Anda di halaman 1dari 4

a) Distribusi Sanitaisi Lingkungan Ibu Hamil

Tabel 5.125 Distribusi Frekuensi Kesehatan Lingkungan Ibu Hamil


(n = 20)
Kurang
Sehat / Sehat / Baik Total
Parameter
Kurang Baik
n % n % n %
Rumah Sehat 20 100,0 0 0,0 20 100,0
Air Bersih 0 0,0 20 100,0 20 100,0
Sarana MCK 16 80,0 4 20,0 20 100,0
Pengelolaan 20
20 100,0 0 0,0 100,0
Sampah
Pengelolaan 20
10 50,0 10 50,0 100,0
Limbah
Sarana Sanitasi 20 100,0 0 0,0 20 100,0
Perilaku Penghuni 20 100,0 0 0,0 20 100.0

Menurut tabel 5.125, sebagian besar responden memiliki perilaku yang kurang baik
dalam kesehatan lingkungan yaitu sekitar 100% selain itu semua responden memiliki
rumah, sarana sanita, pengelolaan sampah kurang sehat yaitu sekitar 100%, memiliki
sarana MCK yang kurang sehat 80%, memiliki pengelolaan limbah yang kurang baik
50%, akan tetapi semua rumah para responden di Desa Leuwiliang memiliki kondisi air
bersih sebesar 100%.
Tabel 5. 126 Frekuensi Kesimpulan Kesehatan Lingkungan
(n=20)
Kategori Jumlah (n) Presentase (%)

Sangat kurang 1 5,0


Kurang baik 3 15,0
Cukup baik 14 70,0
Baik 2 10,0

Total 20 100,0

Menurut tabel 5.126 terdapat 70% yang memiliki kesehatan lingkungan cukup
baik dan terdapat 15% yang memiliki kesehatan lingkungan kurang baik. Hal ini dapat
terjadi karena kurangnya kesadaran dalam menerapkan kesehatan lingkungan pada
parameter rumah sehat, air bersih, sarana MCK, pengelolaan sampah, pengelolaan
limbah, sarana sanitasi, dan perilaku penghuni yang dapat membuat lingkungan rumah
menjadi kotor dan tidak nyaman untuk ditinggali yang berdampak pada kesehatan akibat
dari pencemaran yang terjadi. Dan ada 2 responden di Desa Leuwiliang yang memiliki
kesehatan lingkungan baik.
Tabel 5.147 asupan gula berdasarkan riwayat penyakit degeneratif

Riwayat Penyakit DM
Tidak
Total
Asupan Gula Menderita/Tidak Beresiko Menderita
Beresiko
n % n % n % n %
> rata-rata 7 70 3 30 0 0,0 10 100
< = rata-rata 10 100 0 0,0 0 0,0 10 100
Riwayat Penyakit Hipertensi Total
Asupan Gula
n % n % n % n %
> rata-rata 9 90 1 10 0 0,0 10 100
< = rata-rata 7 70 3 30 0 0,0 10 100
Riwayat Penyakit Asam Urat Total
Asupan Gula
n % n % n % n %
> rata-rata 8 80 2 20 0 0,0 10 100
< = rata-rata 8 80 2 20 0 0,0 10 100
Riwayat Penyakit Jantung Koroner Total
Asupan Gula
n % n % n % n %
> rata-rata 8 80 2 20 0 0,0 10 100
< = rata-rata 8 80 2 20 0 0,0 10 100
Riwayat Penyakit Obesitas Total
Asupan Gula
n % n % n % n %
> rata-rata 9 90 1 10 0 0,0 10 100
< = rata-rata 9 90 1 10 0 0,0 10 100
Menurut tabel 5.147 asupan gula berdasar berdasarkan riwayat penyakit degeneratif,
sebanyak 100% ibu hamil tidak beresiko penyakit diabetes melitus dengan asupan gula <= rata-
rata, namun terdapat 30% ibu hamil beresiko menderita penyakit diabetes melitus dengan asupan
gula > rata-rata. Terdapat 90% ibu hamil tidak beresiko menderita penyakit hipertensi dengan
asupan gula > rata-rata, namun terdapat 30% ibu hamil beresiko menderita penyakit hipertensi
dengan rata-rata asupan gula <=rata-rata. Terdapat 80% ibu hamil yang tidak beresiko menderita
penyakit asam urat, dan 20% ibu hamul menderita asam urat dengan asupan gula > rata-rata dan
<= rata-rata. Terdapat 80% ibu hamil tidak beresiko penyakit jantung coroner dengan asupan
lemak ›rata-rata, namun terdapat 20% ibu hamil beresiko menderita penyakit jantung koroner.
Terdapat 90% ibu hamil tidak beresiko menderita obesitas dengan asupan gula > rata-rata dan <=
rata-rata, namun terdapat 10% ibu hamil beresiko menderita obesitas dengan asupan gula > rata-
rata dan <= rata-rata.
Menurut Kemenkes (2014) Konsumsi gula yang berlebihan dapat berdampak terhadap
peningkatan berat badan, yang jika dilakukan dalam jangka panjang akan meningkatkan
kadar gula darah sehingga menyebabkan terjadinya penyakit diabetes tipe 2. Hasil penelitian
Sarifah (2014) menujukkan bahwa asupan gula berhubungan dengan kejadian hipertensi. Selain
itu, terdapat hubungan antara asupan gula sederhana dengan kejadian hipertensi.
Sedangkan menurut penelitian Athirah (2021) konsumsi pemanis rendah kalori
mempunyai hubungan yang tinggi dengan kejadian sindroma metabolik (obesitas) dan diabetes
yang merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner.

Dafpus:
1. Rabaity, A. Konsumsi Gula Sederhana Dan Aktifitas Fisik Sebagai Faktor Risiko
Kejadian Hipertensi Obesitik Pada Remaja Awal. Jurnal UNDIP 2012. Tersedia di URL:
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jnc
2. Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman gizi seimbang. Jakarta: Direktorat Jenderal
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Diakses dari
http://www.gizi.depkes.go.id/download/ Pedoman%20Gizi/PGS%20Ok.pdf
3. Athirah Amirah Nabilah Binti Fitrisubroto. Hubungan Konsumsi Pemanis Rendah Kalori
Dengan Penyakit Jantung Koroner Dalam Suatu Systematic Review. 2021.

Anda mungkin juga menyukai