Anda di halaman 1dari 12

Cara Pemberian Obat

Nama dosen: Lya nurliyana


Tanggal: 24 Mei 2022

Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien

Pemberian obat yg aman (safety)

• Berpedoman kepada “6T”

1. tepat pasien
2. tepat diagnosa keperawatan
3. tepat indikasi
4. tepat obat
5. tepat regimen obat
6. tepat evaluasi

• Tujuan : untuk menghindari & mencegah kesalahan pemberian obat & adverse drug
reactions (ADR).

1. Tepat Pasien

A. Jika perawat harus memesan obat ke IFRS (instalasi farmasi RS).


- obat dipesankan ke IFRS berdasarkan daftar obat pasien / resep yg terbaru dg
keterangan sbb : nama lengkap pasien, umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi
badan, alamat/no. telp, nama/no.ruang, nama/no.kamar, dan no.bed/tempat tidur
pasien.
- periksa identitas pasien yg tertera dalam kartu pesanan obat / MR dg cara :

a) Dicocokkan dg gelang identitas pasien / papan identitas di tempat tidur pasien.


b) Komunikasi dg pasien/keluarganya jika pasien koma, kesulitan bahasa/tidak
kooperatif.
B. Jika perawat harus menyiapkan obat di bangsal / ruang rawat inap.
- obat disiapkan berdasarkan daftar obat pasien/resep yg terbaru dg keterangan sbb :
nama lengkap pasien, umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, alamat/no. telp,
nama/no.ruang, nama/no.kamar, dan no.bed/tempat tidur pasien.
- sebelum obat diberikan ke pasien, panggil nama lengkap pasien/cocokkan identitas
pasien dalam MR dg tanda pengenal yg ada.

2. Tepat Diagnosa keperawatan


Sesuai dg tujuan diagnosa keperawatan (mengidentifikasi timbulnya masalah yg sebenarnya
dari regimen obat dan masalah yg potensial dari regimen obat).
3. Tepat Indikasi

- Ketepatan diagnosa keperawatan → intervensi terapi → tepat indikasi.


- Khususnya indikasi medik → intervensi dg obat → manfaat terapetik ?? → evaluasi hasil
terapi.
- Kemungkinan intervensi terapi → intervensi tanpa obat / kombinasi

4. Tepat obat
1. Periksa dg teliti obat yg tertulis dalam resep atau MR (lakukan sesuai dg tanggung
jawab perawat terhadap obat).
2. Obat yg tertulis dalam resep/MR harus ditandatangani dokter & merupakan
program terapi terbaru.
3. Jika perawat diminta untuk menulis ulang/menyalin obat yg tertulis dalam MR ke
dalam draft permintaan obat, tulislah nama obat dg jelas & benar.

4. Jika dokter menginstruksikan pengobatan melalui telepon, dokumentasikan hal-hal


sbb :

- tanggal & jam instruksi pengobatan.


- nama/identitas dokter
- nama/identitas pasien
- nama obat
- kekuatan obat
- jumlah obat yg diberikan
- dosis obat
- rute/cara pemberian
- frekuensi & waktu pemberian
- lama pemberian
- diusahakan <24 jam instruksi pengobatan sudah harus ditandatangani
dokter ybs.

Con : yogya, 09-09-2009, dr. Cantika,SpD.

untuk Ny. Juwita (55 th), ruang dahlia, kamar I/bed. No.2

R/ Simvastatin 10 mg no.X, per oral, s.1dd1tab., tiap jam 21.00 malam

(ttd).

5. Pengamanan , persiapan, & pemindahan obat dari IFRS / pos obat ke pasien.

- Lingkungan sehat & kondusif (aman, tenang, terang), membantu keakuratan


proses.

- Baca dg teliti label/etiket obat 3 kali.

I. : membaca permintaan obat & mengambil wadah/kemasan dari rak obat.


II. :label/etiket wadah/kemasan dicocokkan dg isi obatnya sebelum dituang.
III. : setelah menuang obat & mengemballikan wadah obat ke rak.
tujuan : menghindari kesalahan pengambilan obat karena banyak obat yg namanya
hampir sama.

con : aminopirin – aminofilin; nichoviton – nichobion;


betason – betason N; minoksidil – minoksiklin.

- Jika label/etiket obat tidak terbaca, rusak, hilang, tidak tertulis, segera
kembalikan ke IFRS.

- Jika isi obat dalam kemasan tidak sesuai dg yg tertulis dalam etiket, rusak, bau,
berubah warna, retur/kembalikan ke IFRS.

- Jika nama obat yg tertulis dalam resep/MR tidak sama dg obat yg tersedia,
konfirmasi dg apoteker.

Con : cefat 500 mg – qidrof 500 mg.

- Atur obat dalam baki/kereta obat sesuai urutan kamar/bed/pasien yg paling


sedikit/mudah menggunakan obat.

- Jaga keamanan baki/kereta obat.

- Saat obat diberikan, ingat kembali riwayat pengobatan pasien (penyakit, nama
obat, cara kerja obat & kemungkinan ESO yg timbul).

5. Tepat regimen obat

A. Besar dosis & frekuensi pemberian


 penting untuk keberhasilan terapi & meningkatkan ketaatan pasien.
 Dosis obat harus tertulis dg jelas & benar.
con : R/ Parasetamol 500 mg no.X
s.tdd1tab. Sprn
 Sebaiknya dosis dihitung sesuai dg kondisi individual pasien (usia, BB, BSA).
B. Cara/rute pemberian (ingat kembali faktor yg mempengaruhi cara pemberian). Con :
- cedocard 5 mg, sublingual 1dd1tab.
- ultrapoct N suppo, perektal 2dd1suppo.
- inflammide aerosol 200 mcg, intrarespiratori 2dd2puff.
C. Bentuk sediaan obat (ingat faktor BSO).

con :

- efek lokal →konjungtivitis →chloramfenikol 1% ED, stdd1gtt ODS.


- anak →puyer / sirup lebih disukai.
- emergency/efek sistemik →infus i.v / injeksi i.v.

D. Lama pemakaian obat / lama terapi yg tepat.


• Antibiotik diberikan dalam waktu tertentu untuk menghindari resistensi & kambuhnya
penyakit. Biasanya diteruskan 2 – 3 hari setelah gejala menghilang.
• Penyakit tifus, malaria, TBC, endocarditis, terapinya dianjurkan lebih lama, & lama
terapi lepra seumur hidup.
• Obat simptomatis (mis : analgetik, antipiretik), pemakaiannya seperlunya (s.p.r.n) &
dihentikan jika gejala hilang.
• Terapi untuk penyakit stabil & kronis (mis : hipertensi, DM), terus – menerus.

E. Waktu pemakaian obat yg benar.

• Tujuan :

1. Untuk memperoleh efek terapetik yg maksimal.

2. untuk menghindari ES yg tidak dikehendaki.

• Contoh waktu pemakaian obat yg benar :

- ac (segera) : analgetik (kecuali asetosal NSAIDs).

- 1 jam ac / 2 jam pc : antibiotik (penisilin, sefalosporin,


eritromisin,spiramisin, linkomisin, klindamisin, rifampisin), dan antasid / obat
gangguan lambung.

- ½ jam ac – om : antidiabetik oral

- dc : antiepileptik, garam ferro, lithium, kalium, vasodilator,kemoterapetik


(kotrimoksazol, sulfasalazin, metronidazol & derv), griseofulvin, nitrofurantaoin,
danazol (garis bawah : absorpsi meningkat bila diminum bersama makanan
berlemak / susu).

- pc (segera) : glukokortikoid, NSAIDs, & asetosal, INH, reserpin,


spironolakton.

- pc – om: diuretika (lengkungan/furosemida, thiazida), dianjurkan banyak


makan makanan kaya kalium (pisang, kacang-kacangan, minum teh).

6. Tepat evaluasi hasil pengobatan / penilaian kondisi pasien & tindak lanjut efek
pengobatan.

A. Tertib administrasi
 Setelah obat diberikan ke pasien & diminum, harus dicatat dg segera pd form
pengobatan dg tulisan yg jelas, benar & dibubuhi tanda tangan serta nama terang
pembuat laporan (untuk pelacakan/pertanggungjawaban bila terjadi hal yg tidak
dikehendaki).
 Hal yg perlu dicatat/dilaporkan :
- identitas pasien
- nama, kekuatan, & jumlah obat.
- dosis obat
- rute/cara pemberian
- waktu pemberian obat
- lama pemakaian obat
- tempat pemberian (sesuai dg rute pemberian), mis : eye drop OD atau OS atau
ODS.

B. Menilai ketaatan pasien (patient compliance)


 Pastikan obat diterima langsung oleh pasien (bayi / lansia oleh keluarganya.
 Bila perlu jangan meninggalkan ruangan hingga obat tsb benar-benar diminum
pasien & untuk menghindari hal yg tidak diinginkan.
 Bila obat tidak diminum oleh pasien, catat alasannya, dilaporkan & obat
dikembalikan ke IFRS.

Bagaimana jika perawat salah memberikan obat ?

• Segera mengakui kesalahan


• Hubungi dokter / laporkan kepada institusi terkait
• Evaluasi (pribadi maupun institusi) untuk mencari kesalahan & tindakan pencegahan guna
mencegah terulangnya kesalahan yg sama / kesalahan lainnya.
• Dokumentasikan dg benar pd MR / form khusus kekeliruan : penjelasan kesalahan &
langkah yg sudah diambil untuk mengatasinya.

Klasifikasi
• Per oral (po)
• Secara suntikan (parenteral)
• Melalui paru-paru (inhalasi)
• Topikal

PEMBERIAN OBAT
• Merupakan substansi yg diberikan kepada manusia atau binatang sebagai
- perawatan,
- Pengobatan
- pencegahan
terhadap berbagai gangguan yg terjadi dalam tubuh.
• Tenaga medis memiliki tanggung jawab dalam keamanan obat dan pemberian secara
langsung ke pasien
• Farmakologi menjadi penting karena mempelajari tentang efek dari obat sehingga
diharapkan mampu mengevaluasi efek pengobatan
Waktu pemberian

- Sebelum makan
- Setelah makan

Pemberian Obat per Oral

Merupakan cara pemberian obat melalui mulut dengan tujuan ntuk memudahkan dalam
pemberian, mencegah, mengobati, mengurangi rasa sakit daN Menghindari pemberian obat yang
menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.

Alat dan bahan:

1. Daftar buku obat/ catatan, jadwal pemberian obat


2. Obat dan tempatnya.
3. Air minum dalam tempatnya.

Prosedur Kerja:

Cuci tangan.

 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.


 Baca obat
 Bantu untuk meminumkannya dengan cara:
 Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah
yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat
dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.
Kaji kesulitan menelan, bila ada jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan campur dengan
minuman.
Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan
pengkajian.
 Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian, dan evaluasi respon terhadap obat dengan
mencatat hasil pemberian obat.
 Cuci tangan.

parenteral

A. Pemberian Obat Melalui Jaringan Intrakutan

Memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit dilakukan sebagai tes reaksi
alergi terhadap jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan intrakutan
ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis. Secara umum, dilakukan pada daerah lengan,
tangan bagian ventral.
Persiapan Alat dan Bahan:
1.      Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
2.      Obat dalam tempatnya.
3.      Spuit 1 cc / spuit insulin.
4.      Kapas alkohol dalam tempatnya.
5.      Cairan pelarut.
6.      Bak steril dilapisi kas steril (tempat spuit).
7.      Bengkok.
8.      Perlak dan alasnya.

Prosedur Kerja:
1.      Cuci tangan.
2.      Jelaskan ada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3.      Bebaskan daerah yang akan disuntik. Bila menggunakan baju lengan panjang, buka
dan ke ataskan.
4.      Pasang perlak / pengalas di bawah bagian yang disuntik.
5.      Ambil obat untuk tes alergi, kemudian larutkan / encerkan dengan akuades (cairan
pelarut). Selanjutnya, ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai ±1 cc. Lalu siapkan pada bak
injeksi atau steril.
6.      Desinfeksi dengan kapas alkoho pada daerah yang akan disuntik.
7.      Tegangkan daerah yang akan disuntik dengan tangan kiri.
8.      Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas yang sudutnya 15-20 terhadap
permukaan kulit.
9.      Semprotkan obat hingga terjadi gelembung.
10.  Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan massage.
11.  Cuci tangan.
12.  Catat reaksi pemberian, hasil pemberian obat / tes obat, tanggal, waktu, dan jenis
obat.

B. Pemberian Obat Melalui Jaringan Subkutan


Pemberian obat melalui suntikan di bawah kulit dapat dilakukan pada daerah lengan atas
sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada, dan daerah sekitar
umbilikus (abdomen). Umumnya, pemberian obat melalui jaringan subkutan ini dilakukan
dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.
Terdapat dua tipe larutan insulin yang diberikan, yaitu jernih dimaksudkan sebagai insulin
tipe reaksi cepat (insulin reguler). Larutan yang keruh termasuk tipe lambat karena adanya
penambahan protein sehingga memperlambat absorpsi obat.

Persiapan Alat dan Bahan:


1.      Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
2.      Obat dalam tempatnya.
3.      Cairan pelarut.
4.      Bak injeksi.
5.      Bengkok.
6.      Perlak dan alasnya
Prosedur Kerja:
1.      Cuci tangan.
2.      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3.      Bebaskan daerah yang disuntik atau bebaskan suntikan dari pakaian. Apabila
menggunakan baju, maka dibuka atau dikeataskan.
4.      ambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan siberikan. Setelah itu,
tempatkan pada bak injeksi.
5.      Desinfeksi dengan kapas alkohol
6.      Tegakkan dengan tangan kiri (daerh yang akan dilakukan suntikan subkutan).
7.      Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas, yang sudut 45 o dengan
permukaan kulit.
8.      Lakukan aspirasi. Bila tidak ada daerah, semprotkan obat perlahan-lahan hingga habis.
9.      tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol. Masukan spuit yang telah dipakai ke dalam
bengkok.
10.  Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenis/dosis obat.
11.  Cuci tangan.

C. Pemberian Obat Melalui Intravena (secara langsung)


Memberikan obat melalui vena secara langsung, diantaranya vena mediana
cubitus/caphalika (daerah lengan), vena sephenous (tungkai), vena jugularis (leher), vena
frontalis/temporalis di daerah frontalis dan temporal dari kepala. Tujuannya agar reaksi
berlangsung cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah.

Persiapan alat dan bahan :


1.      Daftar buku oat/catatan, jadwal pemberian obat.
2.      Obat dalam tempatnya.
3.      Spuit sesuai dengan jenis ukuran.
4.      Kapas alkohol dalam tempatnya.
5.      Cairan pelarut.
6.      Bak injeksi.
7.      Bengkok.
8.      Perlak dzn alasnya.
9.      Karet pembendung (torniquet).

Prosedur kerja :
1.      Cuci tangan.
2.      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3.      Bebaskan daerah yang akan dilakukan.
4.      Ambil obat dalam tempatnya dengan spuit, sesuai dengan dosis yang akan diberikan.
Apabila obat berada dalam bentuk sediaan bubuk, maka larutkan dengan pelarut (akuades
steril).
5.      Pasang parlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan penyuntikan.
6.      Kemudian, tempatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi.
7.      Desinfeksi dengan kapas alkohol.
8.      Pada bagian atas daerah yang akan dilakukan pemberian obat dapat dilakukan
pemgikatan dengan pembendung (terniquet), tegangkan dengan tangan/minta bantuan,
atau membendung di atas vena yang akan dilakukan penyuntian.
9.      Ambil spuit yang berisi obat.
10.  Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukan
kepembuluh darah.
11.  Lakukan aspirasi. Bila sudah ada darah, lepaskan karet pembendung dan langsung
semprotkan obat hingga habis.
12.  Setelah selesai, ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada daerah
penusukan dengan kapas alkohol. Letakan spuit yang telah digunakan kedalam bengkok.
13.  Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.
14.  Cuci tangan.

Pemberian Obat Melalui selang Intravena


Persiapan alat dan bahan :
1.      Spuit dan jarum yang sesuai dengan ukurannya.
2.      Obat dalam tempatnya.
3.      Selang intravena.
4.      Kapas alkohol.

Prosedur kerja :
1.      Cuci tangan.
2.      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3.      Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat dan memasukan ke dalam spuit.
4.      Cari tempaat penyuntikan obat pada daerah selang intravena.
5.      Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran.
6.      Lakukan penyuntikan dengan memasukan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan
masukkan obat secara perlahan-lahan kedalam selang intravena.
7.      Setelah selesai, tarik spuit.
8.      Periksa kecepatan infus dan observasi reaksi obat.
9.      Cuci tangan.
10.  Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya.

Pemberian obat melalui intramaskular


Memberikan obat melalui intramaskular merupakan pemberian obat dengan
memasukannya kedalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat dilakukan di dorsogluteal (posisi
tengkurak), ventrogluteal (posisi berbaring), vastus lateralis (daerah paha), atau deltoid (lengan
atas). Tujuannya agar absorsi obat dapat lebih cepat.

Persiapan alat dan bahan:


1.      Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
2.      Obat dalam tempatnya.
3.      Spuit dan jarum yang sesuai dengan ukuran: untuk orang dewasa, panjangnya 2,5-3,75 cm
sedangkan untuk anak, panjangnya 1,25-1,5 cm.
4.      Kapas alcohol dalam tempatnya.
5.      Cairan pelarut.
6.      Bak injeksi.
7.      Bengkok.
Per oral
• Cara pemberian obat yang paling umum dilakukan
• Keuntungan: mudah, aman dan murah.
• Kerugian :
– bioavaibilitasnya banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor
– iritasi pada saluran cerna
– perlu kerjasama dengan penderita (tidak bisa diberikan pada penderita koma).

Parenteral
• Keuntungan :
– efek timbul lebih cepat dan teratur
– dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar, atau muntah-
muntah
– sangat berguna dalam keadaan darurat.
• Kerugian : dibutuhkan kondisi asepsis, menimbulkan rasa nyeri, tidak ekonomis,
membutuhkan tenaga medis.
• Meliputi: intravena (iv), intramuscular (im), subcutan (sc) dan intrathecal.

Iv
• Tidak mengalami tahap absorpsi.
• Obat langsung dimasukkan ke pembuluh darah sehingga kadar obat di dalam darah
diperoleh dengan cepat, tepat dan dapat disesuaikan langsung dengan respons penderita.
• Kerugiannya :obat yang sudah diberikan tidak dapat ditarik kembali, sehingga efek toksik
lebih mudah terjadi. Jika penderitanya alergi terhadap obat, reaksi alergi akan lebih terjadi.
Pemberian iv harus dilakukan perlahan-lahan sambil mengawasi respons penderita.

Im
• Kelarutan obat dalam air menentukan kecepatan dan kelengkapan absorpsi.
• Obat yang sukar larut seperti dizepam dan penitoin akan mengendap di tempat suntikan
sehingga absorpsinya berjalan lambat, tidak lengkap dan tidak teratur.
• Obat yang larut dalam air lebih cepat diabsorpsi
• Tempat suntikan yang sering dipilih adalah gluteus maksimus dan deltoid.

Sc
• Hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak iritatif terhadap jaringan.
• Absorpsi biasanya berjalan lambat dan konstan, sehingga efeknya bertahan lebih lama.
• Absorpsi menjadi lebih lambat jika diberikan dalam bentuk padat yang ditanamkan dibawah
kulit atau dalam bentuk suspensi.
• Pemberian obat bersama dengan vasokonstriktor juga dapat memperlambat absorpsinya.

Intrathecal
• obat langsung dimasukkan ke dalam ruang subaraknoid spinal, dilakukan bila diinginkan efek
obat yang cepat dan setempat pada selaput otak atau sumbu cerebrospinal seperti pada
anestesia spinal atau pengobatan infeksi SSP yang akut.

Melalui paru-paru (inhalasi)


• hanya dapat dilakukan untuk obat yang berbentuk gas atau cairan yang mudah menguap
• misalnya anestesi umum dan obat lain yang dapat diberikan dalam bentuk aerosol.
• Absorpsi terjadi melalui epitel paru dan mukosa saluran nafas.
• Absorpsi terjadi secar cepat karena permukaan absorpsinya luas, tidak mengalami
metabolisme lintas pertama di hati.
• Metode ini lebih sulit dilakukan, memerlukan alat dan metode khusus, sukar mengatur dosis
dan sering mengiritasi paru.

Topikal
• Terutama pada kulit dan mata.
• Pemberian topikal pada kulit terbatas pada obat-obat tertentu karena tidak banyak obat
yang dapat menembus kulit yang utuh.
• Jumlah obat yang diserap tergantung pada luas permukaan kulit yang kontak dengan obat
serta kalarutan obat dalam lemak.
• Pemberian topikal pada mata dimaksudkan untuk mendapatkan efek lokal pada mata, yang
biasanya memerlukan absorpsi obat melalui kornea.

Anda mungkin juga menyukai