Anda di halaman 1dari 2

Nama : Jeamshen Christian Simon

NIM : M011191059

Kelas : Kebijakan Kehutanan dan Lingkungan - B

“Omnibus Law terhadap posisi UU No.41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan”

UU Cipta Kerja merupakan upaya pemerintah untuk menyederhanakan dan menyelaraskan


hukum, khususnya peraturan perundang-undangan. Metode omnibus sendiri merupakan
konsep atau metode pembuatan aturan yang merangkum sekumpulan aturan yang isi dari setiap
aturan berbeda.

Konsep omnibus law sejatinya dapat menjadi solusi untuk menyederhanakan peraturan yang
terlalu banyak, seperti yang dialami Indonesia saat ini. Berdasarkan data dari Bappenas,
sepanjang tahun 2000 hingga 2015, pemerintah pusat telah mengeluarkan 12.471 regulasi,
dengan kementerian menjadi produsen terbanyak dengan 8.311 peraturan. Jenis regulasi
terbanyak berikutnya adalah peraturan pemerintah sebanyak 2.446 peraturan.

Undang-undang Cipta Kerja ini memberikan dampak yang sangat luas ke berbagai sektro
seperti riset dan inovasi, pertanahana, administrasi pemerintah dan tak terkecuali pada sector
kehutanan. Dampak yang luas tersebut tentunya menjadi pertanyaan tentang bagaimanan UU
ini dapat mendegradasi nilai-nilai dan jiwa dari norma-norma yang sebelumnyaterdapat dalam
UU yang mengatur bidang terkait.

Seperti yang dipaparkan sebelumnya sektor lingkungan khususnya kehutanan memang tak
luput dari imbas atas rencana UU Cipta kerja, hal ini lantaran pengaturan mengenai
penyederhaan perizinan usaha serta pengadaan lahan menyinggung banyak regulasi bidang
kehutanan dan lingkungan. Perubahan paling mendasar yang terjadi adalah diubahnya
beberapa intisari dari peraturan pokok sektor kehutanan yang ada di dalam UU No.41 Tahun
1999 Tentang Kehutanan dan UU No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

Hal-hal yang menjadi polemik terhadap sektor kehutanan yang diakibatkan oleh UU Cipta
Kerja ini adalah mudahnya perizinan pemanfaatan Kawasan hutan. Dalam UU Cipta Kerja ini
jenis perizinan disederhanakan menjadi hanya satu jenis perizinan saja yaitu perizinan berusaha
dimana pada UU No.41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan memuat ada beberapa jenis perizinan
pemanfaatan Kawasan hutan.
Selain itu peraturan yang mengatur tentang pemanfaatan Kawasan hutan lindung semakin tidak
jelas dalam UU Cipta Kerja ini, dimana hal ini dapat berimplikasi terhadap eksploitasi
Kawasan hutan lindung akan lebih marak terjadi. Dampak lain yang dapat terjadi adalah karena
berubahnya poin dalam UU No.31 Tahun 2009 yaitu dicabutnya “izin lingkungan” yang
dimana berhubungan dengan posisi AMDAL dalam proses perizinan kelayakan usaha menjadi
tidak wajib lagi, hal tersebut akan sangat memberikan dampak lingkungan yang semakin tak
terkendali.

Anda mungkin juga menyukai