 (region 1) – 0.160 (region4), S or = 0.309
(region 1) – 0.329 (region 4), Kro@S wc = 1, dan Krw@S or = 0.199 (region 1) – 0.360
(region 4).
Tahap selanjutnya setelah pembagian rock region adalah melakukan
normalisasi dan de-normalisasi data permeabilitas relative dan tekanan kapiler.
Hasil normalisasi dan de normalisasi permeabilitas setiap rock region ditunjukkan
oleh Gambar 4.10. sementara untuk hasil normalisasi de-normalisasi kurva
tekanan kapiler setiap rock region ditunjukkan oleh Gambar 4.14.
Untuk Region 1, saturasi air dimulai dari 0.340 sampai 0.673, dengan
permeabilitas relative minyak mulai 0.978 sampai 0 dan permeabilitas relative air
dari 0 sampai 0.189. Untuk Region 2, saturasi air dimulai dari 0.239 sampai 0.6875,
dengan permeabilitas relative minyak mulai 0.978 sampai 0 dan permeabilitas
relative air dari 0 sampai 0.3072. Yang terakhir, untuk Region 3, saturasi air dimulai
dari 0 sampai 0.6690, dengan permeabilitas relative minyak mulai 0.978 sampai 0
dan permeabilitas relative air dari 0 sampai 0.3768.
Untuk tekanan kapiler masing-masing rock region yaitu, untuk Region 1
saturasi air dimulai dari 0.357 sampai 0.69 dengan tekanan kapiler mulai 33.92
sampai 1.51 psi. Untuk Region 2 saturasi air dimulai dari 0.261 sampai 0.680
dengan tekanan kapiler mulai 13.43 sampai 0.60 psi; dan Region 3 saturasi air
dimulai dari 0.185 sampai 0.67 dengan tekanan kapiler mulai 6.71 sampai 0.30 psi.
106

Data komposisi minyak dan gas Lapisan A-13 yang diperoleh tidak terlalu
lengkap, sehingga tidak dapat diolah menggunakan Winprop. Oleh karena itu,
pengolahan data PVT menggunakan Quick Fluid Model, yaitu korelasi matematis
yang ada dalam simulator black oil. Dalam Quick Fluid Model, data yang
dieprlukan hanya meliputi Bo, Rs, o, dan oil API gravity seperti tertera pada Tabel
II-5.
Berdasarkan laporan cadangan terbaru, besarnya Original Oil In Place
untuk Lapisan A-13 sebesar 17,927 MSTB. Sedangkan untuk perhitungan Recovery
Factor (RF) Lapisan A-13 menggunakan persamaan J.J. Arps untuk water drive
reservoir. Perhitungan RF dengan metode ini menggunakan nilai S wi, porositas, dan
permeabilitas yang diambil dari rata-rata model statis dan asumsi tekanan abandon
sebesar 28 Psia yang merupakan tekanan pada economic limit. Dari hasil
perhitungan URF, didapatkan besarnya cadangan yang dapat diproduksikan adalah
sebesar 54.79% atau sebesar 9821.86 MSTB.
Selain itu perlu melakukan identifikasi drive mechanism dari lapangan
tersebut. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi drive mechanism Lapisan
A-13 Lapangan “KOY” adalah dengan drive mechanism diagnostic curve yang
dikemukakan oleh Ganesh Thakur pada tahun 2009. Metode ini membuat plot
antara persen penurunan tekanan reservoir terhadap prosentase produksi minyajk
terhadap nilai OOIP. Kemudian plot tersebut di-overlay-kan dengan drive
mechanism diagnostic curve dari Ganesh Thakur. Dari Gambar 4.16. dapat dilihat
bahwa drive mechanism dari Lapisan A-13 Lapangan “KOY” adalah Water Drive
Reservoir. Sehingga akan menentukan constraint berupa liquid rate.
5.3. Analisa Inisialisasi
Setelah pengolahan dan input data selesai dilakukan, akan dilanjutkan
dengan tahap inisialisasi, yaitu tahap penyelarasan OOIP hasil simulasi dengan
OOIP hasil perhitungan volumetric. Pada inisialisasi OOIP dilakukan modifikasi
pada parameter tekanan kapiler dari masing-masiong rock region seperti yang
tersaji pada Tabel IV-12. dimana perbedaan antara OOIP volumetric dan OOIP
hasil simulasi sebelum dilakukan perubahan parameter adalah sebesar 9.23%.
Setelah dilakukan perubahan parameter tekanan kapiler, seperti pada Gambar 4.24.
107

maka didapatkan perbedaan antara OOIP volumetric dan OOIP hasil simulasi
sebesar -0.262% (kurang dari 5%) dan perbedaan tekanan reservoir antara simulator
dengan kondisi aktual sebesar 0.620%.
5.4. Analisa History Matching
Tahap selanjutnya setelah melakukan inisialisasi adalah history matching,
yang merupakan penyelarasan laju alir dan kumulatif produksi hasil simulasi
dengan laju alir dan kumulatif produksi pada keadaan aktual. History matching
pada Lapisan A-13 menggunakan constraint liquid rate sebagai kontrol pada
simulator. Untuk kumulatif produksi minyak hasil simulasi didapatkan sebesar
4,659.50 MSTB dan untuk kumulatif produksi minyak pada kondisi aktual sebesar
4,646.84 MSTB. Penyelarasan dilakukan dengan cara merubah parameter lapangan
berupa permeabilitas relatif minyak dan air sehingga akan mendapatkan perbedaan
yang kecil seperti terlihat pada Gambar 4.25.
Terdapat perbedaan sebesar 7.21% untuk kumulatif produksi minyak di
awal input data yang perlu dilakukan perubahan parameter sehingga menghasilkan
perbedaan sebesar -0.120%, dimana hal tersebut sudah memenuhi kriteria
matching, yaitu kurang dari 1%. Gambar 4.25. menunjukkan hasil penyelarasan
kumulatif produksi minyak. Dari gambar tersebut, menunjukkan bahwa trend
kumulatif produksinya sudah memiliki trend yang sama dengan kondisi aktual.
Sedangkan untuk kumulatif produksi air hasil di awal simulasi memiliki
perbedaan antara kondisi aktual dan hasil simulasi sebesar 34.01%. Maka dari itu,
dilakukan perubahan permeabilitas relatif air untuk setiap rock region serta
menambahkan aquifer dikarenakan perbedaan yang masih sangat besar. Setelah
dilakukan perubahan parameter, kumulatif produksi air hasil simulasi menjadi
28,169.00 Mbbl dan pada kondisi aktual sebesar 27,863.96 Mbbl, dimana memiliki
perbedaan sebesar -1.048% yang sudah memenuhi kriteria matching (kurang dari
10%).
5.5. Prediksi
Prediksi atau forecast merupakan tahap akhir dari dilakukannya simulasi
reservoir. Tahap ini bertujuan untuk memperkirakan perilaku reservoir di masa
yang akan datang berdasarkan kondisi yang diharapkan. Prediksi dilakukan dengan
108

menerapkan beberapa skenario pengembangan lapangan. Dalam menerapkan


skenario, penulis mempertimbangkan beberapa factor, antara lain distribusi Oil per
Unit Area, dan laju alir untuk menguras cadangan sisa. Penentuan laju alir untuk
sumur infill dapat dicari menggunakan trendline dari grafik Productivity Index vs
Laju alir tiap sumur seperti pada Gambar 4.33.
Distribusi cadangan sisa pada Lapisan A-13 Lapangan “KOY” ditunjukkan
oleh peta Oil per Unit Area (OPU) yang didapatkan dari hasil simulasi reservoir
dengan menggunakan software CMG IMEX 2015.10. Peta OPU tersebut
merupakan hasil output dari hasil simulasi reservoir Lapisan A-13 pada Lapangan
“KOY” sampai bulan Desember 2018. Dari peta OPU tersebut, akan terlihat daerah
dengan ketebalan produktif minyak yang masih tinggi. Peta OPU didapatkan dari
perkalian antara Hydrocarbon Pore Volume pada Gambar 4.34. dengan Flowrate
Capavility pada Gambar 4.35.
Sebelum melakukan pemboran sumur infill, sebelumnya harus
mempertimbangkan laju alir yang dapat menguras cadangan sisa. Dari perhitungan,
laju alir yang digunakan untuk menguras cadangan sisa adalah sebesar 834.009
STB/d. Sedangkan untuk batas sumur tersebut masih berproduksi adalah water cut
sebesar 99% dan minimum oil rate sebesar 14.6 BOPD. Dimana dengan constraint
tersebut, laju produksinya sudah tidak ekonomis lagi.
Dalam skenario yang diusulkan, penambahan sumur infill dilakukan secara
bertahap. Masing-masing skenario dilakukan simulasi mulai dari Januari 2019
sampai dengan bulan Desember 2036. Pada perencanaan letak sumur infill,
diusulkan 5 titik letak sumur infill. Adapun skenario yang direncanakan adalah:
Basecase, yaitu prediksi dengan mempertahankan kondisi yang ada, dalam hal ini
adalah dengan memproduksikan sumur existing. Berdasarkan hasil simulasi untuk
Basecase, akan menghasilkan penambahan N p sebesar 442.26 MSTB dan
penambahan recovery factor (RF) sebesar 2.44%.
Skenario I, merupakan skenario pengembangan dengan menggunakan
produksi sumur existing dan pemboran sumur infill, yaitu sumur LAB-1, LAB-2,
LAB-3, LAB-4, LAB-5, LAB-6, dan LAB-7. Dimana dalam skenario I ini terbagi
dari I-A hingga I-G.
109

Skenario I-A dilakukan dengan cara menambahkan 1 sumur infill, yaitu


sumur LAB-1. Dari skenario ini, akan didapatkan penambahan kumulatif produksi
sebesar 525.30 MSTB dengan Qo sebesar 194.211 Bbl/day.
Skenario I-B dilakukan dengan cara menambahkan 2 sumur infill, yaitu
sumur LAB-1 dan LAB-2. Dari skenario ini, akan didapatkan penambahan
kumulatif produksi sebesar 1278.1 MSTB dengan Qo sebesar 363.735 Bbl/day.
Skenario I-C dilakukan dengan cara menambahkan 3 sumur infill, yaitu
sumur LAB-1, LAB-2 dan LAB-3. Dari skenario ini, akan didapatkan penambahan
kumulatif produksi sebesar 1631.4 MSTB dengan Qo sebesar 512.205 Bbl/day.
Skenario I-D dilakukan dengan cara menambahkan 4 sumur infill, yaitu
sumur LAB-1, LAB-2, LAB-3 dan LAB-4. Dari skenario ini, akan didapatkan
penambahan kumulatif produksi sebesar 1939.3 MSTB dengan Qo sebesar 644.79
Bbl/day.
Skenario I-E dilakukan dengan cara menambahkan 5 sumur infill, yaitu
sumur LAB-1, LAB-2, LAB-3, LAB-4 dan LAB-5. Dari skenario ini, akan
didapatkan penambahan kumulatif produksi sebesar 2400.2 MSTB dengan Qo
sebesar 768.82 Bbl/day.
Skenario I-F dilakukan dengan cara menambahkan 6 sumur infill, yaitu
sumur LAB-1, LAB-2, LAB-3, LAB-4, LAB-5, dan LAB-6. Dari skenario ini, akan
didapatkan penambahan kumulatif produksi sebesar 2438.4 MSTB dengan Qo
sebesar 817.39 Bbl/day.
Skenario I-G dilakukan dengan cara menambahkan 7 sumur infill, yaitu
sumur LAB-1, LAB-2, LAB-3, LAB-4, LAB-5, LAB-6, dan LAB-7. Dari skenario
ini, akan didapatkan penambahan kumulatif produksi sebesar 2460.8 MSTB dengan
Qo sebesar 853.53 Bbl/day.
Dari ketujuh sumur infill tersebut, kemudian dilakukan ranking berdasarkan
laju produksi awal (Qoi), dan kumulatif produksinya (Np). Besarnya ranking untuk
setiap sumur infill dapat dilihat pada Tabel IV-16.
Dari tabel tersebut, maka dapat dilihat sumur dengan potensi laju produksi
dan kumulatif produksi dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah. Selain
itu, dapat diketahui juga nilai OPU minimal yang diperlukan untuk mendapatkan
110

Qoi yang berada diatas QoiLimit yaitu sebesar 5.33 ft dimana akan menghasilkan laju
produksi minyak awal sebesar 124.06 BOPD. Sehingga akan menghasilkan sumur
infill yang berada di bawah cut-off OPU. Apabila prediksi sumur infill tersebut
memiliki laju produksi minyak awal (Qoi) kurang dari cut-off tersebut, maka tidak
akan dilakukan pemboran dikarenakan tidak ekonomis, tetapi menjadi alternatif
untuk pemboran selanjutnya.
Dari tabel tersebut, juga dapat diketahui urutan penambahan sumur yang
dilakukan adalah LAB-1 dengan Qoi sebesar 194.21 BOPD, LAB-2 dengan Qoi
sebesar 169.52 BOPD, LAB-3 dengan Qoi sebesar 148.47 BOPD, LAB-4 dengan
Qoi sebesar 132.59 BOPD, dan yang terakhir adalah sumur LAB-5 dengan Qoi
sebesar 124.06 BOPD. Sumur infill yang berada di bawah cut-off adalah sumur
LAB-6, dan LAB-7; sehingga kedua sumur tersebut tidak akan dilakukan proses
pemboran nantinya.
Dengan melakukan Skenario I-E, maka akan mendapatkan penambahan Np
sebesar 2,400.19 MSTB dan penambahan RF sebesar 13.3%. Sehingga akan
memberikan kumulatif produksi minyak total sebesar 7,059.6 MSTB dengan
recovery factor sebesar 39%. Berdasarkan skenario tersebut, maka dapat diketahui
bahwa penambahan sumur infill sebanyak lima sumur sudah optimum. Hal itu bisa
dilihat pada Gambar 4.47. dimana kemiringan kurva pada kumulatif dengan
kumulatif produksi minyak sudah relative landai.
BAB VI
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan pada BAB V, maka diperoleh kesimpulan sebagai


berikut:
1. Berdasarkan hasil perhitungan recovery factor dengan persamaan J.J. Arps,
deperoleh harga recovery factor di Lapisan A-13 pada Lapangan “KOY”
sebesar 54.79% dan harga ultimate recovery sebesar 9821.86 MSTB.
2. Berdasarkan hasil perhitungan cadangan sisa pada kondisi sekarang,
Lapisan A-13 pada Lapangan “KOY” memiliki remaining reserve sebesar
5175.03 MSTB, sehingga layak untuk dikembangkan dengan metode
pemboran sumur infill.
3. Nilai OPU minimal yang diperlukan untuk mendapatkan Qoi yang berada
diatas QoiLimit yaitu sebesar 5.33 ft dimana akan menghasilkan laju produksi
minyak awal sebesar 124.06 BOPD seperti tertulis pada Tabel VI-1.
dibawah ini:
Tabel VI-1.
Ranking dan Prediksi Kumulatif Produksi Minyak
untuk Setiap Sumur Infill
OPU Qoi Cumulative Oil
Ranking Sumur
(ft) (BOPD) (MBbl)
1 LAB-1 7.27 194.211 525.30
2 LAB-2 6.77 169.523 414.16
3 LAB-3 6.09 148.470 388.17
4 LAB-4 5.77 132.594 355.53
5 LAB-5 5.33 124.063 338.88
6 LAB-6 5.26 48.529 62.00

7 LAB-7 5.25 36.139 52.11

111
112

4. Sumur infill yang berada di bawah cut-off adalah sumur, LAB-6, dan LAB-
7 (ditunjukkan dengan highlight merah); karena tidak menghasilkan Qoi
yang ekonomis sehingga tidak akan dilakukan proses pemboran.
5. Skenario pengembangan lapangan yang dilakukan di Lapisan A-13 pada
Lapangan “KOY” yang didasarkan pada analisa hasil simulasi reservoir
dengan melakukan Skenario I-E, maka akan mendapatkan penambahan Np
sebesar 2,400.19 MSTB dan penambahan RF sebesar 13.3%. Sehingga akan
memberikan kumulatif produksi minyak total sebesar 7,059.6 MSTB
dengan recovery factor sebesar 39%.
6. Penambahan sumur infill sebanyak lima sumur sudah optimum. Hal itu bisa
dilihat berdasarkan kemiringan kurva pada jumlah sumur dengan kumulatif
produksi minyak sudah relative landai.
DAFTAR PUSTAKA

1 Ahmed, Tarek H., 1989, ”Hydrocarbon Phase Behavior”, Gulf Publishing


Company, Houston, Texas.
2 Ahmed, Tarek H., 2000, “Reservoir Engineering Handbook”, Gulf Publishing
Company, Houston, Texas.
3 Amy, J.W., Bass, D.W.Jr., Whiting, R.L, 1660, “Petroleum Reservoir
Engineering Physical Properties”, Mc Graw Hill Books Company, New York,
Toronto, London.
4 Arieadji, T., 2016, “Esensi & Fondasi Perencanaan Pengembangan Lapangan
Migas/POD Migas”, Bandung: Penerbit ITB.
5 Crichlow, Henry B., 1977, “Modern Reservoir Engineering: A Simulation
Approach”, New Jersey: Prentice-Hall Inc.
6 “Draft Plan of Further Development Lapangan “KOY””, 2018
7 Ghadami, Nader et.al., “Enhanced History Matching and Prediction Using
Integrated Analytical and Numerical Modeling Approach”, SPE-186384-MS,
dipresentasikan di SPE/IATMI Asia Pacific Oil & Gas Conference, Jakarta,
2017.
8 Heidrick, T.L., Aulia, K., 1993. “A structural and Tectonic Model of The
Coastal. Plain Block, Central Sumatera Basin, Indonesia”, Indonesian
Petroleum.
9 Imran, R., 2019 “Reservoir Management Basic Principle and Practical Uses”,
Yogyakarta.
10 Kristanto, Dedy., 2009, "Teknik Reservoir", UPN "Veteran" Yogyakarta,
Yogyakarta.
11 Pamungkas, Joko, dan Supit, Roby, 2007, “Penyelarasan Data PVT Sumur
dengan Menggunakan Software Winprop”, Jurnal Ilmu Kebumian Teknologi
Mineral, ISSN 0854-2554, Yogykarta,
12 Pamungkas, Joko., 2011, "Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir", UPN
"Veteran" Yogyakarta, Yogyakarta.

115
116

13 Rukmana, Dadang., 2008, “Pedoman Simulasi Reservoir”, BP Migas.


14 Rukmana, Dadang., 2009, “Worskshop Pemodelan Study GGR”, Bandung.
15 Rukmana, Dadang, 2013, “Simulasi Reservoir”, BPMIGAS - SKK Migas, Bali.
16 Tavassoii Z., et. al., 2004, “Errors in History Matching”, SPE 86883, Imperial
College, London.

Anda mungkin juga menyukai