Anda di halaman 1dari 21

Bulus Oil Ltd.

BAB VIII

HSE AND CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

Dikerjakan oleh : harisman Syahrial / 171.130.006

Latar Belakang

Setiap tahun ribuan kecelakaan terjadi di tempat kerja yang menimbulkan korban

jiwa,kerusakan materi dan gangguan produksi. Pada tahun 2007 menurut jamsostek tercatat

65.44 kecelakaan yang mengakibatkan 1.451 orang meninggal, 32 orang cacat tetap dan 58.67

orang cidera (SMK3, 2010).

Masalah keselamatan kerja telah dikenal sejak berabad yang lalu sejalan dengan

perkembangan industri. Namun secara spesifik, baru dimulai sekitar tahun 1800an bersamaan

dengan revolusi industri di Inggris yang ditandai dengan ditemukannya mesin uap yang

membawa perubahan mendasar dalam proses produksi.

Perubahan ini menimbulkan dampak luas khususnya hubungan antar manusia di tempat

kerja.Manusia berubah menjadi sekadar alat produksi sebagaiman dengan mesin dan alat kerja

lainnya yang dengan mudah diganti dengan baru.Karena itu keselamatannya kurang mendapat

perhatian sehingga terjadi banyak kecelakaan kerja.Kondisi perburuhan yang buruk dan angka

kecelakaan yang tinggi telah mendorong berbagai kalangan untuk berupaya meningkatkan

perlindungan bagi tenaga kerja.Manusia bukan sekadar alat produksi tetapi merupakan asset

perusahaan yang sangat berharga sehingga harus dilindungi keselamatannya.

HSE & CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 1


Bulus Oil Ltd.

Kesehatan, keselamatan dan lingkungan di Indonesia di atur dalam perundang-

undangan,sehingga pekerja khusunya bekerja di bidang Minyak dan Gas (MIGAS) mendapatkan

kesehatan dan keselamatan sesuai standar yang ada.

Pada bab ini akan dibahas mengenai kesehatan, keselamatan dan lingkungan di dunia MIGAS

yang meliputi :

1. Health Safety and Environment (HSE)Pemboran Eksplorasi

2. Health Safety and Environment (HSE)Operasi Produksi

3. Studi Lingkungan

4. Corporate, Social and Responsibility

8.1 Health Safety and Environment (HSE)Pemboran Ekplorasi

Pemboran eksplorasi dilakukan untuk membuktikan ada tidaknya hidrokarbon serta untuk

mendapatkan data-data di bawah permukaan (G&G) sebanyak mungkin.

Pada tahap pemboran ekplorasi dibagi atas beberapa tahap :

1. Tahap pra-konstruksi

o Pengadaan dan ganti rugi tanah lahan lokasi

o Ganti rugi tanaman dan bangunan

o Mobilisasi peraratan

2. Tahap konstruksi

o Pekerjaan cut dan fill

o Pembuatan well pad

o Pembuatan sarana pengolahan limbah

HSE & CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 2


Bulus Oil Ltd.

o Pembuatan sarana utilitas

o Rekruitment tenaga kerja lokal

3. Tahap operasional pemboran

o Rekruitment tenga kerja

o Rig move (mobilisasi peralatan)

o Ring up (pemasangan instalasi pemboran)

o Rig safety inpection

o Pengoperasian peralatan pengeboran

o Pengelolaan dan pengolahan lumpur dan serbuk bor

o Pengelolaan dan pengolahan limbah pemboran

o Pengelolaan limbah B3 dan bahan kimia

o Rig down

Pada proses ini dilakukan kegiatan :

- Pembuatan AMDAL termasuk UKL dan UPL

- Pemantauan lingkungan seperti limbah, kualitas udara, emisi, kebisingan, dll

- Pembuatan rencana pemboran : titik kordinat, elevasi, perkiraan lithologi dan tekanan

formasi, program lumpur, konstruksi sumur, program coring, analisa cutting,logging dan

testing

- Pembuatan jalan, jembatan, pemilihan menara bor dan peralatan yang sesuai,

pemasangan alat pembantu (jaringan telekomunikasi, air, listrik, dsb)

- Melaksanakan program untuk menentukan jenis pengeboran apa yang akan dilakukan

(melihat dari data yang didapat oleh geologi).

- Melaksanakan program safety induction terhadap personil

HSE & CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 3


Bulus Oil Ltd.

- Menyiapkan dan meng-list peralatan safetydan pemboran yang akan digunakan dalam

proses pemboran yang berstandardisasi

- Mensosialisasikan SOP dan APD serta cara menangulangi bahaya dan resiko selama

pemboran

- Mensosialisasikan peraturan-peraturan mulai yang terkait kegiatan pemboran

- Pembuatan kolam cadangan (mud pit)

- Membuat cellar yang nantinya akan berada tepat dibawah lantai rig setelah diatasnya

dipasang substructure

- Mempersiapkan lubang sumur

- Pemasangan conductor pipe

- Mempersiakan sumber air untuk kebutuhan para personal pemboran

- Mentransportasikan peralatan pemboran seperti rigdan peralatan lain yang menunjang

proses pemboran.

- Penunjukkan pekerja yang akan menempati tugasnya masing-masing

- Pemberian gaji terhadap pekerja

- Mendirikan derrick serta memasang peralatan penunjang pemboran lainnya

- Pengecekan tiap-tiap sistem terlebih dahulu sebelum operasi pemboran dilaksanakan

untuk menjaga hal-hal yang tidak di inginkan terjadi

- Mencari data yang diperoleh dari proses pemboran deliniasi dan pemboran

pengembangan

- Membuat mess untuk para karyawan meliputi sanitasi, olah raga, dll

- Membuat rambu-rambu peringatan disetiap lokasi

- Memposisikan aparat di luar dan dalam area lokasi kerja

- Mempersiapkan catering yang bergizi untuk para karyawan dan petugas medis

HSE & CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 4


Bulus Oil Ltd.

- Melaksanakan safety talk setiap pergantian personil(shift)

- Melakukan pengolahan limbah dan mempersiapkan transportasi untuk mengangkut

limbah

- Menyiapkan alat detektor, hidran, kamera pengawas dan speaker.

- Melaporkan dan meminta izin kepada SKK MIGAS untuk proses pemboran.

4. Tahap paska konstruksi

o Penutupan sumur secara permanen (dry hole)

o Penutupan sumur sementara (jika mendapatkan migas)

o Pemasangan kepala sumur (x-mas tree)

o Pemagaran sumur

o Rig move/mobilisasi peralatan

o Pembersihan lokasi pemboran

o Revegetasi dan reklamasi lokasi pemboran

Pada tahapan ini dilakukan kegiatan

Apabila sumur yang telah dibor memiliki cadangan minyak dan gas maka perlu di buat

pipa untuk mestransfer ke tangki, dan menunggu izin dari SKK MIGAS untuk proses produksi

dilaksanakan, maka harus dilakukan penjagaan area dan di pagari.Apabila sumur tersebut dry

hole maka perlu di tutup sesuai prosedur plug and abandonment.Dari semua kegiatan tersebut

harus mengacu terhadapat peraturan-peraturan pertambangan dan perminyakan yang berlaku.

HSE & CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 5


Bulus Oil Ltd.

8.2 Health Safety and Environment (HSE)Operasi Produksi

Proses produksi adalah kegiatan atau metode untuk menambah, mengeluarkan atau

menghasilkan suatu bahan menjadi suatu bahan bernilai.

Pada tahapan ini,dilakukan :

1. pengoperasian fasilitas produksi

a. pengoperasian sumur MInyak dan Gas (MIGAS)

b. pengoperasian sarana produksi (separator, scrubber, tangki, kapal, vassel dan

pipa saluran)

c. pengoperasial pig launcer

d. pemisahan air

e. pengopeasian alat pengolahan limbah cair, padat dan B3

f. ceceran minyak

g. emisi gas

2. kesempatan kerja dan usaha

a. menggunakan tenaga kerja setempat

b. kesempatan usaha

Pada proses ini dilakukan kegiatan :

- Pembuatan AMDAL

- Pemantauan lingkungan (udara ambien, udara emisi, air, kebisingan, dll)

- Melaksanakan meeting setiap periode waktu untuk memantau proses produksi dan

kemungkinan-kemungkinan yang akan diimbulkan

- Melaksanakan program safety induction terhadap personil

HSE & CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 6


Bulus Oil Ltd.

- Menyiapkan dan menglist peralatan safety yang akan digunakan dalam proses pemboran

yang berstandardisasi

- Mensosialisasikan SOP dan APD serta cara menangulangi bahaya dan resiko selama

pemboran

- Mensosialisasikan peraturan-peraturan

- Mempersiakan sumber air untuk kebutuhan para personal pemboran

- Malakukan preventive maintenance

- Penunjukkan pekerja yang akan menempati tugasnya masing-masing

- Pemberian gaji terhadap pekerja

- Pengecekan tiap-tiap sistem terlebih dahulu sebelum operasi pemboran dilaksanakan

untuk menjaga hal-hal yang tidak di inginkan terjadi.

- Melaporkan dan meminta izin kepada SKK MIGAS untuk proses pemboran

- Membuat mess untuk para karyawan meliputi sanitasi, olah raga, dll

- Membuat rambu-rambu peringatan disetiap lokasi

- Memposisikan aparat di luar dan dalam area kerja

- Mempersiapkan catering yang bergizi untuk para karyawan dan petugas medis

- Melaksanakan safety talk setiap pergantian personil (shift)

- Melakukan pengolahan limbah dan mempersiapkan transportasi untuk mengangkut

limbah

- Menyiapkan alat detektor, hidran, kamera pengawas dan speaker.

HSE & CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 7


Bulus Oil Ltd.

Limbah pemboran cair di groundpit harus diolah sampai baku mutu limbah yang

diizinkan, sebelum dibuang ke sungai atau tempat lainnya kemudian groundpit dikeringkan, dan

ditimbun, cutting pemboran sebelum digunakan untuk menimbun groundpit.

Beberapa jenis limbah dan cara untuk mengolah limbah pemboran

Tabel 8.1

Limbah Pemboran

Jenis Limbah Penanggulangan Peraturan

Drilling Cutting Cutting Pit Permen ESDM No.45/2006

Tentang Pengelolaan
Drilling Mud Waste kolam lumpur
Lumpur Bor

Limbah Domestik UU No.18/2008 Tentang


TPS/TPA terdekat
(padatan) Pengelolaan Sampah

Limbah Domestik
Septik tank dan drainasi -
(cairan)

Sub-kontraktor di PP No.18/1999 Tentang

Lubricant Waste bidang pengolahan Pengelolaan Limbah Bahan

limbah Berbahaya dan Beracun

HSE & CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 8


Bulus Oil Ltd.

Drilling Waste

 Drilling Cuting

Pengolahannya : menggunakan cutting pit, yang berfungsi sebagai tempat penampungan

berupa kolam dari cutting hasil pemboran yang bersama-sama lumpur naik kepermukaan.

Analisa :

1. Galian tanah yang di alasi oleh terpal plastik untuk mencegah terjadinya rembesan

filtrat lumpur yang mencemari tanah.

2. Diberikan pagar pembatas di sekitar cutting pit, karena cutting yang bersama-

sama dengan lumpur bersuhu tinggi.

 Drilling Mud Waste

Pengolahannya : kolam penampunhan yang merupakan tempat menampung lumpur yang

akan di treatment.

Analisa :

1. Dibuat dari kolam penampungan yang di lapisi oleh terpal plastik untuk

mencegah rembasan filtrat lumpur merembes ke tanah.

2. Diberikan pagar pembatas di sekitar kolam penampung, karena bersuhu tinggi.

 Well Test Waste (cair)

Pengolahannya : menggunakan mud pit merupakan tempat penampungan bagi limbah

pemboran

Analisa :

1. kolam penampungan yang di lapisi oleh terpal plastik untuk mencegak rembasan

filtrat lumpur merember ke tanah.

2. Diberikan pagar pembatas di sekitar mud pit.

HSE & CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 9


Bulus Oil Ltd.

 Well Test Waste (gas)

Pengolahannya : menggunakan separator atau menggunakan Burn Pit.

Analisa : Diletakan jauh dari area operasi pemboran untuk menghindari terjadinya

kebakaran karena mungkin ada gas yang tidak terdeteksi.

 Limbah domestik (padat)

Pengolahannya : menggunakan Tempat Pembuangan Akhir/Sementara

Analisa :

1. Limbah di buang ke TPS-TPA dengan syarat jauh dari area penduduk karena akan

menimbulkan polusi.

2. Kemudian limbah tersebut di pisahkan antara organik atau anorganik yang

kemudian diolah atau dihancurkan dengan cara dibakar dengan sebelumnya di

olah dulu.

 Limbah domestik (cair)

Pengolahannya : menggunakan septiktank dan drainasi

Analisa :

1. Limbah domestik di tampung di septik tank dengan syarat dibuat penyekat antara

limbah dengan tanah untuk mencegah kontaminasi air tanah, biasanya berupa

semen.

2. Air yang dianggap tidak tercemar bisa langsung di alirkan ke tanah

HSE & CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 10


Bulus Oil Ltd.

Limbah Produksi

Pada saat produksi juga penting untuk diperhatikan limbah-limbah yang

diproduksikan.

Tabel 8.2

Limbah Produksi

Jenis Limbah Penanganan Peraturan

Permen LH No.19/2010 Tentang Baku

Produksi Air Pengolahan Air Mutu Air Limbah

Permen LH No.13/2009 Tentang Baku Mutu

Emisi Kegiatan Industri Migas


Produksi Gas TPS-TPA terdekat
PP No.41/1999 Tentang Pengedalian

Pencemaran Udara

Limbah UU No.18 Tahun 2008 Tentang


Septik Tank dan Drainase
Domestik (Padat) Pengelolaan Sampah

Limbah
Sub-kontraktor
Domestik -
pengolahan limbah cair
(Cairan)

Lubricant Waste Mud Pit PP No.18/1999 Tentang Pengelolaan

HSE & CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 11


Bulus Oil Ltd.

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

 Water Waste from Hydrostatic Test

Pengolahannya : Aerasi dengan injeksi oksigen

 Produksi Air

Pengolahannya : Waste Water Treatment Proces (WWTP)

 Produksi Gas

Pengolahannya : Menggunakan TPS-TPA terdekat

 Limbah Domestik (Padat)

Pengolahannya : menggunakan septik tank dan drainasi

 LImbah Domestik (Cair)

Pengolahannya : Sub-kontraktor pengolahan limbah

 Lubricant Waste

Pengolahannya :mud pit

 Well Reparation

Pengolahannya :mud pit

 Flow line Maintenance

Pengolahannya :mud pit

8.4 Studi Lingkungan

Merupakan kajian terhadap lingkungan sekitar untuk mengetahui dampak dari suatu

kegiatan yang dilakukan.Hal ini disebut dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau

biasa disingkat AMDAL.AMDAL ini merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh para

HSE & CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 12


Bulus Oil Ltd.

kontraktor untuk mendapatkan izin melakukan usaha. Dalam studi AMDAL terdapat kriteria-

kriteria yang harus dipenuhi agar memenuhi syarat dari kelengkapan AMDAL berdasarkan

Bapedal No.56 Tahun 1994 Tentang Pedoman Mengenai Dampak Penting, di antaranya :

a. Jumlah manusia yang akan terkena dampak

b. Luas wilayah persebaran dampak

c. Lamanya dampak berlangsung

d. Intensitas dampak

e. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak

f. Sifat kumulatif dampak

g. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak yang dihasilkan

Berdasarkan Permen LH No.11 Tahun 2006 Tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau

Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, maka

untuk Lapangan yang merupakan lapangan minyak dan gas yang terletak di darat harus

melengkapi dokumen AMDAL apabila memproduksikan minyak ≥ 5000 BOPD dan gas ≥ 30

MMSCFD.

Faktanya berdasarkan hasil simulasi untuk produksi dari skenario pengembangan semua

sumur di Lapangan ini nilai kumulatif produksi minyak dan gas tidak mencapai batas minimum

wajib dilaksanakannya AMDAL.

Sehingga berdasarkan data-data di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk lapangan ini

tidak diwajibkan untuk dilakukannya analisis mengenai dampak lingkungan terhadap kriteria-

kriteria yang disebutkan di atas, maka yang harus dilakukan dalam aspek HSE di lapangan Bulus

oil Ltd. ini adalah Studi Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL dan UPL).

Studi Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL dan UPL)

HSE & CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 13


Bulus Oil Ltd.

Berikut adalah langkah dan kriteria penapisan jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang

wajib dilengkapi dengan UKL-UPL :

 Periksa peraturan yang ditetapkan oleh menteri departemen sektoral tentang jenis usaha

dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL untuk ditetapkan menjadi usaha dan/atau kegiatan yang

wajib dilengkapi dengan UKL-UPL

 Pastikan potensi dampak dari rencana usaha kegiatan telah tersedia teknologi untuk

menanggulangi dampak tersebut

 Tetapkan jenis dan skala/besaran rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut wajib dilengkapi

dengan UKL-UPL atau surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan

lingkungan hidup (SPPL) dari semua aspek

 Pastikan bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut tidak termasuk dalam daftar jenis

usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL. Hal ini dapat dibuktikan dari studi

lingkungan di atas berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.11 Tahun

2006 Tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup bahwa Lapangan Bulus Oil Ltd. tidak

termasuk daftar jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi amdal.Adapun proyek

pengembangan yang mana jenis kegiatan yang dilakukan adalah pada tahap pemboran dan

tahap produksi.

8.3.1 Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)

Kegiatan pengembangan ini dapat memberikan dampak negatif untuk lingkungan,

pekerja dan masyarakat disekitar kegiatan tersebut. Untuk meminimalisir dampak dari kegiatan

HSE & CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 14


Bulus Oil Ltd.

pengembangan migas terhadap lingkungan sekitar diperlukan upaya-upaya yang disebut Upaya

Pengelolaan Lingkungan (UKL).

a. Upaya Pengelolaan Lingkungan Pada Tahap Pemboran

Untuk meminimalisir dampak dari kegiatan pemboran terhadap lingkungan sekitar

diperlukan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL). Didalam Upaya Pengelolaan Lingkungan

inilah terdapat komponen-komponen yang mungkin terkena dampak dari kegiatan pemboran

pengembangan lapangan. Komponen-komponen tersebut antara lain :

1. Kualitas Udara

Pada saat pengoperasian pemboran banyak peralatan yang menggunakan sistem

pembakaransalah satunya adalah genset yang digunakan sebagai power system yang dapat

menimbulkan pencemaran udara akibat emisi yang dihasilkan oleh alat – alat tersebut. Tolak

ukur terhadap kualitas udara:

a. Permen LH No.13 Tahun 2009 Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi

Usaha Dan/Atau Kegiatan Minyak Dan Gas Bumi.

b. PP No.41 tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Sehingga untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan haruslah dilakukan pengecekan secara

rutin agar tidak menghasilkan gas emisi buang yang tinggi.

2. Tingkat Kebisingan

Dampak pemboran terhadap tingkat kebisingan berasal dari suara yang dihasilkan pada

pengoperasian alat– alat pemboran.Dampak yang ditimbulkan akan mengganggu kesehatan

pekerja dan kenyamanan lingkungan. Tolak ukur dampak terhadap kualitas udara bersumber

dari:

HSE & CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 15


Bulus Oil Ltd.

a. Kep-48/MENLH/11/1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan.

b. KepMenteri Tenaga Kerja No.51 tahun 1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika

di Tempat Kerja.

Upaya untuk mengatasi dampak dari tingkat kebisingan adalah memberikan hearing protections

atau ears plug kepada para pekerja.

3. Tenaga Kerja

Sumber dampak kegiatan eksplorasi dan eksploitasi pengembangan lapangan terhadap para

pekerja yang terlibat didalamnya adalah kegiatan pemboran itu sendiri. Dampak yang mungkin

dialami oleh para pekerja adalah meninggal atau luka-luka, baik luka berat maupun luka ringan.

Tolak ukur yang digunakan untuk ada tidaknya korban selama kegiatan eksplorasi dan

eksploitasi berdasarkan.

a. Peraturan Keselamatan Pertambangan No.341 Tahun 1930 Tentang Peraturan

Keselamatan Kerja.

Untuk mencegah dampak yang akan ditimbulkan terhadap para pekerja maka diperlukan

pengawasan dalam menjalankan Standar Operasi Prosedur (SOP), pelatihan keselamatan kerja,

pemasangan rambu-rambu peringatan kecelakaan kerja dalam area kegiatan, mendisiplinkan para

pekerja dalam pemakaian Personal Protective Equipment (PPE).

4. Sosial dan konflik

Pengembangan suatu lapangan migas merupakan tambang uang untuk masyarkat yang

tinggal pada area pengembangan ataupun area terdekat lapangan pengembangan.Salah satu

contohnya adalah meminta kompensasi yang melebihi ketentuan yang ada pada SK

Gub.No.20/2004.Adapun konflik yang dapat menghambat kegiatan pemboran yaitu

penyanderaan atau perusakan peralatan pemboran.Untuk meminimalisir peristiwa – peristiwa

HSE & CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 16


Bulus Oil Ltd.

yang disebabkan oleh masyarakat sekitar adalah dengan memberikan penjelasan yang sebaik-

baiknya terhadap warga sekitar area pengembangan.

5. Limbah

Dalam meneglola limbah lumpur dan serbuk bor di darat ( On Shore ) mencakup :

1. Pembuangan Limbah Lumpur Bor dari Lumpur Bor berbahan dasar air.

a. Menyiapkan dan membuat tempat penampungan limbah sesuai dengan jenis

limbah yang diproses dan kondisilokasi.

b. Melakukan pengolahan dan pemisahan limbah cair dan limbah padat.

2. Alternatif Pembuangan Limbah Lumpur dan Serbuk Bor

Pembuangan limbah lumpur dan serbuk bor dapat dilakukan dengan melakukan injeksi ke

formasi atau anulus atau dapat dilakukan dengan teknologi lain.

b. Upaya Pengelolaan Lingkungan Pada Tahap Produksi

1. Tanggap Darurat (Penanganan kondisi abnormal)

Pada kondisi operasi semua pihak menginginkan operasi berjalan secara normal.Akan

tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi hal-hal yang abnormal sehingga harus dipersiapkan

penanganan mengatasi kondisi abnormal tersebut. Berikut ini akan dipaparkan beberapa kondisi

abnormal yang sering terjadi dalam kegiatan pemboran.

 Over Pressure

 Lower Pressure

 Kebocoran

 Semburan Gas

HSE & CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 17


Bulus Oil Ltd.

 Over Heat

2. Medical Evacuation

Penanganan medis mutlak dipersiapakan apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Agar penanganan medis dapat dilakukan secara terorganisir perlu diketahui prosedur dan

pelaksanaan penanganan medis saat kondisi berbahaya

Saat terjadi kejadian yang berbahaya terdapat point-point penting yang harus diketahui

agar dapat ditanganin secata cepat dan tepat.Point-point tersebut akan dibahas sebagai berikut

 Lokasi kecelakaan

Lokasi kecelakaan ini meliputi koordinat lokasi. Hal ini penting untuk diketahui terutama

kalau area pengoperasiaannya yang luas sehingga akan memudahkan dalam penjemputan baik

menggunakan boat maupun chooper.

 Jumlah Korban

Jumlah korban ini berkaitan dengan fasilitas yang diperlukan untuk proses penjemputan

korban, seperti boat maupun chooper yang diperlukan menuju ke lokasi kejadian.

 Golongan Darah Korban

Dalam menangani korban akibat kecelakaan, perlu diketahui data-data dari korban tersebut

seperti golongan darah.Hal ini berguna apabila korban mengalami kekurangan darah akibat

pendarahah sehingga perlu dilakukan transfusi darah.

 Jenis Kecelakaan

HSE & CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 18


Bulus Oil Ltd.

Jenis kecelakaan juga mutlak untuk diketahui, dikarenakan dengan mengetahui jenis

kecelakaan, maka kecelakaan tersebut dapat ditanganin secara tepat dengan menggunakan

fasilitas-fasilitas yang sesuai dengan yang dibutuhkan di lokasi kejadian.

 Prioritas

Dalam melaksanakan proses evakuasi, penting untuk ditentukan skala prioritas. Tingkat

kecelakaan yang lebih berpotensi mengancam jiwa lebih diprioritaskan dibandingkan korban

yang sudah meninggal ataupun korban yang mengalami cedera ringan, sehingga korban yang

seperti ini dapat dievakuasi belakangan.

8.4 Corporate Social and Responsibility (CSR)

Program CSR dapat mendukung program pemerintah dengan fokus untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat. Tujuan program CSR adalah :

1. Membangun dan memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan untuk anak-anak yang

berada disekitar area lokasi kerja

2. Memberi beasiswa terhadap anak sekolah mulai dari sekolah dasar (SD) hingga sekolah

menengah atas (SMA)

3. Membangun dan memperbaiki sarana dan prasarana ibadah untuk masyarakat disekitar area

lokasi kerja

4. Melengkapi kebutuhan fasilitas di setiap sekolah dekat area lokasi kerja berupa Alat tulis,

buku, computer, meja,bangku, dll yang dibutuhkan oleh sekolah tersebut

5. Mendirikan pusat kesehatan di sekitar area lokasi kerja

6. Melakukan sunatan masal gratis untuk masyarakat sekitar area lokasi kerja

HSE & CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 19


Bulus Oil Ltd.

7. Membantu dalam terwujudnya pelaksnaan program nasional maupun program masyarakat

sekitar area lokasi kerja seperti HUT Ploklamasi, Lomba MTQ, dan program-program

lainnya.

Selain itu, aktivitas CSR juga mencakup donasi dan bantuan bagi para korban bencana alam,

serta dukungan berupa pendanaan maupun fasilitas untuk berbagai aktifitas yang dipandang

dapat mendukung masyarakat baik di bidang pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya.Program

CSR industri migas difokuskan pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal dan program

kemitraan yang terlibat.Kegiatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan sejalan dengan

program pembangunan daerah. Program CSR yang dilakukan pada dasarnya meliputi empat

aspek, yaitu:

1. Fisik, seperti pembangunan jalan, rumah ibadah sosial, dan sarana lainnya yang

dibutuhkan masyarakat.

2. Sumberdaya manusia seperti pemberian bea siswa, peningkatan pengetahuan siswa dan

mahasiswa dibidang Migas.

3. Ekonomi, seperti pemberdayaan usaha kecil dengan memanfaatkan potensi sumber daya

alam setempat.

4. Sosial budaya, seperti pelestarian budaya setempat, peningkatan kesehatan masyaraka

HSE & CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 20


Bulus Oil Ltd.

HSE & CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 21

Anda mungkin juga menyukai