IBI SARE Cover - (Poin 1 - Penutup)
IBI SARE Cover - (Poin 1 - Penutup)
KELOMPOK 1
GELOMBANG 21
Non Ruminansia di UPTD Inseminasi Buatan dan Inkubator Saree ini dengan
baik. Laporan ini merupakan salah satu tugas akhir untuk memenuhi syarat dalam
Rasa hormat dan terima kasih kami sampaikan kepada Dekan Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala drh. Teuku Reza Ferasyi, M.Sc.,
Ph.D., Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Dokter Hewan Dr. drh. Erwin,
M.Sc., Koordinator Mata Kuliah Praktek Kerja Medik Veteriner Ruminansia dan
Non Ruminansia Prof. Dr. drh. Hanafiah, M.Si, serta kepada drh. Muslina, M.Si
dan drh Nurlelawati selaku dokter hewan di UPTD IBI Saree yang telah
membimbing kami dalam kegiatan lapangan PKMV dan seluruh staf yang telah
baik keterbatasan literatur, ilmu dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik, saran dan masukan yang membangun. Semoga
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
PENDAHULUAN 6
WAKTU PELAKSANAAN DAN KEGIATAN 7
MATERI KEGIATAN 9
HASIL DAN PEMBAHASAN 13
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
33
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Keterangan
1 Survei lokasi instalasi ternak di UPTD-IBI Saree
2 Proses sanitasi dan desinfeksi kandang
3 Proses penimbangan sapi
4 Proses pengukuran bobot badan (A) pengukuran tinggi gumba, (B)
pengukuran panjang badan, dan (C) pengukuran lingkar dada.
5 Pemberian mineral blok pada sapi
6 Pemberian Molasses
7 Pemberian obat cacing
8 Palpasi Rektal
9 Kebuntingan 70 hari
10 Kebuntingan 3 bulan
11 Kebuntingan 4 bulan
12 Kebuntingan 5 bulan
13 Kandang Sapi
14 Penyemprotan butox pada sapi
15 Penampungan semen
16 Volume sperma
17 Ph sperma
18 Motilitas sperma
19 Mesin printing straw
20 Mesin filing dan sealing
21 preefreezing
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Keterangan
1 Pembagian Sub Kelompok
2 Pembagian jadwal kegiatan pada masing-masing instalasi
3 Kegiatan Harian di UPTD IBI Saree
v
PENDAHULUAN
Kec. Lembah Sealawah, Kab. Aceh Besar, Aceh. UPTD-IBI Saree berada
buatan, proses produksi semen beku dan semen cair dari benih unggul. Lingkup
kegiatan yang dilakukan antara lain melakukan perawatan ternak pejantan (bull),
1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktik Kerja Medik Veteriner Ruminansia (PKMVR) ini adalah
Praktik Kerja Medik Veteriner Ruminansia (PKMVR) ini adalah mahasiswa dapat
6
WAKTU DAN PELAKSANAAN KEGIATAN
dimulai dengan dzikir pagi bersama Sekretaris Daerah Aceh pada jam 08.00 WIB
11.00 WIB, penanganan penyakit dan penyampaian materi hingga jam 12.00
WIB. Kemudian kegiatan lapangan dilanjutkan pada pukul 15.00-17.00 WIB sore
hari yang dilakukan pada instalasi masing-masing dengan kelompok yang sudah
7
8
Cara kerja: Seluruh mahasiswa koasistensi diajak oleh pengurus UPTD IBI
Saree untuk berkeliling dan mengenalkan instalasi mulai dari lokasi kandang
unggas, bull, indukan, laktasi, koloni, karantina, brahman cross dan laboratorium
3.2 Penimbangan Berat Badan dengan Metode Korelasi Lingkar Dada dan
Panjang Tubuh
Tali
Kandang jepit
Timbangan digital
Meteran
Cara Kerja: arahkan sapi agar masuk kedalam kandang jepit yang sudah
Mineral Block
Cara Kerja: Pemberian mineral block dilakukan 1 bulan 2 kali dengan dosis 1
bungkus mineral block sama dengan 2 kg untuk kebutuhan satu ekor sapi. Cara
9
3.4 Desinfeksi dan Sanitasi Kandang
Cara kerja: Semprotkan air ke lantai dan dinding kadang serta kaki sapi yang
terkena feses hingga bersih dan bersihkan tempat minum serta tempat pakan sapi
10
10
dari makanan sisa kemarin hingga bersih dan lakukan pengisian ulang air minum
3.5 Pengobatan sapi sakit (molases sapi ambruk akibat malnutrisi kandang
BX) serta pengobatan rutin sapi sakit di ikuti dengan pemberian obat cacing
rutin
Cara Kerja: Lakukan restrain pada sapi, kemudian pemberian molase atau
sulpidon dengan menahan area bagian mulut dan lidah sapi agar molase masuk
cutan
Hand glove
Kandang jepit
Tali
Gun IB
Cara Kerja: Masukkan tangan yang sudah dilapisi dengan hand glove, bentuk
jari secara mengerucut kedalam rectum, kemudian lakukan palpasi rectal untuk
tangan kanan ke dalam vagina sapi hingga mencapai cincin keempat dari uterus..
Bull holder
Iodin
Alcohol
Cara Kerja: Memindahkan induk dan anak dari kandang koloni ke kandang
induk dan anak. Kemudian restrain induk lalu bersihkan area mammae kemudian
Cara kerja: sebanyak 7 ml butox dilarutkan dengan 18-20 liter air yang
disemprotkan pada sapi yang terkena ektoparasit seperti caplak secara meyeluruh.
Vagina buatan
Mikroskop
Indikator Universal
Mesin Kultub
Cara Kerja: sapi yang digunakan untuk koleksi semen adalah sapi aceh, caranya
makroskopis meliputi warna, PH, bau, volume dan konsistensi semen, serta
andromed atau kuning telur, kemudian masukkan semen yang telah diencerkan ke
mesin filling sealing dan beri label. Setelah dilakukan pelabelan straw
suhu -110—140 oC selama 9-11 menit. Kemudian tahapan terakhir simpan straw
mahasiswa diajak masuk dan melihat area kandang. Panjang kandang 100 meter
dan lebar kandang 12 meter dengan total jumlah ayam sebanyak 18.000 ekor.
Masa panen penyusutan 4 bulan kemudian ayam dilakukan pengafkiran jika sudah
13
14
4.3 Penimbangan Bobot Badan Sapi dan Teknik Mengukur Bobot Badan
Bobot badan seekor sapi hanya dapat diketahui secara tepat melalui
penimbangan, namun dalam situasi dan kondisi tertentu, terutama pada kondisi
peternakan rakyat jarang tersedia timbangan untuk sapi sehingga diperlukan
alternatif lain untuk menaksir bobot badan sapi (Putra et al., 2014). Monica
(2016) menyatakan bahwa lingkar dada memiliki pengaruh yang besar terhadap
pertambahan bobot badan sehingga pertambahan lingkar dada dapat digunakan
untuk menduga pertambahan bobot badan. Hal ini diduga karena lingkar dada
mempunyai hubungan langsung dengan dada dan ruang abdomen, yang dimana
sebagian besar bobot badan ternak berasal dari bagian dada hingga pinggul,
sehingga semakin besar ukuran lingkar dada maka bobot badan semakin berat
(Faizi, 2017).
15
A B
Gambar 4. Proses pengukuran bobot badan (A) pengukuran tinggi gumba, (B)
pengukuran panjang badan, dan (C) pengukuran lingkar dada.
Rumus Lanbourne :
BB = PB x LD2
10840
Mineral merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Mineral yang
dibutuhkanternak terdiri dari mineral makro untuk pembentukan organ tubuh dan
mineral mikro untuk homeostatis dalam tubuh. Pemberian mineral blok pada
ternak diharapkan untuk memenuhi kebutuhan mineral ternak, sehingga
memberikan pengaruh terhadap penambahan bobot badan, meningkatkan efesiensi
pakan, meningkatkan ketahan terhadap penyakit dan stress.
pengobatan sapi yang terkena demam diberikan Sulfidon sebagai antipiretik, anti
analgesik serta antipasmodik dengan dosis 2,5 ml untuk 100 kg berat badan.
Sedangkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh diberikan vitamin B kompleks
agar sistem imun tubuh meningkat pada saat sapi menderita penyakit.
Inseminasi Buatan pada sapi (kawin suntik) adalah suatu cara atau teknik untuk
memasukkan mani (spermatozoa atau semen) yang telah dicairkan dan telah
diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat
kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut
'insemination gun'. Praktek yang kami lakukan di UPTD-IBI Saree menggunakan
teknik palpasi rektal sebelumnya melakukan praktek inseminasi buatan dengan
menggunakan IB gun. Hal ini bertujuan untuk mengetahui letak posisi servik dan
kornua uteri dengan teknik meraba sehingga dapat dilakukan penempatan semen
nantinya. Pada saat melakukan inseminasi buatan, inseminator harus
menggunakan sarung tangan (handgloves) dan memasukkan tangan ke dalam
rektum untuk menjangkau dan memegang leher rahim (servix), apabila dalam
rektum banyak kotoran harus dikeluarkan lebih dahulu, Semen
disuntikkan/disemprotkan pada badan uterus yaitu pada daerah yang disebut
dengan ‘posisi ke empat’. Setelah semua prosedur tersebut dilaksanakan maka gun
dikeluarkan dari uterus dan servix dengan perlahan-lahan.
A. Perkandangan
Ukuran kandang induk laktasi yaitu lebar 1,75 m dan panjang 1,25 m serta
dilengkapi tempat pakan dan minum, masing-masing dengan ukuran 80 x 50 cm
20
dan 50 x 40 cm. Kandang yang baik mempunyai persyaratan, seperti lantai yang
kuat dan tidak licin, dengan kemiringan 5º dan kemiringan atap 30ºserta
disesuaikan dengan suhu dan kelembaban lingkungan sehingga ternak
akan merasa nyaman berada di dalam kandang serta letak selokan dibuat pada
gang tepat di belakang jajaran sapi
B. Pakan Sapi
Ransum induk laktasi pada dasarnya terdiri dari hijauan (leguminosa maupun
rumput-rumputan dalam keadaan segar atau kering) dan konsentrat yang tinggi
kualitas dan palatabilitasnya. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan ransum sapi adalah ransum cukup mengandung protein dan lemak,
perlu di perhatikan sifat supplementary effect dari bahan pakan ternak, dan
ransum tersusun dari bahan pakan yangdibutuhkan ternak.
Pakan konsentrat adalah bahan pakan yang konsentrasi gizinya tinggi tetapi
kandungan serat kasarnya relatif rendah dan mudah dicerna. Bahan dapat berupa
dedak atau bekatul, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, ketelapohon atau
gaplek dan lain-lain. Pada umumnya peternak menyajikan pakan konsentrat ini
masih sangat sederhana, yakni hanya membuat susunan pakan/
ransum yang terdiri dari dua bahan saja, dan bahkan ada yang hanya satu macam
bahan saja
21
Caplak sapi atau Boophilus sp. adalah ektoparasit penghisap darah yang
menyebabkan anemia pada ternak (Hadi et al., 2010). Predileksi caplak Boophilus
sp. yang menginfestasi sapi ditemukan pada bagian kepala, leher, punggung,
abdomen, selangkangan, dan kaki (Patodo et al., 2018). Caplak ditemukan hampir
semua di bagian dalam kaki belakang. Menurut penelitian Patodo et al. (2018),
infestasi caplak pada bagian tubuh tertinggi yaitu selangkangan karena bagian ini
merupakan tempat yang lembab serta tempat berlindungnya caplak dari inangnya.
Faktor yang dapat mempengaruhi keberadaan caplak Boophilus sp. pada sapi
adalah kondisi lingkungan, suhu dan kelembaban di sekitar kandang
(Sulistyaningsih, 2016).
Faktor umur pada sapi tua (>8 tahun) prevalensinya lebih tinggi
dibandingkan dengan sapi dewasa (>2 tahun – 8 tahun) dan sapi muda (< 2 tahun),
data ini di dukung oleh penelitian Rony et al. (2010). Faktor jenis kelamin, umur,
cara pemeliharaan dan lingkungan yang berhubungan dengan infestasi caplak
Boophilus microplus pada sapi (Kaur et al., 2015).
1. Penampungan Semen
mengunakan metode vagina buatan. Saat ini metode penampungan semen yang
ini biasa digunakan pada ternak jantan yang tidak dapat menaiki ternak betina
akibat faktor usia atau akibat traumatika karena terjadi kecelakaan (Herdis, 2012).
kedalam lubang tabung vagina buatan dengan suhu 36-40 °C, dengan tekanan
sebenarnya. Suhu air panas harus selalu diperhatikan agar tetap menjaga kualitas
sperma.
Untuk persiapan sapi yang akan menjadi teaser (sapi pemancing) harus
diikat terlebih dahulu dikandang jepit. Hidung diikat agar teaser tidak melihat
kebelakang dan memberi kode ke sapi yg akan dikoleksi semen. Kemudian ekor
diikat agar sapi yang akan dikoleksi sperma tidak mencium bagian kelamin sapi
teaser. Untuk sapi yang akan dikoleksi semennya terlebih dahulu diberikan untuk
exercise dengan cara diajak berkeliling beberapa putaran. Semen yang ditampung
yaitu seman enjakulasi ketiga, agar kita medapat semen yang bersihdari kotoran
bagus maka harus dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu seperti, volume, warna,
3. Pengenceran
sperma sehingga straw yang dibuat lebih banyak. Bahan pengencer yang diberikan
yaitu yang dapat menberikan nutrisi kepada sperma selama prosess pembekuan.
Ada beberapa bahan pengencar yang biasa digunakan seperti, andromed, air
kelapa, kuning telur dan sari buah-buahan. Bahan pengencer juga harus
4. Equilibrasi
Equilibrasi dilakukan pada suhu 5°C selama 4 jam didalam kultub atau
5. Printing Straw
27
Sebelum diisi dengan semen, straw terlebih dahulu di print atau diberi
beberapa kode. Adapun kodenya terdiri dari jenis pejantan, tanggal produksi,
penyegelan straw menggunakan mesin filling dan sealing. Ketika semua straw
6. Prefreezing
Proses prefreezing dilakukan dari suhu straw 4°C menjadi -110 – -140°C.
pada saat freezing. proses ini dilakukan dengan cara straw disusun diatas rak sisir,
kemudian rak dimasukkan kedalam box stearoform yang telah diisi dengan
nitogen cair setinggi 5 cm dari dasar box. Tahap preefrezing dilakukan selama 9 –
11 menit.
7. Freezing
Pada tahap ini straw terlebih dahulu dimasukkan kedalam goblet, lalu
dimasukkan kedalam tabung yang telah berisi nitrogen cair maksimal sebanyak 35
ml, dan suhu nitrogen cair yaitu - 192°C. Ketahanan straw didalam tabung
nitrogen mencapai 1-7 tahun. Nitrogen cair di cek secara berkala dan apabila ada
Pada proses evaluasi ini semen beku akan uji kembali, untuk memastikan
bahwa semen beku layak didistribusikan berdasarkan ketentuan dari SNI yaitu
25.000.000 sel/ dosis. Untuk semen beku yang tidak memenuhi ketentuan SNI
akan di afkir.
Pada saat Koasistensi PKMV Ruminansia di UPTD IBI Saree, kami diberi
kesempatan untuk mengunjungi peternakan ayam layer system close house milik
UPTD BTNR. Kandang sistem closed house adalah kandang tertutup yang
menjamin keamanan secara biologi karena kontak dengan organisme lain semakin
sedikit. Dengan pengaturan ventilasi yang baik maka akan lebih sedikit stres yang
terjadi pada ternak. Kandang dengan sistem tersebut diharapkan dapat
menyediakan sebanyak-banyaknya oksigen dan mengeluarkan sesegera mungkin
gas-gas berbahaya seperti karbondioksida dan amonia.
dan pendistribusian pakan. Struktur umum kandang sistem closed house yaitu
terdiri dari bangunan kandang, kipas/blower, material cooling, filter cahaya, air
inlet, sistem pencahayaan serta control panel dan electrical system. Sistem
kandang ayam yang digunakan adalan sistem sangkar (cage) berbentuk baterai
dari kawat. Sistem baterai ini membantu dalam mengatur manajemen dan
memiliki kelebihan dalam menghemat tempat, pengurangan sifat kanibal,
pencegahan penularan penyakit secara luas serta produksi masing-masing ayam
dapat diketahui. Untuk mengurangi biaya sistem baterai, maka setiap kotak baterai
diisi lima sampai tujuh ekor ayam.
Umur ayam yang dipelihara pada kandang ini adalah mulai 88 minggu.
Dari 25.000 ekor ayam, telur yang dihasilkan rata-rata 20.000 butir per hari.
Produksi telur akan dimulai dari 1,5% dan akan terus meningkat hingga mencapai
puncaknya pada umur 25 minggu dengan produksi 90% dan akan bertahan selama
20 minggu. Manajer kandang UPTD BTNR Saree juga menyampaikan ada
beberapa hal penting untuk mencapai keberhasilan ternak ayam petelur yaitu :
Breeding, feeding dan manajemen Ternak.
Kandang yang bersih menjadi faktor penting dalam kesehatan ternak dan
sangat menentukan tingkat pencemaran organ reproduksi yang berakibat
timbulnya infeksi pada uterus dan bisa menimbulkan kasus kawin berulang.
Lantai yang bersih dan tidak licin menjadi hal yang perlu diperhatikan. Lantai
yang terbuat dari semen akan lebih mudah dibersihkan dibandingkan dengan
lantai tanah. Selain itu, penyebaran penyakit pada kandang dengan lantai semen
akan lebih sedikit dibandingkan lantai tanah (Suhartiyanti dan Hartono, 2015).
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
buatan, melaksanakan produksi semen beku (frozen cemen) dan semen cair
dari benih unggul. UPTD IBI Saree berfokus pada kegiatan seperti melakukan
IBI Saree meliputi sanitasi kandang, pemberian terapi pada ternak, pemberian
5.2 Saran
Saran yang bisa diberikan untuk UPTD IBI Saree adalah di berikan kembali
kosentrat pada sapi agar nutrisi pada sapi tercukupi, serta pemberian hijauan
segar juga diberi sesuai dengan berat badan masing-masing ternak. Serta
kandang
33
DAFTAR PUSTAKA
Andilah., Muhsinin, M., dan Maskur. (2021). Korelasi bobot badan dengan
ukuran tubuh sapi bali jantan muda yang dipelihara secara semi intensif.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia, 7 (2) : 68 – 75.
Barnett, S.F. (1968). The Control of Ticks on Livestock. FAO. Agriculture
Studies No. 54. pp: 196- 198.
Beriajaya. (1982). Pengaruh Jenis Induk Semang terhadap Aspek Pertumbuhan
Caplak Sapi Boophilus microplus (Canestrini) (Acarina, Ixodidae). Tesis
Magister Sains. Fakultas Pasca Sarjana IPB.
BPTP-Ungaran. (2000). Sanitasi Kandang Sapi Perah. Jawa Tengah: BPTP
Ungaran.
Faizi, D. B. (2017). Korelasi Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Kambing
Peranakan Ettawa (PE) Jantan di Kabupaten Malang. Skripsi. Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
Gunandini, D.J. (2006). Caplak atau Sengkemit dalam Hama Pemukiman
Indonesia: Pengenalan, Biologi, dan Pengendalian. Sigit HS, Hadi UK,
editor. Bogor (ID): Unit Kajian Pengendalian Hama Pemukiman. hal 150-
157.
Hadi, U. K., Dan Susi, S. (2010). Ektoparasit: Pengenalan, Identifikasi, Dan
Pengendaliannya. Bogor: PT. Penerbit IPB Press, Kampus IPB Taman
Kencana Bogor.
Herdis. (2012). Pengaruh waktu penampungan semen terhadap gerakan massa
spermatozoa dan tingkah laku kopulasi pejantan domba garut. Jurnal Sains
dan Teknologi Indonesia. 14(1): 38-43.
Idfar. (2017). Diagnosa kebuntingan dini dalam mendukung tingkat keberhasilan
inseminasi buatan sapi bali di Kecamatan Manggelewa Kabupaten Dompu.
Skripsi, Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin.
Kaur D, Kamal J, Suman M. 2015. Studies on prevalence of ixodid ticks infesting
cattle and their control by plant extracts. IOSR J. Pharm. Biol. Sci. 10(6):
Ver III.
Kristiyani, F., Aini, N. dan Wijayanti, A. D. (2019). Evaluasi pengobatan
trematodiasis menggunakan albendazol pada sapi di Kecamatan Pakem,
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Sain Veteriner, 37(1): 104-
111.
Labruna, M., Victoria, N., Atilio, J., dan Carolina, T. (2009). Allopatric speciation
in ticks: genetic and reproductive divergence between geographic strains
of Rhipicephalus (Boophilus) microplus. Biomed Central. 9(46): 1-12.
Monica, T. (2016). Hubungan antara Pertambahan Ukuran-Ukuran Tubuh dengan
Pertambahan Bobot Badan Sapi Bali Betina di PTPN VI Provinsi Jambi.
Fakultas Peternakan. Universitas Jambi.
Patodo, G. B., M, J. N., GJV, Assa, A, Lomboan. (2018). Infestasi caplak pada
sapi di Desa Tolok Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa. Zootec.
38(2): 306-313.
33
34
Putra, W.P.B., Sumadi, Hartanti, T. (2014). Pendugaan Bobot Badan Pada Sapi
Aceh Dewasa Menggunakan Dimensi Ukuran Tubuh. JITP, 3(2): 74-78.
Rony, S.A., Mondal, M.M.H., Begum, N., Islam, M.A., Affroze, S. (2010).
Epidemiology of ectoparasitic infestations in cattle at Bhawal Forest area,
Gazipur. Bangl. J. Vet. Med. 8(1): 27-33.
Suharyati, S dan Hartono, M. (2015). Pengaruh managemen peternak terhadap
efesiensi reproduksi sapi bali di kabupaten pringsewu provinsi lampung.
Jurnal penelitian pertanian terapan. 16 (1) : 61 – 67.
Suharyati, S dan Hartono, M. (2015). Pengaruh manajemen peternak terhadap
efisiensi reproduksi sapi bali di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung.
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 16(1): 61-67.
Sulistyaningsih, S. (2016). Studi Kasus Infestasi Caplak Boophilus microplus
pada Sapi Potong di Kota Banjarbaru. Dinas Peternakan Provinsi
Kalimantan Selatan.
Wall, R., and Shearer, D. (2001). Veterinary Ectoparasites: Biology, Pathology, &
Control Second Edition. London: Blackwell Science Ltd.