Anda di halaman 1dari 5

 

BAB VIII
HEALTH,SAFETY,AND ENVIRONTMENT

8.1. HSE
Dalam melakukan kegiatan MIGAS perlu dilakukan upaya untuk menjaga
keselamatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan dalam bekerja. Segala peraturan
tentang keselamatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan diterapkan dalam HSE
(Health Safety and Environment). Penerapan HSE bertujuan untuk menciptakan tempat
kerja yang aman, nyaman, sehat, nihil kecelakaan, bebas penyakit dan ramah lingkungan.
Adanya bahaya dan resiko pada kesehatan, keselamatan kerja, dan lingkungan (HSE yang
akan berdampak pada pekerja, perlengkapan/peralatan, material, dan lingkungan hidup di
sekitar area operasi.
Undang undang HSe 
A. Undang Undang No 1 Tahun 1970 Tentang keselamatan Kerja
B. Undang Undang No 22 Tahun 2001 Tentang Migas
C. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2018Tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
D. PP No. 50 Tahun 2012, Sistem Manajemen K3.

Bahaya pada area kerja dikelompokkan menjadi beberapa tipe bahaya,diantaranya


A. Bahaya Fisik :Pencahayaan, Getaran, Kebisingan
B. Bahaya Kimia :Gas, Asap, Uap, Bahan Kimia
C. Bahaya Biologi :Micro Biologi (Virus, bakteri, jamur,dll);Macro Biologi (Hewan,
serangga, tumbuhan)
D. Bahaya Ergonomi :Stress Fisik (gerakan berulang, ruangsempit, memforsir tenaga);
Stress Mental (Jenuh/bosan,overload)
E. Bahaya Mekanis :Titik jepit, putaran pulley atau roller
F. Bahaya Psikososial :Trauma, Intimidasi, pola promosi jabatan nyang salah, dan lain-lain
G. Bahaya Tingkah laku :Tidak patuh terhadap peraturan,overconfident, sok tahu, tidak
peduli 
H. Bahaya Lingkungan Sekitar :Kemiringan permukaan, cuaca yangtidak ramah, permukaan
jalan licin

Sedangkan Risiko adalah kemungkinan terjadinya kecelakaan.Risiko timbul jika ada


pekerja atau orang yang terpapar bahaya
A. Kabel listrik bertegangan kondisinya terbuka (tanpapembungkus) terletak di belakang
rumah anda, kondisi tersebutadalah Bahaya. Namun, jika ada anggota keluarga yang
bermainatau berada di sekitar kabel listrik yang terbuka tersebut makaakan disebut
Risiko.
B. Batu menggantung di tebing jalan, kondisi tersebut adalahBahaya. Akan menjadi Risiko
jika ada pengguna jalan yangmelewati area tersebut.
Kondisi mesin yang berputar tidak diberi pengaman (guarding)adalah Bahaya, jika ada
pekerja mekanik yang sedang bekerjamemperbaiki unit tersebut atau dekat dengan area
tersebutakan berubah menjadi Risiko.
C. Ada ikan hiu di laut, itu adalah Bahaya. Akan berubah menjadiRisiko jika ada turis atau
peselancar yang bermain di pantai ataulaut tersebut.

Pemasalahan hse di bidang migas

A. Api Dan Ledakan


Api Dan Ledakan adalah kecelakaan utama dalam industri pengeboran minyak.
Dalamproses pengeboran, semburan, tersandung keluar dan swabbing, gas yang mudah
terbakar dapat keluar dan bereaksi dengan udara, potensi penyebab ledakan.Penyebab
lainnya di mana ledakan dapat terjadi meliputi: pekerjaanmemotong atau mengelas di
dekat bahan yang mudah terbakar serta membuat lubang dengan ledakan di atas tanah.
Ketika berada dilokasi harus memiliki kesadaran situasional yang diperlukan, pelatihan
keselamatan untuk pencegahkebakaran dapat berarti perbedaan antara hidup dan mati.
B. Jatuh
Jatuh terjadi di industri pengeboran minyak paling sering terjadi didaerah rig yang tinggi.
Pekerja dapat jatuh dari lantai rig ke tingkat lebih rendahatau kelaut terbuka.Kecelakaan
ini sangat berbahaya, tetapi mereka dapat dihindari ketikasetiap bukaan memiliki struktur
keamanan yang diikat dan perlindungan yangtepat ditetapkan untuk mengamankan
pekerja saat mereka beroperasi pada rigyang tinggi.
C. Listrik
Air asin, serta beberapa bahan kimia yang digunakan dalam proses ekstraksi,bersifat
korosif. Hal yang paling sederhana, seperti kabel yang rusak atau usangsaat mengganti
bola lampu dapat menyebabkan sengatan listrik di atas rigpengeboran.Langkah sederhana
untuk menghindari listrik adalah memakai insulator listriksebagai perlindungan, serta
melakukan pemeriksaan rutin untuk menggantiperalatan yang rusak.
E. Rig Runtuh
Rig sering runtuh ketika rig membawa beban lebih dari yang dirancang untuk dibawa.
Penyebab lain dari Rig Collapse adalah ketika Penilaian Rig tidakcukup rinci atau
dilakukan dalam praktek yang diperlukan. Masalah mekanis darikelalaian biasa akan
dengan cepat meningkatkan kemungkinan terjadinyakecelakaan yang sering terjadi.
F. Bahan kimia
Bahan kimia seperti hidrogen sulfida tidak berwarna dan cukup sulitdideteksi. Efek
jangka panjang bisa menyebabkan kelumpuhan pernafasan,kolaps tiba-tiba, detak jantung
tidak teratur, dan kematian. Pekerja dapatterkena bahan kimia ini selama pengukuran dan
pengeboran. Pencegahandimulai dengan memakai masker gas yang tepat dengan filter
udara yang digantisecara teratur.

Persiapan PemboranAdapun beberapa persiapan pemboran yang meliputi pekerjaansebagai


berikut:
A. Pembuatan AMDAL.
B. Mengadakan sosialisasi rencana kegiatan pemboran kepadamasyarakat sekitar lokasi
pemboran.
C. Persiapan data bawah tanah (G & G)
D. Pembuatan program pemboran, yang menjelaskan susunandan kedalaman casing, besar
tekanan formasi yang akandihadapi, jenis lumpur, tipe komplesi, potensi hazard, prosedur
emergency, serta jumlah budget atau AFE.
E. Penyiapan material dan jasa pemboran
F. Mobilisasi rig meliputi: rig move, rig up.
G. Melaksanakan safety check list pada peralatan pemboran(sertifikasi alat, safety pin,
safety chain pada saluran bertekanan)
H. Personil yang berkerja di lapangan MIGAS harus sudah tersertifikasi, sesuai dengan
kompetensinya.
I. Melaporkan ke Dirjen MIGAS mengenai pemboran sumuryang diniatkan.
J. Meminta izin ke SKK MIGAS untuk memulai pengeboran

Setelah pekerjaan persiapan pemboran selesai, tahap selanjutnyaadalah melaksanakan pemboran


sesuai dengan program pemboranyang ditentukan. Implementasi HSE dalam aktivitas
pemboranmenjadi suatu yang sangat mutlak harus dilaksanakan antara lain

A. Menyiapkan platform pemboran.
B. Memasang rambu-rambu peringatan keselamatan diwilayah pemboran disekitar lokasi.
C. Menempatkan aparat dengan jumlah cukup disekitar lokasi pemboran
D. Memberikan safety introduction kepada pengunjung yangmemasuki lokasi pemboran.
E. Melakukan safety meeting setiap kali akan melakukankegiatan pemboran yang
berbahaya.
F. Melakukan kick drill dan pit drill secara berkala.
G. Menyiapkan tenaga medis di lokasi pemboran.
H. Melaksanakan safety talk setiap penggantian shift.
I. Pekerja di lapangan harus memakai pakaian kerja yangstandar (coverall).
J. Pekerja harus memakai alat pelindung diri untukmengurangi cidera akibat kecelakaan
(safety shoes, safetyhelm, safety glove, safety goggle, ear plug, safety mask,safety belt).
K. Mempunyai Standart Operating Prosedure (SOP) sebagaiacuan melaksanakan pekerjaan
dan pengoprasian alat.
L. Menyediakan alat detektor gas untuk gas beracun (H2S,CO2) dan esplosife gas.
M. Menyediakan fire boat dan sprayer di sekitar rig.

Contoh - contoh kasus pemboran yang mengabaikan aspek HSE

A. Terjadinya kebakaran sumur pada pekerjaan kerja ulang sumur.


Hal ini bisa terjadi pada saat mengganti pipa produksi, sebelum pipa dicabut sumur
dimatikan terlebih dahulu menggunakancompletion fluid  dan aliran kembali dari sumur,
yang mengandunggas, melewati gas separator untuk memisahkan completion fluid dan
gas.
B. Terjadinya Crater pada sumur.

Penentuan casing depth yang kurang dalam dan tidak sesuaidengan perhitungan tekanan
yang akan ditahan, ketika terjadi wellcontrol saat kick, shoe di bawah casing tidak kuat
menahan tekanandan terjadi crater disekitar lokasi pemboran. Evaluasi dari simulasiini,
kesalahan prosedur dalam menangani kick (SOP).
C. Terjadinya pencemaran pada pemboran eksplorasi.
Meskipun Sistem pengolahan limbah dilokasi pemboran sudah memenuhi standard, tetapi
terjadi pencemaran akibat ground pit penuh dan meluap mencemari perairan sekitar

 Drilling waste management

A. Drilling Cutting
Menggunakan cutting pit yaitu tempat penampungan berupa kolam dari cutting hasil
pemboran yang bersama-sama lumpur naik kepermukaan. Dimana cutting tank diberikan
pembatas karena cutting beserta lumpur memiliki suhuyang tinggi
B. Drilling Mud Waste
lumpur yang keluar ditampung dalam mud tank untuk menampung mud waste
C. Domestic Waste (Solid)
Menggunakan nseptic tank dandrainage dimana limbahdiolah terlebih dahulu

Manajemen dan Monitoring Lingkungan Manajemen lalu lintas dilakukan untuk mengantisipasi
keluhan dari masyarakat berkaitan dengan kegiatan transportasi baik saat pengangkatan pipa ke
lokasi, pemindahan alat berat, maupun pengangkutan material. Upaya manajemen lingkungan
diterapkan pada kegiatan yang berpotensi memiliki dampak bahaya lingungan seperti limbah B3,
kualitas air, kualitas udara, dan kebisingan.

8.2. CSR
Corporate Social Responsibility (CSR) dibentuk untuk mengeliminir bebagai permasalan
yang mungkin timbul seperti ketidaksetujunya masyarakat setempat terhadap
pertambangan, maka dibentuklah melalui program community development (CD). Hal ini
sangat penting untuk meyakinkan masyarakat bahwa kehadiran perusahaan perminyakan
yang akan menguasai sumber alam di wilayah itu akan memberi kompensasi pada mereka
dalam bentuk program-program yang akan meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi
penduduk. Program community development industri migas difokuskan pada upaya
pemberdayaan masyarakat lokal dan program kemitraan yang melibatkan segenap
stakeholder. Kegiatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan sejalan dengan program
pembangunan daerah. Pengembangan CSR pada Lapangan Sembilang dilakukan pada
wilayah Onshore karena lapangan ini merupakan Offshore field.

Anda mungkin juga menyukai