Anda di halaman 1dari 86

KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


HIPERTENSI

dr. Uswatun Hasanah, M.Epid


Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan

1
OUTLINE

Pendahuluan

Masalah Akibat Hipertensi

Data Faktor Risiko dan Komplikasi Hipertensi

Kebijakan Pemerintah

Perilaku Hidup CERDIK

2
PENDAHULUAN

3
LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

50 PREVALENSI TEKANAN DARAH TINGGI PADA USIA 18+ TAHUN


45
40
35 31,7% 32,4% TARGET 2019 : 23,4%
30
25,8%
25
20
15 12,9%
9,5%
10 7,2%
5 3,9%
0,4% 0,7%
0
pengukuran diagnosis nakes minum obat

RKD 2007 RKD 2013 Sirkesnas 2016


*) pengukuran untuk umur 18+ tahun
**) diagnosis oleh nakes dan minum obat pada umur 15+ tahun berdasarkan wawancara

4
WHO 2013

5
WHO : HIPERTENSI 51% Kematian akibat Stroke
45% Jantung Koroner

6
Kematian Kardiovaskuler Berisiko Dua Kali
Lipat setiap Peningkatan Tekanan Darah
20/10 mmHg
8
8x
7
6
Cardiovas
Cardiovas 5 4x
cular
cular 4
Mortality
Mortality 3
Risk
Risk 2x
2
1
0
115/75 135/85 155/95 175/105
SBP/DBP (mm Hg)

SBP = systolic blood pressure; DBP = diastolic blood pressure.


*Individuals aged 40-69 years, starting at blood pressure 115/75 mm Hg

Chobanian AV et al. JAMA. 2003;289:2560-2572.


Lewington S et al. Lancet. 2002;360:1903-1913.
7
Penurunan Tekanan Darah
Sangat Penting
Meta-analysis dari 61 prospective, observational
studies
1 juta orang dewasa
12.7 juta orang – tahun Menurunkan 7%
risiko Penyakit
Jantung Iskemik
Penurunan 2
mm Hg rata-
rata Tekanan
Darah Sistole Penurunan 10%
risiko kematian
akibat Stroke

*Epidemiologic studies, not clinical trials of hypertension agents.


Lewington S et al. Lancet. 2002;360:1903-1913
8
Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25,8% (Riskesdas
2013)

*Balas ambang sistole ≥ 140mmHg, diastole ≥ 90mmHg

Sumber: Riskesdas 2007, Riskesdas 2013, Balitbangkes, Kemenkes


9
DATA FAKTOR RISIKO DAN
KOMPLIKASI HIPERTENSI

10
A. Tidak Bisa Dirubah - Otak (Stroke)

HIPERTENSI

KOMPLIKASI
FAKTOR RISIKO
B. Bisa Dirubah - Jantung (Penyakit
1. Perilaku Jantung Koroner,
- Diet tidak Hipertrofi, Gagal
sehat Jantung)
- Intake Garam - Ginjal (Penyakit
>> Ginjal Kronik)
- Aktifitas Fisik - Mata (Retina), dll
- Obesitas
- Merokok
- Alkohol
- Stres
2. Lingkungan
11
KOMPLIKASI HIPERTENSI
Hipertensi yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi makrovascular and
mikrovascular

Brain KERUSAKAN
Eyes
Retinopathy Stroke ORGANTARGET
Kerusakan yang
Heart disebabkan oleh
Ischemic- hipertensi tergantung :
Kidneys
Renal Failure Heart Disease
Left Ventricular-
• Besarnya
Hypertrophy peningkatan
Heart Failure tekanan darah
• Lamanya kondisi
Peripheral tekanan darah yang
Arterial Disease
tidak terdiagnosis
dan tidak diobati

12
Pengelolaan hipertensi

13
DEFINISI DAN KLASIFIKASI

Konsensus atau pedoman utama baik dari dalam


walaupun luar negeri, menyatakan bahwa seseorang
akan dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik
≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang.

14
A Statement by the American Society of Hypertension and the International Society of Hypertension 2013
Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular 2015 15
Pengelolaan hipertensi:

1. Non Farmakologi : modifikasi Gaya hidup


2. Farmakologi

16
Modifikasi Gaya hidup:
Penurunan berat badan sebesar 4 kg dapat
menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 4.5
mmHg dan diastolic sebesar 3 mmHg. Mengganti
makanan tidak sehat dengan memperbanyak
asupan sayuran dan buah-buahan dapat
memberikan manfaat yang lebih selain penurunan
tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan
dislipidemia.

17
Index Massa Tubuh (IMT) = Berat Badan (kg)/Tinggi Badan (m2)

18
Modifikasi Gaya hidup:
Latihan dengan intensitas sedang seperti jalan
cepat; jogging dan sepeda dengan target nadi 70%-
85% dari nadi maksimal yang disesuaikan dengan
usia. Latihan dianjurkan 30 menit setiap hari atau
sekurang-kurangnya 150 menit/minggu.

Rumus:
Nadi maximal = 220 - [usia]
70% dari nadi maximal = 0.70 x [nadi max]
85% dari nadi maximal = 0.85 x [nadi max ]

19
Contoh:
Usia 40 tahun berapa target nadi yang diharapkan?
Nadi max = 220 - 40 = 180x/menit
70% = 0.7 X 180 = 126X/menit
85% = 0.85 x 180 = 153x/menit

20
Modifikasi Gaya hidup:

Mengurangi asupan garam. Di negara kita,


makanan tinggi garam dan lemak merupakan
makanan tradisional pada kebanyakan daerah.
Tidak jarang pula pasien tidak menyadari
kandungan garam pada makanan cepat saji,
makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya.
Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi
2 gr/ hari (setengah sendok teh peres).

21
Modifikasi Gaya hidup:
Mengganti makanan tidak sehat dengan
memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan
dapat memberikan manfaat yang lebih selain
penurunan tekanan darah, seperti menghindari
diabetes dan dislipidemia.

22
Modifikasi Gaya hidup:
Mengurangi konsumsi alkohol. Walaupun
konsumsi alkohol belum menjadi pola hidup yang
umum di negara kita, namun konsumsi alkohol
semakin hari semakin meningkat seiring dengan
perkembangan pergaulan dan gaya hidup,
terutama di kota besar. Konsumsi alkohol lebih
dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari
pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah.

23
Modifikasi pola hidup:
Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini
belum terbukti berefek langsung dapat menurunkan
tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu
faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan
pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti
merokok.

24
Terapi farmakologi
Rekomendasi 1
Pada populasi umum yang berumur ≥ 60 tahun, terapi farmakologi
dimulai ketika tekanan darah sistolik ≥ 150 mmHg dan diastolik ≥ 90
mmHg. Target terapi adalah menurunkan tekanan darah sistolik
menjadi < 150 mmHg dan diastolik menjadi < 90 mmHg.
(Rekomendasi kuat, tingkat rekomendasi A).

Rekomendasi 2
Pada populasi umum berumur < 60 tahun, terapi farmakologi dimulai
ketika tekanan darah sistoliknya ≥ 140 mmHg. Target terapi adalah
menurunkan tekanan darah sistolik menjadi < 140 mmHg (Opini ahli,
rekomendasi E).

25
Terapi antihipertensi awal:

• Diuretika tipe thiazide (HCT = Hidro Chlor


Thiazide)
• Penghambat saluran kalsium (Amlodipin)
• Penghambat enzim AC (Ramipril;
Lisinopril) atau
• Penghambat reseptor angiotensin
(Valsartan; Candesartan; Losartan)

26
Tujuan utama tatalaksana hipertensi adalah
untuk mencapai dan menjaga target tekanan
darah. Bila target tekanan darah tidak tercapai
dalam waktu sebulan terapi, naikkan dosis obat
awal atau tambahkan obat kedua dari kelompok
obat hipertensi

27
• Penilaian terhadap tekanan darah hendaknya
tetap dilakukan, sesuaikan regimen terapi sampai
target tekanan darah tercapai.
• Bila target tekanan darah tidak tercapai dengan
terapi oleh 2 jenis obat, tambahkan obat ketiga
dari kelompok obat yang tersedia.
• Jangan menggunakan obat golongan
penghambat ACE dan penghambat reseptor
angiotensin bersama-sama pada satu pasien.

28
Bila target tekanan darah tidak tercapai dengan
obat-obat antihipertensi yang tersedia, oleh
karena kontra indikasi atau kebutuhan untuk
menggunakan lebih dari 3 macam obat,
pertimbangkan untuk merujuk pasien ke spesialis
hipertensi.

29
Kesimpulan

• Tatalaksana hipertensi harus holistik


• Deteksi dini hipertensi sejak awal dengan
melakukan pengukuran tekanan darah berkala
• Pengobatan hipertensi mencakup non farmakologi
dan farmakologi
• Perubahan pola hidup menjadi sehat dan terapi
farmakologi harus berkesinambungan dan jangka
panjang

30
Pengukuran Tekanan Darah

31
PENTING

• Pengontrolan Hipertensi dimulai dengan


Pengukuran TD yang akurat
• Survei menunjukkan medis dan paramedis
jarang mengikuti petunjuk pengukuran TD
yang benar
• Kesalahan Klasifikasi TD karena :
– Cara pengukuran yang tidak akurat
– Variasi Tekanan Darah
– Kecenderungan TD yang meningkat saat ada tenaga medis

32
TOPIK
• CARA pengukuran
– The Auscultatory Method – Mercury, Aneroid and
Hybrid Sphygmomanometer
– Location of measurement – Arm, Wrist, Finger

• Blood Pressure Measurement in the Clinic

• Self-Measurement

• Ambulatory BP measurement

33
Cara auskultasi
Korotkoff sounds

200 No sound
180
Clear sound Phase 1 Systolic BP
160
Muffling Phase 2
Auscultatory
140 No sound gap

120
Phase 3
Clear sound Phase 3
100
Muffled sound Phase 4
Phase 4
80 Diastolic BP
60

40 No sound Phase 5

20
0
mmHg

34
Rekomendasi alat Pengukur

• Gunakan mercury
manometer atau aneroid
yang baru dikalibrasi atau
pengukur yang automatis

• Alat Aneroid sebaiknya


dikalibrasi setiap 12 bulan.

35
Rekomendasi Pengukuran di Rumah

• Gunakan alat yang telah divalidasi

• Gunakan alat elektronik bila

memungkinkan

.
36
Location of Measurement

• Standar pengukuran pada


lengan atas
• Pergelangan tangan dan
jari tidak dianjurkan

37
Persiapan pengukuran

1. Tidak ada cemas, nyeri , stres


2. Tidak ada kafein dan Nikotin 30 menit sebelum
pengukuran.
3. Tidak sedang minum obat adrenergic stimulants ,
seperti phenylephrine / pseudoephedrine
4. Kandung kemih tidak penuh
5. Tidak menggunakan baju yang ketat.
6. Tempat pengukuran yang nyaman
7. Istirahat 5 menit sebelum pengukuran
8. Pasien tidak berbicara saat sedang pengukuran

38
Pengukuran TD
Posisi pasien

Pasien sebaiknya duduk nyaman


bersandar dan lengan ditopang setinggi
jantung.
Kaki menyentuh lantai dan tidak bersilang

39
Blood Pressure Assessment:
Patient position

40
41
Use an appropriate size cuff

Arm circumference (cm) Size of Cuff (cm)

From 18 to 26 9 x 18 (child)

12 x 23 (standard
From 26 to 33
adult model)

From 33 to 41 15 x 33 (large)

18 x 36 (extra large,
More than 41
obese)

For automated devices, follow the manufacturer’s directions.


For manual readings using a stethoscope and sphygmomanometer, use the table as a guide .

42
Pengukuran TD saat berdiri

Dilakukan pada pasien :


• Usia di atas 65
• Dengan diabetes
• Adanya hipotensi postural

Cek TD setelah 1 sampai 5 menit setelah posisi


berdiri atau ketika pasien mengeluh
kecurigaan hipotensi

43
Cara Pengukuran TD

 Posisi tengah manset di atas denyut arteri brakialis

• Posisi batas bawah manset 2.5 cm di


atas lekukan lengan atas ( lihat
gambar)
44
• Skala manometer sebaiknya setinggi
Measurement of the pulse rate
mata. Pasien dianjurkan tidak melihat
angka tekanan darah saat pemeriksaan

45
Posisi yang salah

46
In order to measure the BP

• Pengukuran pertama kali

dilakukan pada kedua

lengan . Perbedaan biasanya

antara 10-15 mm Hg.

• Bila pengukuran dilakukan 2

kali, maka sebaiknya

perbedaan 1 menit atau lebih

47
Pengukuran TD di rumah

Pengukuran tekanan darah di rumah dianjurkan


untuk meningkatkan peran pasien pada
penanganan hipertensi nya, terutama untuk :
diagnosis hipertension
Kecurigaan tidak patuh berobat

Rerata TD sama atau lebih dari 135/85 mmHg =


HIPERTENSI 48
Protokol untuk Pengukuran TD di rumah untuk
diagnosis hipertensi

• Pengukuran sebaiknya berulang

- minimal 2 kali setiap pengukuran

- pagi dan sore/malam

- selama 7 sd 10 hari .

- Penilaian hari pertama , tidak dipakai

• Untuk pasien yang sedang minum obat : pengukuran


sebaiknya sebelum minum obat

49
Kriteria hipertensi

TD sistolik TD diastolik
mmHg mmHg

TD di klinik 140 90

TD di rumah 135 85

Indonesian Society of Hypertension 50


KEBIJAKAN PEMERINTAH

51
RENSTRA
RPJMN
KEMENKES

RAN PTM

SPM HIPERTENSI PIS-PK

KAMPANYE
GERMAS CERDIK

52
53
INDIKATOR PROGRAM P2PTM
DALAM RPJMN 2015 – 2019
  TARGET
NO URAIAN IKU
2014
Baseline 2015 2016 2017 2018 2019

1 Prevalensi tekanan 25,8% 25,28% 24,77% 24,28% 23,79% 23,38%


darah tinggi

2 Mempertahankan 15,4% 15,4% 15,4% 15,4% 15,4% 15,4%


prevalensi obesitas

Prevalensi merokok
3 pada penduduk usia ≤ 7,2 % 6,9 % 6,4% 5,9% 5,6% 5,4%
18 tahun

54
INDIKATOR PROGRAM P2PTM
DALAM RENSTRA KEMENKES 2015 – 2019

No IKK 2015 2016 2017 2018 2019


1 Persentase Puskesmas yang 10% 20% 30% 40% 50%
melaksanakan pengendalian PTM terpadu
2 Persentase desa / kelurahan yang
10% 20% 30 % 40% 50 %
melaksanakan kegiatan Posbindu PTM
3 Persentase perempuan usia 30- 50 tahun
yang dideteksi dini kanker serviks dan 10% 20% 30% 40% 50%
payudara
4 Persentase Kab/Kota yang melaksanakan
Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), 10% 20% 30% 40% 50%
minimal 50% sekolah
5
% Kab/kota yang melakukan pemeriksaan
10% 20% 30% 40% 50%
kesehatan pengemudi di terminal utama

55
56
PANDU PTM SEBAGAI PENDEKATAN FAKTOR
RISIKO PTM TERINTEGRASI DI FKTP
 Peningkatan tatalaksana faktor risiko
utama (Konseling Upaya Berhenti
Merokok, Hipertensi, Dislipidemia, Obesitas
dll) di fasilitas pelayanan kesehatan dasar
(Puskesmas, Dokter Keluarga,
Klinik/Praktek Swasta).
 Peningkatan Respons Cepat
Kegawatdaruratan PTM di masyarakat dan
fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
 Tatalaksana terintegrasi Hipertensi dan
Diabetes melalui pendekatan Faktor Risiko.
 Prediksi risiko penyakit Jantung dan Stroke WHO/ISH Risk
dengan Charta WHO PEN. Prediction Chart
57
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MELALUI POSBINDU PTM

Sekolah

Tempat Kerja
Monitoring : Konseling :
• Obesitas • Diet,
• Hipertensi • Stop
• Hiperglikemi
merokok
JEMAAH HAJI /KBIH • Hiperkolesterol
• Stress
• Pem.Klinis Payudara
• Faktor lain • Self Care

PO Bus /Terminal Kegiatan Bersama


• KIE
• Aktifitas Fisik
Rumah Sehat • Sarasehan
Tempat Umum / Mall
Desa
58
PERILAKU HIDUP CERDIK

59
MODIFIKASI GAYA HIDUP
UNTUK TATALAKSANA HIPERTENSI

PENURUNAN
MODIFIKASI REKOMENDASI TEKANAN DARAH
SISTOLIK
Penurunan berat Pertahankan berat badan normal 5-20 mmHg untuk
badan (Indeks Massa Tubuh 18.5-24.9 setiap penurunan
kg/m2) berat badan 10 kg
Adaptasi diet DASH Konsumsi banyak buah, sayur, 8-14 mm Hg
(Dietary Approach produk rendah lemak dan rendah
to Stop HTN) lemak jenuh
Diet rendah garam Konsumsi garam tidak lebih dari 2-8 mm Hg
2.4 g/hari
Peningkatan Lakukan aktifitas aerobik secara 4-9 mm Hg
aktifitas fisik teratur seperti jalan (30 menit/hari
setiap hari)
Konsumsi alkohol Batasi alkohol tidak lebih dari 2 2-4 mm Hg
sekedarnya kaliminum/hari utk laki-laki dan 1
kaliminum/hari utk perempuan.

60
61
62
63
64
 Batasi asupan garam;
 Rendah gula dan lemak;
 Banyak sayur dan buah-
buahan;
 Minum air putih
minimal 2 liter per hari;
 Hindari kegemukan.

65
66
67
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

68
PERUBAHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

• Angka Kematian Ibu, Anak Prov/Kab/Kota menjadi


dan Gangguan Gizi menurun ujung tombak didalam
namun belum mencapai penanganannya
target
• Penyakit Menular (TB dan
AIDS) masih belum dapat
dikendalikan secara optimal
• Penyakit Tidak Menular Perlu upaya yang
“continue” dan “focus”
(Hipertensi dan DM),
dalam penanganan
Gangguan Jiwa dan risiko dilapangan melalui
karena merokok terus Perubahan SPM
pendekatan life cycle
meningkat dari
• Respon bencana kesehatan 22 Indikator
yang perlu ditingkatkan menjadi
12 Jenis
Harus menjangkau Pelayanan
“semua” sasaran sehingga
harus menjadi SPM

69
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

DASAR HUKUM Urusan Pemerintahan Wajib yang


berkaitan dengan Pelayanan Dasar
meliputi:
1. Pendidikan;
Amanat Pasal 18 ayat (3) Undang- 2. Perumahan Rakyat dan Kawasan
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Permukiman;
tentang Pemerintahan Daerah 3. Kesehatan;
yang menyatakan bahwa 4. Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan
ketentuan lebih lanjut mengenai Perlindungan masyarakat;
standar pelayanan minimal diatur 5. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
dengan peraturan pemerintah.
6. Sosial.

70
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

UU 32 tahun 2004 UU 23 tahun 2014

 Pasal 167 ayat 3: Standar Pelayanan  Pasal 1 ayat 17: Standar Pelayanan
Minimal adalah standar suatu Minimal adalah ketentuan mengenai
pelayanan yang memenuhi jenis dan mutu Pelayanan Dasar yang
persyaratan minimal kelayakan. merupakan Urusan Pemerintahan
Wajib yang berhak diperoleh setiap
 Pasal 13 ayat 1: 15 Urusan warga negara secara minimal.
Pemerintahan Wajib terkait
Pelayanan Dasar  Pasal 12 ayat 1: 6 Urusan
Pemerintahan Wajib terkait
 Ditetapkan dengan Peraturan
Pelayanan Dasar
Menteri oleh masing-masing
Menteri/Pimpinan LPND dengan  Ditetapkan dalam Peraturan
konsultasi yang dikoordinasikan oleh
Pemerintah
Menteri Dalam Negeri.

71
PRINSIP STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

1 Merupakan kebutuhan dasar bagi


setiap individu secara universal 5 Merupakan kewajiban
bagi pemerintah
daerah provinsi
Pemenuhan kebutuhan dasar maupun
dapat dipenuhi sendiri oleh kabupaten/kota untuk
2
warga negara, atau oleh menjamin setiap warga
pemerintah daerah negara memperoleh
kebutuhan dasarnya

Merupakan pelayanan dasar


3 yang menjadi kewenangan
daerah provinsi maupun 6 Berlaku secara nasional
kabupaten/kota

72
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN

Permenkes Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar


Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan
Tujuan untuk dilaksanakan secara dini
Tuntutan publik

73
SPM KESEHATAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

JENIS MUTU PENERIMA


PERNYATAAN
NO LAYANAN LAYANAN LAYANAN
STANDAR
DASAR DASAR DASAR
Setiap ibu hamil
Pelayanan Sesuai standar
mendapatkan
1 kesehatan ibu pelayanan Ibu hamil.
pelayanan antenatal
hamil antenatal.
sesuai standar.
Setiap ibu bersalin
Pelayanan Sesuai standar
mendapatkan
2 kesehatan ibu pelayanan Ibu bersalin.
pelayanan persalinan
bersalin persalinan.
sesuai standar.
Sesuai standar Setiap bayi baru lahir
Pelayanan
pelayanan Bayi baru mendapatkan
3 kesehatan bayi
kesehatan bayi lahir. pelayanan kesehatan
baru lahir
baru lahir. sesuai standar.
Sesuai standar Setiap balita
Pelayanan
pelayanan mendapatkan
4 kesehatan Balita.
kesehatan pelayanan kesehatan
balita 74
balita. sesuai standar.
SPM KESEHATAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

JENIS LAYANAN MUTU LAYANAN PENERIMA


NO PERNYATAAN STANDAR
DASAR DASAR LAYANAN DASAR

Pelayanan kesehatan Sesuai standar skrining Setiap anak pada usia pendidikan
Anak pada usia
5 pada usia pendidikan kesehatan usia dasar mendapatkan skrining
pendidikan dasar.
dasar pendidikan dasar. kesehatan sesuai standar.

Warga Negara Setiap warga negara Indonesia


Pelayanan kesehatan Sesuai standar skrining
6 Indonesia usia 15 usia 15 s.d. 59 tahun mendapatkan
pada usia produktif kesehatan usia produktif.
s.d. 59 tahun. skrining kesehatan sesuai standar.

Setiap warga negara Indonesia


Warga Negara
Pelayanan kesehatan Sesuai standar skrining usia 60 tahun ke atas
7 Indonesia usia 60
pada usia lanjut kesehatan usia lanjut. mendapatkan skrining kesehatan
tahun ke atas.
sesuai standar.

Sesuai standar Setiap penderita hipertensi


Pelayanan kesehatan Penderita
8 pelayanan kesehatan mendapatkan pelayanan
penderita hipertensi hipertensi.
penderita hipertensi. kesehatan sesuai standar.
75
SPM KESEHATAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

PENERIMA
JENIS LAYANAN MUTU LAYANAN
NO LAYANAN PERNYATAAN STANDAR
DASAR DASAR
DASAR
Sesuai standar Setiap penderita Diabetes
Pelayanan
pelayanan kesehatan Penderita Melitus mendapatkan
9 kesehatan penderita
penderita Diabetes Diabetes Melitus. pelayanan kesehatan sesuai
Diabetes Melitus
Melitus. standar.
Pelayanan Setiap orang dengan
Sesuai standar Orang dengan
Kesehatan orang gangguan jiwa (ODGJ) berat
10 pelayanan kesehatan gangguan jiwa
dengan gangguan mendapatkan pelayanan
jiwa. (ODGJ) berat.
jiwa berat kesehatan sesuai standar.
Pelayanan Sesuai standar Setiap orang dengan TB
Orang dengan
11 kesehatan orang pelayanan kesehatan mendapatkan pelayanan TB
TB.
dengan TB TB. sesuai standar.
Orang berisiko
Setiap orang berisiko terinfeksi
terinfeksi HIV (ibu
HIV (ibu hamil, pasien TB,
hamil, pasien TB,
Pelayanan pasien IMS, waria/transgender,
Sesuai standar pasien IMS,
kesehatan orang pengguna napza, dan warga
12 mendapatkan waria/transgender
dengan risiko binaan lembaga
pemeriksaan HIV. , pengguna
terinfeksi HIV pemasyarakatan)
napza, dan warga
mendapatkan pemeriksaan
binaan lembaga
HIV sesuai standar.
pemasyarakatan).
76
1. Deteksi kemungkinan obesitas dilakukan dengan
memeriksa tinggi badan dan berat badan serta lingkar
perut.
2. Deteksi hipertensi dengan memeriksa tekanan darah
sebagai pencegahan primer.SPM no 6
3. Deteksi kemungkinan diabetes melitus menggunakan
tes cepat gula darah.
4. Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku. 1. KLB
5. Pemeriksaan ketajaman penglihatan 1. Eliminasi Filariasis
2. Pengendalian 2. Eliminasi Schistomiasis
6. Pemeriksaan ketajaman pendengaran Arbovirus 3. Eliminasi Kusta
7. Deteksi dini kanker dilakukan melalui pemeriksaan 3. Eliminasi rubela 4. Eradikasi Frambusia
payudara klinis dan pemeriksaan IVA khusus untuk 4. Eliminasi campak
wanita usia 30–59 tahun

1. Pelayanan kesehatan ibu hamil 1. Keluarga mengikuti KB


2. Pelayanan kesehatan ibu bersalin
2. Ibu bersalin difaskes
3. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir
3. Bayi mendapat imunisasi dasar
4. Pelayanan kesehatan balita
5. Pelayanan kesehatan pada usia lengkap
pendidikan dasar 4. Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan
6. Pelayanan kesehatan pada usia 5. Pertumbuhan balita di pantau tiap bulan
produktif 6. Penderita TB Paru berobat sesuai
standar
7. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut
8. Pelayanan kesehatan penderita
• TB 7. Penderita hipertensi berobat teratur
hipertensi
9. Pelayanan kesehatan penderita
• Hipertensi 8. Gangguan jiwa berat di obati dan
tidak ditelantarkan
Diabetes Melitus • Kesehatan 9. Tidak ada anggota keluarga yang
10. Pelayanan Kesehatan orang dengan merokok
gangguan jiwa berat Jiwa 10. Keluarga memiliki atau memakai air
11. Pelayanan kesehatan orang dengan TB
12. Pelayanan kesehatan orang dengan • IDL bersih
11. Keluarga memiliki atau memakai jamban
risiko terinfeksi HIV sehat
12. Sekeluarga menjadi anggota JKN

1. Deteksi hipertensi dengan mengukur tekanan darah.


2. Deteksi diabetes melitus dengan pemeriksaan kadar gula
darah.
3. Deteksi kadar kolesterol dalam darah
4. Deteksi gangguan mental emosional SPM no 7
dan perilaku,
termasuk kepikunan menggunakan Mini Cog atau Mini
Mental Status Examination (MMSE)/Test Mental Mini atau
Abreviated Mental Test (AMT) dan Geriatric Depression
Scale (GDS).
KELUARGA SEHAT + SPM +
INDIKATOR RPJM 77
UPAYA MENCAPAI SPM BIDANG KESEHATAN

78
UPAYA MENCAPAI SPM BIDANG KESEHATAN

Merupakan pelayanan yang harus diberikan di tingkat primer

Melibatkan lintas sektor dan masyarakat/swasta, untuk mencapai


cakupan maksimal

Cakupan total (Universal Coverage)

Menggunakan sumber daya daerah dan kebijakan Pemda

Pendekatan keluarga dan Germas

79
UPAYA MENCAPAI SPM BIDANG KESEHATAN

KEGIATAN OUTPUT
Peningkatan kapasitas SDM Kesehatan di
Puskesmas melalui:
1. Pelatihan Manajemen Puskesmas. Meningkatkan kemampuan
2. Pelatihan untuk Pembina Keluarga. SDM di Puskesmas dalam
3. Pelatihan Teknis/Intervensi Program. mendukung Pencapaian SPM

1. Pelaksanaan Pendekatan keluarga


dengan BOK, kapitasi dll
2. Pemberdayaan masyarakat melalui
UKBM Meningkatkan kemampuan
3. Pelaksanaan JKN/Jamkesda masyarakat untuk menjangkau
4. Integrasi kegiatan PKH, Jampersal untuk fasilitas Kesehatan
menjangkau sasaran Ibu, anak

80
UPAYA MENCAPAI SPM BIDANG KESEHATAN

LINGKUNGAN POLITIK, HUKUM, EKONOMI, SOSIAL, AGAMA,


BUDAYA, FISIK, BIOLOGI, ILMU DAN TEKNOLOGI

PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN
KESEHATAN

KELUARGA SPM
SEHAT PEMBIAYAAN
UPAYA KESEHATAN
KESEHATAN
SUMBER DAYA
KESEHATAN

SEDIAAN FARMASI,
ALKES DAN
MAKANAN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANAJEMEN


KESEHATAN

*PERPRES 72/2012 SKN; PMK 36/2016 PDKT KELUARGA; PMK 46/2016 SPM KES
81
UPAYA MENCAPAI SPM BIDANG KESEHATAN

PERAN PUSAT

Meningkatkan promotif-preventif terutama dalam Imunisasi dasar


serta deteksi dini berbagai penyakit

Mendukung peningkatan infrastruktur

Membantu distribusi SDM

Membantu peningkatan kapasitas

Mendorong peran lintas sektor


82
KEWAJIBAN KEPALA DAN WAKIL KEPALA DAERAH

Salah satu Kewajiban Kepala Daerah dan Wakil Kepala


Daerah :
(pasal 67 UU No. 23 Tahun 2014)
“Melaksanakan Program Strategis Nasional”

Yang dimaksud dengan “Program Strategis Nasional” adalah program


yang ditetapkan presiden sebagai program yang memiliki sifat strategis
secara nasional dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan SPM
pembangunan serta menjaga pertahanan dan keamanan dalam rangka
Merupakan
meningkatkan kesejahteraan msyarakat
Program
Startegis
Nasional

NAWA CITA PRESIDEN JOKO WIDODO


Poin nomor 5 (lima) :
“…..akan meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia
melalui.....layanan kesehatan masyarakat......”
83
STRATEGI PENCAPAIAN INDIKATOR SPM

2. Identifikasi/ analisis
Kebutuhan

3. Penentuan target
1. Kondisi Saat ini Capaian/ Gap Analisis

5. Monitoring dan 4. Penyusunan


Evaluasi Program dan kegiatan

5. Kebutuhan Anggaran 84
SANKSI KEPALA DAN WAKIL KEPALA DAERAH

 Kepala daerah dan/atau wakil kepala Daerah yg tidak melaksanakan Program


Strategis Nasional dikenai sanksi administratif berupa teguran tertulis oleh Menteri
untuk Gubernur dan/atau wakil Gubernur serta oleh Gubernur sebagai Wakil
Pemerintah Pusat untuk Bupati dan/atau Wakil Bupati atau Walikota dan/atau
Walikota
 Dalam hal teguran tertulis telah disampaikan 2 (dua) kali berturut-turut dan tetap
tidak dilaksanakan, Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah diberhentikan
sementara selama 3 (tiga) bulan
 Dalam hal Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah telah selesai menjalani
pemberhentian sementara, tetap tidak melaksanakan program strategis nasional,
yang bersangkutan diberhentikan sebagai Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala
Daerah

(Pasal 68 UU No. 23 Tahun 2014)


85
TERIMA KASIH
86

Anda mungkin juga menyukai