Anda di halaman 1dari 1

Khunu Lama Rinpoche Tenzin Gyaltsen

(1894-1977)
Felix Kris Alfian/186114021
1. Dunia di Balik Teks
Lama Rinpoche Tenzim Gyaltsen lahir di desa Sunnam, Distrik Kinnaur, Himachal
Pradesh, Himalaya Barat pada tahun 1894. Ia terlahir dari keluarga bangsawan. Sejak kecil, ia
memiliki minat dalam bidang Dharma, kebijaksanaan dan kebaikan. Meskipun ia hidup
sebagai seorang bangsawa, di akhir masa remajanya, keluarganya mengalami masa kesulitan
dan berpuncak dengan keputusannya utnuk meninggalkan keluarga. Keputusannya untuk
meninggalkan keluarganya ini membuka kesempatan baginya untuk belajar spiritual dan
semakin menjalankan Dharma secara lebih serius.1
2. Dunia di Dalam Teks
Bagi Rinpoche, suatu pencerahan hanya dapat dicapai melalui praktik Dharma.
Ajarannya secara umum ada dua yaitu Buddhadharma dan ajaran yang berlawanan dengan
Buddhadharma. Dalam Buddadharma terdapat dua bagian yaitu pratimokshayana dan
Mahayana. Ajaran Pratimokshayana mengantarkan terbebasnya dari samsara2, tetapi tidak
dapat mencapai pencerahan yang sempurna. Sedangkan yang menghantarkan pada
pencerahan adalah Mahayana. Di dalamnya terdapat ajaran dari Buddha dan juga diteruskan
oleh para pengikutnya. Di dalam ajarannya mengatakan bahwa baik penderitaan ataupun
kebahagiaan yang dialami dalam hidup ini, kita harus menghindari kelahiran kembali ke alam
yang lebih rendah dan berjuang meraih kelahiran ke alam yang lebih tinggi. Secara konkret
adalah berjuang untuk tidak marah, tidak serakah, tidak iri hati, tidak mencelakai makluk
lain, berusaha hidup disiplin dan menghindari hal-hal negatif, berjuang untuk meninggalkan
keinginan duniawi, dan intinya berjuang untuk melakukan kebaikan.3
3. Dunia di Depan Teks
Pencerahan merupakan suatu hal yang arif bagi keharmonian. Usaha harmoni
diperuntukan agar manusia tidak bereinkarnasi ke tubuh yang lebih rendah. Keharmonian
didapat jika kita manusia tidak merasa diri paling berkuasa dan tidak merugikan pihak lain
(alam semesta beserta isinya). Memang, manusia perlu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
melalui makluk lain. Namun, perlu ingat untuk tetap menjaga keseimbangan dan menghindari
keserakahan. Ajaran Rinpoche ini sejajar dengan pemikiran Phytagoras tentang
Metempsikosis. Di dalam metempsikosis dijelaskan bahwa jiwa manusia dapat berpindah
dari tubuh satu ke tubuh lain setelah dirinya meninggal. Perpindahan jiwa ini akan membantu
dirinya mencapai kesempurnaan.4

1
Beth halfold, “The Life of a Bodhisattva: The Great Kindness of Khunu Lama Rinphoce”, Jurnal Mandala (Juli-
Desember 2015), 27
2
Samsara(Skt; Tib: khor-wa): Enam alam yang berkondisi, tiga alam rendah [neraka, makhluk halus kelaparan
(Skt:preta) dan binatang] dan tiga alam yang lebih tinggi [manusia, setengah dewa (Skt: Asura), dan Dewa (Skt:
Sura)]; siklus kelahiran dan kematian yang selalu berulang sejak masa tanpa awal di bawah kendali pandangan
salah dan karma dan dipenuhi oleh penderitaan. Ia juga digunakan untuk menggambarkan agregat yang
terkontaminasi dari makhluk hidup.
3
Tim PVVD (terj), Ajaran Agung Para Guru, (Bandung: Penerbit PVVD, 2009), 5,6,11
4
F.D.Wellem, Kamus Singkat Sejarah Gereja, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2004), 284.

Anda mungkin juga menyukai