RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
NOMOR TAHUN 2023
TENTANG
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETANTUAN UMUM
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
BAB II
PERENCANAAN
Pasal 5
Pasal 6
(2) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat :
a. perlindungan dan pemberdayaan Petani;
b. pengendalian dan penanggulangan bencana Pertanian; dan
c. sistem informasi Pertanian.
BAB III
PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 7
Pasal 8
Bagian Kedua
Perlindungan
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Paragraf 2
Pengembangan Prasarana Pertanian Tanaman Pangan
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Paragraf 4
Subsidi Pertanian Tanaman Pangan
Pasal 15
Pasal 16
(2) Dalam hal pemberian subsidi sarana produksi Pertanian Tanaman Pangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas dapat bekerja sama dengan:
a. Perangkat Daerah terkait; dan/atau
b. pelaku usaha.
Pasal 17
(1) Subsidi hasil panen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf
b diberikan dalam bentuk pembelian hasil panen sesuai harga pasar.
(2) Pembelian hasil panen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diperuntukkan sebagai cadangan pangan Daerah.
(3) Dalam hal pemberian subsidi hasil panen sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Dinas dapat bekerja sama dengan:
a. Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
bidang ketahanan pangan;
b. Badan Usaha Milik Negara; dan/atau
c. Badan Usaha Milik Daerah.
Pasal 18
(1) Subsidi lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf c
dapat berupa:
a. bibit selain Tanaman Pangan;
b. bibit ternak; dan
c. bibit ikan.
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
Paragraf 5
Ganti Rugi Gagal Panen Akibat Kejadian Luar Biasa
Pasal 22
(1) Pemerintah Daerah melalui Dinas memberikan bantuan ganti rugi gagal
panen akibat kejadian luar biasa.
(2) Pemberian bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah melalui
tahapan:
a. inventarisasi dan identifikasi;
b. penghitungan;
c. verifikasi; dan
d. penetapan besaran kerugian, terhadap jenis tanaman dan luas tanam
yang rusak.
Pasal 23
Pasal 24
Paragraf 6
Sistem Peringatan Dini dan Penanganan Dampak Perubahan Iklim
Pasal 25
Pasal 26
(2) Sistem peringatan dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. penyediaan informasi; dan
b. rekomendasi.
Pasal 27
Pasal 28
Paragraf 7
Asuransi Pertanian
Pasal 29
(1) Pemerintah Daerah melindungi Usaha Tani yang dilakukan oleh Petani
dalam bentuk Asuransi Pertanian.
(2) Asuransi Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk
melindungi Petani dari kerugian gagal panen akibat:
a. bencana alam;
b. serangan organisme pengganggu tumbuhan;
c. dampak perubahan iklim; dan/atau
d. jenis risiko lain.
(3) Jenis risiko lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 30
(2) Dalam hal belum dapat membentuk Badan Usaha Milik Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah dapat
melakukan kerja sama dengan Badan Usaha Milik Negara di bidang
asuransi dan/atau perusahaan asuransi milik swasta.
Pasal 31
Pasal 32
(4) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam bentuk Keputusan
Bupati.
Pasal 33
Pasal 34
Pasal 35
Pasal 36
Bagian Ketiga
Pemberdayaan
Pasal 37
Pasal 38
(2) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. pengembangan program pelatihan dan pemagangan;
b. pemberian beasiswa bagi Petani untuk mendapatkan pendidikan di
bidang pertanian; atau
c. pengembangan pelatihan kewirausahaan di bidang agrobisnis.
Pasal 39
(1) Dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 38, Dinas dapat bekerja sama dengan badan atau lembaga
pendidikan terakreditasi.
(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 40
Paragraf 2
Penyuluhan dan Pendampingan
Pasal 41
Paragraf 3
Pembangunan Sistem Pemasaran Hasil Pertanian Tanaman Pangan
Pasal 42
Paragraf 4
Penyediaan Fasilitas Pembiayaan dan Permodalan
Pasal 43
Paragraf 5
Kemudahan Akses Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Informasi
Pasal 44
Paragraf 6
Penguatan Kelembagaan Petani
Pasal 45
(3) Kelembagaan Petani sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. Poktan; dan
b. Gapoktan.
(4) Kelembagaan ekonomi petani sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b berupa badan usaha milik Petani.
Pasal 46
(1) Poktan dan Gapoktan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3)
berfungsi sebagai wadah pembelajaran, kerja sama, dan tukar menukar
informasi untuk menyelesaikan masalah dalam melakukan Usaha Tani
sesuai dengan kedudukannya.
Pasal 47
Pasal 48
Pasal 49
(2) Satuan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur:
a. Dinas;
b. perangkat daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
bidang penanggulangan bencana;
c. perangkat daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
bidang pekerjaan umum; dan
d. Gapoktan.
(3) Satuan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
Pasal 50
BAB V
SISTEM INFORMASI PERTANIAN
Pasal 51
(5) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.
Pasal 52
Pasal 53
(2) Pusat data Petani sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat data:
a. identitas Petani;
b. status kepemilikan lahan;
c. jumlah lahan yang dimiliki atau digarap; dan
d. jenis Tanaman Pangan yang ditanam.
Pasal 54
Pasal 55
(3) Aplikasi pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat fitur layanan:
a. informasi peringatan dini;
b. informasi ketersediaan infrastruktur Pertanian Tanaman Pangan;
c. informasi peta lahan pertanian rawan bencana;
d. informasi bantuan Petani;
e. tanya jawab Penyuluh Pertanian; dan
f. pengaduan masyarakat.
BAB VII
PENGADUAN MASYARAKAT
Pasal 56
(2) Pengaduan masyarakat sebagai dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
secara tertulis atau lisan melalui daring atau luring.
(4) Penanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan paling lama
10 (sepuluh) hari kerja setelah pengaduan diterima.
BAB VIII
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 57
(2) Peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
perseorangan dan/atau berkelompok.
(3) Peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan
melalui:
a. penyusunan perencanaan;
b. perlindungan Petani;
c. pemberdayaan Petani;
d. pembiayaan dan pendanaan; dan
e. pengawasan.
(4) Pelaksanaan peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
sampai dengan huruf d berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah.
BAB IX
PENGAWASAN DAN EVALUASI
Pasal 58
(2) Pengawasan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara berkala paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun.
BAB X
PENDANAAN
Pasal 59
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 60
Peraturan pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini harus ditetapkan paling lama
1 (satu) tahun sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.
Pasal 61
Ditetapkan di Amuntai
pada tanggal
ZAKLY ASSWAN
Diundangkan di Amuntai
pada tanggal
ADI LESMANA
RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
NOMOR TAHUN 2023
TENTANG
I. UMUM
Negara memiliki kewajiban melayani setiap warganya untuk
memenuhi hak dan kebutuhan dasar, salah satunya hak asasi
manusia atas pangan yang ragamnya, antara lain ketersediaan pangan,
mendapatkan makanan yang layak, dan mendapatkan akses pangan.
Selain dalam rangka memenuhi hak asasi, negara juga memiliki
kewajiban untuk menghasilkan nilai tambah bagi perekonomian yang
secara tidak langsung turut meningkatkan kesejahteraan rakyat dan
keberhasilan pembangunan melalui penyelenggaraan sektor pertanian
sebagai kegiatan yang menghasilkan bahan pangan bagi masyarakat.
Kabupaten Hulu Sungai Utara sebagai wilayah dengan topologi
lahan pertanian yang sebagian besar sangat bergantung pada keadaan
cuaca, perubahan iklim, dan rentan terhadap bencana alam
mengakibatkan belum optimalnya penyelenggaraan Pertanian
Tanaman Pangan. Risiko gagal panen karena debit hujan yang tinggi
atau kekeringan di musim kemarau juga dihadapi kabupaten ini.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan
dan Pemberdayaan Petani sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
memberikan kewenangan kepada daerah untuk menyediakan dan
melaksanakan pengawasan penggunaan sarana pertanian,
pengembangan prasarana pertanian, serta pengendalian dan
penanggulangan bencana pertanian.
Melalui Peraturan Daerah ini Pemerintah Daerah melaksanakan
kewenangannya untuk mengoptimalkan potensi Pertanian Tanaman
Pangan di Daerah secara sistematis, terarah dan berkelanjutan serta
ramah lingkungan. Adapun tujuan Peraturan Daerah ini adalah untuk
mengoptimalkan lahan Pertanian Tanaman Pangan sesuai dengan
kondisi geografis dan hidrologis wilayah, mengoptimalkan kuantitas,
kualitas, dan keanekaragaman hasil Tanaman Pangan, meningkatkan
kesejahteraan Petani, serta meningkatkan perekonomian dan
pembangunan Daerah.
Ruang lingkup pengaturan Penyelenggaraan Pertanian Tanaman
Pangan meliputi perencanaan, perlindungan dan pemberdayaan Petani,
pengendalian dan penanggulangan bencana Pertanian Tanaman
Pangan, sistem informasi pertanian, peran serta masyarakat,
pengawasan dan evaluasi, serta pendanaan.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “bendungan” adalah setiap
penahan buatan, jenis urukan, atau jenis lainnya yang
menampung air, baik secara alamiah maupun secara
buatan, termasuk produksi, tebing tumpuan, serta
bangunan pelengkap dan peralatannya.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “dam” adalah sebuah bendung
untuk meningkatkan muka air sungai sehingga air
dapat dialirkan ke tempat yang akan diairi.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “jaringan irigasi” adalah
infrastruktur yang mendistribusikan air yang berasal
dari bendungan, bendung, atau embung terhadap
lahan pertanian yang dimiliki oleh masyarakat.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “embung” adalah tempat atau
wadah penampungan air pada waktu terjadi surplus
air di sungai atau sebagai tempat penampungan air
hujan.
-3-
Huruf h
Yang dimaksud dengan “polder” adalah bangunan air
berupa tanggul keliling yang dilengkapi saluran utama
masuk, keluar, dan saluran pembagi, serta dilengkapi
dengan pompa besar untuk memasukkan air pada saat
kekeringan dan mengeluarkan air pada saat kelebihan.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Pasal 12 Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “subsidi lainnya” adalah
subsidi yang diberikan kepada petani, selain subsidi
sarana produksi Pertanian Tanaman Pangan dan
subsidi hasil panen, sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “ganti rugi gagal panen akibat
kejadian luar biasa” adalah ganti rugi yang tidak ditanggung
oleh Asuransi Pertanian yang diakibatkan antara lain oleh
bencana alam periodik, dan/atau rusaknya infrastruktur
Pertanian.
-4-
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
-5-
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.