MANAGEMENT
CERTIFICATION
LEVEL 1
1
Materi Pembelajaran
Bab Bab
01 Latar Belakang
Manajemen Risiko 02 Risiko
Kredit
CERTIFICATION
LEVEL 1
03 Risiko
Pasar
Bab Bab
05 Enterprise Risk
Management (ERM) 04 Risiko
Operasional
Bab 1
Latar Belakang
Manajemen
Risiko
• R. KRD
• R. OPR METODE - STANDAR - STANDAR - BASIC INDICATOR
• R. LAIN - STANDAR
PILAR 3 : PENGUNGKAPAN
Basel I Basel II
Pilar 1 Pilar 2
Industri
Struktur Sistem Perbankan
Perbankan Pengawasan yang Kuat: Infrastruktur
Sistem Perlindung-
yang Sehat yang • GCG Pendukung an
Pengaturan • Manaje-
→ yang Efektif Independen yang Konsumen
Kecukupan dan Efektif men Risiko Mencukupi
Modal • Internal
Control
Menurut perbankan, risiko adalah suatu kejadian potensial, baik yang dapat
diperkirakan maupun yang tidak dapat diperkirakan yang berdampak negatif
terhadap pendapatan dan permodalan bank.
Risiko juga dianggap sebagai kendala pencapaian suatu tujuan atau kemungkinan yang
berpotensi memberikan dampak negatif kepada sasaran yang akan dicapai.
Dewan Komite
Komisaris Manajemen Risiko
Satuan Kerja
Komite Manajemen Risiko
Pemantau Risiko
Satuan Kerja Lain Terkait
Komite Manajemen Risiko
Audit
Dewan Komisaris
Wewenang dan tanggung jawab Dewan Komisaris.
1
Menyetujui kebijakan manajemen risiko, termasuk strategi dan kerangka
manajemen risiko yang ditetapkan sesuai dengan tingkat risiko yang akan
diambil (risk appetite) dan toleransi risiko (risk tolerance)
2
Mengevaluasi pertanggungjawaban Direksi dan memberikan arahan
perbaikan atas pelaksanaan kebijakan Manajemen Risiko secara berkala
untuk memastikan Direksi mengelola aktivitas dan risiko Bank secara efektif.
3 Mengembangkan
budaya manajemen
risiko di semua
4 Memastikan bahwa
fungsi manajemen risiko
telah diterapkan secara
jenjang organisasi. independen.
Profil risiko adalah gambaran keseluruhan risiko yang melekat pada operasional bank.
❑ Bank perlu menyusun Laporan Profil Risiko. Selain untuk kepentingan pelaporan
kepada BI, juga sebagai bahan supervisi untuk mengendalikan risiko secara efektif.
❑ Laporan profil risiko memuat laporan tentang tingkat dan tren seluruh eksposur risiko yang
relevan dan sesuai kompleksitas usaha bank termasuk profil risiko dari perusahaan anak.
Definisi tata kelola perusahaan bagi bank adalah seperangkat ketentuan yang mengatur
hubungan antara:
▪ Dewan Komisaris dan Dewan Direksi, seluruh pihak yang memiliki kepentingan secara
langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan usaha bank (stockholders), dan
▪ Pemegang saham perusahaan (stockholders).
Keterbukaan Independensi
01 (Transparancy) 04 (Independency)
Prinsip GCG: TARIF Akuntabilitas Kewajaran
02 (Accountability) 05 (Fairness)
Pertanggungjawaban
03 (Responsibility)
Bab 1 - Latar Belakang Manajemen Risiko 25
Bab 2
Risiko Kredit
Manajemen
II Jenis-Jenis
Kredit V Kredit
Bermasalah
Proses Perhitungan
III Manajemen
Risiko Kredit VI Kecukupan
Modal
Rating
▪ Permasalahan utama adalah ketersediaan
▪ Sistem Credit Risk Rating (Sistem Rating data debitur buruk sebagai bahan analisis
Risiko Kredit) merupakan alat pengukur parameter dan bobot.
klasifikasi kualitas debitur dilihat dari sisi
risiko kredit. ▪ Dalam Internal Rating Based (IRB) model
▪ Rating perkreditan adalah pemeringkatan Basel II, bank diwajibkan memiliki minimal
didasarkan pada analis kualitatif dan delapan peringkat risiko, yang terdiri dari:
kuantitatif.
▪ Hasil akhir proses pemeringkatan adalah ➢ minimal 7 (tujuh) peringkat
peringkat debitur berdasarkan pengolahan debitur non-default
beberapa parameter yang telah diberikan
➢ 1 (satu) peringkat untuk
bobot tertentu.
debitur default
Aktiva Tetap
▪ Tidak habis dipakai dalam satu siklus produksi.
01 ▪ Investasi jangka panjang yang dibiayai dengan
modal sendiri dan pinjaman jangka panjang.
01 Kredit Jangka
Pendek 02 Kredit Jangka
Menengah 03 Kredit Jangka
Panjang
▪ Kredit dengan ▪ Kredit dengan jangka ▪ Kredit dengan jangka waktu lebih
jangka waktu waktu antara 1 – 3 dari 3 tahun.
maksimal 1 tahun. tahun. ▪ Pada umumnya merupakan KI,
▪ Contoh: kredit ▪ Contoh: kredit seperti kredit untuk membangun
modal kerja pembelian mobil, pabrik baja.
musiman atau KPR, KMK tertentu. ▪ Selain KI, KMK untuk pembiayaan
kredit insidentil. persediaan dan piutang juga
dapat dipertimbangkan diberikan
KMK permanen dengan jangka
waktu lebih panjang.
Cash Loan
▪ Kredit dengan dana langsung
dicairkan kepada nasabah. Non-cash Loan
▪ Contoh: ▪ Kredit yang tidak langsung
➢ kredit modal kerja ditarik dalam bentuk tunai,
tetapi di dalamnya terkandung
➢ kredit investasi kesanggupan untuk melakukan
➢ kredit konsumsi pembayaran di kemudian hari.
▪ Contoh:
➢ Bank garansi (bid bond,
performance bond)
➢ Fasilitas L/C impor
➢ Fasilitas L/C dalam negeri
A Identifikasi
Risiko Kredit B Pengukuran
Risiko Kredit C Pengelolaan
Risiko Kredit
Pengelolaan atau mitigasi risiko kredit bertujuan agar risiko kredit tidak melewati
tingkat limit yang sudah ditetapkan sesuai dengan Risk Appetite (Tingkat Risiko) bank.
Penilaian risiko kredit perlu Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis kredit
memperhatikan: ▪ Bersifat proaktif (anticipative), bukan reaktif.
▪ Kondisi keuangan debitur ▪ Mencakup seluruh aktivitas fungsional (operasional).
(kemampuan membayar) ▪ Menggabungkan dan menganalisis informasi risiko
▪ Jaminan/agunan dari seluruh sumber informasi yang tersedia.
▪ Menganalisis probabilitas timbulnya risiko serta
konsekuensinya.
❑ Diukur dengan mengukur risiko inheren (risiko yang melekat dalam proses perkreditan).
❑ Pengukuran dilakukan dengan menetapkan potensi risiko kerugian.
❑ Potensi risiko kerugian ditetapkan dengan memperhitungkan kemungkinan terjadinya
kegagalan dalam proses kredit lalu menentukan dampak yang dapat ditimbulkan.
1. Inisiasi
▪ Target market (upaya 2. Analisis Kredit
pemasaran produk
▪ Faktor internal
kredit menjadi lebih
(faktor inheren 3. Penetapan Suku Bunga
terstruktur dan
debitur Kredit (Loan Pricing)
berpeluang
bersangkutan).
mendapatkan calon ▪ Dilakukan berdasarkan risiko
▪ Faktor eksternal yang
debitur yang (Risk Based Pricing/RBP).
memengaruhi
berkualitas).
kelayakan debitur.
▪ Negative list (daftar
▪ Analisis kinerja
usaha yang pada saat
historis (analisis
tertentu tidak menjadi
keuangan).
prioritas bank).
Aktiva Lancar
Current Ratio (%) = 100%
Kewajiban Lancar
CR yang baik > 100%, dengan tren membaik dan sejalan dengan rasio industri.
Semakin besar Cash Ratio dan Quick Ratio, kondisi debitur semakin baik.
Bab 2 - Risiko Kredit 48
b. Rasio Leverage
Total Kewajiban
DER (%) = 100%
Modal Sendiri
Persediaan
Perputaran Persediaan (Hari) = 365
Harga Pokok
Piutang Dagang
Perputaran Piutang (Hari) = 365
Penjualan
Penilaian perputaran dilakukan dengan menilai tren, dan perbandingan dengan industri sejenis.
Perputaran yang semakin tinggi (atau jumlah hari lebih kecil) akan semakin baik bagi perusahaan.
Net Profit
Net Profit Margin (%) = 100%
Sales
Laba Kotor
Gross Profit Margin (%) = 100%
Sales
Operating Profit
Operating Profit Margin (%) = 100%
Sales
Penilaian rasio profitabilitas dilakukan dengan melihat tren dan perbandingan dengan
industri sejenis.
Semakin besar rasio profitabilitas, maka kondisi perusahaan semakin baik.
Bab 2 - Risiko Kredit 51
2. Analisis Vertikal 3. Analisis Horizontal
▪ Analisis vertikal merupakan common ▪ Dilakukan dengan membandingkan
size analysis. pos-pos laporan keuangan untuk
▪ Analisis laporan keuangan dalam satu dua periode atau lebih.
periode tertentu dengan cara ▪ Tujuannya untuk mengetahui
membandingkan pos yang satu dengan perubahan dan tren dari waktu ke
pos yang lainnya. waktu maupun perkembangan
▪ Perbandingan dilakukan dengan masing-masing pos selama jangka
menggunakan persentase, di mana waktu tertentu.
salah satu pos ditetapkan sebagai
patokan 100%.
▪ Untuk menyimpulkan kondisi keuangan historis dan menilai bagaimana calon debitur
merencanakan upaya perbaikan rasio keuangan yang kurang baik dapat menggunakan
Analisis DuPont.
▪ Analisis DuPont melihat rasio ROE selama 2 periode dan melakukan analisis untuk melihat
permasalahan debitur serta menilai strategi debitur mengatasi permasalahan tersebut.
Pendekatan 5C
Character
Menilai karakter debitur Condition
Menilai kondisi ekonomi
Capacity
Menilai kapasitas debitur membayar kewajiban
Collateral
Menilai ketersediaan agunan
Capital
Menilai modal debitur
4. Kombinasi
1. Rescheduling
Kombinasi dari rescheduling,
Memperpanjang jangka
reconditioning, dan restructuring.
waktu kredit atau jangka
waktu angsuran. 2. Reconditioning
5. Penyitaan Jaminan
Mengubah beberapa
syarat perkreditan, antara lain: Jalan terakhir apabila nasabah
kapitalisasi bunga, penundaan tidak memiliki itikad baik atau
bayar bunga, penurunan suku benar-benar tidak mampu
bunga, atau pembebasan bunga. memenuhi kewajibannya.
Pendekatan dalam menghitung kebutuhan modal untuk Pendekatan IRB mengukur risiko
menutup risiko kredit menurut Basel II dan Bank Indonesia. berdasarkan internal rating yang
telah dimiliki oleh bank.
A Standardized Approach
(Pendekatan Standar) Jika bank memilih menggunakan
pendekatan IRB, maka:
ATMR-SA
▪ Tagihan bersih eksposur aset dalam neraca =
(Nilai tercatat aset + Tagihan bunga yang belum diterima jika ada) – CKPN
▪ Tagihan bersih eksposur rekening administratif =
(Nilai kewajiban komitmen atau kontinjensi – PPA khusus) × FKK*
*FKK: Faktor Konversi Kredit
ATMR-SA = Tagihan Bersih × Bobot Risiko
Bab 2 - Risiko Kredit 65
B. Internal Rating Based Approach
Parameter
Perhitungan kebutuhan modal menggunakan formula yang ditetapkan oleh BCBS atau regulator (BI).
II Manajemen
Risiko Pasar IV Banking
Book
04 Risiko
Komoditas 03 Risiko Ekuitas atau Saham
(Equity Risk)
Potensi kerugian akibat fluktuasi harga Potensi kerugian akibat fluktuasi harga saham di
komoditas. Risiko dapat terjadi pada pasar. Risiko ekuitas dapat terjadi karena adanya
posisi komoditas termasuk posisi perubahan harga saham atas portofolio saham
derivatives komoditas. yang dimiliki bank (misalnya anak perusahaan
bank yang bergerak di bidang sekuritas).
Selisih MtM
Trading Tujuan: Jangka Waktu
Langsung
Book Profit < 90 Hari
ke L/R
Banking Book
1 Risiko Spesifik
(Specific Risk) 2 Risiko Pasar secara Umum
(General Market Risk)
Agar proses valuasi dilakukan secara konsisten: Mengukur risiko pasar portofolio
▪ Bank menggunakan harga pasar yang reliable ▪ Mengukur risiko pasar masing-masing
dan waktu valuasi yang konsisten. instrumen.
▪ Mark to Model atau menggunakan suatu ▪ Menentukan risiko portofolio dengan
model yang dapat mencerminkan harga pasar. memperhitungkan korelasi berbagai
Mark to Model dilakukan apabila data harga faktor pasar.
pasar suatu instrumen tidak tersedia.
▪ Kriteria stress testing ditetapkan berdasarkan faktor yang dapat menimbulkan kerugian
luar biasa atau yang menyebabkan pengendalian risikonya sulit dilakukan.
▪ Kriteria yang digunakan adalah peristiwa yang jarang terjadi (low probability events) terkait
berbagai jenis risiko utama termasuk risiko pasar, risiko kredit, dan risiko operasional, yang
memberikan dampak signifikan pada posisi portofolio.
▪ Penilaian dampak untuk seluruh posisi, baik yang karakteristik harganya bersifat linear
maupun non-linear (yaitu posisi option dan posisi lain dengan karakteristik seperti option).
▪ Risiko pasar juga memperhitungkan aspek likuiditas pasar saat gangguan pasar (market
disturbance) terjadi.
▪ Contoh: bank mungkin tidak dapat menjual beberapa posisi trading dengan cepat dalam
kondisi krisis dan nilai dari posisi tersebut mungkin sangat berfluktuasi.
▪ Pendekatan pengukuran risiko pasar dan perhitungan kecukupan modal yang dibuat secara
standar untuk seluruh bank dan ditetapkan oleh Bank Indonesia.
▪ Pendekatan yang lebih sederhana dalam pengukuran modal untuk menutup risiko pasar adalah
Pendekatan Standar (sesuai PBI No. 5/23/PBI/2003 yang diubah menjadi PBI No. 9/13/PBI/2007).
▪ Selain sederhana, standardisasi tersebut dapat mengurangi beban pelaporan dan memberikan
acuan bagi pengawas dalam melakukan verifikasi.
▪ Perhitungan risiko pasar dengan menggunakan Standard Approach berlaku sejak tahun 2003.
▪ Sebagai lembaga intermediari, bank ▪ Aktivitas yang dilaksanakan oleh bank dalam
mengumpulkan dana masyarakat menjalankan fungsi intermediari keuangan
dan menyalurkan kredit maupun tersebut disebut aktivitas banking book.
menginvestasikan dalam bentuk ▪ Pengelolaan risiko dan bisnis dalam aktivitas
aset keuangan, seperti: SUN, Banking Book dikenal sebagai ALM (Asset
obligasi korporasi, SBI, dan lainnya. Liability Management).
Hedging
Loan DPK
GAP SB NII E
IB IB
SB + + –
SB +
– – +
E + – +
–
– + –
1. Struktur Neraca
Aset Kewajiban dan Ekuitas
▪ Kas dan setara kas, seperti: dana tunai ▪ Dana masyarakat, seperti: tabungan, giro,
di kas kantor cabang, ATM, GWM, deposito.
penempatan di bank lain, FTK. ▪ Utang antarbank/jangka pendek dan FTE.
▪ Penyaluran dana dalam bentuk kredit, ▪ Utang jangka panjang (lebih dari 1 tahun)
seperti: KPR, kredit modal kerja KUK seperti obligasi yang diterbitkan.
▪ Aset investasi, seperti: SBI, SUN, obligasi ▪ Modal, obligasi subordinasi yang
korporasi, dan produk investasi lainnya. diterbitkan, laba ditahan, saham,
▪ Aset lainnya, seperti: kantor, tanah dan cadangan.
bangunan.
Bab 3 - Risiko Pasar 100
2. Laba/Rugi Bank
Laba/rugi bank memperlihatkan bahwa pendapatan bunga dan biaya bunga merupakan
bagian utama dari struktur pendapatan dan biaya bank secara keseluruhan.
Aset produktif dengan nilai dipengaruhi Kewajiban di mana bunga yang harus
pergerakan suku bunga, baik pada saat dibayar tergantung suku bunga pasar.
jatuh tempo, atau pada saat posisi Posisi liabilities termasuk bunga yang
tersebut perlu ditetapkan kembali tetap sampai jatuh tempo, atau posisi
tingkat bunga (repriced) dalam periode di mana bunga ditetapkan pada periode
waktu tertentu. tertentu (repriced).
Contoh: Kredit komersial dengan suku Contoh:
bunga mengambang (floating rate), ▪ Bunga giro dapat berubah setiap saat.
benchmark SBI 6 bulan, maka suku bunga ▪ Deposito satu bulan bunga dapat
dapat berubah sesuai perkembangan berubah setelah jatuh tempo satu
bunga pasar bunga SBI 6 bulan. bulan.
1. Menentukan ekspektasi perubahan suku bunga dalam periode yang telah ditentukan.
2. Menganalisis gap pada struktur neraca dan laba/rugi bank.
3. Menentukan keselarasan gap dengan estimasi perubahan bunga.
4. Apabila diperlukan, dapat diambil langkah untuk mencapai tujuan strategis yang telah
ditentukan dengan cara, yaitu:
▪ Strategi funding dan lending (On Balance Sheet)
▪ Strategi Off Balance Sheet atau Derivative (Hedging)
Penyebab Perangkat
II Risiko
Operasional V Risiko
Operasional
Karakteristik Perhitungan
III Risiko
Operasional VI Beban Modal Risiko
Operasional
Kejadian
4
Eksternal
Sumber Risiko
▪ Berkaitan dengan risiko kesalahan pembuatan model atau metodologi.
▪ Kesalahan rancangan dan urutan kerja dengan tahapan proses yang tidak jelas.
▪ Kelemahan proses internal seperti tidak patuh terhadap ketentuan internal
dan eksternal, kesalahan dalam produk, kesalahan dalam berhubungan dengan
nasabah, dan lain-lain.
Contoh Kasus
Pembobolan Bank B Cabang Pondok Indah senilai Rp46,4 miliar dengan modus
pengajuan kredit dengan agunan dokumen palsu. Kelemahannya: pencairan dana
tidak sesuai SOP dan prinsip kehati-hatian perbankan.
Sumber Risiko
▪ Tuntutan kompensasi dan perlakuan Contoh Kasus
diskriminatif, pelanggaran ketentuan
▪ Kesalahan melaksanakan transaksi
jaminan kesehatan dan keamanan pekerja
dan prosedur.
serta pemogokan.
▪ Fraud dan trading yang tidak sah
▪ Pelatihan dan manajemen yang tidak
atau diluar kewenangan.
memadai, kesalahan manusia, pemisahan
tugas/wewenang/tanggung jawab yang ▪ Perselisihan ketenagakerjaan, PHK,
tidak jelas, ketergantungan orang tertentu, kecelakaan kerja, dan lain-lain.
integritas, dan kejujuran yang rendah.
Contoh Kasus
Sumber Risiko Menara Bank T yang mengalami kebakaran di bagian
▪ Perubahan undang-undang hak-hak basement akibat korsleting listrik yang mengakibatkan
konsumen. server data bank dipindahkan ke tempat lain sehingga
▪ Ancaman fisik seperti perampokan, transaksi online/ATM dihentikan sementara. Kerugian
serangan teroris (contoh: serangan risiko operasional akibat kebakaran tersebut antara lain
11-9-01). kerugian finansial terbakarnya bangunan bank, rusaknya
▪ Bencana alam. jaringan data dan informasi, terganggunya pelayanan
nasabah, dan tidak dapat bekerjanya karyawan akibat
rusaknya prasarana kerja.
Penilaian terhadap risiko inheren didasari pada pengamatan kejadian risiko operasional terutama:
▪ Frekuensi, yaitu seberapa sering terjadi di masa lalu dan tren di masa depan.
▪ Dampak, yaitu seberapa besar kerugian yang diderita (severity) ketika terjadi di masa lalu atau
di masa depan.
Beban Modal Risiko Operasional adalah rata-rata penjumlahan bruto (gross income)
tahunan yang mempunyai nilai positif 3 tahun terakhir, dikalikan faktor alfa 15%.
ATMR Risiko Operasional tahun 2011 = 12,5 × Beban Modal Risiko Operasional
= 12,5 × [15 % x {(750 + 3.000 + 2.250)/3}]
= Rp3.750 juta
Bab 4 - Risiko Operasional 129
Contoh Soal
Bank menghitung ATMR Risiko Operasional selama Apabila dalam menghitung rata-rata
1
bulan Januari dan Februari 2011 berdasarkan pendapatan bruto selama tiga tahun
pendapatan bruto 2008, 2009, dan 2010 (unaudited). terakhir terdapat satu atau dua tahun
Pada awal Maret 2011, Laporan Keuangan telah Bank mengalami pendapatan bruto negatif
diaudit KAP dan telah disampaikan kepada Bank. atau nihil, maka perhitungan rata-rata
Bank menghitung ATMR Risiko Operasional bulan pendapatan bruto tahunan Bank harus
Maret berdasarkan pendapatan bruto 2008, 2009, mengeluarkan nilai pendapatan bruto
dan 2010 (audited). negatif dari pembilang dan penyebut.
3 Bank B didirikan dan mulai beroperasi 19 Desember 2010. Pada akhir Desember 2010, total
pendapatan bruto Bank B Rp100 juta. Sampai akhir tahun pendirian (Desember 2010), Bank
tidak wajib menghitung ATMR.
ATMR Risiko Operasional 2011
= 12,5 × Beban Modal Risiko Operasional
= 12,5 × [15% × {100 × 12/1}]
= Rp2.250 juta
Bab 4 - Risiko Operasional 131
4 Bagi Bank yang baru berdiri atau hasil merger atau konsolidasi, maka Bank tidak wajib menghitung
ATMR Risiko Operasional sampai akhir bulan Desember tahun pendiriannya atau tahun Bank
melakukan merger atau konsolidasi. Untuk tahun berikutnya, Bank wajib menghitung beban modal
Risiko Operasional dengan menggunakan pendapatan bruto selama tahun awal pendirian yang
disetahunkan.
Beberapa Bank merger menjadi Bank A efektif beroperasi 15 April 2010. Pada akhir Desember 2010,
total pendapatan bruto Bank A Rp750 juta. Sampai akhir tahun pendirian (Desember 2010), Bank
tidak wajib menghitung ATMR. Sejak bulan Januari 2011, Bank A menghitung ATMR Risiko Operasional
sebagai berikut.
Kelebihan Kelemahan
▪ Mudah diimplementasikan. ▪ Tidak memberikan perhatian khusus
▪ Tidak membutuhkan waktu dan terhadap eksposur dan pengendalian risiko
sumber daya yang besar. operasional bank, struktur aktivitas bisnis,
peringkat kredit dan indikator lain.
▪ Cocok untuk bank yang sedang
dalam tahap awal melakukan ▪ Hasil perhitungan modelnya sering over
implementasi Basel II, bank estimate dari kondisi sesungguhnya.
ukuran kecil dan menengah. ▪ Tidak cocok diimple-mentasikan untuk
bank besar dan aktif secara internasional.
SEBI No. 11/3/DPNP, 27 Januari 2009 perihal Perhitungan Asset Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR) untuk Risiko Operasional dengan menggunakan Pendekatan Indikator Dasar (PID).
Dalam menggunakan AMA, bank diberi kesempatan untuk menggunakan hasil dari sistem
pengukuran risiko operasional yang dimiliki. Namun, tergantung pada standar-standar kualitatif
dan kuantitatif yang ditetapkan oleh regulator, untuk menghitung kebutuhan modal minimum.
❑ AMA merupakan pendekatan yang lebih kompleks dibanding dengan dua pendekatan
sebelumnya, sehingga lebih mencerminkan kondisi risiko yang sebenarnya
(perhitungan kebutuhan modal untuk menutup risiko operasional lebih sesuai).
❑ Bank dianjurkan menggunakan cara yang lebih baik atas dasar Profil
Risiko bank dan kemampuan melaksanakan manajemen risiko dari bank.
Modal
CAR = > 8%
ATMR Kredit + ATMR Pasar + ATMR Operasional
▪ Profil risiko diukur dengan terlebih dahulu mengidentifikasi risiko inheren (pada berbagai aktivitas
bisnis/bank) dan penilaian kualitas kontrol, serta rencana perbaikan kualitas kontrol.
▪ Risiko inheren diukur dengan melakukan estimasi mengenai:
1. Probabilitas terjadinya event
2. Estimasi dampak kerugian yang ditimbulkan
▪ Risiko komposit adalah dampak gabungan antara probabilitas dan dampak kerugian (risk severity).
▪ Kualitas kontrol atas penerapan manajemen risiko dapat dilakukan dengan:
1. Menilai tata kelola risiko.
2. Kecukupan kerangka manajemen risiko.
3. Penilaian terhadap proses manajemen risiko.
4. Penilaian terhadap kecukupan SDM dan sistem informasi manajemen.
5. Kecukupan sistem pengendalian risiko.
SEMOGA LULUS
145