Anda di halaman 1dari 145

RISK

MANAGEMENT
CERTIFICATION
LEVEL 1

1
Materi Pembelajaran
Bab Bab

01 Latar Belakang
Manajemen Risiko 02 Risiko
Kredit

RISK MANAGEMENT Bab

CERTIFICATION
LEVEL 1
03 Risiko
Pasar

Bab Bab

05 Enterprise Risk
Management (ERM) 04 Risiko
Operasional
Bab 1
Latar Belakang
Manajemen
Risiko

Bab 1 - Latar Belakang Manajemen Risiko 3


I PBI No5/8/PBI2003 dan perubahannya
PBI No.11/25/PBI/2009

II Basel Committee on Banking


Supervision

III Arsitektur Perbankan


Indonesia (API)

Bab 1 - Latar Belakang Manajemen Risiko 4


KERANGKA REGULASI RISIKO SESUAI PBI

PILAR 1 : MEMELIHARA KEBUTUHAN MODAL MINIMUM

MODAL RP. 1,--


CAR = --------------------------------------------------------------------------------------------- X 100% = 8%
ATMR RP. 12,5

RISIKO PASAR RISIKO KREDIT RISIKO OPERASIONAL


- SUKU BUNGA - KREDIT KORPORASI - PROSES INTERNAL
- NILAI TUKAR - KREDIT KECIL - MANUSIA
BSL II FAKTOR RISIKO - EKUITAS - KPR - SISTEM & TEKNOLOGI
• R. PSR - KOMODITAS - DLL - KEJADIAN EKSTERNAL

• R. KRD
• R. OPR METODE - STANDAR - STANDAR - BASIC INDICATOR

• R. LAIN - STANDAR

1. R.B - INTERNAL MODEL - IRBA (FIRBA + AIRBA) - ADVANCE MEASUREMENT


2. R.R
3. R.S KEBUTUHAN MDL 1. MENCARI MODAL 1. MENCARI ATMR 1. MENCARI MODAL
2. MENCARI ATMR 2. MENCARI MODAL 2. MENCARI ATMR
(MODAL X 12,5) (ATMR X 8%) (MODAL X 12,5)

PILAR 2 : REVIEW OLEH SUPERVISOR


RISIKO LAIN : Risiko Bisnis, Risiko Reputasi, Risiko Strategik, Risiko Suku Bunga Banking Book,
Risiko Konsentrasi Kredit, Risiko Hukum, Risiko Kepatuhan, Risiko Likuiditas

PILAR 3 : PENGUNGKAPAN

Bab 1 - Latar Belakang Manajemen Risiko 5


II. Basel Committee on Banking
Basel III, meningkatkan Modal Inti
Supervision 2009 – (Core Capital), membatasi modal
2010 kuasi, penyediaan cadangan modal,
Awal terbentuknya The Bank for regulasi likuiditas bank.
1930
International Settlement (BIS)

Basel II, ditambah dengan


Pembentukan Basel Committee 2004 perhitungan kecukupan modal
1974
on Banking Supervision (BCBS) untuk risiko operasional.

Basel I (Basel Capital Accord), konsep Amendment Basel I, tambahan


1988 awal perhitungan kecukupan modal 1996 perhitungan kecukupan modal untuk
hanya untuk risiko kredit. risiko pasar.

Bab 1 - Latar Belakang Manajemen Risiko 6


Basel Committee on Banking Supervision

Kerja sama antarbank sentral di kota Basel


(1930) merupakan embrio terbentuknya
The Bank for International Settlement (BIS).
Basel Committee on Banking Supervision (BCBS)
dibentuk tahun 1974 oleh para gubernur bank
sentral dari negara-negara maju Group of Ten (G-10).
Di antara kerja sama tersebut adalah terkait
dengan pengembangan dalam penelitian
ekonomi moneter dan keuangan.

Tujuannya untuk menyusun dan menetapkan berbagai


aturan bagi industri perbankan, termasuk kegiatan supervisi
atas operasional perbankan dengan standar internasional.

Bab 1 - Latar Belakang Manajemen Risiko 7


1 Basel I (1988) 3 Basel II (2004)
❑ Basel I merupakan konsep kerangka ❑ Dalam Basel II ditambah dengan perhitungan
permodalan bank yang dikeluarkan BCBS. kecukupan modal untuk risiko operasional.
❑ Dibuat sebagai kerangka pengukuran risiko
❑ Basel II terdiri dari tiga pilar, yaitu:
kredit dengan mensyaratkan standar modal
minimum adalah 8%. 1. Minimum Capital Requirements
❑ Memperhitungkan Modal Inti (Tier 1) & Modal 2. Supervisory Review Process
Pelengkap (Tier 2). 3. Enhanced Disclosure (Discipline of Market)

2 Amendment Basel I (1996) 4 Basel III (2009-2010)


❑ BCBS mengamandemen Basel I, yaitu: ❑ Meningkatkan modal inti (core capital) dan
▪ Memperhitungkan eksposur risiko pasar. membatasi modal kuasi (modal Tier 2)
▪ Memperhitungkan Modal Pelengkap ❑ Penyediaan buffer/cadangan modal
Tambahan (Tier 3) yang khusus digunakan ❑ Modal Tier 3 dihapus
untuk mengover risiko pasar.
❑ Regulasi mengenai masalah likuiditas bank
❑ Perhitungan risiko pasar dapat dilakukan dengan (Liquidity Coverage Ratio/LCR dan Net Stable
metode Standar (Standard Approach) atau Funding Ratio/NSFR)
Model Internal (Internal Model Approach).
Bab 1 - Latar Belakang Manajemen Risiko 8
Perbandingan antara Basel I dan Basel II

Basel I Basel II

Fokus pada satu Fokus pada


pengukuran risiko metodologi internal

Memiliki pendekatan sederhana Memiliki tingkat sensitivitas


terhadap sensitivitas risiko risiko yang lebih tinggi

Menggunakan pendekatan Lebih fleksibel, dapat


‘one size fits all’ untuk perhitungan disesuaikan dengan
risiko dan permodalan kebutuhan bank

Bab 1 - Latar Belakang Manajemen Risiko 9


Kerangka Regulasi Risiko Sesuai Basel II

Pilar 1 Pilar 2

Memelihara Kebutuhan Review oleh


Modal Minimum Supervisor
Penetapan risiko lain: risiko bisnis, risiko reputasi,
risiko strategik, risiko suku bunga banking book,
risiko konsentrasi kredit, risiko hukum, risiko
kepatuhan, dan risiko likuiditas.
CAR : Capital Adequacy Ratio
ATMR : Aktiva Tertimbang Menurut Risiko Pilar 3
ATMR meliputi tiga risiko, yaitu: risiko kredit, risiko
pasar, dan risiko operasional. Pengungkapan (Disclosure)

Bab 1 - Latar Belakang Manajemen Risiko 10


ATMR mencakup tiga bentuk risiko, yaitu:
Risiko Pasar Risiko Kredit Risiko Operasional
▪ Suku Bunga ▪ Lending Risk ▪ Proses Internal
Faktor ▪ Nilai Tukar ▪ Counterparty ▪ Manusia
Risiko ▪ Ekuitas/Saham Credit Risk ▪ Sistem dan Teknologi
▪ Komoditas ▪ Sovereign Risk ▪ Kejadian Eksternal
▪ Standar ▪ Basic Indicator
▪ Standar
Metode ▪ IRBA – Foundation ▪ Standar
▪ Internal Model
▪ IRBA – Advance ▪ Advance Measurement
▪ Beban Modal: ▪ Beban Modal =
▪ ATMR =
a. Specific Risk = Nilai asset × • Rata-rata gross income 3 tahun
Bobot risiko • Eksposur kredit ×
terakhir × faktor alfa,
Bobot risiko
Kebutuhan b.General Market Risk = atau
• Nilai asset × allowance, atau
Modal • Rata-rata gross income per lini
atau • Perhitungan
bisnis 3 tahun terakhir × faktor
expected loss dan
• VaR × Faktor multiplier beta
unexpected loss
▪ ATMR = Beban modal × 12,5 ▪ ATMR = Beban modal × 12,5
Bab 1 - Latar Belakang Manajemen Risiko 11
III. Arsitektur Perbankan Indonesia (API)
Sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna
menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka
membantu pertumbuhan ekonomi nasional.

Industri
Struktur Sistem Perbankan
Perbankan Pengawasan yang Kuat: Infrastruktur
Sistem Perlindung-
yang Sehat yang • GCG Pendukung an
Pengaturan • Manaje-
→ yang Efektif Independen yang Konsumen
Kecukupan dan Efektif men Risiko Mencukupi
Modal • Internal
Control

Pilar 1 Pilar 2 Pilar 3 Pilar 4 Pilar 5 Pilar 6

Bab 1 - Latar Belakang Manajemen Risiko 12


Manajemen Risiko Sesuai Bank Indonesia

Apa itu Risiko?


Menurut Bank Indonesia, risiko adalah potensi kerugian akibat
terjadinya suatu peristiwa (events) tertentu.

Menurut perbankan, risiko adalah suatu kejadian potensial, baik yang dapat
diperkirakan maupun yang tidak dapat diperkirakan yang berdampak negatif
terhadap pendapatan dan permodalan bank.

Risiko juga dianggap sebagai kendala pencapaian suatu tujuan atau kemungkinan yang
berpotensi memberikan dampak negatif kepada sasaran yang akan dicapai.

Bab 1 - Latar Belakang Manajemen Risiko 13


A. Peranan Manajemen Risiko

1. Partner dari unit bisnis.

2. Menciptakan industri yang semakin sehat.

3. Menghadapi risiko kegiatan usaha bank yang semakin kompleks.

4. Meningkatkan shareholder value.

Bagi Bank Indonesia (selaku otoritas pengawas bank) akan mempermudah


5.
penilaian terhadap kemungkinan kerugian yang dihadapi oleh bank.

Bab 1 - Latar Belakang Manajemen Risiko 14


B. Jenis-Jenis Risiko

Berdasarkan PBI No. 5/8/PBI/2003 dan perubahannya PBI No. 11/25/PBI/2009.

1 Risiko Kredit 5 Risiko Hukum

2 Risiko Pasar 6 Risiko Reputasi

3 Risiko Operasional 7 Risiko Strategik

4 Risiko Likuiditas 8 Risiko Kepatuhan

Bab 1 - Latar Belakang Manajemen Risiko 15


1. Risiko Kredit 5. Risiko Hukum
Risiko akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) Risiko akibat kelalaian bank yang dapat
memenuhi kewajiban yang jatuh tempo kepada bank. menimbulkan kelemahan dari aspek yuridis
serta munculnya tuntutan hukum pihak lain.
2. Risiko Pasar
Risiko akibat perubahan harga pasar pada posisi 6. Risiko Reputasi
portofolio dan rekening administratif, termasuk Risiko kejadian yang menimbulkan persepsi
transaksi derivatif. negatif terhadap bank yang mengakibatkan
tingkat kepercayaan stakeholder menurun.
3. Risiko Operasional
Risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak 7. Risiko Strategik
berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, Risiko akibat ketidaktepatan dalam
kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu
eksternal yang memengaruhi operasional bank. keputusan strategik serta kegagalan dalam
menutup perubahan lingkungan bisnis.
4. Risiko Likuiditas
Risiko akibat ketidakmampuan bank memenuhi 8. Risiko Kepatuhan
kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan Risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau
arus kas dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi tidak melaksanakan peraturan perundang-
yang bisa diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas undangan dan ketentuan yang berlaku.
dan kondisi keuangan bank.
Bab 1 - Latar Belakang Manajemen Risiko 16
C. Penerapan Manajemen Risiko
Penerapan manajemen risiko didasarkan pada empat pilar berikut.

Pilar 1 Pilar 2 Pilar 3 Pilar 4

Pengawasan Kebijakan, Identifikasi, Sistem pengendalian


aktif Dewan prosedur, dan pengukuran, intern yang
Komisaris dan penetapan limit. pemantauan, dan menyeluruh → SKAI
Direksi. pengendalian risiko dan Kepatuhan.
serta sistem informasi
manajemen risiko.

Bab 1 - Latar Belakang Manajemen Risiko 17


Organisasi Manajemen Risiko
Organisasi manajemen risiko wajib dibentuk
pada level komisaris dan level direksi.
Dewan
Direksi

Dewan Komite
Komisaris Manajemen Risiko

Satuan Kerja
Komite Manajemen Risiko
Pemantau Risiko
Satuan Kerja Lain Terkait
Komite Manajemen Risiko
Audit

Komite Satuan Kerja Satuan Kerja Satuan Kerja


Remunerasi Operasional Audit Intern Kepatuhan

Bab 1 - Latar Belakang Manajemen Risiko 18


Pilar 1 Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi

Dewan Komisaris
Wewenang dan tanggung jawab Dewan Komisaris.

1
Menyetujui kebijakan manajemen risiko, termasuk strategi dan kerangka
manajemen risiko yang ditetapkan sesuai dengan tingkat risiko yang akan
diambil (risk appetite) dan toleransi risiko (risk tolerance)

2
Mengevaluasi pertanggungjawaban Direksi dan memberikan arahan
perbaikan atas pelaksanaan kebijakan Manajemen Risiko secara berkala
untuk memastikan Direksi mengelola aktivitas dan risiko Bank secara efektif.

Bab 1 - Latar Belakang Manajemen Risiko 19


Organisasi Manajemen Risiko
di Bawah Dewan Komisaris

Komite Pemantau Komite Audit Komite


Risiko Remonerasi
Mengawasi kualitas kerja audit
Memantau seluruh proses internal dan eksternal, serta Mengawasi pengaturan
manajemen risiko, meliputi memastikan bahwa manajemen pemberian insentif dan
proses identifikasi, bank telah mengambil tindakan kompensasi bagi Direksi,
pengukuran, pemantauan perbaikan secara disiplin dan Komisaris, dan pejabat
dan pengendalian risiko tepat waktu untuk memperbaiki eksekutif. Komite remunerasi
bank, dan memberikan saran kelemahan pengendalian, juga wajib mengupayakan
perbaikan pada Direksi. ketidakpatuhan terhadap agar sistem remunerasi tidak
kebijakan, hukum, dan regulasi mendorong perilaku pegawai
yang berlaku untuk mengabaikan risiko.

Bab 1 - Latar Belakang Manajemen Risiko 20


Dewan Direksi
Wewenang dan tanggung jawab Dewan Direksi.

Menyusun kebijakan, Menetapkan struktur

1 strategi, dan kerangka


manajemen risiko
termasuk limit risiko
2 organisasi termasuk
wewenang dan tanggung
jawab yang jelas di setiap
secara keseluruhan jenjang jabatan terkait
dan per jenis risiko. penerapan manajemen risiko.

3 Mengembangkan
budaya manajemen
risiko di semua
4 Memastikan bahwa
fungsi manajemen risiko
telah diterapkan secara
jenjang organisasi. independen.

Bab 1 - Latar Belakang Manajemen Risiko 21


Organisasi Manajemen Risiko di Bawah Dewan Direksi
Satuan Kerja Lain Terkait
1 Komite Manajemen
Risiko Satuan Kerja
3 Manajemen Risiko (UKMR)
2 Manajemen (SKMR) ▪ Satuan Kerja Operasional
▪ Organisasi tertinggi ▪ Pemimpin SKMR dapat Menjalankan aktivitas bisnis dan
manajemen risiko di setingkat atau tidak setingkat operasional, di luar Satuan Kerja
bank. dengan satuan kerja Manajemen Risiko, Kepatuhan dan
▪ Bertugas membahas dan operasional yang bertanggung Fungsi Pengendalian Internal.
memutuskan segala jawab langsung kepada Dirut ▪ Satuan Kerja Audit Intern
kegiatan terkait atau Direktur yang ditugaskan Menjalankan fungsi pengendalian
manajemen risiko, khusus membidangi internal dan memastikan bahwa
meliputi: kebijakan, manajemen risiko. manajemen risiko telah diterapkan
prosedur, limit, risk
▪ SKMR harus independen sesuai dengan ketentuan.
appetite.
terhadap satuan kerja ▪ Satuan Kerja Kepatuhan (Compliance)
▪ Keanggotaan
operasional (risk taking unit) Mendorong seluruh jajaran organisasi
sekurangnya terdiri atas
dan satuan kerja yang mematuhi kebijakan dan prosedur
mayoritas Direksi dan
melaksanakan fungsi yang ditetapkan oleh manajemen
pejabat eksekutif terkait
pengendalian intern (satuan dan ketentuan eksternal. (PBI, UU).
dan bersifat tetap atau
kerja auditintern/SKAI).
tidak tetap.

Bab 1 - Latar Belakang Manajemen Risiko 22


Pilar 2 Kecukupan Kebijakan, Prosedur, dan Penetapan Limit
Limit Risiko
Kebijakan dan prosedur yang dimiliki oleh bank harus didasarkan pada:
▪ Penetapan limit risiko
mencakup:
Risk Appetite (1) Limit secara keseluruhan
Strategi Manajemen dan Risk Tolerance (portofolio)
(2) Limit per jenis risiko
Risiko Risk Appetite (tingkat risiko yang akan
(3) Limit per aktivitas
diambil): tingkat dan jenis risiko yang
Memastikan eksposur fungsional yang memiliki
bersedia diambil bank dalam mencapai
risiko bank dikelola eksposur risiko
sasaran bank.
secara terkendali sesuai ▪ Besaran limit:
kebijakan, prosedur Risk Tolerance (Toleransi Risiko) (1) Diusulkan oleh SatKer
intern bank serta Tingkat dan jenis risiko maksimum yang Operasional (lini bisnis)
perundang-undangan ditetapkan oleh bank dan merupakan (2) Direkomendasikan oleh
dan ketentuan lain penjabaran dari risk appetite. Satuan Kerja Manajemen
yang berlaku.
Dalam penetapannya perlu Risiko (SKMR)
mempertimbangkan strategi dan tujuan (3) Disetujui oleh Direksi,
bisnis bank serta kemampuan bank Dekom, atau Komite
mengambil risiko (risk bearing capacity). sesuai kewenangan
Bab 1 - Latar Belakang Manajemen Risiko 23
Profil Risiko

Profil risiko adalah gambaran keseluruhan risiko yang melekat pada operasional bank.

❑ Bank perlu menyusun Laporan Profil Risiko. Selain untuk kepentingan pelaporan
kepada BI, juga sebagai bahan supervisi untuk mengendalikan risiko secara efektif.

❑ Di tahun 2011, BI menggabungkan laporan profil risiko menjadi


salah satu komponen penilaian Tingkat Kesehatan Bank (TKB).

❑ Laporan profil risiko memuat laporan tentang tingkat dan tren seluruh eksposur risiko yang
relevan dan sesuai kompleksitas usaha bank termasuk profil risiko dari perusahaan anak.

Bab 1 - Latar Belakang Manajemen Risiko 24


D. Prinsip-Prinsip Tata Kelola Perusahaan bagi Bank

Definisi tata kelola perusahaan bagi bank adalah seperangkat ketentuan yang mengatur
hubungan antara:
▪ Dewan Komisaris dan Dewan Direksi, seluruh pihak yang memiliki kepentingan secara
langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan usaha bank (stockholders), dan
▪ Pemegang saham perusahaan (stockholders).

Berdasarkan: PBI/8/4/PBI/2006 dan Penyempurnaan PBI/8/14/PBI/2006

Keterbukaan Independensi
01 (Transparancy) 04 (Independency)
Prinsip GCG: TARIF Akuntabilitas Kewajaran
02 (Accountability) 05 (Fairness)

Pertanggungjawaban
03 (Responsibility)
Bab 1 - Latar Belakang Manajemen Risiko 25
Bab 2
Risiko Kredit

Bab 2 - Risiko Kredit 26


I Pemahaman
Risiko Kredit IV Proses
Perkreditan

Manajemen
II Jenis-Jenis
Kredit V Kredit
Bermasalah

Proses Perhitungan
III Manajemen
Risiko Kredit VI Kecukupan
Modal

Bab 2 - Risiko Kredit 27


I. Pemahaman Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain
(counterparty) dalam memenuhi kewajiban kepada bank.

❑ Pada pemberian kredit terdapat ❑ Pengukuran risiko kredit dapat dilakukan


kemungkinan debitur tidak dapat dengan pendekatan:
memenuhi kewajibannya yang 1. Individual/transaksional
disebabkan oleh kegagalan bisnis atau ▪ Umumnya untuk kredit komersial
karakter/itikad tidak baik debitur. ▪ Menggunakan internal rating
(rating based)
2. Portofolio
▪ Untuk kredit konsumtif
▪ Menggunakan sistem scoring

Bab 2 - Risiko Kredit 28


Probability Default dihitung dari sistem rating – baik yang berasal
dari sistem internal bank maupun dari lembaga pemeringkat.

Rating
▪ Permasalahan utama adalah ketersediaan
▪ Sistem Credit Risk Rating (Sistem Rating data debitur buruk sebagai bahan analisis
Risiko Kredit) merupakan alat pengukur parameter dan bobot.
klasifikasi kualitas debitur dilihat dari sisi
risiko kredit. ▪ Dalam Internal Rating Based (IRB) model
▪ Rating perkreditan adalah pemeringkatan Basel II, bank diwajibkan memiliki minimal
didasarkan pada analis kualitatif dan delapan peringkat risiko, yang terdiri dari:
kuantitatif.
▪ Hasil akhir proses pemeringkatan adalah ➢ minimal 7 (tujuh) peringkat
peringkat debitur berdasarkan pengolahan debitur non-default
beberapa parameter yang telah diberikan
➢ 1 (satu) peringkat untuk
bobot tertentu.
debitur default

Bab 2 - Risiko Kredit 29


II. Jenis-Jenis Kredit
Kegunaan
Jenis Aktiva Kredit Investasi
Aktiva Tetap, dan Kredit Modal Kerja
Aktiva Lancar Permanen,
dan Aktiva Lancar Fluktuatif
Jangka Waktu
Kredit Jangka Pendek,
Tujuan Kredit Jangka Menengah,
Kredit Produktif dan dan Kredit Jangka Panjang
Kredit Konsumtif
Jenis Valuta
Kredit Valuta Rupiah
Ketersediaan Dana dan Kredit Valuta Asing
Cash Loan dan
Non-cash Loan

Bab 2 - Risiko Kredit 30


A. Kredit Berdasarkan Jenis Aktiva
Pertimbangan utama dalam penentuan struktur kredit adalah
jenis aktiva yang dibiayai.

Aktiva Tetap
▪ Tidak habis dipakai dalam satu siklus produksi.
01 ▪ Investasi jangka panjang yang dibiayai dengan
modal sendiri dan pinjaman jangka panjang.

Aktiva Lancar Permanen


▪ Aktiva lancar yang harus dipelihara agar
02 operasi bisnis berjalan lancar.
▪ Harus dibiayai dengan dana jangka panjang.
Aktiva Lancar Fluktuatif
▪ Aktiva lancar dengan kebutuhan berfluktuasi
03 sesuai perkembangan permintaan.
▪ Dibiayai dengan dana jangka pendek.

Bab 2 - Risiko Kredit 31


Karakteristik Bentuk Pinjaman (Fasilitas Kredit vs Baki Debet – Kredit)
Rp Kredit Angsuran
Fasilitas Kredit > Berjangka Panjang
Pinjaman
Pembelian ▪ Tenor > 5 tahun
Aktiva Tetap ▪ Pencairan kredit sekaligus
▪ Angsuran: Pokok + Bunga
Baki Debet Kredit
Kredit Berjangka
Pinjaman untuk ▪ Tenor 1 tahun dan bisa diperpanjang
Aktiva Lancar ▪ Pencairan kredit sekaligus
Permanen Fasilitas Kredit = Baki Debet Kredit ▪ Angsuran bunga saja
▪ Hutang pokok dilunasi diakhir tenor

Fasilitas Kredit Kredit Rekening Koran


Pinjaman untuk ▪ Tenor 1 tahun dan bisa diperpanjang
Aktiva Lancar ▪ Pemakaian kredit berfluktuasi
Fluktuatif ▪ Angsuran bunga rata-rata kredit terpakai
▪ Hutang pokok dilunasi diakhir tenor
Baki Debet Kredit

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Waktu


Bab 2 - Risiko Kredit 32
Beberapa cara berdasarkan jenis aset
Asset Conversion Asset Protection Cashflow
Lending Lending Lending

Kas Bahan Kas Bahan Kas Kredit


Bahan
Penjualan Baku Penjualan Baku Penjualan
Baku Rp
Siklus 1 Siklus 1 Siklus 2
Produk Produksi Produk Produksi Produk Produksi
0 tahun 15 tahun

▪ Membiayai kebutuhan ▪ Membiayai modal kerja ▪ Membiayai pinjaman


jangka pendek yang permanen jangka panjang. jangka panjang untuk
bersifat musiman. pembelian aktiva tetap/
▪ Pinjaman tidak harus lunas di
▪ Bersifat self liquidating akhir periode. investasi.
base (pinjaman akan ▪ Mengikuti prinsip going ▪ Harus ada jadwal pelunasan
lunas pada akhir concern (bisnis akan terus pokok pinjaman.
periode/siklus). berlangsung). ▪ Pinjaman diharapkan lunas
▪ Contoh: kredit pembelian ▪ Contoh: kredit modal kerja di akhir periode pinjaman.
bahan baku baju muslim untuk membiayai persediaan ▪ Contoh: kredit pembiayaan
saat lebaran. besi pada toko baha bangunan. pabrik.

Bab 2 - Risiko Kredit 33


B. Kredit Berdasarkan Kegunaan
Kredit Modal Kerja

Kredit Investasi ▪ Kredit untuk keperluan modal kerja


operasional perusahaan.
▪ Kredit jangka panjang untuk keperluan
investasi. ▪ Kriteria modal kerja yaitu kebutuhan modal
▪ Kredit untuk pembelian barang-barang yang habis dalam satu siklus usaha.
modal untuk keperluan produksi/usaha. Contoh: kredit ekspor, kredit pembelian
Contoh: kredit pembelian tanah untuk bahan baku, kredit pembiayaan proyek.
perkebunan dan kredit pembangunan
gedung pabrik, kredit pembelian Bank
bus/mobil untuk transportasi.
Pelunasan Kredit
Kas
Rp Kredit
Penjualan Bahan Baku
Siklus 1
0 tahun 15 tahun Produk Produksi

Bab 2 - Risiko Kredit 34


C. Kredit Berdasarkan Tujuan

Kredit Produktif Kredit Konsumtif

▪ Kredit untuk meningkatkan ▪ Kredit untuk konsumsi.


volume usaha atau produksi. ▪ Contoh: kredit pembelian mobil
▪ Kredit investasi dan kredit dan kredit kepada pegawai.
modal kerja merupakan bagian
dari kredit produktif.
▪ Contoh: kredit untuk membuka
usaha salon/restoran.

Bab 2 - Risiko Kredit 35


D. Kredit Berdasarkan Jangka Waktu

01 Kredit Jangka
Pendek 02 Kredit Jangka
Menengah 03 Kredit Jangka
Panjang
▪ Kredit dengan ▪ Kredit dengan jangka ▪ Kredit dengan jangka waktu lebih
jangka waktu waktu antara 1 – 3 dari 3 tahun.
maksimal 1 tahun. tahun. ▪ Pada umumnya merupakan KI,
▪ Contoh: kredit ▪ Contoh: kredit seperti kredit untuk membangun
modal kerja pembelian mobil, pabrik baja.
musiman atau KPR, KMK tertentu. ▪ Selain KI, KMK untuk pembiayaan
kredit insidentil. persediaan dan piutang juga
dapat dipertimbangkan diberikan
KMK permanen dengan jangka
waktu lebih panjang.

Bab 2 - Risiko Kredit 36


E. Kredit Berdasarkan Ketersediaan Dana

Cash Loan
▪ Kredit dengan dana langsung
dicairkan kepada nasabah. Non-cash Loan
▪ Contoh: ▪ Kredit yang tidak langsung
➢ kredit modal kerja ditarik dalam bentuk tunai,
tetapi di dalamnya terkandung
➢ kredit investasi kesanggupan untuk melakukan
➢ kredit konsumsi pembayaran di kemudian hari.
▪ Contoh:
➢ Bank garansi (bid bond,
performance bond)
➢ Fasilitas L/C impor
➢ Fasilitas L/C dalam negeri

Bab 2 - Risiko Kredit 37


F. Kredit Berdasarkan Jenis Valuta

Kredit Valuta Rupiah Kredit Valuta Asing


Pinjaman dalam mata uang rupiah Pinjaman dalam mata uang asing.
(umum digunakan perbankan).

Hal yang perlu diperhatikan dalam pinjaman valas:


▪ Adanya risiko nilai tukar, yaitu potensi kerugian akibat perubahan nilai mata uang
asing terhadap rupiah.
IDR melemah > konversi kredit VA ke IDR meningkat > menjadi risiko apabila agunan
tidak mencukupi
▪ Untuk mitigasi risiko kredit, proceed atau hasil penjualan perusahaan harus
sebagian besar dalam bentuk valuta asing yang sama.

Bab 2 - Risiko Kredit 38


III. Proses Manajemen
Risiko Kredit

A Identifikasi
Risiko Kredit B Pengukuran
Risiko Kredit C Pengelolaan
Risiko Kredit

Bab 2 - Risiko Kredit 39


Pengelolaan Risiko Kredit

Pengelolaan atau mitigasi risiko kredit bertujuan agar risiko kredit tidak melewati
tingkat limit yang sudah ditetapkan sesuai dengan Risk Appetite (Tingkat Risiko) bank.

Penilaian risiko kredit perlu Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis kredit
memperhatikan: ▪ Bersifat proaktif (anticipative), bukan reaktif.
▪ Kondisi keuangan debitur ▪ Mencakup seluruh aktivitas fungsional (operasional).
(kemampuan membayar) ▪ Menggabungkan dan menganalisis informasi risiko
▪ Jaminan/agunan dari seluruh sumber informasi yang tersedia.
▪ Menganalisis probabilitas timbulnya risiko serta
konsekuensinya.

Bab 2 - Risiko Kredit 40


A. Identifikasi Risiko Kredit

Unit Proses Perkreditan


Sumber Risiko Kredit
1. Unit Bisnis
Perkreditan, treasuri, investasi, dan
pembiayaan perdagangan (trade Tugas
finance) baik yang tercatat pada ▪ Mencari calon debitur
banking book maupun trading book. ▪ Melakukan analisis kredit
▪ Menilai untuk membuat keputusan
kredit
Proses Perkreditan 2. Unit Manajemen Risiko Kredit
Empat bagian dalam proses perkreditan SKMR bertugas:
1. Mencari calon nasabah (debitur) Membantu unit bisnis menyediakan
2. Analisis kelayakan kredit dan infrastruktur perkreditan.
membuat keputusan kredit Berkaitan dengan kebijakan, dan
3. Realisasi kredit prosedur perkreditan, sistem
4. Penagihan kewajiban kewenangan memutus perkreditan, tata
cara penarikan perkreditan, dan lain-lain.
Bab 2 - Risiko Kredit 41
B. Pengukuran Risiko Kredit

❑ Diukur dengan mengukur risiko inheren (risiko yang melekat dalam proses perkreditan).
❑ Pengukuran dilakukan dengan menetapkan potensi risiko kerugian.
❑ Potensi risiko kerugian ditetapkan dengan memperhitungkan kemungkinan terjadinya
kegagalan dalam proses kredit lalu menentukan dampak yang dapat ditimbulkan.

▪ Expected Loss (EL) ▪ Unexpected Loss (UL)


Merupakan perkiraan tingkat kerugian rata- Penyimpangan dari EL atau potensi
rata dari pemberian fasilitas kredit. realiasi kerugian melebihi perkiraan EL.
Kemungkinan debitur gagal bayar (Probability Pengukuran risiko kredit dan kecukupan
of Default/PD) yang lebih besar akan modal lebih ditujukan untuk menutup
menimbulkan EL yang lebih besar juga. UL (Unexpected Loss).0
El umumnya sudah di-cover sebagai komponen
penentuan suku bunga kredit (loan pricing).

Bab 2 - Risiko Kredit 42


Kebijakan dan Prosedur Perkreditan
Pedoman kerja yang berisi peraturan dan prosedur
untuk menjamin kegiatan perkreditan.
Asas perkreditan dalam membuat kebijakan kredit ada tiga, yaitu:

1. Asas Likuiditas 2. Asas Solvabilitas 3. Asas Rentabilitas


Memastikan kecukupan Dana yang diperoleh ≈ Dana yang Setiap bisnis bank harus
dana disalurkan ada untung
Bank harus menjaga Bank dapat melakukan penempatan Bank harus memperoleh
tingkat likuiditas dana sesuai dengan kemampuan laba secara optimal
termasuk memenuhi mengumpulkan DPK, dan sejauh sesuai risiko yang diambil.
permintaan penarikan mungkin menghindari risiko
kredit nasabah. kegagalan kredit.

Bab 2 - Risiko Kredit 43


IV. Proses Perkreditan
Pengelompokan unit dalam proses perkreditan

Front End Middle End Back End


▪ Unit bisnis yang bertugas ▪ Umumnya dilakukan oleh Satuan ▪ Unit perkreditan yang
mencari nasabah yang Kerja Manajemen Risiko (SKMR). bertugas menyelesaikan
ditargetkan, melakukan ▪ Menyediakan infrastruktur kredit bermasalah dan
analisis, dan menentukan perkreditan, seperti: kebijakan, penagihan.
persetujuan kredit. prosedur, kewenangan, sistem ▪ Bagian recovery pada
▪ Menjaga debitur yang pemutusan kredit secara bersama unit back end bertugas
sudah ada agar tetap antara unit bisnis dan unit risiko, menentukan langkah
mampu membayar sistem rating dan scoring, analisis penyelamatan dan
kewajibannya. early warning signals. restrukturisasi.
▪ Monitoring, untuk men- ▪ Menjaga portofolio kredit agar ▪ Unit credit operation,
deteksi permasalahan terkendali dari risiko konsentrasi dan melakukan proses
sejak dini. memantau kualitas portofolio kredit. administrasi kredit.

Bab 2 - Risiko Kredit 44


Proses Perkreditan

1. Inisiasi
▪ Target market (upaya 2. Analisis Kredit
pemasaran produk
▪ Faktor internal
kredit menjadi lebih
(faktor inheren 3. Penetapan Suku Bunga
terstruktur dan
debitur Kredit (Loan Pricing)
berpeluang
bersangkutan).
mendapatkan calon ▪ Dilakukan berdasarkan risiko
▪ Faktor eksternal yang
debitur yang (Risk Based Pricing/RBP).
memengaruhi
berkualitas).
kelayakan debitur.
▪ Negative list (daftar
▪ Analisis kinerja
usaha yang pada saat
historis (analisis
tertentu tidak menjadi
keuangan).
prioritas bank).

Bab 2 - Risiko Kredit 45


Analisis Kredit

A Faktor Awal Penilaian


Kelayakan Kredit B Prinsip Analisis
Kelayakan Debitur C Sumber Pelunasan

D Aspek Keuangan E Aspek Yuridis/


Hukum dan
Agunan
F Persetujuan Kredit

Bab 2 - Risiko Kredit 46


A. Faktor Awal Penilaian Kelayakan Kredit

1. Faktor Internal Debitur


▪ Tujuan dan sumber pembiayaan debitur
▪ Kualitas manajemen, pengalaman dan pendidikan
▪ Profil risiko terkini debitur
▪ Aspek legal agunan

2. Faktor Eksternal Debitur


Faktor di luar kendali perusahaan debitur.
3. Kinerja Historis, Analisis Rasio Keuangan Contohnya kondisi ekonomi dan industri
▪ Analisis rasio keuangan tempat calon debitur menjalankan usaha.
▪ Analisis vertikal
▪ Analisis horizontal
▪ Interpretasi analisis kinerja keuangan historis (Analisis
DuPont)
▪ Analisis Porter
Bab 2 - Risiko Kredit 47
1. Analisis Rasio Keuangan
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek
(termasuk bagian dari kewajiban jangka panjang yang telah berubah menjadi kewajiban jangka pendek).

Aktiva Lancar
Current Ratio (%) =  100%
Kewajiban Lancar

CR yang baik > 100%, dengan tren membaik dan sejalan dengan rasio industri.

(Kas + Surat Berharga)


Cash Ratio (%) =  100%
Kewajiban Lancar

(Aktiva Lancar − Persediaan)


Quick Ratio (%) =  100%
Kewajiban Lancar

Semakin besar Cash Ratio dan Quick Ratio, kondisi debitur semakin baik.
Bab 2 - Risiko Kredit 48
b. Rasio Leverage

Rasio leverage menunjukkan sejauh mana perusahaan menggunakan hutang sebagai


sumber modal (dana pihak luar).
Rasio leverage merupakan indikator tingkat keamanan dari bank sebagai kreditur.

Total Kewajiban
DER (%) =  100%
Modal Sendiri

Semakin kecil Debt to Equity Ratio (DER), kondisi perusahaan


semakin baik dengan risiko lebih kecil bagi bank/kreditur.

Bab 2 - Risiko Kredit 49


c. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas menunjukkan kemampuan dan efektivitas manajemen dalam mengelola
sumber-sumber yang dimilikinya.

Persediaan
Perputaran Persediaan (Hari) =  365
Harga Pokok

Piutang Dagang
Perputaran Piutang (Hari) =  365
Penjualan

Penilaian perputaran dilakukan dengan menilai tren, dan perbandingan dengan industri sejenis.
Perputaran yang semakin tinggi (atau jumlah hari lebih kecil) akan semakin baik bagi perusahaan.

Bab 2 - Risiko Kredit 50


d. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mencetak laba.
Untuk pemegang saham, menunjukkan tingkat penghasilan dalam berinvestasi.

Net Profit
Net Profit Margin (%) =  100%
Sales

Laba Kotor
Gross Profit Margin (%) =  100%
Sales

Net Profit After Tax


Return On Asset (%) =  100%
Total Assets

Operating Profit
Operating Profit Margin (%) =  100%
Sales

Penilaian rasio profitabilitas dilakukan dengan melihat tren dan perbandingan dengan
industri sejenis.
Semakin besar rasio profitabilitas, maka kondisi perusahaan semakin baik.
Bab 2 - Risiko Kredit 51
2. Analisis Vertikal 3. Analisis Horizontal
▪ Analisis vertikal merupakan common ▪ Dilakukan dengan membandingkan
size analysis. pos-pos laporan keuangan untuk
▪ Analisis laporan keuangan dalam satu dua periode atau lebih.
periode tertentu dengan cara ▪ Tujuannya untuk mengetahui
membandingkan pos yang satu dengan perubahan dan tren dari waktu ke
pos yang lainnya. waktu maupun perkembangan
▪ Perbandingan dilakukan dengan masing-masing pos selama jangka
menggunakan persentase, di mana waktu tertentu.
salah satu pos ditetapkan sebagai
patokan 100%.

Bab 2 - Risiko Kredit 52


4. Interpretasi Analisis Kinerja Keuangan Historis (Analisis DuPont)

Analisis DuPont merupakan pendekatan untuk menguraikan rasio pengembalian


ekuitas (Return on Equity/ROE) menjadi sejumlah parameter rasio-rasio lainnya.

▪ Untuk menyimpulkan kondisi keuangan historis dan menilai bagaimana calon debitur
merencanakan upaya perbaikan rasio keuangan yang kurang baik dapat menggunakan
Analisis DuPont.
▪ Analisis DuPont melihat rasio ROE selama 2 periode dan melakukan analisis untuk melihat
permasalahan debitur serta menilai strategi debitur mengatasi permasalahan tersebut.

Bab 2 - Risiko Kredit 53


5. Analisis Pemasaran (Analisis Porter)
▪ Analisis Porter bertujuan untuk menganalisis ▪ Hasil analisis pemasaran adalah
kemampuan perusahaan dalam memperoleh pangsa berapa volume dan harga penjualan
pasar (market share), volume penjualan, dan harga jual, sebagai dasar penentuan asumsi
dengan mempertimbangkan struktur industri dan kondisi pada analisis keuangan.
persaingan sebagai berikut.

TINGKAT KOMPETISI AKTUAL KEKUATAN TAWAR-


DAN POTENSIAL MENAWAR PASAR INPUT
PERSAINGAN ANTAR DAN OUTPUT
CALON
PERUSAHAAN YANG ADA
DEBITUR KEKUATAN TAWAR-
ANCAMAN MENAWAR PEMBELI
PENDATANG BARU
KEKUATAN TAWAR-
ANCAMAN DARI MENAWAR PEMASOK
PRODUK SUBSTITUSI

Bab 2 - Risiko Kredit 54


B. Prinsip Analisis Kelayakan Debitur
Untuk kredit konsumer, kartu kredit dan kredit mikro,
pengambilan keputusan cukup menggunakan rating/scoring.

Pendekatan 5C

Character
Menilai karakter debitur Condition
Menilai kondisi ekonomi
Capacity
Menilai kapasitas debitur membayar kewajiban
Collateral
Menilai ketersediaan agunan
Capital
Menilai modal debitur

Bab 2 - Risiko Kredit 55


C. Sumber Pelunasan
▪ Sumber pelunasan kredit yang utama
adalah arus kas (cash flow) dari D. Aspek Keuangan
aktivitas usaha. Melihat apakah rencana penghasilan
▪ Bank berkepentingan melihat adanya arus kas cukup untuk menutup biaya
sumber pelunasan lain sebagai investasi dan modal kerja.
sumber kedua pelunasan utama.
▪ Sumber pelunasan lain: refinancing
dan likuiditas usaha.

E. Aspek Yuridis/Hukum dan Agunan


▪ Aspek Hukum
Melakukan penilaian legalitas usaha.
▪ Aspek Agunan
Agunan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu agunan tidak bergerak dan agunan bergerak.

Bab 2 - Risiko Kredit 56


Agunan Tidak Bergerak dan Agunan Bergerak
2. Agunan Bergerak
1. Agunan Tidak Bergerak Gadai
Hak Tanggungan (HT) Hak kreditur atas benda-benda bergerak yang
diserahkan debitur, termasuk surat-surat berharga.
▪ Unsur pokok HT: hak jaminan untuk pelunasan
utang. Fidusia
▪ Objek HT adalah hak atas tanah sesuai UU ▪ Bentuk lain berupa hak jaminan atas benda
Pokok Agraria (UUPA), yang berstatus HM, bergerak, selain gadai, baik berwujud maupun
SHGU, SHGB atau hak pakai atas tanah negara. tidak berwujud dan tidak bergerak yang tidak
▪ Dapat dibebankan atas tanah saja atau berikut dibebani hak tanggungan.
benda yang satu kesatuan dengan tanah ▪ Sertifikat fidusia dikeluarkan oleh notaris,
tersebut. kemudian didaftarkan ke kanwil, Depkumham
Hipotik setempat.
Hak kebendaan atas benda-benda tak bergerak, Cessie Piutang
untuk dijadikan sebagai pengganti pelunasan
Digunakan untuk memperjanjikan pengalihan
suatu perikatan (PK), seperti: kapal laut dengan
bobot > 20 m3, terdaftar di Syahbandar. piutang/tagihan yang dijadikan jaminan kredit.

Bab 2 - Risiko Kredit 57


Persetujuan Kredit
Jika permohonan kredit diterima, bank mempersiapkan perjanjian kredit dengan nasabah.

Penetapan Suku Bunga Kredit (Loan Pricing)


Suku bunga kredit ditetapkan berdasarkan Risk Based Pricing (RBP).
Penetapan suku bunga kredit atas dasar Risk Based Pricing
mempertimbangkan:
1.Biaya dana masyarakat
2.Biaya premi risiko → Expected Loss
3.Biaya regulasi (Giro Wajib Minimum/GWM)
4.Biaya overhead (untuk peng-himpunan dana dan proses kredit)
5.Biaya modal
6.Margin keuntungan bank

Bab 2 - Risiko Kredit 58


Berdasarkan ketentuan tarif yang diberikan, suku bunga kredit yang diberikan kepada
nasabah dibedakan menjadi dua, yaitu:

Fixed Rates Floating Rates


(Bunga Tetap) (Bunga Mengambang)
▪ Suku bunga tetap hingga kredit lunas. ▪ Suku bunga mengambang sesuai
▪ Mengandung risiko suku bunga. fluktuasi biaya dana (referensi).
Jika suku bunga pasar naik → Contoh: JIBOR, SIBOR, atau
biaya bunga dana bank meningkat LIBOR + margin.
sedangkan pendapatan dari bunga ▪ Mengalihkan risiko suku bunga
kredit tetap → pendapatan bunga kepada debitur. Namun,
bersih bank turun. meningkatkan risiko kredit.
▪ Bank mengambil alih risiko suku ▪ Suku bunga kredit naik → biaya
bunga dari debitur sehingga pinjaman debitur meningkat. Jika
umumnya bunga Fixed Rate > tidak disertai peningkatan cashflow
Floating Rate. operasional → kemampuan
membayar terganggu.

Bab 2 - Risiko Kredit 59


V. Manajemen Kredit Bermasalah
A. Penggolongan Kualitas Pembiayaan
Menurut PBI No. 13/13/PBI/2011, Penetapan kolektibilitas kredit
penilaian kualitas pembiyaan 1. Prospek usaha (potensi pertumbuhan usaha,
digolongkan menjadi lima, yaitu: kondisi pasar, kualitas manajemen, dan lain-lain).
1. Lancar 2. Kinerja nasabah (perolehan laba, struktur modal,
2. Dalam perhatian khusus arus kas, dan lain-lain).
3. Kurang lancar 3. Kemampuan membayar (ketepatan pembayaran
4. Diragukan pokok dan bunga, keakuratan informasi keuangan,
5. Macet dan kepatuhan perjanjian pembiayaan).

Bab 2 - Risiko Kredit 60


B. Penyebab Kegagalan

1. Self dealing, adanya kepentingan pribadi 6. Lambat mengambil tindakan likuidasi


atas karena keterlibatan pegawai bank sesuai perjanjian.
dalam usaha yang akan dibiayai. 7. Menggampangkan permasalahan
2. Anxiety for income, haus akan laba tetapi yang terjadi.
kurang mengupayakan sumber 8. Tidak terdapat pengawasan kredit
pengembalian (dhi. arus kas). yang konsisten.
3. Kompromi terhadap prinsip yang sehat. 9. Kurang memiliki kemampuan teknis.
4. Tidak tersedia kebijakan/prosedur kredit 10. Ketidakmampuan melakukan seleksi
yang memenuhi syarat. atas risiko yang melampaui batas.
5. Informasi kredit untuk pengambilan 11. Tekanan persaingan usaha.
keputusan tidak lengkap.

Bab 2 - Risiko Kredit 61


C. Penagihan (Collection)
Peran petugas penagihan (collector) sangat penting dalam
menentukan tingkat keberhasilan penagihan kredit bermasalah.

Beberapa hal yang harus dipenuhi oleh petugas penagihan.

1. Memahami peran dan fungsinya. 4. Menggunakan strategi penagihan


2. Mengetahui proses penagihan. sesuai kondisi debitur.
3. Mengetahui posisi bagian penagihan 5. Mempelajari cara komunikasi
terhadap keseluruhan bisnis. selama penagihan.
6. Mengenal berbagai laporan yang
digunakan.

Bab 2 - Risiko Kredit 62


D. Penanganan Kredit Bermasalah

4. Kombinasi
1. Rescheduling
Kombinasi dari rescheduling,
Memperpanjang jangka
reconditioning, dan restructuring.
waktu kredit atau jangka
waktu angsuran. 2. Reconditioning
5. Penyitaan Jaminan
Mengubah beberapa
syarat perkreditan, antara lain: Jalan terakhir apabila nasabah
kapitalisasi bunga, penundaan tidak memiliki itikad baik atau
bayar bunga, penurunan suku benar-benar tidak mampu
bunga, atau pembebasan bunga. memenuhi kewajibannya.

3. Restructuring Alternatif penyelamatan


Menambah modal nasabah dengan yang dipilih yang
pertimbangan nasabah memang membutuhkan memberikan kerugian
tambahan dana dan usaha masih layak. minimal bagi bank.

Bab 2 - Risiko Kredit 63


VI. Perhitungan Kecukupan Modal

Pendekatan dalam menghitung kebutuhan modal untuk Pendekatan IRB mengukur risiko
menutup risiko kredit menurut Basel II dan Bank Indonesia. berdasarkan internal rating yang
telah dimiliki oleh bank.

A Standardized Approach
(Pendekatan Standar) Jika bank memilih menggunakan
pendekatan IRB, maka:

B Internal Rating Based (IRB)


Approach (Pendekatan Internal)
▪ Bank harus memenuhi
beberapa persyaratan
minimum
1. Foundation – Internal Rating Based Approach (F-IRB) ▪ Memperoleh persetujuan
2. Advanced – Internal Rating Based Approach (A-IRB) dari BI selaku pengawas

Bab 2 - Risiko Kredit 64


A. Standardized Approach (Pendekatan Standar)
Kebutuhan Modal
Pada Pendekatan Standar, peringkat kredit
ditetapkan oleh Lembaga Pemeringkat ▪ Untuk menentukan ATMR-SA, aset bank
Eksternal yang diakui Bank Indonesia. dibagi dalam kategori aset tertentu dengan
bobot risiko sesuai tingkat risikonya.
▪ Pada pendekatan ini rating counterparty
Peringkat kredit digunakan dalam
akan menentukan besarnya bobot risiko.
menetapkan bobot risiko untuk tujuan
kecukupan modal. Kebutuhan Modal = Min 8% × ATMR

ATMR-SA
▪ Tagihan bersih eksposur aset dalam neraca =
(Nilai tercatat aset + Tagihan bunga yang belum diterima jika ada) – CKPN
▪ Tagihan bersih eksposur rekening administratif =
(Nilai kewajiban komitmen atau kontinjensi – PPA khusus) × FKK*
*FKK: Faktor Konversi Kredit
ATMR-SA = Tagihan Bersih × Bobot Risiko
Bab 2 - Risiko Kredit 65
B. Internal Rating Based Approach
Parameter

Probability of Default (PD)


▪ Besarnya kemungkinan debitur tidak
mampu mengembalikan kewajibannya Loss Given Default (LGD)
baik pokok maupun bunga.
▪ Estimasi potensi kerugian bank jika
▪ PD merupakan estimasi ke depan dan terjadi wanprestasi.
biasanya time horizon 1 tahun. ▪ LGD = (1 – recovery rate),
di mana recovery rate adalah tingkat
pengembalian pinjaman.
Exposure at Default (EAD)
Estimasi besarnya eksposur kredit
pada saat terjadi wanprestasi. Effective Maturity (M)
▪ Sisa jangka waktu kredit/instrumen kredit.
▪ Diterapkan hanya untuk tagihan kepada
peme-rintah, korporasi, dan bank.

Bab 2 - Risiko Kredit 66


IRB Approach terbagi menjadi dua yaitu: Foundation IRB dan Advanced IRB

Perbedaan antara Foundation IRB dan Advanced IRB

Komponen Risiko F-IRB A-IRB


PD (Probability of Default) Internal Bank Internal Bank
LGD (Loss Given Default) Supervisor (BI) Internal Bank
EAD (Exposure at Default) Supervisor (BI) Internal Bank
Data yang dibutuhkan 5 tahun 7 tahun

Perhitungan kebutuhan modal menggunakan formula yang ditetapkan oleh BCBS atau regulator (BI).

Bab 2 - Risiko Kredit 67


Bab 3
Risiko Pasar

Bab 3 - Risiko Pasar 68


I Pemahaman
Risiko Pasar III Trading
Book

II Manajemen
Risiko Pasar IV Banking
Book

Bab 3 - Risiko Pasar 69


I. Pemahaman Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko perubahan harga pasar pada posisi portofolio dan rekening
administratif, termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan dari
kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option.

Risiko pasar dapat terjadi apabila:


▪ Bank membeli obligasi negara dengan kupon tetap, di mana
harga pasar dapat turun apabila suku bunga pasar meningkat.
▪ Bank membeli valuta USD di mana nilai dalam valuta rupiah
akan menguat apabila nilai tukar USD melemah.

Bab 3 - Risiko Pasar 70


Jenis Risiko Pasar (Risiko Pasar Umum/General Market Risk)

Risiko Nilai Tukar


01 Risiko Suku Bunga
(Interest Rate Risk) 02 (Foreign Exchange Risk)
Potensi kerugian yang timbul akibat Potensi kerugian akibat terjadi fluktuasi nilai
pergerakan suku bunga di pasar yang tukar. Biasanya timbul akibat bank memiliki posisi
berlawanan dengan posisi atau transaksi terbuka valuta asing dan terjadi perubahan nilai
bank yang mengandung risiko suku bunga. tukar yang menyebabkan nilai yang dinyatakan
dalam valuta domestik menjadi turun.

04 Risiko
Komoditas 03 Risiko Ekuitas atau Saham
(Equity Risk)
Potensi kerugian akibat fluktuasi harga Potensi kerugian akibat fluktuasi harga saham di
komoditas. Risiko dapat terjadi pada pasar. Risiko ekuitas dapat terjadi karena adanya
posisi komoditas termasuk posisi perubahan harga saham atas portofolio saham
derivatives komoditas. yang dimiliki bank (misalnya anak perusahaan
bank yang bergerak di bidang sekuritas).

Bab 3 - Risiko Pasar 71


Dalam kaitan dengan pengelolaan risiko pasar, portofolio bank dikelompokkan menjadi:

Trading Book Banking Book


Trading book adalah seluruh posisi perdagangan Banking book adalah posisi atau
bank (Proprietary Position) pada instrumen portofolio bank yang tidak termasuk
keuangan dalam neraca (On Balance Sheet) dan trading book. Misalnya, posisi kredit
atau rekening administratif (Off Balance Sheet) dan posisi dana pihak ketiga.
serta transaksi derivatif. Laba/rugi dari perubahan valuasi
Transaksi tersebut dimaksudkan untuk dimiliki (Mark to Market) akan masuk ke
dan dijual kembali guna memperoleh modal (ekuitas).
keuntungan dalam jangka pendek dari
perubahan harga.

Bab 3 - Risiko Pasar 72


II. Manajemen Risiko Pasar
A. Posisi yang Diperhitungkan dalam Risiko Pasar

1. Jika bank melakukan pembelian untuk dijual kembali


dalam jangka pendek dengan menikmati keuntungan
kenaikan surat berharga, maka posisi pembelian surat
berharga dilakukan pada akun Trading atau Trading Book.

2. Jika bank melakukan pembelian untuk dijual


kembali saat bank membutuhkan tambahan
likuiditas, maka posisi pembelian surat berharga
dilakukan pada akun Available for Sale (AFS).

3. Jika bank melakukan pembelian dengan niat untuk disimpan


sampai jatuh tempo dengan menikmati kupon atau bunga
dari surat berharga, maka posisi pembelian surat berharga
dilakukan pada akun Held to Maturity (HTM).

Bab 3 - Risiko Pasar 73


Terhadap posisi trading book dilakukan Marked to Market (MtM) atau penentuan harga pasar
setiap hari sehingga diperoleh laba atau rugi, selanjutnya dibukukan langsung pada rugi laba bank.
Bank yang memiliki portofolio trading book yang besar, laba/rugi akan berfluktuasi akibat proses
Marked to Market.

Perbedaan Trading Book vs Banking Book

Selisih MtM
Trading Tujuan: Jangka Waktu
Langsung
Book Profit < 90 Hari
ke L/R

Tujuan: Selisih MtM


Banking Jangka Waktu
Likuiditas (AFS) atau ke Ekuitas
Book > 90 Hari
Investasi (HTM) (khusus AFS saja)

Bab 3 - Risiko Pasar 74


B. Cakupan Portofolio
Bagi bank yang tidak mempunyai anak perusahaan yang bergerak
di bidang sekuritas dan komoditi, maka cakupan portofolio untuk
pengukuran risiko pasar dalam rangka kecukupan modal.

Risiko Suku Bunga Risiko Nilai Tukar

Trading Book Trading Book

Banking Book

Bab 3 - Risiko Pasar 75


VALUASI HARIAN

❑ Mark to Model atau menggunakan suatu model


❑ Mark to market dilakukan secara harian atas
yang dapat mencerminkan harga pasar. Mark to
Portfolio trading dan berdampak secara
Model dilakukan apabila data harga pasar suatu
langsung terhadap perubahan laba rugi.
instrumen tidak tersedia.
▪ Bank menggunakan harga pasar yang ▪ Mark to Model menggunakan suatu
reliable dan waktu valuasi yang model/rumus yang dapat mencerminkan
konsisten. harga pasar.
▪ Mark to Model dilakukan apabila data harga
pasar suatu instrumen tidak tersedia/tidak
sesuai (diambil dari harga pasar terakhir
kemudian diubah ke Nilai Tunai (Net Present
Value).

Bab 3 - Risiko Pasar 76


Pembagian fungsi untuk menghindari benturan kepentingan

Unit operasional Middle Office adalah Bagian administrasi


(Front Office) tresuri unit manajemen risiko atau Back Office yang
umumnya yang yang independent yang melaksanakan per-
memiliki portofolio menentukan metode hitungan Mark to
trading book. perhitungan nilai pasar Market harian.
(Mark to Market).

Bab 3 - Risiko Pasar 77


III. Trading Book
Posisi trading book Contoh portofolio trading book
▪ Kegiatan perantaraan (brokering), ▪ Membeli surat utang (bond) dengan tujuan
▪ Pembentukan pasar (market making), dijual kembali dalam jangka pendek.
▪ Transaksi lindung nilai (hedging) atas ▪ Transaksi jual dan beli valuta asing, baik
portofolio bank lainnya yang yang bersifat simple (plain vanilla) maupun
diklasifikasikan sebagai trading book. dalam bentuk derivatif.

Bab 3 - Risiko Pasar 78


A. Kategori Trading Book

Instrumen Tunai Produk Derivatif

Surat Berharga Jangka Pendek Derivatif Terkait Valas


Currency Forward
SBI
Currency Swap
FASBI/Term Deposit
Repo Currency Option
Reverse Repo Derivatif Terkait Suku Bunga
FTO/OPT FRA
SBN
IR Swap
SPN
IR Option
Surat Berharga Jangka Panjang Derivatif Terkait Surat Berharga
Surat Berharga Pemerintah Bond Option
Surat Berharga Korporasi
Bab 3 - Risiko Pasar 79
Instrumen Tunai
1. Surat Berharga Jangka Pendek
a. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Surat berharga (IDR) yang diterbitkan oleh BI
sebagai pengakuan utang dengan jangka waktu
pendek (1 bulan s.d. 12 bulan).

b. Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (FASBI) →


Term Deposit di BI
Penempatan dana ke BI dengan jangka waktu sesuai
yang ditetapkan oleh BI (1 hari s.d. 12 bulan).

c. Repurchase Agreement (Repo) SBI dan Surat


Bendahara Negara (SBN)
Penjualan Surat Berharga (SBI dan SBN) dengan
kewajiban pembelian kembali sesuai dengan harga
dan jangka waktu yang disepakati.
Bab 3 - Risiko Pasar 80
d. Reverse Repo SBI/SBN f. Surat Berharga Negara (SBN)
Pembelian Surat Berharga (SBI dan SBN) dengan kewajiban Surat Berharga Negara, dengan jangka
melakukan penjualan kembali sesuai dengan harga dan waktu umumnya di atas 1 tahun, yang
jangka waktu yang disepakati. terdiri dari SUN (Dalam dan Luar Negeri)
e. Fine Tune Operation (FTO) dan SBSN (Syariah).
Transaksi dalam rangka Operasi Pasar Terbuka (OPT) yang g. Surat Perbendaharaan Negara (SPN)
dilakukan BI untuk mengelola likuiditas perbankan jangka Surat Utang Negara yang berjangka waktu
pendek pada waktu, jumlah dan harga transaksi yang sampai dengan dua belas bulan dengan
ditetapkan oleh Bank lndonesia. pembayaran bunga secara diskonto.
FTO terdiri atas:
▪ Fine Tune Ekspansi (FTE) → OPT Injeksi Likuiditas (di
Pasiva) dalam rangka penambahan likuiditas perbankan
▪ Fine Tune Kontraksi (FTK): → OPT Absorbsi Likuiditas (di
Aktiva) dalam rangka penyerapan likuiditas perbankan

Bab 3 - Risiko Pasar 81


2. Surat Berharga Jangka Panjang

Surat Berharga Jangka Panjang (Sekuritas) adalah surat pengakuan hutang,


wesel, obligasi, sekuritas kredit, dan setiap derivatif terkait, atau suatu
kewajiban dari penerbit dalam bentuk yang lazim diperdagangkan
di pasar modal dan pasar uang.

Jenis Surat Berharga


a. Surat Berharga Pemerintah b. Surat Berharga Korporasi
Surat berharga yang diterbitkan oleh Surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan
pemerintah. Misalnya, SBN, SUN, U.S. termasuk bank, baik milik pemerintah maupun
treasury, dan lain-lain. swasta di dalam maupun luar negeri.

Bab 3 - Risiko Pasar 82


Produk Derivatif

Produk derivatif merupakan suatu produk yang nilai atau


harganya dikembangkan (develop) dari produk atau transaksi
yang mendasari (underlying transactions).

Transaksi derivatif adalah suatu Jenis-jenis transaksi derivatif berdasarkan


kontrak atau perjanjian pembayaran underlying-nya, yaitu: transaksi derivatif
di mana nilai dari transaksi derivatif terkait nilai tukar valuta asing, nilai suku
tersebut merupakan turunan dari bunga, nilai surat berharga, nilai ekuitas,
nilai instrumen yang mendasari, dan nilai komoditas.
seperti: suku bunga, nilai tukar,
komoditas, ekuitas, dan indeks.

Bab 3 - Risiko Pasar 83


1. Produk Derivatif Terkait Nilai
b. Currency Swap (FX Swap)
Tukar Valuta Asing
Sepasang kontrak pembelian (pada VD1) dan
penjualan (pada VD2) atau sepasang kontrak
a. Currency Forward (FX Outright) penjualan (pada VD1) dan pembelian (pada
Kontrak pembelian atau penjualan VD2) valas terhadap rupiah dengan kurs yang
valuta asing terhadap rupiah atau telah ditentukan pada tanggal kontrak dibuat
valuta asing lainnya pada tanggal valuta (tanggal transaksi) → seperti transaksi gadai,
di masa yang akan datang (> 2 hari kerja repo, atau reverse repo.
ke depan) dengan kurs yang telah • VD = Value Date (tanggal penyelesaian kontrak)
ditentukan pada tanggal kontrak. • VD1 jatuh temponya lebih awal dari VD2

c. Currency Option (FX Option)


Kontrak berisi hak untuk membeli (call option) atau hak untuk menjual (put option) sejumlah
valuta asing tertentu terhadap rupiah atau valuta asing lainnya pada kurs yang telah
ditentukan (strike price) untuk suatu periode tertentu (expiration date), dimana pembeli
option akan membayar sejumlah premi tertentu kepada penjual option → seperti produk
asuransi.
Bab 3 - Risiko Pasar 84
2. Produk Derivatif Terkait Suku Bunga

a. Forward Rate Agreement (FRA)


Suatu kontrak antara dua pihak untuk b. Interest Rate Swap (IRS & CCS)
menetapkan suatu suku bunga di masa Kontrak pertukaran sepasang
depan pada tingkat yang telah pembayaran suku bunga yang
ditentukan untuk jangka waktu yang memiliki karakteristik berbeda.
sudah disepakati lebih dulu. Perbedaan karakteristik tersebut,
yaitu sifat suku bunga (fixed and
floating) atau index/benchmark yang
c. Interest Rate Option digunakan. Kontrak IRS tidak
melakukan penyerahan pokok, nilai
Kontrak yang memberikan
pokok hanya sebagai patokan notional
perlindungan kepada pembeli dari
amount untuk menghitung berapa
kenaikan/penurunan suku bunga pada
besarnya angsuran/cashflow selama
level tertentu (interest rate cap/floor)
periode IRS tersebut.
dengan membayar fee. Kontrak ini tidak
melakukan penyerahan pokok valuta.

Bab 3 - Risiko Pasar 85


3. Produk Derivatif Terkait Surat Berharga

Bond Option (Callable & Puttable)


Kontrak yang berisi hak untuk membeli (callable) atau hak untuk
menjual (puttable) surat berharga pada harga yang telah ditentukan
(strike price) untuk suatu periode tertentu, di mana pembeli option
akan membayar sejumlah premi tertentu kepada penjual option.

Bab 3 - Risiko Pasar 86


B. Komponen Risiko Pasar Trading Book

1 Risiko Spesifik
(Specific Risk) 2 Risiko Pasar secara Umum
(General Market Risk)

Risiko perubahan nilai pasar Risiko terjadinya potensi kerugian


sekuritas akibat faktor risiko secara umum akibat perubahan variabel
kredit penerbit (issuer) sekuritas. pasar sehingga meme-ngaruhi harga
pasar kelompok instrumen yang terkait.
Contoh:
Faktor pasar yang menyebabkan harga
Harga sekuritas turun akibat pasar sekuritas turun misal-nya tingkat
memburuknya kinerja penerbit bunga atau yield pada kelompok jenis
surat berharga. Dampak instrumen tertentu.
penurunan harga hanya terjadi
Contoh:
pada sekuritas tersebut dan
tidak memberikan dampak pada Kenaikan suku bunga SBI atau BI rate
harga sekuritas secara umum. dapat menyebabkan harga pasar surat
berharga (bond) turun.

Bab 3 - Risiko Pasar 87


C. Pengukuran Trading Book
1. Valuasi Nilai Pasar

Pengukuran risiko pasar dimulai dengan menghitung besarnya


eksposur masing-masing instrumen pada portofolio, yaitu dengan
melakukan proses valuasi.

Agar proses valuasi dilakukan secara konsisten: Mengukur risiko pasar portofolio
▪ Bank menggunakan harga pasar yang reliable ▪ Mengukur risiko pasar masing-masing
dan waktu valuasi yang konsisten. instrumen.
▪ Mark to Model atau menggunakan suatu ▪ Menentukan risiko portofolio dengan
model yang dapat mencerminkan harga pasar. memperhitungkan korelasi berbagai
Mark to Model dilakukan apabila data harga faktor pasar.
pasar suatu instrumen tidak tersedia.

Bab 3 - Risiko Pasar 88


2. Volatilitas Faktor Pasar 4. Stress Testing
▪ Salah satu faktor yang memengaruhi nilai aset ▪ Tujuannya untuk menangkap potensi risiko yang
yang pada gilirannya menimbulkan potensi tidak dapat diberikan oleh VaR.
kerugian akibat risiko pasar. ▪ Mengidentifikasi kejadian ekstrem atau pengaruh
▪ Pengukuran volatilitas menggunakan distribusi yang berdampak besar terhadap portofolio
statistik, standar deviasi, dan confidence level. trading book yang terekspos perubahan variabel
pasar pada saat kondisi tidak normal.
▪ Mengevaluasi kemampuan bank untuk menutup
3. Value at Risk (VaR) kerugian besar yang diakibatkan kejadian atau
▪ VaR adalah perkiraan besarnya kerugian (dalam pengaruh yang dapat menimbulkan
angka) portofolio bank akibat perubahan faktor tekanan pasar tersebut.
pasar pada periode waktu tertentu dan dengan ▪ Mengidentifikasi langkah-langkah yang
tingkat confidence level atau probability tertentu. harus dilakukan untuk memitigasi risiko
▪ VaR mengukur risiko dengan menggunakan model dan memelihara kecukupan modal.
statistik, agar dapat menangkap volatilitas aset Frekuensi Stress Testing
dalam portofolio bank. ▪ Secara periodik/konsisten (triwulan)
▪ VaR dinyatakan dalam nilai absolut atau ▪ Setiap saat ketika kondisi pasar tidak normal.
persentase nilai pasar. Contoh: VaR sebesar
Rp10 miliar atau VaR sebesar 2,5% dari portofolio.
Bab 3 - Risiko Pasar 89
Kerangka Stress Testing

▪ Kriteria stress testing ditetapkan berdasarkan faktor yang dapat menimbulkan kerugian
luar biasa atau yang menyebabkan pengendalian risikonya sulit dilakukan.
▪ Kriteria yang digunakan adalah peristiwa yang jarang terjadi (low probability events) terkait
berbagai jenis risiko utama termasuk risiko pasar, risiko kredit, dan risiko operasional, yang
memberikan dampak signifikan pada posisi portofolio.
▪ Penilaian dampak untuk seluruh posisi, baik yang karakteristik harganya bersifat linear
maupun non-linear (yaitu posisi option dan posisi lain dengan karakteristik seperti option).
▪ Risiko pasar juga memperhitungkan aspek likuiditas pasar saat gangguan pasar (market
disturbance) terjadi.
▪ Contoh: bank mungkin tidak dapat menjual beberapa posisi trading dengan cepat dalam
kondisi krisis dan nilai dari posisi tersebut mungkin sangat berfluktuasi.

Bab 3 - Risiko Pasar 90


Skenario Stress Testing
Skenario bersumber dari internal bank.

1. Skenario Hipotetis 2. Skenario Historis


(Hypothetical Scenario) Simulasi berdasarkan pergerakan tingkat
Simulasi berdasarkan pergerakan tingkat suku bunga dan nilai tukar historis yang
suku bunga yang berpengaruh signifikan berdampak signifikan pada portofolio
terhadap portofolio bank. Contoh: krisis bank. Contoh: jatuhnya pasar saham
perubahan harga minyak, krisis politik, tahun 1987, jatuhnya pasar obligasi tahun
dan perubahan kondisi ekonomi pada 1994, dan krisis pasar keuangan di Asia
emerging market. tahun 1997 dan 1998.

3. Skenario Bersumber dari Regulator


Berupa sensitivity test yaitu menghitung potensi risiko kerugian (atau keuntungan) yang
diakibatkan perubahan faktor pasar terhadap portofolio yang dimiliki bank (volatility dan/atau
korelasi). Skenario pengujian sensitivity test ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Bab 3 - Risiko Pasar 91


91
Pengendalian Risiko Pasar Limit Kerugian
a. Menentukan Limit ▪ Limit kerugian dibuat untuk membatasi kerugian
Limit VaR akibat aktivitas trading.
▪ Limit VaR dapat dijadikan limit nominal ▪ Limit kerugian dapat dibagi dalam limit kerugian
dengan membagi limit VaR dengan volatilitas harian, limit kerugian bulanan, dan limit kerugian
yang berlaku saat itu. tahunan.
▪ Limit VaR tetap sesuai toleransi risiko bank. ▪ Apabila terjadi pelampauan atas limit kerugian
tersebut, maka dealer yang bersangkutan tidak
Limit Dealer diperbolehkan melakukan aktivitas trading
▪ Dealer harus memperhatikan limit yang (grounded) untuk periode tertentu dan pengelolaan
ditetapkan antara lain Intraday Net Open portofolio atas dealer yang akan diambil alih oleh
Position limit dan Net Open Position limit. pejabat satu tingkat di atasnya.
▪ Limit dealer ditentukan agar bank dapat
mengendalikan risiko kerugian yang dapat Limit Cut Loss
dialami oleh dealer. ▪ Cut Loss Limit adalah kerugian maksimum yang dapat
▪ Limit dealer ditetapkan dengan diterima bankuntuk setiap posisi terbuka yang
memperhatikan pengalaman dealer dalam dimiliki dalam kategori Trading Book (unrealized loss).
melakukan aktivitas trading, skill yang ▪ Cut Loss Limit merupakan early warning signal yang
dimiliki, dan toleransi risiko bank.
menunjukkanbank telah menderita kerugian
▪ Limit dealer dikaitkan dengan target laba melampaui batas yang dapat diterima.
yang dibebankan pada dealer.
Bab 3 - Risiko Pasar 92
D. Perhitungan Beban Modal (Capital Charge)
Bank wajib menyediakan modal dalam jumlah tertentu untuk menutup risiko pasar
atas portofolio yang dimiliki. Kecukupan modal bank (minimum 8%) merupakan
persyaratan utama yang harus dipenuhi bank dalam menjalankan aktivitas bisnis.

Bank dalam menghitung kecukupan modal tersebut


dapat mempergunakan metode Standard Approach
atau Internal Model Approach.

Bab 3 - Risiko Pasar 93


1. Standard Approach (SA)

▪ Pendekatan pengukuran risiko pasar dan perhitungan kecukupan modal yang dibuat secara
standar untuk seluruh bank dan ditetapkan oleh Bank Indonesia.
▪ Pendekatan yang lebih sederhana dalam pengukuran modal untuk menutup risiko pasar adalah
Pendekatan Standar (sesuai PBI No. 5/23/PBI/2003 yang diubah menjadi PBI No. 9/13/PBI/2007).
▪ Selain sederhana, standardisasi tersebut dapat mengurangi beban pelaporan dan memberikan
acuan bagi pengawas dalam melakukan verifikasi.
▪ Perhitungan risiko pasar dengan menggunakan Standard Approach berlaku sejak tahun 2003.

Bab 3 - Risiko Pasar 94


Perhitungan Beban Modal
Perhitungan beban modal, meliputi: beban modal risiko nilai tukar dan risiko suku bunga (bank),
ditambah dengan risiko ekuitas dan risiko komoditas untuk perusahaan anak sekuritas.
Khusus untuk risiko suku bunga, meliputi:
a. Risiko spesifik dari setiap efek atau instrumen keuangan, tanpa memperhatikan posisi long
atau posisi short.
b. Risiko umum dari keseluruhan portofolio, di mana posisi long atau posisi short dalam efek
atau instrumen keuangan yang berbeda dapat dilakukan saling hapus (netting).

Formula KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum) menurut Basel I


dengan memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar:

(Tier 1 + Tier 2 + Tier 3) − Penyertaan


KPMM = = Minimum 8%
ATMR (Kredit) + 12,5  Beban Modal Risiko Pasar

Bab 3 - Risiko Pasar 95


Menghitung KPMM
1. Menghitung beban modal risiko pasar.
2. Menghitung ATMR risiko pasar dengan mengonversi jumlah beban
modal risiko pasar dikalikan 12,5 (=100/8).
3. Menjumlahkan ATMR risiko kredit dan ATMR risiko pasar.
4. Menghitung modal bank
a. Terdiri atas Modal Inti (Tier 1), Modal c. Tier 3 yang memenuhi persyaratan namun
Pelengkap (Tier 2), dan Modal tidak digunakan dalam perhitungan rasio
Pelengkap Tambahan (Tier 3) yang KPMM, dihitung sebagai kelebihan rasio
dialokasikan untuk menutup risiko permodalan Tier 3 (excess Tier 3 capital ratio).
pasar setelah dikurangi penyertaan. d. Untuk KPMM secara konsolidasi, penyertaan
b. Tier 3 yang digunakan dalam yang menjadi pengurang modal adalah
menghitung KPMM sebesar modal penyertaan kepada perusahaan anak yang
yang dibutuhkan untuk menutup tidak wajib dikonsolidasikan sesuai ketentuan
risiko pasar trading book. yang berlaku.
5. Membagi total modal dengan jumlah ATMR risiko kredit dan ATMR risiko pasar dalam persentase.

Bab 3 - Risiko Pasar 96


2. Internal Model Approach (IMA)
▪ Digunakan untuk mengukur risiko pasar yang dikembangkan oleh bank dengan menggunakan
Value at Risk (VaR).
▪ VaR merupakan alat analisis dan pengendalian risiko pasar yang digunakan bagi manajemen
untuk mewaspadai potensi kerugian pada posisi trading book khususnya apabila melebihi
toleransi atau limit VaR yang telah ditetapkan (pada kondisi ekstrem).
▪ Persyaratan yang wajib dipenuhi sesuai permintaan regulator (BI) sebelum menggunakan
IMA dalam perhitungan KPMM, yaitu: persyaratan umum, persyaratan kualitatif, dan
persyaratan kuantitatif.
▪ Bank wajib memperoleh persetujuan kembali dari Bank Indonesia apabila akan memodifikasi
penggunaan IMA yang mencakup Perhitungan Beban Modal (Capital Charge) Harian.

Bab 3 - Risiko Pasar 97


IV. Banking Book

▪ Sebagai lembaga intermediari, bank ▪ Aktivitas yang dilaksanakan oleh bank dalam
mengumpulkan dana masyarakat menjalankan fungsi intermediari keuangan
dan menyalurkan kredit maupun tersebut disebut aktivitas banking book.
menginvestasikan dalam bentuk ▪ Pengelolaan risiko dan bisnis dalam aktivitas
aset keuangan, seperti: SUN, Banking Book dikenal sebagai ALM (Asset
obligasi korporasi, SBI, dan lainnya. Liability Management).

Identifikasi Pengukuran Risiko Pengendalian Risiko


Risiko Suku Bunga Suku Bunga

Neraca Repricing Gap Sisi Assets

NII Sisi Liabilities

Hedging

Bab 3 - Risiko Pasar 98


Δ NII
Int Int GAP RSA = RSL
Inc Exp
+ >
A L+E – <

Loan DPK
GAP SB NII E
IB IB
SB + + –
SB +
– – +
E + – +

– + –

Bab 3 - Risiko Pasar 99


A. Identifikasi Risiko Pasar NERACA
Identifikasi risiko pasar banking book dilakukan
melalui struktur neraca dan laba/rugi bank.
Asset = Kewajiban + Ekuitas

1. Struktur Neraca
Aset Kewajiban dan Ekuitas
▪ Kas dan setara kas, seperti: dana tunai ▪ Dana masyarakat, seperti: tabungan, giro,
di kas kantor cabang, ATM, GWM, deposito.
penempatan di bank lain, FTK. ▪ Utang antarbank/jangka pendek dan FTE.
▪ Penyaluran dana dalam bentuk kredit, ▪ Utang jangka panjang (lebih dari 1 tahun)
seperti: KPR, kredit modal kerja KUK seperti obligasi yang diterbitkan.
▪ Aset investasi, seperti: SBI, SUN, obligasi ▪ Modal, obligasi subordinasi yang
korporasi, dan produk investasi lainnya. diterbitkan, laba ditahan, saham,
▪ Aset lainnya, seperti: kantor, tanah dan cadangan.
bangunan.
Bab 3 - Risiko Pasar 100
2. Laba/Rugi Bank
Laba/rugi bank memperlihatkan bahwa pendapatan bunga dan biaya bunga merupakan
bagian utama dari struktur pendapatan dan biaya bank secara keseluruhan.

Net Interest Income (NII)

NII = Interest Income – Interest Expense

Analisis terhadap hubungan, karakter, dan sensitivitas neraca


dan laba/rugi bank terhadap faktor risiko pasar merupakan
langkah identifikasi risiko banking book.

Bab 3 - Risiko Pasar 101


B. Identifikasi Risiko Suku Bunga pada Banking Book

Risiko Suku Bunga Metode Pengukuran

Potensi penurunan pendapatan atau Pengukuran risiko suku bunga dapat


nilai ekonomi dari modal suatu bank, dilakukan dengan metode repricing
karena pengaruh perubahan tingkat gap, yaitu metode dasar dan
suku bunga. Risiko suku bunga terjadi sederhana untuk menghitung
akibat terdapat perbedaan (mismatch) eksposur pendapatan bunga bersih
maturity atau repricing date antara (Net Interest Income/NII) terhadap
posisi aktiva RSA dan pasiva RSL, baik perubahan suku bunga di masa yang
neraca On B/S maupun Off B/S. akan datang.

Bab 3 - Risiko Pasar 102


C. Pengukuran Risiko Pasar pada Banking Book

1 Rate Sensitive Assets


(RSA) = Interest Income 2 Rate Sensitive Liabilities
(RSL) = Interest Expense

Aset produktif dengan nilai dipengaruhi Kewajiban di mana bunga yang harus
pergerakan suku bunga, baik pada saat dibayar tergantung suku bunga pasar.
jatuh tempo, atau pada saat posisi Posisi liabilities termasuk bunga yang
tersebut perlu ditetapkan kembali tetap sampai jatuh tempo, atau posisi
tingkat bunga (repriced) dalam periode di mana bunga ditetapkan pada periode
waktu tertentu. tertentu (repriced).
Contoh: Kredit komersial dengan suku Contoh:
bunga mengambang (floating rate), ▪ Bunga giro dapat berubah setiap saat.
benchmark SBI 6 bulan, maka suku bunga ▪ Deposito satu bulan bunga dapat
dapat berubah sesuai perkembangan berubah setelah jatuh tempo satu
bunga pasar bunga SBI 6 bulan. bulan.

Bab 3 - Risiko Pasar 103


Metode Pengukuran Risiko Suku Bunga (Banking Book)

Metode pengukuran risiko suku bunga (banking book) dilakukan


dengan metode Analisis Repricing Gap dan Analisis Duration Gap.

1. Repricing Gap ▪ Hasil perhitungan repricing gap dikalikan asumsi


Repricing Gap adalah selisih antara jumlah RSA perubahan suku bunga akan menghasilkan nilai
dan RSL yang jatuh tempo, atau bunga dapat estimasi perubahan pendapatan bunga bersih (NII).
berubah (reprice), dalam periode tertentu.
Gap   Suku bunga =  NII
Repricing Gap = RSA – RSL
▪ Dampak dari risiko suku bunga terhadap aktivitas
Gap Positif = RSA > RSL, atau aset lebih cepat banking book diukur dari penurunan pendapatan
dilakukan reprice dibandingkan dengan liabilities. bunga bersih (NII).
Gap Negatif = RSA < RSL, atau aset lebih lambat 2. Analisis Duration Gap
dilakukan reprice dibandingkan dengan liabilities. Pada unsur neraca dapat dihitung satu atribut
Gap Kumulatif adalah akumulasi nilai gap pada yang disebut Modified Duration (MD) → untuk
periode tersebut dan periode sebelumnya. obligasi jangka panjang.

Bab 3 - Risiko Pasar 104


Contoh tabel Repricing Gap (dalam miliar rupiah)
Tidak
Repricing Buckets 0-3 bulan 3-6 bulan 6-9 bulan 9-12 bulan > 1 tahun terpengaruh TOTAL
suku bunga
Kas dan Setara 50 50
Penempatan antar bank 200 200
Kredit Komersial 1,000 1,000
Kredit Konsumer 250 250 250 250 1,000
SBI / SUN 1,000 1,000
Aktiva Tetap 750 750
Total Aset 2,450 250 250 250 50 750 4,000
Tidak
Repricing Buckets 0-3 bulan 3-6 bulan 6-9 bulan 9-12 bulan > 1 tahun terpengaruh TOTAL
suku bunga
Tabungan 800 800
Giro 500 500
Deposito Berjangka 1,200 300 1,500
Pinjaman antarbank 300 300
Obligasi yg diterbitkan 300 300
Modal 600 600
Total Kewajiban 3,100 300 - - - 600 4,000
Gap (650) (50) 250 250 50 150 Gap
Gap Komulatif (650) (700) (450) (200) (150) - positif

Bab 3 - Risiko Pasar 105


D. Pengendalian Risiko Suku Bunga
Langkah manajemen untuk mencapai tujuan strategis

1. Menentukan ekspektasi perubahan suku bunga dalam periode yang telah ditentukan.
2. Menganalisis gap pada struktur neraca dan laba/rugi bank.
3. Menentukan keselarasan gap dengan estimasi perubahan bunga.
4. Apabila diperlukan, dapat diambil langkah untuk mencapai tujuan strategis yang telah
ditentukan dengan cara, yaitu:
▪ Strategi funding dan lending (On Balance Sheet)
▪ Strategi Off Balance Sheet atau Derivative (Hedging)

Bab 3 - Risiko Pasar 106


1. Strategi Funding dan Lending (On Balance Sheet)
Posisi Tren NII
Repricing Suku Impact Strategi On Balance Sheet (Funding vs Lending)
Gap Bunga
Perbesar Gap Positif
▪ RSA ditambah dengan cara menambah instrumen dengan suku bunga
Naik Positif mengambang dan jangka pendek.
▪ RSL dikurangi dengan cara menjual instrumen dengan suku bunga mengambang
Positif digantikan instrumen jangka panjang yang fixed suku bunganya.
(RSA > RSL) Perkecil Gap Positif
▪ RSA dikurangi dengan cara menjual instrumen dengan suku bunga mengambang
Turun Negatif digantikan suku bunga fixed dan jangka panjang.
▪ RSL ditambah dengan cara menambah instrumen dengan suku bunga
mengambang dan jangka pendek.
Perkecil Gap Negatif
▪ RSA ditambah dengan cara menambah instrumen dengan suku bunga
Naik Negatif mengambang dan jangka pendek.
▪ RSL dikurangi dengan cara menjual instrumen dengan suku bunga mengambang
Negatif digantikan instrumen jangka panjang yang fixed suku bunganya.
(RSA < RSL) Perbesar Gap Negatif
▪ RSA dikurangi dengan cara menjual instrumen dengan suku bunga mengambang
Turun Positif digantikan suku bunga fixed dan jangka panjang.
▪ RSL ditambah dengan cara menambah instrumen dengan suku bunga
mengambang dan jangka pendek.
Bab 3 - Risiko Pasar 107
2. Strategi Off Balance Sheet (Hedging)

▪ Hedging adalah proses melakukan suatu transaksi yang bertujuan untuk


mengurangi risiko.
▪ Mengurangi risiko suatu transaksi dapat dilakukan dengan melakukan transaksi
lain yang berlawanan untuk meng-offset risiko.
▪ Memerlukan hubungan yang sangat dekat antara jumlah dan perubahan nilai
dari instrumen yang dilakukan hedging dan instrumen hedging.
▪ Beberapa derivative instruments yang digunakan untuk pengelolaan risiko suku
bunga, yaitu: forwards, futures, options, dan swaps.

Bab 3 - Risiko Pasar 108


Bab 4
Risiko
Operasional

Bab 4 - Risiko Operasional 109


Pemahaman Kerangka
I Risiko
Operasional IV Manajemen Risiko
Operasional

Penyebab Perangkat
II Risiko
Operasional V Risiko
Operasional

Karakteristik Perhitungan
III Risiko
Operasional VI Beban Modal Risiko
Operasional

Bab 4 - Risiko Operasional 110


I. Pemahaman Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya
proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-
kejadian eksternal yang memengaruhi operasional bank.

Risiko operasional dapat menimbulkan


▪ Kerugian keuangan secara langsung maupun tidak langsung.
▪ Kerugian potensial berupa kesempatan yang hilang untuk Expected Loss
memperoleh keuntungan. Dibebankan dalam
▪ Kerugian yang tidak dapat atau sulit dihitung dengan uang komponen pricing aset
(contoh: nama baik/reputasi yang rusak berakibat nasabah
berpindah ke bank lain).
Unexpected Loss
Risiko operasional tidak dapat dieliminasi seluruhnya,
namun pengelolaan risiko operasional yang proaktif dan Diantisipasi
memadai dapat dimanfaatkan untuk memitigasi risiko dengan modal
operasional tertentu.
Bab 4 - Risiko Operasional 111
II. Karakteristik Risiko Operasional

Alasan utama risiko operasional menjadi perhatian:


1. Penerapan program outsourcing, deregulasi, dan globalisasi, regulasi, merger dan akuisisi,
e-commerce, inovasi teknologi dan serangan teroris.
2. Penggunaan teknologi informasi dengan sistem otomasi modern, pertumbuhan yang
pesat dari e-commerce dan dilakukannya merger dan akuisisi skala besar, menguji
kemampuan sistem yang terintegrasi.

▪ Globalisasi dan teknologi internet ▪ Risiko umumnya terjadi di unit


merupakan dua pemicu utama yang yang memiliki volume atau
membuat bank berhadapan dengan perputaran transaksi tinggi,
jenis risiko operasional yang baru. perubahan struktural yang tinggi,
dan sistem yang kompleks.

Bab 4 - Risiko Operasional 112


Peningkatan Perhatian Bank terhadap Penerapan Manajemen Risiko
Risiko Operasional oleh Bank

▪ Peningkatan perhatian dan kesadaran Bank menerapkan manajemen risiko yang


kepala unit kerja terhadap isu risiko lebih komprehensif karena:
operasional.
▪ Dituntut menerapkan manajemen
▪ Pengembangan berbagai pendekatan risiko operasional yang lebih sensitif
untuk mitigasi risiko operasional. terhadap risiko sehingga mampu
▪ Bank mengarahkan kemampuan secara dini mendeteksi berbagai risiko
mitigasi profil risiko bank sebagai operasional yang berpotensi
upaya peningkatan daya saing. menimbulkan kerugian.
▪ Tekanan regulasi agar bank ▪ Tuntutan regulator agar bank
mengalokasikan sebagian modal untuk mengelola risiko operasional dari
menutup kerugian risiko operasional waktu ke waktu secara proaktif.
(mendorong bank mengalokasikan ▪ Ekspektasi pemegang saham agar
sumber daya yang ada secara efisien bank mampu meningkatkan nilai
dan efektif). secara kontinyu.

Bab 4 - Risiko Operasional 113


III. Penyebab Risiko Operasional
Risiko operasional yang dapat
menyebabkan kerugian bank
berasal dari faktor:
Dalam dunia perbankan, risiko operasional
Kegagalan Proses
melekat di setiap aktivitas perkreditan, 1 Internal
treasuri dan investasi, operasional dan jasa,
pembiayaan perdagangan, pendanaan dan
instrumen utang, teknologi sistem informasi 2 Faktor Manusia
dan sistem informasi manajemen, dan
pengelolaan sumber daya manusia.
3 Kegagalan Sistem

Kejadian
4
Eksternal

Bab 4 - Risiko Operasional 114


A. Kegagalan Proses Internal

Contoh Kegagalan Proses Internal


▪ Kesalahan pengiriman dokumen kepada nasabah.
▪ Kesalahan pembukaan rekening dan transaksi nasabah.

Sumber Risiko
▪ Berkaitan dengan risiko kesalahan pembuatan model atau metodologi.
▪ Kesalahan rancangan dan urutan kerja dengan tahapan proses yang tidak jelas.
▪ Kelemahan proses internal seperti tidak patuh terhadap ketentuan internal
dan eksternal, kesalahan dalam produk, kesalahan dalam berhubungan dengan
nasabah, dan lain-lain.

Contoh Kasus
Pembobolan Bank B Cabang Pondok Indah senilai Rp46,4 miliar dengan modus
pengajuan kredit dengan agunan dokumen palsu. Kelemahannya: pencairan dana
tidak sesuai SOP dan prinsip kehati-hatian perbankan.

Bab 4 - Risiko Operasional 115


B. Faktor Manusia

Kontrol internal sering kali dianggap sebagai penyebab utama terjadinya


risiko operasional. Namun, setelah dilakukan penelitian ternyata penyebab
utamanya merupakan akibat kesalahan manusia.

Sumber Risiko
▪ Tuntutan kompensasi dan perlakuan Contoh Kasus
diskriminatif, pelanggaran ketentuan
▪ Kesalahan melaksanakan transaksi
jaminan kesehatan dan keamanan pekerja
dan prosedur.
serta pemogokan.
▪ Fraud dan trading yang tidak sah
▪ Pelatihan dan manajemen yang tidak
atau diluar kewenangan.
memadai, kesalahan manusia, pemisahan
tugas/wewenang/tanggung jawab yang ▪ Perselisihan ketenagakerjaan, PHK,
tidak jelas, ketergantungan orang tertentu, kecelakaan kerja, dan lain-lain.
integritas, dan kejujuran yang rendah.

Bab 4 - Risiko Operasional 116


C. Kegagalan Sistem dan Teknologi

Ketergantungan pada teknologi informasi merupakan


sumber utama risiko operasional dan kegagalan data bank
(sengaja atau tidak sengaja).

Sumber Risiko Contoh Kasus


▪ Teknologi (umum): kesalahan ▪ Kebangkrutan bank akibat transfer
operasional, penggunaan teknologi oleh keluar yang terbuku 2 kali.
pihak yang tidak berwenang, dan ▪ Transaksi bank terganggu karena
penyalahgunaan teknologi. terjadi off-line cukup lama.
▪ Hardware: kegagalan perlengkapan dan ▪ Kelebihan pembayaran ke nasabah
ketidaktersediaan hardware. sebesar ratusan miliar akibat
▪ Security: hacking dan gangguan eksternal kesalahan pada program komputer
▪ Sistem: kegagalan sistem dan yang disebabkan kesalahan testing.
pemeliharaan sistem.

Bab 4 - Risiko Operasional 117


D. Kejadian Eksternal

Bank dapat memperkuat infrastruktur dan kesiapan sumber daya


manusia untuk meminimalisir dampak kerugian risiko operasional,
yaitu dengan mengembangkan Business Continuity Management
(Manajemen Kelangsungan Usaha).

Contoh Kasus
Sumber Risiko Menara Bank T yang mengalami kebakaran di bagian
▪ Perubahan undang-undang hak-hak basement akibat korsleting listrik yang mengakibatkan
konsumen. server data bank dipindahkan ke tempat lain sehingga
▪ Ancaman fisik seperti perampokan, transaksi online/ATM dihentikan sementara. Kerugian
serangan teroris (contoh: serangan risiko operasional akibat kebakaran tersebut antara lain
11-9-01). kerugian finansial terbakarnya bangunan bank, rusaknya
▪ Bencana alam. jaringan data dan informasi, terganggunya pelayanan
nasabah, dan tidak dapat bekerjanya karyawan akibat
rusaknya prasarana kerja.

Bab 4 - Risiko Operasional 118


Kerangka manajemen risiko
IV. Kerangka Manajemen operasional harus didasari oleh
Risiko Operasional adanya definisi risiko operasional
yang dicakup oleh bank secara
jelas yang meliputi:
Kebijakan Manajemen Risiko Operasional
▪ Bank harus menyusun kebijakan manajemen Identifikasi
1 Risiko Operasional
risiko operasional yang jelas menggambarkan
kerangka manajemen risiko operasional.
▪ Kebijakan tersebut harus disesuaikan dengan Penilaian/Pengukuran
2 Risiko Operasional
misi, strategi bisnis, kecukupan modal dan
kecukupan sumber daya manusia, serta eksposur
dan profil risiko. Pemantauan
3 Risiko Operasional
▪ Kebijakan manajemen risiko operasional disusun
oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko dan
disetujui oleh Direksi dan Komisaris. Pengendalian
4 Risiko Operasional

Bab 4 - Risiko Operasional 119


A. Identifikasi Risiko Operasional
Tahapan dalam melakukan identifikasi risiko operasional untuk
setiap produk, aktivitas, proses, dan sistem:
▪ Memahami proses bisnis dilakukan (mapping process).
▪ Identifikasi terhadap faktor penyebab timbulnya risiko
operasional pada seluruh aktivitas yang berdampak negatif
terhadap sasaran bank.
Hasil identifikasi risiko digunakan
untuk:
Hal utama melakukan identifikasi risiko operasional ▪ Memperbaiki kualitas alur
kerja.
▪ Adanya kejadian (events).
▪ Mengurangi kerugian karena
▪ Terdapat penyebab timbulnya kejadian (cause).
kegagalan proses.
▪ Terdapat dampak (impact) kerugian (loss) baik
▪ Mengubah budaya kerja.
keuangan maupun non-keuangan.
▪ Menyediakan sistem
▪ Dapat diprediksi kejadian di kemudian hari
peringatan dini terhadap
(frequency/probability).
gangguan sistem atau
manajemen.
Bab 4 - Risiko Operasional 120
B. Penilaian/Pengukuran Risiko Operasional

Risiko operasional diukur berdasarkan dua faktor


▪ Risiko yang melekat pada suatu aktivitas (inherent risk).
▪ Sistem pengendalian risiko (risk control system).

Penilaian terhadap risiko inheren didasari pada pengamatan kejadian risiko operasional terutama:
▪ Frekuensi, yaitu seberapa sering terjadi di masa lalu dan tren di masa depan.
▪ Dampak, yaitu seberapa besar kerugian yang diderita (severity) ketika terjadi di masa lalu atau
di masa depan.

Bab 4 - Risiko Operasional 121


Klasifikasi kejadian risiko operasional High High Frequency High Frequency
▪ Low frequency/Low impact Low Impact High Impact
▪ Low frequency/High impact Frequency Low Frequency Low Frequency
▪ High frequency/Low impact Low Impact High Impact
Low
▪ High frequency/High impact
Low Impact High

Dengan sistem pengendalian risiko yang memadai akan


mendapatkan nilai residual yang minimal, sesuai formula:
Catastrophic Loss
Inherent Risk – Risk Control = Residual Risk Sangat jarang terjadi,
dampak luar biasa
Bank mengumpulkan data kerugian operasional
untuk menghitung kebutuhan modal untuk menutup
risiko operasional.

Bab 4 - Risiko Operasional 122


C. Pemantauan Risiko Operasional D. Pengendalian Risiko Operasional
Proses pemantauan yang dilakukan meliputi: Pengendalian risiko yang dapat dilakukan:
▪ Harus dilakukan secara berkelanjutan ▪ Tolerate/Risk Acceptance
terhadap seluruh eksposur risiko Harus diambil (kesempatan bisnis) tetapi
operasional serta kerugian (loss events) risikonya harus dikontrol secara ketat.
yang dapat ditimbulkan oleh seluruh ▪ Terminate/Risk Avoidance
aktivitas fungsional (major business line). Mencegah kerugian yang tidak dapat
▪ Satuan Kerja Manajemen Risiko harus diterima (unacceptable). Dipilih apabila
menyusun laporan kerugian risiko potensi ke-untungan lebih kecil dari
operasional kepada Komite Manajemen eksposur risiko.
Risiko dan Direksi. ▪ Risk Transfer
▪ Setiap aktivitas fungsional harus melakukan Risiko dialihkan ke pihak lain (asuransi,
review terhadap faktor-faktor penyebab outsourcing, hedging).
timbulnya risiko operasional serta dampak ▪ Treat Risk/Risk Mitigation
keuangan. Bertujuan untuk memperkecil kerugian
misalnya penyediaan back up/alternatif.

Bab 4 - Risiko Operasional 123


V. Perangkat Risiko Operasional
3. Loss Event Database (LED)
1. Risk and Control Self 2. Key Risk Indicator (KRI) ▪ Perangkat untuk mencatat/
Assessment (RCSA) mengelola data kejadian/
▪ Perangkat untuk mengidentifikasi
▪ Perangkat untuk
mengidentifikasi dan mengukur dan menganalisis risiko sejak dini insiden yang telah terjadi
risiko operasional (kualitatif dan atas naik-turunnya indikator- dalam operasional bank
prediktif) dengan menggunakan indikator tingkat risiko. (dicatat dalam database
dimensi dampak dan ▪ Berguna untuk memantau dan yang terstruktur dan
kemungkinan kejadian memprediksi eksposur risiko, konsisten).
(probabilitas).
mengidentifikasi perubahan ▪ Berguna untuk penyusunan
▪ Penilaian risiko menggunakan profil risiko dan sebagai masukan
checklist yang berisi pertanyaan
model pengukuran risiko
bagi SKAI dalam penyusunan operasional.
mengenai evaluasi tingkat risiko
perencanaan audit.
(kemungkinan kejadian, besarnya ▪ Alat validasi setiap proses
dampak dan tingkat efektivitas ▪ Mengefektifkan pengelolaan, penilaian risiko/prediksi
kontrol). data KRI dicatat, dan dipantau
risiko.
▪ Fokus pada risiko berdampak berkala (harian/mingguan/
besar bulanan/tahunan) tergantung ▪ Memastikan proses
▪ Pendekatan bottom-up dan top- ketersediaan data. pengendalian internal telah
down. memadai.
Bab 4 - Risiko Operasional 124
Hubungan RCSA, KRI dan LED

▪ Database dapat digunakan sebagai salah satu dasar pengisian/penilaian risiko


dalam RCSA dan validasi keakuratan RCSA.
▪ KRI memberikan indikator terhadap risiko utama dalam RCSA.
▪ Peningkatan kecenderungan KRI menunjukkan peningkatan tingkat risiko
(insiden) atau penurunan efektivitas kontrol, demikian juga sebaliknya.
▪ Pergerakan kecenderungan KRI yang tidak sejalan dengan data kerugian
dapat mengindikasikan bahwa batasan nilai wajar/normal KRI yang digunakan
kurang tepat untuk menunjukkan tingkat risiko atau efektivitas kontrol.

Bab 4 - Risiko Operasional 125


VI. Perhitungan Beban Modal Risiko Operasional
1. Basic Indicator Approach
(BIA)/Pendekatan Indikator 2. Standardized Approach (SA)/
Dasar (PID) Pendekatan Standar (PSA)
▪ Paling sederhana dan tidak ▪ PSA memberikan hasil yang
sensitif terhadap risiko. lebih detail dibanding PID. 3. Advanced Measurement
Approach (AMA)
▪ Menghasilkan beban modal ▪ Membagi bank menjadi 8
yang cenderung besar. standar lini bisnis. ▪ Dapat menggunakan sistem
pengukuran risiko operasional
▪ Cocok untuk bank kecil/ ▪ Berdasarkan suatu persentase yang dimiliki bank.
aktivitas bisnis sederhana. tetap dari Gross Income setiap
lini bisnis. ▪ Lebih kompleks dibandingkan
▪ Bank yang aktif secara
metode lainnya.
internasional dan memiliki ▪ Tergantung eksposur risiko
risiko operasional tinggi operasional suatu lini bisnis.
didorong untuk menggunakan ▪ Persentase lini bisnis sebagai
pendekatan yang lebih faktor beta (β).
mendekati risiko sebenarnya.

Bab 4 - Risiko Operasional 126


A. Basic Indicator Approach (BIA)/Pendekatan Indikator Dasar (PID)

Pendekatan Indikator Dasar dapat diaplikasikan oleh seluruh bank tanpa


memandang kompleksitas. Namun, perlu mematuhi pedoman yang diatur dalam
”Sound Practice for Management and Supervision of Operational Risk”.

Perhitungan ATMR risiko operasional dalam KPMM menggunakan BIA

ATMR Risiko Operasional = 12,5 × Beban Modal Risiko Operasional

Beban Modal Risiko Operasional adalah rata-rata penjumlahan bruto (gross income)
tahunan yang mempunyai nilai positif 3 tahun terakhir, dikalikan faktor alfa 15%.

Bab 4 - Risiko Operasional 127


Keterangan
Beban Modal Risiko Operasional ▪ GI : Gross Income positif 3 tahun terakhir.
▪ n : Jumlah tahun yang memiliki Gross Income positif
[ ∑(GI 1...n * α)] ▪ Alfa (α) : 15 % (ditetapkan Komite Basel berdasarkan
KPID = kebutuhan modal pada skala industri)
n
▪ KPID : Beban modal risiko operasional menggunakan BIA

Pendapatan Bunga Pendapatan Non-Bunga


Gross Income/
Pendapatan Bruto
= Bersih/Net Interest + Bersih/Net Non-Interest
Income (NII) Income (NNII)

Pendapatan Bunga Bersih (NII) Pendapatan Non-bunga Bersih (NNII)

Pendapatan Bunga Bersih (NII) = Pendapatan Non-bunga Bersih (NNII) =


Pendapatan Bunga – Beban Bunga Pendapatan Non-bunga – Beban Non-bunga

Bab 4 - Risiko Operasional 128


Perhitungan Pendapatan Bruto ▪ Untuk bank yang memiliki Unit Usaha Syariah, perhitungan
Perhitungan pendapatan bruto dilakukan pendapatan bruto memperhitungkan pula pendapatan
dengan memperhatikan hal-hal berikut. bruto dari Unit Usaha Syariah setelah dikonversi sesuai
▪ Pendapatan bruto adalah pendapatan karakteristik usaha bank dan prinsip syariah.
bunga bersih ditambah pendapatan ▪ Apabila berdasarkan hasil laporan keuangan setelah
operasional non-bunga tertentu lainnya diaudit oleh KAP terdapat koreksi atas besarnya
bersih yang dihitung secara kumulatif pendapatan bruto, maka bank harus melakukan koreksi
dari periode awal Januari sampai ATMR Risiko Operasional pada bulan berikutnya setelah
dengan akhir Desember setiap tahun. laporan tersebut disampaikan oleh KAP kepada bank.

Bank A 2010 2009 2008 2007 2006


Pendapatan Bruto 750 3.000 2.250 1.750 2.500

ATMR Risiko Operasional tahun 2011 = 12,5 × Beban Modal Risiko Operasional
= 12,5 × [15 % x {(750 + 3.000 + 2.250)/3}]
= Rp3.750 juta
Bab 4 - Risiko Operasional 129
Contoh Soal
Bank menghitung ATMR Risiko Operasional selama Apabila dalam menghitung rata-rata
1
bulan Januari dan Februari 2011 berdasarkan pendapatan bruto selama tiga tahun
pendapatan bruto 2008, 2009, dan 2010 (unaudited). terakhir terdapat satu atau dua tahun
Pada awal Maret 2011, Laporan Keuangan telah Bank mengalami pendapatan bruto negatif
diaudit KAP dan telah disampaikan kepada Bank. atau nihil, maka perhitungan rata-rata
Bank menghitung ATMR Risiko Operasional bulan pendapatan bruto tahunan Bank harus
Maret berdasarkan pendapatan bruto 2008, 2009, mengeluarkan nilai pendapatan bruto
dan 2010 (audited). negatif dari pembilang dan penyebut.

Bank A 2011 2010 2009 2008 2007


Pendapatan Bruto 800 1.200 (750) (1.750) 3.000

ATMR Risiko Operasional 2012 = 12,5 × Beban Modal Risiko Operasional


= 12,5 × [15% × {(800 + 1.200)/2}]
= Rp1.875 juta
ATMR Risiko Operasional 2011 = 12,5 × Beban Modal Risiko Operasional
= 12,5 × [15% × {(1.200)/1}]
= Rp2.250 juta
Bab 4 - Risiko Operasional 130
2 Apabila dalam tiga tahun terakhir, Bank mengalami pendapatan bruto negatif atau nihil, maka
perhitungan rata-rata pendapatan bruto tahunan, Bank harus menghitung beban modal Risiko
Operasional menggunakan pendapatan bruto tahunan terakhir yang positif.

ATMR Risiko Operasional 2011


Bank A 2010 2009 2008 2007 2006
= 12,5 × Beban Modal Risiko Operasional
Pendapatan
Bruto
(1.250) (1.500) (750) 1.800 2.750 = 12,5 × [15% × {(1.800)/1}]
= Rp3.375 juta

3 Bank B didirikan dan mulai beroperasi 19 Desember 2010. Pada akhir Desember 2010, total
pendapatan bruto Bank B Rp100 juta. Sampai akhir tahun pendirian (Desember 2010), Bank
tidak wajib menghitung ATMR.
ATMR Risiko Operasional 2011
= 12,5 × Beban Modal Risiko Operasional
= 12,5 × [15% × {100 × 12/1}]
= Rp2.250 juta
Bab 4 - Risiko Operasional 131
4 Bagi Bank yang baru berdiri atau hasil merger atau konsolidasi, maka Bank tidak wajib menghitung
ATMR Risiko Operasional sampai akhir bulan Desember tahun pendiriannya atau tahun Bank
melakukan merger atau konsolidasi. Untuk tahun berikutnya, Bank wajib menghitung beban modal
Risiko Operasional dengan menggunakan pendapatan bruto selama tahun awal pendirian yang
disetahunkan.
Beberapa Bank merger menjadi Bank A efektif beroperasi 15 April 2010. Pada akhir Desember 2010,
total pendapatan bruto Bank A Rp750 juta. Sampai akhir tahun pendirian (Desember 2010), Bank
tidak wajib menghitung ATMR. Sejak bulan Januari 2011, Bank A menghitung ATMR Risiko Operasional
sebagai berikut.

ATMR Risiko Operasional 2011


= 12,5 × beban modal Risiko Operasional
= 12,5 × [15% × {750 × 12/9}]
= Rp2.875 juta

Bab 4 - Risiko Operasional 132


Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Indikator Dasar (PID)

Kelebihan Kelemahan
▪ Mudah diimplementasikan. ▪ Tidak memberikan perhatian khusus
▪ Tidak membutuhkan waktu dan terhadap eksposur dan pengendalian risiko
sumber daya yang besar. operasional bank, struktur aktivitas bisnis,
peringkat kredit dan indikator lain.
▪ Cocok untuk bank yang sedang
dalam tahap awal melakukan ▪ Hasil perhitungan modelnya sering over
implementasi Basel II, bank estimate dari kondisi sesungguhnya.
ukuran kecil dan menengah. ▪ Tidak cocok diimple-mentasikan untuk
bank besar dan aktif secara internasional.

SEBI No. 11/3/DPNP, 27 Januari 2009 perihal Perhitungan Asset Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR) untuk Risiko Operasional dengan menggunakan Pendekatan Indikator Dasar (PID).

Bab 4 - Risiko Operasional 133


B. Standardized Approach (SA)/Pendekatan Standar (PSA)
Karakteristik perhitungan modal risiko operasional menggunakan
Pendekatan Standar.
▪ Pendekatan PSA memberikan hasil yang lebih detail dari PID.
▪ Aktivitas bank dibagi ke dalam delapan lini bisnis.
▪ Perhitungan kebutuhan modal minimum dilakukan berdasarkan suatu
persentase tetap dari Gross Income setiap Lini Bisnis. Presentase
tersebut ditentukan (disebut faktor beta/β) berbeda bagi lini bisnis
tergantung dari eksposur risiko operasional lini bisnis tersebut.

Bab 4 - Risiko Operasional 134


C. Advance Measurement Approach (AMA)

Dalam menggunakan AMA, bank diberi kesempatan untuk menggunakan hasil dari sistem
pengukuran risiko operasional yang dimiliki. Namun, tergantung pada standar-standar kualitatif
dan kuantitatif yang ditetapkan oleh regulator, untuk menghitung kebutuhan modal minimum.

❑ AMA merupakan pendekatan yang lebih kompleks dibanding dengan dua pendekatan
sebelumnya, sehingga lebih mencerminkan kondisi risiko yang sebenarnya
(perhitungan kebutuhan modal untuk menutup risiko operasional lebih sesuai).

❑ Bank dianjurkan menggunakan cara yang lebih baik atas dasar Profil
Risiko bank dan kemampuan melaksanakan manajemen risiko dari bank.

Bab 4 - Risiko Operasional 135


Perhitungan CAR/KPMM ▪ Modal inti (tier 1)
▪ Modal pelengkap (tier 2)
▪ Modal pelengkap tambahan (tier 3)

Modal
CAR = > 8%
ATMR Kredit + ATMR Pasar + ATMR Operasional

ATMR Kredit ATMR Pasar ATMR Operasional


Saldo Kategori Aset × bobot risiko % Beban Modal Risiko Pasar × 12,5 Beban Modal Risiko Operasional × 12,5

Beban Modal/Capital Charge Beban Modal/Capital Charge


Jenis Risiko Formula Metoda Formula
Suku Bunga Saldo × % Basic Indicator Appr. Total Gross Income × 15 %
Nilai Tukar Posisi × % Standardized Appr. TGI Lini Bisnis × % Lini Bisnis
Harga Saham Posisi × % Advance Prediksi berdasarkan Internal
Harga Komiditi Posisi × % Measurement Appr. Data

Bab 4 - Risiko Operasional 136


Bab 5
Enterprise Risk
Management
(ERM)

Bab 5 - Enterprise Risk Management (ERM) 137


I Tujuan dan Peran Manajemen
Risiko dalam Perusahaan

II Ketentuan dan Pengukuran


Profil Risiko Bank

III Value Based Management

IV Hubungan ERM dengan


Value Based Management
Bab 5 - Enterprise Risk Management (ERM) 138
I. Tujuan dan Peran Manajemen Risiko dalam Perusahaan
A. Tujuan Manajemen Risiko dalam Perusahaan

Tujuan pokok perusahaan adalah menciptakan nilai tambah dan


meningkatkan kekayaan pemegang saham dan memenangkan persaingan.

Empat komponen utama yang harus dikelola bank


1. Meningkatkan inovasi produk dan jasa bank untuk menangkap segmen pasar
yang belum tergarap.
2. Pemasaran yang agresif untuk meningkatkan penjualan dan market share.
3. Tersedia kebijakan dan prosedur yang lengkap dan benar sebagai koridor
prudential bagi kelompok bisnis.
4. Sistem manajemen SDM yang andal dan bersaing untuk memastikan
kecukupan jumlah dan kualitas SDM yang diperlukan.

Bab 5 - Enterprise Risk Management (ERM) 139


B. Peran Manajemen Risiko dalam Perusahaan
❑ Unit bisnis berada di garda depan, risk management sebagai pertahanan
lapis kedua, dan internal kontrol merupakan pertahanan lapis ketiga agar
risiko dapat dikendalikan dengan baik.

❑ Strategi operasional dapat dilihat untuk mencapai:


1. Pertumbuhan bisnis dan pencapaian market share
Ditujukan untuk semua segmen, jenis produk dan jasa.
2. Meningkatkan efisiensi operasional perbankan
Efisiensi menyangkut upaya penurunan biaya operasional.
3. Implementasi risk management yang berorientasi bisnis.

Bab 5 - Enterprise Risk Management (ERM) 140


II. Ketentuan dan Pengukuran Profil Risiko Bank
A. Ketentuan Profil Risiko Bank
▪ Bank Indonesia membuat kategori risiko terdiri dari risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas,
risiko operasional, risiko kepatuhan, risiko strategik, risiko reputasi, dan risiko legal.
▪ Pada tahun 2011, Bank Indonesia memperkenalkan metode penilaian Tingkat Kesehatan Bank
melalui PBI No. 13/1/PBI/2011 dan SE BI No. 13/24/DPNP, di mana penilaian Tingkat
Kesehatan Bank terdiri atas:
1. Profil Risiko
2. Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)
3. Kualitas Earning (Laba yang Stabil)
4. Kecukupan Modal
▪ Pada tahun 2017, OJK telah memperbarui metode penilaian Tingkat Kesehatan Bank melalui
Surat Edaran No. 14/SEOJK.03/2017.

Bab 5 - Enterprise Risk Management (ERM) 141


B. Pengukuran Profil Risiko Bank

▪ Profil risiko diukur dengan terlebih dahulu mengidentifikasi risiko inheren (pada berbagai aktivitas
bisnis/bank) dan penilaian kualitas kontrol, serta rencana perbaikan kualitas kontrol.
▪ Risiko inheren diukur dengan melakukan estimasi mengenai:
1. Probabilitas terjadinya event
2. Estimasi dampak kerugian yang ditimbulkan
▪ Risiko komposit adalah dampak gabungan antara probabilitas dan dampak kerugian (risk severity).
▪ Kualitas kontrol atas penerapan manajemen risiko dapat dilakukan dengan:
1. Menilai tata kelola risiko.
2. Kecukupan kerangka manajemen risiko.
3. Penilaian terhadap proses manajemen risiko.
4. Penilaian terhadap kecukupan SDM dan sistem informasi manajemen.
5. Kecukupan sistem pengendalian risiko.

Bab 5 - Enterprise Risk Management (ERM) 142


III. Value Based Management
▪ Value Based Management merupakan suatu metriks untuk mengukur kinerja bank
sesuai risiko yang diambil.
▪ Metriks yang sering digunakan adalah RORAC (Return on Risk Adjusted Capital) dan
EVA (Economic Value Added).
▪ Kedua metriks tersebut memerlukan nilai risk capital, yang dapat menggunakan
regulatory capital ataupun economic capital.
▪ Konsep dasar VBM adalah bahwa unit kerja dalam melakukan bisnis mengandung
risiko. Semakin besar risiko, maka modal yang diperlukan untuk menutup risiko
semakin besar dan unit kerja tersebut memerlukan penghasilan yang lebih besar agar
menghasilkan RORAC yang lebih besar dari hurdle rate atau EVA positif.

Bab 5 - Enterprise Risk Management (ERM) 143


IV. Hubungan ERM dengan Value Based Management
▪ Dengan RORAC atau EVA, bank dapat menunjukkan unit bisnis yang paling
memberikan nilai tambah bagi bank dan bank juga dapat mengidentifikasi produk
atau jasa yang memberikan nilai tambah bagi bank.
▪ Bank juga dapat merinci daerah mana yang memberikan nilai tambah paling besar
bagi bank. Dengan data ini, bank dapat mengarahkan strategi untuk mempercepat
pertumbuhan bisnis atau produk yang paling memberikan nilai tambah bagi bank.
▪ Dengan demikian terlihat bahwa manajemen risiko berperan sangat penting untuk
mengarahkan bank melaksanakan strategi yang terarah untuk men-ciptakan nilai
tambah bagi pemegang saham sesuai jenis dan besar risiko yang siap diambil.

Bab 5 - Enterprise Risk Management (ERM) 144


SELAMAT MENEMPUH UJIAN

SEMOGA LULUS

145

Anda mungkin juga menyukai