Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Negara Hukum Yang Demokratis ”

Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Politik Hukum Tata Negara


yang diampuh oleh:

Di Susun Oleh: Ach. Raziqin

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

PROGRAM STUDY HUKUM

UNIVERSITAS IBRAHIMY

SUKOREJO
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
limpahan karunianya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah kami yang
berjudul “Negara Hukum yang demokratis”.

Selain itu, kami pun mengucapkan terimakasih kepada para penulis yang
tulisannya kami kutip sebagai bahan rujukan. Tak lupa juga kami ucapkan maaf
yang sebesar-besarnya, jika ada kata dan pembahasan yang keliru dari kami. Kami
berharap kritik dan saran Anda. Semoga makalah kami ini dapat menjadi
pelajaran dan menambah wawasan Anda dalam mata kuliah Politik Hukum Tata
Negara.

Semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat menambah


pengetahuan dan pemahaman kita semua tentang demokrasi di Indonesia. Kami
sadar dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Akan tetapi kami
yakin makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. Indonesia Sebagai Negara Demokrasi Berdasarkan Hukum.......................
1. Konsep Dasar Demokrasi........................................................................6
2. Pengertian Demokrasi Menurut Para Ahli..............................................6
3. Ciri-Ciri Demokrasi................................................................................7
4. Prinsip-Prinsip Demokrasi......................................................................9
5. Ciri-Ciri Pemerintahan Demokratis......................................................11
6. Landasan-landasan Demokrasi Indonesia.............................................11
B. Negara Hukum Indonesia dan Hukum Progresif........................................
C. Hukum Demokratis Dan Resresif...............................................................
BAB III..................................................................................................................19
PENUTUP..............................................................................................................19
A. Kesimpulan.................................................................................................19
B. Saran............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Negara merupakan suatu organisasi yang di dalamnya terdapat wilayah,
masyarakat, dan pemerintah. Negara dikatakan suatu organisasi karena di
dalamnya terdapat stuktur contohnya presiden yang dibantu oleh wakil
presiden dan menteri - menterinya. Terbentuknya suatu negara harus
mempunyai tiga syarat utama yaitu wilayah, masyarakat, dan pemerintah.
Setiap negara memiliki sistem atau bentuk pemerintahan tersendiri.
Bentuk-bentuk pemerintahan itu diantaranya Oligarki,Anarki,
Moboraksi, Diktator, dan Demokrasi.
Oligarki adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh segelintir
orang banyak. Partisipasi rakyat dalam pemerintahan dibatasi atau bahkan
ditoadakan dengan dihapusnya lembaga perwakilan rakyat dan keputusan
hukum tertinggi ada pada tangan segelintir orang tersebut.
Anarki adalah pemerintahan yang kekuasaannya tidak jelas, tidak ada
peraturan yang benar-benar dapat dipatuhi. Setiap individu bebas
menentukan kehendaknya sendiri-sendiri tanpa aturan yang jelas.
Moboraksi adalah pemerintahan yang dikuasai olah kelompok orang
untuk kepentingan kelompok yang berkuasa, bukan untuk kepentingan
rakyat. Biasanya mobokrasi dipimpin oleh sekelompok orang yang
mempunyai motivasi yang sama.
Diktator ialah kekuasaan yang terpusat pada seseorang yang berkuasa
mutlak (otoriter), dan Demokrasi adalah kekuatan rakyat atau suatu bentuk
pemerintahan dengan rakyat sebagai pemegang kedaulatannya. Dari
beberapa bentuk pemerintahan ini, demokrasi yang paling umum
digunakan dalam suatu sistem pemerintahan termasuk Indonesia.
Indonesia adalah salah satu negara yang menjunjung tinggi demokrasi,
untuk di Asia Tenggara, Indonesia adalah negara yang paling terbaik
menjalankan demokrasinya, mungkin kita bisa merasa bangga dengan
keadaan itu. Nah pada kesempatan ini, kami akan menyusun sebuah
makalah tentang Demokrasi di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Indonesia Sebagai Negara Demokrasi Berdasarkan
Hukum?
2. Bagaimana pengertian Negara Hukum Indonesia dan Hukum Progresif?
3. Seperti Apa Hukum Demokratis Dan Resresif ?

C. Tujuan
Tujuannya adalah untuk mengetahui negara hukum yang demokratis
BAB II

PEMBAHASAN
A. Indonesia Sebagai Negara Demokrasi Berdasarkan Hukum Dan
Negara Hukum Yang Demokratif
Sulit mencari kesepakatan dari semua pihak tentang pengertian
atau definisi demokrasi. Ketika ada yang mendefinisikan demokrasi
secara ideal atau juga disebut sebagai definisi populistik tentang
demokrasi, yakni sebuah sistem pemerintahan ”dari, oleh, dan untuk
rakyat” maka pengertian demokrasi demikiantidak pernah ada dalam
sejarah umat manusia. Tidak pernah ada pemerintahandijalankan secara
langsung oleh semua rakyat; dan tidak pernah ada pemerintahan
sepenuhnya untuk semua rakyat (Dahl 1971; Coppedge dan Reinicke
1993).
Dalam praktiknya, yang menjalankan pemerintahan bukan rakyat, tapi
elite yang jumlahnya jauh lebih sedikit. Juga tidak pernah ada hasil dari
pemerintahan itu untuk rakyat semuanya secara merata, tapi selalu ada
perbedaan antara yang mendapat jauh lebih banyak dan yang mendapat
jauh lebih sedikit. Karena itu, ketika pengertian”demokrasi populistik”
hendak tetap dipertahankan, Dahl mengusulkan konsep ”poliarki” sebagai
pengganti dari konsep ”demokrasi populistik”tersebut. Poliarki dinilai
lebih realistik untuk menggambarkan tentang sebuah fenomena politik
tertentu dalam sejarah peradaban manusia sebab poliarki mengacu pada
sebuah sistem pemerintahan oleh ”banyak rakyat” bukan oleh ”semua
rakyat”,oleh”banyak orang” bukan oleh”semua orang.”

1. Pengertian Demokrasi Menurut Para Ahli


Demokrasi secara etimologis berasal dari bahasa yunani
“Demokratia” yang dibagi dalam dua kata, yaitu demos yang berarti
rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat
diartikan sebagai pemerintahan rakyat atau pemerintahan yang rakyatnya
memegang peranan yang sangat menentukan. Secara harfiah, demokrasi
berarti kekuatan rakyat atau suatu bentuk pemerintahan dengan rakyat
sebagai pemegang kedaulatannya.
Berikut ini pengertian demokrasi menurut beberapa ahli:
1. Aristoteles
Menurut Aristoteles Demokrasi adalah suatu negara suatu
kebebasan karena melalui kebebasanlah setiap warga negara
bisa saling berbagi kekuasaan di dalamnya.
2. Abraham Lincoln
Menurut Abraham Lincoln Democracy is government of the
people, by the people, and for the people (Demokrasi adalah
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat).
3. Hans Kelsen
Menurut Hans Kelsen Demokrasi adalah pemerintahan oleh
rakyat dan untuk rakyat. Yang melaksanakan kekuasaannegara ialah
wakil-wakil rakyat yang terpilih. Dimana rakyat telah yakin, bahwa
segala kehendak dan kepentingannya akan diperhatikan didalam
melaksanakan kekuasaan negara.
4. Sidney Hook
Menurut Sidney Hook Demokrasi adalah bentuk pemerintahan
dimana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara
langsung atau tidak didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang
diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
5. Mohammad Hatta
Menurut Mohammad Hatta Demokrasi sebagai sebuah
pergeseran dan penggantian kedaulatan raja menjadi kedaulatan
rakyat.

2. Ciri-Ciri Demokrasi
6. Dilihat dari cara penyaluran kehendak rakyat
a. Demokrasi langsung (direct democracy)
Yaitu rakyat secara langsung dapat membicarakan dan
menentukan suatu urusan politik kenegaraan.
b. Demokrasi perwakilan atau tidak langsung (representative
democracy)
Yaitu aspirasi rakyat disalurkan melalui wakil-wakilnya yang
duduk di lembaga perwakilan rakyat (parlemen).
c. Demokrasi sistem referendum
Yaitu rakyat memilih wakil-wakilnya yang duduk di parlemen
tetapi dalam melaksanakan tgasnya, parlemen dikontrol oleh rakyat
melalui sistem referendum.
7. Dilihat dari dasar atau paham ideologi yang dianut
a. Demokrasi liberal
Yaitu paham demokrasi dengan menitikberatkan pada ideologi
liberalis yang cenderung pada kebebasan individu atau
perseorangan.
b. Demokrasi rakyat atau proletariat (komunis)
Yaitu demokrasi yang cenderung kepada kepentingan umum
(dalam hal negara ini) sehingga hak-hak politik rakyat dan
kepentingan perseorangan kurang diperhatikan.
c. Demokrasi pancasila
Merupakan ciri khusus demokrasi yang tidak hanya mencakup
bidang politik saja, melainkan juga bidang ekonomi, sosial,
budaya, dan mewujudkan kesejahteraan rakyat.
8. Dilihat dari perkembangan paham
a. Demokrasi klasik : Yaitu paham demokrasi yang menitikberatkan
pada pengertian politik kekuasaan atau politik pemerintahan negara
b. Demokrasi modern : Yaitu paham demokrasi yang tidak hanya
mencakup bidang politik saja, melainkan juga bidang ekonomi,
sosial, budaya dan menwujudkan kesejahteraan rakyat.
9. Dilihat dari hubungan antara pemerintahan dengan rakyat
a. Demokrasi liberal : Dalam demokrasi ini pemerintah dibatsi oleh
undang-undang dan pemilihan umum yang bebas diselenggarakan
dalam waktu yang tetap.
b. Demokrasi terpimpin : Dalam demokrasi ini terdapat keyakinan
para pemimpin bahwa semua tindakan mereka dipercaya oleh
rakyat, tetapi menolak persaingan dalam pemilihan umum untuk
menduduki kekuasan.
c. Demokrasi sosial : Demokrasi ini menaruh kepeduliannya kepada
keadaan sosial dan egalitarianisme (paham persamaan) bagi
persyaratan untuk memperoleh kepercayaan politik.
d. Demokrasi partisipasi : Demokrasi yang menekankan hubungan
timbal balik antara penguasa atau pemimpin dengan yang
dipimpin.
e. Demokrasi konstitusional : Demokrasi yang menekankan pada
proteksi khusus bagi kelompok-kelompok budaya dan menekankan
kerja sama yang erat diantara elite yang mewakili bagian budaya
umum.

3. Prinsip-Prinsip Demokrasi
Prinsip budaya demokrasi
i. Kebebasan : Adalah kekuasaan untk membuat pilihan terhadap
beragam pilihan atau melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi
kepentingan bersama atas kehendak sendiri, tanpa tekanan dar
pihak manapun.
ii. Persamaan : Setiap negara terdiri atas berbagai suku, ras, dan
agama. Namun dalam negara demokrasi perbedaan tersebut tidak
perlu ditonjolkan bahkan harus ditekan agar tidak menimbulkan
konflik.
iii. Solidaritas : Rasa solidaritas harus ada di dalam negara demokrasi.
Karena dengan adanya sifat solidaritas ini, walaupun ada
perbedaan pandangan bahkan kepentingan tiap-tiap masyarakat
maka akan senantiasa selalu terikat karena adanya tujuan bersama.
iv. Toleransi : Adalah sikap atau sifat toleran. Bersikap toleran artinya
bersifat menenggang (menghargai, memberikan, membolehkan)
pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan,
kelakuan, dan sebagainya) yang bertentangan atau berbeda dengan
pendirian sendiri.
v. Menghormati kejujran : Kejujuran berarti kesediaan
ataketerbukaan untuk menyatakan suatu kebenaran. Kejujuran
menjadi hal yang sangat penting bagi semua pihak.
vi. Menghormati penalaran : Peanalaran adalah penjelasan mengapa
seseorang memiliki pandangan tertentu, membela tindakan
tertentu, dan menuntut hal serupa dari orang lain. Penalaran ini
sangat diperlukan bagi terbangunnya solidaritas antarwarga
masyarakat demokratis.
vii. KeadaaKeadaban adalah ketinggian tingkat kecerdasan lahir batin
atau kebaikan budi pekerti. Seseorang yang berperilaku beradab
berarti memberikan penghormatan terhadap pihak lain yang dapat
tercermin melalui tindakan, bahasa tubuh, dan cara berbicara.
b. Prinsip – prinsip demokrasi yag bersifat universal
i. Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan
politik.
ii. Tingkat persamaan (kesetaraan) tertentu antara warga
negara.
iii. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan
dipakai oleh para warga negara.
iv. Pengormatan terhadap supremasi hukum.
c. Adapun prinsip demokrasi yang didasarkan pada konsep di atas (rule
of law) antara lain sebagai berikut :
i. Tidak adanya kekuasaan yang sewenang-wenang.
ii. Kedudukan yang sama dalam hukum.
iii. Terjaminnya hak asasi manusia oleh undang-undang.
4. Ciri-Ciri Pemerintahan Demokratis
Setiap bentuk pemerintahan pastilah memiliki ciri-ciri. Berikut ini
merupakan ciri-ciri pemerintahan Demokrasi:
a. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan
keputusan politik, baik langsung maupun tidak langsung
(perwakilan).
b. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala
bidang.
c. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
d. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk
di lembaga perwakilan rakyat.

5. Landasan-landasan Demokrasi Indonesia


a. Pembukaan UUD 1945
i. Alinea pertama yang berbunyi Kemerdekaan ialah hak segala
bangsa.
ii. Alinea kedua yang berbunyi Mengantarkan rakyat Indonesia
kepintu gerbang kemerdekaan Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
iii. Alinea ketiga yang berbunyi Atas berkat rahmat Allah Yang Maha
Kuasa dan didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan dan
kebangsaaan yang bebas.
iv. Alinea keempat yang berbunyi Melindungi segenap
bangsa.
b. Batang Tubuh UUD 1945
i. Pasal 1 ayat 2 yaitu tentang “Kedaulatan adalah ditangan
rakyat”.
ii. Pasal 2 yaitu tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat.
iii. Pasal 6 yaitu tentang Pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden.
iv. Pasal 24 dan Pasal 25 yaitu tentang Peradilan yang
merdeka.
v. Pasal 27 ayat 1 yaitu tentang Persamaan kedudukan di dalam
hukum.
vi. Pasal 28 yaitu tentang Kemerdekaan berserikat dan
berkumpul.

B. Negara Hukum Indonesia Dan Hukum Progresif


Hukum progresif merupakan pemikiran perkembangan hukum
yang digagas oleh Prof. Satjipto Rahardjo, berpandangan bahwa
hukum dibentuk untuk manusia bukan manusia untuk hukum. Dasar
pemikiran beliau bahwa kajian hukum saat ini telah mencapai ekologi
dalam yang mendasar pada pemikiran antroposentrisme. Suatu faham
yang berpusat pada manusia sehingga manusia dianggap memiliki
kemampuan cipta, rasa, bahasa, karya, dan karsa sebatas diizinkan oleh
Sang Kholiq. Sehingga hukum tidak memutus maunya sendiri tanpa
belajar dari lingkungan hidup. Pandangan manusia sebagai Kholifah fil
ardh menjadi dasar bahwa Tuhan sangat memuliakan ciptaan-Nya
dengan kemuliaan dan hormat. Sehingga hukum buatan manusia
seharusnya tidak mereduksi kemuliaan dan hormat sebatas yang
dikatakan dalam undang-undang.
Hukum progresif memahami konsep keadilan sebagai hukum yang
benar-benar memperhatikan sumber-sumber hukum yang baru untuk
tercapainya keadilan. Sehingga tidak lagi mendasar bahwa wanita dan
anak adalah subyek hukum yang paling lemah.
Konteks produk perundang-undangan yang perlu diperhatikan
bahwa tidak dilihat sebagai hasil kerja profesional, namun sebagai
objek ilmu. Perkembangan bantuan hukum probono bagi si miskin
dirumuskan sejak era 80-an mendasari ICCPR sebagai landasan
perlindungan hak asasi manusia. Probono bagi si miskin menjadi
persoalan apakah diskriminatif atau suatu kesetiaan hukum. Yang
sejatinya tidak diperuntukan bagi seluruh warga Indonesia. Hukum
progresif mengarah pada aspek moral, sehingga dalam pembentukan
hukum berinkorporasi dengan nilai dasar/prinsip moral. Maka probono
bagi si miskin sering kali dianggap sebagai langkah progresif sebagai
kewajiban pemerintah melindungi segenap bangsa dalam merengkuh
keadilan di hadapan hukum.
C. Hukum Demokratis Dan Represif
Deskripsi mengenai hukum yang represif ini, pertama akan
memberikan contoh hukum yang represif selanjutnya akan
menganalisis hukum represif tersebut. Hukum represif merupakan
perintah dari penguasa dan menjadi alat yang mudah diutak-atik, siap
dipakai untuk mengkonsolidasikan kekuasaan, mengawal otoritas,
mengamankan hak-hak istimewa, dan memenangkan ketaatan.1
Contoh hukum represif adalah UU Nomor 3 Tahun 2020 Tentang
Perubahan Atas UU Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan
Mineral Dan Batubara yang selanjutnya disebut UU Minerba. Dalam
hal ini saya mencontohkan hukum dalam wujudnya sebagai peraturan
perundang- undangan yaitu UU Minerba. Perlu diketahui bersama
bahwa hukum yang represif memiliki ciri-ciri yaitu; ketertiban adalah
tujuan utama, legitimasi atau dasar kekuatan mengikatnya adalah
kekuasaan negara, peraturan- peraturannya yang terumus secara rinci
bersifat keras (represif) mengikat rakyat, tapi lunak terhadap penguasa,
alasan pembuatannya bersifat ad-hoc sesuai keinginan arbitrer
penguasa, kesempatan bertindak bersifat serba meresap sesuai
kesempatan, pemaksaan serba mencakupi tanpa batas yang jelas,
moralitas yang dituntut dari masyarakat adalah pengendalian diri,
kekuasaan menempati posisi di atas hukum, kepatuhan masyarakat
harus tanpa syarat, dan ketidakpatuhan dihukum sebagai kejahatan,
partisipasi masyarakat diijinkan lewat penundukan diri, sedangkan
kritik dipahami sebagai pembangkangan.2
Undang-Undang Minerba terbaru merupakan contoh hukum yang
represif hal ini dikarenakan, beberapa Pasal dalam UU tersebut yaitu,
Pasal 7, 8, 37, 43, 44, 45, 142, 143 yang telah menghapuskan
kewenangan Kepala Daerah (Gubernur, Kab/Wali kota) dalam
pengelolaan pertambangan Minerba yang berpotensi menggerus
prinsip desentralisasi. Kemudian yang sangat krusial yaitu
penghapusan Pasal 165 terkait sanksi pidana bagi pelaku
penyalahgunaan wewenang penerbitan izin tambang mencakup IUP,
IUPR, IUPK. Padahal diketahui bahwa Locus dari usaha
pertambangan dan batubara tersebut ada di daerah harusnya wewenang
tersebut tidak dihapuskan, namun sistem pengawasan nyalah yang
harus diperbaiki dan diatur dengan baik. Kewenangan pemerintah
pusat yang terlalu dominan dalam pengelolaan pertambangan Minerba
telah mencerminkan hukum yang represif karena tidak melibatkan
daerah sebagai tempat operasional perusahaan Minerba tersebut
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menyusun makalah ini, perkembangan demokrasi di indonesia
dimulai dari Demokrasi Perwakilan (Representative Democracy) pada
masa revolusi (1945 – 1950). Setelah itu Demokrasi Liberal pada masa
Orde Lama (1950 - 1959). Kemudian beralih ke Demokrasi Terpimpin
yang juga pada masa Orde Lama (1959 – 1966). Setelah demokrasi
termpimpin beralih lagi Demokrasi Pancasila pada Orde Baru (1966 –
1998). Pada Orde Reformasi (1998 – sekarang), demokrasi yang
digunakan adalah Demokrasi Reformasi.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka
penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA
http://taufiqabd.blogspot.co.id/2017/05/makalah-demokrasi-di-indonesia.html

https://thynaituthya.wordpress.com/2013/11/23/makalah-pkn-tentang-
demokrasi-indonesia/
http://robihartopurba.blogspot.co.id/2015/03/makalah-tentang-demokrasi-di-
indonesia.html
http://penulisbima.blogspot.co.id/2016/01/makalah-demokrasi-indonesia.html

S. Brodjo Soedjono, ‘Hukum Represif Dan Sistem Produksi Hukum


Yang Tidak Demokratis’, Jurnal Hukum, 13.7 (2000), 157–69
Selznick, Philippe Nonet dan Philip, Hukum Responsif
(Bandung, 2008)
<https://scholar.google.com/scholar?
start=0&q=Hukum+Represif&hl=en& as_sdt=0,5>
Hotma P. Sibua, 2010, Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan dan Asas-

asas Umum Pemberintahan Yang Baik, Penerbit Erlangga, Jakarta

Jimly Asshiddiqie, 2011, Hukum Tata Negara dan Pilar-pilar Demokrasi,

Sinar Grafika, Jakarta Peter Mahmud Marzuki, 2011, Penelitian Hukum,

Kencana, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai