Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

Nama: Virginia Lamonge


NIM: 19041016(Akuntansi B)

 Teks Asli

Ahli Pesawat Penemu Teori Crack


Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Ia anak
keempat dari delapan bersaudara. Orang tuanya adalah pasangan Bugis-Jawa, Alwi Abdul Jalil
Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Kedua orang tua Habibie berasal dari keluarga
terhormat dan terpelajar. Kakek Habibie adalah ulama Islam terkenal. Ayah Habibie adalah
lulusan sekolah pertanian di Bogor. Pada 1948, Alwi Habibie menjabat sebagai Kepala
Departemen Pertanian Negara Indonesia Timur. Sementara ibunya datang dari keluarga dokter.
Sejak kecil, Habibie menyukai mesin. Menurut Titi Habibie, jika ditanya “kalau besar mau
jadi apa?” ia selalu menjawab, “Insinyur”. Pendidikan menengahnya ditempuh di HBS (horgere
burger school). Di tengah jalan, tahun 1950, ia pindah ke Bandung dan sekolah di
Gouvernements Middelbare School sampai 1951. Lalu lanjut ke Sekolah Menengah Atas Katolik
dari 1951 sampai 1954. Riwayat pendidikan Habibie sebagai insinyur bermula saat ia belajar
teknik mesin di Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (sekarang ITB) pada 1954.
Setahun kemudian, ia memilih menekuni studi spesialisasi konstruksi pesawat terbang di RWTH
Aachen University, Jerman Barat.
Setelah Habibie mendapatkan gelar diplom-ingenieur pada 1960, ia melanjutkan studi
selama lima tahun di RWTH Aachen University. Habibie berhasil meraih gelar doktor-ingenieur
dengan predikat summa cum laude di perguruan tinggi itu, pada 1965. Setelah itu, Habibie
sempat bekerja beberapa tahun di industri penerbangan Jerman. Namun, tiba-tiba Presiden
Soeharto mengirim Ibnu Sutowo ke Jerman pada 1973 untuk menemui Habibie dan
menyampaikan permintaan agar ia berkarier di Indonesia. Setahun kemudian Habibie pun pulang
ke tanah air.
Ia lalu dipercaya memimpin Lembaga Industri Pesawat Terbang Nurtanio (LIPNUR) yang
berubah jadi Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) pada 1976. Sepuluh tahun lewat, IPTN
berubah lagi menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara. Terakhir, pada tahun 2000,
perusahaan ini berganti nama menjadi PT Dirgantara Indonesia. Sejak Maret 1978, Soeharto juga
menunjuk Habibie menjabat Menteri Negara Riset dan Teknologi RI. Habibie tercatat memegang
posisi ini selama 20 tahun.
Saat terlibat dalam proyek prestisius ini, Habibie menemukan crack propagation theory
(Teori Crack) atau teori perambatan keretakan. Penemuan Habibie itu adalah model matematika
yang berguna untuk memprediksi perilaku perambatan retak di struktur pesawat hingga tingkat
atom. Teori ini penting sebab di masa itu banyak kecelakaan pesawat terjadi akibat kegagalan
struktural. Pada 1950 hingga 1960-an, industri burung besi dunia berlomba membuat pesawat
yang semakin besar dan cepat. Saat badan pesawat semakin besar dan geraknya bertambah cepat,
kegagalan struktur sering terjadi. Ini terjadi karena setiap bahan pesawat memiliki kapasitas
tertentu dalam hal kelelahan material (material fatigue).

Penjabaran:
-warna biru = Subjek
-warna kuning = Predikat
- warna merah = Objek
- warna hijau = Keterangan
Ahli Pesawat Penemu Teori Crack
(S) (P) (O)
Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Ia anak
(S) (P) (K) (S) (O)
keempat dari delapan bersaudara. Orang tuanya adalah pasangan Bugis-Jawa, Alwi Abdul Jalil
(O) (P) (S) (O) (K)
Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Kedua orang tua Habibie berasal dari keluarga
(K) (S) (P) (O)
terhormat dan terpelajar. Kakek Habibie adalah ulama Islam terkenal. Ayah Habibie adalah
(K) (S) (O) (K) (S)
lulusan sekolah pertanian di Bogor. Pada 1948, Alwi Habibie menjabat sebagai Kepala
(O) (K) (K) (S) (P) (K)
Departemen Pertanian Negara Indonesia Timur. Sementara ibunya datang dari keluarga dokter.
(k) (S) (P) (K)
Sejak kecil, Habibie menyukai mesin. Menurut Titi Habibie, jika ditanya “kalau besar mau
(K) (S) (P) (O) (K)
jadi apa?” ia selalu menjawab, “Insinyur”. Pendidikan menengahnya ditempuh di HBS (horgere
(K) (S) (P) (K)
burger school). Di tengah jalan, tahun 1950, ia pindah ke Bandung dan sekolah di
(K) (K) (S) (P) (K) (K)
Gouvernements Middelbare School sampai 1951. Lalu lanjut ke Sekolah Menengah Atas Katolik
(K) (P) (O)
dari 1951 sampai 1954. Riwayat pendidikan Habibie sebagai insinyur bermula saat ia belajar
(K) (S) (K) (S) (P)
teknik mesin di Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (sekarang ITB) pada 1954.
(O) (K)
Setahun kemudian, ia memilih menekuni studi spesialisasi konstruksi pesawat terbang di RWTH
(K) (S) (P) (O) (K)
Aachen University, Jerman Barat.
(K)
Setelah Habibie mendapatkan gelar diplom-ingenieur pada 1960, ia melanjutkan studi
(S) (P) (O) (K) (S) (P) (O)
selama lima tahun di RWTH Aachen University. Habibie berhasil meraih gelar doktor-ingenieur
(K) (S) (P) (O)
dengan predikat summa cum laude di perguruan tinggi itu, pada 1965. Setelah itu, Habibie
(K) (K) (S)
sempat bekerja beberapa tahun di industri penerbangan Jerman. Namun, tiba-tiba Presiden
(P) (O) (K) (K) (S)
Soeharto mengirim Ibnu Sutowo ke Jerman pada 1973 untuk menemui Habibie dan
(S) (P) (O) (K) (P) (O)
menyampaikan permintaan agar ia berkarier di Indonesia. Setahun kemudian Habibie pun
(P) (S) (P) (K) (K) (S)
pulang ke tanah air.
(P) (O)
Ia lalu dipercaya memimpin Lembaga Industri Pesawat Terbang Nurtanio (LIPNUR) yang
(S) (P) (O) (K)
berubah jadi Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) pada 1976. Sepuluh tahun lewat, IPTN
(K) (K) (S)
berubah lagi menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara. Terakhir, pada tahun 2000,
(P) (O) (K)
perusahaan ini berganti nama menjadi PT Dirgantara Indonesia. Sejak Maret 1978, Soeharto
(S) (P) (K) (K) (S)
juga menunjuk Habibie menjabat Menteri Negara Riset dan Teknologi RI. Habibie tercatat
(P) (O) (P) (K) (S) (P)
memegang posisi ini selama 20 tahun.
(P) (O) (K)
Saat terlibat dalam proyek prestisius ini, Habibie menemukan crack propagation theory
(P) (O) (S) (P) (O)
(Teori Crack) atau teori perambatan keretakan. Penemuan Habibie itu adalah model
(K) (P) (S) (O)
matematika yang berguna untuk memprediksi perilaku perambatan retak di struktur pesawat
(O) (P) (K)
hingga tingkat atom. Teori ini penting sebab di masa itu banyak kecelakaan pesawat terjadi
(K) (S) (P) (K)
akibat kegagalan struktural. Pada 1950 hingga 1960-an, industri burung besi dunia berlomba
(K) (S) (P)
membuat pesawat yang semakin besar dan cepat. Saat badan pesawat semakin besar dan
(P) (O) (K) (S) (P) (K)
geraknya bertambah cepat, kegagalan struktur sering terjadi. Ini terjadi karena setiap bahan
(K) (K) (S)
pesawat memiliki kapasitas tertentu dalam hal kelelahan material (material fatigue).
(S) (P) (K)

Anda mungkin juga menyukai