Anda di halaman 1dari 176

PERAN p e n g a d il a n n ia g a

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA MEREK:


STUDI KASUS MEREK TRISAKTI

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Hukum

Nama : Imran Bukhari Razif


NPM : 6505000509

UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI PASCASARJANA
KEKHUSUSAN HUKUM EKONOMI
JAKARTA
JULI 2008
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Imran Bukhari Razif


NPM : 6505000509

Tanda Tangan : /IM '

Tanggal : 23 Juli 2008

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


HALAMAN PENGESAHAN

Tesis ini diajukan oleh :

Nama Imran Bukhari Razif


N PM 6505000509
Program Studi Hukum Ekonomi
Judul Tesis Peran Pengadilan Niaga Dalam Penyelesaian
Sengketa Merek: Studi Kasus Merek Trisakti

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan


diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk
mempeloreh gelar Magister Hukum pada Program Studi Hukum Ekonomi
Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing Dr.Cita Citrawinda, SH, MIP

Penguj i Dr.Rosa Agustina, S.H, MH

Penguj i Ratih Lestarini, SH, MH

Ditetapkan di : Salemba
Tanggal : 23 Juli 2008

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


KATA PENGANTAR

Assalammualaikum W r Wb

Syukur dan puji penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam,
karena atas karunia-Nya tesis ini dapat tersusun untuk memenuhi prasyarat sebagai
Magister Hukum pada Program Pascasarjana Universitas Indonesia.
Dalam tesis ini penulis berusaha untuk mengemukakan prinsip-prinsip dan
kewenangan dari Pengadilan Niaga dalam menyelesaikan suatu sengketa, yang menjadi
salah satu materi dari bidang hukum Kepailitan dan Hak Atas Kekayaan Intelektual.
Selain itu penulis juga secara khusus mengemukakan mengenai peranan Pengadilan
Niaga yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.
Terutama yang mencakup peranan Pengadilan Niaga dalam menyelesaikan suatu
sengketa dalam bidang merek.. Pada bagian akhir dari penulisan ini, diuraikan analisa
kasus terhadap Putusan Pengadilan Niaga Tanggal 2 Juli 2003 Nomor
20/Merek/2003/PN.Niaga JktPusat mengenai Perkara Merek Trisakti. Tujuannya yaitu
untuk melihat kesesuaian antara putusan tersebut dengan peraturan-peraturan yang
berlaku pada saat itu mengenai peranan Pengadilan Niaga dalam menyelesaikan sengketa
merek.
Penulis berharap karya ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
akademisi dan praktisi hukum mengenai peranan Pengadilan Niaga terkait dengan
penyelesaian sengketa Hak Atas Kekayaan Intelektual bidang merek.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada Ibu DR. Cita
Citrawinda, SH, MIP, yang telah membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini.
Kemudian kepada ayah, ibu, abang, adik-adik, dan Sal i yang tenis percaya, teman-teman
di Program Pascasarjana Magister Hukum Universitas Indonesia, dan para partner di
HIRR Law Office terutama Harsya beserta istri, serta semua pihak yang telah membantu
penulis dalam penyusunan karya ini.. Atas doa, dukungan dan semangatnya yang tak
pernah henti agar penulis menyelesaikan tesis ini.
Akhirul kalam, penulis memohon maaf sekiranya terdapat kesalahan atau
kekurangan dalam penyusunan tesis ini.

Wassalammualaikum W r Wb

Jakarta, 23 Juli 2008


Penulis

Imran Bukhari Razif

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PU B L IK A SI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang


bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Imran Bukhari Razif


N PM : 6505000509
Program Studi : Hukum Ekonomi
Fakultas : Hukum
Jenis Karya : Tesis

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif
{Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang
berjudul : "Peran Pengadilan Niaga Dalam Penyelesaian Sengketa
Merek: Studi Kasus Merek Trisakti" beserta perangkat yang ada
(jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-
kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salemba
Pada tanggal: 23 Juli 2008
Yang menyatakan,

(Imran Bukhari Razif)

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


A BSTRA K

Imran Bnkhari Razif, 6505000509, PERAN PENGADILAN NIAGA DALAM


PENYELESAIAN SENGKETA MEREK: STUDI KASUS MEREK TRISAKTI,
Tesis, 2008, Hukum Ekonomi, Program Pasca Sarjana Magister Hukum
Universitas Indonesia.

Perkembangan kegiatan ekonomi dan tingkat persaingan yang tinggi di antara pelaku
usaha, memicu mereka untuk memberikan tanda pengenal terhadap produk-produk
yang dihasilkan. Tanda pengenal yang lazim disebut merek ini, berfungsi sebagai
pembeda bagi produk tersebut Dengan adanya merek, masyarakat diharapkan dapat
mengenali produk yang dibeli. Merek juga berfungsi sebagai penanda kualitas dan
prestise suatu produk. Akibatnya merek yang sudah terkenal dan mendapatkan
kepercayaan masyarakat, sering ditiru atau bahkan digunakan tanpa izin oleh
produsen pesaingnya. Sengketa mengenai merek diselesaikan di Pengadilan Niaga
yang awalnya dibentuk untuk mencari solusi hukum bagi sengketa-sengketa dalam
bidang niaga. Tesis ini khusus membahas peranan Pengadilan Niaga dalam sengketa
merek dengan melakukan studi kasus pada sengketa merek Trisakti. Permasalahan ini
menarik untuk dibahas karena Pengadilan Niaga merupakan bentuk pengadilan baru
yang diamanatkan pembentukannya dalam Undang-Undang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Pada saat dibentuknya Pengadilan
Niaga, pemerintah memerlukan suatu upaya untuk menangani kasus-kasus kepailitan,
demi kepastian hukum, saat krisis moneter teijadi. Dan upaya tersebut sekaligus
diharapkan bisa mendukung upaya-upaya proses perbaikan ekonomi melalui sarana
hukum, termasuk dalam bidang Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) seperti merek. Bab
pertama dalam penulisan ini akan menguraikan latar belakang, pokok masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teoritis, definisi operasional, sistematika
penulisan dan metode penelitian. Pembahasan bab kedua akan menguraikan
Pengadilan Niaga sebagai salah satu kamar khusus dalam peradilan umum. Yaitu
dimulai dari proses lahirnya Pengadilan Niaga, prinsip-prinsip umum Pengadilan
Niaga, serta perluasan kewenangan Pengadilan Niaga dan persinggungannya dengan
Pengadilan Negeri. Selanjutnya dalam bab ketiga akan diuraikan ketentuan mengenai
peran Pengadilan Niaga dalam menyelesaikan sengketa merek. Yaitu tentang syarat
dan pendaftaran merek, pelanggaran terhadap hak atas merek, penyelesaian sengketa
merek, dan peran Pengadilan Niaga dalam menyelesaikan sengketa merek menurut
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001. Untuk melihat peranan Pengadilan Niaga
langsung dalam praktek, maka dalam bab keempat akan dianalisis suatu putusan
hakim di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dalam sengketa merek Trisakti. Terakhir
pada bab kelima, akan diberikan kesimpulan dan saran atas permasalahan yang
dibahas dalam penelitian ini.

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


ABSTRA C T

Imran Bukhari Razif, 6505000509, The Role of Commercial C ourt on the


Settlements of Trademark Dispute; Case Study Trisakti Tradem ark, Thesis,
2008, Economic Law, Post Graduate Program Magister Hukum University of
Indonesia.

Development of economic activity and high level o f competition amongs bussiness


have trigger them to mark their product The mark known as trademark has function
to distinguish their product from the other competitor so buyer can recognize the
product Trademark also become mark for the quality o f the product and the prestige.
As a result known trademarks are ussualy used without permission and trademark
falsification by the other producers. The disputes o f trademark is settled on the
commercial court which for the the first time established for finding solution on
bankcrupcy and debt restructuring This thesis specializes in th role o f commercial
court in the Trisakti trademark disputes. The case is interesting to disccuss because
because of the commecial court just recently established to settle the trademark
dispute by the regulation number 15 year 2001. As an effort on economic law reform
includin on intellectual property rights. The first chapter on this thesis will disccuss
background, the problems, purpose, usage, and method o f the research, the writing,
theoritical frame an concept Chapter two will explaiin about the establishment o f
commercial court as a specialze cour in the commercial dispute. Chapter three will
disccuss about the role of commercial court on the trademart dispute settlement
Chapter four will disccuss the Trisakti Trademark disputes and the impact. Chapter
five is about the conclusion and suggestions

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


DAFTAR I S I

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Perumusan Permasalahan 7
C. Tujuan Penelitian 8
D. Kegunaan Penelitian 8
E- Kerangka Teoritis dan Kerangka Konsepsional 9
F. Metode Penelitian 19
G. Sistematika Penulisan 23

II. PENGADILAN NIAGA SEBAGAI SALAH SATU KAMAR KHUSUS


DALAM PERADILAN UMUM
A. Proses Lahirnya Pengadilan Niaga 25
1. Jenis Badan Peradilan Menurut Undang-Undang
Kekuasaan Kehakiman dan Pembentukan
Kamar-Kamar Khusus Dalam Peradilan Umum 25
2. Pembentukan Pengadilan Niaga Dalam
Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 29
3. Pembentukan Pengadilan Niaga Dalam
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 37
4. Pembentukan Pengadilan Niaga Dalam
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 38
B. Prinsip-prinsip Umum Pengadilan Niaga 40
1. Kompeten dan Modern 40
2. Independensi dan Tidak Memihak (Imparsial) 41
3. Partisipatif dan Akuntabilitas 41
4. Mudah Diakses dan Transparansi 42
5. Proses Yang Cepat dan Kepastian Hukum 42

C. Perluasan Kewenangan Pengadilan Niaga dan


Persinggungannya Dengan Pengadilan Negeri 43

III. PERAN PENGADILAN NIAGA DALAM PENYELESAIAN


SENGKETA MEREK
A. Syarat dan Pendaftaran Merek 48
B. Pelanggaran Terhadap Hak Atas Merek 58
C. Penyelesaian Sengketa Merek 60
1. Penanganan Melalui Hukum Perdata 61
2. Penanganan Melalui Hukum Pidana 64
3. Penanganan Melalui Administrasi Negara 66

ii

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


D. Peran Pengadilan Niaga Dalam Sengketa Bidang
Merek Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 73

IV. STUDI KASUS MEREK TRISAKTI


A. Masalah 84
B. Analisa Masalah 89

V. PENUTUP
A. Kesimpulan 102
B. Saran 107

Daftar Pustaka 109

Lampiran 112

iii

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Krisis moneter pada tahun 1997 telah memberikan dampak

yang besar dalam banyak hal di Indonesia. Salah satunya yang

terjadi dalam bidang ekonomi, yaitu nilai tukar rupiah dengan

dolar yang sangat rendah. Hal ini telah menyebabkan masyarakat

kehilangan daya beli, kesulitan memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari dan munculnya pengangguran. Selain itu,

perusahaan-perusahaan yang memiliki perjanjian kredit dalam

kurs dolar banyak yang mengalami kepailitan karena tak sanggup

membayar hutang-hutangnya.

Akibat kepailitan perusahaan-perusahaan tersebut, maka

dilakukanlah pembaharuan dalam bidang hukum. Yaitu membentuk

Pengadilan Niaga yang diamanatkan dalam Undang-Undang

Pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 yang dirubah

menjadi Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan

dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang (PKPU) ini dibentuk dalam rangka memberikan

kepastian hukum dan penyelesaian bagi kasus-kasus kepailitan

di Indonesia sebagai akibat krisis moneter. Sehingga pada awal

dibentuknya Pengadilan Niaga, pemerintah mengharapkan adanya

suatu upaya untuk menangani kasus-kasus kepailitan, demi

kepastian hukum, saat krisis moneter terjadi.

Kemudian Pengadilan Niaga sekaligus diharapkan bisa

mendukung upaya-upaya proses perbaikan ekonomi melalui sarana

hukum, termasuk dalam bidang Hak Atas Kekayaan Intelektual

(HAKI) yang mencakup bidang hak cipta, hak paten, hak merek,

dan desain industri.

Khusus mengenai hak merek, saat ini penggunaannya semakin

meningkat seiring perkembangan kegiatan ekonomi dan tingkat

persaingan yang tinggi di antara pelaku usaha. Kesadaran

pelaku usaha akan pentingnya penggunaan merek, dikarenakan

merek akan menjadi pembeda antara produk barang atau jasa yang

sejenis.

Dengan demikian, merek berfungsi sebagai tanda pengenal

yang menunjukkan asal barang dan jasa, sekaligus menghubungkan

barang dan jasa yang bersangkutan dengan produsennya.1

1 Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, "Hak Milik Intelektual


Sejarah, Teori Dan Prakteknya Di Indonesia Edisi Revisi", Cetakan Ketiga,
Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003, Hal. 170.

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Sehingga akan tergambarkan jaminan kepribadian findividuality)

serta reputasi suatu barang dan jasa hasil usaha sewaktu

diperdagangkan.2

Apabila ditinjau dari mutu produk, maka merek juga dapat

memberikan jaminan kualitas dari suatu barang atau jasa. Hal

tersebut berguna bagi produsen pemilik merek yang sekaligus

juga memberikan perlindungan dan jaminan mutu barang kepada

konsumen. Selanjutnya, merek juga menjadi sarana promosi

(means of trade promotion) dan reklame bagi pelaku usaha yang

memperdagangkan barang atau jasa yang bersangkutan.3

Di pasaran luar negeri, merek berguna untuk menciptakan

dan mempertahankan "goodwill" di mata konsumen. Sebab merek

menjadi simbol dengan mana pihak pedagang memperluas

pasarannya diluar negeri, yang juga mempertahankan pasaran

tersebut. Goodwill atas merek adalah sesuatu yang tidak

ternilai dalam memperluas pasaran suatu produk atau jasa.4

Sehubungan dengan berkembangnya usaha-usaha industri

dalam rangka penanaman modal, maka merek dapat merangsang

pertumbuhan industri tersebut. Sekaligus memicu adanya

perdagangan sehat, yang akan menguntungkan bagi semua pihak.

2 Ibid.

3 Ibid., Hal. 171.

4 Ibid.

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Seperti diakui oleh Cojwnercial Advisory Foundation in

Indonesia (CAFI), bahwa masalah paten dan trademark memang

memegang peranan yang penting dalam perekonomian Indonesia.5

Permasalahannya kemudian, merek yang sudah terkenal dan

mendapatkan kepercayaan masyarakat, sering ditiru, dipalsukan

atau bahkan digunakan tanpa izin oleh pelaku usaha pesaingnya.

Hal tersebut didorong oleh keinginan untuk mendapatkan

keuntungan secara mudah. Akibatnya produsen asal produk,

konsumen dan negara dirugikan.6

Pelanggaran terhadap hak merek atau sengketa mengenai

kepemilikan merek tersebut, akan diselesaikan di Pengadilan

Niaga, yang sejak awalnya dibentuk untuk mencari solusi hukum

bagi sengketa-sengketa dalam bidang niaga.

Ruang lingkup pembahasan masalah dalam tesis ini hanya

mengenai peranan Pengadilan Niaga yang pembentukannya

diamanatkan oleh Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) . Khususnya peranan

Pengadilan Niaga pada penyelesaian sengketa merek Trisakti

yang diajukan di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.

Alasan yang mendorong untuk meneliti masalah ini

dikarenakan masih barunya pembentukan Pengadilan Niaga, yang

5 Ikid.

6 Ibidw Hal. 201.

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


bahkan saat ini, kedudukan Pengadilan Niaga masih berupa kamar

khusus di pengadilan umum, yang tempat dan lembaganya

bergabung di pengadilan negeri. Selain itu terbatasnya

informasi mengenai Pengadilan Niaga di Indonesia, menjadi

faktor lain yang mendorong penelitian ini.

Hal-hal yang telah diketahui dari masalah ini adalah

bahwa pembentukan Pengadilan Niaga diamanatkan dalam Pasal 1

Butir 7 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan

dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yaitu yang dimaksud

dengan pengadilan adalah Pengadilan Niaga dalam lingkungan

peradilan umum.7

Kemudian disebutkan pula dalam Pasal 300 Undang-Undang

Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang (PKPU), yaitu:8

ii) pengadilan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang


ini, selain memeriksa dan memutus permohonan pernyataan
pailit dan rvitu, berwenang puia memeriksa dan /nemucus
perkara lain di bidang perniagaan yang penetapannya
ctilakukan dengan undang-undang
(2) Pembentukan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan secara bertahap dengan Keputusan
Presiden, dengan memperhatikan kebutuhan dan kesiapan
sumber daya yang diperlukan.

7 Indonesia, Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban


Pembayaran Utang (PKPU), Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004, Lembaran Negara
RI Tahun 2004 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4443, Pasal 1
Butir 7.

8 Ibid., Pasal 300.

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Pasal 300 Ayat (1) menjelaskan bahwa Pengadilan Niaga

juga mempunyai kewenangan memeriksa dan memutus perkara lain

di bidang perniagaan yang penetapannya dilakukan dengan

undang-undang. Misalnya, sengketa di bidang Hak Atas Kekayaan

Intelektual (HAKI) yang saat ini telah masuk wilayah

Pengadilan Niaga.9

Sedangkan pada Pasal 300 Ayat (2), dijelaskan bahwa untuk

pertama kali Pengadilan Niaga dibentuk pada Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat10. Pembentukan Pengadilan Niaga dilakukan secara

bertahap melalui Keputusan Presiden, dengan memperhatikan

kebutuhan dan kesiapan sumber daya yang diperlukan.

Pembentukan Pengadilan Niaga dilakukan paling lambat dalam

jangka waktu 120 hari terhitung sejak berlakunya Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 yaitu

pada tanggal 22 April 1998.

Oleh karena itu, sebelum terbentuknya Pengadilan Niaga di

berbagai wilayah maka semua perkara yang menjadi lingkup

kewenangan Pengadilan Niaga diperiksa dan diputuskan oleh

Pengadilan Niaga Jakarta Pusat11. Hingga saat ini berdasarkan

* Rahayu Hartini, "Hukum Kepailitan", Malang: UPT Penerbitan


Universitas Muhanmmadiyah Malang, 2007, Hal. 258.

10 Ibid., Hal. 259.

11 Ibid.

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Keputusan Presiden Nomor 97 Tahun 1999 Tentang Pembentukan

Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Ujung Pandang,

Pengadilan Negeri Medan, Pengadilan Negeri Surabaya Dan

Pengadilan Negeri Semarang, maka Pengadilan Niaga telah

terbentuk di wilayah Makassar, Medan, Surabaya dan Semarang.

Sementara hal-hal yang belum diketahui dari topik

penelitian ini adalah prinsip-prinsip, peranan, serta

kewenangan Pengadilan Niaga, khususnya dalam menyelesaikan

sengketa mengenai merek* Termasuk pula ketentuan mengenai

pelanggaran terhadap hak merek dan penanganannya.

Permasalahan ini penting untuk diteliti agar dapat

membantu masyarakat umum dan praktisi hukum yang hendak

mengajukan sengketa mengenai merek ke Pengadilan Niaga,

terutama mengetahui peranan Pengadilan Niaga dalam

menyelesaikan perkara tersebut.

B. Perumusan Permasalahan

Adapun yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Apakah prinsip-prinsip dan kewenangan Pengadilan

Niaga?

2. Bagaimana peranan Pengadilan Niaga dalam

menyelesaikan sengketa merek?

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


3. Apakah putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dalam

sengketa merek Trisakti telah sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Memperoleh data dan informasi mengenai prinsip-

prinsip dan kewenangan Pengadilan Niaga.

2. Memperoleh data dan informasi mengenai peranan

Pengadilan Niaga dalam menyelesaikan sengketa merek.

3. Membuktikan adanya kesesuaian dalam putusan

Pengadilan NiagaJakarta Pusat mengenai sengketa

merek Trisakti dengan ketentuan perundang-undangan.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini mempunyai kegunaan untuk:

1. Secara teoritis

a. Memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan di

bidang hukum pada umumnya, dan khususnya untuk

kajian ilmu Hak atas Kekayaan Intelektual

bidang merek.

b. Sebagai suatu wacana akademik dalam bidang ilmu

hukum yang dapat mendorong peneliti lain untuk

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


mengembangkan kajian ini secara lebih mendalam,

agar dapat diaplikasikan pada masyarakat luas.

2. Secara praktis

a. Menambah wawasan para akademisi maupun praktisi

hukum serta masyarakat umum, mengenai peranan

Pengadilan Niaga dalam menyelesaikan sengketa

merek.

b. Sebagai bahan referensi di bidang hukum Hak

atas Kekayaan Intelektual dan Pengadilan Niaga.

G. Kerangka Teoritis dan Konsepsional

Kerangka teoritis dalam penelitian ini akan digunakan

sebagai landasan berfikir dalam pembahasan yang terkait dengan

peranan Pengadilan Niaga dan hak atas merek. Sejauh ini

landasan berfikir mengenai peranan pengadilan niaga, yang

dapat ditemukan, terdapat dalam buku yang ditulis oleh Prof.

Dr. Sutan Remy Sjahdeini, S.H., yaitu:12

rengaailan Niaga unzuk memeriksa perkara-


perkara kepailitan, dan juga kelak perkara-perkara
perniagaan lainnya berdasarkan perazuran pemerintah,
didasarkan atas pertimbangan kecepatan dan
efektivitas."

Sutan Remy Sjahdeini, "Hukum Kepailitan, Memahami


Faillissementsverordening Jvncto Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998",
Jakarta: Penerbit PT Pustaka Utama Grafiti, 2002, Hal. 149.

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Berdasarkan kutipan dari buku yang ditulis oleh Prof. Dr.

Sutan Remy Sjahdeini, S.H. tersebut, maka Pengadilan Niaga

juga dapat memeriksa perkara-perkara selain kepailitan. Dalam

hal ini, yaitu memeriksa mengenai sengketa merek yang termasuk

dalam perkara perniagaan di bidang Hak Atas Kekayaan

Intelektual. Pemeriksaan sengketa merek di Pengadilan Niaga

tersebut, diamanatkan langsung dalam Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2001 Tentang Merek.

Mengenai adanya hak atas merek, maka menurut teori hukum

alam, pencipta memiliki hak moral untuk menikmati hasil

ciptaannya, termasuk di dalamnya keuntungan yang dihasilkan

oleh keintelektualannya.13 Salah satu pelopor hukum alam,

Thomas Aquinas, mengemukakan bahwa hak untuk memperoleh

pemilikan adalah salah satu dari persoalan-persoalan yang

diserahkan hukum alam kepada negara.14 Dengan melihat bahwa

negara sebagai badan yang tepat untuk mengatur kehidupan

H.D. Effendy Hasibuan, "Perlindungan Merek Studi Mengenai Putusan


Pengadilan Indonesia Dan Amerika serikat". Cetakan Kesatu, Jakarta: Program
Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003, Hal. 16, yang
mengutip dari Rochelle Cooper Dreyfuss, Intellectual Property Law, dalam
Fundamental of American Law; (New York : Published in the USA by Oxford
University Press, 1998), Hal. 508.

14 Ibid. / yang mengutip dari John Athur danWilliam H. Show, ed, Reading
in the Philosophy of Law, Second Edition, (New Jersey : Prentice Hall,
Englewood Cliffs, 1993), Hal. 73. Lihat juga Thomas Aquinas, Summa
Theologiae, (London : Blackfriars, 1966), dalam Sonny Keraf, Hukum Kodrat
dan Teori Hak Milik Pribadi, (Yogyakarta : Kanisius, 1997), Hal. 22.

10

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


sosial, maka artinya hak milik pribadi mempunyai fungsi

sosial.15

Selanjutnya, John Locke menyatakan bahwa hak cipta

memberikan hak milik eksklusif kepada seorang pencipta. Hukum

alam meminta individu untuk mengawasi hasil karyanya dan

secara adil dikonstribusikan kepada masyarakat.16 Locke

memberikan solusi terhadap masalah hak-hak umum pemberian

Tuhan dan pengambilan hak milik pribadi. Yaitu dimulai dengan

asumsi bahwa, "every Man has a Property in his own Person

Asumsi tersebut membawa Locke kepada suatu pemikiran, bahwa

kerja individu juga menjadi milik individu itu sendiri.17

Kedua teori hukum alam diatas, hanyalah titik tolak yang

sekaligus justifikasi terbatas untuk hukum merek. Sebagai

alternatif bagi proposisi terhadap hukum alam, dapat juga

digunakan justifikasi utilitarian dalam hal perlindungan atas

hak-hak kekayaan tidak berwujud.18 Termasuk di dalamnya hak

kekayaan yang tersembunyi dalam hak eksklusif atas merek.

1S Ibid./ Hal. 17, yang mengutip dari W. Friedman, Teori dan Filsafat
Hukum - Telaah Kritis Atas Teori - Teori Hukum (Terjemahan Edisi
Indonesia), (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993), Hal 64.

AO Ibid., yang mengutip dari Craig Joice, William Patry, Marshall


Leaffer dan Peter Taszi, Copyright Law-Casebook Series, Fourth Edition,
(New York : Matthew Bender & Company Incorporated, 1998), Hal. 56.

17 Ibid.

10 Ibid., yang mengutip dari Peter Drahos, A Philosopy of Intellectual


Property - Locke, tabour and the Intellectual Commons, (England :
Dartmounth Publishing Company Limited, 1996), Hal. 44.

11

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi, pendekatan utilitarian

membela undang-undang merek sebagai suatu sistem insentif bagi

pemilik dan pencipta merek.19

Selain teori hukum alam dan utilitarian, terdapat pula

teori-teori lainnya yang turut mempengaruhi perkembangan hukum

merek. Pertama, teori yang menggambarkan jangkauan territorial

atas perlindungan merek. Teori tersebut dikenal sebagai teori

"the zone of actual market penetration", teori "the zone of

reputatioan, dan teori "the zone of natural expansion",20

Teori "the zone of actual market penetration" diantaranya

menyatakan bahwa penetrasi pasar merupakan wilayah geografis,

dimana konsumen memperoleh suatu barang atau jasa dari hasil

penjualan yang cukup untuk membedakan persamaan yang

membingungkan (likelihood of confusion) antara produksi asli

dan produksi palsu.21

Sedangkan teori "the zone of reputatioan" antara lain

menyatakan bahwa wilayah reputasi merupakan wilayah geografis,

dimana merek-merek terkenal diperkenalkan melalui iklan atau

disampaikan dari mulut ke mulut. Kemudian teori "the zone of

natural expansion" yang menyatakan bahwa wilayah ekspansi

19 ibidL

** Ibid. > Hal. 18, yang mengutip dari William Jay Gross, "The
Territorial Scope of Trademark Rights", Journal, university of Miami Law
Review, Volume 44, (1990), Hal. 1078.

“ Ibid.

12

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


alamiah merupakan wilayah geografis, dimana pengadilan-

pengadilan memberikan perlindungan merek dalam arti mendorong

pertumbuhan bisnis dan kelanjutan ekspansinya.22

Kedua, yaitu teori yang dikaitkan dengan jaminan

perlindungan merek dan barang produksinya. Menurut Robert S.

Smith, suatu merek memberikan fungsi perlindungan sebagai

suatu investasi dari pemilik merek dengan itikad baik.

Sekaligus melayani konsumen dengan suatu tanda yang mudah dari

sumber dan kualitas barang produksi dari label merek itu.

Selain itu, dengan adanya jaminan keaslian barang-barang

produksi dari pemilik merek yang beritikad baik, merupakan

suatu promosi untuk menghilangkan keragu-raguan dari

konsumen.23

Berikutnya, Williwm Jay Gross, menyatakan bahwa merek

mempunyai fungsi untuk memberikan keuntungan kepada perusahaan

dan konsumen. Keuntungan perusahaan diperoleh dari keunggulan

kompetisi dan peningkatan keuntungan hasil investasi merek

yang diciptakan. Sementara keuntungan konsumen diperoleh dari

22 Ibid.
** Ibid., yang mengutip dari Robert S. Smith, "The Unresolved Tension
Between Trademark Protection and Free Movement of Goods in the European
Community", Duke Journal of Comparative & International Law Volume 3, No.
1, (1992), Hal. 112.

13

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


hasil merek yang menginformasikan produk dan dukungan

perusahaan yang memproduksi barang-barang berkualitas,24

Berdasarkan teori Robert S. Smith dan Williwm Jay Gross,

maka pada akhirnya, perlindungan atas merek memberikan

perlindungan bagi investasi produsen atau perusahaan.

Sekaligus perlindungan terhadap produsen dan konsumen dari

pembelian barang palsu atau pemalsuan merek.25

Hal yang sama ditegaskan kembali oleh James E. Inman, yang

menyatakan bahwa pemakaian merek atas barang-barang produksi

bertujuan untuk melindungi masyarakat konsumen dari bujukan

yang dilakukan pesaing atau pemalsu merek. Sebab produsen

barang menggunakan merek dalam rangka promosi untuk memperoleh

simpati konsumen terhadap suatu simbol merek yang merupakan

bagian dari itikad baik bisnis,26

Ketiga, yaitu teori yang dikaitkan dengan bisnis dan

persaingan pasar. Dimana fungsi utama dari suatu merek adalah

untuk menunjukkan sumber asalnya atau keaslian dari barang-

barang yang menunjuk pada produsennya. Tujuan dari adanya

24 Ibid., Hal. 19.

** Ibid., yang mengutip dari William Jay Gross, Op.cit., Hal, 1075.
Lihat juga Jane C. Ginsburg, David Goldberg dan Arthur J. Greenbaum.
Trademark and Unfair Competition Law : Cases and Materials, (Virginia : The
Michie Company, 1991), Hal. 29.

** Ibid. f yang mengutip dari James E. Inman, "Gray Marketing of


Imported Trademark Goods : Tariffand Trademark Issues", American Business
Law Journal, Volume 31, No. 1, (May 1993), Hal. 82.

14

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


merek tersebut yaitu untuk mencegah gugatan atau tuntutan.

Sekaligus bertindak sebagai pembeda antara barang-barang dari

satu produsen dengan barang-barang dari produsen lainnya.

Selain itu, produsen pemilik merek juga dapat melindungi

masyarakat pemakai merek dari pesaing-pesaing (competitor)

yang tidak jujur, yang memalsukan mereknya tersebut.27

Kerangka konsepsional yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu:

1. Pengadilan adalah sebuah forum publik, resmi, di mana

kekuasaan publik ditetapkan oleh otoritas hukum untuk

menyelesaikan perselisihan dan pencarian keadilan

dalam hal sipil, buruh, administratif, dan kriminal di

bawah hukum. Dalam negara dengan sistem common law,

pengadilan merupakan cara utama untuk penyelesaian

perselisihan, dan umumnya dimengerti bahwa semua orang

memiliki hak untuk membawa klaimnya ke pengadilan. Dan

juga, pihak tertuduh kejahatan memiliki hak untuk

meminta perlindungan di pengadilan.*0

2. Pengadilan adalah Pengadilan Niaga dalam lingkungan

peradilan umum/3

27 Ibid., yang mengutip dari James E. Inman, Op.cit., Hal. 82.

28 "Definisi Pengadilan", http://www.kamushukum.com/prosadv.php.

29 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004, Op.cit., Pasal 1 Butir 7.

15

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


3. Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

ini, selain memeriksa dan memutus permohonan

pernyataan pailit dan PKPU, berwenang pula memeriksa

dan memutus perkara lain di bidang perniagaan yang

penetapannya dilakukan dengan undang-undang.j0

4. Pengadilan khusus adalah pengadilan yang terdiri dari

pengadilan anak, Pengadilan Niaga, pengadilan hak

asasi manusia, pengadilan tindak pidana korupsi, dan

pengadilan hubungan industrial yang berada di

lingkungan peradilan umum, dan pengadilan pajak di

lingkungan peradilan tata usaha negara.

5. Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI), istilah HAKI

sekarang populer dengan istilah HKI (Hak Kekayaan

Intelektual) yaitu hak untuk pengakuan hukum yang

memberikan pemegang hak kekayaan intelektual untuk

mengatur penggunaan dari gagasan-gagasan dan ekspresi

yang diciptakannya untuk jangka waktu tertentu. Hak

atas kekayaan intelektual terdiri atas hak cipta dan

hak kekayaan industri, yang terdiri atas paten, merek,

30 Ibid., Pasal 300 Ayat 1.

■>A "Definisi Pengadilan Khusus",


http: //www.kamushukum.com/proscari.php?hal_top=2&keyword®pengadilan adalah
pengertian yang diambil dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang
Kekuasaan Kehakiman, Penjelasan Pasal 15 Ayat (1).

16

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


desain industrir desain tata letak sirkuit terpadu,

rahasia dagang dan varietas tanaman.

6, Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata,

huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau

kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya

pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan

barang atau jasa.'**

1. Merek Dagang adalah merek yang digunakan pada barang

yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang

secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan

dengan barang-barang sejenis lainnya.04

8- Merek Jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang

diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang

secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan

dengan jasa-jasa sejenis lainnya.^

9. Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang

dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang

diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum

"Definisi Hak Atas Kekavaan Intelektual'


http: //www. kamushukum. com/proscari .php?hal_top=3&keyword«haki.

■*J Tndonesia, Undana-Undana Tentang Merek. Undang-Undang Nomor 15


Tahun 2001, Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 110, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 4131, Pasal 1 Angka 1.

U Ibid., Pasal 1 Angka 2.

35 Ibid., Pasal 1 Angka 3.

17

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang

dan/atau jasa sejenis lainnya.i0

Dalam penelitian ini definisi operasional mengenai

Pengadilan Niaga yang akan digunakan adalah definisi menurut

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Yaitu Pengadilan

adalah Pengadilan Niaga dalam lingkungan peradilan umum.3' Dan

pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini,

selain memeriksa dan memutus permohonan pernyataan pailit dan

PKPU, berwenang pula memeriksa dan memutus perkara lain di

bidang perniagaan yang penetapannya dilakukan dengan undang-

undang. ^

Sedangkan definisi operasional mengenai merek yang akan

digunakan adalah definisi operasional menurut Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek. Yaitu Merek adalah tanda

yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,

susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang

memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan

barang atau jasa.5*

Jt> Ibid.» Pasal 1 Angka 4.

37 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004, Op.cit., Pasal 1 Butir 7.

38 Ibid., Pasal 300 Ayat 1.

39 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, Op.cit., Pasal 1 Angka 1.

18

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


F. M e t o d e Penelitian

Penelitian ini merupakan kajian ilmu hukum yang berkaitan

dengan peranan Pengadilan Niaga dalam menyelesaikan sengketa

merek pada bidang ilmu hukum Hak atas Kekayaan Intelektual.

Subyek dalam penelitian ini adalah Pengadilan Niaga,

khususnya Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Dan obyek penelitian

ini adalah putusan Pengadilan Niaga, khususnya putusan

Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dalam sengketa merek Trisakti.

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam

penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif

(yuridis normatif) dengan pendekatan analisis kualitatif

terhadap data yang diperoleh dan diperlukan untuk menjawab

permasalahan pokok dalam penelitian ini.

Metode penelitian hukum normatif sering juga disebut

sebagai penelitian hukum doktrinal (doctrinal research), yaitu

penelitian hukum yang mengacu kepada norma-norma atau asas-

asas hukum, baik yang terdapat dalam peraturan perundang-

undangan, putusan-putusan oleh hakim yang sudah secara konkrit

ditetapkan atau diputuskan pada kasus-kasus yang masuk di

lembaga pengadilan maupun literatur-literatur yang berkaitan

dengan objek penelitian.

19

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Pendekatan kualitatif digunakan untuk menganalisis

berbagai data yang diperoleh dalam penelitian ini untuk

memberikan gambaran yang mendalam dan menyeluruh mengenai

pokok permasalahan dalam penelitian ini. Hal ini dimaksudkan

agar data yang tersaji dapat benar-benar memberikan deskripsi

mengenai obyek yang diteliti yaitu peranan Pengadilan Niaga

dalam penyelesaian sengketa merek.

Penelitian ini bersifat deskriptif, dimana pengetahuan

atau teori tentang peranan Pengadilan Niaga sudah ada dan

ingin memberikan gambaran tentang peranan Pengadilan Niaga

tersebut, khususnya dalam menyelesaikan sengketa merek.

Tipe penelitian ini adalah studi kasus yang menganalisis

peranan Pengadilan Niaga dalam menyelesaikan sengketa merek.

Sumber data dalam penelitian ini berupa data sekunder

yang diperoleh dari suatu sumber yang sudah dikumpulkan oleh

pihak lain, baik melalui bahan hukum primer, sekunder serta

tersier.

Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang sifatnya

mengikat dan terdiri dari peraturan perundang-undangan. Dalam

penelitian ini bahan hukum primer tersebut mencakup peraturan

perundang-undangan yang terkait dengan Pengadilan Niaga dan

merek, diantaranya yaitu:

1. Undang-Undang Dasar 1945

20

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 Tentang Kekuasaan

Kehakiman

3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 Tentang Kekuasaan

Kehakiman

4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan

Kehakiman

5. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan

Umum

6. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 Tentang Peradilan

Umum

7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 Tentang Kepailitan

dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).

8. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan

dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).

9. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek

10* Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1998 Tentang Aturan Kepailitan

11. Keputusan Presiden Nomor 97 Tahun 1999 Tentang

Pembentukan Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri

UjungPandang, Pengadilan Negeri Medan, Pengadilan

Negeri Surabaya dan Pengadilan Negeri Semarang

21

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


12. Putusan Pengadilan Niaga Tanggal 2 Juli 2003, Nomor

20/Merek/2003/PN.Niaga Jkt.Pusat, Perkara Merek

Trisakti

Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang

memberikan penjelasan mengenai bahan-bahan hukum primer,

seperti buku-buku, makalah-makalah ilmiah, majalah-majalah

hukum dan hasil karangan ilmiah yang berkaitan dengan peranan

Pengadilan Niaga dan merek.

Sedangkan bahan hukum tertier meliputi Kamus Besar Bahasa

Indonesia, kamus hukum, ensiklopedi, media massa, seperti

majalah, surat kabar dan tulisan lain yang memuat informasi

mengenai Pengadilan Niaga dan merek, yang dapat dipergunakan

sebagai data dalam penelitian ini.

Cara yang digunakan untuk melakukan pengumpulan data bagi

penelitian ini, adalah melalui studi dokumen atau studi

kepustakaan (library research) terhadap data sekunder yang

mencakup bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang

berkaitan dengan Pengadilan Niaga dan merek.

Metode yang digunakan untuk mengambil kesimpulan adalah

cara deduksi yaitu dengan berdasarkan data yang bersifat umum

berupa ilmu hukum, undang-undang atau teori, yang dibandingkan

dengan data yang bersifat khusus berupa kenyataan di lapangan

22

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


yaitu dalam putusan hakim, yang kemudian baru dapat diambil

suatu kesimpulan.

6. Sistimatika Penulisan

Bab pertama dalam penulisan ini akan menguraikan latar

belakang masalah, pokok masalah, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, kerangka teoritis, definisi operasional,

sistematika penulisan dan metode penelitian.

Pembahasan bab kedua akan menguraikan peran Pengadilan

Niaga sebagai salah satu kamar khusus dalam peradilan umum.

Yaitu dimulai dari proses lahirnya Pengadilan Niaga dengan

melihat jenis badan peradilan menurut Undang-Undang Kekuasaan

Kehakiman dan pembentukan kamar-kamar khusus dalam peradilan

umum. Kemudian dilihat pula proses lahirnya Pengadilan Niaga

dalam Undang-Undang Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang.

Bab kedua juga akan menguraikan Pengadilan Niaga sebagai

salah satu kamar khusus dalam peradilan umum. Yaitu dimulai

dari proses lahirnya Pengadilan Niaga, prinsip-prinsip umum

pelaksanaan kerja di Pengadilan Niaga yang mencakup prinsip

kompeten, modern, independensi, imparsial, akuntabilitas,

partisipatif, transparansi, mudah diakses, proses yang cepat,

dan kepastian hukum. Kemudian diuraikan pula mengenai

23

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


perluasan kewenangan Pengadilan Niaga dan persinggungannya

dengan Pengadilan Negeri.

Selanjutnya dalam bab ketiga akan diuraikan ketentuan

mengenai peran Pengadilan Niaga dalam menyelesaikan sengketa

merek. Yaitu tentang syarat dan pendaftaran merek, pelanggaran

terhadap hak atas merek, penyelesaian sengketa merek melalui

hukum perdata, hukum pidana dan administrasi negara. Pada

bagian terakhir diuraikan pula mengenai peran Pengadilan Niaga

dalam menyelesaikan sengketa merek menurut Undang-Undang Nomor

15 Tahun 2001.

Untuk melihat peranan Pengadilan Niaga langsung dalam

praktek, maka pada bab keempat, akan dianalisis suatu putusan

hakim di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dalam sengketa merek

Trisakti. Dalam bab ini akan diuraikan masalah atau pokok

perkaranya, kemudian baru diuraikan analisis terhadap masalah

tersebut. Terakhir pada bab kelima sebagai penutup, akan

diberikan kesimpulan dan saran atas permasalahan yang dibahas

dalam penelitian ini.

24

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


BAB I I

PERAN PENGADILAN NIAGA SEBAGAI SALAH SATU

KAMAR KHUSUS DALAM PERADILAN UMUM

A. Proses Lahirnya Pengadilan Niaga

Pembentukan Pengadilan Niaga dapat ditelusuri mulai

dari Undang-Undang Tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-

Undang Tentang Peradilan Umum. Pada saat dibuatnya Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998

Tentang Perubahan Atas Aturan Kepailitan, yang berlaku

adalah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 Tentang Kekuasaan

Kehakiman dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang

Peradilan Umum,

Namun pada saat dibuatnya Undang-Undang Nomor 37 Tahun

2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang, yang berlaku adalah Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004

Tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun

2004 Tentang Peradilan Umum.

25

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


1. Jenis Badan Peradilan Menurut Undang-Undang

Kekuasaan Kehakiman Dan Pembentukan Kamar-Kamar

Khusus Dalam Peradilan Umum

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 Tentang

Kekuasaan Kehakiman Pasal 10 Ayat 1 menyatakan sebagai

berikut:40

"Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Pengadilan


dalam lingkungan:
a. Peradilan Umum
b. Peradilan Agama
c. Peradilan Militer
d. Peradilan Tata Usaha Negara"

Dalam penjelasan Pasal 10 tersebut diuraikan

bahwa:

"Undang-Undang ini membedakan antara empat


lingkungan peradilan yang masing-masing mempunyai
lingkungan wewenang mengadili tertentu dan
meliputi badan-badan peradilan tingkat pertama dan
tingkat banding. Peradilan agama, militer dan tata
usaha negara merupakan peradilan khusus, karena
mengadili perkara-perkara tertentu atau mengenai
golongan rakyat tertentu, sedangkan peradilan umum
adalah peradilan bagi rakyat pada umumnya mengenai
baik perkara perdata, maupun perkara pidana.
Perbedaan dalam empat lingkungan peradilan ini,
tidak menutup kemungkinan adanya pengkhususan
(di fferensiasi/spesialisasi) dalam masing-masing
lingkungan, misalnya dalam peradilan umum dapat
diadakan pengkhususan berupa pengadilan lalu
lintas, pengadilan anak-anak, pengadilan ekonomi
dan sebagainya dengan undang-undang."

40 Indonesia, Undang-Undang Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok


Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970, Lembaran Negara
Nomor 74 Tahun 1970, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2951.

26

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 14 Tahun

1970 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan

Kehakiman menjadi Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999

Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun

1970 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan

Kehakiman, menyatakan hal yang sama pula.

Selanjutnya dilakukan perubahan terhadap Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 Tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, menjadi Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman.

Dalam perubahan terakhir ini, Pasal 2 menyatakan

sebagai berikut:41

"Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 1 dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di
bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara,
dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi."

Kemudian Pasal 10 menyatakan pula bahwa:42

41 Indonesia, Undang-Undang Tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-


Undang Nomor 4 Tahun 2004, Lembaran Negara Nomor 8 Tahun 2004, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4358.

42 Ibid.

27

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


"(1) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di
bawahnya, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
(2) Badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah
Agung meliputi badan peradilan dalam lingkungan
peradilan umum, peradilan agama, peradilan
militer, dan peradilan tata usaha negara

Terakhir dalam Pasal 15 Ayat 1 dinyatakan sebagai

berikut:43

"Pengadilan khusus hanya dapat dibentuk dalam

salah satu lingkungan peradilan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 10 yang diatur dengan undang-

undang ."

Dalam penjelasan Pasal 15 Ayat 1 tersebut,

dinyatakan bahwa:

"Yang dimaksud dengan pengadilan khusus dalam


ketentuan ini, antara lain, adalah pengadilan
anak, pengadilan niaga, pengadilan hak asasi
manusia, pengadilan tindak pidana korupsi,
pengadilan hubungan industrial yang berada di
lingkungan peradilan umumr dan pengadilan pajak di
lingkungan peradilan tata usaha negara."

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan

Umum mengatur dalam Pasal 3 yaitu:44

" (1) Kekuasaan Kehakiman di lingkungan Peradilan


Umum dilaksanakan oleh :
a. Pengadilan Negeri;
b . Pengadilan Tinggi.

43 ibid.

44 Indonesia, Undang-Undang Tentang Peradilan Umum, Undang-Undang


Nomor 2 Tahun 1986, Lembaran Negara Nomor 20 Tahun 1986, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3327.

28

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


(2) Kekuasaan Kehakiman di lingkungan Peradilan
Umum berpuncak pada Mahkamah Agung sebagai
Pengadilan Negara Tertinggi."

Kemudian dalam Pasal 7 disebutkan bahwa

Pengadilan Negeri dibentuk dengan Keputusan Presiden.

Dan dalam Pasal 8 ditegaskan pula bahwa di lingkungan

Peradilan Umum dapat diadakan pengkhususan yang diatur

dengan undang-undang.45

Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004

Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986

Tentang Peradilan Umum, dinyatakan hal yang sama yaitu

dengan tidak adanya perubahan terhadap isi Pasal 3,

Pasal 7 dan Pasal 8.

Dengan demikian, telah jelas bahwa Pengadilan

Niaga yang dibentuk berdasarkan amanat dalam Undang-

Undang Kepailitan, merupakan suatu bentuk khusus

(differensiasi) dari peradilan umum. Pengadilan Niaga

dapat juga disebut sebagai pengadilan khusus dalam

lingkungan peradilan umum.

2. Pembentukan Pengadilan Niaga Dalam Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1998 Tentang Perubahan Atas Aturan Kepailitan

45 Ibid.

29

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Terjadinya krisis moneter sejak tahun 1997 membawa

dampak dibidang ekonomi. Keterpurukan yang terus-

menerus dan gagalnya upaya-upaya pemulihan ekonomi,

salah satunya disebabkan oleh tidak bekerjanya

mekanisme hukum dan ketidakpercayaan investor asing

terhadap proses pemulihan dan stabilitas sosial-

politik.46

Permasalahan yang masih menghambat program

pemulihan ekonomi akibat krisis moneter tersebut yaitu

masalah rekapitalisasi perbankan dan restrukturisasi

perusahaan. Pemerintah berniat untuk membiayai rekap

bank at all cost dan hal ini menjadi beban berat bagi

pemerintah. Total pengeluaran pemerintah telah mencapai

Rp 61,8 triliun hingga bulan Maret 2000. Atau setara

dengan 53,6% dari total PDB (product domestic

brutto) .47

Tingginya biaya rekap yang harus ditanggung oleh

rakyat melalui APBN tersebut terjadi karena

membengkaknya jumlah kredit macet {non-performing

loan/NPL). Akibat kredit macet ini, pemerintah harus

mengeluarkan paling sedikit seperempat pengeluaran APBN

46 Andi Muhammad Asrun, A. Prasetyantoko, Dkk, "Analisa Yuridis


Dan Empiris Peradilan Niaga", Cetakan Kesatu, Jakarta: CINLES-Centre for
Information and Law-Economics Studies, 2000, Hal. 2.

47 Ibid., hal. 3.

30

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


setiap tahunnya untuk membantu sektor perbankan yang

terus mengalami keterpurukan.

Keruntuhan sektor perbankan dan dunia usaha akibat

kredit macet itu berawal dari adanya kebijakan

liberalisasi sektor keuangan, yaitu sejak

diberlakukannya Paket Deregulasi Perbankan pada bulan

Juni 1983. Liberalisasi perbankan tersebut telah

mengakibatkan bermunculannya bank-bank baru.49

Pendirian bank-bank tersebut tidak terlepas dari

pemikiran pengusaha untuk melakukan ekspansi terhadap

jaringan bisnisnya. Sehingga sistem perbankan yang

seharusnya berfungsi mengumpulkan uang dari rakyat,

pada akhirnya hanya menjadi sumber untuk membiayai unit

usaha mereka yang umumnya masih satu jaringan bisnis.50

Untuk membantu mengatasi permasalahan ekonomi yang

dihadapi Indonesia, IMF (International Monetary Fund)

memfokuskan perhatiannya pertama kali pada program

rekapitalisasi dan restrukturisasi.51

Dengan prinsip umum dari seluruh butir kesepakatan

antara pemerintah Indonesia dengan pihak IMF tersebut

48 Ibid.

49 Ibid.

50 Ibid.

51 Ibid., Hal. 8.

31

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


yaitu segera menyelesaikan persoalan perbankan dan

dunia usaha, serta manjamin terjadinya mekanisme pasar

yang semakin fair. Tujuannya adalah agar kemacetan

siklus bisnis (business-cycle) segera teratasi, dengan

masuknya pasokan modal dari investor asing.52

Selain itu IMF juga melakukan upaya-upaya seperti

berusaha untuk menderegulasi sektor-sektor yang masih

belum terprivatisasi (termasuk Badan Usaha Milik

Negara) dan menegakkan sistem hukum sebagai

infrastruktur yang menjamin kepastian dunia usaha.53

Program pemulihan dan perbaikan ekonomi Indonesia

oleh IMF tersebut, dibagi menjadi beberapa bagian.

Paket IMF yang pertama yaitu pada bulan Novenvber 1997,

dengan agenda utama berupa pencapaian stabilitas

ekonomi makro melalui perbaikan nilai tukar yang

berdampak pada indikator-indikator ekonomi makro

lainnya seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan

cadangan devisa.54

Dalam paket kedua IMF pada bulan Januari 1998, IMF

menyoroti persoalan independensi Bank Indonesia dan

mendorong pembentukan Undang-Undang Anti Monopoli.

52 Ibid«, hal. 8-9.

53 Ibid., Hal. 9.

54 Ibid.

32

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Dengan demikian, sudah terlihat adanya usaha untuk

melakukan pembenahan di sektor mikro dengan memfokuskan

pada persoalan utang swasta yang macet akibat

melonjaknya nilai utang terhadap kewajiban luar

negerinya.55

Untuk menyelesaikan utang swasta yang macet maka

dilakukanlah pertemuan antara pihak debitur dan

kreditur asing di Frankfurt (The Frankfurt Rovnd) yang

mendasari munculnya INDRA (Indonesian Debt

Restructuring Agency) dan kemudian Inisiatif Jakarta

(The Jakarta Inisiative) ,56

Kedua lembaga tersebut dibentuk agar dapat menjadi

fasilitator antara pihak debitur dan kreditur untuk

mempercepat proses pelunasan utang. Terdapat berbagai

fasilitas dan insentif yang ditawarkan dengan maksud

agar kedua belah pihak termotivasi untuk menyelesaikan

persoalan kredit macet dengan cepat dan saling

menguntungkan (win-win solution) .57

INDRA akan berperan sebagai fasilitator untuk

proses penyelesaian utang luar negeri pihak swasta,

55 Ibid.

56 Ibid., Hal. 10.

57 Ibid.

33

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


sementara lembaga Inisiatif Jakarta akan memngupayakan

percepatan pelunasan pada utang domestik.50

Selanjutnya dalam paket IMF ketiga yang

ditandatangani pada bulan April 1998, lebih menyoroti

persoalan sistem kepailitan yang mendasari munculnya

"Pengadilan Niaga" sebagai mekanisme penyelesaian

sengketa dunia usaha, khususnya yang berkaitan dengan

persoalan utang.59

Dalam paket ini, IMF memasukkan prinsip-prinsip

penyelesaian utang luar negeri swasta secara

tersendiri, disebabkan gagalnya mekanisme penyelesaian

utang dibawah INDRA. Pembentukan Pengadilan Niaga dalam

paket perjanjian ketiga IMF ini didasari oleh lambatnya

perkembangan penyelesaian utang luar negeri swasta dan

lemahnya komitmen untuk menyelesaikan utang dalam

perundingan antara pihak kreditor dan debitor.60

Terakhir, pada Paket keempat bulan Juni 1998, IMF

memberi batas waktu untuk pembentukan Pengadilan Khusus

Tata Niaga sampai dengan tanggal 20 Agustus 1998. Hal

ini dimaksudkan agar segera tercipta mekanisme

58 Ibid.

59 Ibid.

60 Ibid.

34

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


penyelesaian sengketa di bidang bisnis (co/nmersial

disputes) .61

Dasar dari tuntutan IMF untuk membentuk Pengadilan

Niaga diakibatkan tidak adanya mekanisme hukum yang

baik dan tingkat kepercayaan investor asing yang terus

merosot, hingga muncul implikasi yang serius dalam

perekonomian domestik.62

Implikasi pertama yaitu perusahaan domestik yang

mengalami kesulitan likuiditas sulit untuk menawarkan

asetnya kepada investor asing, bahkan dalam harga yang

sangat murah, karena mereka takut tidak ada jaminan

hukumnya. 63

Kedua, tidak adanya Pengadilan Niaga, sangat sulit

bagi kreditor untuk melikuidasi aset-aset perusahaan

yang mengalami masalah dengan pembayaran utang

(default) .64

Ketiga, pilihan bagi kreditor menjadi terbatas,

yaitu apakah akan menghapusbukukan utang, atau

melakukan perundingan dengan hasil yang minimal.

Terakhir, peradilan di Indonesia menyimpan banyak

61 Ibid., Hal. 11.

62 Ibid., Hal. 12.

63 Ibid.

64 Ibid.

35

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


persoalan yang tidak ada jaminanakan diselesaikan

secara adil, karena adanya mafia peradilan.65

Berdasarkan empat hal diatas, pihak IMF mendorong

diberlakukannya Undang-Undang Kepailitan yang diikuti

dengan pembentukan Peradilan Khusus Tata Niaga. Undang-

Undang Kepailitan dibentuk sebagai suatu cara untuk

memfasilitasi proses penyelesaian hubungan hukum antara

kreditor dan debitor untuk mengatasi kredit macet.66

Sehingga Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1998 Tentang Kepailitan menjadi

peraturan payung bagi peradilan kasus kepailitan dan

keberadaan Pengadilan Niaga, selain sebagai pengganti

Undang-undang Kepailitan yang sebelumnya yaitu

(Faillissements-Verordening, Staatsblad 1905 Nomor 217

jvncto Staatsblad 1906 No.348).61

Melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1998 inilah terbentuk Pengadilan

Niaga untuk pertama kalinya. Pada awalnya, yaitu pada

bulan Agustus 1998, Pengadilan Niaga hanya berada dalam

wilayah yurisdiksi Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Baru pada bulan Juli 2000, Pemerintah kembali membentuk

65 Ibid.

66 Ibid., Hal. 12-13.

67 Ibid., Hal. 19.

36

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Pengadilan Niaga di tiga kota, yaitu di Medan, Surabaya

dan Ujung Pandang.68

3. Pembentukan Pengadilan Niaga Dalam Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 1998 Tentang Kepailitan Dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Selanjutnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas

Aturan Kepailitan disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat

menjadi Undang-Undang pada tanggal 20 Agustus 1998.

Undang-Undang Kepailitan ini sebenarnya adalah

pembaharuan terhadap Feillissements-Verordening yang

sudah berlaku sejak 1 November 1906.69

Dalam Undang-Undang Kepailitan ini akan lebih

dijamin faktor fairnees bagi kreditur dan debitur agar

tidak merugikan salah satu pihak. Undang-Undang ini

juga akan mengatur empat hal pokok, yaitu prosedur

untuk menyatakan pailit, pembentukan pengadilan

komersial, BHP (Balai Harga Peninggalan) dan mekanisme

penundaan utang.70

68 Ibid. , Hal. 36.

69 Ibid., Hal. 13-14.

70 Ibid., Hal. 14.

37

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


4. Pembentukan Pengadilan Niaga Dalam Undang-Undang

Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)

Perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1998 kemudian dilakukan dengan alasan peraturan

perundang-undangan tersebut telah tidak lagi memenuhi

kebutuhan praktek hukum dalam rangka pengurusan masalah

kepailitan.71

Hal tersebut tercermin dari kenyataan di lapangan

bahwa praktek hukum pada pengadilan niaga membutuhkan

satu hukum acara yang baru. Kemudian, dalam ketentuan

umum, yang mengenai pengertian umum tidak dimuat dalam

undang-undang tersebut.72

Hukum acara sangat penting bagi pembuktian utang

pihak yang dimintakan pailit. Pembuktian utang yang

menjadi syarat bagi pengajuan permohonan pailit telah

menjadi tidak jelas. Akibat tidak adanya kesamaan

bahasa di lingkungan Peradilan Niaga sampai Mahkamah

Agung.73

Ketidakjelasan teknis beracara, dalam proses

pembuktian utang yang dimiliki oleh debitur sebagaimana

71 Ibid., Hal. 18.

72 Ibid.

73 Ibid.

38

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


disyaratkan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1998, membuat kreditur enggan mengajukan permohonan

pailit terhadap debitur yang melalaikan kewajiban

membayar utangnya.74

Ditambah pula dengan faktor bertele-telenya proses

penyelesaian utang melalui pengadilan, karena hampir

dipastikan bahwa pihak yang dipailitkan akan mengajukan

banding ke tingkat kasasi atau peninjauan kembali.75

Hal tersebut membuat proses peradilan kasus

kepailitan menjadi lama, hingga muncul kesan proses

banding hanyalah upaya pengelakan dari pihak debitur

yang dipailitkan. Selain bahwa kreditur yang ditolak

permohonan kepailitannya juga dapat mengajukan

kasasi.76

Walaupun, pengajuan perlawanan ke tingkat kasasi

itu sebenarnya memang diperlukan kreditur sebagai upaya

yang harus ditempuh dalam penyelesaian sengketa utang.

Dengan demikian, harus ada penyaringan terhadap upaya

kasasi ini.77

74 Ibid., Hal. 18-19.

75 Ibid., Hal. 19.

76 Ibid.

77 Ibid.

39

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Melalui penyempurnaan Undang-Undang Kepailitan

dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang

Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

(PKPU), diharapkan dapat dicapai penyelesaian masalah

utang-piutang secara cepat, adil, terbuka dan

efektif.78

B. Prinsip-Prinsip Umum Pengadilan Niaga

Prinsip-prinsip yang diterapkan dalam proses beracara

di Pengadilan Niaga adalah sebagai berikut: 79

1. Kompeten Dan Modern

Pengadilan Niaga harus didukung oleh sumber daya

manusia yang kompeten. Yaitu adanya kemampuan yang baik

dari seluruh pihak untuk mendukung kinerja Pengadilan

Niaga, termasuk Hakim dan Panitera Pengadilan.

Mengingat pengadilan ini meliputi lingkup

perniagaan yang sifatnya dinamis, maka Pengadilan Niaga

haruslah didukung oleh sarana dan prasarana yang

modern. Selain adanya fakta bahwa sarana dan prasarana

yang modern akan memudahkan para pihak yang

78 Ibid.

79 Tim Pengarah Pengadilan Niaga dan Persiapan Pembentukan


Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, "Cetak Biru Dan Rencana Aksi
Pengadilan Niaga", Jakarta: Kantor Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2004, Hal.
3-4.

40

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


berkepentingan untuk melakukan akses ke Pengadilan

Niaga. Sarana dan prasarana tersebut meliputi, mulai

dari kondisi fisik pengadilan hingga penggunaan

perangkat teknologi informasi.

2. Independensi Dan Tidak Memihak (Imparsial)

Pengadilan Niaga harus merupakan pengadilan yang

terbebas dari campur tangan, ataupun tekanan dari pihak

manapun. Selain itu, Pengadilan Niaga juga harus

berpihak hanya kepada hukum dan keadilan dalam memutus

perkara-perkara yang masuk. Hal ini penting karena

Pengadilan Niaga harus mampu menjadi suatu institusi

untuk mewujudkan kesetaraan di hadapan hukum, terutama

di bidang perniagaan yang seringkali terjadi antara

para pihak yang memiliki kekuatan ekonomi dan politik

yang tidak seimbang.

3. Partisipatif dan Akuntabilitas

Pengadilan Niaga harus membuka peluang partisipasi

masyarakat seluas mungkin, terutama dalam melakukan

berbagai bentuk pengawasan guna menghindari

penyalahgunaan kekuasaan.

Untuk akuntabilitas Pengadilan Niaga harus dapat

mempertanggungjawabkan semua kebijakan yang diambilnya,

dalam rangka pelaksanaan kekuasaannya, untuk

menghindari penyalahgunaan kekuasaan.

41

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


4. Mudah Diakses dan Transparansi

Pengadilan Niaga harus menjadi institusi

pengadilan yang mudah diakses, baik secara finansial,

geografis, prosedural dan lain-lain, bagi semua

pencari keadilan di bidang perniagaan.

Transparansi berarti tanpa merugikan kepentingan

upaya penegakan hukum, Pengadilan Niaga bersifat

terbuka dalam hal keseluruhan proses peradilan agar

prinsip akuntabilitas dan partisipasi dapat terlaksana.

5. Proses Yang Cepat dan Kepastian Hukum

Pengadilan Niaga juga mengedepankan prinsip dimana

proses yang harus ditempuh oleh pencari keadilan tidak

memakan waktu yang lama. Sehingga seluruh rangkaian


proses di Pengadilan Niaga dapat berjalan dengan cepat

dan efektif.

Sebagai bagian dari badan peradilan, Pengadilan

Niaga harus dapat menjamin kepastian hukum bagi para

pencari keadilan. Termasuk dalam hal ini konsistensi

putusan-putusan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Niaga.

Selain bahwa putusan-putusan yang ditetapkan Pengadilan

Niaga tersebut, akan menjadi sebuah yurisprudensi bagi

keputusan-keputusan hakim niaga selanjutnya-

42

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


C. Perluasan Kewenangan Pengadilan Niaga Dan

Persinggungannya Dengan Pengadilan Negeri80

Cetak Biru Pengadilan Niaga pada tahun 1998 telah

menggarisbawahi bahwa pengembangan Pengadilan Niaga akan

difokuskan pada masalah-masalah hukum perniagaan. Maka sejak

tahun 2001, selain menangani perkara kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), perkara-perkara

Hak Kekayaan Intelektual juga masuk dalam kompetensi

Pengadilan Niaga.

Berdasarkan Pasal 280 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 4

Tahun 1998 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang, maka perluasan kewenangan Pengadilan Niaga

ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah (PP). Sementara

penetapan perluasan kewenangan melalui Peraturan Pemerintah

sebagaimana diatur dalam Undang-undang Kepailitan tersebut,

tidak akan cukup mengakomodir rencana perluasan kewenangan.

Oleh karena itu, ada pula usulan untuk mengamandemen Pasal

280 Ayat (1) dalam Undang-Undang Kepailitan tersebut.

Hal itu disebabkan oleh kekuatan hukum Peraturan

Pemerintah tidak cukup kuat dan tidak akomodatif untuk

memperluas Pengadilan Niaga. Maka dipertimbangkanlah untuk

menggunakan instrumen undang-undang untuk menetapkan

00 Ibid., Hal. 7-9.

43

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


perluasan kewenangan. Hal ini kemudian ditetapkan dalam

perubahan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 Tentang

Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yaitu

pada Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan

Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 300.

Selain itu, sesungguhnya mekanisme perluasan kewenangan

dengan memakai undang-undang telah pula digunakan ketika

masalah-masalah Hak Kekayaan Intelektual masuk ke dalam

yurisdiksi Pengadilan Niaga. Hal ini terwujud dengan

diundangkannya paket Undang-Undang Hak Kekayaan Intelektual

yang terdiri dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 mengenai

Desain Industri, dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000

mengenai Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, yang

mengalokasikan sebagian proses beracara kepada Pengadilan

Niaga.

Sebelumnya, masalah paten, merek dan hak cipta juga

diurus Pengadilan Negeri. Namun Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2001 mengenai Paten dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

mengenai Merek, serta Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002

mengenai Hak Cipta menyatakan bahwa penyelesaian Hak

Kekay#an Intelektual dilakukan oleh Pengadilan Niaga.

palam pengembangan kompetensi Pengadilan Niaga

selanjutnya, dibahas pula mengenai kewenangan Pengadilan

Niaga. Terkait dengan Pengadilan Niaga sebagai lembaga

44

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


pemutus perkara yang berhubungan dengan hukum perniagaan.

Yaitu bahwa Pengadilan Niaga dapat memutus dalam jangka

waktu tertentu.

Jangka waktu pemeriksaan perkara yang masuk ke dalam

perluasan kewenangan Pengadilan Niaga, diatur secara khusus

dalam peraturan perundang-undangan. Akibat dari adanya

jangka waktu yang ditentukan, maka penanganan perkaranya

dituntut harus lebih sistematis.

Selain itu, khusus mengenai sengketa kewenangan antara

Pengadilan Negeri dan Pengadilan Niaga untuk perkara-perkara

kepailitan juga dirasakan tidak produktif, membuang waktu

dan menghambat eksekusi. Padahal, berdasarkan Undang-Undang

Kepailitan setelah sebuah perusahaan dinyatakan pailit, maka

perusahaan tersebut harus diwakili oleh kurator dalam setiap

perbuatannya, dan secara hukum tidak berhak lagi untuk

mengajukan gugatan ke pengadilan.

Untuk mencegah hal diatas, perlu dibuat mekanisme agar

perkara-perkara kepailitan dan penundaan kewajiban

pembayaran utang, serta Hak Kekayaan Intelektual yang

menjadi kompetensi Pengadilan Niaga, tidak masuk ke

Pengadilan Negeri. Karena bila perkara-perkara yang

berhubungan dengan kepailitan dan Hak Kekayaan Intelektual

tersebut, ternyata diajukan melalui Pengadilan Negeri, tidak

ada mekanisme untuk mencegahnya.

45

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Hal tersebut disebabkan dengan berdasarkan pada

ketentuan undang-undang. Yaitu setelah diterima panitera,

Hakim harus memproses semua perkara yang diajukan oleh

pencari keadilan. Oleh karena itu, diperlukan adanya

sosialisasi ulang mengenai kompetensi dan kewenangan

Pengadilan Niaga, Selain mensosialisasikan mengenai rencana

perluasan kewenangan Pengadilan Niaga,

Sosialisasi diberikan khususnya terhadap Hakim dan

pegawai administrasi Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tata

Usaha Negara. Tujuannya, agar persinggungan kewenangan

antara Pengadilan Niaga dan pengadilan lain bisa dideteksi

secara dini sebelum perkaranya disidangkan. Untuk itu harus

dibuat suatu mekanisme yang memungkinkan untuk mendeteksi

secara dini adanya persinggungan antara dua kewenangan

pengadilan.

Salah satu caranya, khusus bagi perkara kepailitan,

pada pengadilan negeri dibuat suatu formulir tersendiri

untuk mengetahui status dari calon penggugat. Sebelum

mengajukan gugatan, orang atau perusahaan, harus menjelaskan

statusnya, apakah berada dalam keadaan pailit atau tidak.

Bila ternyata diketahui statusnya pailit, maka pendaftaran

gugatannya harus seizin kurator dan Hakim Pengawas. Bila

syarat tersebut tidak dipenuhi, maka Pengadilan Negeri harus

46

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


menolak pendaftaran gugatan tersebut karena tidak memenuhi

persyaratan Undang-Undang Kepailitan.

Hal yang sama berlaku juga untuk perkara dalam bidang

Hak Atas Kekayaan Intelektual, khususnya merek. Penggugat

harus dapat membedakan situasi dan kondisi yang

melatarbelakangi gugatannya yang akan diajukan ke Pengadilan

Niaga atau ke Pengadilan Negeri. Dengan demikian maka

persinggungan antara Pengadilan Niaga dengan Pengadilan

Negeri dapat dihindari.

47

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


BAB I I I

PERAN PENGADILAN NIAGA

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA MEREK

A. Syarat Dan Pendaftaran Merek

Sebuah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-

huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari

unsur-unsur tersebut, harus memenuhi suatu persyaratan agar

dapat disebut sebagai merek. Persyaratan tersebut bersifat

mutlak yaitu berupa keharusan adanya daya pembeda yang cukup

(capable o f distinguishing) .81

Dengan demikian, suatu tanda yang dipakai (sign) harus

mempunyai kekuatan untuk membedakan jenis barang atau jasa

yang diproduksi oleh suatu perusahaan, dengan barang atau

jasa yang diproduksi oleh perusahaan lainnya.82 Agar tanda

tersebut mempunyai daya pembeda, maka harus ada penentuan

atau "individualisering" pada barang atau jasa yang

81 Muhamad Djurahana dan R. Djubaedillah, Op.cit., Hal. 166.

82 Ibid.

48

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


bersangkutan.03 Kemudian tanda-tanda tersebut dapat

dicantumkan pada barang bersangkutan, atau bungkusan dari

barang tersebut, atau dicantumkan secara tertentu pada hal-

hal yang bersangkutan dengan jasa.84

Selain persyaratan merek yang bersifat mutlak yaitu

keharusan adanya daya pembeda, maka suatu merek agar

memenuhi tujuan, serta untuk mendapatkan perlindungan hukum

perlu juga didaftarkan. Namun tidak semua merek dapat serta

merta langsung didaftarkan.

Pendaftaran merek tersebut harus memenuhi ketentuan

mengenai merek yang tidak dapat didaftar dan ditolak.

Sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2001 Tentang Merek, berikut:85

Pasal 5
Merek tidak dapat didaftar apabila Merek tersebut
mengandung salah satu unsur di bawah ini :
a. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan, atau
ketertiban umum ;
tidak memiliki daya pembeda;
c. telah menjadi milik umum; atau
d. merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang
atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya.
Pasal 6
(1) Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal
apabila Merek tersebut :

03 Ibid.

84 Ibid.

85 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, Op.cit., Pasal 5 dan Pasal

49
Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008
a. mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan Merek milik pihak lain
yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk
barang dan/atau jasa yang sejenis;
h. mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan Merek yang sudah
terkenal milik pihak lain untuk barang
dan/atau sejenisnya.
c. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan indikasi-geografis yang
sudah dikenal.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b dapat pula diberlakukan terhadap barang dan/atau
jasa yang tidak sejenis sepanjang memenuhi
persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
(3) Permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat
Jenderal apabila Merek tersebut :
a. Merupakan atau menyerupai nama orang
terkenal, fotor atau nama badan hukum yang
dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan
tertulis dari yang berhak;
jb. Merupakan tiruan atau menyerupai nama atau
singkatan namaf bendera, lambang atau simbol
atau emblem negara atau lembaga nasional
maupun internasional, kecuali atas
persetujuan tertulis dari pihak yang
berwenang;
c. Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau
cap atau stempel resmi yang digunakan oleh
negara atau lembaga Pemerintah, kecuali atas
persetujuan tertulis dari pihak yang
berwenang.

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 5 terdapat perluasan

pengaturan dibandingkan undang-undang sebelumnya. Yaitu pada

kalimat "bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban

umum"- Dengan demikian, apabila penggunaan tanda atau merek

tersebut dapat menyinggung perasaan, kesopanan, ketentraman

50

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


dan keagamaan dari masyarakat umum atau golongan tertentu,

maka merek tersebut tidak dapat didaftarkan.

Selain itu dalam Pasal 6 ditegaskan, bahwa meskipun

pada angka (1), (2), dan (3), pemakaian merek disebutkan

secara terbatas hanya untuk barang dan/atau jasa sejenis,

namun hal itu dapat diperluas. Yaitu dengan memberlakukan

pula untuk barang dan/atau jasa yang tidak sejenis. Hal ini

akan diatur kemudian dalam Peraturan Pemerintah.86

Perluasan ketentuan sebagaimana dimuat dalam Pasal 6

tersebut, dimaksudkan untuk melindungi merek terkenal.

Kriteria dari merek terkenal, yaitu memperhatikan

pengetahuan umum masyarakat atas merek tersebut. Kemudian

dalam penentuannya juga didasarkan pada reputasi merek

bersangkutan yang diperoleh karena promosi dan telah

dibuktikan dengan pendaftaran.87

Suatu merek terkenal mendapat perlindungan dengan

didasarkan adanya pertimbangan bahwa peniruan merek terkenal

milik orang lain pada dasarnya dilandasi itikad tidak baik.

Terutama oleh pelaku usaha pesaing yang ingin mengambil

kesempatan secara curang dari ketenaran merek tersebut.88

86 Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah, Op.cit., Hal. 168.

87 Ibid.

51

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Dengan berdasarkan pada ketentuan mengenai pengertian

merek dan persyaratan suatu merek agar dapat didaftarkan,

maka dapat disimpulkan bahwa suatu tanda dapat dikategorikan

dan diakui sebagai merek, apabila:09

a. Mempunyai fungsi pembeda (distinctive,


distinguish) /
b. Merupakan tanda pada barang dagang atau jasa
(unsur-unsur gambar, nama, kata, huruf-huruf,
angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari
unsur-unsur tersebut);
c. Tidak memenuhi unsur-unsur yang bertentangan
dengan kesusilaan dan ketertiban umum;
d. Bukan menjadi milik umum;
e. Tidak merupakan keterangan, atau berkaitan dengan
barang, atau jasa yang dimintakan pendaftaran.

Terkait dengan proses pendaftaran, maka pada prinsipnya

suatu permohonan pendaftaran merek bagi suatu barang atau

jasa tertentu hanya dapat diajukan untuk 1 (satu) kelas

barang atau jasa saja. Tetapi dalam hal dibutuhkan

pendaftaran untuk lebih dari 1 (satu) kelas, maka terhadap

setiap kelas yang diinginkan harus diajukan permohonan

pendaftaran.

Klasifikasi mengenai kelas barang atau jasa tersebut

telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1993

tentang Kelas Barang atau Jasa Bagi Pendaftaran Merek.

88 Ibid., Hal. 169.

89 Ibid.

52

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Klasifikasi tersebut terdiri dari 34 kelas barang dan 8

kelas jasa.90

Dengan adanya pendaftaran merek sesuai klasifikasi

kelas barang atau jasa, maka pemilik merek tersebut akan

mempunyai hak khusus. Hak khusus memakai merek ini berfungsi

seperti suatu monopoli, karena hanya berlaku untuk barang

atau jasa tertentu. Dengan adanya hak khusus ini, maka suatu

merek juga dapat dipertahankan, oleh pemiliknya, terhadap

siapa pun.91

Hak atas merek yang diberikan pengakuannya oleh negara,

menjadikan pendaftaran atas merek sebagai suatu keharusan.

Terlebih apabila pemilik merek menghendaki agar terdapat

suatu kepastian hukum bahwa dialah yang berhak atas merek

tersebut. Sebaliknya, bagi pihak lain yang mencoba

mempergunakan merek yang sama atas barang atau jasa lainnya

yang sejenis, maka pendaftarannya akan ditolak oleh Kantor

Merek.92

Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Kelas Barang atau Jasa


Bagi Pendaftaran Merek, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1993,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 31, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3523, Lampiran.

91 Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah, Op.cit., Hal. 175.

92 Ibid.

53

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Pendaftaran merek pun mengenal beberapa sistem. Menurut

Soegondo Soemodiredjo S.H., di seluruh dunia ada 4 (empat)

sistem pendaftaran merek yaitu:93

1. Pendaftaran tanpa pemeriksaan merek terlebih

dahulu.

Menurut sistem ini merek yang dimohonkan

pendaftarannya segera didaftarkan asalkan syarat-

syarat permohonannya telah dipenuhi, antara lain

pembayaran biaya permohonan, pemeriksaan,

pendaftaran.

2. Pendaftaran dengan pemeriksaan merek terlebih

dahulu.

Sistem ini pada umumnya digunakan di negara-negara

seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman Barat,

dan Jepang. Pemeriksaan merek dilakukan terlebih

dahulu sebelum mendaftarkan suatu merek dalam

Daftar Umum kantornya. Kemudian terlebih dahulu

mengumumkan merek dalam Trade Journal/Kantor

Pendaftaran Merek untuk jangka waktu tertentu,

dengan memberikan kesempatam bagi pihak-pihak

ketiga mengajukan keberatan. Apabila dalam jangka

93 Ibid., Hal. 184-185.

54

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


waktu yang diberikan tidak ada keberatan-keberatan

yang diajukan, maka pendaftaran merek dikabulkan.

3. Pendaftaran dengan pengumuman sementara.

4. Pendaftaran dengan pemberitaan terlebih dahulu

tentang adanya merek lain terdaftar yang ada

persamaannya.

Merek hanya dapat didaftar atas dasar permohonan yang

diajukan pemiliknya atau kuasanya. Dalam pendaftaran merek

saat ini dikenal 2 (dua) macam sistem pendaftaran, yaitu:94

a. Sistem Deklaratif (passief stesel)

Dalam sistem ini pendaftaran tidak dianggap

sebagai penerbitan hak, melainkan hanya memberikan

dugaan, atau sangkaan hukum (rechtsvermoedenj, atau

presemption iuris, yaitu bahwa pihak yang mereknya

terdaftar itu adalah pihak yang berhak atas merek

tersebut dan sekaligus sebagai pemakai pertama dari

merek yang didaftarkan.

Sistem deklaratif memiliki kelemahan, yaitu kurang

adanya kepastian hukum. Si pendaftar merek, masih

dimungkinkan mendapat gugatan dari pihak lain bahwa

sesungguhnya sebagai pemakai merek yang pertama kali.

Penggugat juga dimungkinkan untuk membuktikan bahwa

94 Ibid., Hal. 185-187.

55

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


dialah yang lebih pertama memakai merek dibandingkan

dengan si pihak pendaftar.

Dalam sistem pasif, pada saat pendaftaran tidak

ada pemeriksaan untuk mengetahui siapa yang sebenarnya

merupakan pemilik asli merek yang bersangkutan. Juga,

tidak diadakan pengumuman terlebih dahulu untuk

memberitahukan pada khalayak umum tentang adanya pihak

yang mendaftarkan suatu merek tertentu. Dengan

demikian, tidak ada pula kesempatan bagi pihak lain

untuk menyanggah pihak yang mendaftarkan mereknya.

Prosedur pendaftaran pada sistem deklaratif ini

juga lebih menekankan kepada hal-hal yang sifatnya

formal. Sebagai contoh yaitu pada saat pemberian surat

permohonan, yang diterima dan dilihat hanya tanggal

pengajuannya. Kemudian, Kantor Merek hanya akan mencari

di dalam registernya, apakah sudah ada pihak lain yang

lebih dahulu mendaftarkan merek itu atau merek yang

serupa dengan itu. Seandainya tidak ditemukan pihak

lain, maka surat permohonan tersebut akan dikabulkan.

b. Sistem konstitutif (aktif) atau attributif

Pada tanggal 26 Agustus 1992, Barulah Indonesia

dapat menciptakan Undang-Undang Merek yang lebih

berafiliasi dengan ketentuan-ketentuan merek

internasional yaitu Undang-Undang Merek Nomor 19 tahun

56

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


1992 dan meubah sistem pendaftaran merek dari sistem

deklaratif yang dianut dalam UU Merek 1961 menjadi

sistem konstitutif yang diberlakukan secara

internasional.95

Kelebihan sistem ini terletak pada adanya

kepastian hukum. Bivieaux International Reunis pour la

Protection de la Propriete Intelectualle (BIRPI) pada

tahun 1967 memberikan suatu model hukum merek, yang

menganut sistem konstitutif. Dalam Pasal 4 ayat (1),

disebutkan bahwa bukanlah suatu pemakaian merek yang

dianggap penting. Melainkan pendaftaran dari merek

tersebut yang dianggap penting, dan menentukan adanya

merek.

Selain hal diatas, ditegaskan pula dalam Paragraf

I dari Pasal 4 ini, bahwa hak eksklusif atas suatu

merek diberikan oleh undang-undang karena

pendaftarannya (required by registration/^ . Sesuai

dengan doktrin "prior in filing" yaitu yang berhak atas

suatu merek adalah pihak yang telah mendaftarkan

mereknya (asas "presumption of ownership").

Maka akibat dari pendaftaran dalam sistem

konstitutif ini adalah terciptanya suatu hak atas

95 .H.D. Effendy Hasibuan, op.cit., hal. 76

57

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


merek. Dimana pihak yang mendaftarkan sebagai satu-

satunya yang berhak atas suatu merek dan pihak ketiga

harus menghormati haknya si pendaftar sebagai hak

mutlak.

Sehingga proses pendaftaranlah yang akan

memberikan perlindungan terhadap suatu merek. Meskipun

demikian, bagi merek yang tidak terdaftar, tetapi telah

luas pemakaiannya dalam perdagangan (well known

trademark), maka diberikan juga perlindungan

terhadapnya. Terutama dari tindak persaingan yang tidak

jujur (Pasal 50 dan Pasal 52 sub a dari Model Law for

developing Countries on Marks Trade Names, and Acts of

Unfair Competition) .

Apabila berdasarkan pada Pasal 3 Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2001 Tentang Merek, nampak bahwa Indonesia telah

menggunakan sistem konstitutif dalam proses pendaftaran

merek. Dengan penggunaan sistem konstitutif ini maka tidak

setiap orang atau badan hukum bisa secara sah memiliki

merek. Termasuk juga tidak akan dilindungi bila mereknya itu

tidak didaftarkan. Sebab hak atas merek baru lahir jika

merek tersebut dimintakan pendaftarannya pada Direktorat

Jenderal.

58

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


B. Pelanggaran Terhadap Hak Atas Merek

Pelanggaran terhadap hak merek biasanya dilakukan oleh

pelaku usaha pesaing untuk mendapatkan keuntungan secara

mudah. Bentuk pelanggaran tersebut biasanya berupa memakai

tanpa izin, meniru, atau memalsukan merek-merek yang sudah

terkenal. Tindakan tersebut jelas dapat merugikan

masyarakat, baik itu pihak produsen maupun pihak

konsumennya, termasuk negara.

Dasar dari tindakan pelanggaran terhadap hak atas

merek, salah satunya berawal dari upaya persaingan tidak

jujur (unfair competition^. Pasal lObis dari Konvensi Paris

memuat ketentuan bahwa negara peserta Uni Paris terikat

untuk memberikan perlindungan yang efektif agar tidak

terjadi persaingan yang tidak jujur.96

Sementara dalam Pasal lObis Ayat (2) ditentukan bahwa

tiap perbuatan yang bertentangan dengan honest practices

industrial and commersial matters dianggap sebagai perbuatan

persaingan tidak jujur. Sedangkan Ayat (3) menentukan bahwa

yang akan dilarang khususnya adalah perbuatan yang dapat

menciptakan kekeliruan, dengan cara apa pun, terkait dengan

asal-usul barang atau usaha-usaha industrial dan komersial

dari seorang pengusaha yang bersaing". Selain menentang pula

96 Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah, Op.cit., Hal. 201.

59

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


semua tindakan-tindakan dan indikasi-indikasi yang dapat

mengacaukan publik berkenaan dengan sifat dan asal-usul dari

suatu barang.97

Persaingan tidak jujur juga bersifat melawan hukum.

Sebab undang-undang dan hukum memberikan perlindungan

terhadap pergaulan yang tertib dalam dunia usaha. Selain

itu, persaingan tidak jujur ini pun dapat digolongkan

sebagai suatu tindak pidana. Misalnya pada saat pelaku usaha

melakukan pengelabuan untuk memelihara atau menambah hasil

perdagangan atau perusahaannya.98

Seperti yang diatur dalam Pasal 382bis KUHP bahwa

perbuatan materil yang diancam dengan hukuman penjara

setinggi-tingginya 1 (satu) tahun 4 (empat) bulan atau denda

setinggi-tingginya Rp.900,00 (sembilan ratus rupiah) ialah

perbuatan yang bersifat tipu-muslihat untuk mengelabui


QQ
masyarakat atau orang tertentu.

C. Penyelesaian Sengketa Merek

Terkait dengan tindakan pelanggaran terhadap hak atas

merek, maka pemilik merek yang telah diakui dan dilindungi

haknya oleh negara, dapat melakukan upaya-upaya untuk

97 Ibid., Hal. 202.

99 ibid.
99 Ibid.

60

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


menyelesaikan persoalan tersebut. Upaya-upaya yang dapat

ditempuh untuk menyelesaikan sengketa merek, dapat melalui 3

(tiga) jalur hukum yaitu:

1. Penanganan Melalui Hukum Perdata

Pemakaian merek tanpa hak dapat digugat oleh

pemilik hak atas mereknya. Gugatan tersebut berdasarkan

pada konsep perbuatan melanggar hukum yang diatur dalam

Pasal 1365 KUHPerdata sebagai berikut:100

"Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa


kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang
menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk
mengganti kerugian tersebut

Namun pihak penggugat harus dapat membuktikan bahwa ia

karena perbuatan melanggar hukum tergugat, menderita

kerugian.

Gugatan demikian bersifat keperdataan, tidak bisa

digabungkan dengan permohonan pembatalan merek, sebab

upaya hukumnya tunduk kepada acara hukum perdata yaitu

terbukanya upaya banding dan kasasi. Sementara dalam

gugatan pembatalan merek, terdapat upaya hukumnya

sendiri. Pada prakteknya, gugatan ganti rugi atas

pelanggaran hak merek ini, sebaiknya didahului oleh

100 R.Subekti, S.H., dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang


Hukum Perdata, Jakarta: Pradnya Paramita, 1992, Pasal 1365.

61

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


putusan gugatan pembatalan merek yang telah berkekuatan

hukum tetap.101

Gugatan oleh pemilik hak atas merek, dapat

diajukan atas orang atau badan hukum yang menggunakan

mereknya. Baik merek yang mempunyai persamaan pada

pokoknya atau pada keseluruhannya secara tanpa hak.

Pemilik merek juga dapat mengajukan permohonan ganti

rugi dengan penghentian pemakaian merek tersebut

berdasarkan Pasal 76 Ayat (1) b Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2001 Tentang Merek. Gugatan ini diajukan melalui

Pengadilan Niaga.102

Gugatan ganti rugi dapat puladiajukan oleh

penerima lisensi merek. Baik secara sendiri atau pun

secara bersama-sama dengan pemilik merek yang

bersangkutan. Namun hak untuk mengajukan gugatan ini

tidak mengurangi hak negara untuk melakukan tuntutan

tindak pidana di bidang merek.103

Pada saat proses untuk menentukan dan membuktikan

besar kecilnya kerugian yang diderita oleh pemilik

merek, akan terdapat kesulitan.Sebab bila diukur

dengan nilai uang pada saat muncul kerugian, sifatnya

101 Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah, Loc.cit.

102 Ibid., Hal. 203.

103 Ibid.

62

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


relatif dan sulit dinilai. Dengan demikian, maka dalam

memutuskan jumlah kerugian yang diderita, Hakim dapat

menentukannya dengan prinsip "ex aequo et bono".104

Namun tetap harus ada upaya pembuktian yang

diajukan kepada Hakim. Hal ini dimaksudkan agar Hakim

dapat menentukan besar kecilnya kerugian yang diderita

oleh pemilik merek. Untuk mendukung keputusan Hakim

tersebut dapat dibuktikan oleh yang menggugat dengan

menunjukkan adanya kemunduran omzet atau penjualan,

walaupun mutu barangnya tetap terjaga.105

Kemudian pada saat Hakim melakukan pemeriksaan

gugatan, ia dapat memerintahkan tergugat untuk

menghentikan perdagangan barang atau jasa yang

menggunakan merek secara tanpa hak tersebut. Namun

tetap harus berdasarkan pada permohonan pihak

tergugat.106

Permohonan ini dikenal sebagai tuntutan provisi

yang berlaku dalam Hukum Acara Perdata. Ketentuan

104 Ibid.

105 Ibid.

106 Ibid.

63

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


mengenai tuntutan provisi tersebut diatur dalam Pasal

180 HIR sebagai berikut:107

(1) Pengadilan Negeri boleh memerintahkan supaya


keputusan dijalankan terlebih dahulu,
walaupun keputusan itu dibantah atau diminta
banding, jika ada surat yang sah, satu surat
tulisan, yang menurut peraturan yang berlaku
untuk hal itu berkekuatan bukti, atau jika
ada hukuman dahulu, dengan keputusan, yang
sudah mendapat kekuatan keputusan pasti,
demikian juga kalau tuntutan sementara
dikabulkan, tambahan pula dalam perselisihan
hak milik.
(2) Akan tetapi hal menjalankan keputusan dahulu
tidak boleh diluaskan sampai kepada
penyanderaan.

Apabila tergugat dituntut pula untuk menyerahkan

barang yang menggunakan merek tanpa hak tersebut, maka

Hakim dapat memerintahkan bahwa penyerahan barang atau

nilai barang tersebut dilaksanakan setelah putusan

pengadilan berkekuatan hukum tetap dan setelah

penggugat membayar harganya kepada tergugat.108

2. Penanganan Melalui Hukum Pidana

Upaya penyelesaian melalui jalur hukum pidana ini

dapat ditempuh dengan berdasarkan pada Pasal 393 Kitab

107 Retnowulan Sutan tio dan Iskandar Oeripkartawinata, "Hukum Acara


Perdata Dalam Teori Dan Praktek", Bandung: Mandar Maju, 2005, Hal. 459.

108 Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah, Op.Cit., Hal. 203.

64

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Undang-Undang Hukum Pidana.109 Tindak pidana yang diatur

dalam Pasal 393 tersebut, mengatur bahwa merek, nama

atau nama firma yang dipasang tidak harus persis serupa

dengan merek, nama atau nama firma orang lain.110 Dengan

demikian, meskipun terdapat perbedaan yang sangat kecil

pada merek, nama atau nama firma tersebut, maka tetap

masih dapat dihukum.

Selain ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana, mengenai sanksi pidana atas tindakan

pelanggaran merek, diatur pula dalam Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek Bab XIV, Pasal 90

sampai dengan Pasal 95.111

109 Redaksi Penerbit Asa Mandiri, "Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang
Perubahan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Yang Berkaitan Dengan
Kejahatan Terhadap Keamanan Negara", Jakarta: Asa Mandiri, 2006,
Pasal 393
Ayat (1) "barangsiapa memasukkan ke Indonesia tanpa tujuan terang untuk
dikeluarkan lagi dari Indonesia, menjual, menawarkan, menyerahkan,
membagikan atau mempunyai persediaan untuk dijual atau dibagi-bagikan,
barang-barang yang diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa pada
barangnya itu sendiri atau pada bungkusnya, dipakai secara palsu nama,
firma atau merek yang menjadi hak orang lain atau untuk menyatakan
asalnya barang, nama sebuah tempat tertentudengan ditambahkan nama firma
yang hayal, ataupun bahwa pada barangnya sendiri atau pada bungkusnya
ditirukan nama, firma atau merek yang demikian sekalipundengan sedikit
perubahan, diancam dengan pidana penjara paling lama 4 -empat; bulan 2
(dua) minggu atau denda paling banyak Rp. 600,00 (enam ratus r u p i a h - ,
ayat (2) nJika pada waktu melakukan kejahatan beium lewat 5 (lima) tahun
sejak adanya pemidanaan yang menjadi tetap, karena kejahatan semacam itu
juga dapat dijatuhkan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) bulan".

110 Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah, Op.Cit., Hal. 204, yang


mengutip dari pendapat R. Soesilo dalan bukunya "KUHP serta Komentar-
komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal".

111 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, Op.cit., Pasal 90 s/d Pasal


95 sebagai berikut:

65

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Ketentuan khusus pada Pasal 90 sampai dengan Pasal

95 diatas, sesuai dengan asas hukum "lex specialis",

dapat mengesampingkan ketentuan yang termuat dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana atas suatu aturan yang

Pasal 90
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama
pada keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang
dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 91
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama
pada pokoknya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang
dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
Pasal 92
(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang sama
pada keseluruhan dengan indikasi-geografis milik pihak lain untuk barang
yang sama atau sejenis dengan barang yang terdaftar, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(2) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang pada
pokoknya dengan indikasigeografis milik pihak lain untuk barang yang
sama atau sejenis dengan barang yang terdaftar, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp»
800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
(3) Terhadap pencatuman asal sebenarnya pada barang yang merupakan hasil
pelanggaran ataupun pencantuman kata yang menunjukkan bahwa baranng
tersebut merupakan tiruan dari barang yang terdaftar dan dilindungi
berdasarkan indikasi-geografis, diberlakukan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
Pasal 93
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang
dilindungi berdasarkan indikasi-asal pada barang atau jasa sehingga
dapat memperdaya atau menyesatkan masyarakat mengenai asal barang atau
asal jasa tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus
juta rupiah^.
Pasal 94
(1) Barangsiapa memperdagangkan barang dan/atau jasa yang diketahui atau
patut diketahui bahwa barang dan/atau jasa tersebut merupakan hasil
pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, dan
Pasal 93 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau
denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran
Pasal 95
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasai 92,
Pasal 93, dan Pasal 94 merupakan detik aduan.

66

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


memiliki kesamaan. Dengan adanya ketentuan sanksi

pidana, tidak mengurangi kemungkinan dari pihak yang

berhak untuk juga melakukan gugatan perdata.112

3. Penanganan Melalui Administrasi Negara

Selain penanganan melalui jalur perdata dan

pidana, maka negara juga bisa menggunakan kekuasaannya

untuk melindungi pemilik hak merek yang sah. Yaitu

melalui kewenangan administrasi negara, diantaranya

melalui Pabean, Standar Industri, Kewenangan Pengawasan

Badan Penyiaran, dan Kewenangan Pengawasan standar

Periklanan.

a. Penanganan oleh pabean

Konvensi Paris dalam Pasal 9 menentukan

sebagai berikut:113

Article 9
[Marks, Trade Names: Seizure , on Importation ,
etc. fof Goods Unlawfully Bearing a Mark or
Trade Name]
(1) All goods unlawfully bearing a trademark
or trade name shall be seized on importation
into those countries of the Union where such
mark or trade name is entitled to legal
protection .
(2) Seizure shall likewise be effected in the
country where the unlawful affixation

112 Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah, Loc.Cit.

113 Achxnad Zen Umar Purba, "Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs",
Bandung: PT Alumni, 2005, Hal. 293, yaitu pada Lampiran III mengenai
Provision of the Paris Convention for the Protection of Industrial
Property (1967, mentioned in the TRIPs Agreement).

67

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


occurred or in the country into which the
goods were imported.
(3) Seizure shall take place at the request
of the public prosecutor, or any other
competent authority, or any interested party,
whether a natural person or a legal entity,
in conformity with the domestic legislation
of each country.
(4) The authorities shall not be bound to
effect seizure of goods in transit.
(5) If the legislation of a country does not
permit seizure on importation, seizure shall
be replaced by prohibition of importation or
by seizure inside the country.
(6) If the legislation of a country permits
neither seizure on importation nor
prohibition of importation nor seizure inside
the country, then, until such time as the
legislation is modified accordingly, these
measures shall be replaced by the actions and
remedies available in such cases to nationals
under the law of such country.

Berdasarkan ketentuan diatas, barang-barang

yang memakai merek dagang secara tidak sah, dimana

merek tersebut dimiliki oleh warga negara peserta

Konvensi Paris, maka barang-barangnya itu dapat

disita pada waktu diimpor masuk ke negara peserta

lain. Atau minimal diadakan larangan terhadap

impor barang-barang tersebut.114

Apabila terdapat indikasi adanya kepalsuan

pada sumber barang-barang bersangkutan atau pada

identitas dari orang yang membuatnya atau pedagang

114
Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah, Op.Cit., Hal. 208,

68

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


yang menjual barang itu, maka dapat pula dilakukan

tindakan larangan impor atas barang-barang

tersebut.115

Merujuk pada peraturan perundang-undangan

mengenai kepabeanan di Indonesia, sesungguhnya

telah ada mekanisme hukum untuk melindungi merek.

Ketentuan pada Bab X Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2006 Tentang Kepabeanan, memuat larangan,

pembatasan, dan penangguhan impor atau ekspor

barang-barang, yang merupakan hasil dari

pelanggaran Hak Atas Kekayaan Intelektual.

Pelaksana tugas pokok dan fungsi dalam bidang

kepabeanan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea

dan Cukai. Direktorat ini menjalankan tugas

sehubungan dengan pengawasan atas lalu lintas

barang yang masuk atau ke luar dari Daerah Pabean

sekaligus memungut Bea Masuk.116

Selain adanya kewenangan instansi kepabeanan

untuk mengawasi seluruh lalu lintas barang, tetapi

dalam hal pengendalian impor atau ekspor barang

hasil pelanggaran Hak Atas Kekayaan Intelektual

ini, diperlukan peran serta pemilik atau pemegang

115 ibid.

116
Ibid.

69

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


atas Hak Atas Kekayaan Intelektual, serta instansi

teknis lainnya.117

Upaya yang dapat dilakukan oleh pemilik atau

pemegang Hak Atas Kekayaan Intelektual yaitu

meminta kepada Pengadilan Negeri setempat (daerah

hukumnya meliputi Kawasan Pabean, yaitu tempat

kegiatan impor atau ekspor tersebut berlangsung)

untuk mengeluarkan suatu perintah tertulis-118

Perintah tersebut ditujukan kepada Pejabat

Bea dan Cukai untuk menangguhkan sementara waktu

pengeluaran barang impor atau ekspor dari Kawasan

Pabean apabila berdasarkan bukti yang cukup,

diduga sebagai barang dari hasil pelanggaran merek

dam hak cipta yang dilindungi di Indonesia.119

Pengajuan permohonan penangguhan harus

diajukan dengan disertai:120

1) Bukti yang cukup mengenai adanya


pelanggaran merek atau hak cipta yang
bersangkutan.
2) Bukyi pemilikan merek atau hak cipta
yang bersangkutan.

117 Ibid., Hal. 208-209.

118 Ibid., Hal. 209.

119 Ibid.

120 Ibid.

70

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


3) Perincian dan keterangan yang jelas
mengenai barang impor atau ekspor yang
dimintakan penangguhan pengeluarannya,
agar dengan cepat dapat dikenali oleh
Pejabat Bea dan Cukai
4) Jaminan

Kelengkapan untuk permohonan penangguhan

diatas bersifat mutlak. Fungsinya untuk

menghindarkan penggunaan ketentuan ini dalam

praktek dagang yang justru bertentangan dengan

tujuan pengaturan untuk mengurangi atau meniadakan

perdagangan barang-barang hasil pelanggaran merek

dan hak cipta.121

Jaminan yangdisyaratkan diatas harus

mempunyai nilai yang cukup. Hal ini dimaksudkan

untuk melindungi pihak yang diduga melakukan

pelanggaran dari kerugian yang tidak perlu.

Kemudian untuk mengurangi kemungkinan

berlangsungnya penyalahgunaan hak. Selain itu juga

untuk melindungi Pejabat Bea dan Cukai dari

kemungkinan adanya tuntutan ganti rugi karena

dilaksanakannya perintah penangguhan.122

Berdasarkan pada perintah tertulis dari Ketua

Pengadilan Negeri mengenai penangguhan tersebut,

121 Ibid.

122 Ibid.

71

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


maka Pejabat Bea dan Cukai harus memberitahukan

secara tertulis kepada importir, eksportir, atau

pemilik barang mengenai perintah penangguhan

pengeluaran barang impor atau ekspornya

tersebut.123

Kemudian terhitung sejak diterimanya perintah

tertulis dari Ketua Pengadilan Negeri setempat,

maka Pejabat Bea dan Cukai juga harus langsung

melaksanakan penangguhan pengeluaran barang impor

atau ekspor yang bersangkutan dari Kawasan

Pabean.124

b. Penanganan oleh Badan Standar Industri

Selain merupakan usaha untuk mengelabui

konsumen, barang-barang dengan merek yang tidak

sah, dapat juga diduga tidak memenuhi persyaratan

standar industri. Baik dari sisi komposisi maupun

kualitasnya. Sehingga barang tersebut dapat

dikatakan dibawah standar (inferior quality goods

or services).125

Untuk itu salah satu tugas dari Badan Standar

Industri adalah mengeluarkan keputusan yang

123
Ibid., Hal. 210.

124
Ibid.
125
Ibid.

72

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


melarang peredaran barang tersebut karena tidak

terjaga keamanannya yang sekaligus merugikan

konsumen dan pemilik merek.126

c. Penanganan oleh Badan Standar Periklanan

Prinsipnya setiap pengusaha akan berupaya

maksimal untuk mendapatkan bagian pasaran (share

of the market) seluas mungkin. Akibatnya

memungkinkan terjadinya persaingan tidak sehat

atau tidak adil (unfair competition) . Salah

satunya nampak dalam persaingan periklanan antara

produk yang sejenis.127

Untuk itulah pengawas periklanan bertugas

untuk mengontrol situasi persaingan di pasaran

melalui kode etik periklanan. sehingga dapat

dicegah kemungkinan adanya pelanggaran terhadap

hak merek orang lain. Selain itu pengawas

periklanan juga bisa melarang iklan merek yang

menyesatkan konsumen.128

D. Peran Pengadilan Niaga Dalam Sengketa Bidang

Merek Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

126 Ibid.

127 Ibid.

128 Ibid.

73

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Semua undang-undang di bidang Hak Atas Kekayaan

Intelektual/ kecuali Undang-Undang Tentang Rahasia Dagang,

menunjuk Pengadilan Niaga sebagai sarana penyelesaian

sengketa perdata. Selain itu undang-undang yang menyangkut

masalah Hak Atas Kekayaan Intelektual juga menetapkan hukum

acaranya sendiri. Sehingga ketentuan tentang Pengadilan

Niaga ini secara mutatis mutandis berlaku pada bidang-bidang

Hak Atas Kekayaan Intelektual, kecuali rahasia dagang.129

Merek merupakan bagian dari kegiatan perekonomian yang

sangat penting, maka penyelesaian sengketa mengenai merek

memerlukan badan peradilan khusus, yaitu Pengadilan Niaga.

Diharapkan sengketa merek dapat diselesaikan dalam waktu

yang relatif cepat. Untuk itu diatur pula hukum acaranya

yang khusus untuk menyelesaikan masalah sengketa merek.

Peranan Pengadilan Niaga dalam menyelesaikan sengketa

merek ini berdasarkan pada ketentuan-ketentuan formil dan

materil yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

Tentang Merek, sebagai berikut:

a. Pasal 31 juncto Pasal 29130

129 Ibid., Hal. 129-130.

130 Pasal 29
(1) Permohonan banding dapat diajukan terhadap penolakan Permohonan yang
berkaitan dengan alasan dan dasar pertimbangan mengenai hal-hal yang
bersifat substantif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5 atau
Pasal 6.

74

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Dalam hal Komisi Banding Merek menolak permohonan

banding yang diajukan terhadap penolakan Permohonan

pendaftaran merek, yang berkaitan dengan alasan dan

dasar pertimbangan mengenai hal-hal yang bersifat

substantif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5

atau Pasal 6, maka Pemohon atau Kuasanya dapat

mengajukan gugatan atas putusan penolakan permohonan

banding tersebut kepada Pengadilan Niaga,

b. Pasal 37131

(2) Permohonan banding diajukan secara tertulis oleh Pemohon atau


Kuasanya kepada Komisi Banding Merek dengan tembusan yang disampaikan
kepada Direktorat Jenderal dengan dikenai biaya.
(3) Permohonan banding diajukan dengan menguraikan secara lengkap
keberatan serta alasan terhadap penolakan Permohonan sebagai hasil
pemeriksaan substantif.
(4) Alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus tidak merupakan
perbaikan atau penyempurnaan atas Permohonan yang ditolak,
Pasal 31
(1) Keputusan Komisi banding Merek diberikan dalam waktu paling lama 3
(tiga) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan banding.
(2) Dalam hal Komisi Banding Merek mengabulkan permohonan banding,
Direktorat Jenderal melaksanakan pengumuman sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21, kecuali terhadap Permohonan yang telah diumumkan dalam Berita
Resmi Merek.
(3) Dalam hal Komisi Banding Merek menolak permohonan banding, Pemohon
atau Kuasanya dapat mengajukan gugatan atas putusan penolakan permohonan
banding kepada Pengadilan Niaga dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan
terhitung sejak tanggal diterimanya keputusan penolakan tersebut.
(4) Terhadap putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) hanya cfapat diajukan kasasi.

131 Pasal 37
(1) Permohonan perpanjangan ditolak oleh Direktorat Jenderal, apabila
permohonan tersebut tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 dan Pasal 36.
(2) Permohonan perpanjangan ditolak oleh Direktorat Jenderal, apabila
Merek tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya
dengan Merek terkenal milik orang lain, dengan memperhatikan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b dan ayat (2).
(3) Penolakan permohonan perpanjangan diberitahukan secara tertulis
kepada pemilik Merek atau Kuasanya dengan menyebutkan alasannya.

75

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Dalam hal adanya penolakan oleh Direktorat Jenderal

terkait dengan permohonan perpanjangan jangka waktu

perlindungan merek terdaftar. Penolakan tersebut

dilandasi oleh ketentuan dalam Pasal 35, Pasal 36,

Pasal 6 Ayat (1) huruf b dan Ayat (2) .

c. Pasal 61 juncto Pasal 63, Pasal 64132

(4) Keberatan terhadap penolakan permohonan perpanjangan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1J dan ayat (2) dapat diajukan kepada Pengadilan
Niaga.
(5) Terhadap putusan Penadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
hanya dapat diajukan kasasi.

132 Pasal 61
(1) Penghapusan pendaftaran Merek dari Daftar Umum Merek dapat dilakukan
atas prakarsa Direktorat Jenderal atau berdasarkan permohonan pemilik
Merek yang bersangkutan.
(2) Penghapusan pendaftaran Merek atas prakarsa Direktorat Jenderal
dapat dilakukan jika :
a. Merek tidak digunakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dalam
perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau
pemakaian terakhir, kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima oleh
Direktorat Jenderal; atau
b. Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai
dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran, termasuk
pemakaian Merek yang tidak sesuai dengan Metek yang didaftar.
(3) Alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dalah karena
adanya :
a. jaringan impor;
b. larangan yang berkaitan dengan izin bagi peredaran barang yang
menggunakan Merek yang bersangkutan atau keputusan dari pihak yang
berwenang yang bersifat sementara; atau
c. larangan serupa lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
(4) Penghapusan pendaftaran Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dicatat dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek.
(5) Keberatan terhadap keputusan penghapusan pendaftaran Merek
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diajukan kepadaPengadilan
Niaga.
Pasal 63
Penghapusan pendaftaran Merek berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 ayat (2) huruf a dan huruf b dapat pula diajukan oleh
pihak ketiga dalam bentuk gugatan kepada Pengadilan Niaga
Pasal 64
(1) Terhadap putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal
63 hanya dapat diajukan kasasi

76

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Peranan Pengadilan Niaga dalam hal ini yaitu menerima

keberatan atas keputusan penghapusan pendaftaran merek

yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal. Keberatan

tersebut dapat diajukan oleh pemilik merek yang

bersangkutan atau kuasanya, dan pihak ketiga,

d. Pasal 67 juncto Pasal 66133

Berdasarkan ketentuan dalam pasal-pasal ini, maka

peranan Pengadilan Niaga dalam poin huruf c diatas,

berlaku juga dalam hal penghapusan pendaftaran merek

kolektif.

(2) Isi putusan badan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
segera disampaikan oleh panitera pengadilan yang bersangkutan kepada
Direktorat Jenderal setelah tanggal putusan diucapkan.
(3) Direktorat Jenderal melaksanakan penghapusan Merek yang bersangkutan
dari Daftar Umum Merek dan mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek
apabila putusan badan peradilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah
diterima dan mempunyai kekuatan hukum tetap.

133 Pasal 66
(1) Direktorat Jenderal dapat menghapus pendaftaran Merek Kolektif atas
dasar :
a. permohonan sendiri dari pemilik Merek Kolektif dengan persetujuan
tertulis semua pemakai Merek Kolektif;
b. bukti yang cukup bahwa Merek Kolektif tersebut tidak dipakai selama 3
(tiga) tahun berturut-turut sejak tanggal pendaftarannya atau pemakaian
terakhir kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima oleh Direktorat
Jenderal;
c. bukti yang cukup bahwa Merek Kolektif digunakan untuk jenis barang
atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis barang atau jenis jasa yang
dimohonkan pendaftarannya; atau
d. bukti yang cukup bahwa Merek Kolektif tersebut tidak digunakan sesuai
dengan peraturan penggunaan Merek Kolektif.
(2) Permohonan penghapusan pendaftaran Merek Kolektif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a diajukan kepada Direktorat Jenderal.
(3) Penghapusan pendaftaran Merek Kolektif sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diatur dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi
Merek.
Pasal 67
Panghapusan pendaftaran Merek Kolektif dapat pula diajukan oleh pihak
ketiga dalam bentuk gugatan kepada Pengadilan Niaga berdasarkan alasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) huruf b, c dan d.

77

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


g . Pasal 68 juncto Pasal 70, Pasal 72134

Pengadilan Niaga juga mempunyai peranan dalam hal

memeriksa gugatan pembatalan pendaftaran merek. Gugatan

tersebut dapat diajukan oleh pemilik merek maupun pihak

yang berkepentingan berdasarkan alasan-alasan pada

Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6.

Selain itu, khusus untuk merek kolektif yang telah

terdaftar, dapat juga diajukan permohonan pembatalannya

kepada Pengadilan Niaga, apabila penggunaan merek

kolektif tersebut bertentangan dengan ketentuan dalam

Pasal 50 Ayat (1).

134 Pasal 68
(1) Gugatan pembatalan pendaftaran Merek dapat diajukan oleh pihak yang
berkepentingan berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal A, 5
dan 6.
(2) Pemilik Merek yang tidak terdaftar dapat mengajukan gugatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah mengajukan Permohonan kepada
Direktorat Jenderal.
(3) Gugatan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
kepada Pengadilan Niaga
(4) Dalam hal menggugat atau tergugat bertempat tinggal di luar wilayah
Negara Republik Indonesia, gugatan diajukan kepada Pengadilan Niaga di
Jakarta.
Pasal 70
(1) Terhadap putusan Pengadilan Niaga yang memutuskan gugatan pembatalan
hanya dapat diajukan kasasi.
(2) Isi putusan badan peradilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
segera disampaikan oleh panitera yang bersangkutan kepada Direktorat
Jenderal setelah tanggal putusan diucapkan.
(3) Direktorat Jenderal melaksanakan pembatalan pendaftaran Merek yang
bersangkutan dari Daftar Umum Merek dan mengumumkannya dalam Berita
Resmi Merek setelah putusan badan peradilan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diterima dan mempunyai kekuatan hukum tetap.
Pasal 72
Selain alasan penbatalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1),
terhadap Merek Kolektif terdaftar dapat pula dimohonkan pembatalannya
kepada Pengadilan Niaga apabila penggunaan Merek Kolektif tersebut
bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat
( 1) .

78

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


f. Pasal 76 juncto Pasal 77, Pasal 78, Pasal 79135

Pengadilan Niaga juga memiliki peranan untuk memeriksa

gugatan ganti rugi dan/atau penghentian suatu perbuatan

yang berkaitan dengan penggunaan merek secara tanpa

hak. Gugatan tersebut dapat diajukan oleh pemilik merek

terdaftar dan/atau penerima lisensi merek terdaftar.

g. Pasal 85 juncto Pasal 86, Pasal 87, Pasal 88136

135 Pasal 76
(1) Pemilik Merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain
yang secara tanpa hak menggunakan Merek yang mempunyai persamaan pada
pokoknya atau seluruhnya untuk barang atau jasa yang sejenis berupa :
a. gugatan ganti rugi, dan/atau
b. penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan Merek
tersebut
(2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada
Pengadilan Niaga.
Pasal 77
Gugatan atas pelanggaran Merek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 dapat
diajukan oleh penerima Lisensi Merek terdaftar baik secara sendiri
maupun bersama-sama dengan pemilik Merek yang bersangkutan.
Pasal 78
(1) Selama masih dalam pemeriksaan dan untuk mencegah kerugian yang
lebih besar, atas permohonan pemilik Merek atau penerima Lisensi selaku
penggugat, hakim dapat memerintahkan tergugat untuk menghentikan
produksi, peredaran dan/atau perdagangan barang atau jasa yang
menggunakan Merek tersebut secara tanpa baik.
(2) Dalam hal tergugat dituntut juga menyerahkan barang yang menggunakan
Merek secara tanpa hak, hakim dapat memerintahkan bahwa penyerahan
barang atau nilai barang tersebut dilaksanakan setelah putusan
pengadilan mempunyai kekuatan hulum tetap.
Pasal 79
Terhadap putusan Pengadilan Niaga hanya dapat diajukan kasasi

136 Pasal 85
Berdasarkan bukti yang cukup pihak yang haknya dirugikan dapat meminta
hakim Pengadilan Niaga untuk menerbitkan surat penetapan sementara
tentang :
a. pencegahan masuknya barang yang berkaitan dengan pelanggaran hak
Merek;
b. penyimpanan alat bukti yang berkaitan dengan pelangaran Merek
tersebut.
Pasal 86
(1) Pemohonan penetapan sementara diajukan secara tertulis kepada
Pengadilann Niaga dengan persyaratan sebagai berikut :
a. melampirkan bukti kepemilikan Merek;

79

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Pengadilan Niaga diberi kewenangan untuk menerbitkan

penetapan sementara guna mencegah berlanjutnya

pelanggaran dan masuknya barang yang diduga melanggar

hak atas merek ke jalur perdagangan termasuk tindakan

importasi. Tujuannya adalah untuk mencegah kerugian

yang lebih besar pada pihak yang haknya dilanggar,

h. Penjelasan Pasal 6 Ayat (1) huruf b yaitu terkait

dengan penolakan permohonan pendaftaran merek. Dimana

merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau

keseluruhan dengan merek terkenal untuk barang dan/atau

jasa yang sejenis, dilakukan dengan memperhatikan

pengetahuan umum masyarakat mengenai merek tersebut

b. melampirkan bukti adanya petunjuk awal yang kuat atas terjadinya


pelangaran Merek;
c. keterangan yang jelas mengenai barang dan/atau dokumen yang diminta,
dicari, dikumpulkan dan diamankan untuk keperluan pembuktian;
d. adanya kekhawatiran bahwa pihak yang diduga melakukan pelanggaran
Merek akan dapat dengan mudah menghilangkan barang bukti; dan
e. membayar jaminan berupa uang tunai atau jaminan bank.
(2) Dalam hal penetapan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85
telah dilaksanakan Pengadilan Niaga segera memberitahukan kepada pihak
yang dikenal tindakan dan memberikan kesempatan kepada pihak tersebut
untuk didengar keterangannya.
Pasal 87
Dalam hal hakim Pengadilan Niaga telah menerbitkan surta penetapan
sementara, hakim Pengadilan Niaga yang memeriksa sengketa tersebut harus
memutuskan untuk mengubah, membatalkan, atau menguatkan penetapan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 dalam waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak dikeluarkannya penetapan sementara tersebut.
Pasal 88
Dalam hal penetapan sementara :
a. dikuatkan, uang jaminan yang telah dibayarkan harus dikembalikan
kepada pemohon penetapan dan pemohon penetapan dapat mengajukan gugatan
sebagaimana dimaksud Pasal 76;
b. dibatalkan, uang jaminan yang telah dibayarkan harus segera
diserahkan kepada pihak yang dikenai tindakan sebagai ganti rugi akibat
adanya penetapan sementara tersebut.

80

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


dibidang usaha yang bersangkutan. Disamping itu

diperhatikan pula reputasi merek terkenal yang

diperoleh karena promosi yang gencar dan besar-besaran,

investasi di beberapa negara di dunia yang dilakukan

oleh pemiliknya dan disertai bukti pendaftaran merek

tersebut di beberapa negara. Apabila hal-hal diatas

belum dianggap cukup, Pengadilan Niaga dapat

memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri untuk

melakukan survei guna memperoleh kesimpulan mengenai

terkenal atau tidaknya Merek yang menjadi dasar

penolakan.

Khusus mengenai tata cara pengajuangugatan kepada

Pengadilan Niaga diatur dalam Pasal 80, Pasal 81, dan Pasal

82.137 Sementara mengenai prosedur pengajuan kasasi atas

putusan Pengadilan Niaga, diatur dalam Pasal 83.138

137 Pasal 80
(1) Gugatan pembatalan pendaftaran Merek diajukan kepada Ketua
Pengadilan Niaga dalam wilayah hukum tempat tinggal atau domisili
tergugat.
(2) Dalam hal tergugat bertempat tingal di luar wilayah Indonesia,
gugatan tersebut diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
(3) Panitera mendaftarkan gugatan pembatalan pada tanggal gugatan yang
bersangkutan diajukan dan kepada penggugat diberikan tanda terima
tertulis yang ditandatangani panitera dengan tanggal yang sama dengan
tanggal pendaftaran gugatan.
(4) Panitera menyampaikan gugatan pembatalan kepada Ketua Pengadilan
Niaga dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) hari terhitung sejak
gugatan didaftarkan.
(5) Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal
gugatan pembatalan diselenggarakan dalam jangka waktu paling lama 60
(enam puluh) hari setelah gugatan didaftarkan.

81

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


(6) Sidang pemeriksaan atas gugatan pembatalan diselenggarakan dalam
jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari setelah gugatan
didaftarkan
(7) Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama 7
(tujuh) hari setelah gugatan pembatalan didaftarkan.
(8) Putusan atas gugatan pembatalan harus diucapkan paling lama 90
(sembilan puluh) hari setelah gugatan didaftarkan dan dapat diperpanjang
paling lama 30 (tiga puluh) hari atas persetujuan Ketua Mahkamah Agung.
(9) Putusan atas gugatan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan
tersebut harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dan dapat
dijalankan terlebih dahulu meskipun terhadap putusan tersebut diajukan
suatu upaya hukum.
(10) Isi putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (9)
wajib disampaikan oleh juru sita kepada para pihak paling lama 14 (empat
belas) hari setelah putusan atas gugatan pembatalan diucapkan.
Pasal 81
Tata cara gugatan sebagaimana diatur dalam Pasal 80 berlaku secara
mutatis mutandis terhadap gugatan sebagaimana diatur dalam Pasal 76«
Bagian Ketiga Kasasi
Pasal 82
Terhadap putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80
ayat (8) hanya dapat diajukan kasasi.

138 Pasal 83
(1) Permohonan kasasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 diajukan
paling lama 14 (empat belas) hari setelah tanggal putusan yang
dimohonkan kasasi diucapkan atau diberitahukan kepada para pihak dengan
mendaftarkan kepada panitera yang telah memutus gugatan tersebut.
(2) Panitera mendaftar permohonan kasasi pada tanggal permohonan yang
bersangkutan diajukan dan kepada pemohon kasasi diberikan tanda terima
tertulis yang ditandatangani oleh panitera dengan tanggal yang sama
dengan tanggal penerimaan pendaftaran.
(3) Pemohon kasasi sudah harus menyampaikan memori kasasi kepada
panitera dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak tanggal permohonan kasasi
didaftarkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)»
(4) Panitera wajib mengirimkan permohonan kasasi dan memberi kasasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada pihak termohon kasasi paling
lama 2 (dua) hari setelah permohonan kasasi didaftarkan.
(5) Termohon kasasi apat mengajukan kontra memori kasasi kepada panitera
paling lama 7 (tujuh) hari setelah tanggal termohon kasasi menerima
memori kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan panitera wajib
menyampaikan kontra memori kasasi kepada pemohon kasasi paling lama 2
(dua) hari setelah kontra memori kasasi diterima oleh panitera.
(6) Panitera wajib menyampaikan berkas perkara kasasi yang bersangkutan
kepada Mahkamah Agung paling lama 7 (tujuh) hari setelah lewat jangka
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
(7) Mahkamah Agung wajib mempelajari berkas perkara kasasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) dan menetapkan hari sidang paling lama 2 (dua)
hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung.
(8) Sidang pemeriksaan atas permohonan kasasi dilakukan paling lama 60
(enam puluh) hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima Mahkamah
Agung.

82

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


(9) Putusan permohonan kasasi harus diucapkan paling lama 90 (sembilan
puluh) hari setelah tanggal pemohonan kasasi diterima oleh Mahkamah
A gu n g .
(10) Putusan atas permohonan kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (9)
yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan
tersebut harus diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum.
(11) Panitera Mahkamah Agung wajib menyampaikan isi putusan kasasi
kepada panitera paling lama 3 (tiga) hari setelah tanggal putusan atas
permohonan kasasi diucapkan.
(12) Juru sita wajib menyampaikan isi putusan kasasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (11) kepada pemohon kasasi dan termohon kasasi paling
lama 2 (dua ) hari setelah putusan kasasi diterima.

83

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


BAB IV

STUDI KASUS: MEREK TRISAKTI

A, Masalah

Pengadilan Niaga Jakarta Pusat telah memeriksa dan

mengadili perkara perdata Niaga mengenai sengketa merek,

antara Yayasan Trisakti sebagai Penggugat melawan:

1. Prof. Dr. Thoby Mutis selaku pribadi, selanjutnya

disebut sebagai Tergugat,

2. Ir. Hendro Yassin, MSc., Ph.D selaku pribadi maupun

selaku Pelaksana Harian Direktur Program

Pascasarjana Universitas Trisakti, untuk selanjutnya

disebut sebagai Turut Tergugat I,

3. Ir. Asri N.I. Adjidarmo, M. S selaku pribadi maupun

selaku Koordinator/Penanggung jawab Penyelenggaraan

Penerimaan Mahasiswa Baru T.A 2003/2004 dari

Universitas Trisakti, yang untuk selanjutnya disebut

sebagai Turut Tergugat II.

84

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Penggugat mennyatakan bahwa pihaknya adalah pemilik dan

pemegang hak khusus untuk merek dan logo Trisakti yang sah di

wilayah Republik Indonesia. Pernyataan ini berdasarkan pada

Sertifikat Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek pada

Kantor Merek, Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan

Intelektual pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia

dengan Nomor 388900 tertanggal 12 September 1997 dalam Kelas

Jasa Nomor 41.

Kepemilikan merek atas logo Trisakti oleh Penggugat,

telah pula dikuatkan oleh Putusan Pengadilan Niaga pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang telah mempunyai kekuatan

hukum tetap (in kracht van gewijsde) tanggal 16 Januari 2003

dengan register perkara Nomor 49/MEREK/2002/PN.NIAGA. J K T .PST

di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Permasalahannya muncul ketika Penggugat melihat dan

membaca pengumuman di surat kabar atau harian, bahwa ada pihak

atau orang yang telah menggunakan dan/atau mencantumkan merek

atas logo Trisakti atau setidak-tidaknya merek atas logo

Trisakti yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau

keseluruhannya dengan merek atas logo Trisakti. Penggunaan itu

dilakukan tanpa hak dan/atau tanpa seijin Penggugat sebagai

pemilik dan pemegang hak yang sah untuk merek atas logo

Trisakti.

85

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Pelanggaran terhadap hak atas merek tersebut dilakukan

oleh Tergugat yang mengaku sebagai Rektor Universitas Trisakti

dan Para Turut Tergugat, dengan menggunakan nama Badan Hukum

Pendidikan Universitas Trisakti- Sementara menurut Statuta

Universitas Trisakti Tahun 2001 Pasal 30 Ayat (5), jabatan

Tergugat sebagai Rektor Universitas Trisakti sudah berakhir

tanggal 9 September 2002.

Dan status Badan Hukum Pendidikan Universitas Trisakti

dengan tegas telah ditolak berdasarkan Surat dari Direktur

Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan Hak

Asasi Manusia tertanggal 8 Oktober 2002, Nomor C. H T .01.1018.

Selain bahwa keabsahan Badan Hukum Pendidikan Universitas

Trisakti pada saat gugatan ini diajukan, masih dalam

pemeriksaan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dalam perkara

Nomor 411/Pdt.G/2002PN.Jkt-Barat.

Akibat dari perbuatan tanpa hak yang dilakukan oleh

Tergugat dibantu Para Turut Tergugat dengan menggunakan merek

atas logo Trisakti tanpa seijin Penggugat tersebut diatas,

telah merugikan Penggugat, baik secara materiil maupun

immateriil.

Adapun kerugian-kerugian materiil yang nyata-nyata

diderita oleh Penggugat akibat dari perbuatan pelanggaran

merek atas logo Trisakti yang telah dilakukan oleh Tergugat

86

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


antara lain adalah bahwa Penggugat telah mengeluarkan biaya-

biaya untuk pemuatan iklan pengumuman yang bertujuan untuk

memberitahukan kepada mesyarakat bahwa penggunaan merek atas

logo dan merek atas kata Trisakti yang dilakukan Tergugat,

telah melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

Tentang Merek.

Kemudian secara immateriil, Penggugat juga menderita

kerugian akibat beredarnya iklan-iklan pengumuman Tergugat

yang menggunakan merek atas logo Trisakti tanpa seijin

Penggugat, yang telah mendiskreditkan nama baik dan reputasi

serta merongrong kewibawaan Penggugat dimata masyarakat luas.

Gugatan ganti rugi tersebut, yang diajukan oleh

Penggugat, ditujukan kepada Tergugat selaku pribadi.

Berdasarkan pada Statuta Tahun 2001, Pasal 3 ayat (5) bahwa

masa jabatan Tergugat selaku Rektor Universitas Trisakti

periode 1998-2002 telah berakhir tanggal 9 September 2002. Dan

juga berdasarkan pada hukum bahwa keberadaan Badan Hukum

Pendidikan Universitas Trisakti tidak pernah ada karena telah

ditolak oleh Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia.

Sehingga yang dapat digugat adalah perorangan yang dapat

dimintakan pertanggungjawaban baik secara pribadi maupun dalam

kapasitas jabatannya di Universitas Trisakti. Sementara

87

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


dimasukkannya Para Turut Tergugat dalam gugatan a quo selain

demi kelengkapan pihak yang digugat juga dikarenakan Turut

Tergugat II masih saja menggunakan merek atas logo Trisakti

dengan mengatasnamakan Badan Hukum Pendidikan Trisakti.

Selain gugatan ganti rugi, untuk mencegah kerugian

Penggugat lebih besar, maka dimohonkan pula kepada Majelis

Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

(dalam provisi) yang memeriksa dan mengadili perkara a quo

agar memerintahkan Tergugat untuk menghentikan semua perbuatan

yang berkaitan dengan penggunaan merek atas logo dan merek

atas kata Trisakti tanpa hak.

Penghentian tersebut dimohonkan untuk penggunaan melalui

iklan di media massa dan/atau perdagangan barang atau jasa

yang menggunakan merek atas logo Trisakti tanpa seijin

Penggugat sebagai pemilik atas logo Trisakti yang sah dan

dilindungi oleh hukum.

Majelis Hakim kemudian menyatakan bahwa gugatan yang

diajukan oleh Penggugat tidak dapat diterima. Oleh karena

gugatan Penggugat terhadap Tergugat didasarkan sebagai pribadi

bukan sebagai Rektor. Sedangkan status jabatan Tergugat,

sebagai Rektor atau sudah diberhentikan, masih merupakan

persoalan hukum dengan Penggugat di Pengadilan Negeri Jakarta

Barat dalam perkara Nomor 411/PDT.G/2002/PN.JAK.BRT.

88

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Untuk membuktikan status Tergugat selaku pribadi atau

Rektor Universitas Trisakti, maka harus dibuktikan dan

diputuskan dalam persidangan. Selanjutnya Majelis Hakim

berpendapat bahwa persoalan status hukum jabatan Rektor

bukanlah merupakan kewenangan Pengadilan Niaga tetapi

Pengadilan Negeri.

B. Analisa Masalah

Putusan sengketa merek Trisakti ini mengandung 2 (dua)

persoalan pokok. Pertama, mengenai hukum materil merek, dimana

Penggugat mennyatakan bahwa pihaknya adalah pemilik dan

pemegang hak khusus untuk merek dan logo Trisakti yang sah di

wilayah Republik Indonesia.

Pernyataan ini berdasarkan Sertifikat Merek yang

terdaftar dalam Daftar Umum Merek pada Kantor Merek,

Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

Departemen Kehakiman Republik Indonesia dengan nomor 388900

tertanggal 12 September 1997 dalam kelas 41.

Analisa berdasarkan adanya Sertifikat Merek tersebut

diatas, maka dapat berlaku ketentuan Pasal 3 Undang-Undang


• 13S
Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek sebagai berikut:

139 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, Op.cit., pas^l 3-

89

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


"Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh
Negara kepada pemilik MereJc yang terdaftar dalam Daftar
Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan
sendiri Merek tersebut atau memberikan izin kepada p i h a k
lain untuk menggunakannya."

Melalui ketentuan dalam Pasal 3 diatas, maka Penggugat menjadi

satu-satunya pemilik dan pemegang hak merek atas logo Trisakti

yang sah. Untuk itu Penggugat diberi hak eksklusif oleh negara

untuk menggunakan merek atas logo Trisakti di wilayah Republik

Indonesia. Dan kepemilikan atas logo Trisakti tersebut berhak

mendapatkan perlindungan hukum.

Akibatnya muncul pelanggaran terhadap hak atas merek,

sekaligus kerugian yang diderita oleh pemilik merek. Yaitu

pada saat terdapat pengumuman di surat kabar atau harian,

bahwa ada pihak atau orang yang telah menggunakan dan/atau

mencantumkan merek atas logo Trisakti atau setidak-tidaknya

merek atas logo Trisakti yang mempunyai persamaan pada

pokoknya atau keseluruhannya dengan merek atas logo Trisakti

yang terdaftar diatas.

Oleh karena penggunaan merek atas logo Trisakti tersebut,

dilakukan tanpa hak dan/atau tanpa seijin Penggugat sebagai

pemilik dan pemegang hak yang sah untuk merek atas logo

Trisakti. Dengan demikian, perbuatan tersebut di atas telah

melanggar ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

yang menentukan bahwa Tergugat harus memperoleh i jin dan/atau

90

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


persetujuan terlebih dahulu dari Penggugat untuk dapat

mempergunakan merek atas logo Trisakti, atau setidak-tidaknya

merek atas logo Trisakti yang mempunyai persamaan pada

pokoknya atau keseluruhannya dengan merek atas logo Trisakti

milik Penggugat.

Sehingga sesuai dengan ketentuan Pasal 76 juncto Pasal 3

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, maka Penggugat berhak

mengajukan gugatan ganti rugi dan/atau penghentian semua

perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek atas logo

Trisakti melalui Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat. Adapun Pasal 76 UU Merek tersebut berbunyi

sebagai berikut:139

" (1) Pemilik Merek terdaftar dapat mengajukan gugatan


terhadap pihak lain yang secara tanpa hak
menggunakan Merek yang mempunyai persamaan pada
pokoknya atau keseluruhannya untuk barang atau jasa
yang sejenis, berupa :
a. gugatan ganti rugi/ dan/atau
b. penghentian semua perbuatan yang dengan
penggunaan Merek Tersebut ;
(2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
kepada Pengadilan Niaga"

Khusus mengenai jumlah ganti rugi, tetap harus ada upaya

pembuktian yang diajukan kepada Hakim. Hal ini dimaksudkan

agar Hakim dapat menentukan besar kecilnya kerugian yang

139 Ibid., Pasal 76.

91

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


diderita oleh pemilik merek. Untuk mendukung keputusan Hakim

tersebut dapat dibuktikan oleh yang menggugat dengan

menunjukkan adanya kemunduran omzet atau penjualan, walaupun

mutu barangnya tetap terjaga.140

Pembuktian yang kemudian diajukan oleh Penggugat di

persidangan yaitu adanya biaya-biaya untuk pemuatan iklan

pengumuman. Tujuan iklan tersebut yaitu untuk memberitahukan

kepada mesyarakat bahwa penggunaan merek atas logo dan merek

atas kata Trisakti yang dilakukan Tergugat, telah melanggar

ketentuan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

Kemudian kerugian Penggugat secara immateriil, dibuktikan

dengan menyatakan bahwa akibat beredarnya iklan-iklan

pengumuman Tergugat yang menggunakan merek atas logo Trisakti

tanpa seijin Penggugat, maka telah mendiskreditkan nama baik

dan reputasi serta merongrong kewibawaan Penggugat dimata

masyarakat luas.

Selain gugatan ganti rugi, untuk mencegah kerugian

Penggugat lebih besar, maka dimohonkan pula kepada Majelis

Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

yang memeriksa dan mengadili perkara a quo agar memerintahkan

Tergugat untuk menghentikan semua perbuatan yang berkaitan

140 Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah, Op.cit., Hal. 203.

92

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


dengan penggunaan merek atas logo dan merek atas kata Trisakti

tanpa hak.

Hal ini telah sesuai dengan ketentuan Pasal 78 Ayat (1)

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek sebagai

berikut:141

" (1) Selama masih dalam pemerikasaan dan untuk m e n c e g a h


kerugian yang lebih besar, atas permohonan p e m i l i k m e r e k
atau penerima Lisensi selaku Penggugat, h a kim dapat
memerintahkan Tergugat untuk menghentikan produksi,
peredaran, dan/atau perdagangan barang atau jasa y a n g
menggunakan merek tersebut secara tanpa h a k "

Sehingga pada saat Hakim melakukan pemeriksaan gugatan,

ia dapat memerintahkan tergugat untuk menghentikan perdagangan

barang atau jasa yang menggunakan merek secara tanpa hak

tersebut. Namun tetap harus berdasarkan pada permohonan pihak

tergugat.142

Permohonan ini dikenal sebagai tuntutan provisi yang

berlaku dalam Hukum Acara Perdata. Ketentuan mengenai tuntutan

provisi tersebut diatur dalam Pasal 180 HIR sebagai berikut:143

(1) Pengadilan Negeri boleh mejnerin tahuan supaya


keputusan dijalankan terlebih dahulu, walaupun

141 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, Op.cit., Pasal 78.

142 Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah, LOc.cit.

143 Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Op.cit. , Hal.


459.

93

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


keputusan itu dibantah atau diminta banding, jika
ada surat yang sahf satu surat tulisan, yang
menurut peraturan yang berlaku untuk hal itu
berkekuatan bukti, atau jika ada hukuman dahulu,
dengan keputusan, yang sudah mendapat kekuatan
keputusan pasti, demiJcian juga kalau tuntutan
sementara dikabulkan,tambahan pula dalam
perselisihan hak milik.
(2) Akan tetapi hal menjalankan keputusan dahulu tidak
boleh diluaskan sampai kepada penyanderaan.

Dengan demikian, jika pokok perkara merek dalam gugatan

ini diperiksa, maka Hakim Niaga telah menjalankan peranan

Pengadilan Niaga dalam menyelesaikan sengketa merek,

sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor

15 Tahun 2001 Tentang Merek, Yaitu peranan Pengadilan Niaga

sebagai berikut:

a. Pasal 76 juncto Pasal 77, Pasal 78, Pasal 79144

144 Pasal 76
(1) Pemilik Merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain
yang secara tanpa hak menggunakan Merek yang mempunyai persamaan pada
pokoknya atau seluruhnya untuk barang atau jasa yang sejenis berupa :
a. gugatan ganti rugi, dan/atau
b. penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan Merek
tersebut
(2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Pengadilan
Niaga.
Pasal 77
Gugatan atas pelanggaran Merek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 dapat
diajukan oleh penerima Lisensi Merek terdaftar baik secara sendiri maupun
bersama-sama dengan pemilik Merek yang bersangkutan.
Pasal 78
(1) Selama masih dalam pemeriksaan dan untuk mencegah kerugian yang lebih
besar, atas permohonan pemilik Merek atau penerima Lisensi selaku
penggugat, hakim dapat memerintahkan tergugat untuk menghentikan produksi,
peredaran dan/atau perdagangan barang atau jasa yang menggunakan Merek
tersebut secara tanpa baik.
(2) Dalam hal tergugat dituntut juga menyerahkan barang yang menggunakan
Merek secara tanpa hak, hakim dapat memerintahkan bahwa penyerahan barang

94

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Pengadilan Niaga memiliki peranan untuk memeriksa gugatan

ganti rugi dan/atau penghentian suatu perbuatan yang

berkaitan dengan penggunaan merek secara tanpa hak.

Gugatan tersebut dapat diajukan oleh pemilik merek

terdaftar dan/atau penerima lisensi merek terdaftar,

b. Pasal 85 juncto Pasal 86, Pasal 87, Pasal 88145

atau nilai barang tersebut dilaksanakan setelah putusan pengadilan


mempunyai kekuatan hulum tetap.
Pasal 79
Terhadap putusan Pengadilan Niaga hanya dapat diajukan kasasi

145 Pasal 85
Berdasarkan bukti yang cukup pihak yang haknya dirugikan dapat meminta
hakim Pengadilan Niaga untuk menerbitkan surat penetapan sementara tentang

a. pencegahan masuknya barang yang berkaitan dengan pelanggaran hak Merek;


b. penyimpanan alat bukti yang berkaitan dengan pelangaran Merek tersebut.
Pasal 86
(1) Permohonan penetapan sementara diajukan secara tertulis kepada
Pengadilann Niaga dengan persyaratan sebagai berikut :
a. melampirkan bukti kepemilikan Merek;
b. melampirkan bukti adanya petunjuk awal yang kuat atas terjadinya
pelangaran Merek;
c. keterangan yang jelas mengenai barang dan/atau dokumen yang diminta,
dicari, dikumpulkan dan diamankan untuk keperluan pembuktian;
d. adanya kekhawatiran bahwa pihak yang diduga melakukan pelanggaran Merek
akan dapat dengan mudah menghilangkan barang bukti; dan
e. membayar jaminan berupa uang tunai atau jaminan bank.
(2) Dalam hal penetapan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 telah
dilaksanakan Pengadilan Niaga segera memberitahukan kepada pihak yang
dikenal tindakan dan memberikan kesempatan kepada pihak tersebut untuk
didengar keterangannya.
Pasal 87
Dalam hal hakim Pengadilan Niaga telah menerbitkan surta penetapan
sementara, hakim Pengadilan Niaga yang memeriksa sengketa tersebut harus
memutuskan untuk mengubah, membatalkan, atau menguatkan penetapan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari sejak dikeluarkannya penetapan sementara tersebut.
Pasal 88
Dalam hal penetapan sementara :
a. dikuatkan, uang jaminan yang telah dibayarkan harus dikembalikan kepada
pemohon penetapan dan pemohon penetapan dapat mengajukan gugatan
sebagaimana dimaksud Pasal 76;
b. dibatalkan, uang jaminan yang telah dibayarkan harus segera diserahkan
kepada pihak yang dikenai tindakan sebagai ganti rugi akibat adanya
penetapan sementara tersebut.

95

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Pengadilan Niaga diberi kewenangan untuk menerbitkan

penetapan sementara guna mencegah berlanjutnya

pelanggaran dan masuknya barang yang diduga melanggar hak

atas merek ke jalur perdagangan termasuk tindakan

importasi. Tujuannya adalah untuk mencegah kerugian yang

lebih besar pada pihak yang haknya dilanggar.

Selanjutnya pokok persoalan yang Jtedua, yaitu mengenai

hukum formil di Pengadilan Niaga yang terkait dengan hukum

acara perdata dan kewenangan Pengadilan Niaga. Dalam perkara

ini yaitu mengenai tidak diterimanya gugatan tanpa memeriksa

lagi pokok perkara yang berkaitan dengan pelanggaran atas hak

merek.

Berawal dari gugatan ganti rugi tersebut, yang diajukan

oleh Penggugat, ditujukan kepada Tergugat selaku pribadi.

Berdasarkan pada Statuta Tahun 2001, Pasal 3 ayat (5) bahwa

masa jabatan Tergugat selaku Rektor Universitas Trisakti

periode 1998-2002 telah berakhir tanggal 9 September 2002. Dan

juga berdasarkan pada hukum bahwa keberadaan Badan Hukum

Pendidikan Universitas Trisakti tidak pernah ada karena telah

ditolak oleh Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia.

Sehingga yang dapat digugat adalah perorangan yang dapat

dimintakan pertanggungjawaban baik secara pribadi maupun dalam

96

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


kapasitas jabatannya di Universitas Trisakti. Sementara

dimasukkannya Para Turut Tergugat dalam gugatan a qvo selain

demi kelengkapan pihak yang digugat juga dikarenakan Turut

Tergugat II masih saja menggunakan merek atas logo Trisakti

dengan mengatasnamakan Badan Hukum Pendidikan Trisakti.

Dalil yang digunakan oleh Penggugat terhadap status

Tergugat ini, dianggap Hakim telah salah atau keliru. Majelis

Hakim kemudian menyatakan bahwa gugatan yang diajukan oleh

Penggugat tidak dapat diterima. Oleh karena gugatan Penggugat

terhadap Tergugat didasarkan sebagai pribadi bukan sebagai

Rektor. Sedangkan status jabatan Tergugat, sebagai Rektor atau

sudah diberhentikan, masih merupakan persoalan hukum dengan

Penggugat di Pengadilan Negeri Jakarta Barat dalam perkara

Nomor 411/PDT.G/2002/PN.JAK.BRT.

Untuk membuktikan status Tergugat selaku pribadi atau

Rektor Universitas Trisakti, maka harus dibuktikan dan

diputuskan dalam persidangan. Selanjutnya Majelis Hakim

berpendapat bahwa persoalan status hukum jabatan Rektor

bukanlah merupakan kewenangan Pengadilan Niaga tetapi

Pengadilan Negeri.

Analisa terhadap persoalan ini yaitu melihat bahwa secara

pokok perkara seharusnya Pengadilan Niaga harus memeriksa

tuntutan ganti rugi Penggugat. Apabila tidak dilakukan, maka

97

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Pengadilan Niaga tersebut telah menyalahi peranannya dalam

menyelesaikan sengketa merek yang telah diamanatkan dalam

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

Status Tergugat yang masih memerlukan keabsahan melalui

pembuktian, yang saat bersamaan sedang berlangsung di

Pengadilan Negeri, seharusnya tidak menghalangi hakim untuk

memeriksa pokok perkara merek. Mengingat Pengadilan Niaga

merupakan kamar khusus dari Pengadilan Negeri. Terlebih selama

dapat dibuktikan telah adanya kerugian akibat penggunaan merek

tanpa hak.

Sebaiknya Pengadilan Niaga juga dapat memeriksa perkara

yang bersinggungan dengan kewenangan Pengadilan N iaga. Paling

tidak dalam sengketa merek Trisakti ini, harus ada putusan

mengenai penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan

penggunaan merek atas logo dan merek atas kata Trisakti tanpa

hak. Sehingga pemilik merek tidak dirugikan lebih jauh atau

lebih besar.

Alasan lain yang turut mendukung agar Pengadilan Niaga

juga dapat memeriksa perkara yang bersinggungan dengan

kewenangan Pengadilan Niaga yaitu supaya proses pemeriksaan

98

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


sengketa merek, dapat berlangsung cepat dan efektif. Sesuai

d e n g a n prinsip-prinsip Pengadilan Niaga yaitu:146

1. Proses Tang Cepat

Pengadilan Niaga juga mengedepankan prinsip dimana

proses yang harus ditempuh oleh pencari keadilan tidak

memakan waktu yang lama. Sehingga seluruh rangkaian

proses di Pengadilan Niaga dapat berjalan dengan cepat

d a n efektif.

2. Kepastian Hukum

Pengadilan Niaga harus dapat menjamin kepastian

h u k u m bagi para pencari keadilan. Termasuk d a l a m hal ini

konsistensi putusan-putusan yang dikeluarkan oleh

Pe n g a d i l a n Niaga. Selain bahwa putusan-putusan yang

d i t e t a p k a n Pengadilan Niaga tersebut, akan m e n j a d i sebuah

yurisp r u d e n s i bagi keputusan-keputusan hakim niaga

selanjutnya.

Sebagai perbandingan, dapat diambil contoh seperti

kewenangan Pengadilan Niaga dalam perkara kepailitan yang

dapat menghentikan proses pemeriksaan di pengadilan lain dan

melanjutkan putusan pailitnya. Hal ini diatur dalam Undang-

146 Tim Pengarah Pengadilan Niaga dan Persiapan Pembentukan Pengadilan


Tindak Pidana Korupsi, Op.cit,, Hal. 4.

99

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang, sebagai berikut:147

Pasal 26
(1) Tuntutan mengenai hak atau kewajiban y a n g m e n y a n g k u t
harta pailit harus diajukan oleh atau terhadap
Kurator.
(2)
Dalam hal tuntutan sebagaimana dimaksud p a d a a ya t
(1) diajukan atau diteruskan oleh atau terhadap
Debitor Pailit maka apabila tuntutan tersebut
mengakibatkan suatu penghukuman terhadap Debitor
Pailit, penghukuman tersebut tidak mempunyai a k i b a t
hukum terhadap harta pailit.
Pasal 29
Suatu tuntutan hukum di Pengadilan yang diajukan t e r h a d a p
DeJbitor sejauh bertujuan untuk memperoleh pemenuhan
kewajiban dari harta pailit dan perkaranya sedang
berjalan, grugur demi hukum dengan diucapkan putusan
pernyataan pailit terhadap Debitor.
Pasal 303
Pengadilan tetap berwenang memeriksa dan m e n y e l e s a i k a n
permohonan pernyataan pailit dari para pihak y a n g terikat
perjanjian yang memuat klausula arbitraser s e p a n j a n g
utang yang menjadi dasar permohonan pernyataan p a i l i t
telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud d alam P asal
2 ayat (1) Undang-Undang ini.

Berdasarkan ketentuan dalam pasal-pasal diatas, nampak

bahwa untuk perkara kepailitan, Pengadilan Niaga dapat

mengesampingkan proses pemeriksaan atau putusan pada

pengadilan lain, yang terkait dengan harta pailit. Termasuk

ketentuan dalam Pasal 303 yang dimaksudkan untuk memberi

penegasan bahwa Pengadilan tetap berwenang memeriksa dan

147 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004, Op.cit.,Pasal 26, Pasal 29, Pasal 303.

100

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


menyelesaikan permohonan pernyataan pailit dari para pihak,

sekalipun perjanjian utang-piutang yang mereka buat memuat

k l a u s u l a arbitrase,

Kewenangan yang begitu besar tersebut, didasarkan pada

hak-hak para kreditur yang harus diutamakan t e r l e b i h dahulu.

Maka apabila konsep kewenangan ini dianalogikan dengan

sengketa merek Trisakti yang diajukan ke Pengadilan Niaga,

hakim harus mempertimbangkan adanya hak pemilik merek yang

telah dirugikan oleh pihak lain, terlepas statusnya selaku

p r i b a d i atau Rektor.

Sehingga, jika berdasarkan pada ketentuan hukum acara

perdata, maka putusan hakim Pengadilan Niaga yang menyatakan

g u g a t a n tidak dapat diterima karena status Tergugat y a n g m a s i h

kabur, tefah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang—

undangan. Namun disisi lain, putusan tersebut juga berakibat

p a d a mengabaikan peranan Pengadilan Niaga dalam m e l i n d u n g i hak

p e m i l i k merek yang sah.

101

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


BAB V

PENUTUP

A. Ke simpul an

Pembentukan Pengadilan Niaga sesungguhnya adalah

implementasi dari Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 24, Pasal

27 Ayat (1), dan Pasal 28 d Ayat (1). Selanjutnya dapat

dilihat pula dalam peraturan perundangan yang lebih

spesifik, yaitu Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, yang

pada saat bersamaan berlaku Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004

Tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun

2004 Tentang Peradilan Umum.

Dengan demikian, nampak bahwa Pengadilan Niaga yang

dibentuk berdasarkan amanat dalam Undang-Undang Kepailitan,

merupakan suatu bentuk khusus (differensiasi) dari peradilan

umum. Pengadilan Niaga dapat juga disebut sebagai pengadilan

khusus dalam lingkungan peradilan umum.

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:

102

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


1. Prinsip-prinsip yang diterapkan dalam proses beracara di

Pengadilan Niaga adalah sebagai berikut:

a. Kompeten Dan Modern

b. Independensi Dan Tidak Memihak (Imparsial)

c. Akuntabilitas

d. Partisipatif

e. Transparansi

f. Mudah Diakses

g* Proses Yang Cepat

h. Kepastian Hukum

Dalam perkara merek Trisakti hakim Pengadilan N iaga

sudah memenuhi prinsip-prinsip diatas hal ini terlihat

dalam pertimbangan hukum yang digunakan dalam

putusannya. Putusan Pengadilan Niaga ini sudah tepat

namun belum memberikan kepastian hokum dan perlindungan

hukum terhadap pemegang sertifikat merek.

Sementara kewenangan Pengadilan Niaga selain menangani

perkara kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang (PKPU), termasuk pula menangani perkara-perkara

Hak Atas Kekayaan Intelektual. Selanjutnya kewenangan

Pengadilan Niaga sebagai lembaga pemutus perkara yang

berhubungan dengan hukum perniagaan mencakup kewenangan

untuk memutus dalam jangka waktu tertentu. Akibat dari

adanya jangka waktu yang ditentukan, maka penanganan

perkaranya dituntut harus lebih sistematis.

103

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


2. Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

sudah menjalankan kewenangan yang diberikan oleh U n d a n g -

undang Merek nomor 15 tahun 2001.

Selanjutnya mengenai penyelesaian sengketa di bidang Hak

Atas Kekayaan Intelektual, khususnya bidang merek, maka

Pengadilan Niaga mempunyai beberapa peranan. Hal

tersebut didasarkan pada ketentuan dalam Unda n g - U n d a n g

Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek yang mengatur baik

secara materil maupun formil. Peranan Pengadilan Niaga

tersebut yaitu:

a. Pasal 31 juncto Pasal 29

Memeriksa gugatan terhadap putusan penolakan p e r m o h o n a n

banding atas penolakan permohonan pendaftaran merek

oleh Komisi Banding Merek.

b. Pasal 37

Dalam hal adanya penolakan oleh Direktorat J e n deral

terkait dengan permohonan perpanjangan jangka waktu

perlindungan merek terdaftar.

c. Pasal 61 juncto Pasal 63, Pasal 64

Menerima keberatan atas keputusan penghapusan

pendaftaran merek yang dilakukan oleh Direktorat

Jenderal.

d. Pasal 67 juncto Pasal 66

104

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Menerima keberatan atas keputusan penghapusan

pendaftaran merek kolektif yang dilakukan oleh

Direktorat Jenderal.

e. Pasal 68 juncto Pasal 70, Pasal 72

Memeriksa gugatan pembatalan pendaftaran merek dan

merek kolektif.

f. Pasal 76 juncto Pasal 77, Pasal 78, Pasal 79

Memeriksa gugatan ganti rugi dan/atau penghentian s u a t u

perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek s e c a r a

tanpa hak.

g. Pasal 85 juncto Pasal 86, Pasal 87, Pasal 88

Menerbitkan penetapan sementara guna mencegah

berlanjutnya pelanggaran dan masuknya barang yang

diduga melanggar Hak atas Merek ke jalur p e r d a gangan

termasuk tindakan importasi.

h. Penjelasan Pasal 6 Ayat (1) huruf b

Terkait dengan penolakan permohonan pendaftaran merek,

dimana merek yang mempunyai persamaan pada p o k oknya

atau keseluruhan dengan merek terkenal untuk barang

dan/atau jasa yang sejenis, maka Pengadilan Niaga d a p a t

memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri untuk

melakukan survei guna memperoleh kesimpulan mengenai

terkenal atau tidaknya merek yang menjadi d a sar

penolakan.

105

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


3 . Untuk melihat peranan Pengadilan Niaga langsung dalam

praktek, maka telah dianalisis suatu putusan hakim di

Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yaitu Putusan Pengadilan

Niaga Tanggal 2 Juli 2003, Nomor 20/Merek/2003/PN.Niaga

Jkt.Pusat, mengenai Perkara Merek Trisakti.

Pokok perkaranya adalah mengenai sengketa merek

Trisakti. Dimana pihak Penggugat merasa telah dirugikan

oleh Tergugat, akibat penggunaan merek Trisakti tanpa

hak oleh Tergugat. Apalagi masih adanya sengketa antara

Penggugat dengan Tergugat di Pengadilan Negeri, mengenai

status Tergugat. Hal ini terkait dengan kewenangan

Tergugat untuk menggunakan merek tersebut.

Dalam putusannya hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat

telah memutuskan tidak menerima gugatan tersebut karena

status Tergugat yang masih belum jelas dan masih dalam

sengketa di Pengadilan Negeri. Sehingga majelis hakim

berpendapat untuk menunggu putusan terlebih dahulu dari

Pengadilan Negeri.

Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan,

terutama mengenai hukum acara perdata, maka putusan

hakim tersebut sudah tepat atau sesuai. Sebab status

tergugat yang masih kabur atau belum jelas keabsahannya,

menjadikan gugatan tersebut bisa salah alamat.

Namun bila ditinjau dari peranan Pengadilan Niaga yang

ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

106

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Tentang Merek, maka putusan hakim tersebut telah

m engabaikan peranan Pengadilan Niaga d a l a m m e n y e l e s a i k a n

sengketa merek. Terutama peranan Pengadilan Niaga yang

diamanatkan dalam Pasal 3, Pasal 76 dan Pasal 78 Und a n g -

Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

B. Saran

Sehubungan dengan prinsip-prinsip yang d i t e r a p k a n d a l a m

proses beracara di Pengadilan Niaga, maka harus ada lembaga

pengawas yang memastikan bahwa p r i n s ip-prinsip tersebut

berjalan dengan baik. Kemudian Pengadilan Ni a g a juga ha r u s

terus meningkatkan kualitasnya dalam proses beracara.

Sedangkan mengenai sengketa kewenangan antara

Pengadilan Negeri dengan Pengadilan Niaga untuk perkara-

perkara kepailitan dan Hak Atas Kekayaan Intelektual, maka

p er l u dibuat mekanisme agar perkara-perkara kepailitan dan

penundaan kewajiban pembayaran utang, serta Ha k Kekayaan

Intelektual yang menjadi kompetensi Pengadilan Niaga, tidak

m a s u k ke Pengadilan Negeri.

Selain itu, diperlukan juga sosialisasi ulang mengenai

kompetensi dan kewenangan Pengadilan Niaga, terutama kepada

hakim dan praktisi hukum. Harus ada mekanisme yang

memungkinkan untuk mendeteksi secara dini adanya

persinggungan antara dua kewenangan p e n g a d i l a n ters e b u t . Ha l

107

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


ini juga dimaksudkan agar hakim tidak salah dalam memutus

suatu p e r k a r a yang berkaitan dengan bidang niaga.

Semsntara mengenai peranan Pengadilan Niaga dalam

sengketa m e r e k , telah jelas diatur dalam Undang-Undang Nomor

15 Tahun 2001 Tentang Merek. Namun dalam prakteknya terjadi

perkara yang bersinggungan dengan Pengadilan Negeri, yang

sedang diperiksa pada saat bersamaan. Seperti halnya yang

terjadi d a l a m sengketa merek Trisakti ini.

Meny i n g a t Pengadilan Niaga merupakan kamar khusus dari

Pengadilan Negeri. Terlebih selama dapat dibuktikan telah

adanya k & r u g i a n akibat penggunaan merek tanpa hak. Sebaiknya

Pengadilan Niaga juga dapat memeriksa perkara yang

bersinggungan dengan kewenangan Pengadilan Niaga.

Pa l i n g tidak dalam sengketa merek Trisakti ini, harus

ada putasan mengenai penghentian semua perbuatan yang

berkaitan dengan penggunaan merek atas logo dan merek atas

kata Trisakti tanpa hak. Sehingga pemilik merek tidak

dirugilcaii lebih jauh atau lebih besar.

Alasan lain yang turut mendukung agar Pengadilan Niaga

juga daj^t memeriksa perkara yang bersinggungan dengan

kewenarag^r* Pengadilan Niaga yaitu supaya proses pemeriksaan

sengketa rnerek, dapat berlangsung cepat dan efektif. Sesuai

dengan phinsip-prinsip Pengadilan Niaga yaitu proses cepat

dan adan)^ kepastian hukum.

108

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


DAFTAR PUSTAKA

BAHAN HUKUM PRIMER

Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jakarta:


Sekretariat Jenderal Dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia, 2008.

Indonesia. Undang-Undang Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban


Pembayaran Utang (PKPU). Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 135. Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3778.

Indonesia. Undang-Undang Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban


Pembayaran Utang (PKPU). Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 131. Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4443.

Indonesia. Undang-Undang Tentang Merek. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001.


Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 110. Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4131.

Indonesia. Undang-Undang Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan


Kehakiman. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970. Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 74. Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2951.

Indonesia. Undang-Undang Tentang Pembahan Atas Undang-Undang Nomor 14


Tahun 1970 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999. Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 147. Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3870.

Indonesia. Undang-Undang Tentang Kekuasaan Kehakiman. Undang-Undang Nomor


4 Tahun 2004. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 8.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4358.

Indonesia. Undang-Undang Tentang Peradilan Umum. Undang-Undang Nomor 2


Tahun 1986. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1986.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3327.

Indonesia. Undang-Undang Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2


Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum. Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2004. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 34.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4379.

Indonesia. Undang-Undang Tentang Kepabeanan. Undang-Undang Nomor 10 Tahun


1995. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612.

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Indonesia. Undang-Undang Tentang Pembahan Atas Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1995 Tentang Kepabeanan. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96. Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661.

Indonesia. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Tentang Kepailitan dan


Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Peraturan Pemerintah
Nomor 1 Tahun 1998. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998
Nomor 87. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3761.

Indonesia. Peraturan Pemerintah Tentang Tata Cara Permintaan Pendaftaran Merek.


Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1993. Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1993 Nomor 30. Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3522,

Indonesia. Peraturan Pemerintah Tentang Komisi Banding Merek. Peraturan


Pemerintah Nomor 32 Tahun 1995. Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1995 Nomor 55. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3607.

Indonesia. Peraturan Pemerintah Tentang Permohonan Pernyataan Pailit Untuk


Kepentingan Umum. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2000. Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 37. Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3943.

Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Kelas Barang atau Jasa Bagi Pendaftaran
Merek. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1993. Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 31. Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3523.

Indonesia. Keputusan Presiden Tentang Pembentukan Pengadilan Niaga Pada


Pengadilan Negeri UjungPandang, Pengadilan Negeri Medan, Pengadilan
Negeri Surabaya dan Pengadilan Negeri Semarang. Keputusan Presiden
Nomor 97 Tahun 1999. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 142.

Putusan Pengadilan Niaga Tanggal 2 Juli 2003. Nomor 20/Merek/2003/PN.Niaga


Jkt.Pusat. Perkara Merek Trisakti.

R.Subekti, S.H., dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta:


Pradnya Paramita, 1992.

Tim Redaksi Asa Mandiri. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Dan Undang-
Undang Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas KUHP Mengenai
Kejahatan Negara. Jakarta: Asa Mandiri, 2006.

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


BAHAN HUKUM SEKUNDER

Ali, Achmad. Keterpurukan hukum di Indonesia. Bogor Ghalia Indonesia, 2005

Asrun, Andi Muhammad, A. Prasetyantoko, Dkk. “Analisa Yuridis Dan Empiris


Pengadilan Niaga”. Cetakan Kesatu. Jakarta: CINLES (Centre For Information
And Law Economic Studies), 2000.

Djumhana, Muhamad Dan R. Djubaedillah. “Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori


Dan Prakteknya Di Indonesia Edisi Revisi” Cetakan Ketiga. Bandung: PT
Citra Aditya Bakti, 2003.

Hartini, Rahayu. “Hukum Kepailitan”. Malang: UPT Penerbitan Universitas


Muhanmmadiyah Malang, 2007.

Hasibuan, H.D. Effendy. “Perlindungan Merek Studi Mengenai Putusan Pengadilan


Indonesia Dan Amerika serikat**. Cetakan Kesatu. Jakarta: Program
Pascasaijana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003.

Hermayulis. “Pengadilan Niaga: Eksistensi Dan Peranan Pengadilan Niaga Sebagai


Pengadilan Khusus Dalam Penyelesaian Sengketa Niaga”. Laporan Akhir
Penelitian Bagi Komisi Hukum Nasional Republik Indonesia, 2002.

Ibrahim, Johnny. “Teori Dan Metodologi Penelitian Hukum Norm atif’. Cetakan
Ketiga. Malang: Bayumedia, 2007.

Lindsey, Tim, Eddy Damian, Simon Butt, Tomi Suryo Utomo (Editor). “Hak
Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar’’. Cetakan Kelima. Bandung: PT
Alumni, 2006.

Lubis, T. Mulya dan Richard M. Buxmaun. Peranan hukum dalam perekonomian


dinegara berkembang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1986.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian hukum. Jakarta: Kencana Prenada, 2006

Maulana, Insan Budi. “Bianglala HaKI (Hak Kekayaan Intelektual)”. Jakarta: PT


Hecca Mitra Utama, 2005.

Prasetyo, Teguh Dan Abdul Halim Barkatullah. “Ilmu Hukum Dan Filsafat Hukum
Studi Pemikiran Ahli Hukum Sepanjang Zaman”. Cetakan Kedua.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Purba, Achmad Zen Umar. “Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRTPs”. Cetakan
Kesatu. Bandung: PT Alumni, 2005.

Salman S, H.R.Otje dan Anthon F. Susanto. Teori Hukum. Bandung: Refika aditama,
2004

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Sjahdeini, Sutan Remy. “Hukum Kepailitan, Memahami Faillissementsverordening

.
Juncto UU No. 4 Tahun 1998”, Jakarta: Penerbit PT Pustaka Utama Grafiti,
2002
Soekanto, Soejono dan Sri Mamudji. Penelitian hukum normative suatu tinjauan
singkat. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994

_____ ? Soejono. Pengantar penelitian hukum. Jakarta: UI Press,2006

Sutantio, Retnowulan dan Iskandar Oeripkartawinata, “Hukum Acara Perdata Dalam


Teori Dan Praktek”, Bandung: Mandar Maju, 2005

Tatanusa, Tim Redaksi. “Himpunan Putusan-Putusan Pengadilan Niaga Dalam


Perkara Merek Jilid 5”. Cetakan Kesatu. Jakarta: PT Tatanusa, 2005.

Tim Pengarah Pengadilan Niaga Dan Persiapan Pembentukan Pengadilan Tindak


Pidana Korupsi. “Cetak Biru Dan Rencana Aksi Pengadilan Niaga”. Jakarta:
Kantor Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional, 2004.

Tunggal, Hadi Setia. “Peraturan Perundang-undangan Hak Kekayaan Intelektual” .


Jakarta: Harvarindo, 2007.

“Definisi Pengadilan”, http.V/www.kamushukum.com/prosadv.php.

“Definisi Pengadilan Khusus”,


http://www.kamushukum.com/proscari.php7hal top=2&keyword=pengadilan

“Definisi Hak Atas Kekayaan Intelektual”,


http://www.kamushukum.com/proscari.php7hal top=3&kevword=haki.

BAHAN HUKUM TERTIER

IPM Ranuhandoko BA. “Terminologi Hukum Inggris-Indonesia”. Cetakan Keempat.


Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


PUTUSAN
Nomor 20/Merek/2003/PN.NIaga.JktPst

DEMI KEADILAN BERDASARKAN


KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang memeriksa dan mengadili


perkara-perkara perdata Niaga telah menjatuhkan Putusan sebagai
berikut dalam perkara antara:
YAYASAN TRISAKTI, suatu yayasan yang didirikan menurut
hukum Republik Indonesia, yang dalam hal ini diwakili oleh
K. SINDHUNATHA, S.H. dan Ir. M.A. WARGA DALEM,
MSc. masing-masing dalam jabatannya selaku Ketua dan
Sekretaris YAYASAN TRISAKTI, berkedudukan di JL. Kyai
Tapa No. 1, Grogol, Jakarta Barat 11440, yang domisili
hukum dikantor kuasanya FRANS WINARTA &
PARTNERS, Advokat dan Pengacara yang beralamat di
Kompleks Bukit Gading Mediterania, Boulevar Bukit Gading
Raya Blok A 16-17, Kelapa Gading Permai, Jakarta 14240,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 18 Maret
2003, untuk selanjutnya disebut sebagai PENGGUGAT;
LAWAN
1. Prof. Dr. Thoby Mutis, selaku pribadi yang beralamat di Jl.
Kecubung V No. 10, Duren Sawit, Jakarta 13440; selanjutnya
disebut sebagai TERGUGAT;
2. Ir. Hendro Yassin, MSc., Ph.D, selaku pribadi maupun selaku
Pelaksana Harian Direktur Program Pascasarjana Universitas
Trisakti, dengan alamat Jl. Kebon Jeruk I Blok A2 No. 21
Jakarta Barat, untuk selanjutnya disebut sebagai TURUT
TERGUG ATI;
3. Ir. Asri N.l. Adjidarmo, M.S, selaku pribadi maupun selaku
Koordinator/Penanggung jawab Penyelenggaraan Penerimaan
Mahasiswa Baru T.A. 2003/2004, Universitas Trisakti, dengan

Putusan Nomor 20/Mtrck/2003/PN.Niaga.JkLPst. > 17


Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008
alamat Jl. Bendi Besar Kav. BII No. 28, Tanah Kusir, Jakarta
Selatan, untuk selanjutnya disebut sebagai TURUT
TERGUGATI!;
Untuk selanjutnya TURUT TERGUGAT I dan TURUT
TERGUGAT II secara bersama-sama disebut sebagai PARA
TURUT TERGUGAT;
PENGADILAN NIAGA Tersebut;
Telah membaca berkas perkara yang bersangkutan;
Telah mendengar pihak yang berperkara;
TENTANG DUDUKNYA PERKARA
Menimbang, bahwa Penggugat melalui surat gugatan
tertanggal 06 Nopember 2002 yang diterima dan terdaftar di
Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 01 April
2003 dibawah Register Perkara Nomor 20/Merek/2003/PN.JKT.
PST, telah mengemukakan gugatan yang pada pokoknya sebagai
berikut:
1. Bahwa PENGGUGAT adalah pemilik dan pemegang hak
khusus untuk merek atas logo TRISAKTI yang sah di wilayah
Republik Indonesia berdasarkan Sertifikat Merek yang terdaftar
dalam Daftar Umum Merek pada Kantor Merek, Direktorat
Jenderal Hak atas Kekayaan Intelektual cq. Departemen
Kehakiman Republik Indonesia (untuk selanjutnya disebut
“Dirjen HAKI") di bawah No. 388900 tertanggal 12 September
1997 dalam kelas 41 (Bukti P-1). Sebagai pemilik dan
pemegang merek atas logo TRISAKTI yang sah maka
PENGGUGAT berhak menggunakan merek atas logo
TRISAKTI tersebut dalam kelas 41 untuk jenis jasa pendidikan
tinggi dengan program studi: Profesional, ijasah Diploma III dan
IV, akademik, ijasah Sarjana (S1), Pascasarjana (S2) dan
Doktor (S3). Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 3 Undang-
undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek (selanjutnya disebut
"UU Merek") yang berbunyi sebagai berikut:
"Hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh
Negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar
Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan

18 < Himpunan putusan-putusan Imran


Peran pengadilan..., Pengadilan Niaga:Razif,
Bukhari MEREK (5)UI, 2008
FH
menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan ¡jin
kepada pihak lain untuk menggunakannya” ;
Bahwa dengan demikian jelas PENGGUGAT adalah satu-
satunya pemilik dan pemegang hak merek atas logo TRISAKTI
yang sah, yang diberi hak secara eksklusif oleh Negara untuk
menggunakan merek atas logo TRISAKTI di 'wilayah Republik
Indonesia dan kepemilikan atas logo TRISAKTI tersebut berhak
mendapatkan perlindungan hukum;
Bahwa kepemilikan merek atas logo Trisakti PENGGUGAT
berdasarkan Sertifikat Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum
Merek pada Kantor Merek, Direktorat Jenderal Hak atas
Kekayaan Intelektual cq. Departemen Kehakiman Republik
Indonesia, di bawah No. 388900 tertanggal 12 September 1997
dalam kelas 41 (vide Bukti P-1) telah pula dikuatkan oleh
Putusan Pengadilan Niaoa pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat vano telah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht
van gewijsde) tanggal 16 Januari 2003 dengan register perkara
No. 49/MEREK/2002/PN.NIAGA.JKT.PST di Pengadilan Niaga
pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yang dalam salah satu
pertimbangannya pada halaman 27 alinea terakhir (Bukti P-2),
menyatakan sebagai berikut:
"Bahwa berdasar Ketentuan pasa/ 1 angka 1 Undang-Undang
Merek yang dimaksud "merek adalah tanda berupa gambar,
nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan wama, atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang
atau jasa";
Bahwa yang dipermasalahkan dalam perkara ini adalah logo
atau lambang Universitas Trisakti, dimana lelah menjadi fakta
hukum dan tidak perlu dibuktikan lagi bahwa Universitas
Trisakti merupakan suatu lembaga Perguruan Tinggi
penyelenggara pendidikan tinggi (pendidikan pada jenjang yang
lebih tinggi daripada pendidikan menengah dijalur pendidikan
sekolah);

Bahwa dari fakta hukum di atas maka Universitas Trisakti dapat


digolongkan kedalam suatu lembaga yang bergerak dibidang

Putusan Nomor 20/Mertk/2003/PN.Niaga.JkLPst > 19


Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008
jasa, yaitu jasa pendidikan, sehingga Logo Universitas Trisakti
berupa gambar Trisula, terdaftar dalam Sertifikat Merek Nomor
Pendaftaran 388900, Tertanggal 12 September 1997, termasuk
pengertian merek menumt pasal 1 Undano-Undana Merek.":
Bahwa pada halaman 29, alinea ke-6 dari Pertimbangan
Hukum dalam Putusan Penoadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat tanggal 16 Januari 2003 dalam perkara
perdata merek No. 49/MEREK/2002/PN.NIAGA.JKT.PST di
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van
gewijsde) (vide Bukti P-2), juga menyatakan dengan tegas
sebagai berikut,
"Menimbang, bahwa dari dua versi hukum tersebut di atas,
Pengadilan mempertimbangkan sebagai berikut:
Bahwa Pasal 3 Undang-Undang Merek menyebutkan bahwa
‘Hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh
Negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar
Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan mengguna­
kan sendiri merek tersebut atau memberikan iiin kepada pihak
lain untuk menggunakannya." ;
Bahwa berdasar ketentuan tersebut Penaauaat (Kursif kami =
Yavasan Trisakti) sebaaai pemilik merek atas lambang/loao
Trisakti mempunyai hak untuk menggunakan sendiri merek
tersebut atau memberikan iiin kepada pihak lain untuk
menggunakannya:":
3. Bahwa selanjutnya PENGGUGAT melihat dan membaca
pengumuman di surat kabar/harian ada pihak atau orang yang
telah menggunakan dan/atau mencantumkan merek atas logo
TRISAKTI, atau setidak-tidaknya merek atas logo TRISAKTI
yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan­
nya dengan merek atas logo TRISAKTI, tanpa hak dan/atau
tanpa seijin PENGGUGAT sebagai pemilik dan pemegang hak
yang sah untuk merek atas logo TRISAKTI tersebut, yang
dilakukan oleh TERGUGAT yang mengaku sebagai Rektor
Universitas Trisakti padahal menurut Statuta Universitas
Trisakti Tahun 2001 (selanjutnya disebut “Statuta 2001"), Pasal

20 < Himpunan putusan-putusan Pengadilan Niaga: MEREK (5)


Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008
30 ayat (5) (Bukti P-3), jabatan TERGUGAT sebagai Rektor
Universitas Trisakti sudah berakhir tanggal 9 September 2002
dan dibantu PARA TURUT TERGUGAT, yaitu sebagai berikut:
a. Iklan Pengumuman Penerimaan Mahasiswa Baru Program
Pascasarjana tahun akademik 2002/2003 gelombang 2,
yang ditandatangani oleh TERGUGAT dan TURUT
TERGUGAT I, tanggal 6 Januari 2003 di Harian Kompas
(Bukti P-4);
b. Iklan Pengumuman Penerimaan Mahasiswa Baru Periode
2003/2004 tanggal 2 Pebmari 2003 di Harian Kompas,
yang ditandatangani oleh TERGUGAT dan TURUT
TERGUGAT II, atas nama dari yang menamakan dirinya
Universitas Trisakti, Badan Hukum Pendidikan, Akta
Notaris No. 27, tanggal 29 Agustus 2002 (Bukti P-5) yang
telah ditolak permohonannya untuk menjadi badan hukum
oleh Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia melalui
surat tanggal 8 Oktober 2002, No. C.HT.01.10-18. (Bukti P-
7) dan Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat tanggal 16 Januari 2003 No. 49/MEREK/
2002/PN.NIAGA.JKT.PST di Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) (vide Bukti
P-2);
c. Iklan Pengumuman Penerimaan Mahasiswa Baru 2003/
2004 tanggal 19 Maret 2003 di Harian Sinar Harapan, yang
ditandatangani oleh TERGUGAT dan TURUT TERGUGAT
II (Bukti P-6);
Bahwa dengan demikian perbuatan yang dilakukan oleh
TERGUGAT dan dibantu PARA TURUT TERGUGAT tersebut
di atas jelas-jelas telah melanggar ketentuan Pasal 3 UU Merek
yang menentukan bahwa TERGUGAT harus memperoleh ijin
dan/atau persetujuan terlebih dahulu dari PENGGUGAT untuk
dapat mempergunakan merek atas logo TRISAKTI, atau
setidak-tidaknya merek atas logo TRISAKTI yang mempunyai
persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek
atas logo TRISAKTI milik PENGGUGAT;

Putusan Nomor20/Merek/2003/PN.Niaga.JktPst > 21


Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008
Bahwa akibat perbuatan tanpa hak yang dilakukan oleh
TERGUGAT dibantu PARA TURUT TERGUGAT dengan meng­
gunakan merek atas logo TRISAKTI tanpa seiiin PENGGUGAT
tersebut di atas (Vide Bukti P-4, P-5 dan P-6), jelas-jelas sangat
merugikan PENGGUGAT, baik secara materiil maupun
immateriil, sehingga sesuai dengan ketentuan Pasal 76 jo.
Pasal 3 UU Merek maka PENGGUGAT berhak mengajukan
gugatan ganti rugi dan/atau penghentian semua perbuatan yang
berkaitan dengan penggunaan merek atas logo TRISAKTI
melalui Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat. Adapun Pasal 76 UU Merek tersebut berbunyi sebagai
berikut:
"(1) Pemilik Merek terdaftar dapat mengajukan gugatan
terhadap pihak lain yang secara tanpa hak menggunakan
Merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya untuk barang atau jasa yang sejenis,
berupa:
a. gugatan ganti rugi; dan/atau
b. penghentian semua perbuatan yang dengan
penggunaan Merek Tersebut;
(2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
kepada Pengadilan Niaga";
Bahwa selain itu, perbuatan pelanggaran merek atas logo
Trisakti yang dilakukan oleh TERGUGAT dibantu TURUT
TERGUGAT II dengan mengatasnamakan Badan Hukum
Pendidikan Universitas Trisakti (vide Bukti P-5) merupakan
tindakan TERGUGAT dalam kapasitasnya selaku pribadi. Hal
ini sudah menjadi fakta hukum karena status Badan Hukum
Pendidikan Universitas Trisakti dengan tegas telah ditolak
berdasar Surat dari Direktur Jenderal Administrasi Hukum
Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
tertanggal 8 Oktober 2002, No. C.HT.01.1018, Perihal
Permohonan Pengesahan Akta Pendirian Badan Hukum
Pendidikan, yang ditujukan kepada kantor Edi Priyono, S.H.,
Notaris di Jakarta (vide Bukti P-7) yang isinya antara lain
menyatakan sebagai berikut:

< Himpunan putusan-putusan Imran


Peran pengadilan..., Pengadilan Niaga :Razif,
Bukhari MEREK (5)UI, 2008
FH
"...permohonan saudara yang memohon pengesahan akta
pendirian Universitas Trisakti sebagai badan hukum pendidikan
yang dimuat dalam akta Nomor 27, tanggal 29 Agustus 2002,
dibuat dihadapan Notaris Edi Priyono, S.H. di Jakarta yang
permohonan pengesahannya diajukan ke Departemen
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI pada tanggal 30
Agustus 2002 dan diterima pada tanggal 2 September 2002,
karena bukan ienis perkumpulan berbadan hukum dan bukan
pula vavasan. maka permohonan Saudara tidak dapat
diterima.1' :
Bahwa atas dasar Surat dari Departemen Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia tersebut, Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat dalam perkara perdata merek No.
49/MEREK/2002/PN.NIAGA.JKT.PST di Pengadilan Niaga
pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (vide Bukti P-2), dalam
Pertimbangan Hukum dalam putusannya tanggal 16 Januari
2003 yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht
van gewijsde), di halaman 28, alinea ke-5 dan ke-6 (vide Bukti
P-2), telah menguatkan kembali penolakan dari Direktur
Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman
dan Hak Asasi Manusia tersebut perihal status Badan Hukum
Pendidikan Universitas Trisakti, yang selengkapnya berbunyi
sebagai berikut:
"Bahwa sesuai bukti Penggugat bertanda P-23 berupa Surat
Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen
Kehakiman dan HAM No. C.HT.01.10-18, nomor tanggal 8
Oktober 2002, perihal Permohonan pengesahan Akta Pendirian
Universitas Trisakti sebagai badan hukum tidak dapat diterima,
sehingga Universitas Trisakti bukanlah badan hukum:
Bahwa oleh karena Universitas Trisakti bukan merupakan
badan hukum, maka yang dapat digugat adalah perorangan
vang dapat dimintakan pertanggungjawaban baik secara pribadi
maupun dalam kapasitas jabatannya di Universitas Trisakti.":
Berdasarkan uraian di atas, maka sangat jelas bahwa tindakan
TERGUGAT yang mempergunakan merek atas logo Trisakti
yang memiliki persamaan pada pokoknya dan/atau persamaan
pada keseluruhannya yang mana pemakaian tersebut tanpa

Putusan Nomor20/Mcrek/2003/PN.NiagaJkLP$L > 23


Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008
seijin dari PENGGUGAT sebagai pemilik satu-satunya merek
atas logo Trisakti yang sah dan dilindungi oleh negara
merupakan tindakan TERGUGAT dalam kapasitasnya selaku
pribadi karena menurut Statuta Tahun 2001. Pasal 30 avat (5)
(vide Bukti P-3) masa jabatan TERGUGAT selaku Rektor
Universitas Trisakti periode 1998-2002 telah berakhir tanggal 9
September 2002 (vide Bukti P-3, Statuta 2001, c.q. Pasal 30
ayat (5)) dan juga berdasarkan hukum keberadaan Badan
Hukum Pendidikan Universitas Trisakti tidak pernah ada karena
telah ditolak oleh Departemen Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia dan kemudian TERGUGAT juga
telah diberhentikan sebagai Rektor Universitas Trisakti
berdasarkan Surat Keputusan Dewan Pengurus Yayasan
Trisakti tanggal 4 September 2002, No. 310K/YT/SK/IX/2002
(Bukti P-10) oleh PENGGUGAT sebagai badan penyelenggara
Universitas Trisakti berdasarkan Pasal 119 Ayat (1) Peraturan
Pemerintah No. 60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi
(selanjutnya disebut "PP 60/1999") (Bukti P-8) Jo. Pasal 17
Ayat (3) huruf c. Statuta Universitas Trisakti Tahun 2001 (vide
Bukti P-3) yang digunakan sebagai dasar hukum (bukti) oleh
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam
putusan perkara perdata merek tanggal 16 Januari 2003, No.
49/MEREK/2002/PN.NIAGA.JKT.PST vano telah mempunyai
kekuatan hukum tetap (in kracht van oewiisde) Selain itu
PENGGUGAT juga telah membatalkan/mencabut kuasa
kepada TERGUGAT untuk melaksanakan pengelolaan
Universitas Trisakti yakni Surat Kuasa tertanggal 10 September
1998, No. 250AT/S/IX/1998 (Bukti P-9) melalui Surat
Keputusan Dewan Pengurus Yayasan Trisakti No. 310K/YT/SK/
IX/2002, tanggal 4 September 2002 (vide Bukti P-10);
6. Bahwa mengenai kebijakan yang dibuat oleh PENGGUGAT
sebagai badan penyelenggara Universitas Trisakti perihal pem­
berhentian TERGUGAT sebagai Rektor Universitas Trisakti
adalah sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh
. PENGGUGAT berdasarkan Pasal 39 ayat (2) jo. Pasal 119 ayat
(1) PP 60/1999 dan Pasal 17 ayat (1) jo. Pasal 17 ayat (3) huruf
c dan 1 jo. Pasal 30 ayat (1) Statuta 2001 yang berbunyi
sebagai berikut:
t
2A < Himpunan putusan-putusan Imran
Peran pengadilan..., Pengadilan Niaga;Razif,
Bukhari MEREK (5)UI, 2008
FH
Pasal 39 ayat (2) PP 60/1999:
m(2) Rektor universitasfmstitut yang diselenggarakan oleh
masyarakat diangkat dan diberhentikan oleh badan
penyelenggara universitas/institut yang bersangkutan setelah
mendapat pertimbangan senat universitas/institut;
Pasal 119 ayat (1) PP 60/1999:
"(1) Pendirian perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh
masyarakat selain memenuhi ketentuan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Pemerintah ini harus pula memenuhi
persyaratan bahwa penyelenggaraannya berbentuk yayasan
atau badan yang bersifat sosial0;
Pasal 17 Avat (1J Statuta 2001:
"Yayasan adalah penyelenggara pendidikan Universitas
mewakili masyarakat dan pemerintah yang didirikan pada
tanggal 27 Januari 1966, dengan Akta Notaris Eliza Pondaag
Nomor 31, atas prakarsa tokoh masyarakat dan akademisi
serta dorongan dari pemerintah c.q. Departemen Perguruan
Tinggi dan ilmu Pengetahuan Republik Indonesia serta
Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa, oleh Brigadir Jendral
Dokter Sjarief Thajeb, Menteri Perguruan Tinggi dan ilmu
Pengetahuan Republik Indonesia, dan Kapten Laut Kristoforus
Sindhunatha, Sarjana Hukum, Pejabat Kepala Lembaga
Pembinaan Kesatuan Bangsa, berkedudukan di Jakartam ;
Pasal 17 ayat (3) huruf c dan 1 Statuta 2001:
'(3) Yayasan bertugas dan berwenang:
c. Mengangkat dan memberhentikan Rektor atau Pejabat
Rektor setelah mendapat pertimbangan Senat
Universitas;
1. Membatalkan pengangkatan atau memberhentikan
Rektor atau Pejabat Rektor yang terbukti tidak mampu
melaksanakan tugas dan kewajibannya, melanggar
kode etik; tata tertib, disiplin dan peraturan yang
berlaku setelah mendapat pertimbangan Senat
Universitas";

Peran pengadilan...,
Putusan NomorImran Bukhari Razif,
20/Mertk/20Q3/PN. FHJ UI,
Niaga 2008
k t Pst > 25
Pasal 30 ayat (1) Statuta 2001.
"(1) Rektor diangkat dan diberhentikan deh Pengurus,
Yayasan, berdasarkan usulan Senat Universitas, untuk
kemudian dilaporkan kepada menteri";
Pasal 1 angka (7) Statuta 2001:
"(7) Yayasan adalah Yayasan Trisakti;
Bahwa keberadaan PENGGUGAT sebagai badan penyeleng­
gara Universitas Trisakti telah pula dikuatkan dengan Putusan
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat c.q.
dalam pertimbangannya yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap (in kracht van gewijsde) dengan register perkara
No. 49/MEREK/2002/PN.NIAGA.JKT.PST di Pengadilan Niaga
pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, pada halaman 30 alinea
ke-3 dan ke-4 (vide Bukti P-2), yang selengkapnya berbunyi
sebagai berikut:
"Bahwa sesuai ketentuan dalam Statuta Universitas Trisakti
Tahun 2001 (bukti bertanda P-19 = T-2) Yavasan adalah
Penyelenggara Pendidikan Universitas ... dst (vide Pasal 17
ayat 1 Statuta), sedangkan Universitas adalah lembaga
pendidikan... dst (vide Pasal 19 ayat 1 Statuta) dan organisasi
Universitas terdiri atas a. Dewan Penyantun, b. Senat
Universitas, c. Unsur Pimpinan Universitas : Rektor dan
Pembantu Rektor, d .... dst (vide Pasal 20 Statuta);
Bahwa dari ketentuan dalam Statuta di atas didapat fakta
hukum: Yavasan (Penggugat) merupakan penyelenggara
Pendidikan Universitas (Kursif kami = Universitas Trisakti)":
Berdasarkan uraian di atas maka menurut Statuta Tahun 2001
masa jabatan TERGUGAT selaku Rektor Universitas Trisakti
periode 1998-2002 telah berakhir tanggal 9 September 2002
(vide Bukti P-3, Statuta 2001, c.q. Pasal 30 ayat (5)) dan juga
dikeluarkan Surat Keputusan Dewan Pengurus Yayasan
Trisakti tanggal 4 September 2002, No. 310K/YT/SK/IX/2002,
perihal pemberhentian Prof. Dr. Thoby Mutis (TERGUGAT)
sebagai Rektor Universitas Trisakti periode 1998-2002 (vide
Bukti P-10), dengan demikian TERGUGAT tidak mempunyai

2 b < Himpunan putusan-putusan Pengadilan Niaga: MEREK (5)


Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008
nuDungan hukum epapun dengan PENGGUGAT maupun
dengan Universitas Trisakti.
Apalagi keberadaan Badan Hukum Pendidikan Universitas
Trisakti secara hukum telah dinyatakan tidak sah dan dianggap
tidak pemah ada sebagaimana telah diuraikan dalam butir 5
gugatan in i;
Dengan demikian PENGGUGAT sebagai badan penyelenggara
Universitas Trisakti berhak dan berwenang untuk memberhenti­
kan TERGUGAT berdasarkan PP 60/1999 (vide Bukti P-8) dan
Statuta 2001 (vide Bukti P-3) sebagaimana telah diuraikan di
atas;
Bahwa mengenai keberadaan dari TURUT TERGUGAT I dan
TURUT TERGUGAT II dalam gugatan aquo adalah dalam
kapasitas jabatannya, yang mana menurut Putusan Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam perkara
perdata merek tanggal 16 Januari 2003 No. 49/MEREK/2002/
PN.NIAGA.JKT.PST di Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat (vide Bukti P-2) yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) dalam
pertimbangan hukumnya, di halaman 28, alinea ke-6 (vide Bukti
P-2) yang menyatakan sebagai berikut:
Bahwa oleh karena Universitas Trisakti bukan merupakan
badan hukum, maka yang dapat digugat adalah perorangan
vano dapat dimintakan pertanggungjawaban baik secara pribadi
maupun dalam kapasitas jabatannya di Universitas Trisaktr:.
Sehingga dengan demikian berdasarkan uraian Putusan
Pengadilan Niaga di atas, maka TURUT TERGUGAT I dan
TURUT TERGUGAT II bertindak dalam kapasitas jabatannya
dan oleh karena itu merupakan bagian dari Universitas Trisakti
yang merupakan satu kesatuan dengan PENGGUGAT, yang
mana hal ini telah sesuai dengan Putusan Pengadilan Niaga
pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam perkara perdata
merek tanggal 16 Januari 2003 No. 49/MEREK/2002/PN.
NIAGA.JKT.PST di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat (vide Bukti P-2) yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap (in kracht van gewijsde), khususnya di halaman

Peran pengadilan...,
Putusan NomorImran Bukhari Razif, FH UI, 2008
20/Mcrtk/2003/PN.Niaga.JktPsL > 27
30, alinea Ko-3 dan ke-A (vide Bukti P -2 ), yang menyatakan
sebagai b eriku t:
"Bahwa sesuai ketentuan dalam Statuta Universitas Trisakti
Tahun 2001 (bukti bertanda P-19 = T-2) Yavasan (Kursif kami =
Yayasan Trisakti) adalah Penyelenggara Pendidikan
Universitas ...dst (vide Pasal 17 ayat 1 Statuta),sedangkan
Universitas adalah lembaga pendidikan... dst (vide Pasal 19
ayat 1 Statuta) dan organisasi Universitas terdiri atas : a.
Dewan Penyantun b. Senat Universitas, c. Unsur Pimpinan
Universitas: Rektor dan Pembantu Rektor, d. .... dst (vide Pasal
20 Statuta);
"Bahwa dari ketentuan dalam statuta di atas didapat fakta
hukum: Yayasan (Penggugat) merupakan Penyelenggara
Pendidikan Universitas sedangkan Para Tergugat oleh
Penggugat sendiri dalam gugatannya menggugat Para
Tergugat dalam jabatannya masing-masing, maka jelas
Penggugat telah mengakui eksistensi jabatan Para Tergugat,
sehingga dengan demikian berdasarkan statuta tersebut Para
Tergugat adalah bagian dari Organisasi Universitas, sehingga
Penggugat dan Para Tergugat merupakan satu kesatuan dari
Universitas Trisakti maka Para Tergugat bukanlah termasuk
pihak lain sebagaimana dimaksud pasal 3 UU Merek*;
Dimasukkannya Ir. Hendro Yassin, MSc., Ph.D, sebagai
TURUT TERGUGAT l dan Ir. Asri N. I. Adjidarmo, M.S.,
sebagai TURUT TERGUGAT II dalam gugatan aquo selain
demi kelengkapan pihak yang digugat juga dikarenakan TURUT
TERGUGAT II masih saja mempergunakan merek atas logo
Trisakti dengan mengatasnamakan Badan Hukum Pendidikan
Universitas Trisakti yang mana keberadaannya telah ditolak
oleh pemerintah c.q. Departemen Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia c.q. Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum
melalui suratnya tertanggal 8 Oktober 2002, No. C.HT.01.10-18
(vide Bukti P-7) yang juga telah diperkuat dengan Putusan
. Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam
perkara perdata merek tanggal 16 Januari 2003 No.
49/MEREK/2002/PN.NIAGA.JKT.PST di Pengadilan Niaga
pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (vide Bukti P-2), yang

28 < Himpunanputusan-putusan Pengadilan Niaga: MEREK (5)

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


telah- mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van
gewijsde), di halaman 28, alinea ke-5 dan ke-6 (vide Bukti P-2);
Dengan demikian penggunaan dan/atau pemakaian merek atas
logo Trisakti oleh TERGUGAT yang mempunyai persamaan
pada pokoknya dan/atau pada keseluruhannya di dalam Iklan
Pengumuman Iklan Pengumuman tersebut (vide Bukti P-4, P-5
dan P-6), yang salah satu iklan pengumuman tersebut dibuat
dan ditandatangani oleh TERGUGAT dibantu TURUT
TERGUGAT II (vide Bukti P-5) juga mengatasnamakan Badan
Hukum Pendidikan Universitas Trisakti, tanpa seiiin
PENGGUGAT sebagai pemilik merek atas logo Trisakti yang
sah dan dilindungi oleh negara merupakan perbuatan
pelanggaran merek yang jelas-jelas dilakukan oleh TERGUGAT
dalam kapasitas pribadi dan juga harus dipertanggungjawabkan
secara pribadi;
Bahwa adapun kerugian-kerugian material yang nyata-nyata
diderita oleh PENGGUGAT akibat dari perbuatan pelanggaran
merek atas logo Trisakti yang telah dilakukan oleh TERGUGAT
antara lain adalah bahwa PENGGUGAT telah mengeluarkan
biaya-biaya untuk pemuatan iklan pengumuman yang bertujuan
untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa penggunaan
merek atas logo dan merek atas kata Trisakti yang dilakukan
TERGUGAT telah melanggar ketentuan perundang-undangan
tentang Merek No. 15 Tahun 2001. Pemuatan iklan
pengumuman oleh PENGGUGAT yang ditujukan kepada
TERGUGAT dimuat pada surat kabar harian berikut ini.
a. Surat kabar harian Media Indonesia tanggal 22 Pebruari
2003 (Bukti P-11) dengan biaya sebesar Rp 19.958.400,00
(sembilan belas juta sembilan ratus lima puluh delapan ribu
empat ratus Rupiah) (Bukti P-12) dan;
b. Surat kabar harian Kompas tanggal 25 Pebruari 2003
(Bukti P-13) dengan biaya sebesar Rp. 32.076.000,00 (tiga
puluh dua juta tujuh puluh enam ribu Rupiah) (Bukti P-14);
atau total berjumlah Rp 52.034.400, (lima puluh dua juta tiga
puluh empat ribu empat ratus Rupiah);

Putusan Nomor 20/Mcnck/2003/PN.NIaga.JktPst > 29


Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008
Bahwa akibat dari perbuatan TERGUGAT yang telah
menimbulkan kerugian secara material kepada PENGGUGAT
sebagaimana tersebut di atas, maka PENGGUGAT mohon
kepada Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat yang memeriksa dan mengadili perkara
> aquo agar menghukum TERGUGAT untuk, efektif dihitung 7
(tujuh) hari setelah putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat ini dibacakan:
a. Membuat pernyataan maaf (public apology) dengan iklan
ukuran minimal 1/4 (satu per empat) halaman pada 3 (tiga)
media massa terkemuka di Jakarta, yaitu Harian Kompas,
Media Indonesia dan Sinar Harapan yang bentuk dan
isinya disetujui oieh PENGGUGAT dan ;
b. Mengajukan surat permohonan maaf secara tertulis
langsung ditujukan kepada PENGGUGAT;
9. Bahwa secara immaterial PENGGUGAT juga menderita
kerugian akibat beredarnya iklan-iklan pengumuman
TERGUGAT (Vide Bukti P-4, P-5 dan P-6) yang menggunakan
merek atas logo TRISAKTI tanpa seijin PENGGUGAT, yang
telah mendiskreditkan nama baik dan reputasi serta
merongrong kewibawaan PENGGUGAT dimata masyarakat
luas. Dan jumlah kerugian immateriil sesuar dengan
Yurisprudensi MARI yang adalah menurut kepatutan dan
kewajaran, sudah selayaknya apabila TERGUGAT dihukum
untuk membayar ganti rugi kepada PENGGUGAT sebesar Rp.
520.344.000,00 (lima ratus dua puluh juta tiga ratus empat
puluh empat ribu Rupiah) atas dasar 10x (sepuluh kali) biaya
iklan pengumuman PENGGUGAT pada Harian Media Indonesia
tanggal 22 Pebruari 2003 (vide Bukti P-12) dan pada Harian
Kompas tanggal 25 Pebruari 2003 (vide Bukti P-14);
10. Bahwa apabila nantinya TERGUGAT terlambat untuk
melaksanakan isi putusan ini (membayar uang ganti kerugian
materil dan/atau immaterial beserta segala bunga-bunganya),
maka PENGGUGAT mohon agar TERGUGAT dihukum untuk
membayar uang paksa ('cfwangsomj sebesar Rp 10.000.000,-
(sepuluh juta Rupiah) untuk setiap hari keterlambatan
melaksanakan isi putusan ini, efektif dihitung 7 (tujuh) hari sejak
Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008
30 < Himpunan putusan-putusan Pengadilan Niaga: MEREK (5)
putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat dibacakan sampai dengan putusan ini dilaksanakan;
DALAM PROVISI
11. Bahwa untuk mencegah kerugian PENGGUGAT lebih lanjut
(lebih besar) maka kami mohon kepada Majelis Hakim
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
(dalam provisi) yang memeriksa dan mengadili perkara aquo
agar memerintahkan TERGUGAT untuk menghentikan semua
perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek atas logo
dan merek atas kata TRISAKTI tanpa hak, baik melalui iklan di
media massa dan/atau perdagangan barang atau jasa yang
menggunakan merek atas logo TRISAKTI tanpa seijin
PENGGUGAT sebagai pemilik merek atas logo TRISAKTI yang
sah dan dilindungi oleh hukum, yang mana hal ini telah sesuai
dengan ketentuan Pasal 78 ayat (1) jo Pasal 76 UU M e re k ;
Adapun Pasal 78 ayat 1 UU Merek berbunyi sebagai berikut:
"(1) Selama masih dalam pemeriksaan dan untuk mencegah
kerugian vano lebih besar, atas permohonan pemilik merek
atau penerima Lisensi selaku Penggugat, hakim dapat
memerintahkan tergugat untuk menghentikan produksi,
peredaran, dan/atau perdagangan barang atau jasa yang
menggunakan merek tersebut secara tanpa hak";
12. Bahwa apabila nantinya TERGUGAT tertambat untuk
melaksanakan isi putusan provisi ini, maka PENGGUGAT
mohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang memeriksa dan
mengadili perkara aquo agar menghukum TERGUGAT untuk
membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp 10.000.000,-
(sepuluh juta Rupiah) untuk setiap hari keterlambatan
melaksanakan isi putusan provisi ini, efektif dihitung 7 (tujuh)
hari sejak putusan provisi ini dibacakan sampai dengan
dilaksanakan;
13. Bahwa PENGGUGAT khawatir dan terdapat kecurigaan yang
beralasan kalau TERGUGAT akan berusaha menghindar dari
kewajibannya untuk membayar uang ganti kerugian tersebut
apabila Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008
Negeri Jakarta Pusat m e m fo to untuk menghukum
TERGUGAT membayar ganti kerugian karena telah melakukan
pelanggaran terhadap merek atas logo TRISAKTI, oleh
karenanya PENGGUGAT mohon kepada Majelis Hakim
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang
memeriksa dan memutus perkara aquo untuk meletakkan sita
jaminan (conservatoir beslag) atas harta kekayaan TERGUGAT
yaitu tanah dan bangunan berikut segala isinya yang terletak di
Jl. Kecubung V No. 10, Duren Sawit, Jakarta 13440, milik
TERGUGAT;
14. Bahwa mengingat gugatan PENGGUGAT didukung oleh bukti-
bukti otentik (sempurna) dan yang tidak terbantahkan
kebenarannya serta dengan alasan yang sangat mendesak,
maka PENGGUGAT mohon kepada Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat agar menyatakan putusan
dalam perkara ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu
(uitvoerbaar bijvoorraad) meskipun ada kasasi, bantahan atau
perlawanan;
Berdasarkan hal-hal, dalil-dalil, bukti-bukti dan fakta-fakta hukum
yang dikemukakan tersebut di atas, maka PENGGUGAT dengan ini
mohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat yang memeriksa dan memutus perkara aquo
untuk menjatuhkan putusan sebagai berikut.
DALAM PROVISI:
1. Memerintahkan TERGUGAT untuk menghentikan semua
perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek atas logo
TRISAKTI, baik melalui iklan di mass media dan/atau
perdagangan barang atau jasa yang menggunakan merek atas
logo TRISAKTI, tanpa seijin PENGGUGAT sebagai pemilik
merek atas logo TRISAKTI yang sah dan dilindungi oleh hukum;
2. Menghukum TERGUGAT untuk membayar uang paksa
(dwangsom) sebesar Rp 10.000.000,- (sepuluh juta Rupiah) per
hari untuk setiap hari keterlambatan melaksanakan isi putusan
provisi Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
ini, efektif dihitung 7 hari setelah putusan provisi Pengadilan
Niaga ini dibacakan;

32 < Himpunan putusan-putusan Pengadilan Niaga : MEREK (5)

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


DALAM POKOK PERKARA ;

1. Menerima dan mengabulkan gugatan PENGGUGAT untuk


keseluruhan;
2. Menyatakan TERGUGAT telah melakukan pelanggaran
terhadap merek atas logo TRISAKTI milik P E N G G U G A T;
3. Menghukum TERGUGAT untuk membuat pernyataan maaf
(public apology) dengan iklan ukuran minimal % (satu per
empat) halaman pada 3 (tiga) mass media terkemuka di
Jakarta, yaitu Harian Kompas, Media Indonesia dan Sinar
Harapan, yang bentuk dan isinya disetujui oleh PENGGUGAT,
dan mengajukan permohonan maaf secara tertulis langsung
ditujukan kepada PENGGUGAT, efektif dihitung 7 (tujuh) hari
setelah putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat ini dibacakan;
4. Menghukum TERGUGAT untuk membayar ganti kerugian
material sebesar Rp 52.034.400,- (lima puluh dua juta tiga
puluh empat ribu empat ratus Rupiah dan immateriil sebesar Rp
520.344.000,00 (lima ratus dua puluh juta tiga ratus empat
puluh empat ribu Rupiah), atau total sebesar Rp
572.378.400,00 (lima ratus tujuh puluh dua juta tiga ratus tujuh
puluh delapan ribu empat ratus Rupiah) secara tunai dan
sekaligus dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah putusan
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat ini
dibacakan;
5. Menghukum TERGUGAT untuk membayar uang paksa
(dwangsom) sebesar Rp 10.000.000,- (sepuluh juta Rupiah) per
hari untuk setiap hari keterlambatan melaksanakan putusan
Pengadilan Niaga ini, efektif dihitung 7 (tujuh) hari setelah
putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat ini dibacakan;
6. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan (conservatoir
beslag) atas harta kekayaan milik TERGUGAT yaitu tanah dan
bangunan berikut segala isinya yang terletak di Jl. Kecubung V
No. 10, Duren Sawit, Jakarta 13440, milik TERG UG AT;

Putusan Nomor 20/Mertk/2003/PN. Niaga. JktPst > 33


Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008
7. Menghukum PARA TURUT TERGUGAT untuk tunduk dan
patuh pada putusan ini ;
8. Menghukum TERGUGAT untuk membayar biaya perkara ;
9. Menyatakan putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu
(uitvoerbaar bijvoorraad) walaupun ada bantahan, perlawanan
atau kasasi ;
Atau apabila Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat yang memeriksa dan memutus perkara aquo
berpendapat lain, kami mohon putusan yang seadil-adilnya (ex
aequo et bono) ;
Menimbang, bahwa pada hari sidang yang telah ditetapkan,
Penggugat datang menghadap diwakili kuasanya bernama Fran. N.
Lakaseru, SH., dan Michael Andy D, SH., berdasarkan Surat Kuasa
Khusus tertanggal 18 Maret 2003, sedangkan Para Tergugat datang
menghadap kuasanya Burhannudin Daulay, SH., dan Awaludin
Sinaga, SH., berdasarkan surat kuasa khusus masing-masing
tertanggal 08 April 2003 ;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah berusaha menyarankan
supaya Penggugat damai dengan Tergugat tetapi tidak berhasil,
kemudian dibacakan surat gugatan dan setelah pembacaan mana
penggugat menyatakan tetap pada gugatannya ;
Menimbang, bahwa atas gugatan tersebut tergugat telah
mengajukan jawaban tertanggal 17 April 2003 yang isinya sebagai
berikut:
Status Hukum Universitas Trisakti Dan Hubunaannva denoan
Y iw a n T rtw M .
Bahwa dilihat dari sejarah dan kenyataan keberadaannya yang
dapat dibaca dari dokumen-dokumen yang tersedia, UNIVERSITAS
TRISAKTI bukan merupakan suatu Perguruan Tinggi Swasta (PTS)
sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor
60 Tahun 1999. Karena menurut Peraturan Pemerintah tersebut,
Perguruan Tinggi Swasta adalah suatu Perguruan Tinggi yang
didirikan dan diselenggarakan oleh masyarakat dalam bentuk
Yayasan atau badan yang bersifat sosial, yang juga didirikan oleh
masyarakat (Vide Pasal 119 ayat (1). Dalam hal ini maka seluruh

34 < Himpunan putusan-putusan Pengadilan Niaga-: MEREK (5)


Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008
biaya penyelenggaraannya menjadi tanggung jawab dan wajib
disediakan oleh Yayasan atau badan yang bersifat sosial tersebut
(Pasal 114,116 dan 117);
Bahwa UNIVERSITAS TRISAKTI bukan pula merupakan suatu
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sebagaimana yang dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahuji 1999, karena meskipun
dibuka oleh Pemerintah, dalam penyelenggaraannya UNIVERSITAS
TRISAKTI tidak dibiayai dari dana yang berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);
Bahwa UNIVERSITAS TRISAKTI adalah Universitas yang berstatus
hukum KHAS, karena UNIVERSITAS TRISAKTI dibuka oleh
Pemerintah (DEPARTEMEN PERGURUAN TINGGI DAN ILMU
PENGETAHUAN), sedangkan YAYASAN TRiSAKTI yang
melakukan pembinaan non-akademik di luar pengelolaan keuangan,
didirikan kemudian setelah adanya Universitas Trisakti, atas
prakarsa dan dorongan serta bantuan Pemerintah (DEPARTEMEN
PERGURUAN TINGGI DAN ILMU PENGETAHUAN, DAN
LEMBAGA PEMBINAAN KESATUAN BANGSA YANG DITUNJUK
OLEH MENTERI KOORDINATOR HUBUNGAN DENGAN RAKYAT/
KETUA PEMBINA JIWA REVOLUSI), bukan oleh masyarakat
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
1999. Sehingga dalam status hukumnya yang khas tersebut tidak
serta merta tunduk sepenuhnya kepada Peraturan Pemerintah
dimaksud;
Bahwa BADAN HUKUM PENDIDIKAN UNIVERSITAS TRISAKTI
sebagaimana dimuat dalam akta nomor 27 tanggal J29 Agustus
2002, yang dibuat dihadapan notaris Edi Priyono, SH dan Berita
Negara Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2002 (Tambahan
Berita Negara RI tanggal 24 September 2002 Nomor 77) adalah
merupakan LEMBAGA OTONOM yang berbentuk perkumpulan
sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 1653 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata Indonesia yang berfungsi merencanakan,
menyelenggarakan dan mengembangkan UNIVERSITAS
TRISAKTI, sebagai milik publik (public goods) dalam kesetaraan
dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang telah Bertadan
Hukum;

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Putusan Nomor20/Merek/2003/PN.Nlaga.JktPsl > 35
Bahwa selanjutnya dalam pasal 1654 Burgerlijk Wetboek (BW)
menyatakan bahwa :
“AJIe wetiig bestaande zedeiijke ligchamen zijn, evenals particulière
personen, bevoegd tot het aangaan van burgeriijke handelingen,
behoudens de openbare verordeningen, waarbij de bevoegdheid
mogt zijn gewijzigd, berperkt of aan zekere formaliteiten
onderworpen* ;
yang diterjemahkan oleh Prof R. Subekti, SH dan Prof. R.
Tjitrosudibio sebagai berikut :
"Semua perkumpulan yang sah adalah, seperti halnya dengan
orang-orang preman, berkuasa melakukan tindakan-tindakan
perdata, dengan tidak mengurangi peraturan-peraturan umum,
dalam mana kekuasaan itu telah diubah, dibatasi atau ditundukkan
pada acara-acara tertentu*;
Maka berdasarkan ketentuan tersebut di atas, Universitas Trisakti
sebagai badan hukum yang sah haruslah dianggap sebagai subjek
hukum yang sama hak dan kewajibannya sebagaimana subjek
hukum lainnya :
Bahwa UNIVERSITAS TRISAKTI dibuka oleh MENTERI
PERGURUAN TINGGI DAN ILMU PENGETAHUAN pada tanggal
dua puluh sembilan Nopember seribu sembilan ratus enam puluh
lima (29-11-1965), dengan Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan
Ilmu Pengetahuan Republik Indonesia, Brigjen TNI dr. Sjarif Thajeb,
nomor 014/dar tahun 1965 tanggal 19 Oktober 1965. bukan didirikan
oleh YAYASAN TRISAKTI :
Bahwa YAYASAN TRISAKTI didirikan atas prakarsa (inisiatip) dan
dorongan serta bantuan DEPARTEMEN PERGURUAN TINGGI
DAN ILMU PENGETAHUAN serta LEMBAGA PEMBINAAN
KESÂTUAN BANGSA, yang mana dalam pendirian Yayasan ini
masing-masing diwakilkan oleh seorang yang ditunjuk oleh Menteri
Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan serta Menteri Koordinator
Hubungan Dengan Rakyat/Ketua Panitia Pembina Jiwa Revolusi,
yaitu Tuan Brigjen TNI dr. Sjarif Tajeb selaku Menteri Perguruan
Tinggi dan Ilmu Pengetahuan, dan Tuan Kapten Laut Kristoforus
Sindhunatha, SH selaku Pejabat Kepala Lembaga Pembinaan
Kesatuan Bangsa, sebagaimana ternyata dalam akta nomor 31

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


36 < Himpunan putusan-putusan Pengadilan Niaga: MEREK (5)
tanggal 27 Januari 1966 yang dibuat dihadapan Eliza Pondaag,
Notaris di Jakarta. Karena dalam pendirian Yayasan Trisakti tidak
dilakukan oleh orang-perorangan atau pribadi-pribadi selaku
anggota masyarakat seperti itu, tetapi dilakukan oleh Lembaga
Pemerintah, maka YAYASAN TRISAKTI merupakan yayasan milik
publik (PUBLIC FOUNDATION). YAYASAN TRISAKTI, bukan milik
perorangan (PRIVATE FOUNDATION) sebagaimana Badan
Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta pada umumnya, yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 60 Tahun 1999;
Bahwa dengan demikian jelas STATUS HUKUM UNIVERSITAS
TRISAKTI bukan milik YAYASAN TR ISA K TI;
YAYASAN TRISAKTI yang didirikan oleh Pemerintah pada tanggal
27 Januari 1966 setelah UNIVERSITAS TRISAKTI dibuka pada
tanggal 29 Nopember 1965 dimaksudkan untuk melengkapi
organisasi UNIVERSITAS TRISAKTI, meskipun dalam peraturan
dasar yang mengatur sebagaimana dimuat dalam akta notaris Eliza
Pondaag tersebut tidak menunjukkan/mencantumkan adanya
hubungan antara UNIVERSITAS TRISAKTI dengan YAYASAN
TRISAKTI;
Bahwa walaupun status hukumnya seperti itu, dalam praktek (D E
FACTO) terdapat hubungan antara UNIVERSITAS TRISAKTI
dengan YAYASAN TRISAKTI, tetapi hal ini berlangsung hanya atas
dasar saling pengertian di antara Pimpinan Universitas, para Dekan
dan Pengurus Yayasan demi kemajuan UNIVERSITAS TR IS A K T I;
Bahwa hubungan antara Yayasan Trisakti dengan Universitas
Trisakti tidak diatur dalam suatu peraturan atau keputus'an Pejabat
Pemerintah, diakui dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tanggal 31 Desember 1979 No. 0281/U /1979;
Pada awalnya, YAYASAN TRISAKTI melakukan pembinaan di
bidang non-akademik dan pengelolaan keuangan UNIVERSITAS
TRISAKTI. Sedang Pengelolaan di bidang akademik dilakukan oleh
Pimpinan Universitas dan para Dekan Fakultas. Sehingga
penerimaan uang pendidikan (kuliah) dari mahasiswa yang
dihimpun oleh Fakultas-fakultas disampaikan seluruhnya kepada
YAYASAN TRISAKTI melalui Pimpinan Universitas, sebagai biaya
penyelenggaraan universitas;

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


P n fiiu n l / m » i n i v . r . L n n n i m , ------
Namun ternyata, pada tahun 1978, dana yang berasal dari Fakultas-
fakultas, yang dikelola oleh YAYASAN TRISAKTI, oleh Ketua
Yayasan (pada saat itu), Drs. Feny Sonneville, dinyatakan habis
dan karenanya Ketua Yayasan meminta para Dekan untuk berusaha
sendiri membiayai penyelenggaraan Fakultasnya masing-masing.
Dengan demikian atas keputusan bersama tugas pengelolaan
keuangan tidak lagi dilakukan oleh YAYASAN TRISAKTI, dan
selanjutnya menjadi kewenangan dan dilaksanakan oleh para
Dekan Fakultas;
Atas kenyataan seperti itu, maka tugas YAYASAN TRISAKTI
menjadi terbatas pada pembinaan di bidang non-akademik di luar
bidang keuangan. Sedang tugas pengelolaan bidang keuangan
yang sebelumnya menjadi tugas YAYASAN TRISAKTI dilakukan
sendiri oleh para Dekan Fakultas;
Pada waktu Prof. Dr. Ir. P.K. Haryasudirdja menjabat sebagai Rektor
Universitas Trisakti (periode jabatan tahun 1978 s/d 1986) dan Prof.
Boedi Harsono sebagai Pembantu Rektor II, atas dasar
kesepakatan bersama antara pihak Rektorat dan para Dekan
Fakultas diputuskan mengalihkan tugas pengelolaan bidang
keuangan dari para Dekan Fakultas menjadi terpusat pada Rektorat,
yang dikelola berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Universitas. Keputusan tersebut mendapat dukungan Pengurus
Yayasan, yang pada waktu itu Ketuanya dijabat oleh Sdr. Julius
Tahya, hal itu berlangsung hingga sekarang, sebagaimana tertuang
dalam Statuta 2001 dan 2001 R ;
Bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan nomor 0281/U/1979 tanggal 31 Desember 1979
tentang PENYERAHAN PEMBINAAN DAN PENGELOLAAN
UNIVERSITAS TRISAKTI KEPADA YAYASAN TRISAKTI, secara
yuridis UNIVERSITAS TRISAKTI beserta seluruh harta benda
bergerak maupun tak bergerak milik Yayasan Pendidikan dan
Kebudayaan BAPERKI dan semua harta benda bergerak maupun
tidak bergerak milik Universitas Trisakti telah diserahkan kepada
YAYASAN TRISAKTI secara sepihak oleh Dr. Daoed Joesoef,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Penyerahan seperti itu tentunya tidak jelas dan tidak dapat
dilaksanakan, karena harta benda bergerak maupun tidak bergerak

38 < Peran
Himpunan putusan-putusanImran
pengadilan..., Pengadilan Niaga:Razif,
Bukhari MEREKFH(5) UI, 2008
sebagaimana disebutkan dalam kepulusan dimaksud tidak jeia6
yang mana dan milik siapa. Lebih-lebih harta tidak bergerak, yang
berupa tanah yang dipakai untuk mendirikan bangunan Kampus
Universitas Trisakti di Jalan Kyai Tapa nomor 1 Jakarta Barat pada
waktu dikeluarkan keputusan tersebut berada dalam penguasaan
Pemerintah Republik Indonesia, dalam hal ini Departemen
Keuangan(hingga sekarang). Akibatnya, Keputusan nomor 0281/U/
1979 tanggal 31 Desember 1979, yang dikeluarkan oleh Dr. Daoed
Joesoef selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut
menjadi bercacat hukum, karena tidak mendapat persetujuan
otoritas pemerintah yang berwenang c.q. Menteri Keuangan
Republik Indonesia, sehingga penyerahannya batal demi hukum.
Selain itu Surat Keputusan tersebut kenyataannya tidak pernah
dilaksanakan dalam waktu yang ditetapkan;
Sehingga di dalam prakteknya baik secara de facto maupun de jure
kewenangan YAYASAN TRISAKTI tetap terbatas pada pembinaan
di bidang non-akademik hingga saat sekarang. Sedang penyeleng­
garaan universitas, baik dalam pengelolaan bidang akademik
maupun keuangan dilakukan oleh PIMPINAN U N IVER S ITA S T R I­
SAKTI bersama-sama dengan SENAT U NIVERSITAS TRISAKTI.
Dengan dana penyelenggaraannya seluruhnya bersumber dari SPP
(Sumbangan Penyelenggaraan Pembangunan) dan BPP (Biaya
Penyelenggaraan Pendidikan) yang berasal dari Mahasiswa
Universitas Trisakti;
Tidak ada partisipasi dana (financial) dari pihak YAYASAN
TRISAKTI dalam bidang penyelenggaraan;
Praktek penyelenggaraan UNIVERSITAS TRISAKTI seperti itu juga
ternyata diatur dalam STATUTA UNIVERSITAS TRISAKTI TAH UN
2001 pada Pasal 10 ayat (1) dan Pasal 11 ayat (1), serta STATUTA
UNIVERSITAS TRISAKTI TAHUN 2001/R pada Pasal 13 ayat (1)
dan Pasal 14 ayat (1), yang antara lain menyebutkan "Universitas
diselenggarakan secara bersama sebagai suatu kesatuan oleh
Yavasan sebagai pembina dan Pimpinan Universitas beserta Senat
Universitas sebagai pengelola" Dan "Pembinaan dilaksanakan oleh
Pengurus Yayasan dalam penetapan kebijakan dasar
penyelenggaraan pendidikan";

Peran pengadilan...,
Putusan NomorImran Bukhari Razif, FH UI, 2008
20/Merek/2003/PN.Nlagam£
Dengan demikian adalah tidak benar dan bertentangan dengan
dokumen-dokumen resmi vang ada di UNIVERSITAS TRISAKTI
bahwa YAYASAN TRISAKTI adalah pemilik, pengelola, pembina
dan penanggung jawab UNIVERSITAS TRISAKTI, sebagaimana
layaknya Yayasan yang didirikan oleh masyarakat yang menyeleng­
garakan PTS (Perguruan Tinggi Swasta) menurut PP 60/1999;
Bahwa mengingat status hukum Universitas Trisakti yang khas
sebagaimana tersebut diatas, dengan tidak mengurangi status
Yayasan Trisakti sebagai pembina Universitas Trisakti, Senat
Universitas Trisakti sebagai badan normatif tertinggi Universitas
berdasarkan ketentuan pasal 41 ayat (7) Peraturan Pemerintah No.
60/1999 merevisi Statuta Universitas Trisakti tahun 2001 menjadi
Statuta Universitas Trisakti tahun 2001 Revisi. Ketentuan pasal 41
tersebut menyatakan: "Jabaran Statuta Universitas/Institut kedalam
rincian tugas unit dan uraian jabatan disemua jenjang struktur
organisasi universitas/institut ditetapkan oleh Senat Universitas/
Institut” Statuta 2001/R merupakan suatu revisi yang dimaksudkan
sebagai pedoman dasar dalam penyelenggaraan Universitas
Trisakti mengenai hal-hal yang bersifat intem Universitas, dengan
Yayasan Trisakti tetap sebagai pembina;
Jetas untuk itu tidak diperlukan persetujuan Yayasan. Ini sesuai
dengan ketentuan Pasal 22 ayat (2) Undang-Undang 2/1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan: "Perguruan Tinggi
memiliki otonomi dalam pengelolaan lembaganya sebagai pusat
penyelenggaraan pendidikan tinggi dan penelitian ilmiah.";
Bahwa mengingat KAMPUS UNIVERSITAS TRISAKTI telah
ditetapkan oleh masyarakat sebagai KAMPUS REFORMASI, maka
dalam menyikapi:
a. Dinamika Internasional dan proses globalisasi yang terus
berlangsung yang telah menimbulkan persaingan yang
semakin tajam dalam dunia pendidikan tinggi, sehingga
perlu membangun kelembagaan dalam lingkup Universitas
Trisakti yang dapat meningkatkan mutu dan daya saing
Universitas Trisakti;
b. Hasil studi banding melalui benchmarking dengan
universitas-universitas di luar negeri, di mana untuk
meningkatkan mutu dan daya saing diperlukan lembaga

Peran putusan-putusan
40 < Himpunan pengadilan...,Pengadilan
Imran Bukhari Razif,(5)
Niaga: MEREK FH UI, 2008
yang otonom dalam merencanakan, menyelenggarakan
dan mengembangkan universitas;
C. Perjuangan terwujudnya kesetaraan antara Perguruan
Tinggi Swasta (PTS) dan Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
tanpa dikotomi dalam sistem pendidikan nasional, sejalan
dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 61
Tahun 1999, serta dalam mengisi kekosongan hukum yang
mengatur Badan Hukum Pendidikan secara khusus;
Maka SENAT UNIVERSITAS TRISAKTI menganggap perlu
menetapkan UNIVERSITAS TRISAKTI menjadi LEMBAGA
OTONOM yang berbentuk perhimpunan (perkumpulan) dengan
nama BADAN HUKUM PENDIDIKAN UNIVERSITAS TRISAKTI
berdasarkan ketentuan Pasal 1653 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata Indonesia;
Sejalan dengan itu untuk memenuhi aspek hukumnya (legal aspect)
maka berdasarkan Keputusan Senat Universitas Trisakti nomor
001/S/KBH/USAKTIA/II/2002 tanggal 3 Juli 2002 serta persetujuan
dan dukungan Departemen Pendidikan Nasional - sebagai lembaaa
vano membuka Universitas Trisakti dan mendirikan Yavasan
Trisakti. serta sebaoai lembaoa vang berwenang dan bertanoouno
iawab dalam pendidikan nasional - agar UNIVERSITAS TRISAKTI
dapat dijadikan salah satu model Perguruan Tinggi di Indonesia,
sebagaimana ternyata dalam suratnya Direktur Jenderal nomor
1795/D/T/2002 tanggal 26 Agustus 2002, didirikanlah Badan Hukum
Pendidikan UNIVERSITAS TRISAKTI, sebagaimana dimuat dalam
akta nomor 27 tanggal 29 Agustus 2002 yang dibuat dihadapan Edi
Priyono, SH, Notaris di Jakarta. Selanjutnya akta tersebut telah
didaftarkan di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada tanggal
2 September 2002 dengan nomor 146/2002, dan telah diterbitkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2002 dan
diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal 24
September 2002 Nomor 77;
Bahwa dalam pembentukan Badan Hukum Pendidikan tersebut
tidak ada pemikiran dari Universitas Trisakti untuk meninggalkan
Yayasan Trisakti sebagaimana yang dibentuk dengan akta notaris
Eliza Pondaag tanggal 27 Januari 1966 nomor 3 1 ;

Putusan Nomor 20/M enk/2003/PN.NIagaJklPst * 41


Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008
Maka bentuk Lembaga Otonom yang bernama BADAN HUKUM
PENDIDIKAN UNIVERSITAS TRISAKT1, tetap menempatkan
YAYASAN TRiSAKTl selaku pembina sebagaimana tertuang dalam
Statuta 2001 dan 2001/R bersama unsur-unsur masyarakat kampus
dan civitas akademika, serta masyarakat umum dalam Majelis Wali
Amanat (Board of Trustees/Chancellorship), sebagaimana secara
rinci diatur dalam anggaran dasar Badan Hukum Pendidikan
tersebut. Ketentuan tersebut jelas memberikan gambaran yang
sesungguhnya atas keberadaan UNIVERSITAS TRISAKTI sebagai
milik publik (public goods), dan bukan milik Yavasan atau orano-
perorangan:
Bahwa untuk mempertegas legalitas Universitas Trisakti sebagai
suatu Badan Hukum Pendidikan dan memberikan pengamanan
dalam penggunaan atas LAMBANG UNIVERSITAS TRISAKTI -
vang berupa sebuah trisula vang melambangkan Tridharma
Perguruan Tinggi, berdiri di atas akar vano melambangkan asas
Pancasila - oleh pihak lain yang tidak memiliki hak, maka pada awal
tahun 1966 Universitas Trisakti, yang saat itu dipimpin oleh
Presidium Universitas Trisakti, telah mengadakan sayembara untuk
membuat lambang/logo Universitas Trisakti;
Bahwa ternyata dari seluruh peserta yang masuk sayembara tidak
satu pesertapun yang dianggap cocok untuk menjadi lambang/logo
Universitas Trisakti, sehingga selanjutnya Universitas Trisakti
berinisiatif sendiri untuk menyempurnakan salah satu logo/lambang
yang masuk dan terciptalah logo/tambang Universitas Trisakti yang
sampai saat ini dikenal luas oleh masyarakat dan telah digunakan
seluruh civitas akademika Universitas Trisakti sampai saat ini;
Bahwa kemudian hak cipta atas logo/tambang tersebut telah
didaftarkan berdasarkan Sertifikat Pendaftaran Ciptaan yang
dikeluarkan oleh Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia tertanggal 31 Oktober 2002, UNIVERSITAS
TRISAKTI telah mendapatkan perlindungan hukum sebagai
Pencipta dan Pemegang hak Cipta Seni Logo/Lambang Universitas
selama 50 (lima puluh) tahun, sejak pertama kali diumumkan Tahun
1966, di Jakarta, terdaftar pada Direktorat Hak Cipta, Desain
Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang,

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, dengan nomor dan
tanggal pendaftaran: 022912,23 Oktober 2002;
Bahwa berdasarkan apa yang diuraikan diatas maka pemilik atas
logo/lambang Universitas Trisakti adalah Universitas Trisakti;
DALAM EKSEPSI.
1. Bahwa gugatan yang diajukan oleh Penggugat melalui K.
Sindhunatha selaku Ketua dan Ir. M.A. Warga Dalem, MSc
selaku Sekretaris Yayasan Trisakti haruslah dinyatakan tidak
dapat diterima, karena, K. Sindhunatha dan Ir. M.A. Warga
Dalem, M.Sc tidak berwenang bertindak untuk atas nama atau
mewakili Penggugat, Yayasan Trisakti, dengan alasan, Bahwa
K. Sindhunatha, SH dan Ir. M.A. Warga Dalem MSc dalam
perkara aquo mengaku selaku Ketua dan Sekretaris Yayasan
Trisakti, namun dalam kesempatan lain, dalam perkara perdata
No. 411/Pdt.G/2002/PN.Jkt Bar K. Sindhunatha, SH dan Ir. M.A.
Warga Dalem MSc masing-masing mengaku sebagai Ketua
Umum dan Sekretaris Umum Universitas Trisakti, sehingga
tidak jelas apa sebenarnya jabatan K. Sindhunatha, SH dan lr.
M.A. Warga Dalam MSc dalam Yayasan Trisakti dan untuk itu
Tergugat dan Para Turut Tergugat mohon akta;
Bahwa selain itu karena Peraturan Dasar yang digunakan oleh
Penggugat yakni Akte Pernyataan Keputusan Musyawarah
Yayasan Trisakti No. 152, tertanggal 31 Januari 1991, yang
dibuat oleh Achmad Abid, SH selaku Notaris Pengganti dari
Sutjipto, SH Notaris di Jakarta adalah cacat juridis dan
karenanya tidak sah menurut hukum, dimana akta tersebut
diduga dibuat berdasarkan keterangan palsu atau setidak-
tidaknya diragukan kebenarannya. Hal ini terlihat dari hasil rapat
Pimpinan Yayasan yang diadakan pada hari Sabtu tanggal 16
Januari 1980, baru dibuatkan aktanya pada tahun 1991, dilain
hal sebagaimana disebutkan bahwa musyawarah pimpinan
Yayasan dilakukan pada hari Sabtu tanggal 16 Januari 1980
adälah tidak benar atau setidak-tidaknya diragukan
kebenarannya, karena tanggal 16 Januari 1960 bukanlah jatuh
pada hari Sabtu, melainkan jatuh pada hari Rabu, serta akta
pendirian Yayasan yang dimaksud tidak pemah disahkan oleh
Menterr Kehakiman dan juga Keputusan Musyawarah Pimpinan
Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008
Yayasan Trisakti tidak pernah mendapat pengesahan dan
Menteri Pendidikan Nasional atau Menteri Pendidikan dan
kebudayaan sebagaimana yang diwajibkan oleh pasal 18 ayat
(1) akta Pendirian Yayasan Trisakti No. 31 tertanggal 27 Januari
1966 serta tidak pemah didaftarkan pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat;
Bahwa berdasarkan fakta tersebut di atas maka kepengurusan
Yayasan Trisakti yang dibentuk berdasarkan akta No. 152 tahun
1991 adalah tidak sah, dan karenanya Penggugat yang diwakili
oleh K. Sindhunatha (yang menyatakan dirinya Ketua) dan Ir.
M.A. Warga Dalem, MSc (yang menyatakan dirinya Sekretaris)
adafah tidak sah;
2. Bahwa dalil Penggugat yang menyatakan bahwa status Badan
Hukum Pendidikan Universitas Trisakti telah ditolak oleh
Departemen Kehakiman dan Ham dan diperkuat oleh
pertimbangan hukum dalam perkara merek No. 49/MEREK/
2003/PN.NIAGA.Jkt.Pst adalah prematur dan karenanya harus
ditolak dengan alasan:
a) Bahwa penolakan Departemen Kehakiman dan Ham
adalah karena Badan Hukum Pendidikan Universitas
Trisakti tidak perlu didaftarkan sebagaimana perkumpulan
hukum pada umumnya;
b) Bahwa pertimbangan hukum dalam perkara perdata adalah
tidak dapat mengikat siapapun, karena hal tersebut
bukanlah merupakan satu putusan ;
c) Bahwa tentang penentuan status Badan Hukum Pendidikan
Universitas Trisakti bukanlah kewenangan Pengadilan
Niaga/Merek akan tetapi merupakan kewenangan dari
Pengadilan Negeri;
d) Bahwa tentang keabsahan Badan Hukum Pendidikan
Universitas Trisakti saat ini masih dalam pemeriksaan
Pengadilan Negeri Jakarta Barat dalam perkara No.
411/PdtG/2002/PN.Jkt-Bar;
3. Bahwa gugatan Penggugat kurang pihak, karena dalam
gugatannya Penggugat tidak mengikutkan Badan Hukum
Pendidikan Trisakti sebagai pihak dalam perkara aquo,

44 < Himpunan putusan-putusan Pengadilan Niaga: MEREK (5)

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


sedangkan Tergugat dalam menandatangani segara hal yang
menggunakan gambarlLogo Universitas Trisakti didasari atas
jabatannya sebagai Rektor dari Badan Hukum Pendidikan
Universitas Trisakti;
4. Bahwa gugatan Penggugat salah alamat, karena Penggugat
dalam mengajukan gugatannya terhadap Tergugat selaku
pribadi, sedangkan Tergugat dalam melakukan tindakannya,
berdasarkan dalil Penggugat dalam gugatannya adalah
bertindak untuk dan atas nama Badan Hukum Pendidikan
Universitas Trisakti, sehingga seharusnya yang digugat adalah
Prof. Thoby Mutis selaku Rektor Universitas Trisakti dan Badan
Hukum Pendidikan Universitas Trisakti;
5. Bahwa Tergugat telah digugat sebagai pribadi namun dari
seluruh dalil-dalil Penggugat dalam gugatannya tidak satu
daülpun yang menunjukkan bahwa Prof Thoby Mutis (Tergugat)
selaku pribadi telah melakukan perbuatan yang melanggar hak
Penggugat, sebaliknya dalam dalil-dalil Penggugat justru
mempersoalkan tindakan Prof Thoby Mutis selaku Rektor
Badan Hukum Pendidikan Universitas Trisakti, sehingga tidak
jelas hubungan Tergugat selaku pribadi dengan dalil-dalil
Penggugat dalam gugatannya, gugatan yang demikian adalah
gugatan yang tidak jelas atau kabur dan karenanya sudah
seharusnya gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat
diterima;
Berdasarkan fakta-fakta yang diuraikan di atas maka sudah
seharusnya gugatan Penggugat ditolak seluruhnya atau setidak-
tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima;
DALAM POKOK PERKARA.
1. Bahwa apa yang telah dikemukakan dalam bagian eksepsi
mohon dianggap merupakan bagian yang tak terpisahkan atau
merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh dengan pokok;
2. Bahwa Tergugat dan Para Turut Tergugat menolak dengan
tegas seluruh dalil-dalil yang diajukan oleh Penggugat dalam
gugatannya kecuali apa yang diakui secara teg as;

Putusan Nomor20/Menk/2003/PN.Niaga.JktPst > 45

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


3. Bahwa Tergugat dan Para Tergugat menolak dengan tegas
gugatan Penggugat pada poin 1, dan 2, karena alasan-alasan
sebagai berikut:
Bahwa Penggugat tidak dapat dikwalifikasi sebagai pendaftar
merek gambar/logo Lambang Universitas Trisakti yang beritikad
baik, karena apa yang diajukan oleh Penggugat dalam hal
pendaftaran gambar/iogo Lambang Universitas Trisakti untuk
jenis barang yang termasuk dalam kelas 41 pada tanggal 5 Juli
1996 yang telah terdaftar dalam Dirjen HKI dibawah nomor No.
388900, bukanlah merek dagang melainkan Lambang
Universitas Trisakti. Hal ini dapat dilihat dengan jelas dalam
Statuta Universitas Trisakti tahun 1995 maupun Pasal 9 Statuta
Universitas Trisakti tahun 2001;
Bahwa secara nyata Penggugat dalam kegiatan sehari-harinya
menggunakan Lambang Universitas Trisakti, oleh karenanya
apa yang penggugat dalilkan • bahwa gambar/iogo Trisakti
merupakan merek dagang telah diakui sendiri oleh Penggugat
sebagai Lambang Universitas Trisakti dan bukan merupakan
merek dagang;
Bahwa berdasarkan Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 23
tahun 1993 tertanggal 31 Maret 1993 Tentang Tata Cara
Permintaan Pendaftaran Merek secara tegas menentukan
bahwa surat pernyataan yang harus dilengkapi harus dengan
jelas dan tegas menyebutkan bahwa merek yang dimintakan
pendaftaran adalah miliknya dan tidak meniru milik orang lain,
sedangkan faktanya Lambang Universitas Trisakti bukan
merupakan milik dari Yayasan Trisakti melainkan merupakan
Lambang dari Universitas Trisakti, sehingga berdasarkan Pasal
10 statuta 2001 Pengajuan pendaftaran merek atas Lambang
Universitas Trisakti pada Dirjen HKI, seharusnya mendapatkan
persetujuan dari Universitas Trisakti;
Bahwa apa yang dirumuskan dalam Pasal 1 Undang-undang
No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek (untuk selanjutnya disebut
Undang-Undang Merek) yang dimaksud dengan jasa adalah
jasa perdagangan yang tujuannya adalah untuk mendapatkan
keuntungan, sedangkan Universitas Trisakti adalah merupakan
jasa yang digolongkan dalam jasa pendidikan nirlaba (tidak
Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008
46 < Himpunanputusan-putusan Pengadilan Niaga: MEREK (5)
mencari keuntungan) seperti yang dirumuskan dalam statuta
2001 jo PP 60 tahun 1999 jo. Undang-Undang Yayasan,
sehingga pendaftaran merek yang diajukan oleh Penggugat
pada Dirjen HKI adalah didasari oleh itikad tidak baik dan
bertentangan dengan Undang-Undang Merek ;
Bahwa oleh karena pengajuan Lambang Universitas Trisakti
dijadikan sebagai merek dagang oleh Penggugat dengan itikad
tidak baik, maka merek dagang Penggugat tersebut dapat
dibatalkan dan tidak dapat menggunakan hak eksklusifnya
sebagaimana yang dirumuskan oleh Pasal 3 Undang-Undang
Merek dan tidak mendapat perlindungan hukum ;
4. Bahwa Tergugat dan Para Turut Tergugat menolak dalil yang
dikemukan oleh Penggugat pada poin 3, karena :
Bahwa tidak benar dalam statuta 2001 menyatakan bahwa
jabatan Tergugat sebagai Rektor Universitas Trisakti berakhir
pada tanggal 4 September 2002 (mohon akta), yang benar
adalah Tergugat diberhentikan secara sepihak oleh Penggugat
pada tanggal 4 September 2002 tanpa ada persetujuan dari
Senat Universitas Trisakti sebagaimana yang dirumuskan
dalam statuta 2001 itu sendiri, sehingga Tergugat adalah
merupakan Rektor Badan Hukum Pendidikan Universitas
Trisakti yang sah;
Bahwa Tergugat selaku Rektor dan Para Turut Tergugat
menurut hukum berhak menggunakan gambar/logo Trisakti,
karena secara jelas mencantumkan nama Universitas Trisakti
dalam setiap penyelenggaraan kegiatan Universitas sebagai­
mana yang dimaksud dalam Statuta Universitas Trisakti serta
tidak melakukan penyimpangan terhadap Lambang Universitas
Trisakti sebagaimana yang dimaksud dalam Statuta Universitas
Trisakti itu sendiri, justru sebaliknya penggugat telah mendaftar­
kan Lambang Universitas Trisakti dengan itikad tidak baik;
5. Bahwa Tergugat dan Para Turut Tergugat menolak dengan
tegas dalil yang dikemukakan oleh Penggugat pada poin 3 b, c
dan 4 yang menyatakan "Badan Hukum Pendidikan Universitas
Trisakti telah ditolak oleh Departemen Kehakiman dan Ham dan
bukan merupakan badan hukum sebagaimana dalam

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Putusan Nomor 20/M trfltPnn v p u u i,
pertimbangan hukum pada perkara No. 49IMEREK/2002/PN.
NIAGA. Jkt-Pst", dengan alasan :
Bahwa Universitas Trisakti yang dibuka berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan
No. 014/dar tahun 1965 tertanggal 19 Oktober 1965, adalah
lembaga Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan Pendidikan
Tinggi, dan sebagai lembaga Perguruan Tinggi, Universitas
Trisakti mempunyai Pengurus dan harta kekayaan tersendiri,
sehingga dengan kenyataan tersebut maka Universitas Trisakti
adalah suatu badan hukum yang sah dan diakui keberadaannya
oleh, undang-undang sebagaimana diatur dalam pasal 1653
Burgerlrjk Wetboek (BW) yang berbunyi :
'Behalve de eigenlijke maatschap erkent de wet ook
vereenigingen van personen a/s zedelijke figchamen hetzij
derzelve op openbaar gezag zoodanig ingesteld of erkend,
hetzij zij als geoorioofd zijn ioegelaten, ofalleen-tot een bepaald
oogmeric, a/s niet strijdig met de wetten of met de gorde
zeden,zijn samengesteld. ” ;
Yang diterjemahkan oleh Prof. R. Subekti, SH dan R.
Tjitrosudibio sebagai berikut :
"Selainnya perseroan yang sejati oleh undang-undang diakui
pula perhimpunan-perhimpunan orang sebagai perkumpulan-
perkumpulan, baik perkumpulan perkumpulan itu d/adakan atau
diakui sebagai demikian ofeh kekuasaan umum maupun
perkumpulan-perkumpulan itu diterima sebagai diperbolehkan,
atau telah didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak
bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan yang
baik.";
Bahwa sebagai badan hukum yang sah, berdasarkan pasa'
1654 Burgerfijk Wetboek (BW) yang berbunyi :
"Al/e wett/g bestaande zedelijke ligchamen zijn, evenak
particulière personen, bevoegd tot het aangaan van burgerlijki
handelingen, behoudens de openbare verordeningen, waarbi
de bevoegdheid mogt zijn gewijzigd, berperkt of aan zeken
formaliteiten onderworpen*;

Peran
48 < Himpunan pengadilan...,
putusan-putusan Imran
Pengadilan Bukhari
Niaga: MEREKRazif,
(5) FH UI, 2008
Yang diterjemahkan oleh Prof. R. Subekti, SH dan r .
Tjitrosudibio sebagai berikut:
*Semua perkumpulan yang sah adalah, seperti halnya dengan
orang-orang preman, berkuasa melakukan tindakan-tindakan
perdata dengan tidak mengurangi peraturan-peraturan umum,
dalam mana kekuasaan itu telah dirubah, dibatasi atau
ditundukkan pada acara-acara tertentu*
Bahwa baik sebelum dan sesudah dibentuknya Badan Hukum
Pendidikan Universitas Trisakti, Universitas Trisakti telah
melakukan perbuatan hukum sebagai subyek hukum ;
Bahwa Universitas Trisakti berdasarkan Akte Pendirian
Universitas Trisakti sebagai Badan Hukum Pendidikan No. 27
tertanggal 29 Agustus 2002, yang dibuat oleh Notaris Jakarta
Edi Priyono, SH, yang telah didaftarkan di Pengadilan Negeri
Jakarta Barat dan telah diumumkan dalam Tam bahan Berita RI
No. 77 tanggal 24-9-2002 adalah merupakan badan hukum
yang sah menurut peraturan perundangan-undang ;
Bahwa pertimbangan Majelis Hakim Niaga dalam perkara Niaga
No. 49/MEREK/2002/PN.NIAGA.Jkt-Pst yang menyatakan
Badan Hukum Pendidikan Universitas Trisakti bukanlah
merupakan Badan Hukum adalah tidak tepat dan tidak mengikat
untuk menyatakan sah atau tidak sah Badan Hukum Pendidikan
Universitas Trisakti tetapi merupakan kewenangan dari
lingkungan Peradilan Umum/ Pengadilan Negeri untuk menilai
hal tersebut;
Bahwa selain itu, masalah Badan Hukum Pendidikan
Universitas Trisakti masih dalam proses penyelesaian pada
Pengadilan Negeri Jakarta Barat yang terdaftar pada perkara
perdata No 411/Pdt.G/ 2002/PN.Jkt-Bar, oleh karena itu sampai
saat ini, belum terdapat satu putusan pun yang menyatakan
bahwa Badan Hukum Pendidikan Universitas Trisakti tidak s a h ;
Bahwa Tergugat dan Para Turut Tergugat menolak dalil
gugatan Penggugat pada poin 5 gugatannya, dengan alasan:
Bahwa Pengumuman yang dilakukan oleh Tergugat dan Para
Turut Tergugat dilakukan dalam kedudukan jabatan masing-

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


masing dimana Tergugat bertindak dalam kapasitasnya sebagai
Rektor Universitas Trisakti oleh karenanya Tergugat bertindak
untuk dan atas nama Universitas Trisakti dan bukan tindakan
pribadi dari Tergugat;
Bahwa perpanjangan masa jabatan Tergugat sebagai Rektor
diputuskan oleh Senat Universitas yang merupakan Badan
Normatif dan Perwakilan Tertinggi dalam Universitas Trisakti
berdasarkan keputusan sidang Senat Universitas Trisakti
tertanggal 23 Juli 2002 yang putusannya telah disampaikan
kepada Yayasan Trisakti dengan surat No. 262/S/USAKTI/
Vll/2002 tertanggal 24 Juli 2002 yang kemudian dipertegas pula
dengan surat Senat Universitas Trisakti No. 295/AK/SAJSAKTI/
VIII/2002 tanggal 21 Agustus 2002 yang memuat pertimbangan
hasil sidang pleno Senat mengenai perpanjangan masa jabatan
Tergugat sebagai Rektor, oleh karenanya perpanjangan masa
jabatan Rektor oleh Senat Universitas Trisakti adalah sah dan
tidak bertentangan dengan statuta 2001 pasal 30 ayat (6)
"Rektor dapat diangkat kembali untuk masa jabatan empat
tahun, tetapi tidak boleh melebihi dua kali masa jabatan
berturut-turut" dan Statuta 2001 R pasal 31 ayat (6) "Masa
jabatan Rektor dapat diperpanjang .... setelah mendapat
pertimbangan Senat Universitas" maupun PP 60/1999 pasal 40
ayat (2) "Rektor dan Pembantu Rektor dapat diangkat kembali
dengan ketentuan tidak boleh lebih dari dua kali masa jabatan
berturut-turut” ;
Bahwa pemberian Surat Kuasa dari Penggugat kepada
Tergugat tidak mempunyai dasar hukum, sehingga pemberian
Surat Kuasa tersebut tidak mempunyai arti atau dampak hukum
kepada Tergugat dafam menjalankan tugasnya selaku Rektor,
karena Rektor sebagai Pimpinan Perguruan Tinggi sebagai­
mana diatur dalam pasal 37 ayat (1) PP No. 60/1999 adalah
penanggung jawab utama dalam melakukan penyelenggaraan
Universitas sehingga secara otomatis menurut hukum berhak
bertindak untuk dan atas nama Universitas;
Bahwa kedudukan hukum dari Badan Hukum Pendidikan
Universitas Trisakti adalah sah karena sampai saat ini tidak ada
putusan pengadilan yang menyatakan tidak sah Pendirian

Peran pengadilan...,
50 < Himpunan putusan-putusanImran Bukhari
Pengadilan Niaga:Razif,
MEREKFH(5) UI, 2008
Badan Hukum Pendidikan Universitas Trisakti. Porfu juga
majelis hakim ketahui bahwa kedudukan hukum Badan Hukum
Pendidikan Universitas Trisakti tersebut sampai saat ini masih
dalam perselisihan dengan Penggugat di Pengadilan Negeri
Jakarta-Barat yang terdaftar dalam perkara No. 411/Pdt.G/
2002/PN.JKT.BRT;
Bahwa Tergugat dan Para Turut Tergugat menolak dalil
gugatan Penggugat pada poin 6 gugatannya, dengan alasan:
Bahwa kebijakan yang dilakukan oleh Penggugat dalam
memberhentikan Tergugat sebagai Rektor adalah merupakan
kebijakan yang keliru dan tidak berdasarkan hukum ;
Bahwa Pemberhentian Tergugat selaku Rektor oleh Penggugat
berdasarkan surat keputusannya No. 310K/YT/SK/IX/2002
tanggal 4 September 2002 adalah tidak sah karena bertentang­
an dengan ketentuan Pasal 31 ayat (1) Statuta 2001 R berbunyi
"Rektor diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus Yayasan
berdasarkan usulan Senat Universitas, untuk kemudian
dilaporkan kepada Menteri" Jo. Pasal 30 ayat (1) Statuta 2001
"Rektor diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus Yayasan
berdasarkan usulan Senat Universitas, untuk kemudian dilapor­
kan kepada Menteri" Jo. pasal 39 ayat (2) PP 60/1999 yang
menyatakan "Rektor Univereitas/lnstitut yang diselenggarakan
oleh masyarakat diangkat dan diberhentikan oleh badan
penyelenggara Universitas/Institut yang bersangkutan setelah
mendapat pertimbangan Senat Universitas/Institut";
Bahwa oleh karena itu Tergugat sebagai Rektor-Universitas
Trisakti yang telah diperpanjang masa jabatannya oleh Senat
Universitas tetap berhak bertindak dalam kapasitasnya sebagai
Rektor, Dengan demikian jelas tidak ada pelanggaran merek
yang dilakukan oleh Tergugat, karenanya gugatan Penggugat
sangat mengada-ada dan sudah seharusnya ditolak untuk
seluruhnya;
Bahwa selain itu kedudukan Tergugat sebagai Rektor
Universitas Trisakti sampai saat ini eksistensinya masih diakui
oleh masyarakat umum, Pemerintah, maupun dunia
Internasional;

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Putusan Nomor 20/Merek/2003/PN. Niaga. Jkt. PsL > 51
8. Bahwa apa yang dikemukakan oleh Penggugat dalam
gugatannya poin 7, 8 dan 9 adalah tidak benar dan karenanya
harus ditolak, dengan alasan:
Bahwa Penggugat menyatakan dalam gugatannya pada hal. 11
yang menyatakan : 'Sehingga dengan demikian berdasarkan
uraian diatas, maka Turut Tergugat I dan Tergugat II bertindak
dalam kapasitas jabatannya dan oleh karena itu merupakan
bagian dari Universitas Trisakti yang merupakan satu kesatuan
dengan Penggugat";
Bahwa dari dalil Penggugat ini jelas merupakan Pengakuan dari
Penggugat atas keberadaan Badan Hukum Pendidikan
Universitas Trisakti karena Turut Tergugat II dalam
Pengumuman yang dimaksud oleh Penggugat bertindak dalam
jabatannya untuk dan atas nama Badan Hukum Pendidikan
Universitas Trisakti;
9. Bahwa apa yang didalilkan Penggugat daiam gugatannya poin
10 dan 12 haruslah ditolak, dengan alasan :
Bahwa tuntutan dwangsom dari Penggugat tidak dapat
dikabulkan karena selain gugatan Penggugat tidak memiliki
dasar hukum, berdasarkan yurisprudensi MA No. 791 K/SipI
1972 tanggal 26-2-1972, tuntutan tentang pembayaran
sejumlah uang tidak dapat diberikan dengan uang paksa;
10. Bahwa Tergugat dan Para Turut Tergugat menolak dalil-dalil
Penggugat dalam Provisi poin 11, dengan alasan:
a. Bahwa tuntutan provisi tidak dapat dikabulkan karena tidak
berdasarkan hukum serta tidak ada bukti yang otentik yang
mendukung gugatan Penggugat;
b. Bahwa gugatan Penggugat agar putusan dapat dijalankan
terlebih dahulu sudah seharusnya tidak dapat dikabulkan
karena selain gugatan Penggugat tidak berlandas hukum
dan gugatan Penggugat pun tidak didasari oleh bukti-bukti
yang otentik sebagaimana yang ditentukan dalam pasal
180 HIR Jo. SEMA No. 3 tahun 1971 tanggal 17 Mei 1971
butir 3 yang mensyaratkan;

52 < Himpunan putusan-putusan Pengadilan Niaga: MEREK (5)


Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008
Ada surat otentik atau tulisan tangan yang menurut
undang-undang mempunyai kekuatan b ukti;
- Ada keputusan yang telah mempunyai kekuatan
hukum pasti sebelumnya yang menguntungkan pihak
Penggugat dan ada hubungannya dengan gugatan
yang bersangkutan;
- Ada gugatan provisionil yang dikabulkan dalam
sengketa-sengketa mengenai bezitrecht;
11. Bahwa dalil Penggugat dalam poin 13 gugatan, yang intinya
mohon diletakkan sita jaminan atas harta kekayaan Tergugat
adalah tidak beralasan dan tidak berdasar, karenanya harus
ditolak, dengan alasan:
Bahwa gugatan Penggugat sendiri tidak berdasarkan hukum
atau tidak berdasarkan fakta hukum serta tidak berdasarkan
bukti-bukti yang otentik maka tidak beralasan untuk
mengabulkan permohonan sita jaminan dari P en g g u g at;
Bahwa berdasarkan apa yang telah diuraikan diatas, Tergugat dan
Para Turut Tergugat mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa
perkara ini untuk mengadili, memeriksa, dan memutuskan sebagai
berikut.
DALAM P R O V IS I:
- Menolak Permohonan Provisi Penggugat seluruhnya ;
DALAM E K SEPS I:
- Menerima Eksepsi Tergugat dan Para Turut Tergugat
seluruhnya;
- Menolak gugatan Penggugat seluruhnya atau setidak-tidaknya
menyatakan gugatan penggugat tidak dapat d iterim a;
DALAM POKOK PERKARA
- Menolak gugatan Penggugat seluruhnya;
- Menghukum Penggugat untuk membayar ongkos perkara yang
tim bul;

A tau :

Putusan Nomor 20/M ertk/2003/PN.NIaga.JklPsl > 53


Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008
Apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang
seadil-adilnya (ex aequo et bono) ;
Menimbang, bahwa selanjutnya Penggugat mengajukan Replik
tertanggal 29 April 2003, dan para tergugat mengajukan Duptik
tertanggal 6 Mei 2003 ;
Menimbang, bahwa Penggugat untuk membuktikan dalil-dalil
gugatannya telah mengajukan bukti-bukti berupa Fotocopy surat-
surat yang bermaterai cukup dan sesuai dengan aslinya yang diberi
tanda :
Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil gugatannya
Penggugat mengajukan bukti berupa foto copy surat yang telah
diberi materai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya ternyata
sama kecuali surat bukti P-15, P-17, P-18.P-19 dan P-20t tidak

p -1 Sertifikat Merek Departemen Kehakiman Republik


Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta Jenderal Hak
Cipta Paten dan Merek No. Pendaftaran 388900
tertanggal 12 September 1997;
P -2 Putusan Pengadilan Niaga Tanggal 16 Januari 2003 No.
49/MEREK/2002/PN.NIAGA.JKT.PST;
P -3 Statuta Universitas Trisakti Tahun 2001 ("Statuta 2001");
P-4 Iklan pengumuman di Harian Kompas Tanggal 6 Januari
2003 tentang Penerimaan Mahasiswa Baru Program
Pascasarjana Tahun Akademik 2002/2003 Gelombang 2,
Yang ditandatangani Oleh Tergugat Dan Turut Tergugat
I:
P -5 Iklan Pengumuman di Harian Kompas Tanggal 2
Februari 2003 tentang Penerimaan Mahasiswa Baru
Periode 2003/ 2004, yang ditandatangani Tergugat dan
Turut Tergugat II;
P -6 Iklan Pengumuman di Harian Sinar Harapan Tanggal 19
Maret 2003 tentang Penerimaan Mahasiswa Baru 2003/
2004 yang ditandatangani Tergugat dan Turut Tergugat
Ji;

54 < Himpunan putusan-putusan Pengadilan Niaga : MEREK (5)


Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008
P -7 Surat Direktur Jendral Administrasi Hukum Umum
Departemen Kehakiman dan Hak Azasi Manusia,
tertanggal 8 Oktober 2003, No. C.HT.01.10-18 Perihal
Permohonan Pengesahan Akta Pendirian Badan Hukum;
P -8 Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 1999 tentang
Perguruan Tinqqi;
P-9 Surat Kuasa tanggal 10 Desember 1998 No. 250/YT/S/
IX/1998 tentang pencabutan kuasa Tergugat untuk
melaksanakan pengelolaan Universitas Trisakti;
P -10 Surat Dewan Pengurus Yayasan Trisakti tanggal 4
September 2002 No. 310K/YT/SK/IX/2002 ;
P -11 Pemuatan Iklan pada Surat Kabar Harian Media
Indonesia tanggal 22 Februari 2003 ;
P -12 Biaya pemasangan P-11 tersebut sebesar Rp.
19.958.400,00 (sembilan belas juta sembilan ratus lima
puluh delapan ribu empat ratus rupiah)
P - 13 Surat Kabar Harian Kompas tanggal 25 Februari 2003 ;
P - 14 Biaya pemasangan P-13 sejumlah Rp. 32.076.000,00
(tiga puluh dua iuta tujuh puluh enam ribu rupiah);
P -15 Surat Departemen Pendidikan Nasional No. 1728/D/T/
2002 tanggal 15 Agustus 2002 perihal Hubungan Antara
Yayasan Trisakti dengan Rektor Universitas Trisakti;
P -16 Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional;
P -17 Keputusan PTIP 014/dar/1965 perihal Perubahan Nama
Universitas Res Publica Menjadi Universitas Trisakti;
P - 18 Akta Jajasan Trisakti tertanggal 27 Januari 1966
Yang dibuat dihadapan Eliza Pondaag, S.H., tentang
Pembentukan Yayasan Trisakti;
P -19 Akta Pernyataan Keputusan Musyawarah Yayasan Tri­
sakti No. 152. tanggal 31 Januari 1991 yang dibuat diha­
dapan Notaris Achmad Abid, SH., pengganti dari Sutiipto
S.H.;

Putusan Nomor20/Mertk/2003/PN.NiagaJktPsL > 55


Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008
ro
SK. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0281/U/
“0
1
o
1979 tanggal 31 Desember 1979 tentang Penyerahan
Pembinaan dan Pengelolaan Universitas Trisakti kepada
Yayasan Trisakti:
P -21 Surat 034/YT/98 tentang Pengangkatan Rektor
Universitas Trisakti Periode 1998 s/d 2002;
P -22 Logo Trisakti;
P -23 Surat dari Departemen Kehakiman Dan HAM RI Dirjen
Administrasi Hukum Umum tanggal 23 Mei 2003 No.
C.UM.02.02-12;
Menimbang, bahwa untuk meneguhkan dalil sangkalannya Para
Tergugat telah mengajukan bukti berupa foto copy surat yang telah
diberi meterai cukup dan diberi tanda:_________________________
T -1 Surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu
Pengetahuan No. 13/DAR Tahun 1965 Tentang Peng­
gantian nama Universitas Respublica dan Pembentukan
Presidium Sementara untuk Universitas Tersebut. (Bukti
aslinya belum ditemukan);
T -2 Surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu
Pengetahuan No. 014/drt Th 1965 tanggal 19-10-1965
Tentang Pembukaan kembali Universitas Respublica di
Jakarta kini bernaung dibawah nama Universitas Trisakti
(Bukti asli belum ditemukan);
T -3 Akta No. 31 tanggal 27-1-1966 yang dibuat oleh Eliza
Pondaag tentang pendirian Yayasan Trisakti. Pondaag
tentang pendirian Yayasan Trisakti. (Bukti asli ada pada
Penggugat I/Yayasan Trisakti);
T -4 Surat Keputusan Mendikbud No. 0281/U/1979 tanggal
31-12-1979 tentang Penyerahan Pembinaan dan
Pengelolaan Universitas Trisakti ke Yayasan Trisakti
(Asli ada pada Penggugat/Yayasan Trisakti);
T -5 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Yayasan
Trisakti serta Statuta Universitas Trisakti tahun 1981(Asli
ada pada Penggugat/Yayasan Trisakti);

Peranputusan-putusan
56 < Himpunan pengadilan...,Pengadilan
Imran Bukhari Razif,(5)
Niaga: MEREK FH UI, 2008
T -6 Tambahan Berita Negara RI tanggal 9-7-1991 No. 55
tentang Pengumuman Pernyataan Keputusan Musyawa­
rah Yayasan Trisakti. (asli ada pada Penggugat/Yayasan
Trisakti);
T -7 Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus
Ibukota Jakarta No. 07684/IMB/1988 tentang IMB
tanggal 1-11-1988 atas nama Universitas Trisakti (Bukti
asli ada pada Universitas Trisakti/Tergugat dan Para
Turut Terquqat);
CO
—i
a>

Statuta Universitas Trisakti 2001 ;


i

T- 8 b Statuta 2001 R. Bukti (asli ada pada Universitas Trisakti/


Tergugat dan Para Turut Tergugat);
T- 9 Keputusan Senat Universitas Trisakti No. 001/S/KBH/
USAKTI/VII/2002 tentang Pengangkatan Universitas
Trisakti sebagai Badan Hukum Pendidikan. (Bukti asli
ada pada Universitas Trisakti/Tergugat dan Para Turut
Tergugat);
T - 10 Surat No. 262/S/USAKTI/VII/2002 tanggal 24 Juli 2002
dari Senat Universitas Trisakti kepada Ketua Umum
Yayasan Trisakti tentang Usulan agar Prof. Thoby Mutis
menjabat Universitas Trisakti hingga 9-9-2006. (Bukti asli
ada Pada Universitas Trisakti/Tergugat dan Para Turut
Tergugat);
T -11 Surat Senat Universitas Trisakti No. 295/AK/S/USAKTI/
VIII/ 2002 tanggal 21 Agustus 2002 kepada Ketua Umum
Yayasan Trisakti tentang Pengukuhan jabatan Rektor
Universitas Trisakti (Bukti asli ada pada Universitas
Trisakti/ Terquqat dan Para Turut Terquqat);
T -12 Surat Dirjen Pendidikan tinggi No. 1795/D/T/2002
tanggal 26-8-2002 kepada Universitas Trisakti Tentang
Dukungan terhadap Pendirian Badan Hukum Pendidikan
Universitas Trisakti. (Bukti asli ada pada Universitas
Trisakti/Tergugat dan Para Turut Tergugat);

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


Putusan Nomor20/Mcrtk/2003/PN.Niaga.Jkt.P$t > 57
T - 13 Akta No. 27 tanggal 29-8-2002 yang dibuat oleh Edy
Priyono Notaris di Jakarta tentang Akta pendirian
Universitas Trisakti sebagai Badan Hukum Pendidikan.
(Bukti asli ada pada Universitas Trisakti/Tergugat dan
Para Turut Tergugat) ;
T - 14 Surat Keputusan Yayasan Trisakti No. 310K/YT/SK/IX/
2002 tanggal 4-9*2002 tentang Pemberhentian Prof.
Thoby Mutis sebagai Rektor Universitas Trisakti. (asli
ada Pada Penggugat/Yayasan Trisakti);
T - 15 Surat Keputusan Dewan Pengurus Yayasan Trisakti No.
311K/YT/SK/IX/2002 tangga! 4-9-2002 tentang
Penunjukkan Pejabat Rektor Trisakti;
T -16 Surat Keputusan Majelis Wali Amanat Badan Hukum
Pendidikan Universitas Trisakti No. 001/MWA/SK/IX/
2002 tanggal 5-9-2002 tentang pengukuhan Prof. Thoby
Mutis sebagai Rektor Universitas Trisakti masa jabatan
2002-2006. (Bukti asli ada pada Universitas Trisakti/
Tergugat dan Para Turut Terqugat);
T - 17 Risalah Sidang Senat khusus Universitas Trisakti
Tanggal 9-9-2002. (Bukti asli ada pada Universitas
Trisakti/Terqugat dan Para Turut Tergugat);
T - 18 Tambahan Berita Negara RI No. 11 Th.2002/TBN RI
tanggal 24-9-2002 No. 77 tentang Pengumuman Akte
Pendirian Universitas Trisakti Sebagai Badan Hukum
Pendidikan. (Bukti asli ada pada Universitas Trisakti/
Para Tergugat);
T —19 Surat No. W7.Db.HT.04. No. 4735/2002 tanggal 15-10-
2002 tentang informasi pendaftaran Badan Hukum
Pendidikan Universitas dari Pengadilan Negeri Jakarta
Barat yang ditujukan kepada Yayasan Trisakti. (Asli ada
pada Penggugat/Yayasan/YayasanTrisaksi);

T -20 Sertifikat Hak Cipta No. 022912 tanggal 23-10-2002.


(Bukti asli ada pada Universitas Trisakti/Tergugat dan
Para Turut Tergugat);

58 < Peran
Himpunan putusan-putusanImran
pengadilan..., Pengadilan Niaga: Razif,
Bukhari MEREKFH(5) UI, 2008
T -21 Surat Keterangan dari Pengadilan Negeri Jakarta- Pusat
No. W7.DC.Hd.1399/lll/2003 tertanggal 25 Maret 2003
tentang pengecekan Akta Notaris No. 152 tertanggal 31
Januari 1991 tentang "Pernyataan Keputusan
Musyawarah Pimpinan Yayasan Trisakti" Yang dibuat
oleh Acmad Abid, SH, selaku Notaris Pengganti dari
Sutjipto, SH Notaris di Jakarta(Bukti asli ada pada
Universitas Trisakti/Tergugat dan Para Turut Tergugat);
T -22 Twentieth Century Calender. (Bukti asli ada pada
Universitas Trisakti/Tergugat dan Para Turut Tergugat);
T -23 Surat Universitas Trisakti tertanggal 28-10-2002 Tentang
Sejarah singkat terciptanya dan Penggunaan Logo/
Lambang Universitas Trisakti yang ditandatangani oleh
Prof. Drs. J. Pamudji Suptandar (Bukti asli ada pada
Universitas Trisakti, Tergugat dan Para Turut Tergugat);
T -24 Ijazah Sarjana Lengkap Fakultas Hukum Universitas
Trisakti yang telah di sahkan oleh Kopertis yang
menunjukkan Universitas Trisakti Telah menggunakan
Logo/Lambang Universitas Trisakti sejak tahun 1967.
(Bukti asli ada pada Universitas Trisakti, Tergugat (Bukti
asli ada pada Universitas Trisakti, Tergugat dan Para
Turut Tergugat);
T -25 Surat Undangan yang ditujukan kepada Prof. Thoby
Mutis selaku Rektor Universitas Trisakti baik dalam skala
Nasional maupun Internasional;
T -26 Statuta Universitas Trisakti tahun 1955;
T -27 Surat Tanda bukti lapor No. Pol TBL/lV/2003/Siaga III
a.n. Advendi Simangunsong tertanggal 29 April 2003
yang dibuat oleh Markas Besar Kepolisian Negara
Republik Indonesia Badan Reserse Kriminal Jl Trunojoyo
No. 3 Kebayoran Barn Jakarta Selatan;
T -28 Surat gugatan darr permohonan sita jaminan (Conser-
vatiori Beslag) Nomor 411/PDT.G.JKT.BRT, dalam
perkara antara: Yayasan Trisakti Penggugat I dan Prof.
DR. Azril Azahariu Penggugat II Melawan : Prof. DR.

Peran pengadilan..., Imran


Putusan Nomor Bukhari Razif, FH UI, 2008> S9
20/Mtrtk/2003/PN.NIaga.JktP$t
Thoby Mutis Cs, sebagai para Tergugat;
T -29 Siaran Pers Yayasan Trisakti melakukan Penertiban
Kampus;
Menimbang, bahwa Penggugat mengajukan kesimpulan
masing-masing tertanggal 5 Juni 2003 dan Tergugat mengajukan
kesimpulan tanggal 4 Juni 2003 dan pada akhirnya mohon putusan;
Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian Putusan ini
selanjutnya menunjuk pada hal-hal yang termuat dalam Berita Acara
persidangan;
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa maksud dan pokok gugatan Penggugat
adalah masalah Pelanggaran Merek Trisakti oleh para Tergugat:
DALAM PROVISI
Menimbang, bahwa dalam gugatan Penggugat telah
mengajukan tuntutan provisional yaitu memerintahkan agar
Tergugat untuk menghentikan semua perbuatan yang berkaitan
dengan penggunaan atas logo TRISAKTI baik melalui iklan di mass
media, dan atau perdagangan, barang atau jasa yang menggunakan
merek atas logo TRISAKTI yang sah dan dilindungi oleh hukum
serta mohon agar Tergugat dihukum untuk membayar uang paksa
sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) perhari untuk setiap
keterlambatan melaksanakan putusan provisi ini;
Menimbang, bahwa Para Tergugat menolak tuntutan provisi
tersebut dan mohon ditolak karena tidak berdasar hukum;
Menimbang, bahwa Pengertian' Tuntutan Provisionil yaitu
permintaan pihak yang bersangkutan agar sementara diadakan
tindakan pendahuluan guna kepentingan salah satu pihak, sebelum
putusan akhir dijatuhkan (Prof. Dr. RM Sudikno Mertokusumo, SH,
Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta edisi ketiga
cetakan pertama, 1988, halaman 185). Demikian juga Ny.
Retnowulan Sutanto, SH, Dalam bukunya Hukum Acara Perdata
Dalam Teori dan Praktek, Alumni 1980, halaman 96 menyatakan
bahwa Putusan Provisi adalah putusan yang dijatuhkan sehubungan
dengan tuntutan dafam pokok perkara, sementara diadakan

Peran pengadilan...,
4 Mnpunan Imran Bukhari
putusan-putusan Pengadilan Razif, FH
Niaga : MEREK (5) UI, 2008
tindakan pendahuluan untuk kefaedahan salah satu pihak atau
kedua belah pihak. Bahkan menurut U/ik Mulyadi, SH, bahwa
tuntutan itu adalah tuntutan yang berisikan agar hakim menjatuhkan
putusan yang sifatnya mendesak dilakukan terhadap salah satu
pihak dan bersifat sementara, disamping adanya tuntutan pokok
dalam surat gugatan (Tuntutan Provisionil datam Hukum Acara
Perdata Pada Praktek Peradilan. Djambatan, Cetakan Pertama,
1996, halaman 25);
Menimbang, bahwa berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah
Agung dalam Putusannya Nomor : 1070K/Sip/1972 tanggal 7 Mei
1973 yang menyatakan bahwa tuntutan provisionil yang tercantum
dalam pasal 180 HIR, hanyalah untuk memperoleh tindakan-
tindakan sementara selama proses beijalan ; Tuntutan Provisional
Mengenai Pokok Perkara (bodem geschil) tidak dapat diterima
(Olden Bidara,SH, Hukum Acara Perdata, Pradnya Paramita,
Jakarta, Cetakan Kedua, 1987, halaman 87-B8, Ridwan Syahroni,
SH, Buku Materi Dasar Hukum Perdata, Catur Adyta, Bandung,
Cetakan Kedua halaman 124);
Menimbang, bahwa dari pengertian tuntutan provisional
tersebut dapat disimpulkan bahwa tuntutan provisional merupakan
tuntutan sementara bersifat mendesak untuk persiapan atau
mendukung putusan terhadap pokok perkara yang bermanfaat bagi
salah satu atau kedua belah pihak yang berperkara. tetapi tuntutan
provisional tidak dapat diterima kalau sudah mengenai pokok
perkara;
Menimbang, bahwa apabila pendapat hukum diatas
dihubungkan dengan tuntutan provisional Penggugat maka nampak
tuntutan provisional Penggugat telah memasuki materi substansi
pokok perkara, sebab Tergugat disuruh menghentikan penggunaan
merek atas logo TRISAKTI yang dianggap pelanggaran atas merek
milik Penggugat, padahal materi inilah yang akan dibahas dalam
pokok perkara, lagipula apabila tuntutan tersebut dikabulkan
dikhawatirkan penyelenggaraan pendidikan akademis tidak dapat
berfungsi secara optimal sehingga dapat merugikan masyarakat
luas khususnya mahasiswa Universitas TRISAKTI;
Menimbang, demikian pula terhadap tuntutan provisionil yang
menyangkut uang paksa karena berkaitan dengan tuntutan pokok

Peran pengadilan..., Imran


Putusan Nomor Bukhari Razif,NiagaJkt
20/Mertk/2003/PN. FH UI, 2008
Pst > t>l
perkara karena sudah tidak beralasan secara hukum maka
permohonan provisi dari Penggugat tersebut karena sudah
menyangkut pokok perkara haruslah dinyatakan tidak dapat
diterima;
DALAM EKSEPSI
Menimbang, bahwa Para Tergugat dalam jawabannya telah
mengajukan eksepsi supaya dinyatakan tidak dapat diterima dengan
alasan pada pokoknya:
1. Bahwa K. Sindhunata dan lr. MA. Warga Dalem MSc tidak
bertindak untuk atas nama atau mewakili Penggugat Yayasan
TRISAKTI sebab tidak jelas jabatan sebenarnya dari mereka
dalam Yayasan TRISAKTI;
2. Bahwa dalil Badan Hukum Pendidikan Universitas TRISAKTI
telah ditolak oleh Departemen Kehakiman dan HAM RI dalam
pertimbangan hukum dalam perkara merek Nomor 49/Merek/
2003/PN.Niaga.JKT.PST adalah dalil prematur;
3. Bahwa gugatan kurang pihak karena tidak mengikutkan Badan
Hukum Pendidikan TRISAKTI sebagai pihak padahal Tergugat
dalam menandatangani segala hal didasari atas jabatan
sebagai Rektor Badan Hukum Pendidikan Universitas
TRISAKTI;
4. Bahwa gugatan salah alamat sebab Tergugat digugat sebagai
pribadi seharusnya selaku Rektor Universitas TRISAKTI dan
Badan Hukum Pendidikan Universitas TRISAKTI;
5. Bahwa gugatan Penggugat tidak jelas dan kabur karena tidak
jelas hubungan Tergugat selaku pribadi dengan dalil-dalil
Penggugat dalam gugatan;
Menimbang, bahwa atas eksepsi Para Tergugat tersebut maka
Penggugat telah menolak dengan alasan pada pokoknya:
1. Bahwa jabatan Penggugat berdasarkan Akta Notaris Nomor
152 Tahun 1991 tanggal 31 Januari 1991 yang belum
dibatalkan oleh suatu putusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum tetap;

Peran putusan-putusan
62 < Himpunan pengadilan...,Pengadilan
Imran Bukhari Razif, (5)
Niaga: MEREK FH UI, 2008
2. Badan Hukum Pendidikan Universitas TRISAKTI telah menjadi
fakta hukum yaitu secara tegas ditolak berdasarkan Surat
Departemen Kehakiman dan HAM RI Nomor C.HT.01.10-18
tanggal 8 Oktober 2002 dan ditegaskan dalam pertimbangan
hukum perkara merek Nomor : 49/MEREK/2002/PN.NIAGA.
JKT.PST tanggal 16 Januari 2003;
3. Bahwa Badan Hukum Pendidikan Universitas TRISAKTI telah
dinyatakan tidak sah dan dianggap tidak pernah ada sehingga
tidak dapat ditarik sebagai pihak dalam gugatan aquo karena
sudah berwujud dan tidak pemah ada sebagai subjek hukum;
4. Bahwa gugatan telah tepat diajukan selaku pribadi karena
Tergugat sudah tidak mempunyai hubungan hukum apapun
dengan Penggugat maupun dengan Universitas TRISAKTI
sebab jabatan sebagai Rektor sudah berakhir tanggal 9
September 2002 dan telah diberhentikan oleh Yayasan
TRISAKTI;
5. Bahwa gugatan Penggugat jelas menunjukkan perbuatan
pelanggaran hukum yang dilakukan Tergugat dibantu Para
Turut Tergugat atas logo TRISAKTI dalam iklan pengumuman
yang mengaku sebagai Rektor Universitas TRISAKTI, badan
hukum pendidikan yang tidak sah;
Menimbang, bahwa oleh karena Undang-Undang merek tidak
mengatur perihal eksepsi maka dengan adanya eksepsi tersebut
dalam praktek beracara di Pengadilan Negeri berlaku ketentuan
dalam hukum acara perdata HIR;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan eksepsi atau
tangkisan adalah jawaban yang tidak langsung mengenai pokok
perkara atau konkritnya adalah jawaban mengenai formalitas dari
surat gugatan/perlawanan;
Menimbang, bahwa HIR hanya mengenal satu macam eksepsi
ialah eksepsi perihal tidak berwenangnya Hakim, eksepsi ini terdiri
dari 2 macam ialah eksepsi yang menyangkut kekuasaan absolut
dan eksepsi yang menyangkut kekuasaan relatif, kedua macam
eksepsi ini termasuk eksepsi yang menyangkut acara dimana
hukum acara perdata disebut eksepsi Prosesuiil;

Putusan Nomor 20/Mertk/2003/PN.NiagaJkt Pst > 63


Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008
Menimbang, bahwa Pasal 136 HIR eksepsi selainnya, kecuali
yang menyangkut kekuasaan Hakim secara absolut dan relatif
tersebut harus dibahas dan diputus bersama-sama dengan pokok
perkara (Retnowulan Sutantio - Hukum Acara Perdata dalam Teori
dan praktek. Alumni, 1980, hal 39-41);
Menimbang, bahwa atas eksepsi dari Para Tergugat yang
menyangkut kedudukan Penggugat dalam Yayasan ; kedudukan
Badan Hukum Pendidikan Universitas TRISAKTI telah ditolak atau
sebagai pihak ; kedudukan Tergugat sebagai pribadi atau Rektor
maupun uraian gugatan pelanggaran merek adalah bukan materi
eksepsi kewenangan tetapi sudah menyangkut materi pokok
perkara yang harus dibuktikan dalam beban pembuktian dan
dibahas bersama-sama dengan materi pokok perkara;
Menimbang, bahwa oleh karena eksepsi Para Tergugat tersebut
harus dibahas bersama-sama dalam pokok perkara, sehingga
karenanya eksepsi dari Para Tergugat harus ditolak -;
DALAM POKOK PERKARA
Menimbang, bahwa Penggugat pada pokoknya mendalilkan
sebagai berikut:
1. Bahwa Penggugat adalah Pemilik dan Pemegang hak khusus
untuk merek atas logo TRISAKTI berdasarkan Sertifikat Merek
yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek No ; 388900 tanggal
12 September 1997 dalam kelas 41 untuk jenis jasa Pendidikan
Tinggi dengan program studi Profesional, ijasah Diploma III dan
IVt akademik, ijasah Sarjana (S1), Pascasarjana (S2) dan
Doktor (S3)
2. Bahwa Tergugat yang mengaku sebagai Rektor Universitas
TRISAKTI dibantu Para Tergugat telah mengajukan dan atau
mencantumkan merek atas logo TRISAKTI dalam
Pengumuman di Surat Kabar Kompas tanggal 6 Juni 2003 dan
2 Pebruari 2003 dan di Sinar Harapan tanggal 19 Maret 2003,
padahal jabatan Tergugat sebagai Rektor Universitas TRISAKTI
sudah berakhir tanggal 9 September 2002;
3. Bahwa perbuatan tersebut telah melanggar pasal 3 Undang-
Undang Merek yaitu tanpa seijin Penggugat adalah telah

64 < Peran pengadilan...,


Himpunan Imran
putusan-putusan Bukhari
Pengadilan Niaga:Razif,
MEREK FH(5)UI, 2008
merugikan Penggugat, sehingga berdasarkan ketentuan pasal
76 jo, pasal 3 Undang-Undang Merek Penggugat berhak
menggugat ganti rugi dan/atau penghentian semua
pelaksanaan yang berkaitan dengan penggunaan merek atau
logo TRISAKTI;
4. Bahwa perbuatan pelanggaran merek atas logo TRISAKTI yang
dilakukan Tergugat dibantu Turut Tergugat II dengan mengatas­
namakan Badan Hukum Pendidikan Universitas TRISAKTI
merupakan tindakan Tergugat dalam kapasitas selaku pribadi
sebab keberadaan Badan Hukum Pendidikan Universitas
TRISAKTI tidak pemah ada dan telah ditolak;
5. Bahwa Penggugat juga telah membatalkan/mencabut Kuasa
kepada Tergugat untuk melaksanakan Pengelolaan Universitas
TRISAKTI yaitu Surat Kuasa tanggal 10 September 1998 No
250/YT/S/IX/1998 melalui Surat Keputusan Dewan Pengurus
Yayasan TRISAKTI No. 310K/YT/SK/IX/2002 tanggal 4
September 2002;
6. Bahwa keberadaan Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II
dalam gugatan aquo adalah dalam kapasitas jabatannya dan
oleh karena itu merupakan bagian dari Universitas TRISAKTI
yang merupakan satu kesatuan dengan Penggugat;
Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut,
Para Tergugat telah menjawab yang pada pokoknya:
1. Bahwa yang diajukan Penggugat bukanlah merek dagang
melainkan lambang Universitas TRISAKTI;
2. Bahwa lambang Universitas TRISAKTI bukan merupakan milik
dari Yayasan TRISAKTI melainkan merupakan lambang
Universitas TRISAKTI sehingga berdasarkan pasal 10 Statuta
2001 pengajuan pendaftaran merek atas lambang Universitas
TRISAKTI harus mendapat persetujuan Universitas TRISAKTI
karenanya pendaftaran oleh Penggugat didasari itikad tidak baik
dan bertentangan dengan Undang-Undang No, 15 Tahun 2001
tentang Merek;
3. Bahwa tidak benar jabatan Tergugat menjadi Rektor berlalu
tanggal 4 September 2002 sebab Tergugat diberhentikan

Peran pengadilan..., Imran


Putusan Nomor Bukhari Razif,
20/Mcrzk/2003/PN. FHJUI,
Niaga 2008> 65
k t Pst
sepihak o/eh Penggugat tanpa adanya persetujuan dari
s e c a ra
Senat Univers/tas Trisakti sehingga Tergugat adalah Rektor
Badan Hukum Pendidikan Universitas TRISAKTI yang sah
sehingga oleh karena itu Tergugat dan Turut Tergugat berhak
menggunakan gambar/logo TRISAKTI;
4. Bahwa Universitas Trisakti berdasarkan akte Pendirian
Universitas Trisakti sebagai Badan Hukum Pendidikan No. 27
tahun 2002 dibuai oleh Notaris Edi Priyono, SH, dan telah
didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Barat dan telah
diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI No. 77 tanggal
24 September 2002;
5. Bahwa masalah Badan Hukum Pendidikan Universitas -
TRISAKTI masih dalam proses di Pengadilan Negeri Jakarta
Barat dalam perkara Nomor; 411/PDT.G/2002/PN.JAK.BAR;
6. Bahwa Pengumuman yang dilakukan oleh Tergugat dan Turut
Tergugat dalam jabatannya masing-masing dimana Tergugat
dalam kapasitasnya sebagai Rektor Universitas Trisakti bukan
atas nama pribadi;
7. Bahwa perpanjangan masa jabatan Tergugat sebagai Rektor
diputuskan oleh Senat Universitas Trisakti yang merupakan
badan Normatif dan Perwakilan tertinggi dalam Universitas
Trisakti berdasarkan Keputusan sidang Senat Universitas
Trisakti tanggal 23 Juli 2002 yang putusannya telah disampai­
kan kepada Yayasan Trisaksi dengan surat No. 262/S/USAKTI/
VII/2002 tanggal 24 Juli 2002 yang dipertegas pula dengan
surat Universitas Trisakti No. 295/AK/S/USAKTIA/HI/2002
tanggal 21 Agustus 2002, yang memuat pertimbangan hasil
sidang pfeno Senat mengenai perpanjangan masa jabatan
Tergugat sebagaiRektor;
8. Bahwa pemberian kuasa dari Penggugat kepada Tergugat tidak
mempunyai dasar hukum karena Rektor sebagai Pengurus
Perguruan Tinggi sebagaimana diatur dalam Pasal 31 ayat (1)
PPPeran
No. pengadilan...,
60/19- Imran~*nanggung
Bukhari Razif, FH UI,
jawab 2008
atau dalam
sedangkan Para Tergugat untuk menguatkan dalil sangkalannya
telah mengajukan bukti T-1 sampai dengan T-29;
Menimbang, bahwa dari jawab menjawab antara Penggugat
dan Para Tergugat yang menjadi Persoalan Hukum adalah:
- Apakah Tergugat melanggar Undang-Undang No. 15 Tahun
2001 dalam kapasitasnya sebagai Rektor TRISAKTI atau
sebagai pribadi?;
Menimbang, bahwa pasal 3 dan pasal 76 Undang-Undang No.
15 Tahun 2001 tentang Merek adalah sebagai berikut:
Pasal 3 : “Hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan
oleh Negara kepada pemilik merek yang terdaftar
dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu
dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau
memberikan ijin kepada pihak lain untuk
menggunakannya";
Pasal 76: (1) Pemilik terdaftar dapat mengajukan gugatan
terhadap pihak lain yang secara tanpa hak
menggunakan Merek yang mempunyai persamaan
pada pokoknya atau keseluruhannya untuk barang
atau jasa yang sejenis, berupa:
a. Gugatan ganti rugi dan/atau;
b. Penghentian semua perbuatan yang berkaitan
dengan penggunaan Merek tersebut;
(2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan kepada Pengadilan Negeri;
Menimbang, bahwa inti dari pelanggaran merek adalah adanya
pihak lain yang secara tanpa hak menggunakan merek milik
pendaftar merek;
Menimbang, bahwa dasar gugatan Penggugat adalah bahwa
Penggugat pemilik Merek yang terdaftar, dimana Tergugat sebagai
Peran
prihadi pengadilan...,
telah menggunakanImran
merekBukhari Razif, FHsecara
milik Penggugat UI, 2008
tanpa
. DWIj
Menimbang, bahwa 1 bukti P-4, ternyata dalam
iklan tercantum Prof. Dr. 1 , , Mutis sebagai Rektor Universitas
TRISAKTI; ...
Menimbang, bahwa , turut Para Tergugat dalam jawabannya
bahwa pencantuman P a . Dr. Thoby Mutis bukan sebagai pribadi
tetapi sebagai Rektor (T-10, T-11, T-16, T - 2 5 ) ;
Menimbang, bahwa Tergugat sebagai pribadi didasarkan pada
dalil Penggugat yang menyatakan bahwa Tergugat sebagai Rektor
telah diberhentikan berdasarkan Surat Keputusan Dewan Pengurus
Yayasan TRISAKTI tanggal 4 September 2002 No m or : 310/YT/SK/
IX/2002 (Bukti P-3, P-10, P-14) sedangkan Tergugat menyatakan
dirinya dalam kapasitas sebagai Rektor berdasarkan Keputusan
sidang Senat Universitas TRISAKTI tanggal 23 Juli 2002 yang
putusannya telah disampaikan kepada Yayasan TRISAKTI dengan
surat Nomor 262/S/USAKTIA/III/2002 tanggal 21 Agustus 2002 (T-
10, T-11, T-16)
Menimbang, bahwa oleh karena jabatan Tergugat sebagai
Rektor atau sudah diberhentikan masih merupakan perselisihan
hukum dengan Penggugat yang harus ditentukan terlebih dahulu
secara yuridis keabsahannya;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti T-28 telah ternyata
persoalan tersebut telah dipersengketakan di Pengadilan Negeri
Jakarta Barat dalam perkara Nomor 411/PDT.G/2002/PN.JAK.BRT;
Menimbang, bahwa persoalan status hukum jabatan Rektor
bukanlah merupakan kewenangan Pengadilan Niaga tetapi
Pengadilan N egeri;
Menimbang, bahwa untuk membuktikan Tergugat sebagai
pribadi atau masih sebagai Rektor Universitas TRISAKTI maka
tertebih dahulu harus ditentukan secara Yuridis oleh Pengadilan
Negeri bahwa ia bukan rektor Universitas Trisakti;
Menimbang, bahwa oleh karena status jabatan Tergugat
sebagai Rektor Universitas TRISAKTI masih merupakan persoalan
hukum dengan Penggugat di Pengadilan Negeri Jakarta Barat yang
harus terlebih dahulu diputuskan keabsahannya apakah Tergugat
sebagai Rektor Universitas TRISAKTI atau telah diberhentikan ;

Peran
68 < Himpunan pengadilan...,
putusan-putusan Imran Bukhari
Pengadilan Razif, FH
Niaga: MEREK (5) UI, 2008
Menimbang, bahwa oleh karena gugat nggugat terhadap
Tergugat didasarkan sebagai pribadi L. . sebagai Rektor
sedangkan status hukum jabatan Tergu' masih merupakan
persoalan hukum dengan Penggugat di Per.„jdilan Negeri Jakarta
Barat sehingga gugatan yang demikian harus dinyatakan tidak dapat
diterim a;
Menimbang, bahwa oleh karena dasar gugatan dinyatakan tidak
diterima maka tuntutan Penggugat lainnya menjadi tidak berdasar
dan tidak beralasan secara hukum karenanya harus dinyatakan
tidak dapat diterima p u la;
Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat dinyatakan
tidak dapat diterima maka Penggugat harus dihukum untuk
membayar biaya perkara yang besarnya sebagaimana tercantum
dalam amar putusan in i;
Menimbang, bahwa selain bukti-bukti surat yang telah
dipertimbangkan diatas, Pengadilan berpendapat bahwa bukti surat-
surat lainnya yang tidak relevansinya dengan perkara ini haruslah
dikesampingkan;
Memperhatikan ketentuan hukum dan Peraturan Perundang-
Undangan yang berkaitan dengan perkara in i:

MENGADILI

DALAM PROVISI
Menyatakan tuntutan provisonil penggugat tidak dapat diterim a;
DALAM EKSEPSI
Menolak eksepsi Para Tergugat;
DALAM POKOK PERKARA
1. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterim a;
2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat Majelis Hakim pada hari
KAMIS, TANGGAL 19 JUNI 2003 dengan H. ASEP IWAN
IRIAWAN, SH. Sebagai Hakim Ketua Majelis, Hj. NUR ASLAM

Putusan Nom or 2Q /M e n k /2 0 0 3 /P N .N i2 Q a .J k tP s t > 69


Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008
h ww i • m . .1 >. wi i< mc. ii i i< ur uni UUUI I JM I\ I KJt 511.
masing-masing sebagai Hakim Anggota Majelis Putusan mana pada
hari RABU, TANGGAL 2 JULI 2003 diucapkan dimuka persidangan
yang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua dengan dihadiri oleh
Hakim-Hakim Anggota tersebut, dibantu oleh RAVITA LINA, SH
Panitera Pengganti dihadiri oleh kuasa Penggugat dan kuasa Para
Tergugat;

HAKIM-HAKIM ANGGOTA HAKIM KETUA


ttd. ttd.
HJ. NURASLAM H. ASEPIWANIRIAWAN, SH.
BUSTAMAN, SH.
ttd.
H. DWIARSO BUDI
SANTIARTO, SH.

PANITERA PENGGANTI
ttd.
RAVITA LINA, SH

70 < Himpunan putusan-putusan Pengadilan Niaga: MEREK (5)

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008


PUTUSAN
Nomor 21/Merek/2003/PN.Niaga.JktPst.

DEMI KEADILAN BERDASARKAN


KETUHANAN YANG MAHA ESA

Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri


Jakarta Pusat yang memeriksa dan mengadili gugatan pembatalan
merek pada tingkat pertama, telah menjatuhkan putusannya sebagai
berikut dalam perkara antara:
GA MODEFINE S.A, suatu badan usaha yang didirikan dan berdiri
berdasarkan hukum negara Swiss beralamat d i: Mendrisio,
Via Penate 4, CH 6850, Switzerland yang dalam hal ini
memilih tempat kedudukan Hukum (domisili) di Kantor
Konsultan Hukum SOEMADIPRADJA & TAHER,
Pengacara beralamat di WISMA GKBI, Suite 905, Jl.
Jendral Sudirman No. 28, Jakarta Pusat, 10210, berdasar­
kan Surat Kuasa Khusus tertanggal 17 Desember 2002
untuk selanjutnya disebut sebagai PENGGUGAT:

Melawan:
1. KIKY THONDY KARTAW1DJAJA. terakhir diketahui beralamat
di jalan Muara No. 33, RT 005, RW 05 Kecamatan Astana
Anyar, Bandung, Jawa Barat, untuk selanjutnya disebut sebagai
TERGUGAT-1:
2. DEPARTEMEN KEHAKIMAN DAN HAK AZAZ1 MANUSIA QQ
DIREKTORAT JENDRAL HAK ATAS KEKAYAAN
INTELEKTUAL QQ KANTOR MEREK beralamat di Jl. Daan
Mogot KM. 24 Tangerang, yang dalam hal ini diwakili oleh
Yuslisar Ningsih, SH, John Henry, SH, Jujun Zaenuri, SH, Rr
Tyasworo SA, SH, Nova Susanti, SH, berdasarkan Surat Kuasa
Khusus tanggal 21 April 2003 untuk selanjutnya disebut sebagai
TERGUGAT-II:

Putusan Nomor21/Mtnk/2003/PN.Niaga.JklPst. > 71

Peran pengadilan..., Imran Bukhari Razif, FH UI, 2008

Anda mungkin juga menyukai