Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, yang merupakan
titik tumpu dalam upaya mencapai kesehatan yang optimal. Tercapainya
kesehatan keluarga, akan mewujutkan tercapainya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Dengan demikian, kesehatan keluarga merupakan kunci utama
pembangunan kesehatan masyarakaat (Agrina, 2018). Friedman (2010)
mengatakan bahwa keluarga merupakan salah satu aspek penting dalam
keperawatan. Hal ini disebabkan karena keluarga sebagai suatu kelompok yang
dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-
masalah kesehatan di dalamnya. Selain itu, keluargalah yang tetap berperan
sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan serta mengasuh para
anggotanya.
Masalah kesehatan yang terjadi di keluarga ini perlu upaya untuk
meningkatkan kemampuan keluarga melaksanakan fungsi perawatan kesehatan
keluarga di rumah, maka penting bagi keluarga untuk memahami dan
melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga. Friedman (2010) menyatakan
bahwa lima tugas kesehatan keluarga meliputi: pertama, keluarga diharapkan
mampu mengenal berbagai masalah kesehatan yang dialami oleh seluruh anggota
keluarga. Kedua, keluarga mampu memutuskan tindakan keperawatan yang tepat
dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan yang dialami oleh seluruh anggota
keluarga. Ketiga, keluarga mampu melakukan tidakan keperawatan yang tepat
dalam sehari-hari dirumah. Keempat, keluarga dapat menciptakan dan
memodifikasi lingkungan rumah yang dapat mendukung dan meningkatkan
kesehatan seluruh anggota keluarga. Kelima adalah keluarga diharapkan mampu
memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengontrol kesehatan dan mengobati
masalah kesehatan yang belum atau tidak dapat diselesaikan sendiri oleh individu
maupun keluarga.

1
2

Tugas kesehatan keluarga tersebut baru dapat dilaksanakan dengan baik


dan benar apabila keluarga mendapatkan upaya pembinaan dan bimbingan dalam
menjalankan lima fungsi perawatan kesehatan keluarga oleh pelayanan
kesehatan, salah satunya adalah perawat. Hal ini menjadi tugas perawat dengan
upaya pembinaan dan bimbingan kepada keluarga agar tercapai kemandirian
keluarga dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan di keluarga yang
dilakukan melalui penerapan asuhan keperawan keluarga (Soli’ah 2017).
Keluarga sendiri pun mempunyai tugas dan tahap perkembangan yang
terdiri dari 8 kriteria, salah satunya adalah keluarga dengan tahap perkembangan
usia lanjut. Komang (2012) keluarga usia lanjut, diimulai saat pensiun sanpai
dengan salah satu pasangan meninggal dan keduanya meninggal. Tugas
perkembangan di tahap ini antara lain mempertahankan suasana rumah yang
menyenangkan, Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan, mempertahankan keakraban suami/istri dan saling
merawat, mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat,
melakukan life review, Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan
tugas utama keluarga pada tahap ini. Pada proses penuaan yang terjadi
mengakibatkan penurunan pada fungsi fisiologis, hal tersebut dapat
menimbulkan beberapa penyakit tidak menular. Gangguan atau penyakit tidak
menular yang umumnya diderita lansia diantaranya gangguan mobilitas,
gangguan keseimbangan, penurunan fungsi kognitif, depresi, gangguan saluran
kemih, gangguan tidur, gangguan metabolisme seperti obesitas dan lain
sebagainya ( Yuliadarwati dkk 2021)
Obesitas didefinisikan sebagai kandungan lemak berlebih pada jaringan
adiposa. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan
akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga
dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009 dalam Sayem 2018). Setiap orang
memerlukan sejumlah lemak tubuh yang mempunyai fungsi sebagai energi,
sebagai penyekat panas, penyerap goncangan dan fungsi lainnya. Rata- rata
wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria.
3

Perbandingan normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-
30 % pada wanita dan 18-23 % pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari
30 % dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25 % dianggap mengalami obesitas
(Proverawati, 2010). Masalah obesitas meningkat dengan cepat di berbagai
belahan dunia menuju proporsi epidemik. Hal tersebut disebabkan peningkatan
diet yang tinggi lemak dan gula, disertai penurunan aktivitas fisik. di Eropa,
obesitas telah menjadi epidemik dengan memberikan kontribusi sebesar 35%
terhadap angka kesakitan dan memberikan kontribusi sebesar 15-20 % terhadap
kematian. Berbagai laporan terkini mengindikasikan bahwa prevalensi obesitas
diseluruh dunia baik di Negara berkembang maupun Negara yang sedang
berkembang telah meningkat dalam jumlah yang mengkhawatirkan. Hal tersebut
dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius karena obesitas dapat
memicu masalah kesehatan kardiovaskuler, ginjal, dan diabetes militus (Sayem,
2018).

Kegemukan adalah salah satu dari penyebab kematian yang dapat dicegah
utama di dunia. Data prevalensi obesitasi Amerika Serikat menunjukkan bahwa
50 % orang dewasa dan 25 % anak-anak AS menderita berat badan lebih dan
obesitas menggunakan patokan BMI ≥30, presentase yang sangat tinggi
menyebabkan epidemic penyakit kronis. Apabila percepatan penyakit obesitas
berlanjut seperti sekarang kemungkinan sebagian besar populasi di Amerika
Serikat menderita obesitas ( Soegih, dalam Sayem 2018).
Himpunan studi obesitas Indonesia memeriksa lebih dari 6000 orang dari
hampir seluruh provinsi dan didapatkan angka obesitas dengan Indeks Massa
Tubuh ( IMT ) > 30 kg/m2 pada laki-laki sebesar 9,16% dan pada perempuan
11,02 %. Apabila tren ini berjalan terus seperti sekarang ini, maka pada tahun ke
tahun tidak mustahil penduduk Indonesia akan menyandang gelar “ obesogenik “
terutama dinegara urban (Soegih, dalam Sayem 2018).
Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Salah satu peran penting seorang perawat adalah
4

sebagai Educator, dimana pembelajaran merupakan dasar dari Health Education


yang berhubungan dengan semua tahap kesehatan dan tingkat pencegahan.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat dapat
menekankan pada tindakan keperawatan yang berorientasi pada upaya promotif
dan preventif. Maka dari itu, peranan perawat dalam penanggulangan obesitas
yaitu perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga
dalam hal pencegahan penyakit, pemulihan dari penyakit, memberikan informasi
yang tepat tentang kesehatan seperti diet untuk obesitas. Manfaat pendidikan
kesehatan bagi keluarga antara lain meningkatkan pengetahuan keluarga tentang
sakitnya hingga pada akhirnya akan meningkatkan kemandirian keluarga
(Sutrisno, 2013).
Peran keluarga sangat penting, disfungsi apapun yang terjadi pada
keluarga akan berdampak ada satu atau lebih anggota keluarga secara
keseluruhan keluarga, bila ada satu orang yang sakit akan berpengaruh pada
keluarga secara keseluruhan. Adanya hubungan kuat antara keluarga dan status
kesehatan setiap anggota keluarga, sangat memerlukan peran keluarga pada saat
menghadapi masalah yang terjadi pada keluarga.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat merumuskan masalah yaitu
“Apakah efektif penkes obesitas Sebagai Intervensi resiko obesitas Pada Tahap
Perkembangan usia lanjut?”.
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk menganalisis penkes obesitas sebagai intervensi resiko obesitas
dengan masalah keperawatan prilaku kesehatan cenderung beresiko pada
keluarga usia lanjut
2. Tujuan khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil Analisis penkes obesitas sebagai
intervensi resiko obesitas pada keluarga usia lanjut.
5

b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan dengan


masalah resiko obesitas dengan masalah keperawatan prilaku kesehatan
cenderung beresiko pada keluarga usia lanjut.
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan dengan prilaku
kesehatan cenderung beresiko pada keluarga usia lanjut
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan dengan masalah resiko
obesitas pada keluarga usia lanjut.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan dengan masalah resiko
obesitas pada keluarga usia lanjut.
f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan masalah resiko
obesitas pada keluarga usia lanjut.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan dan menambah wawasan dan pengetahuan dalam ilmu
keperawatan keluarga terutama tentang analisis pendidikan kesehatan
tentang obesitas dalam asuhan keperawatan keluarga lanjut usia dengan
masalah cenderung beresiko (obesitas).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi klien
Dapat memberikan pengalaman meneliti dan menambah wawasan
ilmu keperawatan keluarga terutama tentang Obesitas.
b. Bagi institusi
Sebagai bahan kepustakaan dalam lingkungan kampus STIKes Surya
Global Yogyakarta.
c. Bagi peneliti selanjutnya
Penelian ini dapan dijadikan sumber referensi untuk penelitian
selamjutnya tentang keperawatan keluarga dengan masalah cenderung
beresiko (obesitas).
d. Bagi perawat
6

Sebagai dasar atau panduan untuk menangani klien dengan masalah


keperawatan keluarga dengan masalah cenderung beresiko (obesitas).

E. Keaslian penelitian
1. Novia (2017)
Meneliti tentang “Asupan energi, karbohidrat dan lemak dengan status
obesitas pada lansia ”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan energi,
karbohidrat dan lemak dengan status obesitas pada lansia di Posyandu Lansia
Wedra Utama Purwosari. Penelitian ini adalah penelitian observasional
dengan pendekatan cross sectional. Tiga puluh tiga lansia yang berpartisipasi
dalam penelitian ini direkrut menggunakan teknik Simple Random Sampling.
Data Asupan energi, karbohidrat dan lemak didapatkan dengan Food
Frequency Questionnaire semi kuantitatif, penimbangan berat badan dan
tinggi badan masing-masing diukur menggunakan timbangan injak dan
microtoice. Analisis hubungan antara asupan energi, karbohidrat dan lemak
dengan status obesitas pada lansia menggunakan Pearson Product Moment
dengan program SPSS for windows versi 21.0. Dua belas (36.40%) lansia
memiliki asupan energi cukup, sebelas (33.30%) lansia memiliki asupan
karbohidrat kategori kurang, lima belas (45.50%) lansia memiliki asupan
lemak dalam kategori kurang dan delapan belas (54.50%) lansia termasuk
obesitas I (IMT= 25.0-29.5 kg/m2). Tidak ada hubungan asupan energi,
karbohidrat dan lemak dengan status obesitas lansia dengan nilai p masing-
masing 0.622, 0.800 dan 0.136. Persamaan penelitian ini adalah sama-
sama meneliti tentang masalah kesehatan cenderung beresiko yang berfokus
pada obesitas pada usia lanjut. Dan perbedaan nya adalah jumlah sampel dan
tempat penelitianya.

2. Yuliandarwati dan Nafila (2021)


7

Meneliti tentang “indeks massa tubuh (obesitas) dengan keseimbangan


dinamis pada lansia”
Kondisi obesitas membuat persebaran berat massa tubuh tidak merata dan
dapat berpengaruh terhadap postur tubuh. Lansia dengan penurunan fungsi
fisiologis seperti perubahan postur dan gangguan metabolisme (obesitas)
dapat mengakibatkan keseimbangan tubuh menjadi buruk, sehingga resiko
jatuh meningkat dan aktivitas sehari-hari terganggu. Penelitian ini
menggunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional study
dan teknik pengambilan data purposive sampling. Responden dalam penelitian
ini adalah lansia di posyandu lansia Desa Kalianget Timur Sumenep,
instrumen yang dipakai adalah kuisioner morse fall scale, analisa data
menggunakan uji Spearman. Berdasarkan hasil uji spearman didapatkan nilai
sig.(2-tailed) sebesar 0,004 sehingga lebih kecil dari alpha <0,05 dengan
keterangan H0 ditolak dan H1 diterima. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) obesitas dengan
keseimbangan dinamis pada lansia di posyandu lansia Desa Kalianget Timur
Kabupaten Sumenep. Terdapat hubungan indeks massa tubuh (obesitas)
dengan keseimbangan dinamis pada lansia di posyandu lansia Desa Kalianget
Timur Kabupaten Sumenep.

Persaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti obesitas dan perbedaannya


adalah jumlah sampel dan tempat penelitian.

Anda mungkin juga menyukai