A. Definisi
Sistem pengisian merupakan rangkaian komponen yang saling keterkaitan satu dengan
lainnya yang berfungsi untuk menyediakan arus listrik yang nantinya dimanfaatkan oleh
komponen kelistrikan pada kendaraan tersebut dan sekaligus mengisi ulang arus pada baterai,
seperti yang kita ketahui baterai pada kendaraan berfungsi untuk mensuplai kebutuhan listrik
dalam jumlah yang sangat besar pada bagian-bagian kelistrikan.
Sistem pengisian akan menghasilkan listrik untuk mengisi kembali baterai dan menyuplai
kelistrikan komponen yang memerlukannya pada saat mesin dihidupkan. Mobil yang
mengunakan arus bolak-balik dari altenator mampu menghasilkan tenaga listrik yang lebih baik.
Sistem pengisian pada kendaraan secara umum berfungsi untuk:
− Mengisi kembali baterai (aki), sehingga aki selalu dalam kondisi penuh dan siap
untuk melakukan starter mobil yang membutuhkan daya besar.
− Mensuplai arus listrik ke seluruh sistem kelistrikan selama mesin hidup
Sistem pengisian bekerja pada tiga tahap:
− Pada saat awal menjalankan mesin, baterai menyuplai arus keseluruhan beban.
− Selama operasi puncak baterai membantu altenator menyuplai arus.
− Selama operasi normal altenator menyuplai kebutuhan arus dan pengisian kembali
ke baterai.
Tegangan yang dihasilkan oleh altenator bervariasi tergantung dari kecepatan putaran dan
besarnya beban. Terminal yang ada pada altenator adalah terminal E, F, N atau P dan B. Dan
ada juga terminal altenator E, E, N, A dan B. Tegangan altenator bervariasi karena putaran,
oleh karenanya digunakan digunakan regulator yang berfungsi untuk menjaga tegangan output
altenator tetap konstan dengan mengatur besar kecilnya arus listrik.
B. Komponen Sistem Pengisian
1. Altenator
Fungsi altenator adalah mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Energi
mekanik dari mesin yang disalurkan oleh puli, sama seperti generator tetapi mempunyai cara
kerja yang berbeda. Sebagai pengganti magnit disebut rotor merupakan bagian yang berputar
dan sebagai angker adalah stator yang tidak berputar.
Komponen Altenator sebagai berikut:
a. Puli
Fungsi puli sebagai dudukan drive belt dan memindahkan tenaga putar dari engine ke
rotor sesuai dengan perbandingan putaran engine dengan altenator
b. Kipas
Kipas pada altenator memiliki fungsi sebagi pendingin dioda dan kumparan yang
terdapat pada altenator
c. Rumah Altenator
Fungsinya sebagai dudukan bearing depan, dudukan pemasangan altenator pada engine,
dan dudukan penyetelan kekencangan pada drive belt. Dan bagian belakang sebagai
dudukan plat diode dan rumah sikat.
d. Rotor
Rotor merupakan komponen yang berputar didalamnya terdapat kumparan yang
berfungsi untuk membangkitkan medan magnit dan yang berfungsi sebagai kutub-
kutubnya adalah finger poles/kuku rotor. Slip ring pada rotor berfungsi untuk
menyalurkan arus listrik pada kumparan rotor.
e. Kumparan Stator
Fungsinya untuk menghasilkan arus listrik AC, kumparan ini terpasang tetap pada inti
stator dan terikat pada rumah altenator sehingga tidak ikut berputr oleh rotor.
f. Dioda (Rectifire)
Fungsinya untuk menyearahkan atau mengubah tagangan AC menjadi tegangan DC,
sehingga baterai dapat menerima arus listrik yang sesuai. Karakteristik dioda hanya bisa
dialiri arus oleh listrik dalam satu arah saja, dan dapat dimanfaatkan sebagai penyearah
arus. Pada alternator tipe konvensional memiliki 6 dioda, yang terbagi menjadi dioda
negatif dan positif, disusun dalam satu sistem.
g. Sikat Karbon
Brush alternator akan terhubung dengan slip ring pada rotor, sikat karbon terikat pada
dudukan sikat yang dipasangkan pada rumah alternator bagian belakang atau menyatu
dengan regulator IC di dalam alternator, yang dipasangkan pada pelat dioda.
2. Regulator
Regulator pada sistem pengisian memiliki fungsi membatasi tegangan yang dihasilkan
alternator dengan mengatur arus yang mengalir pada kumparan rotor. regulator dibedakan
menjadi dua macam, yaitu Thor. kontak ( point type) dan IC regulator, perbedaannya apabila
tipe IC regulator maka pemutus dilakukan oleh IC, sedangkan pada regulator titik kontak
pemutus dilakukan oleh relay.
Fungsi baterai atau accu pada sistem pengisian yaitu untuk menyimpan arus listrik yang
dihasilkan oleh alternator dan akan dipergunakan kembali pada saat enzim mati dan pada saat
melakukan stater
4. Charging Indikator Lamp
Agar tegangan pengisian baterai pada mobil dari alternator dapat dimonitor dengan baik oleh
pengemudi, maka dapat diketahui Pada lampu indikator yang ada pada dasbor kendaraan. di
indikator kan dengan simbol baterai, apabila engine mati maka lampu indikator akan menyala,
sedangkan apabila engine hidup maka lampu indikator akan mati.
5. Kunci Kontak
Fungsi kunci kontak (ignition switch) yaitu memutuskan dan menyambungkan arus listrik
dari baterai ke komponen kelistrikan pada kendaraan.
6. Drive Belt
Belt atau vanbel merupakan komponen yang menghubungkan putaran dari enzim ke alternator
sehingga alternator bekerja. jika drive longgar atau terputus maka sistem pengisian baterai
akan berhenti
C. Cara Kerja Sistem Pengisian Konvensional Mobil
1. Cara Kerja Sistem Pengisian Pada Saat Kunci Kontak On – Mesin Belum Hidup
Pada saat kunci kontak on, enzim mati, fenomena yang terjadi pada kondisi ini adalah lampu
pengisian menyala dan terjadi medan magnet pada kumparan rotor.
2. Cara Kerja Sistem Pengisian Konvensional Pada Putaran Lambat (Rendah)
Engine berputar lambat, n mengalirkan arus, lampu indikator pengisian mati, kontak Plo
menempel pl1 karena medan magnet pada kumparan voltage regulator lemah, arus besar
mengalir ke kumparan rotor, medan magnet kuat, output alternator cukup untuk mengisi
baterai.
Pada putaran sedang pl0 lepas dari Pl1 mengambang karena medan magnet pada
kumparan voltage regulator ( VR) menguat. arus ke kumparan rotor (RC) melewati resistor
R sehingga kemagnetan pada RC lemah. karena putaran naik, meskipun medan magnet
melemah output alternator tetap cukup untuk mengisi baterai.
3. Cara Kerja Sistem Pengisian Konvensional Saat Putaran Tinggi
Pada kecepatan tinggi Pl0 menempel Pl2 karena adanya medan magnet pada VR yang
kuat. Arus dari R langsung ke massa. Kemagnetan pada RC drop. Akibat tegangan output B
pada alternator turun sehingga pada medan magnet pada VR juga melemah, Pl0 lepas dari
Pl2 arus mengalir lagi ke RC melalui R sehingga kemagnetan pada RC menguat lagi. Pl0
lepas dan terhubung ke Pl2 secara periodik tergantung tegangan yang masuk ke VR sehingga
output altenator tetap stabil.