Anda di halaman 1dari 4

Nama:M.

Ananda Pahlevi
NIM:191910801038

Tugas Kapita Selekta Geothermal dan Non -Konvensional

1. Diagram terner adalah diagram fasa sistem yang digambarkan dalam satu bidang datar
berupa segitiga sama sisi dan dapat menggambarkan sistem tiga komponen zat dalam
berbagai fasa.
Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga komponen tergantung pada daya saling larut antar
zat cair tersebut dan suhu percobaan. Andaikan ada tiga zat cair A, B dan C. A dan B saling
larut sebagian. Penambahan zat C kedalam campuran A dan B akan memperbesar atau
memperkecil daya saling larut A dan B. Ditinjau dari sistem yang memperbesar daya saling
larut A dan B. Dalam hal ini A dan C serta B dan C saling larut sempurna. Kelarutan cairan
C dalam berbagai komposisi campuran A dan B pada suhu tetap dapat digambarkan pada
suatu diagram terner.

Gambar diagram Terner

Diagram Cl-HCO3-SO4
Diagram Cl-HCO3-SO4 digunakan untuk interpretasi klasifikasi dan karakteristik fluida
geotermal yang didasarkan pada anion utama, yang mengacu pada kandungan Cl-HCO3-
SO4 pada fluida geotermal. Pada studi kasus karakteristik fluida geotermal di East
Manggarai, Flores, East Nusa Tenggara dibagi menjadi empat jenis fluida panas
bumi:yaitu:
a. Chloride (Cl)
Manifestasi sampel fluida APRNM-1 dan APRNM-2 ini memiliki pH 5,9 – 6 dan
terasa agak asin. Di sekitar sumber air panas ini terdapat endapan travertine yang
luas. Air ini bukan jenis air klorida yang berasal dari reservoir. Kandungan chloride
yang tinggi menandakan fluida berasal dari campuran air formasi. Pernyataan ini
juga didukung oleh kandungan Ca, Na, dan K yang cukup tinggi.
b. Chloride-bicarbonate
Sampel fluida jenis air ini adalah APRNK. Hal ini ditandai dengan air jernih dengan
pH 6,1 dan ada endapan sinter karbonat tipis di dekat debit. Jenis air yang dibentuk
oleh pencampuran air dalam reservoir yang mengandung Cl tinggi dengan air tanah
yang memiliki kandungan bikarbonat tinggi (dilute water).
c. Bicarbonate (HCO3)
Sampel fluida jenis air ini adalah APWL, ditandai dengan air jernih dan tidak
berbau, dengan pH mendekati netral (6,1). Jenis air ini dibentuk oleh adsorpsi gas
CO2 dan kondensasi uap ke air tanah (kondensat uap/air yang dipanaskan dengan
uap).
d. Sulphate-bicarbonate
Sulphate-bicarbonate termasuk dalam jenis air ini adalah APMP-1, APMP-2, dan
APCT. Ditandai dengan air jernih dengan pH 5,9-6,2 dengan sedikit bau belerang,
mereka menghadirkan endapan lumpur di sekitar debit. Mata air panas ini terbentuk
sebagai hasil uap dan gas pada zona upflow yang mengandung H2S dan CO2
mengembun dengan air meteorik sehingga membentuk air kondensat (steam
condensates).

Gambar Diagram Terner

2. Teknik pengeboran antara sumur panas bumi dengan sumur minyak bumi/gas bumi (oil
and gas) pada umumnya sama saja yang membedakan adalah ada tambahan pada fasilitas
pengeboran panas bumi yaitu peralatan pendinginan fluida (cooling tower equipment), hal
ini dikarenakan karena umumnya sumur-sumur panas bumi mempunyai temperatur yang
sangat tinggi (high temperature), sehingga harus membutuhkan suatu sistem pendingin
untuk mendinginkan fluida pengeboran sebelum disirkulasikan kembali ke dalam sumur.
Proses pembuatan konstruksi antara sumur panas bumi dengan sumur minyak bumi/gas
bumi sama saja, dimana sama-sama terdiri dari:

 Conductor
 Surface casing
 Intermediate casing
 Production casing
 Liner casing
Tujuan pengujian sumur pada pengeboran panas bumi adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui kondisi dan karakteristik dari suatu sumur
 Jenis fluida, apakah steam dominated (1 phase) atau brine dominated (2 phase)
 Kedalaman zona produksi yang bertemperatur tinggi dan pusat-pusat rekahannya.
 Tekanan, temperatur, permeabiltas.
 Sifat kimia sumur dan reservoir
 Kondisi lubang sumur dan casing sumur

b. Untuk mengetahui kapasitas produksi dari sumur
 Besar laju alir uap (steam flow rate)
 Besar laju alir air panas (brine flow rate)
 Besar energi dalam uap (enthalpy, H), H = U (internal energy) + PV (work energy)
 Kandungan gas-gas dalam sumur (non condensable gas – NCG)
Pengeboran panas bumi dinyatakan telah berhasil apabila pengeboran telah menembus zona
bertemperatur tinggi yang diikuti dengan terjadinya total loss of circulation (TLC) yang
mengindikasikan bahwa fluida pengeboran telah menembus rekahan-rekahan (fractures) suatu
kawah produksi (production reservoir zone) dan fluida pengeboran tidak kembali lagi. Setelah
terjadinya TLC maka lumpur (mud) pengeboran langsung diganti dengan air. Umumnya
kebutuhan air ini adalah sekitar 1200 gpm ≈ 75 liter/sec.
pengujian produksi sumur (well production test) yang sering dilakukan yaitu sebagai berikut:
 Calorimeter method, pengukuran entalpi dan laju aliran dengan cara mengalirkan fuida dari
suatu sumur yang sudah disambungkan ke suatu kalorimeter yang telah berisi air dingin
(yang sudah diketahui volume dan temperatur-nya), setelah sumur ditutup kemudian maka
pengukuran entalpi dan laju aliran diukur dari pertambahan volume dan temperatur.
Calorimeter method ini digunakan untuk sumur-sumur yang diperkirakan mempunyai laju
aliran yang kecil, dan sekarang ini penggunaannya sudah jarang sekali

 TFT (tracer flow test) method, pengukuran entalpi dan laju aliran dengan menggunakan
zat kimia (chemical) sebagai tracer dilution yang diinjeksikan pada laju pipa 2 fasa melalui
injection port dan akan diambil kemnbali pada sampling port.
DAFTAR PUSTAKA
Beggs, H.D. (1991). Production Optimization Using Nodal Analysis. Tulsa, Oklahoma: OGCI and
Petroskills Publications
O’Sullivan, M. J. (1981). A similarity method for geothermal well test analysis. Water Resource
Research, 17(2), 390–398. doi:10.1029/wr017i002p00390

Anda mungkin juga menyukai