Anda di halaman 1dari 2

7.

Person dan individu

Dalam Filsafat Manusia, konsep individu dibedakan dengan konsep 'person'. Jelaskan Perbedaan dua konsep ini dengan menggunakan
pemahaman dan bahasa Saudara disertai dengan contoh kapan seseorang manusia disebut individu dan kapan disebut 'person'

Person adalah suatu pribadi manusia atau entitas yang berjalan dan berpikir, bukan pikiran yang berpikir atau tubuh yang berjalan.
Person adalah makhluk sosial yang hidup dan berkomunikasi dengan orang lain, memiliki perasaan yang dibagikan dengan orang lain.
manusia mengakui dirinya sebagai manusia unik. Person dapat disebut juga sebagai ‘topeng’ dimana individu menampilkan kesan
kesan baik agar dapat diterima individu lainnya.

Individu adalah individu adalah jati diri manusia sebenarnya yang memiliki Memiliki karakteristik yang berbeda dari orang lain dan
melakukan segala sesuatu yang disukainya

6. Badan dan Jiwa

Jelaskan dengan bahasa Anda perbedaan pandangan antara jiwa dan badan menurut pandangan para tokoh tradisional, aufklarung,
dan modern?
Pada pandangan tokoh tradisional seperti Aristoteles memberikan filosofi Hylomorfisme, yang menurutnya jiwa adalah sesuatu yang
membuat tubuh hidup. Jiwa adalah sekumpulan property atau bentuk. Menurut Aristoteles jiwa berhubungan dengan tubuh sebagai
bentuk materi. Jadi, apa pun ciri-ciri fenomenal manusia yang merupakan karakteristik tubuh karena jiwa adalah bagian dari tubuh
yang mencapai semua fitur fenomenal ini. Aristoteles menjelaskan kesatuan jiwa dan tubuh, keduanya saling membutuhkan untuk
bekerja.

Pandangan tokoh aufklarung memberikan pandangan bahwa jiwa adalah suatu kesadaran spiritualitas yang absolut dan bersifat ilahi,
jiwalah yang dapat membentuk tubuh manusia.

Pandangan tokoh modern Descartes memberikan filosofi dualisme, yang menurutnya jiwa adalah eksistensi terpisah dari otak dan
merupakan entitas non-fisik. Jiwa menurut Descartes adalah entitas non-material dan ada secara terpisah dari tubuh. Dia berpendapat
bahwa jiwa dapat eksis terlepas dari tubuhnya, karena itu jiwa bukanlah bagian dari tubuh, itu adalah substansi yang berbeda. Karena
esensi jiwa adalah kekuatan berpikir. Ide sebenarnya dibalik filsafatnya adalah bahwa jiwa dan tubuh dapat berinteraksi. Dan saya
tertarik dengan pemikiran Descartes karena filosofi dualism ini masih menjadi bahan perdebatan dan penelitian yang hingga saat ini
masih banyak diperbincangkan kebenarannya.

5. Jelaskan maksud dan pengertian dari potensialitas dan aktualitas manusia.


apa yang dimaksud dengan potensialitas penuh, aktualitas penuh, dan manusia konkret dengan bahasa Anda.
Potensialitas adalah kekuatan dan potensi yang ada pada diri manusia untuk mengetahui segala kemungkinan-kemungkinan yang
dapat terjadi. Sedangkan aktualitas adalah ketika kekuatan tersebut mencapai suatu objek, sehingga memungkinkan bagi manusia
untuk pembentukan objek tersebut, maka hal tersebut yang menggerakkan potensialitas menjadi aktualitas.
Potensialitas penuh adalah ketika manusia menyadari bahwa ia memiliki potensi diri yang sangat tak terbatas dan luas. Aktualitas
penuh adalah ketika manusia sudah mampu mengaktualiasasikan diri dan potensinya secara penuh. Manusia konkret adalah
manusia yang sudah mampu melengkapi potensialitas dan aktualitas sebagai satu kesatuan yang utuh dan mengaplikasikannya
dalam kehidupannya.

1. Potensi (kemungkinan) Kalau dipandang pada hakikat manusia, dalam hubungan dengan Potensialitas sebagai yang ‘memanusia’
dan ‘meng-aku’, maka pada dasarnya sama saja pengertian dan defenisi antara potensialitas manusia, potensi, kemampuan,
kepandaian, daya juga bakat. Dari refleksi diatas ditemukan bahwa potensialitas manusia tidak dapat dipikirkan lepas dari aktualitas
manusia. Potensialitas tidak boleh hanya dihubungkan dengan masa lampau, melainkan mereka baru konkret-eksistensial sekarang ini.
Kesempurnaan dan cita-cita tidak boleh hanya dihubungkan dengan masa depan, melainkan berciri realistis yang berarti sekarang ini
saja. Mereka merupakan struktur ku yang ‘sekarang’; aku sekarang merupakan baik potensi dan bakat mengakui diri-dan-yang-lain,
maupun sasaran dan cakrawala pengakuan yang dicita-citakan itu. Dengan demikian ketiga aspek, yakni potensialitas (bakat atau
daya), aktualitas dan kesempurnaan (cita-cita), merupakan kesatuan yang berbeda sekali dari lampau-sekarang-depan.

Dari fakta-fakta diatas, di dalamnya didapatkan aspek-aspek baru lagi; dan unsur potensialitas-kesempurnaan, bakat, cita-cita ini
mewarnai aktualitas otonomi-di-dalam-korelasi, dan mengisi struktur perkembangan. Namun mereka tidak memberikan keterangan
atau dasar bagi perkembangan sendiri. Mereka juga hanya merupakan eksplisitasi dari satu fakta induk, ‘aku me-manusia’. Mereka
antara potensialitas dan aktualitas bersama-sama mewujudkan struktur manusia yang hakiki, yang berlaku selalu dan dimana-mana.
Mereka bersama-sama ikut memberikan arti lengkap kepada ‘substansi’ manusia.

Potensialitas dan Aktualitas Berkembang dengan Nilai yang Tidak Sama


Perkembangan ideal dapat dibayangkan sebagai berikut. Aktualitas mengaktuir potensialitas sedemikian sehingga seluruh
kesempurnaan aktualitas dapat ‘keluar’ dan menjadi; apalagi bersama dengan itu juga seluruh potensialitas diaktuir sehingga tidak ada
lagi yang masih ‘belum’. Demikian ada perkembangan dari potensialitas murn, di mana juga aktualitas telah harus dipikir pada titik
nolnya, sampai kepada aktualitas murni, dimana seluruh potensialitas tetap hadir juga, namun sebagai teraktuir dengan penuh.
Hubungan antara potensialitas dan aktualitas itu dianggap bersifat sangat unik; hanya berlaku untuk hubungan antara kedua
aspek ini. Hubungan itu seperti antara ‘belum’ dan ‘sudah’, antara ‘yang-belum-sempurna’ dan ‘yang-sempurna’. Potensialitas lebih
ditempatkan pada titik permulaan, dan dinilai rendah. Potensialitas murni ialah batas atau limit realitas manusiawi yang paling minim.
Aktualitas lebih ditempatkan pada titik hasil, dan dinilai tinggi. Aktualitas murni ialah batas atau limit realitas manusiawi yang paling
maksimal.

Contoh : pendapat yang sangat umum mengenai potensialitas dan aktualitas manusia walaupun lazimnya hanya implisit dan
tersembunyi saja. Pegangan pertama dapat diambil dari contoh klasik: seorang seniman memahat patung dari potongan kayu.
Potongan kayu itu mengandung bermacam-macam kemungkinan, dapat digarap menjadi patung atau meja atau apa saja. Lalu, ide
‘patung’ mempunyai suatu kepenuhan ideal; dan seniman itu selalu berusaha mencapai suatu idam-idaman keindahan. Namun, sambil
bekerja, idam-idaman itu seakan-akan dibatasi oleh kemungkinan kayu (dan oleh seniman sendiri), atau oleh pembentukan konkret.
Jika kemungkinan kayu dapat dikatakan sebagai potensi kayu, maka batas kemungkinannya itu disebut sebagai aktualitas kayu dalam
pembentukan konkretnya.
Dalam contoh klasik diatas Kemungkinan disini dalam konteks manusia merupakan salah satu dimensi yang dikatakan sebagai
potensialitas karena Ia sendiri yang menciptakan kemungkinannya sendiri, sebagaimana berbeda dengan kayu yang diberikan
kemungkinannya. Jadi potensialitas manusia disini tidak diartikan sebagai sebatas potensi atau kemampuan manusia, melainkan segala
kemungkinan yang menjadi milik manusia. Akan tetapi, dalam potensialitas manusia itu hanya satu yang dihayati atau diakui sebagai
sebuah kemungkinannya sendiri dalam setiap momen kemewaktuan manusia. Manusia dibatasi sendiri oleh kemungkinannya sendiri
dalam pencariannya. Disinilah letak aktualitas manusia itu.

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan historisitas manusia dan dimensinya disertai dengan contohnya dengan menggunakan bahasa
Anda.

Yang dimaksud dengan historisitas manusia adalah kehidupan manusia yang selalu berubah-ubah, baik dari dalam diri manusia atau
mengikuti situasi yang dialami yang membawa perubahan pada kehidupan manusia tersebut. Manusia adalah makhluk historis yang
mampu menghayati hidup di masa lampau, masa kini dan membuat rencana untuk masa yang akan datang.
Sedangkan dimensinya tidak bisa dilepaskan dari waktu yang mampu mengkontrol hidup manusia sekaligus dapat dikontrol oleh
manusia.
Contohnya adalah bagaimana manusia cenderung mengukur waktu seperti berapa lagu yang dia bisa dengarkan dalam perjalanan
menuju kantor setiap pagi, disini manusia berusaha mengartikan waktu yang dialaminya sebagai sesuatu yang terjadi diluar sana.
Sementara dunia idea adalah dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dalam dunia ini tidak ada perubahan, semua idea bersifat abadi
dan tidak dapat diubah. Hanya ada satu idea “yang bagus”, “yang indah”. Di dunia idea semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya
merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual.
Misalkan saja konsep mengenai “kebajikan” dan “kebenaran”.
Dalam teorinya tentang :ide”, Plato melukiskan pertentangan antara
kenyataan rohani yang tidak dapat musnah, dan kehidupan di dunia ini, yang dialami secara indrawi, teori ini berkaitan dengan
pandangannya mengenai terpisahnya jiwa manusia yang tak dapat mati dan badan yang akan musnah. Idea-idea itu mewujudkan
adanya yang paling tinggi dan paling nyata, tetapi terarah juga pada idea tentang kebaikan yang terdapat disebelah sana, segala
sesuatu yang ada. Nilai ini mendorong Plato untuk menerjunkan diri ke dalam kehidupan sehari-hari dan dengan demikian, ia ingin
membina watak manusia di tengah-tengah masyarakat polis itu. Di dalam alam rayapun idea-idea itu
berpengaruh dengan pemeberian wujud pada alam kebendaan yang maih tanpa wujud (Peursen, 1991: 251). Teori Plato tentang idea-
idea (Plato's Theori of Ideal Forms) pada dasarnya memiliki dua alam (Tule, ed., 1995:-126:

1.Alam transenden (noumenal) yang absolut, sempurna, bentuk-bentuk ideal yang tidak berubah di mana yang baik merupakan yang
utama yang biasanya ditafsirkan sebagai keindahan dan kebenaran; merupakan sumber dari segala sesuatu yang lain, seperti keadilan,
ketentraman, semangat.
2.Alam fenomenal (dunia tanpak) yang tersusun dari segalas sesuatu yang dalam, mengambil bagian dari) bentuk-bentuk ideal.

berdasarkan penjelasan mengenai jiwa Plato mempunyai 3 elemen dalam jiwanya :


(a) Akal, untuk berpikir dan berbahasa, (b) Raga / Badan, terdapat nafsu badaniah dan hasrat, (c) Rohani, terdapat emosi, ambisi,
kemaraan, dan lain sebagainya. Menurut Aristoteles, jiwa ibarat bentuk dan tubuh adalah materi ke daduanya yaitu satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan. Rene Descrstes, mengaakan bahwa tubuh yaitu benda lainnya yang memiliki partikel-partikel dan bisa
bergerak, sedangkan jiwa yaitu kesadaran dan berpikir. Begitu juga William & Klaus (1988) mengungkapkan bahwa jiwa sudah terikat
oleh tubuh yang mempunyai hubungan yang sangat erat.

Anda mungkin juga menyukai