Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ferry Nugroho

NIM : 1401421465
Angkatan : 2021
Rombel :G

A. Permasalahan/Peristiwa/Fenomena Sosial
Anak Ahmadiyah di NTB Diperlakukan Diskriminatif
Tri Wahyuni, CNN Indonesia Selasa, 09/12/2014 06:45 WIB Bagikan : Ilustrasi.

Penganut Ahmadiyah telah sembilan tahun mengungsi. Anak-anak penganut ajaran


ini mendapat perlakuan diskriminatif di lingkungan mereka. (Detikfoto) Jakarta, CNN
Indonesia -- Konflik Ahmadiyah di sejumlah wilayah menyisakan persoalan. Salah satu
permasalahan yang muncul dalam konflik Ahmadiyah di Nusa Tenggara Barat (NTB)
adalah hak anak yang tidak terpenuhi.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Sosial dan
Bencana Maria Ulfah menyatakan, ketika orang tua tidak mendapat kenyamanan dan
pemenuhan hak asasinya, saat itu pemenuhan hak anak ikut terganggu.
"Kalau orang tua tidak dapat surat nikah, anak juga terhambat dalam mendapatkan
akta kelahiran," kata Maria dalam Peluncuran Laporan Tim Gabungan Advokasi Untuk
Pemulihan Hak-Hak Pengungsi Ahmadiyah di NTB, di Gedung Ombudsman, Senin
(8/12).
Menurut Maria, tidak memiliki akta kelahiran akan berdampak terhadap
pemenuhan pendidikan dan hak anak yang lain.
Berdasarkan hasil temuan Tim Gabungan Advokasi, sejumlah anak di pengungsian
Transito mengalami hambatan persyaratan masuk sekolah. Mereka menerima perlakuan
berbeda ketika akan masuk sekolah.
Di Sekolah Dasar Negeri 42 Mataram, terdapat 10 anak yang pada saat pembagian
rapot mendapati tulisan 'Rapot Anak Ahmadiyah'. Ketika ujian mereka menerima jadwal
yang berbeda dengan siswa lain, yaitu harus menjalankan ujian enam mata pelajaran
dalam waktu satu hari.
Perlakuan diskriminatif tersebut tak lagi terjadi ketika Tim Advokasi melakukan
pendampingan.
Tidak hanya oleh sekolah, diskriminasi juga dilakukan guru dan teman mereka.
Seorang guru agama menanyai mereka siapa nabi terakhir, apakah mereka bisa
bersyahadat, ditanya kitab Tadzkirah, dan dites membaca Al-quran.
Terkait temuan tersebut, KPAI menilai telah terjadi pelanggaran yang dilakukan
aparat dan negara terkait pemenuhan hak asasi. Situasi itu mangarah pada pelanggaran
terhadap hak konstitusi yang dilakukan secara sistemik. "Padahal konstitusi itu tidak
punya agama dan keyakinan," ujar Maria.
(Sumber: CNN Indonesia, Selasa, 09 Desember 2014, 06:45 WIB)

B. Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan


Konsep dasar pendidikan kewarganegaraan selalu berkaitan dengan Pancasila dan
UUD I945 karena itu merupakan aspek terpenting dalam berkehidupan berbangsa dan
bernegara. Pancasila dan UUD 1945 dijadikan sebagai pilar bangsa Indonesia, dimana di
segala aspek kehidupan harus sesuai dengan implementasi dari nilai Pancasila dan
menaati hukum tertinggi yaitu UUD 1945. Dalam kasus ini merupakan kejahatan
diskriminatif dan sangat berkaitan sekali dengan Hak Asasi Manusia (HAM).
Diskriminasi adalah perilaku yang tidak adil terhadap suatu kelompok dikarenakan
terdapat perbedaan seperti perbedaan agama, golongan ras, suku, dan aliran. Perbedaan
sangat tidak bisa dipungkiri, karena Indonesia memiliki banyak keanekaragaman
kebudayaan dan yang pastinya akan menimbulkan beberapa konflik kecil maupun besar
jika jiwa persatuan dan kesatuan tidak dijunjung tinggi oleh semua lapisan masyarakat.
Sebelumnya di Pancasila sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa.”
Disini menjelaskan bahwa semua warga negara Indonesia dituntut untuk percaya kepada
tuhan dan mempunyai landasan agama untuk dirinya sendiri. Makna dari Pancasila sila
pertama adalah memberikan pengajaran bagi warga negara untuk memiliki sikap
toleransi antar umat beragama, membebaskan untuk memeluk agama maupun aliran
sesuai dengan yang diyakininya, tidak boleh ada paksaan seseorang memeluk suatu
agama tertentu, dan pastinya mengajarkan warga negara untuk hidup rukun walaupun
berbeda agama dan aliran.
Peristiwa diskriminatif juga meyimpang Pancasila sila yang kedua, yang berbunyi
“Kemanusiaan yang adil dan beradab.” Terkait kasus diskriminatif anak tersebut, yang
melakukan diskriminatif terutama mengatasnamakan aliran adalah suatu yang kurang
baik dan tidak beradab, mereka tidak bertoleransi terhadap perbedaan terutama dalam hal
agama. Manusia yang beradab adalah manusia yang memperlakukan sesama manusia
yang lain sesuai dengan harkat dan martabatnya. Dalam sila kedua ini diajarkan untuk
tidak diskriminatif kepada siapapun karena di mata Tuhan semua itu sama. Manusia
memiliki kebebasan untuk memeluk agama atau kepercayaannya masing- masing. Dalam
kasus ini ditunjukkan bahwa orang- orang di lingkup sekolah yang bersangkutan tidak
menjunjung tinggi kesamaan dan kebebasan hak menganut agama maupun alirannya
masing- masing. Jika seseorang sudah mempunyai aliran tertentu tidak mungkin dia
harus mengikuti ajaran agama ataupun aliran yang berbeda dengannya. Kasus ini
pastinya melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) dan menyimpang dari kebebasan
beragama yang ada.
Dijelaskan juga di UUD 1945 tentang kebebasan beragama yaitu pasal 29 UUD
1945 yang menyatakan bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Negara menjamin kemerdekaan tiap- tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Ketentuan pasal ini
menyatakan negara berdasar atas Ketuhanan, mengandung arti bahwa negara wajib untuk
membuat peraturan perundangan atau melakukan kebijakan bagi pelaksaan keagamaan
dalam bentuk rasa keimanan kepada Tuhan. Kebebasan beragama merupakan Hak Asasi
Manusia atau HAM, dan HAM sendiri sangat penting sekali di dalam masyarakat.
Kebebasan beragama merupakan prinsip utama dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, sehingga harus memahami konsep dan konsekuensinya, baik oleh pemerintah
maupun masyarakat itu sendiri. Kebebasan beragam dan menjalani agama sepenuhnya
telah diatur dan dijamin oleh undang-undang. Suatu masyarakat bebas untuk percaya
dan memeluk agamanya sesuai dengan kepercayaannya masing-masing.
Peristiwa ini juga pasti berkaitan dengan perilaku diskriminatif hak-hak warga
negara dan pastinya menyimpang pasal-pasal yang ada di UUD seperti:
1. Pasal 28A yaitu hak untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya.
2. Pasal 28B ayat (2) yaitu hak anak untuk hidup, tumbuh dan berkembang, atas
perlindungan dari kekerasan maupun diskriminasi.
3. Pasal 28H
 Ayat (1) yaitu hak untuk hidup sejahtera, hak untuk bertempat tinggal, dan
mendapat lingkungan hidup yang baik.
 Ayat (3) yaitu hak atas jaminan sosial, dan pengembangan dirinya secara utuh.
4. Pasal 28I
 Ayat (1) yaitu hak untuk hidup, tidak disiksa, merdeka, hak beragama, hak untuk
diakui dihadapan hukum.
 Ayat (4) yaitu hak asasi manusia merupakan tanggung jawab pemerintah.
 Ayat (5) yaitu penegakan dan perlindungan HAM .
5. Pasal 31 UUD 1945:
 Ayat (1) yaitu hak untuk mendapatkan pendidikan. berbunyi Setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan.
 Ayat (2) yaitu hak untuk mengikuti pendidikan dasar.

Maka, dengan kasus tersebut kita tahu bahwa Hak Asasi Manusia di Indonesia
belum begitu berjalan dengan baik, karena banyak dari kaum minoritas yang dikucilkan
dan diperlakukan diskriminatif oleh kaum mayoritas yang merasa dirinya paling benar.
Maka dari pemerintah harus lebih memperhatikan hak- hak warga negaranya agar
mereka dapat hidup layak sesuai apa yang mereka inginkan. Dengan tetap menjalankan
keyakinannya tanpa suatu ketakutan tertentu akibat tindak diskriminatif tersebut.
Dalam hak untuk mendapatkan pendidikan, juga harus dianggap sama tidak ada
yang berbeda, persamaan derajat dijunjung tinggi, tidak membedakan aliran maupun
agama tertentu untuk mendapat kualitas pendidikan yang baik, menciptakan sumber saya
manusia yang unggul, dan bermartabat sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

C. KONSEP DASAR pendidikan Kewarganegaraan 


1. Pengertian
Pendidikan kewarganegaraan adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang
pemerintahan, konstitusi, lembaga demokratis, HAM, politik dan masih banyak lagi. Dan
mempunyai tujuan untuk menjadikan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang
dapat bersikap demokratis..
2. Landasan Hukum
1. UUD 1945
2. Pembukaan UUD 1945, cita-cita, tujuan dari bangsa Indonesia itu sendiri.
3. Pasal 27 (1), kesamaan kedudukan warganegara dihadapan hukum dan
pemerintahan.
4. Pasal 27 (3), hak dan kewajiban warganegara dalam upaya bela negara.
5. Pasal 30 (1), hak dan kewajiban warganegara dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
6. Pasal 31 (1), hak warganegara memperoleh pendidikan.
7. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
1. Agar siswa paham dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban warga negara.
2. Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai patriotisme,
nasionalisme dan rela berkorban bagi bangsa dan negara.
3. Berpengetahuan dan memahami berbagai masalah dasar kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara yang akan diatasi dengan pemikiran berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
4. Mendukung keberhasilan pencapaian Pendidikan Nasional.
5. Pembinaan moral yaitu perilaku yang beriman memiliki sifat adil terhadap semua
masyarakat, berperilaku kerakyatan mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan, serta perilaku mendukung upaya untuk
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Kompetensi Dasar Pendidikan Kewarganegaraan
a. Menjadi warga negara yang memiliki wawasan tentang berbangsa dan bernegara.
b. Menjadi warga negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai Hak Asasi manusia dan
demokrasi.
c. Berpartisipasi dalam upaya menghentikan budaya kekerasan dengan damai dan
menghormati supremasi hukum.
d. Menyelesaikan konflik dalam masyarakat menggunakan implementasi nilai
Pancasila.
e. Berkontribusi terhadap berbagai persoalan kebijakan publik.
DAFTAR PUSTAKA

Putri, V. K. M. 2021. Isi UUD 1945 Pasal 31 dan Maknanya.


https://www.kompas.com/skola/read/2021/10/05/140000269/isi-uud-1945-pasal-31-dan-
maknanya. Diakses tanggal 24 Oktober 2021.
Wahyuni, T. 2014. Anak Ahmadiyah di NTB Diperlakukan Diskriminatif.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20141208233004-20-16793/anak-ahmadiyah-di-
ntb-diperlakukan-diskriminatif. Diakses tanggal 24 Oktober 2021.

https://bariqml.wordpress.com/materi-perkuliahan/semester-1/konsep-dasar-pkn/
https://jdih.kominfo.go.id/judicial/beranda?page=3
https://www.bphn.go.id/data/documents/pkj_tumbuhnya_aliran_paham_keagamaan.pdf

Anda mungkin juga menyukai