Anda di halaman 1dari 6

JAWABAN

1. A). Jarang orang memikirkan secara serius asal mula sistem double entry book keeping
(DEB), Kebanyakan orang menganggap apa adanya, sehingga tidak peduli terhadap
siapa sebenarnya pencetus, penemunya atau dari mana asal usulnya (Tjiptohadi
Sawarjuwono:1997). Teknik yang kelihatannya sederhana itu viatu berupa debet dan
kredit sebenarnya mengandung teknologi maternatis canggih. Teknologi yang
ditemukan lebih dari enam abad yang lalu sampai sekarang tidak mengalami
perubahan yang mendasar. Sejak ditemukannya, akuntansi sudah mengandung
keajaiban. "It is a beautiful system, a science in fact" menurut Childs (1901). Hal ini
dikarenakan akuntansi dirancang benar-benar berdasarkan prinsip-prinsip
matematika. Dapat dibayangkan sebagaimana yang diilustrasikan oleh Childs bahwa
semua komponen akuntansi saling berkaitan sedemikian rupa sehingga bila terjadi
ketidakberesan (derangement) pada salah satu akun, orang dapat menelusuri
dampaknya kepada akun-akun yang lain, suatu sistem yang sempurna dan selalu
seimbang yang berupa saling cek (checks and counter checks), setiap rincian selalu
disesuaikan enak (nicety) dan tepat yang akhirnya membuahkan hasil yang penuh
kebenaran perhitungan (correctness), sempurna dan lengkap (Mann, 1994).
Rasa ingin tahu untuk membuktikan bahwa tata buku berpasangan dikembangkan
oleh para ahli muslim dapat dikuatkan oleh studi pendahuluan yang dilakukan oleh
Storrar and Scorgie. Dalam artikelnya yang diuraikan pada Kongres Dunia tentang
Accounting Historians di Sydney yang kelima tahun 1988, mereka berdua
mengajukan premis bahwa budaya Hindu dan Islam pada abad pertengahan
mempunyai andil dalam penemuan dan pengembangan sistem Double Entry
Bookkeeping (DEB) di Eropa. Kemudian pertanyaan tersebut dikaitkan dengan hasil
studi oleh Hamid dan kawan-kawan (1995). Mereka bertiga melakukan studi dan
berusaha meneliti lebih lanjut mengenai peran Islam di dalam memajukan akuntansi
di benua Eropa. Hasil studinya menyatakan adanya temuan baru, yaitu bahwa
pemerintah Islam pada abad kesepuluh sudah menggunakan pembukuan berpasangan.
Mempertimbangkan kesesuaian studi antara Watt (1972) dan Hamid et al (1995),
studi ini menengarai bahwa kemungkinan besar sistem DEB juga berasal dari masa
kejayaan Islam. Sistem tata buku berpasangan secara bertahap mulai muncul selama
abad ke-13 dan ke-14 di beberapa pusat perniagaan di Italia bagian utara. Catatan
pertama mengenai suatu sistem tata buku berpasangan yang lengkap ditemukan dalam
catatan kota Genoa, Italia pada tahun 1340 (Raymond de Roover, 115:1956). Bagian-
bagian sebelumnya ditemukan dalam catatan Giovani Farolfi & Company, sebuah
perusahaan dagang di Florence pada tahun 1299-1300, kemudian dalam catatan
Rinieri Fini & Brothers yang berdagang pada beberapa pekan raya terkenal pada masa
itu di Champagne Perancis (Geoffrey Alan Lee, 79-96: ). Orang pertama yang
mengkodifikasi akuntansi adalah seorang Rahib Fransisca bernama Bruder Luca
Pacioli yang menghabiskan sebagian besar hidupnya sebagai guru dan pelajar di
beberapa universitas di Perugia, Florence, Pisa, dan Bologna. Ia mengakhiri karirnya
yang terkenal itu dengan mengajar Matematika di Universitas Roma, suatu
kedudukan yang bergengsi sampai ia dipanggil Paus Leo X. Di antara teman-
temannya adalah beberapa Paus, ahli matematika dan arsitek Leon Battista Alberti,
dan yang terdekat adalah Leonardo da Vinci. Saat itu adalah masa Renaisans dan
Pacioli adalah salah satu produknya yang sejati. Buku yang ditulis Pacioli berjudul
Summa de Arithmetica, Geometrica, Proportion et Proportionalita. Buku ini muncul
tahun 1494 di Venesia hanya dua tahun setelah Columbus mendarat di Amerika dan
hanya beberapa tahun setelah percetakan pertama didirikan di Venesia sehingga
menunjukkan pentingnya karya ini. Buku Summa ini terutama merupakan risalah
mengenai matematika, tetapi juga mencakup suatu bagian mengenai tata buku
berpasangan yang disebut Particularis de Computis et Scripturis. Bagian ini
merupakan tulisan yang pertama kali diterbitkan yang menggambarkan sistem tata
buku berpasangan dan yang memberi kita wawasan ke dalam dasar pemikiran yang
ada di balik catatan-catatan akuntansi. Komentar Pacioli mengenai akuntansi masih
relevan dan sesegar seperti ketika komentar itu ditulis hampir 500 tahun yang lalu.

B). Pada masa Renaisans melahirkan istilah-istilah akuntansi, yaitu debt, debtor,
debenture, dan debit semuanya diturunkan dari kata dasar debere, yaitu berutang yang
disingkat menjadi dr yang dipakai dalam jurnal. Kredit datang dari akar kata yang
sama dengan kata creed yang berarti sesuatu yang dipercaya, seperti kepercayaan
agama Kristen yang dikenal sebagai Apostles' Creed. Kata itu dapat juga berarti orang
yang dipercaya seseorang, seperti kreditur dengan memberi mereka pinjaman kita
memberikan kepercayaan pada mereka. Kata asalnya dalam bahasa Latin adalah
credere, yang disingkat menjadi cr yang digunakan dalam ayat jurnal.
Apabila kita akan menelusuri asal mula sejarah sains (akuntansi) yang penting ini,
secara alamiah kita akan menganggap bahwa penemuan pertama akuntansi adalah
oleh para pedagang dan tidak ada orang yang memiliki klaim yang lebih utama
daripada Bangsa Arabia. Bangsa Mesir yang selama beberapa abad menguasai
perdagangan dunia, menurunkan gagasan pertama tentang perdagangan dari
hubungan mereka dengan orang-orang yang jujur ini dan konsekuensinya mereka
harus menerima bentuk pertama dari perakuntanan yang dalam cara perdagangan
yang alamiah dikomunikasikan kepada semua kota Mediterania. Ketika kekaisaran
barat diserang oleh bangsa Barbar dan semua negara yang telah disusunnya,
mengambil kesempatan untuk menyatakan kemerdekaan, perniagaan segera hilang
setelah kemerdekaan, dan segera Italia yang pernah menjadi pusat dunia menjadi
pusat perdagangan yang merupakan puing-puing kekaisaran timur oleh Turki yang
tidak pernah dimasuki oleh orang-orang yang berbakat atau aturan-aturan seni
perniagaan bukan merupakan penyumbang kecil. Bisnis pertukaran yang oleh
Lombard dikaitkan dengan semua kota-kota perdagangan Eropa, memperkenalkan
metode pencatatan akun dengan cara berpasangan yang saat sekarang memperoleh
nama pembukuan Italia. Pencapaian besar padagang-pedagang Italia kira-kira antara
1250 dan 1400, adalah menggabungkan elemen-elemen yang beragam menjadi suatu
sistem klasifikasi yang terintegrasi di mana lacinya disebut akun dan semua transaksi
dimasukkan dengan prinsip berpasangan. Namun, tidak dapat diasumsikan bahwa
keseimbangan pembukuan merupakan tujuan utama akuntansi abad pertengahan.
Sebaliknya, paling tidak di Italia, pedagang-pedagang telah mulai menggunakan
akuntansi sebagai alat pengendalian manajemen sejak Tahun 1400. Mereka belumlah
semaju kita sekarang ini, bahkan masih jauh dari mewujudkan potensi-potensi
pembukuan berpasangan. Namun, mereka telah memulai dengan mengembangkan
dasar-dasar akuntansi biaya (cost) dengan memperkenalkan pembalikan dan
penyesuaian-penyesuaian yang lain, seperti akrual (accrual) dan tangguhan (deferred),
dan dengan memberi perhatian pada audit neraca. Hanya dalam analisis laporan
keuangan saja pedagang-pedagang pada masa itu membuat kemajuan kecil. Adalah
wajar juga untuk menyebut bahwa bentuk-bentuk dasar akuntansi berpasangan yang
belum sempurnatelah ada dalam peradaban Inca kuno dalam Tahun 1577.

2. Karena penelitian ini merupakan studi kasus, maka terdapat beberapa keterbatasan.
Pertama, hasil dari penelitian ini berasal dari 1 perusahaan saja dengan fokus kepada
Persero minyak dan gas. Kedua, mengingat waktu yang dimiliki oleh narasumber dari
Pertamina pusat sangat terbatas, maka wawancara dengan pihak Pertamina pusat
hanya melalui telepon sehingga informasi yang didapat kurang detail. Ketiga, karena
garis besar penelitian ini hanya membahas tentang alasan, proses, dan pengaruh
dimensi kebudayaan dari adopsi IFRS pada sebuah perusahaan, maka pemahaman
peneliti tentang chapter-chapter IFRS, PSAK dan standar yang dikeluarkan oleh
AICPA masih sangat kurang. Sehingga kemampuan peneliti untuk menjelaskan
bagian dari IFRS dan standar AICPA yang diadopsi juga sangat kurang.
Argumentasi : Para peneliti, karenanya menganggap bahwa ada faktor lingkungan
lain yang mempengaruhi dalam masalah. adopsi dan pengimplementasian IFRS, dan
hasilnya. menunjukkan faktor yang secara signifikan sangat berpengaruh adalah
adanya perbedaan Budaya merupakan factor lingkungan yang paling kuat
mempengaruhi sistim akuntansi suatu negara dan juga bagaimana individu dinegara
tersebut menggunakan informasi akuntansi Banyak di literatur ditemukan
argumentasi bahwa akuntansi sangat dipengaruhi oleh budaya, dan kurangnya
konsensus dalam praktik akuntansi antar negara karena tujuannya adalah budaya
bukan masalah teknis (Hofstede, 1980).

3. Atkinson dan Feltham berpendapat bahwa teori agensi lebih mempertimbangkan


pelayanan atas tuntutan akan sebuah informasi. Teori ini berfokus pada hubungan
dimana kesejahteraan pemilik diperayakan kepada agen dalam hal ini manajer.
Atkinson dan Feltham menjelaskan bahwa tuntutan akan pelayanan informasi terkait
untuk memotivasi agen dan mendistribusikan resiko secara efisien. Tuntutan akan
informasi untuk tujuan pengambilan keputusan terkait dengan peranan informasi itu
sendiri di dalam teori keputusan statistik. Informasi menjadi bernilai jika dapat
meningkatkan alokasi sumber daya dan resiko ekonomi, hal ini dapat terjadi jika
ketidakpastian dikurangi. Ketidakpastian dalam teori agensi dapat dikelompokkan
sebagai ex ante dan -ex post. Ex ante atau sebelum kejadian berlangsung,
ketidakpastian muncul pada saat suatu keputusan dibuat, seperti ketidakpastian
tentang kejadian yang tidak dapat dikontrol atau ketidakpastian mengenai ketrampilan
manajer. Sedangkan ex post atau setelah kejadian, ketidakpastian muncul setelah
suatu keputusan dibuat dan hasilnya direalisasikan. Ketidakpastian dalam 2 kategori
ini sama kecuali ketidakpastian setelah kejadian dapat dikurangi dengan laporan
mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Teori agensi berfokus pada dampak laporan
setelah kejadian pada ketidakpastian - setelah kejadian. Atkinson dan Feltham melihat
peranan penetapan standar sebagai salah satu identifikasi situasi dimana peningkatan
kesejahteraan akan diperoleh dari kebijakan mengenai pelaporan keuangan yang
sudah ditentukan sebelumnya. Peningkatan kesejahteraan dapat diibaratkan
perbandingan seperti ini: Kebijakan A lebih disukai dibandingkan Kebijakan B jika
kebijakan A lebih baik dan menghasilkan alokasi sumber daya dan resiko yang lebih
efisien. Berdasarkan pandangan ini suatu konsekuensi ekonomi yang dirasakan dari
standar akuntansi memainkan peranan penting. Teori agensi menggambarkan
kerangka untuk mempelajari kontrak antara pemilik modal dan agen dan untuk
memprediksi konsekuensi ekonomi dari suatu standar. Sebagai contoh, sudah
dianggap logis jika kompensasi manajer tergantung dari banyaknya laba yang mereka
laporakan. Dalam kondisi seperti ini salah satu jenis hubungan kontraktual adalah
hubungan antara pengguna laporan keuangan dan perusahaan. Data keuangan bisa
sebagai alternatif pelaporan publik. Jika akuntansi diatur maka mekanisme pasar
dapat menghasilkan informasi yang cukup dan mencapai titik ekuilibrium dimana
biaya untuk memperoleh informasi setara dengan manfaatnya. Para pendukung
pandangan ini berpendapat bahwa pengungkapan wajib (mandatory disclosures) tidak
diperlukan karena kekuatan pasar dapat menghasilkan informasi yang diinginkan.
Lebih jauh perusahaan terdorong untuk mengungkapkan informasi secara sukarela
(voluntary disclosures) sesuai dengan level tuntutan sebagai perusahaan publik.
Regulasi yang berlebihan juga mengakibatkan dampak 'free-rider' - dimana pihak-
pihak yang tertarik pada informasi namun tidak mengeluarkan biaya untuk
memperoleh informasi terebut memiliki motivasi yang lebih besar untuk
meningkatkan level permintaan, itulah yang disebut dengan istilah 'free-rider' atau
penumpang bebas. Lebih jauh kecenderungan pelaporan yang diwajibkan akan
berakibat pada informasi yang berlebihan. Bagi pengguna informasi, karena mereka
tidak mengeluarkan biaya untuk menghasilkan suatu informasi maka mereka akan
menuntut lebih banyak informasi. Bagi badan regulasi seperti IASB ketentuan untuk
melaporkan lebih banyak pengungkapan lebih dari informasi yang dibutuhkan akan
berakibat berlebihnya standar.

4. i) Prinsip Etika yang dilanggar oleh Satyam terkait pelaporan keuangan adalah :
a) Prinsip Integritas. Prinsip integritas ini mewajibkan setiap akuntan (professional)
bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan professional dan hubungan
bisnisnya. Namun dalam kasus ini, pihak manajemen Satyam mengelembungkan
saldo kas, bank serta revenue Satyam yang disertai xengan persengkokolan atau
kerja sama dengan pihak Auditor PWC untuk menutupi hal tersebut dan dengan
sengaja tidak mengungkapkan segala kejanggalan atas laporan keuangan pihak
Satyam.
b) Prinsip Objektivitas. Prinsip objektivitas mewajibkan seluruh anggota bersikap adil,
jujur secara intelektual, tidak memihak, tidak berprasangka atau bias, bebas dari
benturan kepentingan atau pengaruh yang tidak sepantasnya dari pihak lain. Pada
kasus ini, Pihak Auditor sudah tidak jujur secara intelektual, dan sudah terpengaruh
oleh pihak lain yaitu pihak manajemen Satyam itu sendiri. Hal tersebut di buktikan
lewat adanya kerjasama antara pihak manajemen dan auditor dalam memalsukan isi
dari laporan keuangan tersebut guna memenuhi keinginan pihak tertentu selama
bertahun tahun.
c) Perilaku Profesional. Prinsip perilaku professional mewajibkan setiap akuntan
professional mematuhi ketentuan hukum serta peraturan yang berlaku dan
menghindari setiap perilaku yang dapat mengurangi kepercayaan pada profesi. Pada
kasus. ini, sudah jelas bahwa pihak Auditor PWC tidak menjalankan kewajibannya
sebagai seorang Auditor secara professional dan mematuhi aturan aturan yang
berlaku karena Auditor PWC menutupi segala kejanggalan dan ketidak wajaran atas
laporan keuangan Satyam.
d) Tanggung Jawab profesi. Seorang Akuntan dalam melaksanakan
tanggungjawabnya sebagai professional, harus senantiasa menggunakan
pertimbangan moral dan professional terhadap semua kegiatan yang
dilaksanakannya Pada kasus ini, Pihak Auditor PWC sudah tidak mempunyai
tanggung jawab secara profesi untuk memeliharan dan mempertahankan
kepercayaan dari masyarakat sebagai seorang Auditor. Hal tersebut dikarenakan
pihak Auditor PWC berkerjasama dalam memalsukan dan memanipulasi isi dari
sebuah laporan keuangan yang dapat di lihat oleh pihak internal dan juga eksternal.
e) Kompetensi Dan Kehati-Hatian Profesional. Dalam kasus ini seharusnya PWC,
berdasarkan prinsip kehati-hatian, telah mempertimbangkan segala risiko yang dapat
terjadi dan tindakan memberikan opini yang tidak sesuai dengan kondisi Satyam,
namun PWC tidak melakukannya dan malah berkerja sama dengan manajemen
untuk memanipulasi isi laporan keuangan.
f) Standar Teknis. Setiap anggota akuntan professional dalam melaksanakan jasa
profesionalnya harus sesuai dengan standar profesional yang relevan. Namun pada
kasus ini, Auditor PWC tifdak mematuhi standar Profesiona karena sudah ikut
berkejasama untuk memanipulasi dan menutupi ketidakwjaaran laporan keuangan
Satyam selama bertahun tahun untuk kepentingan tertentu.

ii. Uraikan hubungan antara skandal Satyam diatas dengan lingkup akuntansi
keprilakuan!
Akuntansi keperilakuan merupakan perluasan dari akuntansi tradisional. Akuntansi
tradisional adalah proses pengumpulan, penilaian, pencatatan, peringkasan, dan
pelaporan informasi keuangan. Akuntansi keperilakuan adalah dimensi akuntansi
perilaku manusia dan hubungannya dengan pendesainan, penyusunan, dan
penggunaan informasi akuntansi secara efisien dan efektif untuk mencapai
keselarasan tujuan-tujuan. Akuntansi keperilakuan mempertimbangkan hubungan
antara perilaku manusia terhadap akuntansi dan informasi yang dihasilkannya serta
pengaruh informasi akuntansi terhadap perilaku manusia. Lingkup akuntansi
keperilakuan sangat luas, yaitu terdiri dari:
Aplikasi konsep-konsep ilmu keperilakuan pada desain dan penyusunan
sistem akuntansi
 Studi reaksi manusia terhadap format dan isi laporan keuangan
 Cara-cara memproses informasi untuk pembuatan keputusan > Pengembangan
teknik-teknik pelaporan untuk mengomunikasikan
informasi keperilakuan pada para penggunanya
Pengembangan strategi untuk memotivasi dan memengaruhi perilaku, aspirasi, dan
tujuan manusia yang mengelola organisasi.
Akuntansi keperilakuan telah berkembang menjadi akuntansi manajemen
keperilakuan, akuntansi keuangan keperilakuan, auditing keperilakuan, sistem
akuntansi keperilakuan, akuntansi perpajakan keperilakuan, akuntansi sumber daya
manusia, akuntansi sosial, dan lain-lain.

~ Terima Kasih ~

Anda mungkin juga menyukai