ETIOLOGI
Peranan kelenjar sebasea dalam pathogenesis dermatitis seboroik masih
diperdebatkan, sebab pada remaja dengan kulit berminyak yang mengalami
dermatitis seboroik, menunjukkan sekresi sebum yang normal pada laki-laki dan
menurun pada perempuan. Dengan demikian penyakit ini lebih tepat disebut
sebagai dermatitis di daerah sebasea. Namun demikian, dermatitis seboroik dapat
merupakan tanda awal infeksi HIV. Dermatitis seboroik sering ditemukan pada
pasien HIV/AIDS, transplantasi organ, malignansi, pankreatitis alkoholik kronik,
hepatitis C juga pasien Parkinson. Terapi levodopa kadang kala memperbaiki
dermatitis ini. Kelainan ini sering juga dijumpai pada pasien dengan gangguan
paralisis saraf.
PATOGENESIS
Meningkatnya lapisan sebum pada kulit, kualitas sebum, respon imunologis
terhadap Ptyrosporum, degradasi sebum dapat mengiritasi kulit sehingga terjadi
mekanisme eksema. Jumlah ragi genus Malassezia meningkat di dalam epidermis
yang terkelupas pada ketombe ataupun dermatitis seboroik. Diduga hal ini terjadi
akibat lingkungan yang mendukung. Telah banyak bukti yang merupakan
dermatitis seboroik dengan Malassezia. Pasien dengan ketombe menunjukkan
peningkatan titer antibody terhadapa Malassezia , serta mengalami perubahan
imunitas seluler. Kelenjar sebasea aktif pada saat bayi dilahirkan, namun dengan
menurunnya androgen ibu, kelenjar ini menjadi tidak aktif selama 9 – 12 tahun.