Anda di halaman 1dari 7

SURAT EDARAN

Nomor: 3/SE/Dr/2021
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN KEGIATAN
BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN SWADAYA

Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya yang


selanjutnya disingkat BSPS adalah bantuan Pemerintah
bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk
mendorong dan meningkatkan keswadayaan dalam
peningkatan kualitas rumah dan pembangunan baru
rumah beserta prasarana, sarana, dan utilitas umum.

Tujuan penggunaan bantuan adalah mendorong dan


meningkatkan keswadayaan masyarakat agar memiliki akses
dalam memenuhi kebutuhan rumah layak huni secara swadaya.

Ruang lingkup Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kegiatan Bantuan


Stimulan Perumahan Swadaya meliputi:
1. Persiapan;
2. Pelaksanaan; dan
3. Pelaporan.

Bentuk Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya berupa uang dan


barang. Uang diserahkan kepada penerima bantuan perseorangan
untuk memperbaiki rumah dengan cara:
a. membeli bahan bangunan; dan
b. membayar upah kerja.

Sumber pendanaan berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja


Negara (APBN) dan/atau sumber lain yang tidak mengikat. Dana
bantuan pemerintah dari APBN termasuk kategori bantuan lainnya

bantuan dapat dikenai sanksi apabila penerima bantuan


pindah domisili, rumah dan tanah diperjualbelikan,
mengundurkan diri, dana bantuan tidak dipergunakan untuk
perbaikan rumah sesuai rencana atau alasan lainnya. Sanksi
yang dikenakan berupa:
a. Pembatalan sebagai penerima bantuan oleh PPK apabila
dana belum disalurkan ke rekening penerima bantuan.
b. Penarikan dana bantuan oleh PPK apabila dana masih
berada di rekening penerima bantuan.
c. Pengembalian dana bantuan oleh Kelompok Penerima
Bantuan apabila dana sudah dibelanjakan/digunakan.
2. Penerima bantuan atau pihak terkait menyalahgunakan dana
bantuan. Sanksi diberikan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Organisasi Pelaksana Kegiatan
Verifikasi dilakukan untuk membuktikan
kesesuaian syarat penerima bantuan meliputi
kewarganegaraan dan keluarga, status kepemilikan atau
penguasaan lahan, jumlah penghasilan, memiliki dan
menghuni satu-satunya rumah dalam kondisi tidak layak
huni, pernah atau tidak menerima bantuan sejenis, dan
komitmen mengikuti ketentuan program.
Dalam hal data calon penerima bantuan tidak memenuhi
persyaratan, TFL melapor secara berjenjang ke BP2P,
selanjutnya BP2P berkoordinasi dengan Direktorat Rumah
Swadaya untuk melakukan penggantian data. Penggantian
data dapat bersumber dari data pengusul K/L, e-RTLH,
DTKS, sistem pendataan daerah provinsi atau
kabupaten/kota, dan/atau data dari lapangan.

Hasil verifikasi calon penerima bantuan dibuat berita acara


oleh TFL, diperiksa oleh Korkab, dan diperiksa kembali oleh
Ketua Tim Verifikasi, dan disetujui oleh PPK. Berita acara
hasil verifikasi disampaikan oleh BP2P kepada Direktur
Jenderal melalui Direktorat Rumah Swadaya dalam bentuk
surat permohonan persetujuan penetapan calon penerima
bantuan dilampiri Berita Acara Hasil Verifikasi.
Persyaratan Penerima Bantuan
Penerima bantuan adalah Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR) meliputi:
1. Warga Negara Indonesia yang sudah berkeluarga.
Yang dimaksud dengan berkeluarga adalah penghuni yang
terdaftar dalam satu Kartu Keluarga (KK) meliputi:
a. keluarga yang terdiri atas suami dan istri; suami, istri, dan
anak; suami dan anak; atau istri dan anak;
b. keluarga yang terdiri atas adik dan kakak yang salah
satunya atau keduanya sudah memiliki KTP;
c. keluarga yang terdiri atas lebih dari 1 (satu) anggota
keluarga di luar hubungan keluarga inti seperti keponakan,
sepupu, cucu, dan sebagainya yang salah satu atau lebih
memiliki KTP; atau
d. keluarga yang hanya beranggotakan 1 (satu) orang
penyandang disabilitas atau yang telah berusia lanjut
minimal 58 (lima puluh delapan) tahun.

2. Memiliki atau menguasai tanah dengan alas hak yang sah. Alas
hak yang sah merupakan bukti kepemilikan atau penguasaan
yang jelas dan sah antara lain:
a. sertipikat;
b. akta hibah;
c. akta jual beli;
d. NIB (Nomor Identifikasi Bidang) dari Kantor Pertanahan;
e. bukti izin menempati tanah ulayat dari kepala adat; atau
f. bukti penguasaan tanah lainnya yang sah seperti surat
keterangan pejabat terkait (kepala desa/lurah/camat/
PPAT).
3. Berpenghasilan paling banyak sebesar Upah Minimum Daerah
Provinsi (UMP). Penghasilan yang dimaksud adalah penghasilan
keluarga. Dalam hal di suatu daerah telah ditetapkan Upah
Minimum Kabupaten/Kota yang lebih tinggi dari UMP, dapat
digunakan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK).
4. Memiliki dan menempati satu-satunya rumah dengan kondisi
tidak layak huni.
Kondisi rumah tidak layak huni dibuktikan berdasarkan hasil
verifikasi lapangan. Rumah yang dimaksud telah dimiliki dan
dihuni sekurang-kurangnya dalam kurun 3 tahun.
5. Belum pernah memperoleh BSPS atau bantuan Pemerintah
untuk program perumahan.
Batas waktu belum pernah memperoleh bantuan adalah 10
(sepuluh) tahun. Syarat ini dikecualikan bagi penerima bantuan
yang terdampak bencana atau berdasarkan ketentuan
perundang-undangan.
6. Bersedia berswadaya dan membentuk KPB dengan pernyataan
tanggung renteng
Bersedia berswadaya dan membentuk KPB merupakan
kesediaan mengikuti ketentuan program dengan penjelasan
sebagai berikut:
a. Bersedia berswadaya bagi yang mampu
Bentuk keswadayaan antara lain: tanah yang
dimiliki/dikuasai; tenaga kerja; modal sosial; tabungan
bahan bangunan. Bagi masyarakat pra sejahtera,
keswadayaan berupa tanah dan dapat ditambahkan bahan
bangunan bekas layak pakai. Bahan bangunan bekas layak
pakai dapat diperoleh dari anggota kelompok penerima
bantuan atau dari sumber lainnya.
b. Membentuk KPB.
KPB memenuhi persyaratan:
1) dibentuk dan disepakati melalui rembuk warga;
2) terdiri atas unsur ketua merangkap anggota, sekretaris
merangkap anggota, bendahara merangkap anggota,
dan anggota;
3) anggota KPB paling banyak 20 (dua puluh) orang atau
mempertimbangkan karakteristik masyarakat dan
kondisi di lapangan;
4) anggota KPB bertempat tinggal di desa/kelurahan yang
sama;
5) bertanggung jawab dalam pelaksanaan pembangunan
secara gotong royong mulai tahap persiapan,
pelaksanaan dan pelaporan pertanggungjawaban
kegiatan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya.
Gotong royong yang dimaksud adalah untuk
menanggung segala resiko secara bersama-sama
(tanggung renteng) dalam menuntaskan kegiatan
perumahan swadaya.
DAFTAR ISTILAH
1. Rumah Layak Huni adalah rumah yang memenuhi empat indikator meliputi ketahanan
bangunan, kecukupan luas tempat tinggal, akses air minum layak, dan akses sanitasi
layak.
2. Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya (PKRS) adalah kegiatan memperbaiki rumah
tidak layak huni menjadi layak huni yang diselenggarakan atas prakarsa dan upaya
masyarakat baik secara perseorangan atau berkelompok.
3. Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum (PSU) adalah kelengkapan dasar fisik, fasilitas
dan kelengkapan penunjang yang dibutuhkan agar perumahan dapat berfungsi
secara sehat, aman, dan nyaman.
4. Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan (BP2P) adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT)
di Direktorat Jenderal Perumahan yang mempunyai tugas melaksanakan
pembangunan rumah susun, rumah khusus, rumah swadaya, prasarana, sarana, dan
utilitas umum, serta koordinasi penyediaan lahan dan pengembangan hunian.
5. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) adalah pejabat yang ditetapkan dan diberikan
kuasa oleh Pengguna Anggaran untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan
tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
6. Satuan Kerja (Satker) adalah unit organisasi lini Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat yang melaksanakan kegiatan serta memiliki kewenangan dan
tanggung jawab penggunaan anggaran.
7. Koordinator Fasilitator (Korfas) yang selanjutnya disebut Koordinator Kabupaten/Kota
(Korkab) adalah tenaga profesional lokal yang bertugas membina, mengkoordinir,
dan mengendalikan pendampingan sejumlah Tenaga Fasilitator Lapangan dalam
kegiatan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di tingkat kabupaten/kota.
8. Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) adalah tenaga pemberdayaan lokal yang menjadi
penggerak dan pendamping penerima bantuan dalam melaksanakan kegiatan
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya.
9. Bank/Pos Penyalur adalah bank/pos mitra kerja sebagai tempat dibukanya rekening
atas nama Satker untuk menampung dana bantuan pemerintah yang akan disalurkan
kepada penerima bantuan pemerintah.
10. Penerima Bantuan adalah perseorangan yang merupakan MBR dan memenuhi
persyaratan untuk ditetapkan oleh PPK.
11. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah lembaga masyarakat dengan
kedudukan sebagai pimpinan kolektif dari suatu himpunan masyarakat warga di
tingkat Kelurahan/ Desa.
12. Kelompok Penerima Bantuan (KPB) adalah kelompok masyarakat yang para
anggotanya merupakan penerima bantuan perumahan swadaya.
13. Tim Verifikasi adalah tim yang dibentuk oleh BP2P, yang terdiri atas unsur BP2P, OPD
bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman, OPD terkait, kecamatan,
desa/kelurahan, dan tokoh masyarakat lokasi Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya.
14. Direktur adalah Direktur Rumah Swadaya.
15. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perumahan.
16. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perumahan dan kawasan permukiman.

38
TUGAS TFL
TAHAP PERSIAPAN
Seleksi Calon Penerima Bantuan
Verifikasi data calon
MEMbuat berita acara VERIFIKASI DATA CALON

Pengorganisasian Calon Penerima Bantuan


(Masyarakat)

Pengorganisasian dilakukan oleh TFL bersama dengan


Lembaga masyarakat seperti Badan Keswadayaan
Masyarakat (BKM), lembaga sejenis, atau tokoh masyarakat
di lokasi BSPS. Keterlibatan lembaga masyarakat meliputi
pembentukan, pendampingan, dan perkuatan peran
kelompok penerima bantuan.
Pembentukan kelompok dilakukan melalui kesepakatan
dalam rembuk calon penerima bantuan. Pelaksanaan
rembuk difasilitasi oleh TFL dan BKM. Dalam hal tidak
terdapat BKM di lokasi kegiatan, dilakukan pemilihan tokoh
masyarakat oleh para calon penerima bantuan. Hasil
kesepakatan rembuk kelompok dituangkan dalam berita
acara yang ditandatangani peserta.
Pembentukan KPB dilakukan dengan memperhatikan
kedekatan lokasi rumah, kemampuan bertukang, tingkat
keswadayaan, dan alasan yang disepakati. KPB diberi nama
dan diatur pengorganisasian anggota kelompoknya sesuai
kesepakatan. Organisasi KPB meliputi Ketua, Sekretaris,
Bendahara, dan Anggota. KPB menyepakati dan
melaksanakan rencana kerja, kesepakatan sosial, gotong-
royong, dan bertanggung jawab secara berkelompok
(tanggung renteng) dalam melaksanakan program BSPS.
Dalam pengorganisasian calon penerima bantuan,
kelompok juga melakukan identifikasi kemampuan CPB
bertukang atau calon tukang/pekerja di luar CPB dalam
rencana pelaksanaan fisik BSPS.

Anda mungkin juga menyukai