Anda di halaman 1dari 18

LEMBARAN NEGARA

REPUBLIK INDONESIA
No.163, 2019 LINGKUNGAN HIDUP. Alih Fungsi. Lahan Sawah.
Pengendalian.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 59 TAHUN 2019
TENTANG
PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa luas alih fungsi lahan pangan khususnya sawah


menjadi nonsawah semakin meningkat dengan pesat
dari tahun ke tahun sehingga berpotensi dapat
mempengaruhi produksi padi nasional dan mengancam
ketahanan pangan nasional;
b. bahwa pengendalian alih fungsi lahan sawah
merupakan salah satu strategi peningkatan kapasitas
produksi padi dalam negeri, sehingga perlu dilakukan
percepatan penetapan peta lahan sawah yang
dilindungi dan pengendalian alih fungsi lahan sawah
sebagai program strategis nasional;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Presiden tentang Pengendalian Alih Fungsi
Lahan Sawah;

Mengingat : Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;

www.peraturan.go.id
2019, No. 163 -2-

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGENDALIAN ALIH
FUNGSI LAHAN SAWAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1. Lahan Sawah adalah areal tanah pertanian basah
dan/atau kering yang digenangi air secara periodik
dan/atau terus menerus ditanami padi dan/atau
diselingi dengan tanaman semusim lainnya.
2. Alih Fungsi Lahan Sawah adalah perubahan lahan
sawah menjadi bukan lahan sawah baik secara tetap
maupun sementara.
3. Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah adalah
serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk
mengendalikan perubahan Lahan Sawah menjadi
bukan Lahan Sawah baik secara tetap maupun
sementara.
4. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan
pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian
yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa,
irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi
tambak.
5. Daerah Irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat
air dari satu jaringan Irigasi.
6. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden
dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
7. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.

www.peraturan.go.id
2019, No.163
-3-

BAB II
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2
Peraturan Presiden ini bertujuan untuk:
a. mempercepat penetapan peta Lahan Sawah yang
dilindungi dalam rangka memenuhi dan menjaga
ketersediaan lahan sawah untuk mendukung
kebutuhan pangan nasional;
b. mengendalikan Alih Fungsi Lahan Sawah yang semakin
pesat;
c. memberdayakan petani agar tidak mengalihfungsikan
Lahan Sawah; dan
d. menyediakan data dan informasi Lahan Sawah untuk
bahan penetapan lahan pertanian pangan
berkelanjutan.

Pasal 3
Ruang lingkup Peraturan Presiden ini meliputi:
a. Tim Terpadu Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah;
b. penetapan peta Lahan Sawah yang dilindungi;
c. pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah yang
dilindungi;
d. pemberdayaan Lahan Sawah yang dilindungi;
e. pembinaan dan pengawasan;
f. pelaporan; dan
g. pendanaan.

BAB III
TIM TERPADU PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN
SAWAH

Pasal 4
(1) Dalam rangka Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah
dibentuk Tim Terpadu Pengendalian Alih Fungsi
Lahan Sawah, yang selanjutnya disebut Tim Terpadu.

www.peraturan.go.id
2019, No. 163 -4-

(2) Tim Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


bertugas:
a. mengoordinasikan pelaksanaan verifikasi
penetapan peta Lahan Sawah yang dilindungi;
b. melaksanakan sinkronisasi hasil verifikasi Lahan
Sawah sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
c. mengusulkan penetapan peta Lahan Sawah yang
dilindungi; dan
d. melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan Pengendalian Alih Fungsi Lahan
Sawah.
(3) Tim Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
Ketua : Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian
Ketua Harian : Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional
Anggota : a. Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat;
b. Menteri Pertanian;
c. Menteri Dalam Negeri;
d. Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan;
e. Menteri Keuangan;
f. Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala
Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional; dan
g. Kepala Badan Informasi
Geospasial.
(4) Tim Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Tim
Pelaksana.
(5) Susunan Tim Pelaksana sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) terdiri atas:

www.peraturan.go.id
2019, No.163
-5-

Ketua : Direktur Jenderal Pengendalian


Pemanfaatan Ruang dan
Penguasaan Tanah, Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional
Sekretaris : Deputi Bidang Informasi
Geospasial Tematik, Badan
Informasi Geospasial
Anggota : a. Deputi Bidang Koordinasi
Pangan dan Pertanian,
Kementerian Koordinator
bidang Perekonomian;
b. Deputi Bidang Koordinasi
Percepatan Infrastruktur dan
Pengembangan Wilayah,
Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian;
c. Direktur Jenderal Penataan
Agraria, Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional;
d. Direktur Jenderal Tata Ruang,
Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan
Nasional;
e. Direktur Jenderal Sumber
Daya Air, Kementerian
Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat;
f. Direktur Jenderal Prasarana
dan Sarana Pertanian,
Kementerian Pertanian;
g. Direktur Jenderal Tanaman
Pangan, Kementerian
Pertanian;

www.peraturan.go.id
2019, No. 163 -6-

h. Direktur Jenderal Bina


Pembangunan Daerah,
Kementerian Dalam Negeri;
i. Direktur Jenderal Planologi
Kehutanan dan Tata
Lingkungan, Kementerian
Lingkungan Hidup dan
Kehutanan;
j. Direktur Jenderal Anggaran,
Kementerian Keuangan;
l. Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan, Kementerian
Keuangan; dan
l. Deputi Bidang Kemaritiman
dan Sumber Daya Alam,
Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan
Nasional.

Pasal 5
Tugas, tata kerja, dan keanggotaan Tim Terpadu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) dan Tim
Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (5)
ditetapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
selaku Ketua Tim Terpadu.

www.peraturan.go.id
2019, No.163
-7-

BAB IV
PENETAPAN PETA
LAHAN SAWAH YANG DILINDUNGI

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 6
Penetapan peta Lahan Sawah yang dilindungi dilakukan
melalui:
a. verifikasi Lahan Sawah;
b. sinkronisasi hasil verifikasi Lahan Sawah; dan
c. pelaksanaan penetapan peta Lahan Sawah yang
dilindungi.

Pasal 7
(1) Lahan Sawah yang akan ditetapkan dalam peta Lahan
Sawah yang dilindungi meliputi:
a. Lahan Sawah beririgasi; dan
b. Lahan Sawah tidak beririgasi.
(2) Lahan Sawah beririgasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi Lahan Sawah:
a. Irigasi permukaaan;
b. Irigasi rawa;
c. Irigasi air bawah tanah; dan
d. Irigasi pompa.
(3) Lahan Sawah Irigasi permukaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:
a. Irigasi teknis;
b. Irigasi semi teknis;
c. Irigasi sederhana; dan
d. Irigasi desa.
(4) Lahan Sawah tidak beririgasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b merupakan Lahan Sawah tadah
hujan dan sawah yang tidak dilengkapi sistem Irigasi.
(5) Lahan Sawah yang akan ditetapkan dalam peta Lahan
Sawah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di

www.peraturan.go.id
2019, No. 163 -8-

kawasan lindung atau kawasan budidaya.

Bagian Kedua
Verifikasi Lahan Sawah

Pasal 8
(1) Terhadap Lahan Sawah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 dilakukan verifikasi Lahan Sawah oleh:
a. menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang agraria/pertanahan dan
tata ruang;
b. menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pengelolaan sumber daya
air;
c. menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanian;
d. menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang lingkungan hidup dan
kehutanan; dan
e. kepala lembaga pemerintah nonkementerian yang
melaksanakan tugas di bidang informasi
geospasial.
(2) Pelaksanaan verifikasi Lahan Sawah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Tim
Terpadu Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah.

Pasal 9
(1) Verifikasi Lahan Sawah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 dilakukan melalui:
a. interpretasi citra satelit terhadap Lahan Sawah
oleh lembaga pemerintah nonkementerian yang
melaksanakan tugas di bidang informasi
geospasial;
b. verifikasi data Lahan Sawah terhadap data
pertanahan dan tata ruang oleh kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agraria/pertanahan dan tata ruang;

www.peraturan.go.id
2019, No.163
-9-

c. verifikasi data Lahan Sawah terhadap data Irigasi


oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pengelolaan sumber daya
air;
d. verifikasi data Lahan Sawah terhadap cetak sawah
oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanian; dan
e. verifikasi data Lahan Sawah yang berada di dalam
kawasan hutan dilakukan oleh kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kehutanan.
(2) Interpretasi citra satelit terhadap Lahan Sawah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilakukan berdasarkan luasan pertanian tanaman
pangan lahan basah dan/atau lahan kering untuk
budidaya tanaman pangan yang tertuang dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
(3) Verifikasi data Lahan Sawah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b sampai dengan huruf d
dilakukan berdasarkan hasil interpretasi peta lahan
sawah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a.
(4) Verifikasi data Lahan Sawah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b dilakukan paling sedikit dengan
cara:
a. identifikasi hak atas tanah dan perizinan di atas
Lahan Sawah;
b. identifikasi Alih Fungsi Lahan Sawah;
c. identifikasi peruntukan pertanian tanaman
pangan dalam rencana tata ruang;
d. analisis hasil identifikasi; dan
e. klarifikasi dengan pemangku kepentingan.
(5) Verifikasi data Lahan Sawah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c dilakukan dengan cara:
a. identifikasi luas Lahan Sawah berdasarkan
Daerah Irigasi; dan
b. menambah data tekstual Lahan Sawah beririgasi.

www.peraturan.go.id
2019, No. 163 -10-

(6) Verifikasi data Lahan Sawah sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf d dilakukan dengan cara:
a. identifikasi letak dan luasan cetak sawah
berdasarkan program Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, atau masyarakat; dan
b. analisis hasil identifikasi.
(7) Verifikasi data Lahan Sawah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e dilakukan dengan cara:
a. identifikasi luas Lahan Sawah yang berada di
kawasan lindung dan kawasan budidaya
kehutanan; dan
b. analisis hasil identifikasi.
(8) Verifikasi data Lahan Sawah sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) sampai dengan ayat (7) menggunakan
skala 1:5.000.
(9) Dalam hal penggunaan skala 1:5.000 tidak dapat
dilakukan, verifikasi data Lahan Sawah sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) sampai dengan ayat (7)
menggunakan skala 1:10.000.

Pasal 10
Verifikasi data Lahan Sawah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 dilakukan dengan menggunakan:
a. peta lahan baku sawah;
b. peta rupabumi Indonesia;
c. peta terkait pertanahan;
d. peta rencana tata ruang;
e. peta Irigasi;
f. peta lahan pertanian pangan berkelanjutan;
g. peta kawasan hutan;
h. peta terkait perizinan pemanfaatan ruang; dan
i. peta pendukung lainnya.

Pasal 11
(1) Hasil verifikasi data Lahan Sawah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 disajikan dalam bentuk:
a. peta Lahan Sawah hasil verifikasi terhadap data

www.peraturan.go.id
2019, No.163
-11-

pertanahan dan tata ruang;


b. peta Lahan Sawah beririgasi; dan
c. peta lahan cetak sawah.
(2) Peta sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menggunakan skala 1:5.000.
(3) Dalam hal penggunaan skala 1:5.000 tidak dapat
dilakukan, peta sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menggunakan skala 1:10.000.

Pasal 12
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan
verifikasi Lahan Sawah diatur dalam peraturan menteri
dan kepala lembaga pemerintah nonkementerian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 sesuai dengan
kewenangannya.

Pasal 13
Hasil verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
sampai dengan Pasal 12 disampaikan kepada Tim Terpadu
untuk dilakukan sinkronisasi hasil verifikasi Lahan
Sawah.

Bagian Ketiga
Sinkronisasi Hasil Verifikasi Lahan Sawah

Pasal 14
(1) Sinkronisasi hasil verifikasi Lahan Sawah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 meliputi
kegiatan:
a. menentukan rencana penetapan peta Lahan Sawah
yang dilindungi;
b. mengintegrasikan peta hasil verifikasi Lahan
Sawah yang dilakukan oleh menteri/kepala
lembaga pemerintah nonkementerian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1);
c. menganalisis luasan Lahan Sawah yang akan
ditetapkan dalam peta Lahan Sawah yang

www.peraturan.go.id
2019, No. 163 -12-

dilindungi; dan
d. menyepakati usulan peta Lahan Sawah yang
dilindungi.
(2) Sinkronisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Tim Terpadu Pengendalian Alih
Fungsi Lahan Sawah.

Bagian Keempat
Pelaksanaan Penetapan Peta Lahan Sawah yang Dilindungi

Pasal 15
(1) Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku
Ketua Tim Terpadu Pengendalian Alih Fungsi Lahan
Sawah menyampaikan usulan peta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf d kepada
menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang agraria/pertanahan dan tata
ruang untuk ditetapkan sebagai peta Lahan Sawah
yang dilindungi.
(2) Ketentuan mengenai tata cara penetapan peta Lahan
Sawah yang dilindungi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dalam peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agraria/pertanahan dan tata ruang.

Pasal 16
(1) Peta Lahan Sawah yang dilindungi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) digunakan sebagai
bahan bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
sesuai dengan kewenangannya dalam penetapan
lahan pertanian pangan berkelanjutan pada rencana
tata ruang wilayah dan rencana rinci tata ruang.
(2) Penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

www.peraturan.go.id
2019, No.163
-13-

BAB V
PELAKSANAAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN
SAWAH

Bagian Kesatu
Alih Fungsi Lahan Sawah yang Dilindungi

Pasal 17
(1) Terhadap Lahan Sawah yang masuk dalam peta
Lahan Sawah yang dilindungi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (1) namun belum ditetapkan
sebagai bagian dari penetapan lahan pertanian
pangan berkelanjutan dalam rencana tata ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, tidak dapat
dialihfungsikan sebelum mendapat rekomendasi
perubahan penggunaan tanah dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agraria/pertanahan dan tata ruang.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian
rekomendasi perubahan penggunaan tanah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang agraria/pertanahan dan tata
ruang.

Bagian Kedua
Insentif Lahan Sawah yang Dilindungi

Pasal 18
Pemberian insentif Lahan Sawah yang dilindungi diberikan
oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dan
masyarakat.

Pasal 19
(1) Pemberian insentif oleh Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 dilakukan jika:

www.peraturan.go.id
2019, No. 163 -14-

a. pada wilayah Pemerintah Daerah terdapat Lahan


Sawah yang masuk dalam peta Lahan Sawah yang
dilindungi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1); dan/atau
b. Pemerintah Daerah menetapkan Lahan Sawah
yang masuk dalam peta Lahan Sawah yang
dilindungi menjadi bagian dari lahan pertanian
pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (1).
(2) Pemberian insentif oleh Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 20
(1) Pemberian insentif oleh Pemerintah Pusat kepada
masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
dilakukan jika masyarakat memiliki dan/atau
mengelola Lahan Sawah yang ditetapkan dalam peta
Lahan Sawah yang dilindungi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (1).
(2) Insentif bagi masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat berupa bantuan:
a. sarana dan prasarana pertanian;
b. sarana dan prasarana Irigasi;
c. percepatan sertifikasi tanah; dan/atau
d. bentuk lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 21
Pemberian insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
dilaksanakan sesuai dengan kemampuan keuangan
negara.

www.peraturan.go.id
2019, No.163
-15-

BAB VI
PEMBERDAYAAN LAHAN SAWAH YANG DILINDUNGI

Pasal 22
(1) Pemberdayaan Lahan Sawah yang dilindungi dapat
dilakukan melalui penyusunan program prioritas dan
pemberian insentif pada Lahan Sawah yang dilindungi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 serta bentuk
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Pemberdayaan Lahan Sawah yang dilindungi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh Tim Terpadu.

BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 23
(1) Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan
pengawasan mengenai Pengendalian Alih Fungsi
Lahan Sawah kepada Pemerintah Daerah provinsi.
(2) Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat melakukan
pembinaan dan pengawasan mengenai Pengendalian
Alih Fungsi Lahan Sawah kepada Pemerintah Daerah
kabupaten/kota.
(3) Bupati/wali kota melakukan pembinaan dan
pengawasan mengenai Pengendalian Alih Fungsi
Lahan Sawah kepada masyarakat.
(4) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) dilakukan paling sedikit melalui
kegiatan koordinasi, sosialisasi, pemberian
bimbingan, supervisi, konsultasi, dan/atau
penyebarluasan informasi.
(5) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) dilakukan melalui pemantauan
dan evaluasi.

www.peraturan.go.id
2019, No. 163 -16-

BAB VIII
PELAPORAN

Pasal 24
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua
Tim Terpadu menyampaikan laporan perkembangan
pelaksanaan kegiatan dalam Peraturan Presiden ini kepada
Presiden paling sedikit 6 (enam) bulan sekali atau
sewaktu-waktu jika diperlukan.

BAB IX
PENDANAAN

Pasal 25
Pendanaan yang diperlukan untuk Pengendalian Alih
Fungsi Lahan Sawah bersumber dari:
a. anggaran pendapatan dan belanja negara;
b. anggaran pendapatan dan belanja daerah; dan/atau
c. sumber pendanaan lain yang sah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 26
(1) Permohonan Alih Fungsi Lahan Sawah yang terkait
dengan izin lokasi, penetapan lokasi, dan izin
perubahan penggunaan tanah yang lokasinya berada
di dalam peta Lahan Sawah yang dilindungi dan
diajukan sebelum ditetapkannya Peraturan Presiden
ini namun belum mendapatkan rekomendasi
perubahan penggunaan tanah, diproses berdasarkan
ketentuan Peraturan Presiden ini.
(2) Dalam hal belum ada penetapan peta Lahan Sawah
yang dilindungi, proses penetapan rancangan
peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah
dan rencana rinci tata ruang yang telah mendapatkan

www.peraturan.go.id
2019, No.163
-17-

persetujuan substansi dari menteri yang


menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agraria/pertanahan dan tata ruang tetap dapat
dilanjutkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 27
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

www.peraturan.go.id
2019, No. 163 -18-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Presiden ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 September 2019

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 12 September 2019

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,

ttd

YASONNA H. LAOLY

www.peraturan.go.id

Anda mungkin juga menyukai