Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN TUGAS AKHIR

RANCANG BANGUN SABUK-V


MESIN SANGRAI BIJI KOPI
KAPASITAS PRODUKSI 6 KG/JAM

Diajukan Oleh:

ANAND CHRISTIAN PRANATA SARAGI

NIM : 1905011078

PROGRAM STUDI TEKNIK


MESIN JURUSAN TEKNIK
MESIN POLITEKNIK NEGERI
MEDAN MEDAN
2022
LAPORAN TUGAS AKHIR

RANCANG BANGUN SABUK-V MESIN SANGRAI BIJI KOPI


KAPASITAS PRODUKSI 6 KG/JAM

Diajukan Oleh :

ANAND CHRISTIAN P SARAGI NIM :1905011078


ANDDREAS TAMBUNAN NIM :1905011069
ANRI A SIHOMBING NIM :1905011036
IRSAL HADI NIM :1905011011
RIZKY MILDO I SIDABUTAR NIM :1905011019

PROGRAM STUDI TEKNIK


MESIN JURUSAN TEKNIK
MESIN POLITEKNIK NEGERI
MEDAN MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan laporan Tugas Akhir.

Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan mata kuliah


praktek Program Studi Teknik Mesin Politeknik Negeri Medan.

Dalam menyelesaikan laporan ini penulis banyak menerima


bimbingan dan bantuan dari beberapa pihak, oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Abdul Rahman, S.E, Ak., M.Si. sebagai Direktur Politeknik


Negeri Medan.
2. Bapak Dr. Abdi Hanra Sebayang, S.T., M.T. sebagai Ketua Jurusan
Teknik Mesin Politeknik NegeriMedan.
3. BapakIr.NelsonManurung,M.T.sebagaiKetuaProgramStudiTeknikMesin.

4. Bapak Joni Indra, S.T., M.T. sebagai Dosen Pembimbing Tugas Akhir
yang telah memberikan saran, bimbingan serta dukungan dalam
penyelesaian Tugas Akhir.
5. Seluruh Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan.
6. Administrasi Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan.

7. Orang Tua Penulis, atas dukungan moral dan material.

8. Seluruh keluarga besar penulis, terutama orang tua penulis, terimakasih


buat doa dan dukungannya selalu baik berupa materi dansemangat.
9. Teman – teman seperjuangan Program Studi Teknik Mesin angkatan
2019. Semoga ilmu yang didapat selama perkuliahan bisa diaplikasikan
didunia kerja.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan dan
kelancaran Praktik Kerja Lapangan yang tidak dapat penulis sebutkan
satupersatu.
Walaupun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin, namun penulis
juga menyadari bahwa laporan ini tidak dapat luput dari kekurangan. Untuk
itu penulis mengharapkan saran dan krtitik yang bersifat membangun, demi
kesempurnaan laporan ini di masa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua


pihak
yangturutsertadalammembantupenulisdalammenyelesaikanlaporanini.kirany
a laporan ini dapat bermanfaat bagi semuapihak.

Medan, 05 April 2022

Hormat penulis,

ANAND C P SARAGI

NIM : 1905011078
DAFTAR ISI

INTISARI......................................................................................................................6
ABSTRACT...................................................................................................................7
BAB I..............................................................................................................................8
PENDAHULUAN.........................................................................................................8
A. LatarBelakang Pemilihan Judul......................................................................8
B. Rumusan Masalah.............................................................................................9
C. Batasan Masalah................................................................................................9
D. Tujuan.................................................................................................................9
E. Manfaat.............................................................................................................10
F. Teknik Pengumpulan Data.............................................................................10
BAB II..........................................................................................................................11
LANDASAN TEORI..................................................................................................11
A. Kopi...................................................................................................................11
1. Kopi Robusta...............................................................................................................12
2. Kopi Arabika...............................................................................................................12
3. Kopi liberika................................................................................................................12
B. Langkah-langkah Pengolahan Kopi..............................................................13
1. Pemilahan gelondong.................................................................................................13
2. Pulping ( Pengupasan kulit buah).............................................................................13
3. Pengeringan................................................................................................................13
4. Hulling (Pemecahan Kulit Tanduk)...........................................................................14
5. Roasting (Penyangraian)............................................................................................14
C. Kajian Tentang Mesin Penyangrai................................................................15
RANCANG BANGUN SABUK-V MESIN SANGRAI BIJI KOPI
KAPASITAS PRODUKSI 6 KG/JAM

INTISARI

Teknologi yang berkembang seiring dengan kemajuan zaman, sangat berperan dalam
kebutuhan akan peralatan tepat guna terutama dalam bidang pertanian. Sistem kendali
otomatis yang berkembang pada skala industri rumah tangga yang masih manual, yaitu
masih banyak menggunakan tenaga manusia dalam proses pengoperasiannya. Oleh
karena itu, pada tugas akhir ini membuat mesin sangrai biji kopi dengan menggunakan
gas sebagai bahan bakar pemanas yang dilengkapi dengan sendok pengaduk yang
diputar otomatis dengan motor listrik ini untuk mempermudah proses pengolahan biji
kopi.
Pada tugas akhir ini telah dibuat mesin sangrai biji kopi yang dapat menampung
maksimal 6 kg biji kopi setiap prosesnya, yang sebelumnya pada skala industri rumah
tangga dapat menggarai biji kopi maksimal 500 gram (https://coffeeland.co.id/tips-
menyangrai-biji-kopi-dirumah-tanpa-menggunakan-mesin-sangrai-kopi/).
Topik pembahasan yang diangkat penulis adalah prinsip kerja mesin. Langkah -langkah
prinsip kerja mesin dilakukan dengan cara mencari semua sumber informasi dari
perpustakaan dan mencari hal - hal yang berhubungan dengan perancangan mesin di
internetsupaya dapat kami jadikan referensi.

Kata kunci : Biji kopi, motor listrik, mesin penyangrai


DESIGN AND CONSTRUCTION OF COFFEE BEAN ROASTING
MACHINE PRODUCTION CAPACITY 6 KG/HOUR

ABSTRACT
Technology that develops along with the times, plays a very important role in the need
for appropriate equipment, especially in the agricultural sector. The automatic control
system that developed at the home industry scale is still manual, which still uses a lot of
human power in the operation process. Therefore, in this final project, make a coffee
bean roasting machine using gas as a heating fuel which is equipped with a stirring
spoon that rotates automatically with an electric motor to facilitate the processing of
coffee beans.
In this final project, a coffee bean roasting machine has been made that can
accommodate a maximum of 6 kg of coffee beans per process, which previously on a
home industrial scale could roast a maximum of 500 grams of coffee
beans(https://coffeeland.co.id/tips-menyangrai-biji-kopi-dirumah-tanpa-menggunakan-
mesin-sangrai-kopi/).
The topic of discussion raised by the author is the working principle of the machine.
The principle steps of the machine work are done by looking for all sources of
information from the library and looking for things related to machine design on the
internet so that we can use them as references.

Keywords: Coffee beans, electric motor, roasting machine


BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang Pemilihan Judul

Kopi merupakan sebuah produk perkebunan andalan di Indonesia. Dan


Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia. Salah
satu kopi yang dihasilkan adalah robusta dengan ciri-ciri biji kopi berbentuk
bulat. Biji kopi yang mentah berwarna hijau dan pada saat matang akan berubah
menjadi merah. Perkiraan kematangan buah kopi dari putik bunga berkisar 9 –
10 bulan.
(http://madrecofee.com/klasifikasi-tanaman-kopi-robusta).

Untuk menghasilkan kopi yang baik maka harus dilakukan pengolahan yang
baik pula. Petani kopi masih mengalami kesulitan dalam pengolahannya.
Kendala yang dihadapi petani dalam menyagrai biji kopi adalah waktu dan
tenaga yang dibutuhkan masih terlalu besar.

Maka dari itu penulis mencoba membuat terobosan baru tentang mesin
penyagrai biji kopi yang nantinya diharapkan dapat mempercepat dan
mempermudah proses menyagrai dengan harga ekonomis yang dapat dijangkau
petani.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang masih dialami oleh para petani kopi maka
rumusan masalahnya adalah rancang bangun mesin penyangrai biji kopi untuk
membantu meringankan beban dan mempersingkat waktu bagi petani dalam
menangani pekerjaaan pada saat panen.
C. Batasan Masalah
Dalam rancang bangun ini penulis membatasi batasan masalah yang akan
dibahas ,untuk menghindari bahasan di luar topik pembahasan, yaitu:
1. Perancangan mesin penyagrai biji kopi kapasitas produksi maksimal 6
kg/Jam.
2. Membangun mesin Penyangrai biji kopi.
3. Mesin yang dirancang tidak menghitung perpindahan panas dari ruang
pemanas ke biji kopi yang digonseng.
D. Tujuan
Adapun Tujuan dibuat mesin penyagrai biji kopi ini adalah :
1. Menambah ilmu pengetahuan, pengalaman, pengenalan dan
pengamatan dalam Rancang Bangun Mesin Penyagrai Biji Kopi.
2. Sebagai salah satu syarat kelulusan Diploma III di Politeknik Negeri
Medan.
3. Membantu dan mempermudah pekerjaan petani dalam proses
pengolahan kopi pada saat panen.
E. Manfaat
Adapun manfaat rancang bangun mesin penyagrai biji kopi ini yaitu :
1. Meningkatkan efesiensi penyagrai biji kopi;
2. Mengurangi biaya dan waktu bila dibandingkan dengan cara manual.
3. Membantu program Pemerintah dalam meningkatkan produktivitas
petani kopi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data guna penyusunan laporan ini, langkah-langkah yang
penulis lakukan antara lain adalah :
1. Mencari hal-hal yang berhubungan dengan perancangan mesin di
internet.
2. Mencari semua sumber informasi dari perpustakaan.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Umum


A Kopi

Gambar 2.1 Buah Kopi

Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Konsumsi
kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari
robusta. Kopi Berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun,
kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut
dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab,
melalui para saudagar Arab (Rahardjo, 2012).
Di Indonesia Kopi mulai dikenal pada tahun 1969, yamg di bawa oleh VOC.
Tanaman kopi di Indonesia mulai di produksi di pulau Jawa, dan hanya bersifat
coba-coba, tetapi karena hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC cukup
menguntungkan sebagai komoditi perdagangan maka VOC menyebarkan ke
berbagai daerah agar para penduduk menanamnya (Najiyanti dan Danarti, 2004).
Jenis-jenis kopi, Menurut AAK (1980), terdapat tiga jenis kopi yang telah
dibudidayakan, yakni:
1. Kopi Robusta
Kopi robusta digolongkan lebih rendah mutu citarasanya dibandingkan dengan
citarasa kopi arabika.Hampir seluruh produksi kopi robusta di seluruh dunia
dihasilkan secara kering dan untuk mendapatkan rasa lugas tidak boleh
mengandung rasa-rasa asam dari hasil fermentasi. Kopi robusta memiliki
kelebihan yaitu kekentalan lebih dan warna yang kuat.
2. Kopi Arabika
Kopi arabika adalah kopi yang paling baik mutu cita rasanya, tanda-tandanya
adalah biji picak dan daun hijau tua dan berombak-ombak.Jenis-jenis kopi yang
termasuk dalam golongan arabika adalah abesinia, pasumah, marago dan
congensis.
3. Kopi liberika
Kopi liberika berasal dari Angola dan masuk ke Indonesia sejak tahun 1965.
Meskipun sudah cukup lama penyebarannya tetapi hingga saat ini jumlahnya
masih terbatas karena kualitas buah yang kurang bagus dan rendemennya
rendah. Jenis Liberika antara lain : kopi abeokutae, kopi klainei, kopi dewevrei,
kopi excelsa dan kopi dybrowskii. Diantara jenis-jenis tersebut pernah dicoba di
Indonesia.

I Langkah-langkah Pengolahan Kopi


1 Pemilahan gelondong
Pemilahan gelondong dimaksudkan untuk memisahkan kopi merah yang berbiji
sehat dengan kopi yang hampa dan terserang bubuk. Caranya kopi merah yang
sudah ditimbang dimasukkan ke dalam sebuah alat yang disebut sebagai bak
penerimaan atau bak pemilahan (Pusat Penelitian Kopi Kakao Indonesia, 2007).
2 Pulping ( Pengupasan kulit buah)
Pulping bertujuan untuk memisahkan biji dari kulit buahnya sehingga diperoleh
biji kopi yang masih terbungkus oleh induknya. Saat ini dikenal beberapa jenis
mesin pulper, tetapi yang sering digunakan adalah Vis pulper dan Raung pulper.
Perbedaan keduanya adalah kalau Vis pulper hanya berfungsi sebagai pengupas
kulit saja, sehingga hasilnya harus difermentasikan dan dicuci lagi. Sedangkan
Ruang pulper berfungsi juga sebagai pencuci sehingga kopi yang keluar dari
mesin tidak perlu difermentasi dan dicuci lagi tetapi langsung masuk ke tahap
selanjutnya (Pusat Penelitian Kopi Kakao Indonesia, 2007).
3 Pengeringan
Biji kopi yang baru dicuci masih mengandung air lebih kurang 55% dengan
jalan pengeringan kandungan air itu dapat diuapkan sehingga kadar air yang
terdapat pada kopi hanya 8-10%.Setelah dilakukan pengeringan dilanjutkan
perlakuan pemecahan kulit tanduk (Pusat Penelitian Kopi Kakao Indonesia,
2007).
4 Hulling (Pemecahan Kulit Tanduk)
Hulling Bertujuan untuk memisahkan biji kopi yang sudah kering dari kulit
tanduk dan arinya. Pemisahan ini dilakukan dengan menggunakan mesin huller
yang bermacam-macam tipe, tetapi yang paling sering dipergunakan di
perkebunan besar adalah tipe Engelberg karena mempunyai kapasitas cukup
besar (10 Kwintal kopi/ jam). Di dalam mesin huller kulit yang sudah terlepas
dari biji dan biji bisa keluar dari mesin dalam keadaan bersih (Pusat Penelitian
Kopi Kakao Indonesia, 2007).
5 Roasting (Penyangraian)
Kunci dari proses produksi kopi bubuk adalah penyagraian. Sumber panas
diperoleh dari pembakaran menggunakan gas elpiji. Proses ini merupakan
tahapan pembentukan aroma dan citarasa khas kopi dari dalam biji kopi dengan
perlakuan panas. Selain itu, biji kopi hasil sangrai mudah dihaluskan sampai
ukuran butiran tertentu agar mudah dibuat larutan seduhan. Biji kopi secara
alami mengandung cukup banyak senyawa calon pembentuk citarasa dan aroma
khas kopi. Selain keberadaan senyawa calon pembentuk aroma dan citarasa,
kesempurnaan reaksi sangrai dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaotu panas
dan waktu. Selama proses penyangraian, ada tiga tahapan reaksi fisik dan
kimiawi berjalan secara berurutan, yaitu penguapan air dari dalam
biji,penguapan senyawa volatile (senyawa yang mudah menguap), serta proses
pencoklatan biji. Proses penyangraian sendiri bisa dilakukan dengan mesin
sangrai biji kopi (Pusat Penelitian Kopi Kakao Indonesia, 2007).
B Sabuk Mesin

1 Pengertian sabuk
Sabuk atau belt adalah bahan fleksibel yang melingkar tanpa ujung, yang
digunakan untuk menghubungkan secara mekanis dua poros yang berputar.
Sabuk digunakan sebagai sumber penggerak, penyalur daya yang efisien atau
untuk memantau pergerakan relatif. Sabuk dilingkarkan pada katrol atau pulley.
Dalam sistem dua katrol atau pulley, sabuk dapat mengendalikan katrol atau
pulley secara normal pada satu arah atau menyilang.
2 Fungsi penggunaan sabuk atau belt
Belt atau sabuk pada dasarnya berfungsi untuk memindahkan tenaga melalui
kontak antara belt dengan pulley penggerak dan pulley yang digerakkan. Belt
atau sabuk digerakkan oleh gaya gesek penggerak, kemampuan belt untuk
memindahkan tenaga tergantung pada:
 Tegangan belt terhadap pulley.
 Gesekan antara belt dan pulley.
 Sudut kontak antara belt dan pulley.
 Kecepatan belt.
3 Macam-macam sabuk atau belt
Di bawah ini akan diuraikan berbagai macam belt yang pernah ada dan
digunakan untuk keperluan otomotif maupun untuk konstruksi lainnya.
a. Round Belts (Sabuk Bulat)
Round belts terbuat dari solid rubber atau rubber dengan cord. Belt ini
hanya digunakan untuk beban ringan seperti untuk sewing machian
projector films.
b. Flat Belts (Sabuk Datar)
Bahan sabuk pada umumnya terbuat dari samak atau kain yang diresapi
oleh karet. Sabuk datar yang modern terdiri atas inti elastis yang kuat
seperti benang baja atau nilon.
Beberapa keuntungan sabuk datar yaitu :
 Pada sabuk datar sangat efesien untuk kecepatan tinggi dan tidak bising.
 Dapat memindahkan jumlah daya yang besar pada jarak sumbu yang
panjang.
 Tidak memerlukan pulley yang besar dan dapat memindahkan daya antar
pulley pada posisi yang tegak lurus satu sama lain.
 Sabuk datar khususnya sangat berguna untuk instalasi penggerak dalam
kelompok karena aksi klos.
c. V-belts
V-belts terbuat dari kain dan benang, biasanya katun rayon atau nilon
dan diresapi karet dan mempunyai penampang trapesium. Sabuk-V
dibelitkan dikeliling alur pulley yang berbentuk V pula. Bagian sabuk
yang sedang membelit pada pulley ini mengalami lengkungan sehingga
lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan
bertambah karena pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan
transmisi daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah.
V-belts banyak digunakan untuk memindahkan beban antara pulley
yang berjarak pendek. Sabagian besar transmisi sabuk menggunakan
sabuk –V karena mudah penanganannya dan harganya murah.
I Keuntungan V-belts adalah seperti berikut.
 Gaya jepit belt memungkinkan sudut kontak yang lebih kecil dan
perbandingan kecepatan yang lebih tinggi.
 Meredam kejutan terhadap motor dan bearing akibat perubahan
beban.
 Memiliki level vibrasi dan noise yang lebih rendah.
 Mudah dan cepat dalam melakukan penggantian dan perawatan.
 Efficiency transmisinya tinggi (mencapai 45%).
II Jenis-jenis V-Belt ada tiga jenis yaitu:
a Tipe standar; ditandai huruf A,B,C,D, dan E

b Tipe sempit; ditandai simbol 3V,5V, dan 8V

c Tipe untuk beban ringan; ditandai dengan 2L, 3L,4L, dan 5L

d. Banded V-belts
Banded V-belts adalah multiple V-belt yang dibentuk cetak permanen tie
band. Banded V-belts mengurangi timbulnya masalah pada penggerak
dimana belts bergeser, melintir dan terlepas dari alurnya.
e. Timing Belts
Timing belt merupakan aksi gabungan antara chain dan sprocket pada
bentuk flat belt. Bentuk dasarnya merupakan flat yang memiliki gigi-gigi
berukuran sama pada permukaan kotak dengan gigi pulley. Sebagaimana
penggerak gear rantai, membutuhkan kelurusan pada perpasangan pulley.
Keuntungan timing belt ini adalah sebagai berikut.
 Tidak terjadi slip atau variasi kecepatan.
 Membutuhkan perawatan yang ringan.
 Mampu digunakan pada range beban yang lebar.
 Memiliki efficiency mekanis tinggi karena tidak terjadi gesekan atau
slip, initial tension berkurang dan memiliki kontruksi yang tipis.
f. V-Ribbed Belts
V-ribbed belts merupakan gabungan alur luar berbentuk V-belt. Lapisan
inti penguat terdapat pada bagian daftar belt. Sebagaimana V-belt
berkemampuan memindahkan power tergantung pada aksi jepit antara
alur dan belt.

C Kajian Tentang Mesin Penyangrai


Mesin penyangrai adalah sebagai proses menggoreng sesuatu tanpa
menggunakan minyak. Sehingga penyangraian adalah proses mengolah bahan
mentah menjadi bahan yang matang atau siap dikonsumsi tanpa menggunakan
perantara seperti minyak. Biji kopi merupakan salah satu bahan yang dapat
diolah menggunakan metode penyangraian. Proses penyangraian kopi biasanya
memerlukan waktu 15-20 menit dan dilakukan pada suhu yang tinggi yaitu pada
suhu 180-240 derajat celcius. Selama proses penyangraian biji kopi harus terus
diaduk agar uap air cepat terbawa keluar dan panas dapat didistribusikan secara
merata (Nugroho dkk,2009).
BAB 3

METODE

3.1 Tempat Dan Waktu Pembuatan


3.1.1 Tempat Pembuatan
Adapun tempat pelaksanaan dalam menyelesaikan pembuatan mesin sangrai biji
kopi kapasitas 6 kg ini adalah di Bengkel Teknik Mesin Politeknik Negeri
Medan.
3.1.2 Waktu Pembuatan
Waktu pelaksanaan pembuatan mesin sangrai biji kopi kapasitas 6 kg dilakukan
setelah mendapat persetujuan yang diberikan oleh dosen pembimbing. Pada
tanggal (4 April 2022) sampai dinyatakan selesai.

3.2 Alat Dan Bahan Pembuatan


3.2.1 Alat Pembuatan
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan mesin sangrai biji kopi adalah:
1. Mesin Bubut;
2. Gerinda Tangan;
3. Jangka Sorong;
4. Meteran Gulung;
5. Meteran Siku;
6. Bor Tangan;
7. Gerinda Potong;
8. Kunci Kombinasi;
9. Mesin Las.
3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunkan untuk membuat mesin sangrai biji kopi adalah:
1. Baja siku ukuran 40 mm x 40 mm;
2. Baja stainless;
3. Baja kanopi;
4. Plat baja 2 mm;
5. Baja silinder;
6. Baja poros;
7. Bearing;
8. Sabuk-V ( bealting );
9. Kabel Listrik;
10. Colokan listrik dengan stop contact;
11. Motor listtrik;
12. Reducer ( gearbox );
13. Kompor gas dan Gas LPG.

3.3 Langka Pengerjaan


3.3.1 Rangka Mesin
Rangka merupakan tempat kedudukan dari komponen lain seperti silinder
penyangrai, penutup sinder, kompor, motor listrik dan gear box. Rangka harus
kuat untuk menahan semua komponen tersebut baik pada saat tidak ada beban
maupun ada beban berupa biji kopi yang akan disangrai.
Baja siku di potong-potong kemudian dilas hingga membentuk rangka dengan
dimensi 1100 mm x 510 mm x 650 mm. Pada bagian ruang pemanasan ditutup
dengan baja plat dengan ketebalan 1 mm dengan dibiarkan ada ruang yang
terbuka pada bagian belakang untuk tempat pengeluaran hasil biji kopo yang
telah disangrai dan samping kiri mesin penyangrai sebagai tempat pemasukan
kompor.

Gambar 3-2 Rangka Mesin


3.3.2 Tabung Sangrai

Gambar tabung sangrai

Tabung sangrai terbuat dari bahan stainless stell karena tabung sangrai ini
sebagai tempat biji kopi digongseng sehingga biji kopi yang dihasilkan aman
untuk dikonsumsi.
Baja silinder yang berdiameter 298 mm dengan panjang 400 mm. Pada bagian
kanan bawah dibuat lubang keluaran biji kopi dengan ukuran 80 mm x 80 mm.
Lalu, dilas dengan plat baja stainless dengan ukuran 260 mm x 145 mm.
Kemudian, pada bagian bagian tengah lubang-lubang kecil dibuat lubang dengan
ukuran 28 mm kemudian dilas baja silinder dengan panjang 80 mm sebagai
tempat pengambilan sampel biji kopi ketika dalam proses penyangraian
dilakukan.
Pada bagian belakang tabung dilas 2 baja siku sebagai penyambung antara
tabung dan rangka dengan panjang 90 mm. Pada bagian depan tabung diberi plat
baja 3 mm yang telah dibentuk melingkar dengan ukuran diameter dalam 298
mm dan ukuran diameter luar 370 mm dan dilas dipinggir tabung.
Pada bagian depan tabung dibuat penutup tabung yang terbuat dari plat baja
stainless 3 mm yang dibentuk melingkar dengan diameter 370 mm dan pada
bagian tengahnya dilubangi agar poros dapat masuk. Pada bagian kiri dan kanan
dilas baja siku dengan panjang 109 mm sebagai tempat sambungan antara
tabung dengan rangka mesin. Tinggi saluran masuk bahan 240 mm dan terbuat
dari plat baja stainless dengan tebal 1 mm, kemudian pada bagian tengah saluran
masuk ini dilas sebuah baja silinder sebagai dudukan pengukuran suhu dengan
panjang 27 mm dan diameter 28 mm.

3.3.11 Penutup Tabung

Gambar penutup tabung

Penutup tabung terbuat dari plat baja dengan ketebalan 1 mm. Plat baja dengan
ukuran 470 mm x 400 mm dilubangi pada bagian tengah sebesar 40 mm sebagai
tempat keluaran panas, kemudian plat dibuat melengkung dengan cara
dibending, pada kedua sisi plat dibending dengan ukuran 35 mm. Pada bagian
sisi depan plat dilas dengan plat yang telah dibentuk setengah lingkaran dengan
jari-jari luar 220 mm dan jari-jari dalam 185 mm. Lalu, pada bagian yang telah
dilubangi tadi dilas dengan sebuah baja silinder dengan panjang 235 mm sebagai
cerobong asap.
Pada penutup lubang keluaran terbuat dari plat baja stainless dengan tebal 2 mm
dengan panjang keseluruhan 279 mm.
3.3.3 Corong

Gambar corong masukkan biji kopi

Corong tempat memasukkan biji kopi terbuat dari plat baja stainless dengan
ketebalan 1 mm, kemudian, plat baja stainless dipotong menjadi 4 bagian
selanjutnya 4 plat tersebut dibending kemudian dilas hingga membentuk
corong.
3.3.4 Motor Listrik

Gambar motor listrik


Motor listrik adalah sumber penggerak yang berfungsi menggerakkan peros.
Pada dasarnya pemkaian motor listrik ini digunakan untuk memutar poros
dengan perantara pully dan sabuk, dengan meneruskan putaran ke reducer untuk
memutar poros dan sendok pengaduk.
Berikut merupakan spesifikasi motor listrik yang digunakan:
1. Jumlah kutub (POLE) : 4
2. Jumlah putaran : 1400 rpm
3. Energi (Output) : 0,5 hp – 0,37 kw
4. Tegangan : 0,5 V
5. Frekuensi : 50 Hz

3.3.5 Gearbox (Reducer)

Gambar gearbox (reducer)

Dalam beberapa unit mesin memiliki sistem pemindah tenaga yaitu gearbox
yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga atau daya mesin ke salah satu bagian
mesin lainnya, sehingga unit tersebut dapat bergerak menghasilkan sebuah
pergerakan baik putaran maupun pergeseran.Gearbox merupakan suatu alat
khusus yang diperlukan untuk menyesuaikan daya atau torsi (momen/daya) dari
motor yang berputar, dan gearbox juga adalah alat pengubah daya dari motor
yang berputar menjadi tenaga yang lebih besar.
Fungsi gearbox atau reducer adalah untuk memindahkan dan mengubah tenaga
dari motor yang berputar, yang digunakan untuk memutar spindle mesin maupun
gerakan feeding dan juga berfungsi untuk mengatur kecepatan gerak dan torsi
serta berbalik putaran, sehingga dapat bergerak maju mundur.
(https://gearboxreducer.blogspot.com/2015/11/gearbox.html)
Berikut merupakan spesifikasi motor listrik yang digunakan:
1. Diameter dalam : 15 mm
2. Diameter luar : 22 mm
3. Rasio : 1 : 20

3.3.6 Poros dan Sendok Pengaduk

Gambar poros

Gambar Sendok pengaduk

Dalam merancang sebuah poros hal yang perlu diperhatikan adalah bahan poros,
ukuran poros ( panjang, diameter ), torsi yang ada pada poros serta daya yang
menggerakkannya.
Poros yang terbuat dari baja ST 60 dibubut bertingkat hingga berukuran 24 28
mm serta memiliki panjang 660 mm. Pengaduk dibuat dari baja silinder dan plat
stainless yang telah dipotong-potong dengan ketebalan 3 mm dengan ukuran 220
mm x 30 mm, kemudian dilas pada baja pipa dengan tebal dalam 29 mm dan
diameter luar 45 mm yang dibaut diporos.
Sebelum mencari diameter poros, maka harus mencari gaya yang ada pada
poros, momen yang terjadi pada poros dan mencari momen tahanan bengkok
dari poros.

Diameter poros yang sesuai dapat dihitung dengan persamaan-persamaan


sebagai berikut :
Momen punter (disebut juga sebagai memen rencana) adalah T(kg.mm) maka :

Pd =¿ ¿ ¿ ………………….. (3.1a)
Sehingga
5 Pd
T = 9,74 x 10 n ………………………..(3.1b)
1

(Sularso, 2008 ; 7)
Dimana :
Pd = Daya rencana [kW]
T = Momen punter [kg.mm]
n1 = Putaran poros [rpm]

Bila momen rencana T (kg.mm) dibebankan pada suatu diameter poros d s (mm),
maka tegangan geser τ ( kg/mm2 ) yang terjadi adalah :
T 5,1T
τ= = …………………(Sularso, 2008 ; 7)
(πd 3
s /16 ) d 3s

Besarnya tegangan geser dapat dihitung dengan rumus :


σb
σ a= ……………………………….. (Sularso , 2008 ; 8 )
Sf 1 x Sf 2
Dimana :
σ a=¿Tegangan geser (Kg/mm2 )
σ b=¿ Tegangan tarik (Kg/mm2 )
Sf 1=¿ Faktor keamanan untuk baja karbon : 6
Sf 2=¿ Faktor keamanan untuk konsentrasi tegangan : 1,3 – 3

Untuk diameter poros dapat dihitung dengan rumus:


d s =¿………………… (3.1c)
(Sularso, 2008 ; 8)
Untuk berat poros dapat dihitung dengan rumus :
π 2
M p = γ .l . d
4
F p=M p .Gravitasi
Dimana :
d s =¿ Diameter poros (mm)
M p= Berat poros
K t = Faktor koreksi untuk tumbukan
C b= Pemakaian beban lentur
T = Momen puntir rencana (kg.mm)
γ = Berat jenis baja karbon 7850 (kg/m3 ¿
3.3.7 Transmisi Antara Poros dengan Gearbox
Bahan yang digunakan untuk pembuatan transmisi antara poros dengan gearbox
adalah ST37 silinder yang dibubut hingga berukuran diameter 40 mm dan
diameter dalam pada sisi poros 24 mm dan pada sisi motor 22 mm, pada bagian
diameter dalam dibor dengan diameter 7 mm sebagai dudukan pasak.

Gambar Transmisi antara poros dengan gearbox


3.3.8 Pully dan Sabuk-V (V-belt)

Sistem transmisi adalah sistem yang berfungsi untuk mengkonversi torsi dan
kecepatan putar mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda untuk
diteruskan ke penggerak akhir. Konversi ini mengubah kecepatan putar yang
tinggi menjadi lebih rendah dan bertenaga atau sebaliknya. Ada dua jenis sistem
transmisi yang umum digunakan dalam dunia permesinan, yaitu menggunakan
sprocket juga sepasang pulley dan V-belt. Pada penggunaannya pulley selalu
berpasangan dan dihubungkan menggunakan V-belt. V-belt adalah sebuah
produk power transmission terbuat dari karet dan mempunyai penampung
trapeziu, dan digunakan sebagai inti sabuk untuk membawa tarikan yang besar.
Sabuk-V dibelitkan pada alur pulley yang berbentuk V pula memliki tingkat
ketegangan yang tertentu dan memiliki pengaruh. Ketegangan yang terjadi ialah
diakibatkan daya tarik yang ada pada sabuk dari pulley input dan output yang
saling berlawanan arah.
Pulley dan V-belt juga memiliki fungsi tertentu serta kelebihan dan kekurangan
dalam mentransfer putaran.
Gambar sistem pulley
Pulley dan V-belt memiliki fungsi sebagai berikut:
 Mentransmisikan daya dari penggerak menuju komponen yang digerakkan.
 Mereduksi putaran
 Mempercepat putaran
 Memperbesar torsi
 Memperkecil torsi
Sedangkan V-belt berfungsi sebagai :
 V-belt digunakan untuk mentransmisikan daya dari poros yang satu keporos
yang lainnya melalui pulley yang berputar dengan kecepatan yang sama atau
berbeda.
Sabuk V-belt adalah salah satu transmisi penghubung yang terbuat dari karet dan
mempunyai penampang berbentuk trapesium. Dalam penggunaannya sabuk-V
dibelitkan mengelilingi alur pulley yang berbentuk V. Bagian sabuk yang
membelit pada pulley akan mengalami lengkungan sehingga lebar bagian
dalamnya akan bertambah besar. Sabuk-V banyak digunakan karenak sabuk-V
sangat mudah dalam penanganannya dan murah harganya. Selain itu sabuk-V
juga memiliki keunggulan lain yaitu akan menghasilkan transmisi daya yang
besar pada tegangan yang relatif rendah, sabuk-V bekerja lebih halus dan tak
bersuara. Selain memiliki keunggulan sabuk-V juga memiliki kelemahan berupa
terjadinya slip.
Berikut ini adalah kelebihan yang dimiliki oleh sabuk-V:
a) Sabuk-V dapat digunakan untuk mentransmisikan daya yang jaraknya relatif
jauh.
b) Memiliki faktor slip yang kecil.
c) Mampu digunakan untuk putaran tinggi.
d) Pengoperasian mesin menggunkan sabuk-V tidak membuat berisik.
Gambar Kontruksi dan ukuran penampang Sabuk-V
(Sularso, 2000)

3.3.8.1 Bahan dari V-Belt :


V-belt merupakan media yang terbuat dari beberapa material sehingga dapat
berfungsi sesuai dengan yang diharapkan, berikut ini adalah bahan yang terdapat
pada V-belt secara garis besar :
a) Kampas/terpal berfungsi sebagai bahan pengikat struktur karet.
b) Karet berfungsi sebagai elastisitas dari V-belt dan menjaga agar V-belt tidak
slip.
c.) Kawat pengikat berfungsi penguat agar V-belt tidak gampang putus.

Berikut adalah sabuk-V yang akan digunakan :

Gambar Sabuk-V A49


Karena sabuk-V ini memiliki keuntungan sebagai berikut :
 Tarikan tahan terhadap beban kejut sesekali atau berulang
 Ketahanan yang sangat baik terhadap minyak dan panas
 Cocok untuk berbagai transmisi daya tugas ringan hingga sedang

3.3.8.2 Daya dan Momen Perencanaan


Supaya hasil perencanaan aman, maka besarnya daya dan momen untuk
perencanaan dinaikkan sedikit dari daya yang ditransmisikan (P), yang disebut
dengan daya perencanaan atau daya desain (Pd ) yang dapat dinyatakan dengan
persamaan :
Pd =f c . P.................................................................................. (3.1d)
(Sularso, 1997 : 7 )

Dimana :
Pd = Daya Perencanaan
f c = Faktor koreksi
P = Daya yang ditransmisikan

Hubungan antara daya dan torsi dapat dilihat pada rumus – rumus dibawah ini :
1. Torsi satuannya kg.cm dan Daya satuannya HP
(dobrovolsky, 1985 : 401)
P
T = 71.620 .............................................................................(3.1e)
n
Dimana : T = Torsi, kg.cm
P = daya, HP
n = putaran poros, rpm
2. Torsi satuannya kgf.mm dan Daya satuannya kW
(Sularso, 2000 : 7)
5 P
T = 9,74.10 ........................................................................(3.1f)
n
Dimana : T = Torsi , kg.mm
P = Daya, kW
3. Torsi satuannya lbf.in dan Daya satuannya HP
(Collins Jack A, 2003 : 180 )
P
T = 63.025 ............................................................................(3.1g)
n
Dimana : T = Torsi, lbf.in
P = Daya, HP
4. Torsi satuannya N.m dan Daya satuannya HP
( deutschman, 1983 : 334 )
P
T = 9549 ...............................................................................(3.1h)
n
Dimana : T = torsi , N.m
n = kW
Persamaan diatas menyatakan hubungan antara torsi dan daya dengan
berbagai macam satuan, bila yang diinginkan torsi-perencanaan T d , maka
daya yang dipakai adalah daya perencanaan ( Pd )

3.3.8.3 Pemilihan Belt


Setelah diperoleh Daya desaign (Pd) dan putaran puleyang kecil (n), maka jenis
belt dapat dicari dengan menggunakan gambar dibawah ini.
(Sularso,1997 : 7)
Gambar Diagram pemilihan Sabuk-V
3.3.8.4 Rekomendasi Panjang Keliling V-belt
V-belt memiliki ukuran panjang keliling sesuai tipenya masing-masing dan
panjang keliling tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel keliling standar V-belt


Section Circumference, mm
A 660,787,838,1067,1168,1219,1346,1397,1447,1524,1574,1626,1727,1803,1905,
1981,2032,2159,2286,2438,2667,2845,3048,3251
B 889,965,1067,1168,1219,1295,1346,1397,1447,1524,1574,1626,1617,1727,1803,
1900,1981,2007,2057,2159,2286,2362,2464,2540,2616,2667,2849,3048,3251,
3327,3454,3638,4013,4394,4572,4953,5332,6069,6858,7620
C 1925,1524,1727,1905,2057,2159,2286,2438,2667,2845,30448,3251,3454,3658,
4013,4115,4394,4572,5334,6096,6858,7620,8382,9144,9900,10668
D 3048,3251,3658,4013,4115,4394,4572,4953,5334,6096,6858,7620,8382,9144,
9906,10668,12192,13716,15240,16764
E 4572,4953,5334,6096,6858,7620,8382,9144,9906,10668,12192,13716,15240
(sumber : Joseph dan Charles, 2001)

3.3.8.5 Panjang Toleransi V-belt


Panjang toleransi dalam hal ini memiliki panjang yang berbeda-beda setiap tipe
sabuk yang digunakan. Panjang toleransi adalah panjang yang ditambahkan
dengan nilai panjang keliling V-belt yang akan digunakan sebagai antisipasi
dalam menerima beban dinamis. Panjang toleransi tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut :

Tabel dimensi konversi panjang (panjang toleransi)


Bagian Sabuk A B C D E
Jumlah yang akan 33 45 74 84 114
ditambahkan
(Sumber : Joseph dan Charles, 2001)

3.3.8.6 Panjang Koreksi Sabuk


Panjang belt memiliki beberapa ketentuan yang telah ditetapkan dan ketetapan
ini telah dianggap efisien dalam penggunaannya seperti yang direkomendasikan oleh
buku Mechanical engineeing design, Joseph E. Shigley dan Charles R. Miscke dalam
tabel berikut :
Length Nominal Belt Length, mm
Factor A Belts B Belts C Belts D Belts E Belts
0.85 Upto 890 Upto 1170 Upto 1875 Upto 3200 Upto 4875
0.90 965-1170 1120-1500 2025-2400 3600-4050 5250-6000
0.95 1220-1400 1520-1875 2625-3000 4325-5250 6750-7500
1.00 1500-1875 1950-2425 3200-3950 6000 8250-9750
1.05 1950-2250 2625-3000 4050-4875 6750-8250 8250-9750
1.10 2400-2800 3200-3600 5250-6000 9000-10500 10500-
12000
1.15 3000 and up 3950-4500 6750-7500 12000 13500-
15000
1.20 4875 and up 8250 and up 13500 and 16500 and
up up
(sumber : Joseph dan Charles, 2001)
 Rumus menghitung panjang sabuk-V
π 1
L = 2C +
2
( d p+ D p )+
4c
¿………................(3.1i)

(Sularso, 1997; 170)

Dimana :
N 1 = Putaran pully penggerak (rpm)
N 2 = Putaran pully yang digerakkan (rpm)
D p = Diameter pully yang digerakkan (mm)
d p = Diameter pully penggerak (mm)
L = Panjang V-belt
C = Jarak sumbu poros

Menentukan panjang sabuk-V :


L=¿
Dimana :
L = Sabuk (mm)
r 1= Jari-jari pully motor
r 2= Jari-jari pully poros
x = Jarak antara kedua pully
 Rumus menghitung kecepatan V-belt
V = π d n / 1000 ........................................ (3.1j)
(Joseph dan Charles, 2001)
Dimana :
V = kecepatan (rad/s)
d = diameter input (mm)
n = putaran poros (rpm)
 Rumus menghitung jarak sumbu poros :
C =b+ √ b 2−8 ¿ ¿ ¿…………………..........................(3.1k)
(Sularso, 2008; 170)

Dimana :
b = 2L – π ( D p + D p )

 Rumus menghitung sudut kontak


57(D−d)
θ = 180 – ............................................. (3.1l)
C
(Sularso, 2008; 184)

Dimana :
θ = sudut kontak (rad)
D = diameter pulley output (mm)
d = diameter pulley input (mm)
C = jarak kedua poros (mm)
 Rumus menghitung gaya sentrifugal

F c= K c
( )
V 2
2.40
............................................... (3.1m)

(Joseph dan Charles, 2001)

Dimana :
V = kecepatan belt dalam (m/s)
Kc = parameters V-belt
Fc = tegangan sentrifugal

3.3.8.7 Rekomendasi Tegangan V-belt


Untuk mendapat kinerja dan penggunaan belt yang efisien. Apabila ditinjau dari
sisi tegangannya, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menentukan tegangannya, yaitu jenis V-belt yang digunakan, diameter, putaran
yang dihasilkan, serta perbandingan putaran input dan outputnya. Maka dapat
diketahui berapa nilai tegangan yang direkomendasikan yang baik apabila
ditinjau dari sisi tegangannya yang mempengaruhi mengetahui tegangan yang
baik dan efesien dalam penggunaannya, maka harus mengikuti tegangan yang
telah direkomendasikan seperti pada tabel berikut :

Tabel Rekomendasi tegangan

(Sumber : Joseph dan Charles, 2001)


Rumus menentukan tegangan sabuk-V :
T1
2,3 log =μ . θ
T2

T 1=¿f .b .t
Dimana :
f = Tegangan Tarik bahan sabuk 25 kg/cm 3
b = Lebar sabuk
t = Tinggi sabuk

3.3.8.8 Daya Tahan Sabuk-V


Sabuk-V memiliki daya tahan tertentu setiap tipenya dan daya tahan tersebut
ialah daya yang didapat diterima sabuk sampai sabuk tersebut mengalami
kerusakan fisik sehingga tidak dapat digunakan lagi. Nilai dari daya tahan
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
(sumber : Joseph dan Charles, 2001)
3.3.8.9 Kecepatan Keliling atau kecepatan Linier
Besarnya kecepatan keliling atau kecepatan linier yang biasa dilambangkan “v “
atau “u” dapat dinyatakan dengan persamaan.
π . D1 . n1
v= ..................................................................................(3.1n)
60 x 1000
Dimana :
v = kecepatan linier belt ( m/det),
D = diameter pulley, mm
n = putaran pulley, rpm
π . D1 . n1
v= .................................................................................(3.1o)
60 x 12
(Sularso, 1997 : 170)
Dimana :
v = Kecepatan linier belt ( ft/det)
D = Diameter pulley, (in)
Perhatikan persamaan diatas, diameter dan putaran pulley ( D dan n ) berada
dalam satu benda, artinya bila D1 maka putarannya juga n1 , dan bila D2 maka
putarannya juga n2 .
Rumus menghitung putaran pada pully :
N1 Dp
=
N2 dp
d p . N 1=D p . N 2 ……………………. (3.1p)
(Sularso, 2008; 166)

Kecepatan linier (v) sabuk-V adalah :


d p . n1
v= …………………………… (3.1q)
60 x 1000
(Sularso, 2008; 166)

Menentukan panjang sabuk-V :


L=¿
Dimana :
L = Sabuk (mm)
r 1= Jari-jari pully motor
r 2 = Jari-jari pully poros
x = Jarak antara kedua pulley

3.3.9 Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros yang mempunyai beban,
sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus,
aman, dan mempunyai umur yang panjang. Fungsi bantalan untuk mengurangi
gesekan antara poros dengan elemen mesin lainnya dari suatu putaran.
Bantalan yang digunakan adalah UCP 205 yaang memiliki spesifikasi :
1. Diameter luar = 48 mm
2. Diameter dalam = 25 mm
3. Putaran poros = 50 rpm

Berikut adalah bantalan yang akan digunakan :

Gambar Bantalan UCP 205

Karena bantalan ini memiliki fungsi yang sangat vital bagi mesin maka perlu
diperhatikan soal pelumasannya. Pelumasan memiliki tujuan untuk mengurangi
gesekan dan keausan antara elemen-elemen bantalan dengan rumahnya,
membawa keluar panas yang terjadi, mencegah korosi dan menghindari
masuknya debu atau kotoran. Pelumasan dibagi dua macam yaitu pelumasan
gemuk/grease dan minyak/oil.

3.3.10 Pasak
Pasak merupakan sepotong baja lunak (mild steel). Pasak adalah suatu elemen
mesin yang dipakai untuk menetapkan bagianbagian mesin seperti roda gigi,
sprocket, pulley, kopling pada poros. Suatu pasak juga dapat digunakan untuk
memindahkan daya putar. Pemasangan pasak antara poros dan hub dilakukan
dengan membenamkan pasak pada alur yang terdapat antara poros dan hub
sebagai tempat dudukan pasak dengan posisi memanjang sejajar sumbu poros.

Gambar Ukuran pasak dan alur pasak

3.3.12 Termometer
Termometer berfungsi untuk mengukur suhu yang berada didalam tabung
selama proses penyangraian berlangsung.
3.3.13 Sambungan daya listrik
Gambar Stop contact
Bahan yang digunakan ialah kabel NYMHY 2 x 1,5 mm2 300/500 V dengan
panjang 1700 mm. Menggunakan kepala cok stop contact agar mudah saat
memulai dan menghentikan proses penyangraian.

3.3.14 Mur dan Baut

Gambar Mur dan Baut


Mur dan baut merupakan alat pengikat yang sangat penting dalam suatu
rangkaian mesin dan untuk mencegah kecelakaan dan kerusakan pada mesin.
Pada mesin sangrai biji kopi ini, mur dan baut digunakan untuk pengikat
beberapa komponen yaitu :
1. Untuk pengikat pada dudukan motor listrik
2. Untuk pengikat pada dudukan gearbox
3. Untuk pengikat bantalan
4. Untuk pengikat tabung bagian depan dan penutupnya.
Setelah semua bagian selesai di baut dan di mur, kemudian masing-masing
bagian dirakit hingga selesai, kemudian mesin dicat agar menghindari korosi dan
agar lebih cantik.
3.4 Metode Pengujian
Pengujian dilakukan dengan tujuan mengetahui proses kerja dan karakteristik
mesin apakah dapat menyangrai biji kopi sebanyak 6 kg dan apakah mesin dapat
berjalan dengan baik. Dan pada pengujian ini terbagi menjadi beberapa bagian
seperti : pengujian proses, pengujian suhu, pengujian kualitas kopi dan
pengujian kadar air kopi.
1. Pengujian proses
Pada pengujian ini bertujuan untuk mengetahui lama waktu penyangraian
biji kopi mentah yang telah disangrai hingga matang. Pengujian dilakukan
dengan set suhu pemanas 200 ℃ pada tabung penyangrai dan waktu yang
dibutuhkan untuk memanaskan tabung berkisar 10 menit.
2. Pengujian suhu
Pada pengujian ini bertujuan untuk mengetahui panas dalam tabung. Pada
saat pengujian suhu tabung dengan menggunakan thermometer untuk
melihat suhu dalam tabung. Pada saat awal pengujian pemanasan dilakukan
pada tabung adalah dengan melihat proses pemanasan tabung dari 0 ℃ –
200 ℃ dan memerlukan waktu berkisar hingga 10 menit menggunakan api
besar pada kompor gas. Dan alasan saya menggunakan api besar pada
kompor bertujuan untuk mempercepat proses pemanasan.
3. Pengujian kualitas kopi
Pada pengujian ini bertujuan untuk memenuhi standar nasional kualitas kopi
berdasarkan SNI.01-2983-1992.

Gambar Level roasting biji kopi


Tingkatan level roasting ada tiga yang utama, yaitu light, medium, dan dark.
Light roast ditandai dengan warna yang masih coklatmuda, cita rasanya
asam, aroma sangrai kurang tercium dan belum ada minyak yang
keluar.Berikutnya adalah medium roast, ditandai dengan warna coklat tua,
cita rasa terasa manis, aroma sangrai sangat tajam tercium dan munculnya
sedikit minyak pada kopi, medium roasting merupakan tingkatan roasting
yang paling sering digunakan. Dan yang terakhir adalah dark roast ditandai
dengan warna coklat gelap atau cenderung hitam, rasa kopi juga cenderung
pahit dan menutupi rasa khas dari masing-masing kopi, dan minyak kopi
banyak yang muncul.
4. Pengujian Kadar Air Kopi
Pada pengujian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kadar air kopi hasil
sangrai. Dari hasil pengujian didapatkan kadar air sebesar 2 %.

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Perhitungan Masing-Masing Elemen Mesin


Elemen mesin merupakan bagian suatu konstruksi yang mempunyai bentuk serta
fungsi tersendiri. Berikut adalah perhitungan elemen-elemen mesin sangrai biji
kopi :
4.4.1 Menghitung kpasitas tabung sangrai
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam proses penyangraian, maka hanya
1
dari volume tabung yang terisi oleh biji kopi. Dapat diperoleh perhitungan
8
sebagai berikut :
1 2
V= πr t
8
1
V= 3,14 (15¿2 40
8
1
V= 28,260
8
V = 3,5325 cm3 = 3,5 kg
4.4.2 Menghitung sendok pengaduk
Untuk mengukur sendok pengaduk, perlu diperhatikan ketebalan dari biji kopi
yang akan disangrai. Dapat dilihat dari tabel syarat mutu khusus kopi, maka
ukuran standard biji kopi antara 5 sampai 7,5 mm.

Ukuran Kriteria Persyaratan


Besar Tertahan ayakan 7,5 mm Maks lolos 5%
Sedang Lolos ayakan 7,5. Tertahan Maks lolos 5%
ayakan 6,5 mm
Kecil Lolos ayakan 6,5 mm. Maks lolos 5%
Tertahan ayakan 5,5 mm
Tabel 4.1 Syarat mutu khusus biji kopi robusta basah

Ukuran Kriteria Persyaratan


Besar Tertahan ayakan 6,5 mm Maks lolos 5%
Kecil Lolos ayakan 6,5 mm. Maks lolos 5%
Tertahan ayakan 3,5 mm
Tabel 4.2 Syarat mutu khusus biji kopi robusta pengolahan kering

Sumber : https://www.cctcid.com/2018/08/29/beberapa-standard-
pemeringkatan-mutu-biji-kopi-2/

Maka kami perhitungkan jarak antara sendok pengaduk dengan tabung sangrai
harus lebih kecil dari biji kopi agar biji kopi tidak terjepit diantara sendok
pengaduk dan tabung sangrai.
Gambar 4-1 jarak antara daun sendok dengan permukaan silinder

4.1.3 Analisa perpindahan panas pada biji kopi


Perpindahan panas terjadi antara api dari kompor menuju biji kopi yang berada
didalam tabung sangrai.
Berikut adalah panas yang dibutuhkan biji kopi pada saat penyangraian :

Gambar 4-2 Grafik proses penyangraian biji kopi


Dari tabel diatas kita dapat melihat beberapa suhu yang dibutuhkan biji kopi
untuk mencapai tingkat kematangan yang diinginkan.
1. Untuk mencapai evaporasi air (pengurangan kadar air),dibutuhkan suhu
160°C dalam waktu 6 menit;
2. Reaksi maillard adalah reaksi antara karbohidrat khususnya gula
pereduksi dengan gugus amino primer. Hal ini menghasilkan produk
bewarna cokelat yang sering dikehendaki. Reaksi ini terjadi pada suhu
175ºC dalam waktu 7 menit di dalam tabung sangrai setelah evaporasi;
3. Karamelisasi adalah pencokelatan non-enzimatik yang mana
dipergunakan secara luas dalam memasak untuk menghasilkan rasa
manis dan warna cokelat. Terjadi pada suhu 200ºC dalam waktu 9 menit
setelah maillard;
4. Pirolisis adalah dekomposisi bahan organik melalui proses pemanasan
dimana material mentah akan mengalami pemecahan structural kimia.
Terjadi pada suhu 208°C dalam waktu 11 menit setelah karamelisasi.

4.1.4 Menghitung perencanaan transmisi

Gambar 4-3 Perbandingan Pulley motor lisrik dan pulley reducer

Dimana :
Diamater pully motor listrik (D p1) = 90 mm
Diameter pully input reducer (D p2) = 126 mm
Kecepatan putar motor listrik ( N 1) = 1400 rpm
Rasio reducer yang digunakan = 1:20

Maka :
N 1 D p2
=
N 2 D p1
1400 126
=
N2 90
1400.90
N2 =
126
N2 = 1000 rpm
Makakecepatan putaran dari pully motor listrik ke pully reducer adalah 1000
rpm.
Menghitung kecepatan output pada reducer diambil dari kecepatan putaran
dari input reducer yang telah melewati perbandingan 1:20 adalah:
1000
N3 =
20
N3 = 50 rpm
Makakecepatan putaran yang dihasilkan reducer adalah 50 rpm.

4.1.5 Menghitung perencanaan daya motor listrik


Dalam merancang mesin sangrai biji kopi ini di desain untuk pekerjaan yang
bisa dilakukan di rumah. Maka pemilihan motor yang digunakan adalah motor
listrik. Karena jika pemilihan motor yang digunakan adalah motor bakar maka
akan menimbulkan polusi dari bahan bakar. Pemilihan motor listrik yang
digunakan haruslah daya nya lebih besar dibandingkan kebutuhan daya sendok
penganduk maka motor yang digunakan memiliki daya 0,5 Hp dengan putaran
mesin 1400 Rpm.

Daya yang akan ditransmisikan fc


Daya rata-rata yang diperlukan 1,2-2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8-1,2
Normal 1,0-1,5
Tabel 4.4 Faktor koreksi

Menurut faktor koreksi diatas, diambil daya maksimum sebagai daya rencana
dengan faktor koreksi sebesar 1,2. Harga ini diambil dengan pertimbangan
bahwa daya yang direncanakan akan lebih besar dari daya maksimum sehingga
poros semakin aman terhadap kegagalan akibat momen punter yang terlalu
besar.

Maka:
Pd = f c . P
Pd = 1,2 , 0,372
Pd = 0,4464 kW

Dimana :
Pd = Daya perencanaan (kW)
f c = Faktor koreksi
P = Daya masukan (kW)

4.1.6 Pemilihan dan perhitungan sabuk – V


Berikut ini penentuan panjang sabuk :
L=¿
Dimana :
L = Sabuk (mm)
r 1= Jari-jari pully motor = 63 mm
r 2= Jari-jari pully poros = 45 mm
x = Jarak antara kedua pully = 470 mm
L=¿
L = 339,12 + 940 + 24,81
L = 1303,93 (mm) = 51,37 inchi
Dari hasil perhitungan yang dilakukan, maka panjang sabuk standart yang
digunakan adalah 1303,93 mm. Tipe sabuk-V yang digunakan adalah tipe
sabuk-V tipe A49 dengan ukuran 51,3 inchi.

Gambar 4-4 Tabel tipe sabuk dan ukurannya


1. Kecepatan sabuk-V dapat dihitung melalui perhitungan yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
π.Dη
V =
60
π . D p1 . N 1
V =
60
3,14 .90 mm .1400 rpm
V =
60
3,14 , 0,09 m. 1400 rpm
V =
60
V = 6,594 m/s
Menentukan besar sudut kontak (θ)
θ1 = sudut komtak pada pully motor
θ2 = sudut kontak pada pully poros
θ1 = 180° +2α
r 1−r 2
sin α =
x
63−45
sin α = = 0,0382°
470
α = 2,18°
Maka :
θ1 = 180° + 2 . 2,18°
θ1 = 184,36°
θ2 = 180°- 2α
θ2 = 180° - 2 . 2,18°
θ2 = 175,64°
2. Menentukan tegangan sabuk-V :
T1
2,3 log =μ . θ
T2
T1 = f .b. t
Dimana :
f = Tegangan tarik bahan sabuk 25 kg/cm3
b = Lebar sabuk = 12,5 mm =1,25 cm
t = Tinggi sabuk = 9 mm = 0,9 cm

Maka T 1 [Pada pully motor] :


T 1 = 25. 1,25 .0,9
T 1 = 28,12 kg = 275,63 N

T1
2,3 log =μ . θ
T2

μ.θ
T 1/¿T 2 ¿ = 10
2. 3
0.3 .1,77
T 1/¿T 2 ¿ = 10
2.3
T 1/¿T 2 ¿ = 100,23
T1 = 1,7 . T 2

Maka :
T1
T2 =
1,7
275,63 N
T2 =
1,7
T2 = 162,13 N

3. Daya yang ditransfer oleh sabuk-V


Pt = ( T t1 + T t2 ) V

Dimana :
T t1 = T1 + Tc
T t1 = 275,63 N + 31,45 N
T t1 = 307,17 N

Dan
T t2 = T2 + TC
T t2 = 162,13 N + 31,54 N
T t2 = 193,67 N

Maka, daya yang ditransfer oleh sabuk-V


Pt = (T t 1−T t 2) . 6,594 m/s
Pt = ( 307,17 N – 193,67 N ) . 6,594 m/s
Pt = 748,419 watt
Pt = 1,002 HP
4.1.7 Perhitungan poros
Perencanaan sebuah poros untuh memindahkan daya dari motor listrik 0,37
kW dengan putaran 1400 rpm. Poros mengalami beban lentur dan beban puntir,
serta terdapat alur pasak. Jika satu hari mesin bekerja selama 5 jam dengan
tumbukan ringan dan bahan poros terbuat dari baja batang difinis dingin
(S30C-D).
Penyelesaian :
1. Daya yang ditransmisikan P = 0,37 kW, putaran η1 = 1400 rpm.
2. Faktor koreksi untuk tumbukan ringan f C = 1,0.
3. Harga daya yang direncanakan :
Pd = f C . P
Pd = 1,0 . 0,37
Pd =0,37
4. Harga momen puntir rencana adalah :
5 0,37
T = 9,74 x 10 = 257,41 (kg. mm)
1400
5. Kekuatan bahan S30C-D dari tabel bahan diketahui :
Tegangan tarik σ B = 58 (kg/mm2 )
Faktor keamanan untuk menghitung tegangan geser izin Sf 1 = 6,0
Faktor keamanan untuk konsentrasi tegangan Sf = 2,0
58
6. Tegangan geser yang diijinkan τ d = = 4,83 (kg/mm2 )
(6,0 . 2.0)
7. Karena poros mengalami beban lentur maka diambil faktor beban lentur
C b =2,0 dan faktor koreksi untuk momen puntir K t = 1,5.
8. Dengan memasukkan harga tegangan geser yang diijinkan, momen
puntir rencana, factor keamanan, faktor beban lentur dan faktor koreksi
untuk momen puntir pada rumus untuk menghitung diameter poros.
ds =¿
ds =¿
ds = [872,416770188]1/ 3
ds = 9.55523 (kg. mm)
Maka diameter poros adalah 10 mm.
9. Pemasangan poros pada konstruksi mesin selalu ditumpu oleh beberapa
bantalan agar poros dapat beputar dengan lancar dan kokoh. Bantanlan
disesuaikan dengan diameter bantanlan. Maka poros dibuat bertangga
besar.

Gambar 4-5 Tabel penampang alur pasak (Sularso, 1997)


Konsentrasi tegangan pada poros bertangga dari diagram R.E Peterson
adalah jari-jari fillet dibagi dengan diameter poros d yaitu 2/10 = 0,2 dan
dari hasil bagi diameter poros didapatkan 14/10 = 1,4. Maka besar harga
faktor konsentrasi tegangan untuk poros bertangga β = 1,1.
Gambar 4-6 Faktor konsentrasi tegangan β
Pemasangan pada poros (roda gigi/pulley) dihubungkan dengan pasak
agar dapat ikut berputar bersama-sama dengan poros, untuk itu pada
poros harus dibuat alur pasak sebagai tempat pemasangan pasak alur
pasak yang dibuat mengakibatkan terjadinya konsentrasi tegangan pada
bagian tersebut.
Besar harga faktor konsentrasi pada poros beralur pasak (α ) dapat
diperoleh dengan diagram R.E Peterson. Harga konsentrasi tegangan
pada poros dengan alur pasak didapat poros yaitu 10 mm sama dengan
0,02.
Maka didapat (α ) = 2,175. Maka yang dipergunakan adalah harga α .

Gambar 4-7 faktor konsentrasi tegangan α


Harga tegangan geser izin yang dipergunakan untuk menghitung
diameter pada huruf h didapat dengan menggunakan faktor tegangan
yang diambil sembarang yaitu 2,175. Maka perlu diadakan pengecekan
apakah τ a = Sf 2 /α lebih besar atau lebih kecil dari τ C b K t.
Jika ternyata lebih kecil berarti diameter yang didapatkan harus dikoreksi
menjadi lebih besar sedangkan jika lebih kecil berarti diameter tersebut
sudah sesuai atau sudah cukup kuat.
10. Pengecekan hasil perhitungan huruf h. Tegangan yang terjadi dapat
dihitung dari persamaan :
5.1 T 5,1 .257,41
τ= =
d s3 ¿¿

Maka tegangan geser yang terjadi dikalikan dengan faktor beban lentur
dan faktor koreksi beban, yaitu :
2
τ C b K t=1,31 ∙2,0 ∙ 1,5=3,93 (kg /mm )
Maka tegangan geser yang dizinkan dikalikan dengan Sf 2 dibagi dengan
α.
S f 2 3,93∙ 2,0 2
τ a= = =3,61(kg/m m )
α 2,175
Sf 2
Maka τ a <τ C b K t
α
3,61 < 3,93 maka harga diameter hasil perhitungan huruf h harus
dikoreksi dan dihitung ulang diameter poros menjadi lebih besar, yaitu :
Buatlah diameter d s = 24 mm
Diameter bagian bantalan = 28 mm
Jari-jari fillet (28-24)/2 = 2 mm
Alur pasak 8 x 3,5 x 0,25
Konsentrasi dari poros bertingkat adalah :
2 28
=0,083 ; =1,16 ; β=1,18
24 24
Konsentrasi dari poros dengan alur pasak adalah :
0,25
=0,01 , α =3,1
24
α >β
11. Tegangan yang terjadi adalah :
5,1 ∙ 257,41
τ=
¿¿
1312,791
τ=
13,824
2
τ =0,094 (kg /m m )
Maka tegangan geser yang diizinkan faktor beban lentur dan faktor
koreksi beban :
τ C b K t=0,094 ∙2,0 ∙ 1,5=0,282(kg/m m2 )
τ Sf 2
Maka >τ C b K t atau sudah baik.
α
12. Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa harga diameter poros
yang dapat dipakai adalah d s =24 mm dari bahan S30C-D
Diameter poros = ∅ 24 mm x ∅ 28 mm
Jari-jari fillet = 2 mm
Pasak = 8 x 3,5 x 0,25
4.1.8 Perhitungan Pasak
1. Bahan pasak
Terbuat dari bahan baja karbon konstruksi mesin S30C dengan kekuatan
tarik 48 kg/mm2.
2. Menentukan ukuran dan kekuatan pasak
Menentukan torsi :
pd
T = 9,74 ∙ 105
n
Dimana :
T = Torsi [kg.mm]
pd = Daya rencana = 0,37[Kw]
N = Putaran = 1400 [rpm]
d s = Diameter poros = 28 [mm]

0,37
T = 9,74 . 105
1400
T = 259,39 kg.mm
Menetukan gaya tangensial pasak :
T
F = ds
2
259,39
F = 28
2
F = 18,52 kg

3. Menentukan tegangan geser yang timbul pada pasak


F
τ k=
b ∙l

Dimana :
τk = tegangan geser yang timbul pada pasak [kg/mm2 ¿
F =gaya tangensial pasak [kg]
b = lebar bahan pasak 25-35% dari diameter poros. Maka dapat
diperoleh 28 x 30% = 8,4 mm
l = panjang pasak ditentukan diantara 0,75-1,5 dari diameter poros.
Maka dapat diperoleh 0,75 x 28 = 21 mm
18,52
τ k=
8,4 ∙21
τ k = 0,105 kg/mm 2

4. Menentukan tegangan geser izin pada pasak


σt
τ ka=
Sf k 1 ∙ Sf k 2
Dimana :
τ ka = tegangan geser izin [kg/mm 2 ¿
σt = kekuatan tarik bahan pasak [kg/mm2 ¿
Sf k 1 = faktor keamanan material = 6,0
Sf k 2 = faktor keamanan poros beralur pasak = 2,0
48
τ ka =
6 ∙2
τ ka = 4 kg/mm2
5. Menentukan tekanan permukaan bidang (P)
F
P=
l∙ t
Dimana :
P = tekanan permukaan bidang [kg/mm2 ¿
F = gaya tangensial [kg]
L = panjang pasak [mm]
T = kedalaman alur pasak [mm]
18,52
P=
21 ∙ 4
P = 0,220 kg/mm 2
6. Menentukan tekanan permukaan bidang yang diizinkan ( Pa ¿
F
Pa=
l ∙t
Dikarenakan poros yang digunakan adalah poros berdiameter kecil, maka
tekanan permukaan yang diizinkan adalah Pa = 8 kg/mm2 dan dinyatakan
aman karena tekanan permukaan yang diizinkan (Pa ) lebih besar
daripada tekanan permukaan (P).
7. Menentukan panjang pasak (l 1 ¿ dari tegangan geser yang diizinkan
F
τ k= ≤ 4 kg/mm2
b ∙l 1
18,52
l 1=
8,4 ∙ 4
l 1=¿0,55 mm
8. Menentukan panjang pasak l 2 dari tekanan permukaan yang diizinkan
F
Pa =
l2 ∙ t
18,52
l2 =
8∙4
l 2 = 0,57 mm
Panjang pasak (l k ) yang aktif dipakai adalah 21 mm aman diterapkan karena
lebih panjang dari panjang pasak berdasarkan tegangan geser yang diizinkan dan
dari tekanan permukaan yang diizinkan.
Dengan ketentuan lebar pasak yang baik digunakan yaitu antara 25-35% dari
diameter poros dan perbandingan panjang pasak dengan poros antara 0,75-1,5
dari diameter poros.
b 8,4
= = 0,3 0,25 < 0,3 < 0,35 baik
d s 28
l k 21
= = 0,75 0,75 < 0,75 < 1,5 baik
d s 28

Ukuran pasak : 8 x 7 (standard)


Panjang pasak yang aktif : 21 (mm)
Bahan pasak : S30C
4.1.9 Analisa bantalan
Berat yang diterima bantalan adalah berat sendok pengaduk dan poros, maka :
Berat sendok pengaduk + berat poros = 2,5 kg + 3,2 kg = 5,7 kg.
Dengan demikian gaya yang diterima bantalan adalah gaya pada sendok
pengaduk dan poros, yaitu :
F total =F sendok pengad uk + F poros
F sp =w . g
F sp =¿ 2,5 ∙ 9,81
F sp =¿24,525 [N]

F p=¿ w ∙ g
F p=¿ 3,2 ∙ 9,81
F p=¿ 31,392 [N]

F total=¿ 24,525 + 31,392 = 55,917 [N]


Gambar 4-8 Tabel bantalan

Maka gaya radial sebesar 55,917 [N] dan bantalan yang digunakan tidak
menerima gaya aksial. Bantalan yang digunakan adalah UCP 205 yang memiliki
spesifikasi sebagai berikut :
Diameter luar = 48 mm
Diameter dalam = 25 mm
Dinamik load rating (C) = 100 kg = 9,8 KN
C
Statik load rating ( o) = 635 kg = 6,23 KN
Putaran poros = 50 Rpm

Menentukan beban equivalen dinamis (Pr) :


Pr = X . V . Fr + Y . Fa
Karena gaya aksial Fa = 0, maka :
Nilai V = 1 untuk cincin dalam berputar, dan harga faktor X = 0,56 maka :
Pr = 0,56 ∙ 1∙ 55,917+0
Pr = 31,31 [N]

Untuk menentukan faktor kecepatan ( F n) dapat diperoleh dari persamaan


berikut:

( )
1 /3
F n = 33,13
n
Dimana n adalah putaran poros yaitu 50 rpm.
( )
1 /3
F n = 33,13
50
F n = 0,871
Untuk memperoleh faktor umur bantalan ( F h) untuk bantalan radial dapat
diperoleh melalui persamaan dibawah ini :
C
F h=F n
Pr
Dimana C kapasitas dinamis spesifik = 790, karena bantalan yang dipilih adalah
dengan nomor : 6005 ZZ yang disesuaikan dengan diameter poros 25,4 mm.
Maka faktor unsur bantalan adalah :
C
F h=F n
Pr
790
F h=0,871
31,31
F h=21,97
Umur nominal bantalan (l n) untuk bantalan radial adalah :
l n = 500 F h3
l n = 500 (21,97¿3
l n = 5273341,5285 menit
l n = 87889,02 jam

4.2 Pembahasan
Dari hasil yang diperoleh kami mendapatkan beberapa kelebihan dan
kekurangan pada mesin, yaitu :

 Kelebihan :
1. Harga mesin yang relatif lebih murah.
2. Proses penyangraian optimal atau merata.
3. Kapasitas besar.
4. Baiik untuk produksi rumahan.
 Kekurangan
1. Mekanisme pengaturan suhu tabung sangrai masih manual dengan
mengatur besar kecil api pada kompor.
2. Timbul bunyi pada saat proses penyangraian yang diakibatkan biji kopi
yang kadang terjepit oleh sendok pengaduk sangrai. Karena terdapat
jarak pada sendok pengaduk dengan tabung.
3. Dari hasil proses penyangraian terdapat beberapa biji kopi yang pecah.

Setelah mesin selesai dibuat dan diuji mesin pun dipakai. Berikut adalah cara
penggunaan mesin sangrai biji kopi dengan kapasitas 6 kg :
1. Masukkan cok kesumber listrik, setelah itu tekan stop kontak untuk
menghidupkan motor listrik.
2. Hidupkan kompor dan tunggu beberapa saat hingga temperatur tabung
mencapai 200° C.
3. Setelah suhu tabung sangrai mencapai 200° C, masukkan biji kopi
kedalam tabung sangrai melalui corong masuk.
4. Selama proses penyangraian berlangsung, dapat dilihat sampel biji kopi
yang sedang dimasak melalui gagang pengambilan sampel untuk melihat
tingkat kematangan biji kopi tersebut.
5. Setelah biji kopi hasil sangrai tersebut sudah pas dengan tingkat
kematangan yang diinginkan, matikan kompor dan sediakan wadah
untuk menampung biji kopi yang sudah matang tadi, dan disarankan
wadah untuk menampung biji kopi yang sudah matang memakai
stainless steel dikarenakan biji kopi yang panas, lalu buka tutup tabung
sangrai.
6. Diamkan biji kopi sampai dingin dan sambil diaduk.

4.3 Estimasi Harga Jual Mesin Rancang Bangun


Estimasih harga jual mesin rancang bangun meliputi : biaya materil, biaya
pengerjaan mesin, biaya tarif listrik, biaya total pembuatan mesin, harga jual
mesin rancang bangun, dan break event point.

4.3.1 Biaya material


Biaya material adalah salah satu komponen biaya yang terbesar dalam suatu
proyek dimana porsinya dapat mencapai 50-60% dari total niali proyek.

No Nama Jumlah Ukuran (mm) Harga Total (Rp)


Bahan Satuan
1 Profil L - L 5 x 40 x 40 x 15000 Rp. 245.000 Rp. 3.540.000

2 Plat - • 1 x 1000 x 254 Rp.180.000 Rp. 1.225.000


stainless • 2 x 195 x 118 Rp.80.000.
• 2 x 362 x 286 Rp.105.000
• 6 x 402 x 904 Rp.710.000
• 3 x 372 x 372 Rp.150.000
3 Plat St - 1 x 472 x 1285 Rp.160.000 Rp. 160.000
37
4 Poros St 1 ∅ 30 x 664 Rp.170.000 Rp. 170.000
60
5 St 37 1 ∅ 42 x 98 Rp.55.000 Rp. 55.000
6 Pipa 1 ∅ 23 x 2 x 140 Rp.70.000 Rp. 70.000
Stainless
Total Rp. 5.220.000
Tabel 4.5 Bahan baku mesin
No Nama Bahan Jumlah Ukuran Harga
1 Pulley motor 1 ∅ 90 Rp. 132.000
2 Pulley reducer 1 ∅ 126 Rp. 173.000
3 Motor listrik 1 0,5 HP Rp. 860.000
4 Reducer 1 WPA 60, 1:20 Rp. 780.000
5 Sabuk-V 1 A49 Rp. 40.000
6 Bantalan 2 P205 Rp. 225.000
7 Kompor 1 1 Tungku Rp. 350.000
8 Tabung gas 1 3 kg Rp. 150.000
9 Thermometer 1 Standard Rp. 125.000
10 Kabel dan colokan 1 1,5 m kabel, Standard Rp. 20.000
11 Baut dan Mur 29 M12, M14 Rp. 65.000
12 Cat 1 1 kg Rp. 60.000
Rp. 2.980.000
Tabel 4.6 Bahan jadi mesin

Total biaya bahan = Biaya bahan baku mesin + biaya bahan jadi mesin
= Rp. 5.220.000 + Rp. 2.980.000
= Rp. 8.200.000,-

4.3.2 Biaya pengerjaan mesin


Dalam penyelesaian mesin penyangrai ini dibutuhkan upah pekerja dan biaya
listrik danlam pembuatannya. Upah tenaga kerja diperoleh dari upah minimum
per hari dikali dengan jumlah jam kerja pembuatan, sedangkan biaya listrik
diperoleh dari daya peralatan yang dikalikan dengan lamanya pemakaian
peralatan.
Untuk perhari didapat upah minimum regional untuk wilayah Sumatera Utara
sebesar Rp. 2.500.000,- perbulan dengan masa kerja 26 hari dalam 1 bulan.

Jadi upah untuk 1 orang tenaga kerja sehari adalah :

UMR Rp .2.522 .000


Upah = = = Rp. 97.000 / hari
26 hari 26 hari

Dalam pembuatan mesin ini diperlukan 2 orang tenaga kerja, maka upah seluruh
tenaga kerja adalah :
Total upah = 2 orang x upah / hari
= 2 x Rp. 97.000
= Rp. 194.000 / hari
Lamanya waktu pembuatan mesin sangrai biji kopi ini adalah 20 hari, maka
biaya keseluruhan adalah :
Biaya upah tenaga kerja keseluruhan = waktu x upah / hari
= 14 x Rp. 194.000
= Rp. 2.716.000

4.3.3 Biaya tarif listrik


Daya pemakain listrik pada pembuatan mesin dari masing-masing peralatan
yang digunakan sebagai berikut :

No Jenis Mesin Daya (Kw) Lama Pemakaian Daya Pemakaian


(Jam) (Kwh)
1 Mesin Bor 2,2 3 6,6
2 Mesin Bubut 2,4 5 12
3 Mesin Las 7,5 15 112,5
4 Mesin Gerinda 0,37 10 3,7
Tangan
5 Mesin Gerinda 0,5 3 1,5
Batu
6 Total 12,97 36 136,5
Tabel 4.7 Tarif listrik

Daya listrik yang digunakan adalah = 125,3(Kwh). Biaya listrik yang terpakai
adalah total dari pemakaian dilakukan dengan tarif dasar listrik, tarif yang
dipakai pada saat itu adalah Rp. 1.350 / kwh (TDL, PLN pada Juni 2022),
dengan pemakaian 24 kw. Maka biaya listrik dalam proses pembuatan adalah :

Biaya listrik = total daya yang digunakan x tarif listrik


= 125,3 Kwh x Rp. 1.350 / Kwh
= Rp. 169.155,-

4.3.4 Biaya total pembuatan mesin


Yang dimaksud dengan biaya total adalah biaya keseluruhan yang diperlukan
dalam pembuatan mesin. Jadi dalam pembuatan mesin sangrai biji kopi ini biaya
yang diperlukan yaitu :
Biaya total = biaya bahan + biaya listrik + upah kerja
= Rp. 8.200.000 + Rp. 169.155 + Rp. 2.716.000
= Rp. 11.085.000,-
Jadi biaya total pembuatan/produksi 1 unit mesin sangrai biji kopi ini sebesar
Rp.10.674.220.-

4.3.5 Priode maintenance dan pelumasan mesin


Maintenance atau perawatan mesin memerlukan beberapa kegiatan, seperti :
1. Kegiatan pemeriksaan atau pengecekan
Kegiatan ini rutin dilakukan setiap hari sebelum pengoperasian mesin.
Adapun beberapa hal yang perlu dilakukan pengecekan, yaitu :
a. Kebersihan pada mesin,
b. Pengecekan kebocoran oli pada reducer,
c. pengecekan bearing,
d. Pengecekan motor listrik,
e. Pengecekan reducer dapat berputar dengan baik.
2. Kegiatan meminyaki
Kegiatan ini dilakukan agar beberapa bagian yang perlu diminyaki tetap
aman.
Setelah penggantian minyak pertama reducer yang berjalan 300-400 jam,
minyak harus diganti. Gearbox dan minyak pelumas akan berubah setiap
1500-2000 jam. Dalam kondisi kerja yang buruk, suhu yang tinggi,
lingkungan dengan debu yang tinggi harus diperiksa setiap setengah
bulan sekali.
Oli yang dipakai pada gearbox ini adalah oli khusus gearbox SAE 90,
karena satuan panas sangat stabil, memperpanjang umur komponen,
tidak menyebabkan lapisan pada komponen (synchronizer), dan
diformulasikan khusus untuk kriteria API GL4 & GL5.
3. Kegiatan perbaikan pada kerusakan (repairing)
Kegiatan ini dilakukan pada komponen yang telah rusak atau mencapai
batas waktu pemakain atau terjadi kerusakan pada pemindahan mesin
seperti terjatuh.
4. Kegiatan pengganti suku cadang atau komponen
Pengganti suku cadang terjadi ketika komponen mesin mencapai batas
waktu pemakaian.
BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan
Pada kesimpulan pembuatan mesin sangrai biji kopi kapasitas 6 kg ini terdapat
beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Pembuatan mesin sangrai ini terdapat beberapa proses permesinan yaitu :
pembubutan, pemotongan, pengerolan dan pengelasan.
2. Rangka mesin dengan ukuran besi siku 40 mm x 40 mm dengan panjang
1100 mm x lebar 510 mm x tinggi 650 mm dan dikerjakan menggunakan las
SMAW.
3. Tabung mesin dibuat menggunakan baja silinder stainless dengan ketebalan
6 mm dan berdiameter 298 mm dengan panjang 400 mm.
4. Poros dibuat menggunakan baja ST60 yang dikerjakan menggunakan mesin
bubut.
5. Sendok pengaduk dibuat dari baja silinder dan plat stainless dengan
ketebalan 3 mm dengan ukuran 220 mm x 30 mm.
6. Transmisi dibuat menggunakan bahan ST37 silinder.
7. Penggerak pada mesin sangrai ini adalah motor listrik yang menggunakan
daya 0,5 Hp, tegangan 0,5 V, frekuensi 50 Hz dan jumlah putarannya 1400
rpm.
5.2 Saran
Adapun saran yang perlu disampaikan oleh penulis, yaitu :
1. Pembuatan mesin ini harus diperhatikan dan perlu perawatan, agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap mesin sangrai.
2. Pada penggunaan harus diperhatikan dengan baik karena berhubungan
dengan panas dari kompor sebaiknya menggunakan sarung tangan.
3. Pada saat proses pengerjaan mesin perlu memperhatikan prosedur
penggunaan alat dan K3.
DAFTAR PUSTAKA

Sularso dan suga. Kiyokatsu,. 1983. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen
Mesin. Jakarta : Erlangga
Pusat Penelitian Kopi Kakao Indonesia, 2007, diakses pada tanggal 16 April 2022
https://coffeeland.co.id/tips-menyangrai-biji-kopi-dirumah-tanpa-menggunakan-mesin-
sangrai-kopi/ , diakses pada tanggal 16 April 2022
http://madrecofee.com/klasifikasi-tanaman-kopi-robusta , diakses pada tanggal 16 April
2022
https://gearboxreducer.blogspot.com/2015/11/gearbox.html , diakses pada tanggal 24
Mei 2022
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1
Panjang Sabuk-V standar (Sularso, 1997)
LAMPIRAN 2

Diagram Sabuk-V, Ukuran Penampang Sabuk-V dan Konstruksi Sabuk-V


(Sularso, 1997)

Diagram Sabuk-V
Konstruksi Sabuk-V dan Ukuran Penampang Sabuk-V

LAMPIRAN 3

Diagram R. E. Peterson (Sularso, 1997)

Faktor konsentrasi tegangan α untuk pembebanan puntir statis dari suatu poros
bulat dengan alur pasak persegi yang diberi filet.

Faktor konsentrasi tegangan β untuk pembebanan puntir statis dari suatu poros
bulat dengan alur pasak persegi yang diberi filet.

LAMPIRAN 4

Tabel Bearing UCP

Sumber :
https://www.google.com/search?
q=tabel+bearing+ucp&oq=tabel+bearing+&aqs=chrome.2.69i57j0i512l9.10992j
0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
http://repository.untag-sby.ac.id/4568/8/LAMPIRAN.pdf
LAMPIRAN 5

Tabel Ulir Iso Metrik Normal

Sumber: https://www.google.com/search?
q=tabel+ulir+iso+metrik+normal&hl=id&sxsrf=ALiCzsY_y91LtHuobg6Acdqj
VHTuxGZ3AQ:1654938948497&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUK
EwjlspmBiKX4AhW-
SGwGHduYBEYQ_AUoAXoECAEQAw&biw=1366&bih=600&dpr=1#imgrc
=RwDWY4H_z33e4M
https://www.slideshare.net/arikowibowo/tabel-standard-ulir
LAMPIRAN 6

Tabel Penentuan Pasak

Sumber : Sularso, 1997, Hal: 10


LAMPIRAN 7

Tabel Tolerensi Umum

Sumber : http://keluargasepuh86.blogspot.com/2021/09/jenis-jenis-toleransi-
pada-gambar-teknik.html

Anda mungkin juga menyukai