Anda di halaman 1dari 4

MATA KULIAH KITAB KEBIJAKSANAAN

Dosen Pengampu: Nikolas Kristiyanto, SJ

Tugas: UTS

Oleh :

-Felix Kris Alfian (186114021)

Semester V

Tahun Ajaran 2020/2021

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


Ngunduh Wohing Pakarti & Amsal 21 :21
Siapa mengejar kebenaran dan kasih akan memperoleh kehidupan, kebenaran dan kehormatan

A. Pengantar
Dalam budaya Jawa, terdapat pelbagai macam pepatah/peribahasa yang mengandung
petuah. Secara umum pengertian peribahasa dalam bahasa Indonesia dirasa terlalu luas bagi
paribasan dalam ungkapan Jawa. Dari sebab itu, dalam Bahasa jawa, pepatah sering disebut
sebagai paribasan (gaya bahasa langsung/lugas), bebasan (gaya bahasa kiasan), saloka (gaya
bahasa yang mengandung pengandaian). Ketiga jenis peribahasa tersebut masuk dalam
kelompok tembung entar. Tembung entar adalah kata perumpamaan atau kiasan yang biasanya
digunakan untuk mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung.1
Fungsi dari paribasan, bebasan, saloka adalah sebagai nasihat. Nasihat yang diucapkan
dalam bentuk peribahasa akan lebih mendapatkan hasilnya daripada dikatakan secara terus
terang. Berkata secara terus terang seringkali menimbulkan rasa tersinggung. Nasihat yang
disampaikan melalui peribahasa akan menjadi lebih halus sehingga nyaman untuk didengar.
Selain itu, nasihat dalam bentuk peribahasa juga bisa digunakan untuk umum atau untuk semua
orang. Oleh karena itu, orang yang dinasehati tidak akan dinasehati secara langsung tetapi secara
umum.2
Dalam paper ini akan dibahas tentang paribasan sebagai kebijaksanaan Jawa dengan
kebijaksanaan yang terdapat dalam kitab Amsal 21:21.

B. Ngunduh Wohing Pakarti


Salah satu pepatah Jawa yang saya kenal adalah “Ngunduh Wohing Pakarti”. Pepatah ini
memiliki arti bahwa setiap orang pasti akan menuai sesuatu yang telah dilakukannya atau
diusahakannya. Ada pepatah Jawa yang mirip dengan ini yaitu “sopo sing nandur bakal
ngunduh”. Intinya sama yaitu apa yang kita lakukan sekarang, akan “berefek” di kemudian hari
atau apa yang terjadi saat ini adalah buah dari yang telah dilakukan sebelumnya. Bagi orang
Jawa, akibat dari tindakannya akan selalu berbanding lurus dengan sifat tindakan yang
dilakukannya.
1
Sri Rahayu Prihatmi, dkk., Peribahasa Jawa sebagai Cermin Watak, Sifat, dan Perilaku Manusia Jawa, (Jakarta:
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2003), hlm. 8
2
Edward Djamaris, Pengantar Sastra Rakyat Mingang Kabau, (Jakarta: Yayasan Obor, 2002), hlm. 26
Ngunduh wohing pakarti (Menuai buah tindakan) adalah pengembangan dari konsep Hindu
Jawa yang disebut sebagai hukum karma. Peristiwa yang menimpa seseorang adalah akibat dari
perbuatannya di masa lampau. Ngunduh artinya, menuai, memanen atau memetik hasil,
sedangkan woh adalah buah. Arti harafiahnya berarti memetik buah perbuatan. Tujuan dari
paribasan ini adalah untuk mendorong manusia agar selalu berbuat baik dengan harapan akan
memperoleh kebaikan. 3

C. Amsal 21:21

“Siapa mengejar kebenaran dan kasih akan memperoleh kehidupan, kebenaran dan
kehormatan.”

Kitab Amsal 21:21 termasuk dalam bagian kedua dari kelima bagian di Kitab Amsal.
Kumpulan Amsal bagian ini merupakan amsal Salomo, seorang raja yang bijaksana. Bagian ini
berisi tentang ratusan pepatah yang disampaikan dalam pelbagai macam pengalaman, bentuk,
petunjuk dan sebagainya. Amsal 21 ini menceritakan bagaimana manusia menjalankan hubungan
dengan Tuhan dan sesamanya. 4 Amsal 21:21 ingin menegasakan bahwa orang yang bentindak
kebenaran dan kasih, maka ia akan memperoleh kehormatan dan hidup. Artinya, setiap perbuatan
manusia akan menuai hasilnya sesuai dengan apa yang ia lakukan. Amsal ini sangat berhubungan
erat antara perbuatan dan hasil atau akibat yang dilakukan manusia (hubungan sebab-akibat). 5
Perbuatan baik yang dilakukan manusia, maka akan memperoleh keselamatan dan kehidupan
dari Tuhan, sedang sebaliknya, perbuatan manusia yang jahat, maka akan mendapatkan kutuk.

D. Kesimpulan: Ngunduh Wohing Pekerti dan Amsal 21:21


Pepatah Jawa “Ngunduh Wohing Pakarti” dan Amsal 21:21 memiliki gambaran suasana
yang sama. Keduanya menceritakan tentang gambaran sebab akibat dan manusia diajak untuk
senantiasa bekerja dan berbuat baik untuk mendapatkan berkat. Setiap perbuatan manusia pasti
akan mendapatkan hasilnya entah baik atau buruk tergantung perbuatan apa yang dilakukan

3
Niels Mulder, Mysticysm and Everyday Life in Contemporary Java, (Singapore: University Press, 1980), 45
4
J. Terence Forestell, The Book of Proverbs, (New York :Paulist Press, 1960), hlm. 16-17
5
Wim Van Der Weiden,MSF, Seni Hidup : Sastra Kebijaksanaan Perjanjian Lama,( Yogyakarta:Kanisius, 1995),
hlm. 55.
manusia tersebut. Dalam Amsal 21:21 dijelasakan secara lebih spesifik (dalam konteks
keseluruhan perikop) bahwa orang yang berbuat baik, maka akan mendapatkan kebaikan dan
kebaikan itu tak lain berasal dari Tuhan. Di sini menurut saya ada unsur do ut des. Dalam Kitab
Amsal 21:21 lebih menekankan bahwa perbuatan dan akibat tersebut selalu dikaitkan dalam
hubungannya dengan Tuhan atau pemberian Tuhan sedangkan dalam pepatah Jawa “Ngunduh
Wohing Pakarti” tidak selalu mengaitkan akibat dari perbuatan manusia dengan pembalasan dari
Tuhan. Pepatah Jawa tersebut lebih menekankan universalitas atau hubungan keseimbangan
bahwa ketika manusia berbuat sesuatu maka kelak ia akan memperoleh hasilnya, tergantung apa
yang ia lakukan.6

E. Penutup
Demikian penjelasan tentang hubungan antara paribasan “Ngunduh Wohing Pakarti”
dan Amsal 21:21. Terimakasih
F. Daftar Pustaka
 Prihatmi, Sri Rahayu, dkk. 2003. Peribahasa Jawa sebagai Cermin Watak, Sifat, dan
Perilaku Manusia Jawa. Jakarta. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
 Djamaris, Edward. 2002. Pengantar Sastra Rakyat Mingang Kabau. Jakarta. Yayasan
Obor.
 Forestell, J. Terence.1960. The Book of Proverbs. New York. Paulist Press.
 Van Der Weiden, Wim,MSF. 1995. Seni Hidup : Sastra Kebijaksanaan Perjanjian Lama.
Yogyakarta. Kanisius,
 Mulder, Niels, Mysticysm and Everyday Life in Contemporary Java, (SingapOre:
University Press, 1980

6
Bdk. Niels Mulder, Mysticysm and Everyday Life in Contemporary Java, (Singapore: University Press, 1980), 45

Anda mungkin juga menyukai