Anda di halaman 1dari 16

Pengarusutamaan Studi MTRE3

ke dalam Rancangan RPJMD 3 Provinsi


Bimbingan Teknis Inventarisasi Aksi Mitigasi GRK Sektor Energi di Tingkat
Provinsi NTT dan Sosialisasi Inventarisasi Aksi Mitigasi GRK Sektor Lainnya di
Tingkat Provinsi dan Kabupaten-Kota dalam Rangka Pengarusutamaan Hasil
Studi UNDP-MTRE3 di Provinsi NTT

Virtual Meeting, 26 Juli 2021

prepared by
Hasil Kajian Tahap I
Analisis KLHS dan Program Kelistrikan
I. Ringkasan Hasil Draft KLHS
Analisis TPB 7: Energi Bersih dan Terjangkau

Sektor energi dan sumber daya mineral memiliki posisi yang strategis dalam pembangunan daerah. Selain
menjamin sumber pasokan energi bersih dan terjangkau, sektor ESDM juga dapat menjadi pendorong
aktivitas ekonomi, dan meningkatkan nilai tambah sumber daya alam energi dan mineral.

Dalam memastikan tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 7 di Provinsi Nusa Tenggara Timur,
yaitu menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern untuk semua, terdapat
indikator dan target yang perlu ditinjau.
Analisis TPB 7: Energi Bersih dan Terjangkau
Provinsi NTT
Target Indikator Satuan Tahun Capaian Target Keterangan
Belum teridentifikasi Indikator nasional yang
7.1.1 Rasio elektrifikasi % 85,84 dalam dokumen sesuai dengan indikator
resmi provinsi global
7.1 Pada tahun 2030, menjamin akses Belum teridentifikasi
Konsumsi listrik per Indikator nasional sebagai
universal layanan energi yang 7.1.1.(a) kWh 2019 183,18 dalam dokumen
kapita tambahan indikator global
terjangkau, andal dan modern resmi provinsi
Belum teridentifikasi
Rasio penggunaan Indikator nasional sebagai
7.1.2.(b) % 1,20 dalam dokumen
gas rumah tangga tambahan indikator global
resmi provinsi
7.2 Pada tahun 2030, meningkat
secara substansial pangsa energi Bauran energi
7.2.1 % 2020 10
terbarukan dalam bauran energi terbarukan
global
Belum Indikator nasional yang
7.3 Pada tahun 2030, melakukan sesuai dengan indikator
Intensitas energi teridentifikasi
perbaikan efisiensi energi di tingkat 7.3.1 SBM/miliar Rp 47,37 global
primer dalam dokumen
global sebanyak dua kali lipat
resmi provinsi
7.b Pada tahun 2030, memperluas
infrastruktur dan meningkatkan
teknologi untuk penyediaan layanan Belum
Kapasitas terpasang W/kapita Indikator nasional yang
energi modern dan berkelanjutan bagi teridentifikasi
7.b.1 listrik dari energi 6,58 sesuai dengan indikator
semua negara-negara berkembang, dalam dokumen
terbarukan global
khususnya negara kurang resmi provinsi
berkembang, negara berkembang
pulau kecil dan negara berkembang
II. Kajian Program Kelistrikan
Lumbung Energi Surya
Peta Sebaran Energi Surya NTT
• Pemerintah pusat mencanangkan Kawasan Sumba, Provinsi
NTT sebagai salah satu lumbung energi surya nasional
• Potensi energi surya yang dimiliki Sumba terbilang cukup
besar, dengan intensitas radiasi matahari tertinggi di
Indonesia yaitu 5,7 kWh/m2/hari.
• Dibandingkan dengan rata-rata potensi surya nasional
Indonesia sebesar 1.400 kWh/kWp/tahun, Provinsi NTT,
tepatnya di Pulau Sumba, memiliki rata-rata potensi
pembangkitan sebesar 1.800 kWh/kWp/tahun atau 25% di
atas rata-rata nasional
• Kapasitas PLTS yang dapat dibangun dapat mencapai 50 GW,
hal ini dimungkinkan karena lahan yang tersedia masih sangat
luas. Pengembangan PLTS skala besar ini akan menghasilkan
harga jual listrik dari PLTS yang sangat murah.
• PLTS Gigafarm yang direncanakan untuk dibangun di Sumba
memiliki potensi sebesar 20 GW. Potensi ini dapat
menghasilkan listrik sebesar 35.040 GWh pertahun.
Peta Sebaran Pariwisata Estate

WOLWAL, RE 92.47%

LAMALERA, RE 100%

KOANARA, RE 88.01% FATUMNASI, RE 20.34%

Pantai Liman, Uitiuhtuan, RE 82.54%

PRAIMADITA, RE 34.67%

Mulut Seribu, Daiama, RE 96.02%


Potensi Pembangkit Listrik EBT
Pariwisata Estate
Rasio Elektrifikasi Identifikasi Potensi Pembangkit
Wilayah Kabupaten Pariwisata Estate
Kawasan (%) Listrik EBT
Southeastern Timor Tengah
Kawasan Fatumnasi 20,34 • PLTB: Oelbubuk - Soe (20 MW)
(Timor) group Selatan/TTS
• Surya: 1.2 MW; Maubesi (1 MW)
Southeastern
Rote Ndao Mulut Seribu 96,02 • Biogas 1 MW
(Timor) group
• PLTBm: 2 MW( kelapa)
100% • Surya: Atadei/FTP 2 (2x5 MW)
Lembata Kawasan Lamalera
(Lamalera A dan B) • Surya: 1 MW

Kupang Kawasan Pantai Liman – Semau 82,54

Koanara • PLTP: Sokoria/FTP 2 (6x5 MW);


Ende 88,01
(desa di Kec. Kelimutu) • PLTP: Lesugolo 10 MW;
Northern (Flores)
Sumba Timur Kawasan Praimadita 34,67
group
• Surya: Alor/Kalabahi (1,2 MW)
92,47 (Wolwal Barat
• Biogas: 1 MW
59,83%, Wolwal Selatan
Alor Kawasan Wolwal • PLTP: Gunung Sirung (5 MW)
94,59%, Wolwal Tengah
• PLTS Alor/Kalabahi (1,2 MW)
63,74%)
• PLTBm: 2 MW( kelapa)
Dediselisasi
Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Energi Terbarukan Provinsi
Jenis Pembangkit Listrik Provinsi NTT
NTT Tahun 2019 menunjukkan bahwa pembangkit listrik di Provinsi
350
NTT masih didominasi oleh PLTD sebesar 316.4 MW atau sama
289.9
dengan 77% dari total kapasitas pembangkit terpasang di Provinnsi
300
NTT. Mengingat salah satu isu strategis energi di Provinsi NTT
adalah tingkat ketergantungan pada energi fosil yang tinggi
250
sehingga pemanfaatan EBT setempat perlu ditingkatkan, maka ke
Kapasitas (MW)

depannya perlu perencanaan meningkatkan pembangunan jenis


200
pembangkit yang berasal dari EBT berupa PLTBm dan PLTSa atau
memanfaatkan EBT secara hibrid berupa PLTU-BM Co-firing.
150
Bahan baku potensial yang dimiliki NTT untuk dimanfaatkan
100 77
menjadi bahan bakar PLTBm, PLTsa, dan PLTU-BM Co-firing adalah :
1. Arang batok kelapa
50
19.4 2. Sampah kota
0 3. SCF atau solid recovered fuel
PLTU PLTD PLT EBT Selain PLT EBT tersebut, provinsi NTT juga memiliki sumber energi
yang besar dalam bentuk arus laut yang bisa didaya gunakan untuk
PLTAL
Pembangkit Listrik Yang Perlu Diprioritaskan Dibangun
Berdasarkan Hasil Pengembangan Marginal Abatement Cost
Curve (MACC) Skenario Mitigasi Alternatif RUPTL
Kapasitas Pengurangan Emisi Biaya MAC
Upaya Mitigasi Merupakan urutan
(MW) (juta-ton CO2e) (juta USD) (USD/ton-CO2e)
perbandingan biaya
PLTA 17 0,33 -2,41 -7,35 pembangkitan dengan output
PLTM 31 0,84 -5,81 -6,87 mitigasi dalam ton CO2e
PLTU BM-Cofiring
12,175 0,81 -0,54 -0,67
(Direct)*
PLTS 28 0,66 2,63 4,01
PLTSa Gasification* 10 0,20 0,99 5,05 Perlu dikoordinasikan di
PLTBm Gasification 20 1,18 7,39 6,23
tingkat pemerintah pusat
dan provinsi dan peran
PLTP 95 7,16 54,99 7,68
kabupaten/kota dalam
PLTB 10 0,63 7,25 11,49 proses pembangunannya
PLTAL* 10 0,08 4,16 54,26 mengacu pada ketentuan
kewenangan yang berlaku
Sumber: DJEBTKE-UNDP, 2020
Keterangan: *Rekomendasi di luar RUPTL
Potensi Mitigasi GRK Sektor Energi (Pembangkit Listrik)
dalam Dokumen Perencanaan Energi Provinsi NTT

Sumber: Laporan Kaji Ulang RAD GRK Sektor Energi dan Transportasi
Hasil Kajian Tahap II
Gap Perencanaan Energi di Level Provinsi dan
Kabupaten/Kota
Identifikasi Permasalahan Energi Daerah Provinsi NTT

Isu
1. Adanya Knowledge gap antara provinsi dan kabupaten terkait Perencanaan
Pembangunan Rendah Karbon (PPRK) yang mempengaruhi perbedaan
perencanaan dokumen daerah, di tingkat provinsi dan kabupaten
2. Dibutuhkan proses sosialisasi PPRK ke semua level pemerintahan daerah di
provinsi dan kabupaten/kota di Provinsi NTT agar memiliki pemahaman yang
sama dan dapat merencanakan program dan kegiatan yang saling bersinergi
dan integratif lintas tingkat pemerintahan dan instansi/dinas
3. Terkait energi terdapat pemisahan kewenangan antara provinsi dan
kabupaten/kota perlu dilakukan identifikasi program dan kegiatan PPRK,
contohnya mitigasi GRK di sektor energi sesuai dengan kewenangan tingkat
pemerintahan daerah
Model Perencanaan Energi dan Sumber Daya Mineral di
Pemerintahan Daerah

1. Energi dan Sumber Daya Mineral merupakan bagian dari Urusan Pemerintahan
Pilihan yang berkaitan dengan Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan
Pelayanan Dasar
2. Dinas ESDM berada di Provinsi dan pembentukan cabang Dinas ESDM di Kab/Kota
tergantung potensi daerah
3. Perangkat Daerah menyusun rencana strategis (RENSTRA PD) dengan berpedoman
pada RPJMD,
4. RENSTRA PD memuat tujuan, sasaran, program, dan kegiatan pembangunan dalam
rangka pelaksanaan Urusan Pemerintahan Wajib dan/atau Urusan Pemerintahan
Pilihan sesuai dengan tugas dan fungsi setiap Perangkat Daerah, dengan capaian yang
diselaraskan dengan pencapaian sasaran, program, dan kegiatan pembangunan yang
ditetapkan dalam RENSTRA K/L untuk tercapainya sasaran pembangunan nasional
5. RENSTRA Dinas ESDM Provinsi mengacu pada RPJMD Provinsi. Cabang Dinas ESDM di
Kab/Kot ketentuan Dinas dimana urusan energi (kelistrikan) berada dan mengikuti
RPJMD Kabupaten/Kota (Contoh: Kab. Ngada, urusan penyediaan listrik untuk desa
menjadi bagian dari Dinas Perumahan)
Contoh Pembagian Kewenangan Bidang Energi di Tingkat
Pemerintahan Pusat-Provinsi-Kabupaten/Kota (UU 23/2014 dan
Permendagri 90/2019 – dimutakhirkan dengan Kepmendagri No. 050-3708/2020)
Contoh Perbandingan Dokumen Perencanaan RPJMD Perubahan Provinsi NTT 2018-
2023 (sudah mencakup PPRK) dengan RKPD Kab. Ngada Tahun 2022)
Merupakan urutan
perbandingan biaya
pembangkitan dengan output
mitigasi dalam ton CO2e

Target Bidang
Energi
(RPJMD
Perubahan
Prov NTT
2018-2023)

Target Bid. Kelistrikan di


Kab Ngada (RKPD 2022)
KESIMPULAN HASIL KAJIAN Tahap II
1. Gap antara program pengembangan energi di level pusat dan provinsi adalah
yang menjadi kewenangan daerah terbatas pada program kelistrikan dan
energi terbarukan
2. Gap antara program pengembangan energi di level provinsi dengan
Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota tidak lagi berwenang pada bidang
keenergian (bidang pengusahaan – kecuali terkait panas bumi)
3. Terdapat peluang kegiatan di level kabupaten/kota yang berpotensi untuk
disinergikan dengan pengusahaan bidang energi di level provinsi, yaitu
pemanfaatan hasil produksi/limbah pertanian, peternakan dan kehutanan.
4. Untuk mendukung Rencana Aksi Mitigasi GRK dan PPRK sehingga mendukung
program provinsi dan nasional, perlu dilakukan sinkronisasi program dan
kegiatan baik di sektor energi dengan sektor-sektor lainnya yang
bersinggungan di level provinsi dengan kabupaten/kota serta
mempertibangkan dokumen-dokumen perencanaan energi lainnya termasuk
memperhatikan pembagian kewenangan antara pusat dan daerah

Anda mungkin juga menyukai