Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien
1. tepat pasien
2. tepat diagnosa keperawatan
3. tepat indikasi
4. tepat obat
5. tepat regimen obat
6. tepat evaluasi
• Tujuan : untuk menghindari & mencegah kesalahan pemberian obat & adverse drug
reactions (ADR).
1. Tepat Pasien
4. Tepat obat
1. Periksa dg teliti obat yg tertulis dalam resep atau MR (lakukan sesuai dg tanggung
jawab perawat terhadap obat).
2. Obat yg tertulis dalam resep/MR harus ditandatangani dokter & merupakan
program terapi terbaru.
3. Jika perawat diminta untuk menulis ulang/menyalin obat yg tertulis dalam MR ke
dalam draft permintaan obat, tulislah nama obat dg jelas & benar.
untuk Ny. Juwita (55 th), ruang dahlia, kamar I/bed. No.2
(ttd).
5. Pengamanan , persiapan, & pemindahan obat dari IFRS / pos obat ke pasien.
- Jika label/etiket obat tidak terbaca, rusak, hilang, tidak tertulis, segera
kembalikan ke IFRS.
- Jika isi obat dalam kemasan tidak sesuai dg yg tertulis dalam etiket, rusak, bau,
berubah warna, retur/kembalikan ke IFRS.
- Jika nama obat yg tertulis dalam resep/MR tidak sama dg obat yg tersedia,
konfirmasi dg apoteker.
- Saat obat diberikan, ingat kembali riwayat pengobatan pasien (penyakit, nama
obat, cara kerja obat & kemungkinan ESO yg timbul).
con :
• Tujuan :
6. Tepat evaluasi hasil pengobatan / penilaian kondisi pasien & tindak lanjut efek
pengobatan.
A. Tertib administrasi
Setelah obat diberikan ke pasien & diminum, harus dicatat dg segera pd form
pengobatan dg tulisan yg jelas, benar & dibubuhi tanda tangan serta nama terang
pembuat laporan (untuk pelacakan/pertanggungjawaban bila terjadi hal yg tidak
dikehendaki).
Hal yg perlu dicatat/dilaporkan :
- identitas pasien
- nama, kekuatan, & jumlah obat.
- dosis obat
- rute/cara pemberian
- waktu pemberian obat
- lama pemakaian obat
- tempat pemberian (sesuai dg rute pemberian), mis : eye drop OD atau OS atau
ODS.
Klasifikasi
• Per oral (po)
• Secara suntikan (parenteral)
• Melalui paru-paru (inhalasi)
• Topikal
PEMBERIAN OBAT
• Merupakan substansi yg diberikan kepada manusia atau binatang sebagai
- perawatan,
- Pengobatan
- pencegahan
terhadap berbagai gangguan yg terjadi dalam tubuh.
• Tenaga medis memiliki tanggung jawab dalam keamanan obat dan pemberian secara
langsung ke pasien
• Farmakologi menjadi penting karena mempelajari tentang efek dari obat sehingga
diharapkan mampu mengevaluasi efek pengobatan
Waktu pemberian
- Sebelum makan
- Setelah makan
Merupakan cara pemberian obat melalui mulut dengan tujuan ntuk memudahkan dalam
pemberian, mencegah, mengobati, mengurangi rasa sakit daN Menghindari pemberian obat yang
menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
Prosedur Kerja:
Cuci tangan.
parenteral
Memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit dilakukan sebagai tes reaksi
alergi terhadap jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan intrakutan
ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis. Secara umum, dilakukan pada daerah lengan,
tangan bagian ventral.
Persiapan Alat dan Bahan:
1. Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
2. Obat dalam tempatnya.
3. Spuit 1 cc / spuit insulin.
4. Kapas alkohol dalam tempatnya.
5. Cairan pelarut.
6. Bak steril dilapisi kas steril (tempat spuit).
7. Bengkok.
8. Perlak dan alasnya.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan ada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3. Bebaskan daerah yang akan disuntik. Bila menggunakan baju lengan panjang, buka
dan ke ataskan.
4. Pasang perlak / pengalas di bawah bagian yang disuntik.
5. Ambil obat untuk tes alergi, kemudian larutkan / encerkan dengan akuades (cairan
pelarut). Selanjutnya, ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai ±1 cc. Lalu siapkan pada bak
injeksi atau steril.
6. Desinfeksi dengan kapas alkoho pada daerah yang akan disuntik.
7. Tegangkan daerah yang akan disuntik dengan tangan kiri.
8. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas yang sudutnya 15-20 terhadap
permukaan kulit.
9. Semprotkan obat hingga terjadi gelembung.
10. Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan massage.
11. Cuci tangan.
12. Catat reaksi pemberian, hasil pemberian obat / tes obat, tanggal, waktu, dan jenis
obat.
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3. Bebaskan daerah yang akan dilakukan.
4. Ambil obat dalam tempatnya dengan spuit, sesuai dengan dosis yang akan diberikan.
Apabila obat berada dalam bentuk sediaan bubuk, maka larutkan dengan pelarut (akuades
steril).
5. Pasang parlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan penyuntikan.
6. Kemudian, tempatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi.
7. Desinfeksi dengan kapas alkohol.
8. Pada bagian atas daerah yang akan dilakukan pemberian obat dapat dilakukan
pemgikatan dengan pembendung (terniquet), tegangkan dengan tangan/minta bantuan,
atau membendung di atas vena yang akan dilakukan penyuntian.
9. Ambil spuit yang berisi obat.
10. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukan
kepembuluh darah.
11. Lakukan aspirasi. Bila sudah ada darah, lepaskan karet pembendung dan langsung
semprotkan obat hingga habis.
12. Setelah selesai, ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada daerah
penusukan dengan kapas alkohol. Letakan spuit yang telah digunakan kedalam bengkok.
13. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.
14. Cuci tangan.
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3. Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat dan memasukan ke dalam spuit.
4. Cari tempaat penyuntikan obat pada daerah selang intravena.
5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran.
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan
masukkan obat secara perlahan-lahan kedalam selang intravena.
7. Setelah selesai, tarik spuit.
8. Periksa kecepatan infus dan observasi reaksi obat.
9. Cuci tangan.
10. Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya.
Parenteral
• Keuntungan :
– efek timbul lebih cepat dan teratur
– dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar, atau muntah-
muntah
– sangat berguna dalam keadaan darurat.
• Kerugian : dibutuhkan kondisi asepsis, menimbulkan rasa nyeri, tidak ekonomis,
membutuhkan tenaga medis.
• Meliputi: intravena (iv), intramuscular (im), subcutan (sc) dan intrathecal.
Iv
• Tidak mengalami tahap absorpsi.
• Obat langsung dimasukkan ke pembuluh darah sehingga kadar obat di dalam darah
diperoleh dengan cepat, tepat dan dapat disesuaikan langsung dengan respons penderita.
• Kerugiannya :obat yang sudah diberikan tidak dapat ditarik kembali, sehingga efek toksik
lebih mudah terjadi. Jika penderitanya alergi terhadap obat, reaksi alergi akan lebih terjadi.
Pemberian iv harus dilakukan perlahan-lahan sambil mengawasi respons penderita.
Im
• Kelarutan obat dalam air menentukan kecepatan dan kelengkapan absorpsi.
• Obat yang sukar larut seperti dizepam dan penitoin akan mengendap di tempat suntikan
sehingga absorpsinya berjalan lambat, tidak lengkap dan tidak teratur.
• Obat yang larut dalam air lebih cepat diabsorpsi
• Tempat suntikan yang sering dipilih adalah gluteus maksimus dan deltoid.
Sc
• Hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak iritatif terhadap jaringan.
• Absorpsi biasanya berjalan lambat dan konstan, sehingga efeknya bertahan lebih lama.
• Absorpsi menjadi lebih lambat jika diberikan dalam bentuk padat yang ditanamkan dibawah
kulit atau dalam bentuk suspensi.
• Pemberian obat bersama dengan vasokonstriktor juga dapat memperlambat absorpsinya.
Intrathecal
• obat langsung dimasukkan ke dalam ruang subaraknoid spinal, dilakukan bila diinginkan efek
obat yang cepat dan setempat pada selaput otak atau sumbu cerebrospinal seperti pada
anestesia spinal atau pengobatan infeksi SSP yang akut.
Topikal
• Terutama pada kulit dan mata.
• Pemberian topikal pada kulit terbatas pada obat-obat tertentu karena tidak banyak obat
yang dapat menembus kulit yang utuh.
• Jumlah obat yang diserap tergantung pada luas permukaan kulit yang kontak dengan obat
serta kalarutan obat dalam lemak.
• Pemberian topikal pada mata dimaksudkan untuk mendapatkan efek lokal pada mata, yang
biasanya memerlukan absorpsi obat melalui kornea.