Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit menahun yang akan diderita

seumur hidup oleh penderita dan keluarga. Salah satu masalah utama dalam

pelayanan kesehatan bagi penyandang DM di Indonesia adalah belum

optimalnya penanganan kasus DM dan belum adanya budaya memandirikan

pasien secara optimal (PERKENI, 2015). Fenomena ini membuat para

penyandang DM yang pulang kerumah masih memerlukan peningkatan

pengetahuan dalam mencegah komplikasi penyakit baik akut maupun kronis.

Selama ini masyarakat hanya mengetahui bahwa penderita Diabetes Mellitus

hanya tidak boleh makan atau minum manis, makan sering dan makan bercampur

jagung. Sehingga kesiapan peningkatan manajemen kesehatan setiap keluarga

harus ditingkatkan (Indaryati, 2018). Kurangnya kesiapan dalam manajemen

kesehatan akan menyebabkan kondisi penderita dan keluarga jatuh pada kondisi

stres dan menyebabkan penurunan kualitas hidup penderita. Oleh karena itu

penyakit ini membutuhkan perawatan medis dan pendidikan pengelolaan mandiri

untuk mencegah komplikasi akut dan resiko komplikasi jangka panjang (ADA,

2010).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Sari, dkk (2018) di kecamatan Genuk

Kota Semarang menyatakan bahwa dari 4.097 orang yang ada di kecamatan ini

terdapat banyak diabetisi yang melakukan perawatan mandiri dirumah selama

bertahun-tahun. Banyak diantara keluarga dan diabetesi mengeluh stres dalam

melakukan perawatan pada anggota keluarganya yang terkena DM dan mengeluh

1
2

karena pengetahuan dan keterampilan yang terbatas untuk melakukan perawatan

dirumah secara optimal. Dari hasil survey The Diabetes Attitudes, Wishes, and

Needs (DAWN) study dalam Hafan (2014) menunjukkan 16,2% pasien DM tipe 2

sudah mampu mengelolah diabetes secara mandiri. Hal ini sangat tergantung pada

kemampuan pasien dalam mengelola gaya hidup sehari-hari (Hafan, 2014).

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan oleh Ridwan (2018)

di Babat Lamongan menunjukkan bahwa dari 5 orang penderita diabetes yang

mengikuti penyuluhan diabetes mellitus, makanan dan senam kaki diabetic

sebelumnya didapatkan bahwa mayoritas penderita sudah mengetahui terkait

diabetes mellitus dan mengetahui juga terkait makanannya meskipun tidak

semuanya, latihan senam kaki yang pernah diajarkan saat penyuluhan, namun

terkait penerapannya mayoritas penderita diabetes melitus mengatakan melakukan

tapi terkadang juga tidak melakukannya.

Hasil pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 24 Juli

2020 didapatkan bahwa penderita Diabetes Mellitus di Desa Dukuhagung

sebanyak 168 orang, dari 1.186 penduduk dusun Tinaro 16 orang menderita

Diabetes Mellitus dimana 9 dari mereka adalah wanita dan 5 lainnya berjenis

kelamin laki-laki.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan terkendalinya kadar glukosa

darah adalah usia, penyakit dan stres, obesitas, asupan makanan, riwayat keluarga,

kurangnya aktivitas fisik dan olahraga, pendidikan, pengetahuan, dukungan

keluarga, kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi (Ali Maghfuri,

2016). Usia 30-40 tahun merupakan usia yang paling rawan terkena Diabetes

Mellitus Tipe 2 karena terjadi peningkatan stress dan depresi yang tinggi sehingga
3

dapat memicu pengeluaran hormon-hormon yang dapat meningkatkan kadar gula

darah. Tingginya kejadian DM serta pola hidup yang tidak sehat tidak lepas dari

masalah rendahnya kepatuhan pasien dalam manajemen diri DM dan pengetahuan

yang kurang tentang pengendalian dan manajemen penyakit DM. Manajemen diri

merupakan kunci dalam penatalaksanaan penyakit kronis secara komprehensif

(Atak, et al. 2010). Ketidakpatuhan diet menyebabkan buruknya kontrol gula

darah dalam tubuh. Kontrol gula darah yang buruk secara langsung menyebabkan

ketidakstabilan metabolisme dan hemodinamik tubuh (Dyson et all., 2011;

Intercollegiate & Network, 2013; (IDF), 2015). Ketidakpatuhan manajemen diri

pada pasien DM dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi seperti kerusakan

saraf di kaki, meningkatnya risiko penyakit jantung dan stroke, serta terjadinya

retinopati diabetikum. Pencegahan terjadinya komplikasi diabetes melitus dapat

dilakukan dengan patuh melakukan prilaku manajemen diri yang baik. Perilaku

manajemen diri yang dapat dilakukan oleh penderita diabetes melitus adalah

mengatur pola makanan, latihan fisik, pengobatan, pemantauan glukosa darah,

perawatan kaki, dan berhenti merokok. Keberhasilan manajemen diri

membutuhkan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Kepatuhan

manajemen diri diabetes melitus yang baik dapat mencapai keberhasilan jika

individu memiliki pengetahuan, keterampilan dan efikasi diri untuk melakukan

pengelolaan diabetes melitus.

Notoatmodjo (2003) dalam Zahroh (2015) mengatakan perilaku manusia

berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh

dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar

perilaku (non behavior causes). Selanjutnya prilaku itu sendiri ditentukan atau
4

terbentuk dari tiga faktor: Faktor predisposisi (predisposing factor), yang

terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan

sebagainya, Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana

kesehatan, misalnya obatobatan, alat-alat steril dan sebagainya, Faktor pendorong

(reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan

atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

penegatahuan akan lebih langgeng dari prilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Notoatmojo, 2007 dalam Zahroh, 2015). Penelitian yang dilakukan

oleh Utomo (2011) membuktikan bahwa pengetahuan tentang pengelolaan DM

berhubungan secara signifikan dengan keberhasilan pengelolaan DM tipe 2. Hal

ini menunjukkan bahwa orang yang mempunyai pengetahuan baik mempunyai

resiko 4 kali untuk berhasil dalam pengelolaan DM tipe 2 dibandingkan dengan

orang yang berpengetahuan kurang secara statistik bermakna.

Pendidikan dan pedoman dalam perawatan diri akan meningkatkan pola

hidup penderita DM sehingga dapat mengontrol gula darah dengan baik. Selain itu

pendidikan kesehatan yang diberikan akan berdampak positif terhadap kondisi

penyakit dan kepatuhan pasien dalam melakukan tatalaksana diabetes. Hal itu

akan berdampak pada kesiapan peningkatan manajemen kesehatan dalam

keluarga. SDKI (2016) menjelaskan masalah kesiapan peningkatan manajemen

kesehatan merupakan pola pengaturan dan pengintegrasian program kesehatan

kedalam kehudupan sehari-hari yang cukup untuk memenuhi tujuan kesehatan

dan dapat ditingkatkan. Banyaknya faktor yang berhubungan dengan


5

pengendalian kadar glukosa darah penderita DM tipe 2 tentunya membuat

pengelolaan penyakit hendaknya dilakukan dengan cermat, untuk mencegah

maupun memperlambat terjadinya berbagai komplikasi (Astuti, 2013).

Pilar penatalaksanaan DM tipe 2 menurut PERKENI (2011) salah satunya

adalah edukasi. Dijelaskan pula dalam Standart Intervensi Keperawatan Indonesia

(2018) bahwa salah satu intervensi yang bisa diterapkan untuk meningkatkan

masalah kesiapan peningkatan manajemen kesehatan yaitu dengan edukasi

kesehatan. Beberapa penelitian untuk mengatasi masalah keperawatan

kesiapan peningkatan manajemen kesehatan telah dilakukan dan

memberikan hasil yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Aini (2017)

mengenai penerapan senam kaki pada pasien diabetes mellitus dengan

masalah keperawatan kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan

memberikan hasil bahwa tujuan dari penelitian tercapai. Penelitian lain

mengenai penerapan progresive muscle relaxation pada klien diabetes

mellitus dengan masalah keperawatan kesiapan meningkatkan manajemen

kesehatan juga dilakukan oleh Stetiowati (2017) yang menunjukkan

pengaruh yang signifikan terhadap pasien DM.

Selain dua cara diatas bentuk edukasi yang dapat memperbaiki hasil klinis

dan kualitas hidup pasien DM adalah Diabetes Self Management Education

(DSME) (McGowan, 2011). Diabetes Self Management Education (DSME)

merupakan suatu proses berkelanjutan untuk menfasilitasi pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan pasien diabetes mellitus untuk melakukan

perawatan diri. DSME adalah komponen penting yang dapat memberikan

kemampuan pada individu untuk melakukan tindakan menejemen diri dalam


6

mengelola penyakit diabetes mellitus dalam mengatasi masalah kesehatan

yang mengancam status kesehatan (Soegondo, 2009).

Berdasarkan uraian data dan latar belakang diatas, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Diabetes Self

Management Education (DSME) Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2

Dengan Masalah Keperawatan Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan

Di RT 05 RW 04 Dusun. Tinaro Kec. Tikung Kab. Lamongan”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Penerapan Diabetes Self Management Education (DSME)

Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Masalah Keperawatan

Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan Di RT 05 RW 04 Dusun.

Tinaro Kec. Tikung Kab. Lamongan?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum.

Mengetahui Penerapan Diabetes Self Management Education (DSME)

Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Masalah Keperawatan

Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan Di RT 05 RW 04 Dusun.

Tinaro Kec. Tikung Kab. Lamongan.

2. Tujuan Khusus.

a. Melaksanakan pengkajian pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan

Masalah Keperawatan Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan Di

RT 05 RW 04 Dusun. Tinaro Kec. Tikung Kab. Lamongan.


7

b. Menetapkan diagnosa pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan

Masalah Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan Di RT 05 RW 04

Dusun. Tinaro Kec. Tikung Kab. Lamongan.

c. Menyusun intervensi Diabetes Self Management Education (DSME) Pada

Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Masalah Keperawatan

Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan Di RT 05 RW 04 Dusun.

Tinaro Kec. Tikung Kab. Lamongan.

d. Melakukan implementasi Diabetes Self Management Education (DSME)

Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Masalah Keperawatan

Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan Di RT 05 RW 04 Dusun.

Tinaro Kec. Tikung Kab. Lamongan.

e. Melakukan evaluasi Diabetes Self Management Education (DSME) Pada

Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Masalah Keperawatan

Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan Di RT 05 RW 04 Dusun.

Tinaro Kec. Tikung Kab. Lamongan.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis.

a. Bagi Pendidikan.

Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

dalam pengembangan kurikulum pembelajaran, khususnya dalam

mengembangkan intervensi keperawatan mandiri untuk meningkatkan asuhan

keperawatan pada pasien dengan gangguan endokrin berdasarkan evidence based

in nursing.
8

b. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan.

Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah

keilmuan tentang aktualisasi peran perawat sebagai pemberi layanan, manajer

asuhan, pendidik, konselor, agen perubahan, penasehat, dan peneliti, khususnya

dalam bidang keperawatan endokrin.

2. Manfaat Praktis.

a. Bagi Pelayanan Asuhan Keperawatan.

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pelayanan keperawatan

sebagai acuan dan pertimbangan dalam memberikan asuhan keperawatan yang

komprehensif dengan gangguan sistem endokrin khususnya Diabetes Mellitus

dengan pendekatan Diabetes Self Management Education (DSME).

Anda mungkin juga menyukai