Anda di halaman 1dari 4

Felix Kris Alfian

186114021
UAS METAFISIKA

1. Implikasi dari konsep Tuhan sebagai Actus Purus terhadap sifat-sifat Tuhan?Jelaskan!
Actus Purus secara harafiah (Latin) berarti “tindakan/aktualitas murni”. Konsep ini
tercetus oleh Aristoteles yaitu tentang potensi dan aksi. Dari potensi dan aksi tersebut dapat
menjadi pembuktian akan adanya Tuhan dan Tuhan di sini dimengerti sebagai “penggerak
yang tak tergerakkan.” Gerakan atau perubahan merupakan suatu realitas di alam semesta ini
yang terjadi dari potensi ke aktualisasi. Suatu potensi tidak bisa diaktualisasi jika yang aktual
tidak hadir untuk mengaktualisasikan potensi tersebut. Suatu gerakan atau perubahan bisa
terjadi jika adanya sesuatu potensi yang telah menjadi aktual.
Apakah mungkin proses-potensi yang teraktualisasi tersebut tidak terhingga?
Agaknya menjadi tidak mungkin karena adanya aktualisasi potensi harus ada awalnya. Maka,
pasti ada yang namanya substansi/agen/penggerak/aktualisasi yang murni agar tidak tak
terhingga. Substansi tersebut adalah penggerak yang tidak digerakkan yang disebut sebagai
Actus Purus yang dalam bahasa Teologi disebut sebagai Tuhan.
Lantas bagaimana sifat-sifat dari Actus Purus itu? Karena Actus Purus adalah
penggerak yang tidak digerakkan, maka tentu tidak ada perubahan Actus Purus juga tidak
bermateri (immaterial) karena ia merupakan akutalisasi murni yang tanpa potensi. Maka,
Actus Purus itu tanpa materi (tak bertubuh). Oleh karena Actus Purus tak bermateri dan tidak
berpotensi, maka tidak ada kekurangan padanya, sehingga bersifat sempurna. Karena
sempurna, maka tidak ada kekurangan karena jika ada kekurangan maka pasti memiliki
potensi yang belum teraktualisasi. Karena Actus Purus tak memiliki potensi, maka sempurna.
Dan karena sempurna, maka hanya ada satu Actus Purus karena jika ada dua atau lebih, maka
harus ada pembeda antara Purus I dan Actus Purus II. Maka, Actus Purus hanya ada satu.
Actus Purus bersifat Mahakuasa karena ia memiliki daya untuk mengubah potensi
menjadi aktualisasi (penyebab utama). Oleh karena penyebab utama, maka setiap forma dari
segala substansi berasal dari Actus Purus, maka forma harus berbentuk abstrak sebagaimana
dalam pikiran. Oleh karena semua forma ada di dalam Actus Purus, maka Actus Purus
bersifat Mahamengetahui. Dengan kata lain Actus Purus bersifat tak berubah, sempurna,
mahakuasa dan mahatahu dan itu semua merupakan Sifat Tuhan.
Felix Kris Alfian
186114021
2. Perbedaan dan persamaan antara kecagunan kuat, kecagunan lemah dan hylemorfisme
Kecagunan terjadi ketika entitas memiliki properti yang tidak dimiliki oleh
komponen-komponen yang berada di level bawahnya. Misalkan air, di dalam air terdapat
entitas baru atau kekhasan yang tidak dimiliki oleh H dan O. Inilah fenomena kecagunan.
Sedangkan yang kedua, apa itu Hylemorphisme? Hylemorfisme, “Hyle” adalah
“materi” dan “phisme” adalah “bentuk”. Di dalam hylemorfisme terdapat materi prima atau
prinsip metafisis potensi murni. Hylemorfisme menganalisis substansi yang menjadi materi
dan bentuk. Materi dan bentuk itu tidak berlawanan tetapi saling bertemu dan menyatu. Hal
inilah yang disebut sebagai hylemorfisme. Misalkan sebuah patung manusia, kayu adalah
materi dari bentuknya adalah patung manusia itu.
Kembali ke kecagunan, kecagunan ada 2 macam yaitu kecagunan lemah dan kuat.
Dalam kecagunan lemah, walaupun sistem kompleks berbeda dengan komponennya, sistem
kompleks sepenuhnya berada di bawah eksistensi komponen-komponenya dan hanya sekedar
reaksi dari interaksi komponen-komponen tersebut. Sistem kompleks itu bukan sesuatu yang
hadir secara ontologis atau secara baru. Sedangkan Dalam kecagunan kuat, memang sistem
kompleksnya tergantung pada komponen-komponennya, tetapi sistem kompleks tersebut
adalah entitias ontologis yang berbeda dengan komponen-komponennya.
Dalam kecagunan kuat terdapat penyebab atas bawah (seperti manusia). Manusia
memiliki realitas ontologis yang baru. Dia tidak hanya bergantung pada sel-selnya tetapi
memunculkan sesuatu yang baru. Bagi orang kecagunan kuat, manusia bukanlah (tidak sama
dengan) sel-selnya, karena adanya realitas atas bawah. Sedangkan bagi kecagunan lemah,
manusia hanyalah sistem kompleks semata. Misalkan ketika manusia lapar dan makan, bagi
kecagunan kuat, yang menggerakkan dia makan adalah dia sebagai manusia sedangkan
kecagunan lemah, yang menggerakkan adalah perutnya yang lapar.
Gambaran di atas adalah perbedaan antara kecagunan lemah dan kecagunan kuat.
Lantas apa persamaannya? Persamaannya adalah keduanya mengakui bahwa dalam
kecagunan terdapat komponen-komponen yang berpengaruh hanya dalam kecagunan kuat
mengakui adanya ontologi baru, sedangkan dalam kecagunan lemah menganggap bahwa
kecagunan yang terjadi sekedar merupakan hasil interaksi dari komponen-komponennya.
Lantas apa hubungan dengan hylemorfisme? di dalam hylemorfisme terdapat materia
prima artinya ada sesuatu yang tidak berubah. Misalnya perubahan kayu menjadi patung.
Bagaimana pun perubahannya, kayu tersebut tetap memiliki prima materia yang tetap yang
membentuk kayu itu. Kaitannya dengan kecagunan baik yang lemah maupun yang kuat,
hylemorfisme juga bersinggungan dengan perubahan. Namun, hylemorfisme bukan menyoroti
Felix Kris Alfian
186114021
pada hal baru yang khas yang dihasilkan sebagaimana ontologi baru dalam kecagunan kuat
dan juga sistem kompleks yang merupakan akibat dari interaksi antar komponen, tetapi
hylemorfisme menyoroti pada sesuatu yang tidak berubah meskipun berada dalam aneka
macam perubahan yang disebut sebagai materia prima.

4. Imortalitas: Bagaimana bisa diterangkan mengenai argumen filosofis mengenai


imortalitas berdasarkan konsep tiga daya jiwa dalam Thomisme? Jelaskan!
Secara harafiah kata imortalitas berarti tidak dapat mati atau abadi yaitu
bahwasanya ada sesuatu yang memiliki aktivitas yang tidak tergantung kepada aktivitas
organ material yang lain yang memiliki aktivitas secara independent dari organ tubuh. Hal
tersebut adalah intelek. Intelek memiliki aktivitas yang independen dari organ material.
Dengan demikian setelah tubuh hancur, intelek tetap memiliki aksi. Jadi, jiwa manusia juga
bertahan karena inteleknya bersatu dengan jiwanya. Nah, jiwa manusia sendiri memiliki tiga
daya yaitu,
- Vegetatif (nutritif, bertumbuh, reprodksi)seperti tumbuhan
- Sensitif (berhubungan dengan indera)seperti hewan
Indera External: pancaindera
Indera Internal: ingatan, imajinasi, common sense, estimasi
- Intelektual (kemampuan untuk berpikir abstrak, membuat pertimbangan rasinal dan
logis untuk memutuskan, dan merencanakan tindakan.)

Lalu apa yang dimaksud dengan imortalitas dalam konsep tiga daya jiwanya Thomas
Aquinas? Tentang imortalitas, akan dijelaskan dengan pengaplikasian pada imortalitas jiwa.
Memang, intelektual bersatu dengan tubuh sebagai bentuknya, tetapi tubuh itu tidak
menghalangi independensi intelek tersebut karena di dalam jiwa, ada esensi dan daya.
Melalui esensinya, jiwa memberikan tubuh dengan dayanya dan jiwa melakukan operasi-
operasi (proses-proses) yang mungkin. Misalkan, dalam daya vegetatif, makan dan minum
beserta proses pencernaannya mengharuskan adanya tubuh. Selain itu, misalkan seseorang
mencium sesuatu, berarti ada aspek indera (sensitif), dan setelah mencium lalu mengingat
sesuatu. Hal tersebut perlu tubuh. Tanpa tubuh, jiwa tidak bisa melakukan apa-apa.

Namun jika proses-proses dari jiwa itu tidak menyangkut organ-organ tubuh, maka daya
jiwanya bukanlah tindakan dari tubuh, dengan kata lain intelek manusia itu terpisah dari
tubuh. Hal ini bukan berarti bahwa jiwa itu terpisah dari tubuh, namun daya jiwa sendiri tidak
membutuhkan tubuh untuk beroperasi dan itulah daya intelek. Misalnya, berpikir tentang
Felix Kris Alfian
186114021
perhitungan angka atau konsep tentang kerendahan hati. Hal tersebut hanya bisa dipahami
oleh manusia. Lalu, hal yang menjadi bukti bahwa jiwa tidak memerlukan tubuh adalah
forma substansial manusia yang melampaui tubuh maka daya intelektual (manusia)
dimungkinkan untuk bertahan walaupun tubuh hancur.

Anda mungkin juga menyukai