Anda di halaman 1dari 15

PEMBERIAN OBAT MELALUI BIDAN PADA BAYI, BALITA,

DAN PRA ANAK SEKOLAH

Disusun Oeh:

Kelompok 4 :

ANGGOTA : ISRA MIRANDA


NISAUL KHAIRA
FITRI IKLIMA
CUT PUTRI MAYSARA
ELYSA ZAHRA
PUTRI FADILAH
ULVA RIZKIA
RISMA ZUHRA
EVI SUSANTI

DOSEN PENGASUH: SITI SALEHA,SST,M.KEB


MK : FARMAKOLOGI

OMA
ANA
RO G

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


UNIVERSITAS ALMUSLIM
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
“PEMBERIAN OBAT MELALUI BIDAN PADA BAYI, BALITA, DAN PRA
ANAK SEKOLAH”.

Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian Penduduk, Masyarakat


dan Kebudayaan. Makalah ini mudah-mudahan bermanfaat bagi para pembaca,
makalah ini di susun berdasarkan sumber-sumber tertentu,apabila ada kesalahan
atau kekurangan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Matangglumpangdua, November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan masalah.............................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
A. Pengertian Individu, Keluarga, Dan Masyarakat..............................3
B. Klasifikasi Obat................................................................................4
C. Cara Memberikan Obat Pada Bayi dan Balita..................................5
D. Memberikan Obat Pada Anak-Anak.................................................7
E. Pemberian obat Dengan Menggunakan Alat Bantu.........................9
F. Jangan Menggunakan Sendok Rumah Tangga...............................10

BAB III PENUTUP......................................................................................11


A. Kesimpulan.....................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diwujudkan dalam
bentuk pemberian berbagai pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat
melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang menyeluruh oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat secara terarah, terpadu dan
berkesinambungan, adil dan merata, serta aman, berkualitas, dan terjangkau oleh
masyarakat. Kesehatan sebagai modal pembangunan memerlukan dukungan dari
tenaga kesehatan termasuk bidan dan perawat.
Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan
telah berhasil meningkatkan status kesehatan masyarakat. Upaya-upaya
penyelenggaraan kesehatan senantiasa beriringan dengan fenomena globalisasi
dan perkembangan dunia teknologi, mempengaruhi pelaksanaan upaya-upaya
penyelenggaraan kesehatan secara menyeluruh. Tenaga kesehatan memberikan
kontribusi sebanyak 80% untuk keberhasilan tujuan pembangunan kesehatan.
Kinerja sistem kesehatan telah ditunjukkan melalui peningkatan status kesehatan
yaitu penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Namun perbaikan indikator tersebut belum seperti yang diharapkan.
Indonesia telah melakukan upaya yang jauh lebih baik dalam menurunkan
angka kematian pada bayi dan balita, yang merupakan MDG 3 keempat. Tahun
1990-an menunjukkan perkembangan tetap dalam menurunkan angka kematian
balita, bersama-sama dengan komponen-komponennya, angka kematian bayi dan
angka kematian bayi baru lahir. Akan tetapi, dalam beberapa tahun kualitas
pelayanan yang kurang optimal di daerah-daerah miskin perkotaan juga
merupakan faktor penyebab Angka Kematian Anak terkait dengan kemiskinan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dan Definisi Obat ?
2. Klasifikasi Obat ?
3. Pemberian Obat Pada Bayi dan Balita
4. Pemberian Obat pada Anak-Anak

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Pengertian dan Definisi Obat !
2. Untuk mengetahui Klasifikasi Obat !
3. Untuk mengetahui Pemberian Obat Pada Bayi dan Balita !
4. Untuk mengetahui Pemberian Obat pada Anak-Anak !

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Obat
Menurut Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, obat
adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia (Supardi, 2021).
Obat merupakan salah satu unsur penting dalam pelayanan kesehatan.
Diawali dari pencegahan, diagnosa, pengobatan dan pemulihan, obat menjadi
salah satu komponen pokok yang harus selalu tersedia dan tidak tergantikan pada
pelayanan kesehatan. Namun di sisi lain, obat dapat merugikan kesehatan bila
tidak memenuhi persyaratan, bila digunakan secara tidak tepat atau bila
disalahgunakan.
Pengertian Obat menurut Anief (1997), obat suatu bahan atau campuran
bahan yang di maksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis,
mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan
termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia.
Meskipun obat tujuan utamanya yaitu menyembuhkan penyakit, tetapi
masih banyak juga orang yang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat
sebagai racun. Obat akan bersifat sebagai obat ketika kita tepat memanfaatkan
obat dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi,
apabila kita menyalahgunakan obat dalam pengobatan atau dengan dosis yang
berlebih maka akan menimbulkan efek-efek yang merugikan atau biasanya kita
sebut dengan keracunan.
Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh obat akan
bekerja sesuai proses kimiawi, melalui suatu reaksi obat. Reaksi obat dapat
dihitung dalam satuan waktu paruh yakni suatu interval waktu yang diperlukan

3
dalam tubuh untuk proses eliminasi sehingga terjadi pengurangan konsentrasi
Adapun faktor yang mempengaruhi reaksi obat yaitu :
1. Absorbs obat
2. Distribusi obat
3. Metabolisme obat
4. Eksresi sisa
Ada 2 efek obat yakni efek teurapeutik dan efek samping.efek terapeutik
adalah obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan
obatnya seperti paliatif ( berefek untuk mengurangi gejala), kuratif ( memiliki
efek pengobatan) dan lain-lain. Sedangkan efek samping adalah dampak yang
tidak diharapkan, tidak bias diramal, dan bahkan kemungkinan dapat
membahayakan seperti adanya alerg, toksisitas ( keracunan), penyakit iatrogenic,
kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.

B. Klasifikasi Obat
Klasifikasi obat biasanya terdiri dari macam-macam seperti Klasifikasi
atau penggolongan obat berdasarkan jenis seperti obat OTC (over the counter),
obat generik, obat generik berlogo, obat nama dagang, obat paten, obat mitu (obat
me-too), obat tradisional, obat jadi, obat baru, obat esensial, dan obat wajib
apotek, tetapi pada makalah ini akan menkelaskan obat paten, obat generic dan
obat nama dagang saja.
Dilansir dari situs resmi Kementeri Kesehatan Republik Indonesia, pada
dasarnya tidak ada perbedaan mengenai pembuatan dan registrasi obat generik
dan obat paten. Bahkan, kualitas, manfaat, dan standar keamanan obat generik
maupun obat paten sama. Perbedaan hanya terletak dari obat bermerek yang
dipromosikan oleh produsen obat, di mana obat tersebut dipatenkan. Hal tersebut
membuat obat paten memiliki harga lebih mahal. Sementara obat generik adalah
obat yng telah habis masa patennya, sehingga dapat diproduksi secara umum
(farmasi) ataupun pemerintah tanpa perlu membayar royalti. Obat generik
merupakan obat yang memiliki zat aktif yang sama dengan obat paten atau obat
bermerk lainnya. Harga obat generik bisa lebih murah karena perusahaan farmasi

4
yang memprodhksi obat ini tidak perlu membayar royalti atas hak paten. Sehingga
biaya yang dibebankan murni biaya produksi dari obat generik. Untuk obat paten
adalah jenis obat baru yang baru mulai diproduksi dan dipasarkan perusahaan
farmasi. Melewati berbagai riset, pengembangan, dan uji klinis. Bahkan
kemasannya juga terlihat menarik. Ini yang membuat harganya cukup mahal.
Biasanya izin hak paten suatu obat adalah 20 tahun. Selisih harga memang cukup
jauh, antara obat paten dan obat generik. Bisa mencapai 50 hingga 200 persen.Hal
inilah yang membuat masyrakat memiliki anggapan masing-masing. Sebagian
besar menganggap bahwa obat generik bukan obat bermerek, sehingga tidak
begitu manjur dalam menangani penyakit.
Sedangkan Obat Nama dagang (branded drugs) adalah obat dengan nama
sediaan yang ditetapkan pabrik pembuat dan terdaftar di departemen kesehatan
negara yang bersangkutan, obat nama dagang disebut juga obat merek terdaftar.
Contoh: amoksan, diafac, pehamoxil, dan lain-lain.
Biasanya Obat merk dagang terdaftar atas nama si pembuat atau yang
dikuasakan dan dijual dalam bungkus asli yang dikeluarkan dari pabrik yang
memproduksi. Berdasarkan UU No. 14 tahun 2001, masa berlaku paten di
Indonesia adalah 20 tahun. Selama 20 tahun perusahaan farmasi tersebut memiliki
hak eksklusif untuk memproduksi dan memasarkan obat yang serupa kecuali jika
memiliki perjanjian khusus dengan perusahaan pemilik paten. Dalam kurun waktu
tersebut, tidak boleh ada perusahaan lain yang memproduksi obat dari bahan
generik yang sama, karena obat tersebut relatif baru dan masih dalam masa paten,
sehingga belum ada dalam bentuk generiknya, yang beredar adalah merk dagang
dari pemegang paten (Yusuf, 2016).

C. Cara Memberikan Obat Pada Bayi Dan Balita


Untuk dapat memberikan penyuluhan kepada ibu tentang pemberian obat
oral dirumah,maka berikut ini diuraikan beberapa cara memberikan obat pada bayi
dan balita yang perlu diketahui oleh bidan dan diberitahu pada ibu ( orang tua)

5
1. Memberikan obat Pada Bayi:
a. Gendonglah bayi ketika diberi obat .posisi menggendongnya,kepala
berada lebih tinggi ketimbang badan , agar sibayi tidak tersedak yang
bisa berakibat obat masuk kedalam paru-Paru.
b. Karena bayi biasanya susah diam,mintalah bantuan orang dewasa atau
anak yang lebih besar untuk menenangkan nya. Kalau tidak ada orang
lain , ibu bisa Membungkus tangan dan tubuh tidak ada orang lain, ibu
bisa membungkus tangan dan tubuh bayi dengan selimut agar tangan si
bayi tak mengganggu ibu.
c. Jika bayi sering memuntahkan kembali obat yang diminumnya,
mintalah bantuan seseorang untuk membuka mulutnya dengan
lembut .lalu,dengan lembut pula masukkan obat kedalam mulut bayi.
d. Pemberian obat ,yang biasanya berbentuk cair, itu bisa menggunakan
sendok atau pipet.
e. Pemberian obat tetes untuk hidung , mata ,dan telinga pada bayi juga
perlu kiat

a. Efek Samping
Efek samping pemberian obat pada bayi dan balita
1. Paracetamol. Obat ini tidak dianjurkan untuk bayi berusia di bawah 3
bulan, penggunaan obat ini sebaiknya berdasarkan resep dan setelah
berdiskusi dengan dokter atau setelah bayi mendapatkan vaksinasi pertama
kali. Parasetamol bisa menghambat beberapa enzim yang berbeda di dalam
otak dan ikatan tulang belakang yang terlibat dalam perpindahan rasa
sakit. Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa penggunaan
parasetamol pada bayi bisa meningkatkan risiko asma 5 tahun mendatang
sebesar 46 persen.
2. Tablet kunyah. Jangan memberikan anak berusia di bawah 2 tahun obat
ini, umumnya anak berusia 2 sampai 4 tahun yang sudah mengerti cara
minum obat ini. Jika orang tua berpikir anaknya belum terlalu mengerti,

6
maka hancurkan obat dan letakkan di sendok yang diberi sedikit air. Dosis
yang diberikan harus sesuai.
b. Indikasi dan Kontraindikasi
Memberi obat si kecil, tidak cukup hanya membaca aturan minum saja.
Cermati cara tepat memberikan, kontra indikasi dan trik agar pemberian obat
berhasil. Sistem kekebalan tubuh si kecil yang belum sempurna, membuatnya
rentan terhadap serangan penyakit, terutama infeksi. Tak heran bisa sebelum
melewati umur 5 tahun, Anda kerap memberinya obat berupa sirup atau puyer
(serbuk).
a. Berikan obat sesuai aturan yang tertera pada label, misalnya 3 kali sehari.
Atau, berikan sesuai anjuran dokter/petugas kesehatan yang meresepkan
obat tersebut
b. Baca semua aturan pemberian obat. Penjelasan ini ada yang tercantum
dalam kotak kemasan dan ada pula yang tertulis pada lembaran kertas
yang dilipat dan dimasukkan ke dalam kotak kemasan
c. Berikan obat sesuai waktunya, misalnya harus diberikan sebelum atau
sesudah makan
d. Berikan sesuai dosis anjuran. Sebaiknya gunakan sendok takar yang ada
dalam kemasan obat tersebut.
e. Perhatikan Apabila muncul gejala alergi, stop pemberian obat dan segera
konsultasikan dengan dokterBerikan obat antibiotik sampai habis
f. Jangan mengulang pemberian obat yang sama pada anak, walau dengan
gejala dan penyakit yang sama dengan sebelumya. Konsultasi dulu ke
dokter
g. Hindari pemberian obat bebas yang tidak jelas kandungan/komposisinya.
h. Gunakan alat bantu

D. Memberikan Obat Pada Anak-Anak


a. Mintalah anak menutup lubang hidung saat meminum obat agar rasa obat
tak terlalu keras.

7
b. Campurlah obat, terutama yang berasa pahit dengan sirup atau madu atau
jus agar tidak terasa pahit.
c. Jangan larutkan obat dengan air di gelas karena ada kemungkinan obat
mengendap dan tak terminum si anak.
d. Mintalah anak untuk menggosok gigi setelah meminum obat yang manis
agar tidak menempel di gigi.
Alternative memberi obat pada anak-anak yang sudah lebih besar, antara
lain:
a. Buat mereka tertawa. Biarkan dia tertawa sekeras-kerasnya. Lalu, saat
mereka lengah, masukkan obat. Usahakan dia tetap riang setelah minum
obat, hati-hati, agar tidak tersedak.
b. Masukkan obat di dalam makanan dan minuman. Perlu dicatat, sirup
coklat sangat baik untuk menutupi rasa pahit. Cara, memberikannya,
campur obat dengan satu sendok cair. Tapi ingat, jangan lakukan trik ini
dibawah anak umur 6 bulan. Pada bayi, dapat diberikan dengan dicampur
pada ASI.
c. Berikan anak kepercayaan. Anak-anak umur 2-3 tahun biasanya ingin
lebih berkuasa. Mereka ingin memegang sendok obat itu sendiri dan
meminumnya. Untuk itu beri mereka pilihan, tetapi mengharuskan mereka
untuk minum obat.
d. Coba jenis obat lain. Jika biasanya anak ibu mengonsumsiobat dalam
bentuk cair dan ia menolak, coba tablet kunyah dan tablet biasa. Yang
paling gampang, tentu tablet kunyah yang rasanya enak dan larut dalam
waktu singkat di mulut.
Hal-hal Yang Diperhatikan:
a. Perhatikan aturan dosis obat.
Dengan dosis yang tepat sesuai BB bayi, niscaya penyakit si kecil dapat
sembuh. Jangan sungkan untuk bertanya pada dokter mengenai hal ini
karena kenaikan BB bayi tergolong cepat. Umumnya dosis obat
disesuaikan dengan BB bayi.
b. Lihat tanggal kadaluarsa.

8
Saat akan menggunakan obat-obatan yang tersimpan di kotak obat, lihat
dulu tanggal kadaluarsa (umumnya tercantum dikemasan). Cara lain,
cermati warna, rasa dan baunya. Bila sudah terjadi perubahan warna, rasa
dan baunya pertanda kualitas obat sudah tidak baik, segera buang.
c. Perhatikan cara menyimpan.
Obat-obat yang sebelumnya disimpan di lemari es, saat akan digunakan
perlu dikeluarkan terlebih dahulu pada suhu ruangan selama kurang lebih
10 menit agar bayi tidak terlalu kaget dengan sensasi dingin yang
ditimbulkan. Khusus obat puyer simpanlah dalam wadah tertutup rapat dan
kering, jangan menyimpan didalam kulkas karena dapat mempengaruhi
tekstur puyer.
d. Boleh bergiliran.
Katakanlah bayi mendapat 3 jenis obat. Cara memberikannya bila secara
bergiliran dalam waktu berdekatan (tanpa jeda waktu yang panjang).
e. Jangan mencampur obat dengan madu.
Hingga bayi berusia 1 tahun, hindari mencampur obat dengan madu
karena dikawatirkan mengandung bakteri clostridium botulinum yang
dapat menyebabkan terganggunya pencernaan bayi. Setelah usia 1 tahun
umumnya pencernaan anak lebih kuat sehingga bisa menerima campuran
obat dan madu.
f. Tunggu ½ jam bila ingin minum susu.
Setelah minum obat, jangan langsung minum susu. Ada beberapa obat
yang tidak dapat larut dalam susu, seperti golongan antibiotic.

E. Pemberian Obat Dengan Menggunakan Alat Bantu


Ada beragam alat bantu untuk meminumkan obat pada bayi, seperti pipet,
sendok takar, atau sepuit (tanpa jarum suntik). Alat-alat ini memiliki keuntungan
dan kerugian masing-masing. Sendok takar, umpannya, agak sulit digunakan
untuk bayi mengingat bila ia meronta risiko obat tersebut tumpah lebih besar.
Nah, menggunakan pipet memang lebih mudah, namun pilih yang berbahan
plastic. Pipet berbahan beling atau gelas rawan pecah. Pilih juga pipet yang

9
ukurannya jelas terlihat sehingga bisa dipakai sebagai alat takar yang pas. Saat
meminumkan obat pada bayi, jaga agar pipet tidak mengenai mulutnya (agar tidak
terkena bakteri). Beberapa pipet sekaligus berfungsi sebagai tutup obat. Senagai
langkah antisipasi, setiap kali habis digunakan, cucilah pipet dan rendam dalam
air mendidih selama 10 menit, keringkan kemudian baru tutupkan kembali pada
tempatnya.
Sementara keuntungan sepuit adalah takarannya yang jelas dan mudah
digunakan. Bila bayi anada menyukai minum obat dengan sepuit, jangan lupa
meminta dokter membuat resep karena sepuit tidak bisa di beli bebas.
Cara lain meminumkan obat pada bayi adalah dengan menggunakan botol dotnya.
Campur obat dengan air gula lalu masukkan ke dalam botol ot si kecil. Sebaiknya
air jangan terlalu banyak, takarannya kira-kira cukup untuk melarutkan obat saja.
Missal, 1 bungkus puyer atau 1 sendok the obat sirup dengan 5-10 cc air. Kocok
atau aduk terlebih dahulu hinggan tercampur merata sebelum diberikan kepada
bayi.

F. Jangan Menggunakan Sendok Rumah Tangga


Pada kemasan obat kerap tercantum istilah sendok the atau sendok makan
sebagai takaran obat. Perlu diketahui yang di maksud dengan sendok tek dan
sendok makan tersebut bukan sendok yang ada di dapur kita, melainkan sendok
takar yang ada dalam kemasan obat. Ukuran takaran sendok rumah tangga tidak
sama dengan sendok takar obat (takaran sendok rumah tangga memiliki jumlah
yang berbeda-beda, tidak 5 ml).
Untuk itu, jangan lupa meminta sendok takar obat ketika membeli obat di
apotik. Atau, dapat pula meminta alat takar yang meniliki ukuran jelas, seperti,
gelas takar, pipet, atau sepuit tanpa jarum suntik.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lingkup pelayanan kebidanan yang menjadi tanggung jawab bidan
termasuk di dalamnya adalah pelayanan kesehatan anak, yang diberikan pada
masa bayi dan balita. Dalam memberikan pelayana kesehatan pada anak, bidan
diberikan kewenangan dalam pemberian obat yang bersifat sementara pada
penyakit ringan, sepanjang sesuai dengan obat- obatan yang sudah ditetapkan dan
segera merujuk pada dokter.
Ada beragam alat bantu untuk meminumkan obat pada bayi, seperti pipet,
sendok takar, atau sepuit (tanpa jarum suntik, tentunya). Alat-alat ini memiliki
keuntungan dan kerugian masing-masing. Sendok takar, umpamanya, agak sulit
digunakan untuk bayi mengingat bila ia meronta risiko obat tersebut tumpah lebih
besar. Nah, menggunakan pipet memang lebih mudah, namun pilih yang berbahan
plastik. Pipet berbahan beling atau gelas rawan pecah. Pilih juga pipet yang
ukurannya jelas terlihat sehingga bisa dipakai sebagai alat takar yang pas. Saat
meminumkan obat pada bayi, jaga agar pipet tidak mengenai mulutnya (agar tidak
terkena bakteri). Beberapa pipet sekaligus berfungsi sebagai tutup obat.
Sebagai langkah antisipasi, setiap kali habis digunakan, cucilah pipet dan
rendam dalam air mendidih selama 10 menit, keringkan kemudian baru tutupkan
kembali pada tempatnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan, Maryunani Anik, CV. Trans Info Media,
Jakarta Timur, 2011

Hidayat, A.Aziz Alimul. 2011 Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Supardi, S. D. (2021). Kajian Peraturan Perundang-Undangan Tentang Pemberian


Informasi Obat dan Obat Tradisional di Indonesia. Jurnal Kefarmasian
Indonesia.

Yusuf, F. (2016). Studi Perbandingan Obat Generik Dan Obat Nama Dagang.
Jurnal Farmanesia.

12

Anda mungkin juga menyukai