1
MT6 disiapkan untuk sumur injeksi dan memiliki permeabilitas yang besar. Pada
tahun yang sama juga dilaksanakan survei mise a-la mase untuk membantu
mendeliniasi daerah prospek. Pada tahun 2007 dilaksanakan pekerjaan
steam gathering dan pengujian uap gabungan. Fasilitas steam gathering
langsung dihubungkan ke titik serah terima uap. Kronologi kegiatan eksplorasi
di Lapangan Panas Bumi Daratei Todabelu Mataloko secara lebih jelas di sajikan
pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Uraian Kegiatan Panas Bumi Daratei Todabelu Mataloko
2004- Pipanisasi dari kepala sumur MT2, MT3, MT4 dan MT5 menuju "steam
2005 gathering" dan pipanisasi air separasi ke sumur injeksi MT6 dengan biaya
APBN
2006 Pengujian uap MT5 dan MT6 dengan biaya APBN
MT5 dapat memproduksi uap kering 17.8 ton/jam pada TKS 5,5 barg
MT6 disiapkan untuk sumur injeksi dan memiliki permeabilitas yang besar
Survei mise-a-la-masse dengan biaya APBN
Survei ini dapat mendeliniasi daerah prospek secara lebih tegas.
2007 Pekerjaan steam gathering dan pengujian uap gabungan
2
2. REVIEW GEOLOGI
2.1. Geologi Regional
Stratigrafi daerah Bajawa terdiri dari batuan vulkanik tua, batuan
vulkanik Bajawa, produk dari kerucut abu, Tuff Aimere, dan produk dari
gunung Inerie. Batuan vulkanik tersebar pada batas barat dan timur dan
bagian selatan daerah Bajawa. Batuan vulkanik Bajawa berada pada tengah
hingga bagian utara Bajawa dan terkumpul dalam depresi Bajawa. Kerucut
abu tersebar secara luas dalam depresi Bajawa dan cenderung dominan di
bagian barat depresi dibandingkan sebelah timur. Tuff Aimere hanya
tersingkap di sebelah barat depresi dan tidak dijumpai di daerah lain. Produk
gunung api Inerie menempati bagian baratdaya Bajawa. Struktur geologi daerah
Bajawa ditandai dengan adanya depresi, yaitu depresi Bajawa yang melingkupi
kota Bajawa di bagian barat dan Mataloko di bagian timur.
3
sisa dinding kawah menunjukkan bahwa di daerah ini telah terjadi aktifitas
vulkanisme pada masa lalu.
4. REVIEW GEOKIMIA
Berdasarkan hasil analisis komposisi kimia air panas dari lima
mata air panas yaitu air panas Mataloko 1 , Mataloko 2, Mataloko 3, Liba
dan Dhoki Mata, air panas dapat dikelompokan menjadi dua tipe yaitu tipe
air sulfat asam pada air panas Daratei Todabelu Mataloko, dan tipe bikarbonat
pada air panas Liba dan Dhoki Mata.
Hasil analisis Hg tanah pada kedalaman 1 meter menunjukkan
konsentrasi relatif bervariasi antara 105 sampai dengan 458 ppb.
Kandungan Hg tanah yang relatif tinggi terletak di sekitar kenampakan
fumarola. Adapun kandungan CO2 udara tanah berkisar antara 0,1% sampai
dengan 0,72%. Nilai kandungan CO2 tanah yang relatif tinggi berada di
sekitar mata air panas Daratei Todabelu Mataloko. Dan kedua data
tersebut didapatkan daerah anomali Hg dan CO 2 seluas sekitar 1 km2
terletak di sekitar lokasi kenampakan panas bumi fumarola.
Hasil analisis isotop oksigen 18 dan deuterium air panas Daratei
4
Todabelu Mataloko, diindikasikan bahwa air yang muncul adalah meteoric
water yang tertampung dalam batuan alterasi dalam suasana asam yang
kaya dengan H2S dan sulfat, yang menguap pada temperatur relatif tinggi.
Penentuan temperatur bawah permukaan dilakukan dengan
perhitungan geotermometer gas, mengingat air panas dengan temperatur
tinggi mempunyai pH asam dan mengeluarkan bau H 2S. Dari perhitungan
tersebut diperoleh temperatur 283°C, termasuk kedalam tipe entalpi
tinggi.
Hasil analisis Hg tanah pada kedalaman 1 meter menunjukkan
konsentrasi relatif bervariasi antara 105 ppb sampai dengan 458 ppb.
Kandungan Hg tanah yang relatif tinggi (>420 ppb) terletak di sekitar
kenampakan fumarola dan di sebelah utara lokasi fumarola.
5. REVIEW GEOFISIKA
Hasil penyelidikan geolistrik pada daerah panas bumi Daratei Todabelu
Mataloko menunjukkan pola anomali tahanan jenis rendah <10 ohm dijumpai
mulai dari lokasi pemunculan manifestasi di sebelah tenggara, berarah barat laut
– tenggara, seluas sekitar 5 km2. Daerah ini diperkirakan sebagai daerah
prospek dimana fluida dari kedalaman naik ke atas melalui struktur berarah barat
laut – tenggara. Anomali tahanan jenis semu rendah di sebelah timur laut
diperkirakan merupakan out flow.
Hasil studi magnetotelurik mengindikasikan bahwa puncak reservoir
utama berada sekitar 600-800 m di bawah sekitar daerah manifestasi. Hasil
survei Mise-a-La-Masse menunjukkan nilai tahanan jenis antara 3 dan 10
Ohm-m. Zona nilai tahanan jenis rendah berada di tengah area survei dan
membuka ke barat. Pada sisi timurlaut, timur sampai tenggara dicirikan oleh nilai
tahanan jenis yang lebih tinggi yang membentuk pola kontras dengan daerah
tengah yang rendah sehingga membentuk gradien tahanan jenis terjal/tinggi
dengan lineasi yang konsentrik ke lokasi sumur/manifestasi dan membuka ke
barat. Dalam zona rendah sendiri terdapat zona yang lebih rendah (terwakili
oleh nilai yang < 4 Ohm-m, di sekitar manifestasi-MT2, MT3, MT5 yang
membuka ke barat.
5
6. REVIEW PENGEBORAN EKSPLORASI
Sumur MT-1
Sumur MT-1 adalah sumur hasil kajian geoscientific kerja sama
bilateral Indonesia dan Jepang. Pada mulanya, penelitian ini merencanakan
satu sumur eksplorasi MT-1 dengan total kedalaman (TD) 1000 m. Namun
pengeboran Sumur MT-1 terpaksa harus dihentikan pada kedalaman
207,26 meter karena terjadi semburan liar hingga radius mencapai 10
dari pusat cellar. Sumur MT-1 kemudian dimatikan dengan melakukan
sumbat semen secara permanen pada Oktober tahun 2000.
Sumur MT-2
Sumur MT-2 merupakan sumur eksplorasi berikutnya setelah sumur
MT-1 di disumbat semen secara permanen. Titik grouting ditambah di
sekeliling sumur MT-2, sebelum dilakukan tajak, mengingat dekatnya dengan
titik bor MT-1 (sekitar 33,4 meter) dan tanah permukaan hampir seluruhnya
terubah. Sumur MT-2 ditajak pada 30 Desember 2000 pada 13.30
WITA dengan pemboran lubang 12 '/4" dan pemasangan selubung 10" di
kedalaman 17,6 m pada 4 januari 2001. Setelah pemboran lubang 9 5/8 "
(TD = 104,56 m), dilakukan pengukuran temperatur dan tekanan.
Temperatur terukur 130,4 °C. Pada Pemboran lubang 7 5/8" dan
kedalaman 157 – 162,35 m, temperatur lumpur sirkulasi tercatat cukup
tinggi (in/out = 53/60 °C). Saat cabut rangkaian 7 5/8" ke permukaan pada
17 Januari 2001 terjadi semburan lumpur setinggi kurang-lebih 30 m dari
lantai bor. Kejadian ini ini mirip dengan peristiwa semburan di Sumur MT-1,
kemudian dilakukan flow test Sumur MT-2 pada 22 -27 Januari 2001.
Hilang lumpur sebagian (minor PLC = 42 liter/menit) diobservasi pada
kondisi statik setelah aliran uap Sumur MT-2 dimatikan dengan memompakan
lumpur ke dalam sumur. Kemudian, lubang sumur MT-2 dirembis (clean-
out of hole) berulang-ulang karena rangkaian pahat duduk di 136,0m dan
145,5 m (formasi runtuh). Akhirnya sepatu selubung 6 " diset di 109,63 pada
30 Januari 2001. Rencana bor lubang 5 5/8" hingga 250 meter juga
dihentikan di kedalaman 180,02 m sebab sudah dilakukan berulang kali
dilakukan rembis. Selubung liner 4" hingga kedalaman 180,0 m pada 4
6
Februari 2001. Sebelum rig-down , Sumur MT-2 dikondisikan dengan
mengalirkan uap selama lebih kurang 4 jam pada 5 Februari 2001.
Sumur MT-3
Sumur MT-3 merupakan sumur eksplorasi pertama di Daratei Todabelu
Mataloko yang didanai melalui APBN (tahun 2003). Konstruksi Sumur MT-3
adalah sumur standar yang terdiri dan selubung 13 3/8" (0 – 44,37 m),
selubung 10 3/4" (0 – 209,0 m), selubung 8 5/8" (192,54 – 490m) yang
terdiri dan blind liner (192,54 – 225,83 m dan 472,65 -490,00m) dan slotted
liner (225,83 -472,65 m), open hole 7 7/8" (490 – 558,25 m), dan open hole 5
5/8" (558,25 – 613 m).
Litologi Sumur MT-3 terdiri dan selang-seling antara breksi tufa terubah
dengan andesit terubah (dari permukaan hingga kedalaman 196 m), andesit
terubah dengan (196 – 613 m) dan sisipan paleosoil (antara 275 – 500m).
Batuan Sumur MT-3 pada umumnya telah terubah hidrotermal dengan indek
ubahan 0,2 hingga 0,8 dan tipe ubahan argilik hingga propilitik. Pada saat
operasi pemboran tercatat beberapa kali kejadian hilang sirkulasi sebagian
(PLC) terutama pada interval kedalaman antara 225 hingga 613 m. Perbedaan
temperatur lumpur pembilas sangat tinggi terutama di sekitar kedalaman 613m
(TD), yaitu 10 – 11 °C. Sumur ini telah menghasilkan uap dan selanjutnya
dilakukan uji produksi tahun 2004.
Sumur MT-4
Sumur MT-4 merupakan sumur eksplorasi di Daratei Todabelu Mataloko
yang juga didanai melalui APBN tahun 2003. Seperti Sumur MT-3,
konstruksi Sumur MT-4 juga merupakan sumtur standar yang terdiri dari
selubung 13 5/8" (0 – 55,22 m), selubung 10 3/4" (0 –241,0 m), slotted liner
8" (133,00 – 467,68m) dan slotted liner 6 " (462-756,47 m).
Litologi Sumur MT-4 dari permukaan hingga kedalaman akhir (TD =
756,47 m) dicirikan oleh perselingan antara antara breksi tufa dengan
andesit terubah. Batuan Sumur MT-4 pada umumnya telah terubah hidrotermal
dengan indek ubahan 0,1 hingga 0,85 dan tipe ubahan argilik hingga filik. Pada
saat operasi pemboran tercatat beberapa kali kejadian
7
hilang sirkulasi sebagian (PLC) hingga 200 liter per menit (LPM) terutama
pada interval kedalaman antara 250 hingga 756,47 m. Hilang sirkulasi total
(TLC) terjadi pada menjelang kedalaman akhir (700 -756,47 m). Sumur MT
4 telah menghasilkan uap dua fasa di tambah fraksi air dan selanjutnya juga
dilakukan uji produksi tahun 2004.
Sumur MT- 5
Sumur MT-5 merupakan sumur eksplorasi di Daratei Todabelu
Mataloko yang didanai melalui APBN tahun 2005. Konstruksi Sumur MT-5
adalah sebagai berikut: lubang 171/2" ( 0 –56m, sepatu selubung di pasang di
kedalaman 44,64m), lubang 12 1/4" ( 56 -155,48m, sepatu selubung 10 3/4" diset
di kedalaman 101,95m, dan sepatu selubung 8 5/8" di set dikedalaman
135,54 m), lubang 7 5/8" ( 155,45 – 345,84m, sepatu slotted limier 6 5/8" diset
di kedalaman 345,84 m), dan lubang 5 5/8" (345,84 – 378, 2 m, sepatu slotted
liner di kedalaman 378 m).
Litologi Sumur MT-5 dari permukaan hingga kedalaman akhir (TD =
378,2 m) disusun oleh perselingan antara antara breksi tufa terubah
dengan andesit terubah. Batuan Sumur MT-5 pada umumnya telah terubah
hidrotermal dengan indek ubahan 0,1 hingga 0,9. Selama operasi pemboran
tercatat lima kali kejadian hilang sirkulasi total (TLC), yaitu pada kedalaman
155,48m, 282,97 m, 341 m, 350,86m dan 378,2m. Hal ini mengindikasikan
permeabilitas batuan pada sumur MT-5 cukup besar. Lonjakan temperatur
lumpur pembilas sangat tinggi hingga 9,1 °C terutama pada interval
kedalaman 299 – 357 m. Sumur MT 5 telah menghasilkan uap dan selanjutnya
juga dilakukan uji produksi tahun 2006.
Sumur MT-6
Pengeboran sumur injeksi MT- 6 telah mendapatkan zona
permeabilitas yang besar sejak di kedalaman 42.5 meter s/d 48.0 meter yang
diindikasikan adanya Total Loss Circulation (TLC). Kegiatan Bor buta dilakukan
hingga di kedalaman 62 meter dan dipasang selubung 10 3/4 " untuk
dudukan kepala sumur (3000 PSi). Pengeboran buta dilanjutkan dengan trayek
9 5/8" hingga mencapai kedalaman akhir 150.0 meter.dan dilakukan set
8
casing 8 1/4" dan selanjutnya liner 6 " hingga kedalaman akhir tersebut.
9
Sumur MT-2 tidak tergolong korosif.
Sumur MT-3
Sumur MT-3 disemburkan setelah pengeboran mencapai kedalaman
akir 613 m (TD). Serangkaian pengujian telah dilakukan terhadap sumur
ini yaitu uji alir fluida dengan metode tekanan kritis pipa lips ( 1 - 12
Februari 2004) dan dengan metode lempeng orifis, pengukuran Kuster P-T
logging, Kalorimeter dan PBU test.
Pada Uji Alir dengan metode tekanan kritis pipa lip menunjukkan hasil
sebagai berikut: Laju alir uap dengan pipa uji 3" pada TKS 3,0 barg berkisar
antara 8,5 - 9,66 ton /jam, temperatur 124 - 129°C; sedangkan dengan TKS
5,80 - 6,40 barg adalah 4,42 -6,31 ton/jam, temperatur 96 - 124°C. TKS
pada PBU test adalah sekitar 7,2 barg. Sumur MT-3 ini pemah mencapai
TKS 9,0 barg saat sumur ditutup dan semburan awal.
Pada Uji alir dengan metode orifis menunjukkan hasil berikut Mi. Pada
TKS 4,5 barg (Pu ± 3,0 barg) menghasilkan laju alir uap sekitar 6,57 - 7,54
ton/jam yang relatif stabil dengan temperatur 138 - 144,5°C (superheated
steam 0,28 - 2,28°C) dan entalpi 2726,15 - 2728,4 kj/kg. Pada TKS 5,5 barg
(Pu ± 3,0 barg) menghasilkan uap sekitar 3,95 - 4,08 ton/jam (saturated
steam) dengan temperatur 141,0 - 142,5°C dan entalpi 2725,4 - 2728,4 kj/kg.
Pada TKS 5,0 barg (Pu ± 3,0 barg) menghasilkan uap sekitar 2,58-
3,1 ton/jam (saturated steam) dengan temperatur 138,0 - 141,0°C dan
entalpi 2722,20 - 2726,90 kj/kg. Pada TKS 6,0 barg (Pu ± 5,5 barg)
menghasilkan uap sekitar 2,23- 2,33ton/jam (saturated steam) dengan
temperatur 152,0 - 153,0°C dan entalpi 2752,60 - 2753,00 kj/kg.
Sumur MT-3 dicirikan oleh batuan dengan permeabilitas rendah. Temperatur
tertinggi 204,08°C tercatat di kedalaman 540 m dan profil suhu meningkat
selaras dengan bertambahnya kedalaman.
Sumur MT-4
Pada Uji Alir dengan metode tekanan kritis pipa lip menunjukkan hasil
sebagai berikut ini. Semburan sumur MT-4 memperlihatkan aliran 2 fasa plus
air. Laju alir uap pada TKS 7,0 - 3,10 barg sebesar 4,45- 5,7 ton /jam, Selama
10
pengujian laju alir fluidatampak tidak stabil, terjadi penurunan TKS secara
signifikan. Sumur ditutup untuk PBU test, tekanan kepala sumur tercatat 14,7
barg.
Pada Uji alir dengan metode lempeng orifis menunjukkan hasil berikut ini.
Sejak dimulai pengujian sumur MT-4 ini sangat sulit dikendalikan. Pada TKS
6 barg (PU 5,5 barg) tercatat laju alir uap sangat kecil, yaitu 1,38 – 1,52 ton/jam
dan laju alir air 0,02 -0,1 ton/jam. Pada pengujian ini, sesekali terjadi aliran
air yang cukup besar yang memenuhi HP-separator, kemudian mengalir
ke silencer melalui jalur pipa. Saat aliran air meluap ke HP-separator,
parameter uji tidak dapat dimonitor dan angka TKS di manometer
menurun tajam.
Laju alir uap pada TKS 5 barg (PU=3,0 barg) berkisar antara 0,89 –
1,43 ton/jam (temperatur uap 132,5 – 141,5°C) dan laju alir air sekitar 0,01
ton/jam. Frekuensi luapan HP-separator meningkat pada selang waktu 3
jam, mengakibatkan program pengujian tidak stabil. Pada program TKS 4
barg (PU 3 barg) laju alir uap sekitar 1,91 – 2,3 ton/jam dan laju alir air
sekira 0,036 ton/jam. Pada TKS 5,5 – 5,8 barg (PU 5,05 -5,40 barg)
menunjukkan laju alir air 1,54 – 2,15 ton/jam dan laju alir air sekitar 0,036
ton/jam. Dan Kuster logging memperlihatkantemperatur terukur sumur MT-4
179 - 205.5 °C pada kedalaman 550-747 m.
Sumur MT-5
Selama uji produksi dilakukan dua kali penjajagan sumur dengan
menggunakan "Run Sinker Bar". Penjajagan pertama (12 Juli 2006)
menunjukkan kedalaman sumur 347 m . Hal ini menunjukkan adanya
pendangkalan sumur dari kedalaman semula 378,2 m yang diduga karena
adanya material yang masuk dan mengendap di dasar sumur. Pada
penjajagan kedua (12 September 2006) menunjukkan kedalaman sumur MT -
5 menjadi 365 m yakni lebih dalam dari hasil penjajagan pertama. Hal ini
disebabkan oleh sebagian material yang semula mengendap dan menutupi
sebagian sumur sudah hilang terbawa oleh semburan uap selama uji produksi.
Hasil pengukuran tekanan dan temperatur dalam sumur dengan Kuster
logging menunjukkan tekanan sumur relatif sama yaitu antara 9,9
11
sampai 10,5 ksc, dan temparatur sekitar 169 °C. Hal ini diduga bahwa fluida
yang masuk dasar sumur dalam bentuk uap jenuh.
Sumur MT-5 memproduksi uap jenuh sekitar 17 ton/jam pada TKS
5,5 barg dengan laju maksimum sekitar 20 ton/jam pada TKS 4,0 barg dan
entalpi tinggi sekitar 2750 kJ/kg. Dati keempat sumur tersebut didapatkan
total laju alit sekitar 35 - 40 ton/jam pada TKS 5,5 - 4 barg. Rekapitulasi potensi
sumur-sumur di Daratei Todabelu Mataloko disajikan dalam tabel berikut ini.
Untuk laju alir Sumur MT-4 tidak di tampilkan disini, karena menurut rencana
semula uap sumur ini tidak dimasukkan kedalam sistem gathering yang ada
berkenaan dengan kondisi dan kualitas fluidanya.
12
temperatur dan asumsi ketebalan reservoir masing-masing 287 ºC dan 1 km,
didapatkan sebesar 65 MWe sebagai potensi kelas cadangan terduga.
Pekerjaan fisik Steam gathering sudah selesai dan telah terhubung dengan
PLTP Daratei Todabelu Mataloko di titik serah terima uap.
13
letusan hidrotermal, terutama di manifestasi Waebeli di sekitar sumur MT-1
dan MT-2.
14
dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang menggunakan
bahan bakar solar.
Luas lahan yang akan dipergunakan sebagai lokasi pembangunan
PLTP Mataloko 2 x 2,5 MW adalah seluas: 2.5 ha. Kegiatan pengeboran telah
dilakukan sejak tahun 2001. Proses Pembebasan tanah sebagian telah
dilakukan oleh pemerintah daerah namun sebagian lainnya belum dibebaskan
dan masih dalam taraf negosiasi antara pemilik tanah dan Pemerintah Daerah
Kabupaten Ngada.
Di bawah daerah
Berada di dalam
2 Reservoir Waibeli/Waeluja atau di
areal WKP
sekitar manifestasi
15
Kemungkinan
perluasan dan Ke arah barat ke arah Berada di dalam
4
tambahan prospek Gunung Inerie areal WKP
baru
- Pertimbangan lain yang tidak dibahas disini antara lain perkiraan harga
listrik.
16
11. DAFTAR PUSTAKA
Adnan, A., Sukirman, A., Purwosantoso, E., (1998), Penyelidikan Geolistrik
Daerah Panas Bumi Mataloko, Kabupaten Ngada, Propinsi Nusa
Tenggara Timur, Direktorat Vulkanologi, Bandung.
Kusnadi, Dedi, dkk., (1998), Laporan Penyelidikan Geokimia Panas Bumi
Daerah Mataloko, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, Direktorat
Vulkanologi, Bandung.
Nanholi, F., Nasution, A., Sugihartono, K., (1998), Geologi Panas Bumi Dan
Pemetaan Batuan Ubahan Daerah Panas Bumi Mataloko, Kabupaten
Ngada , Flores Tengah, NTT., Direktorat Vulkanologi, Bandung.
Otake, M., Takahashi, H., (2002), Koseki, T., dan Yoshiyama, H., Geology,
Geochemistry and geochronology of the Bajawa area, central Flores,
Indonesia: Geologic structure and evaluation of the bajawa depression.
Special Publication: Indonesia-Japan Geothermal Exploration Project in
Flores Island, Ibaraki, Japan.
Suhanto, E., Arsyadipura, S., (2006) Evaluasi Prospek Lapangan Mataloko
dengan Survey Mise-a-La-Masse dan Pengujian Sumur MT-5,
Proceeding Pemapaparan Hasil-hasil Kegiatan Lapangan dan Non
Lapangan, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Tim Uji Alir Fluida Sumur MT-2, (2001), Laporan Uji Alir (Uji Produksi) Sumur
MT-2 Lapangan Panas Bumi Mataloko, Kab. Ngada, NTT., Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Tim Pemboran Panas Bumi, (2003), Laporan Pemboran Sumur Delineasi MT-
3 (Konstruksi Sumur Semi-Eksploitasi) Lapangan Panas Bumi
Mataloko, Kab. Ngada, NTT., Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral, Bandung.
Tim Pemboran Panas Bumi, (2003), Laporan Pemboran Sumur Delineasi MT-
4 (Konstruksi Sumur Semi-Eksploitasi) Lapangan Panas Bumi
Mataloko, Kab. Ngada, NTT., Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral, Bandung.
17
Gambar 1. Peta Geologi Daerah Panas Bumi Daratei Todabelu Mataloko, Kabupaten Ngada Nusa Tenggara Timur
18
Gambar 2. Peta Lokasi Manifestasi Panas Bumi Daratei Todabelu Mataloko, Kabupaten Ngada Nusa Tenggara Timur
19
Gambar 3. Peta Tahanan Jenis Dua Dimensi Kedalaman 100 m daerah Panas bumi Daratei Todabelu Mataloko
20
Gambar 4. Peta Mise-A-La-Mase daerah Panas bumi Daratei Todabelu Mataloko
21
ISO RESISTIVITY MAP AB/2=1000
MATALOKO AREA
Gambar 5. Peta ISO Resistivity AB/2=1000 Daratei Todabelu Mataloko, Kabupaten Ngada Nusa Tenggara Timur
22
Gambar 6. Peta Kompilasi Daerah Panas Bumi Daratei Todabelu Mataloko, Kabupaten Ngada Nusa Tenggara Timur
23
9024000
9023500
0m 200 m 400 m
Wolo Belu
KETERANGAN
Todabelu
Titik ukur mise-a-la-masse
Northing (meter) UTM_WGS84
9023000
MT 4 MT 5 Titik bor
MT 6
Jalan
MT 3
MT 5 Sungai
Manifestasi panas
9022000
Diskontinuitas tahanan jenis dalam
hasil survei sebelumnya
Gambar 7. Peta Tahanan Jenis Semu Daratei Todabelu Mataloko, Kabupaten Ngada Nusa Tenggara Timur
24
Gambar 8. Model Aliran Fluida Panas Bumi Daratei Todabelu Mataloko, Kabupaten Ngada Nusa Tenggara Timur
25
Gambar 9. Model Panas Bumi Daratei Todabelu Mataloko, Kabupaten Ngada Nusa Tenggara Timur
26
Gambar 10. Konstruksi Sumur MT-2 Panas Bumi Daratei Todabelu Mataloko, Kabupaten Ngada Nusa Tenggara Timur
27
Gambar 11. Konstruksi Sumur MT-3 Panas Bumi Daratei Todabelu Mataloko, Kabupaten Ngada Nusa Tenggara Timur
28
Gambar 12. Konstruksi Sumur MT-4 Panas Bumi Daratei Todabelu Mataloko, Kabupaten Ngada Nusa Tenggara Timur
29
Gambar 13. Konstruksi Sumur MT-5 Panas Bumi Daratei Todabelu Mataloko, Kabupaten Ngada Nusa Tenggara Timur
30
Gambar 14. Konstruksi Sumur MT-6 Panas Bumi Daratei Todabelu Mataloko, Kabupaten Ngada Nusa Tenggara Timur
31
32
Foto 7:Turbin dan Generator Pembangkit Foto 8:Power Plant Daratei Todobelu Mataloko
33