Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS ENERGI TIDAL SEBAGAI ENERGI

ALTERNATIF MASA KINI

Disusun untuk memenuhi tugas individu


Mata Pelajaran Fisika
Yang dibina oleh Ibu Dra. Catur Wigiyati

Oleh:
Muhammad Rayhan Pramadani
19929 / 3049330725

SMA Negeri 3 Malang Jl. Sultan Agung Utara No. 7 Malang 65144 Telp:
+62 341 324768 / Fax: + 62 341 341530
18 OKTOBER 2022
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:


Nama : Muhammad Rayhan pramadani
Tempat & Tanggal Lahir : Malang, 07 September 2004
Alamat Tempat Tinggal : Greenland At Tidar Blok Q No.12
Alamat Email : pramadanirayhan@gmail.com
Nomor HP : 085793636170
Judul Karya Tulis : ANALISIS ENERGI TIDAL SEBAGAI ENERGI
ALTERNATIF MASA KINI

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah yang saya tulis ini


benarbenar tulisan saya dan bukan merupakan plagiasi baik sebagian ataupun
seluruhnya. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa tesis
ini hasil plagiasi, baik sebagian atau seluruhnya, maka saya bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 18 Oktober 2022


Yang membuat pernyataan,

Muhammad Rayhan Pramadani


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi literatur
yang berjudul “Energi Alternaltif Tidal” sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Adapun tujuan dari penulisan studi literatur untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Bu Catur. Melalui studi literatur ini pula, penulis hendak
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan maupun kritik secara membangun sehingga studi literatur ini dapat
terselesaikan. Akhir kata penulis sangat menyadari bahwa dalam pembuatan
studi literatur ini terdapat banyak kesalahan dan banyak perbaikan yang dapat
dilakukan. Oleh karena itu penulis benar-benar terbuka terhadap kritik dan saran
agar penulis dapat menjadi lebih baik ke depannya

Malang, 18 Oktober 2022

Muhammad Rayhan Pramadani


DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................

1. BAB I.......................................................................................................................

1.1. Latar Belakang ....................................................................................................

1.2. Rumusan Masalah ...............................................................................................

1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................................

1.4. Manfaat Penelitian...............................................................................................

2. BAB II.....................................................................................................................

2.1. Dasar Teori ..........................................................................................................

2.2. Analisis dan Pembahasan ....................................................................................

3. BAB III ...................................................................................................................

3.1. Kesimpulan...........................................................................................................

3.2. Saran.....................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini memuat uraian tentang beberapa topik yang melandasi konteks studi literatur
ini. Bab ini menjabarkan meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat teoritis
dan praktis, dan definisi operasional. Bagian pendahuluan lebih lanjut diuraikan sebagai
berikut.

1. 1.

Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan cadangan energi baik
migas maupun-non migas yang berlimpah masih terhitung boros dalam konsumsi energi
dalam tiap harinya – khususnya di bidang transportasi dan industri. Mayoritas energi yang
digunakan juga merupakan energi migas (minyak dan gas bumi). Bahkan negara maju seperti
Amerika Serikat, Cina, Jepang dan Rusia juga masih terhitung boros dalam
konsumsi/harinya.

Saat ini, sumber energi utama di Indonesia masih mengandalkan sumber energi tidak
terbarukan yang berasal dari bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam, serta batubara.
Sumber energi yang berasal dari fosil menjadi suatu permasalahan yang penting karena bahan
bakar fosil tidak dapat diperbaharui kembali serta setiap tahun cadangannya semakin menipis
hal ini menyebabkan secara tidak langsung akan mengancam ketersedian energi listrik
terutama pada sistem kelistrikan isolated di daerah terisolasi yang menggunakan PLTD
sebagai pembangkit utama.

Indonesia memiliki energi laut yang potensial karena mengingat Indonesia memiliki
garis pantai yang panjang dan wilayah maritim yang luas, sumber daya energi laut memiliki
potensi yang sangat besar untuk dieksploitasi sebagai solusi 2 energi baru terbarukan yang
ramah lingkungan dimasa depan untuk menyelesaikan masalah krisis energi, terutama untuk
pulau-pulau terisolasi yang belum terkoneksi jarigan listrik PLN. Namun pemanfaatan energi
laut untuk menghasilkan listrik masih belum optimal untuk dikembangkan dan perlu dikaji
lebih mendalam sebagai sumber pembangkit energi terbarukan yang potensial.
Potensi energi laut untuk menghasilkan listrik sendiri dibagi kedalam 3 jenis potensi
yaitu energi energi gelombang laut (wave energy), pasang surut 2 (tidal power), dan energi
panas laut (ocean thermal energy conversion). Tinggi gelombang yang dapat dimanfaatkan
untuk pembangkit listrik sendiri adalah gelombang yang selalu terbentuk sepanjang tahun
dengan tinggi minimal satu sampai dua meter. Untuk pasang surut dibutuhkan gelombang
pasang yang besar dengan perbedaan kira- kira 8 meter antara gelombang pasang dan
gelombang surut. Sedangkan ocean thermal energy conversion dibutuhkan perbedaan
tempertatur 20°C atau lebih yaitu antara permukaan air laut hingga kedalaman 50 m dan air
pada kedalaman 800 hingga 1.000 m.

Kemudian untuk memanfaatkan energi laut sebagai pembangkit listrik energi baru
terbarukan dibutuhkan teknologi konversi untuk mengubah dari energi laut menjadi energi
listrik. Adapun teknologi yang sudah dikembangkan dan sudah diterapkan pada penelitian
sebelumnya antara lain pada teknologi pemanfaatan energi gelombang laut sendiri
diantaranya Oscillating Water Column (OWC), Salterduck, PowerBuoy, dan Tapered
Channel. Untuk pasang surut teknologi yang sudah dikembangkan antara lain Dam Pasang
Surut (Barrage Tidal System) dan Turbin Lepas Pantai (offshore Turbines). Sedangkan untuk
ocean thermal energy yaitu ada Closed-cycle, Open-cycle, dan Hybrid cycle.

1. 2. Rumusan Masalah Dari latar belakang studi literatur yang sudah dijabarkan, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.1.1. Bagaimana cara menggunakan sumber energi alternatif khususnya energi tidal?

1.1.2. Bagaimana cara membuat teknologi yang dapat memanfaatkan energy laut?

1. 3. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah yang ditentukan, maka tujuan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Mengidentifikasi potensi sumber energi laut di Indonesia sebagai sumber energi
baru terbarukan untuk sumber energi listrik masa depan di daerah terisolasi di Indonesia

1.3.2 Menentukan prioritas teknologi yang sesuai untuk pemanfaatan energi laut
sebagai sumber energi baru terbarukan untuk diterapkan di daerah terisolasi Indonesia

1. 4. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini terdiri atas
manfaat teoretis dan praktis. Manfaat teoretis dan praktis penelitian dijabarkan sebagai
berikut:
1.1.3. Manfaat Teoretis Penelitian ini dapat menjadi pengetahuan orang banyak
mengenai bertambahnya orang yang mendengarkan musik di masa pandemi ini. Masa
pandemi membuat sebagian orang sedih dan kesepian, yang tentunya membutuhkan
hiburan dan salah satunya adalah dengan mendengar maupun bermain musik..
1.1.4. Manfaat Praktis Sebagai bahan masukan untuk pemerintah untuk
mempertimbangkan sumber energi baru terbarukan dengan pemanfaatan energi laut di
Indonesia sebagai sumber energi baru terbarukan selain energi terbarukan yang sudah
ada dan diterapkan sebelumya.
BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Gelombang laut

Gelombang laut adalah gerakan naik turunnya air di arah tegak lurus
permukaan laut yang menyerupai kurva/grafik sinusoidal. Pembangkit gelombang laut
dapat disebabkan oleh angina (gelombang angin), tarik bumi-bulan (gelombang
pasang), gempa (vulkanik atau tektonik) memaksa pada dasar laut (gelombang
tsunami), dan gelombang yang disebabkan oleh pergerakan kapal. Pergerakan ombak
akibat hembusan angin di atas permukaan akan memberikan gambaran bentuk
gelombang yang memiliki puncak dan lembah di permukaan laut. Parameter seperti
itu termasuk kedalaman laut d (meter) dan memiliki karakteristik panjang gelombang
(meter), tinggi gelombang laut H (meter), amplitudo gelombang A (meter), periode
gelombang T (detik), serta arah rambat gelombang C. Hubungan antara ketinggian
gelombang H (meter) dan periode gelombang T (detik) dapat ditentukan oleh Eq.
Jarak antara puncak gelombang dengan gelombang lain puncak λ (meter) dipengaruhi
oleh periode gelombang T (detik) dan gaya gravitasi g (m / s2), dapat berupa
ditentukan oleh Eq. Energi dalam gerakan gelombang laut adalah jumlah energi
kinetik dan energi potensial gelombang yang dipengaruhi dengan kepadatan air laut (ρ
= 1030 kg / m3), tinggi gelombang H (meter), gaya gravitasi g (m / s2) yang dapat
ditentukan oleh Eq Kekuatan gelombang laut adalah energi per unit waktu yang dapat
dihasilkan gelombang dengan Eq Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki
potensi energi gelombang laut sebesar 727.000 MW dengan dikembangkan hanya
49.000 MW itu. Salah satu kemungkinan sumber energi di laut adalah energi laut
gelombang permukaan yang disebabkan oleh angin laut dari dalam laut ke pantai.
Sistem kolom air berosilasi adalah salah satu sistem konversi energi gelombang laut
dengan memanfaatkan energi gerak gelombang laut di pantai di kolom osilasi untuk
menggerakkan turbin dan generator. Wilayah kelautan Indonesia telah diteliti dan
menerapkan beberapa teknologi pembangkit listrik gelombang laut yaitu kolom air
berosilasi di Pantai Parang Racuk Yogyakarta. Sistem Pendulum di Riau Nusantara
memanfaatkan energi dalam pergerakan lautan gelombang di permukaan untuk
menggerakkan turbin dan generator sedangkan Salter Bebek di Selat Madura.

2.1.2 Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut

Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut
(PLTAL) memanfaatkan energi arus laut sebagai sumber energi, arus laut yang
merupakan energi kinetik dimanfaatkan untuk menggerakkan sudu turbin.
Pengembangan teknologi konversi energi arus laut pada dasarnya mengadopsi prinsip
kerja konversi energi angin yang telah berkembang. Arus laut didefinisikan sebagai
aliran massa air laut dari suatu tempat ke tempat lain. Potensi sumber yang ada pada
arus laut tidak semuanya bisa dikonversikan menjadi energi listrik , terdapat banyak
jenis arus laut ditinjau dari letak, penyebab, dan suhu. Jika ditinjau dari letaknya, arus
laut dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Arus Permukaan. Arus laut jenis ini terletak di permukaan laut, dengan
kedalaman < 20 m..
2. Arus Sedang. Arus sedang berada pada kedalaman air laut 20- 40m.
3. Arus Dalam. Sementara arus ini terletak di kedalamn >40 m. Secara garis
besar teknologi yang dibutuhkan untuk membangkitkan listrik dari energi arus laut
adalah turbin, mooring, sistem transmisi dan generator. Namun pada penelitian ini
teknologi hanya dibatasi untuk turbin & mooring.

2.1.3 Turbin Arus Laut

Turbin diputar oleh arus laut, putaran turbin tersebut digunakan untuk
membangkitkan energi listrik generator, terdapat beberapa jenis turbin yang
digunakan pada konversi energi arus laut, yang dijelaskan dalam bagan dibawah ini.
Dari bagan diatas, turbin air dibagi menjadi 2 jenis turbin berdasarkan arah putaran
turbinnya yaitu turbin horizontal axis dan turbin vertical axis. Turbin horizontal axis
berputar terhadap sumbu horizontalnya, Jenis turbin ini dibagi menjadi 2 , yaitu
straight axis turbine yang poros turbinnya sejajar dengan sumbu x nya, dan inclined
axis yang poros turbinnya mempunyai sudut kemiringan tertentu dengan sumbu x-
nya. Sementara vertical axis turbine dibagi menjadi 3 jenis turbin yaitu, savonnius
turbine, darrieus turbine dan h-rotor turbine. Ketiga jenis turbin itu dibedakan
berdasarkan jenis blade-nya.

2.1.4 Mooring

Dalam Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL), selain penggunaan


turbin juga ada penggunaan mooring. Mooring digunakan untuk menahan turbin dari
pengaruh arus laut sendiri, sehingga turbin tidak bergerak akibat pengaruh arus laut.
Terdapat 2 jenis mooring yang sering digunakan, yaitu vertical lift dan pile. Jenis
mooring vertical lift bisa dipakai untuk penggunaan turbin di segala jenis permukaan
laut, karena jenis ini melayang di laut sehingga bisa digunakan dan tidak tergantung
pada jenis permukaan laut

Sedangkan jenis pile dibagi menjadi 2, yaitu mono pile dan tripod pile.
jenispile diletakkan di dasar permukaan laut.

2.1.5 ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Analytical Hierarchy Process merupakan salah satu metode decision making


dengan menyusun prioritas dari berbagai pilihan berdasarkan kriteria tertentu. Metode
AHP didasarkan pada penyusunan yang terstruktur. Terdapat 3 tahapan AHP dalam
menyusun prioritas, yaitu:
1. Dekomposisi masalah Pada tahap ini ditentukan tujuan (goal), identifikasi
pilihan (options) dan penentuan kriteria (criteria).
2. Penilaian Elemen Setelah masalah terdekomposisi, tahapan selanjutnya
adalah penilaian elemen, terdapat 2 tahap penilaian elemen, yaitu perbandingan antar
kriteria dan perbandingan antar pilihan untuk setiap kriteria

3. Penjumlahan Penilaian Tahap ini adalah tahap akhir dari proses ini, tahap
ini merupakan tahap penjumlahan dari bobot yang diperoleh saat setiap pilihan pada
kriteria telah diberi nilai.

4. Penyebaran Kuesioner Kuesioner bisa digunakan pada metode AHP ,


penyebaran kuesioner harus dilakukan kepada para ahli dalam energi laut.

2.2 Analisis dan Pembahasan

2.2.1. Analisa Pilihan Turbin

Nilai consistency ratio dari pengolahan kuesioner sebesar 2 %,


sehingga hasil kuesioner konsisten. Pengolahan kuesioner menghasilkan
urutan kriteria dan nilai : perawatan (0,32), biaya (0,28), lokasi (0,12),
keandalan (0,11), lingkungan (0,09), daya(0,07).
12

a) Analisa Daya Estimasi nilai daya yang bisa dihasilkan dari setiap turbin
adalah sebagai berikut :

Untuk kecepatan arus diasumsikan kecepatan rata-rata arus laut Nusa Penida yaitu 2,5
m/s sedangkan diamter turbin 4m.
b) Analisa Kendala

c) Analisa Biaya
Analisa Biaya Secara umum jenis horizontal axis lebih mempunyai biaya
pembuatan yang lebih murah, karena horizontal axis mempunyai desain lebih mudah
karena menggunakan straight blade jika dibandingkan vertical axis.

d) Analisa Perawatan
e) Analisa lingkungan Faktor ini dipengaruhi oleh RPM dari turbin, sehingga
langkah yang dilakukan adalah mengestimasi nilai RPM.

f) Analisa lokasi
Lokasi yang digunakan berada pada 18meter kedalaman dibawah permukaan
air laut. Secara umum yang paling bagus adalah jenis inclined axis karena cocok
digunakan pada arus permukaan.
g) Hasil Penilaian
Hasil Penilaian Berikut ini hasil penilaian dari pengolahan kuesioner yang
telah dilakukan.

Hasil perhitungan akhir dari nilai kriteria dan nilai pilihan sebagai berikut : H-
Rotor (033) , Straight Axis (0,22), Inclined Axis (0,16) , Savonnius (0,14) dan Egg
Beater (0,14).

2.2.2. Analisa Pilihan Mooring


Nilai consistency ratio dari pengolahan kuesioner sebesar 4 %, sehingga hasil
kuesioner konsisten. Pengolahan kuesioner menghasilkan urutan kriteria dan nilai :
lokasi (0,37), biaya (0,33), perawatan (0,19), teknologi (0,11) .

a) Analisa Teknologi Analisa ini dimaksudkan pada kelebihan yang diberikan antar
mooring.

b) Analisa Perawatan Secara umum perawatan mengenai mooring PLTAL akan


dilakukan secara berkala dalam jangka waktu tertentu bisa setiap 1 bulan sekali,
ataupun dalam jangka waktu 6 bulan . Dari segi kemudahan perawatan sudah jelas
jenis verticallift lebih menguntungkan karena letaknya berada di permukaan laut,
sehingga saat dilakukan survey akan lebih mudah , begitu pula jika terjadi kerusakan
akan mudah untuk menggantinya.

c) Analisa Biaya Secara umum biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan seubah item
ditentukan dari kemudahan pembuatan, untuk mooring yang paling murah adalah
vertical lift.

d) Analisa Lokasi Peletaka lokasi ditentukan pada kedalaman 18 meter dibawah


permukaan air laut. Masing ± masing jenis mooring mempunyai karakteristik masing
± masing pada setiap lokasinya.
e) Hasil Penilaian Hasil perhitungan akhir dari nilai kriteria dan nilai pilihan sebagai
berikut : vertical lift (0,69), mono pile (0,21) dan tripod pile (0,10).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3. 1. Kesimpulan
Energi pasang surut adalah energi yang dihasilkan dari pasang surut air laut dan
menjadikannya energi dalam bentuk lain, terutama listrik. Energi pasang surut merupakan
salah satu jenis energi terbarukan yang relatif lebih mudah diprediksi jumlahnya
dibandingkan energi angin dan energi surya. Pemanfaatannya saat ini belum luas karena
tingginya biaya awal dan terbatasnya lokasi yang memiliki pasang surut yang mencukupi.
Gelombang laut secara ideal dapat dipandang berbentuk gelombang yang memiliki
ketinggian puncak maksimum dan lembah minimum. Pada selang waktu tertentu, ketinggian
puncak yang dicapai serangkaian gelombang laut berbeda-beda, bahkan ketinggian puncak
ini berbeda-beda untuk lokasi yang sama jika diukur pada hari yang berbeda. Meskipun
demikian secara statistik dapat ditentukan ketinggian signifikan gelombang laut pada satu
titik lokasi tertentu. Bila waktu yang diperlukan untuk terjadi sebuah gelombang laut dihitung
dari data jumlah gelombang laut yang teramati pada sebuah selang tertentu, maka dapat
diketahui potensi energi gelombang laut di titik lokasi tersebut. Potensi energi gelombang
laut pada satu titik pengamatan dalam satuan kw per meter berbanding lurus dengan setengah
dari kuadrat ketinggian signifikan dikali waktu yang diperlukan untuk terjadi sebuah
gelombang laut. Berdasarkan perhitungan ini dapat diprediksikan berbagai potensi energi dari
gelombang laut di berbagai tempat di dunia. Penelitian dan pengembangan lebih lanjut terus
dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan batas kritis energi yang dihasilkannya sehingga
didapatkan berbagai metode untuk mengekstraksi energi jenis ini.
Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1) Urutan perbandingan turbin dengan memakai kriteria daya yang dibangkitkan, keandalan,
perawatan, biaya, dampak terhadap lingkungan dan lokasi adalah H-Rotor turbin, Straight
turbin, Inclined Axis, Egg beater (Darrieus) dan Savonnius turbin.
2) Urutan perbandingan mooring dengan memakai kriteria teknologi, perawatan , biaya,
lokasi adalah Vertical Lift,Tripod Pile, Mono Pile
3) Jenis PLTAL (Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut) yang dipilih untuk selat Nusa Penida
pada kedalaman 18 meter adalah H-Rotor Turbine dengan jenis mooring Vertical Lift.
3. 2. Saran
Pada dasarnya prinsip kerja teknologi yang mengkonversi energi gelombang laut
menjadi energi listrik adalah mengakumulasi energi gelombang laut untuk memutar turbin
generator. Karena itu sangat penting memilih lokasi yang secara topografi memungkinkan
akumulasi energi. Meskipun penelitian untuk mendapatkan teknologi yang optimal dalam
mengkonversi energi gelombang laut masih terus dilakukan, saat ini, ada beberapa alternatif
teknologi yang dapat dipilih. Diharapkan dengan segera energi listrik energi tidal yang
dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga arus laut (PLTAL) bisa diterapkan dan mampu
menggantikan pembangkit listrik bertenaga tak terbaharukan.

Anda mungkin juga menyukai