Anda di halaman 1dari 40

GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG

FAKTOR RISIKO PENYAKIT HIPERTENSI DI


WILAYAH PUSKESMAS ARUT SELATAN
KOTAWARINGIN BARAT

dr. Yogi Oktiandi


PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan penyebab utama dari global burden of
disease yang mengakibatnya menurunnya produktivitas
kerja manusia
Hipertensi meningkatkan peluang terjadinya penyakit
kardiovaskular seperti stroke, gagal jantung, dan serangan
jantung.
Di Amerika, menurut National Health and Nutrition
Examination Survey (NHNES III); paling sedikit 30% pasien
hipertensi tidak menyadari kondisi mereka, dan hanya 31%
pasien yang diobati mencapai target tekanan darah yang
diinginkan dibawah 140/90 mmHg.
Penyakit kardiovaskular menduduki peringkat nomor satu
penyebab kematian di Indonesia, sekitar 20-35% dari
kematian tesebut berhubungan dengan hipertensi.
10 PENYAKIT TERBESAR DI
PUSKESMAS ARUT SELATAN
NO JENIS PENYAKIT JUMLAH

1 Infeksi Saluran Pernafasan Akut 4357

2 Hipertensi Essensial 1401

3 Pulpitis 867

4 Nekrosis Pulpa 826

5 Periodonititis 794

6 Dyspepsia 721

7 DM Tipe II 473

8 Diare dan Gastroenteritis 398

9 Acute Pharyngitis 355

10 Caries Gigi 341


Rumusan Masalah

Bagaimana pengetahuan
masyarakat mengenai faktor risiko
penyakit hipertensi?
Masih banyak masyarakat yang
memiliki pengetahuan yang kurang
tentang hipertensi.
Masih rendahnya kesadaran
masyarakat terhadap pola hidup
sehat.
Tujuan Penelitian

UMUM
Mendapatkan gambaran pengetahuan
masyarakat mengenai faktor risiko penyakit
hipertensi
KHUSUS
Diperolehnya informasi tentang faktor risiko
penyakit hipertensi yang meliputi:
Faktor genetik
Faktor usia
Penyakit lain yang berhubungan
Kebiasaan makan dan gaya hidup
Faktor psikologis
Manfaat Penelitian

Bagi penelitian selanjutnya


Merupakan bahan informasi dan perbandingan untuk
penelitian kasus tersebut di masa yang akan datang.

Bagi masyarakat
Masyarakat lebih memahami faktor risiko yang
mempengaruhi terjadinya penyakit hipertensi dan dapat
melakukan pencegahan dini secara mandiri.

Bagi PKM Arut Selatan.


Memberikan informasi mengenai gambaran pengetahuan
masyarakat wilayah cakupan PKM Arut Selatan kepada
petugas kesehatan sehingga dapat memberikan usaha
promotif dan preventif secara lebih optimal.
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
HIPERTENSI

Hipertensi didefinisikan oleh Joint


National Committee on Detection,
Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure (JNC) sebagai
tekanan darah yang lebih tinggi dari
140 / 90 mmHg.
KLASIFIKASI TEKANAN
DARAH
Klasifikasi Hipertensi
menurutJoint National
Committee
KATEGORI
7
SISTOLIK DAN/ATAU DIASTOLIK
(mmHg) (mmHg)
NORMAL <120 DAN <80
PRE 120-139 ATAU 80-89
HIPERTENSI
HIPERTENSI 140-159 ATAU 90-99
TAHAP 1
HIPERTENSI 160 ATAU 100
TAHAP 2
Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus
Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia

Kategori Sistol Dan/atau Diastol (mmHg)


(mmHg)

Optimal <120 dan/atau <80

Normal 120-129 dan/atau 80-84

Normal Tinggi 130-139 dan/atau 85-89

Hipertensi Tingkat 1 140-159 dan/atau 90-99

Hipertensi Tingkat 2 160-179 dan/atau 100-109

Hipertensi Tingkat 3 180 dan/atau 110

Hipertensi isolated systolic 140 dan/atau < 90


Etiologi Hipertensi

Hipertensi Esensial

Hipertensi Sekunder
Faktor Risiko Hipertensi
Meningkatnya aktivitas sistem saraf simpatik
.
Ketidak seimbangan elektrolit
Gangguan fungsi ginjal.
Diabetes mellitus
Resistensi insulin
Obesitas
Meningkatnya aktivitas vascular growth
factors
Perubahan reseptor adrenergik yang
mempengaruhi sistem vaskular.
Faktor-faktor yang berpengaruh
pada pengendalian tekanan darah
Gejala Tekanan darah
tinggi
Sakit kepala
Sakit kuduk
Sulit Tidur
Kelelahan
Mual
Muntah
Sesak nafas
Gelisah
Pandangan
kabur
Diagnosis Hipertensi
Tekanan darah diukur setelah seseorang
duduk atau berbaring selama 5 menit.
Angka 140/90 mmHg atau lebih dapat
diartikan sebagai hipertensi, tetapi diagnosis
tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan
satu kali pengukuran.
Jika pada pengukuran pertama memberikan
hasil yang tinggi, maka tekanan darah
diukur kembali dan kemudian diukur
sebanyak 2 kali pada 2 hari berikutnya untuk
meyakinkan adanya hipertensi. .
Komplikasi Hipertensi

Hipertensi adalah faktor risiko:


Penyakit serebrovaskular (stroke,
transient ischemic attack),
Penyakit arteri koroner (infark
miokard, angina), gagal ginjal,
dementia, dan atrial fibrilasi.
Tatalaksana Hipertensi
Modifikasi gaya hidup
Terapi Farmakologis
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi
farmakologis hipertensi adalah:
a. Diuretika, terutama jenis Thiazide atau
Aldosteron Antagonist
b. Beta Blocker (BB)
c. Calcium Chanel Blocker atau Calcium
antagonist (CCB)
d. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI)
e. Angiotensin II Receptor Blocker (ARB)
Algoritme Penanganan
Hipertensi
BAB III.Metodologi
Penelitian
Desain Penelitian
Studi deskriptif.

Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian dimulai pada bulan Agustus 2015 di PKM Arut Selatan yang
terletak di Kelurahan Arut Selatan, Kotawaringin Barat.
Populasi Penelitian
Populasi target dari penelitian ini adalah lansia di wilayah PKM Arut
Selatan dan lansia yang datang mengikuti kegiatan senam dan
berobat ke poli umum PKM Arut Selatan.

Responden Penelitian
Responden penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik
Accidental Sampling, yaitu seluruh adalah para lansia yang datang
mengikuti kegiatan senam dan berobat ke poli umum PKM Arut
Selatan pada bulan Agustus 2015.
Kriteria Responden
Kriteria Inklusi
Lansia yang datang mengikuti kegiatan senam di puskesmas Arut Selatan.
Lansia yang bersedia di lakukan pemeriksaan dan mau mengisi kuisioner.

Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuesioner. Dengan
cara ini responden diminta untuk menjawab sejumlah pertanyaan yang
tertulis. Kuesioner yang dibagikan terdiri dari: data demografi responden
yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan alamat;
pernyataan mengenai faktor risiko hipertensi dan pertanyaan mengenai
kebiasaan responden dan pemeriksaan.
Rencana pengolahan Data
Editing.
Coding .
Tabulating.

Adapun kategori pengetahuan yang


digunakan menggunakan Rumus
Sugiyono9, yaitu:
Baik : menjawab benar 76 100%
Cukup : menjawab benar 60 75%
Buruk : menjawab benar < 60%
BAB IV. PROFIL
PUSKESMAS
Luas wilayah Kerja Puskesmas Arut Selatan 116,5 Km yang terdiri dari 2 (dua)
Kelurahan terdiri dari Kelurahan Raja dengan luas 1,50 Km dan Kelurahan Raja
Seberang 115 Km.

Wilayah kerja Puskesmas Arut Selatan memiliki batas-batas :

Utara : Kec. Arut Utara dan Kec. Kotawaringin Lama


Timur : Wilayah Kerja Puskesmas Natai Palingkau
Barat : Wilayah Kerja Puskesmas Mendawai
Selatan : Wilayah Kerja Puskesmas Madurejo

Luas Wilayah kerja Puskesmas Arut Selatan 116,5 km yang terdiri dari 25%
daratan dan 75% merupakan daratan terjal dan tanah rawa-rawa.

Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Arut Selatan berjumlah 8.491 jiwa,


tersebar dalam 2 (dua) kelurahan. Penduduk terbanyak adalah Kelurahan Raja
berjumlah 6.532 jiwa dan Kelurahan Raja Sebrang 1.959 jiwa.
BAB V. HASIL

Karakteristik Jumlah %
Perempuan 20 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 0 0
< 45 tahun 2 10
Usia 45-59 tahun 8 40
60 tahun 10 50
SD 8 40
SMP 6 30
Pendidikan
SMA 4 20
Perguruan Tinggi 2 10
Underweight 0 0
Normal 8 40
Status Gizi
Overweight 10 50
Obesitas 2 10
Pengetahuan Responden
Tingkat
Jumlah %
Pengetahuan

7
Buruk 35

6
Cukup 30

7
Baik 35

Grafik Tingkat Pengetahuan Responden


36
35
34
33
32
Persentase(%) 31
30
29
28
27
Buruk Cukup Baik
Kebiasaan Responden
Kebiasaan Jumlah %

Sering 10 50
Konsumsi Makanan Asin
Tidak Sering 10 50

3 15
3x / minggu

17 85
Olahraga 1 2x / minggu

0 0
Tidak Pernah

1 5
Ya
Merokok
19 95
Tidak

1 5
Ya
Konsumsi Minuman Alkohol
19 95
Tidak
Kegiatan Promotif Preventif
yang Pernah Didapat

Kegiatan Promotif Preventif Jumlah %

Pernah 18 95

Tidak Pernah 2 5
Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian sebelum


dilakukan penyuluhan, didapatkan
bahwa 35 % responden di PKM Arut
Selatan memiliki pengetahuan yang
baik mengenai faktor risiko terjadinya
penyakit hipertensi.
Dan sebagian besar dari responden
90% mengaku pernah mendapatkan
penyuluhan mengenai hipertensi
sebelumnya.
Soal no.1
Berdasarkan kuesioner, sebagian besar
responden memiliki pengetahuan yang baik
secara umum. Namun, pada saat
pengolahan data, peneliti menemukan
bahwa sebagian besar 60% dari responden
menjawab salah pada pernyataan mengenai
hubungan penyakit hipertensi dengan faktor
keturunan.
Adapun menurut teori, faktor keturunan
merupakan salah satu penyebab terjadinya
penyakit hipertensi.
Soal no.2

Berdasarkan kuesioner, sebagian


besar 70% responden menjawab
salah pada pernyataan mengenai
penyakit hipertensi hanya diderita
pada usia lanjut.
Menurut teori, di usia muda dewasa
dapat mengalami hipertensi karena
penyebab sekunder berbagai faktor.
Soal no.3

Sebagian besar 65% responden


menjawab dengan benar pada
pernyataan mengenai hipertensi
memiliki hubungan dengan penyakit
lain, seperti kencing manis, penyakit
ginjal, penyakit liver, dsb.
Hipertensi berat atau menahun tidak
di obati dapat menyebabkan
kerusakan organ seperti ginjal,
jantung dan lainnya.
Soal no.4
Sebagian besar 80% responden menjawab
benar pada pernyataan mengenai hipertensi
dengan makanan tinggi garam.
Kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi
garam telah terbukti memiliki pengaruh
terhadap peningkatan tekanan darah. Namun,
ketika peneliti ingin melihat kesesuaian antara
pengetahuan dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari, peneliti menemukan
bahwa masih banyak responden (50%) yang
sering mengonsumsi makanan tinggi garam.
Soal no.5
Sebagian besar responden (70%) telah
mengetahui dan menjawab benar bahwa
obesitas atau kegemukan merupakan salah
satu penyebab hipertensi.
Hubungan obesitas dan hipertensi telah
diketahui sejak lama, dan kedua keadaan ini
sering dikaitkan dengan peningkatan risiko
penyakit kardiovaskular.
Namun dari hasil penelitian masih banyak
50% responden memiliki status gizi dengan
berat massa indeks overweight.
Soal no.6
Menurut penelitian, olahraga teratur, yaitu
olahraga aerobik rutin selama minimal 30 menit
dan minimal 3 kali dalam seminggu telah
terbukti dapat menurunkan tekanan sistolik
maupun diastolik pada penderita hipertensi.
Dan sebagian besar 100% menjawab benar
pada pernyataan mengenai olahraga teratur
dapat membantu mencegah penyakit hipertensi.
Peneliti menemukan bahwa hanya sebagian
kecil responden (15%) yang menerapkan
kebiasaan tersebut.
Soal no.7

Sebagian besar 75% responden


menjawab benar pada pernyataan
mengenai stres dapat memicu
peningkatan tekanan darah.
Karena salah satu faktor resiko
hipertensi berhubungan dengan
meningkatnya respons terhadap
stres psikososial.
Soal no.8 dan 9

Rokok dan alkohol telah diteliti sebagai


penyebab dari berbagai macam
penyakit, termasuk hipertensi.
Rokok dan alkohol dapat menyebabkan
disfungsi endotel pembuluh darah yang
dapat mengakibatkan berkurangnya
elastisitas pembuluh darah.
Seluruh responden 75-80% menjawab
benar mengenai hubungan antara rokok
dan alkohol terhadap terjadinya.
Soal no.10

Sebagian besar 90% responden


menjawab benar pada pernyataan
mengenai hipertensi dapat dicegah
dengan pola hidup sehat.
Karena menerapkan gaya hidup
sehat bagi setiap orang untuk
mencegah tekanan darah tinggi dan
merupakan bagian yang penting
dalam penanganan hipertensi.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari total 20 penderita hipertensi yang
menjadi responden penelitian pada
bulan Agustus 2015, 35% (7)
berpengetahuan baik, 30% (6)
berpengetahuan cukup, dan 35% (7)
berpengetahuan buruk.
Terdapat ketidaksesuaian antara tingkat
pengetahuan dengan tingkat kesadaran
responden pada penerapannya.
Saran
Untuk penelitian selanjutnya
Sebaiknya target penelitian diperluas sehingga juga
dapat mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat
secara umum.
Untuk Puskesmas Arut Selatan
Perlu dilakukan usaha promotif-preventif berupa
penyuluhan dan kegiatan olahraga bersama untuk
meningkatkan kesadaran penderita hipertensi
mengenai faktor risiko yang dapat diubah.
Untuk masyarakat
Mengingat bahwa hipertensi dapat dicegah dengan
pola hidup yang sehat, sebaiknya masyarakat,
khususnya lansia dan penderita hipertensi, lebih
memperhatikan kebiasaan hidup sehari-hari agar
tekanan darah dapat tetap terkontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Sugondo, Sidartawan. Hipertensi Esensial. Di dalam: Sudoyo, Aru W, et.al, editor. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;
2009; 169:1079-1085.
Tanto, Chris, et al. Hipertensi. Di dalam: Chris Tanto, Ni Made Hustrini. Kapita Selekta
Kedokteran Edisi IV Jilid II. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014; 233:635-
639.
U.S. Department of Health and Human Services. The Seventh Report of the Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: the
JNC 7 report.U.S.: 2003. https://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/guidelines/express.pdf
Centers for Disease Control and Prevention 2015. High Blood Pressure.
http://www.cdc.gov/bloodpressure/
Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (InaSH). Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi
2014. Jakarta: 2014.
World Health Organization. A Global Brief of Hypertension. Geneva, 2013.
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/79059/1/WHO_DCO_WHD_2013.2_eng.pdf?ua=1
National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE) Guideline. Hypertension: Clinical
management of primary hypertension in adults. Newcastle: 2011.
https://workspace.imperial.ac.uk/ref/Public/UoA%2002%20-%20Public%20Health,%20Health
%20Services%20and%20Primary%20Care/NICE%20hypertension%20guidelines.pdf
Madhur, Meena. Hypertension Medication. 2014.
http://emedicine.medscape.com/article/241381-medication
Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatifdan R&D. Bandung: CV. Alfabeta. 2008.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai