RANCANGAN KONSEPTUAL
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI
PENGKAJIAN/PERENCANAAN KONSTRUKSI
Disusun Oleh:
Nama : Muksin, ST
Jabatan : Direktur Utama
Bengkulu, ...........................2021
CV. GEOFLASH ENGINEERING
(Muksin, ST)
Direktur Utama
B. Perencanaan keselamatan konstruksi
Perencanaan di sini dimaksudkan bahwa program RK3 yang ada di paket pekerjaan Perencanaan Rehabilitasi Sarana Dan
Prasarana Kejaksaan Negri Kota Bengkulu direncanakan sesuai dengan kondisi pekerjaan dan lingkungan yang ada di sekitar lingkup
pekerjaan dengan tujuan untuk memastikan bahwa / pencemaran lingkungan teridentifikasi, dinilai risikonya dan dilakukan pengendaliannya
agar tidak membahayakan bagi para pekerja / mencemari lingkungan sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar.meliputi
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Pekerjaan Persiapan - Tertimpa Bongkaran Beton /material Kondisi Tidak Aman/ Berbahaya
- Terjatuh Kondisi Tidak Aman/ Berbahaya
- Terpeleset Kondisi Tidak Aman/ Berbahaya
2 Pekerjaan Tanah dan Pasir - Terluka Karna Benda Tajam Kondisi Tidak Aman/ Berbahaya
- kecelakaan Kerja Kondisi Tidak Aman/ Berbahaya
- terpeleset Kondisi Tidak Aman/ Berbahaya
- Lokasi Galian Amblas Kondisi Tidak Aman/ Berbahaya
- Tertimbun Tanah Kondisi Tidak Aman/ Berbahaya
3 Pekerjaan Beton
- Pekerjaan Pembesian - Trluka Karna Peralatan kerja Prilaku Tidak Aman
- Kecelakaan / Iritasi Mata Kondisi Tidak Aman/ Berbahaya
- Terkena kawat Kondisi Tidak Aman/ Berbahaya
- Terkena Serpihan besi Kondisi Tidak Aman/ Berbahaya
- Pekerjaan Pembongkaran
Begesting - Terluka Karna Peralatan Kerja Prilaku Tidak Aman
- Kecelakaan Kerja Kondisi Tidak Aman/ Berbahaya
4 Pekerjaan Pasangan
- Pekerjaan Pasangan Bata - Terluka Karena Alat Kerja Prilaku Tidak Aman
- Terkena / tertimpa bata Prilaku Tidak Aman
- Terkena Air Semen Prilaku Tidak Aman
6 Pekerjaan Instalasi Listrik - Terluka Karena Alat kerja Prilaku Tidak Aman
- Kecelakaan Kerja Kondisi Tidak Aman/ Berbahaya
7 Pekerjaan Besi - Terluka Karena Alat Kerja Prilaku Tidak Aman
- Kecelakaan Kerja/terjatuh Kondisi Tidak Aman/ Berbahaya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Daftar
1 Pekerjaan Persiapan Menggunakan APD Memastikan Kesiapan APD APD Dipakai Helm Harian Cheklist Logistik & Safety Officer
Absensi
Sepatu Safety
Rompi
Masker
Daftar
2 Pekerjaan Tanah dan Pasir Menggunakan APD Memastikan Kesiapan APD APD Dipakai Helm Harian Cheklist Logistik & Safety Officer
Absensi
Sepatu Safety
Rompi
Masker
Mengikuti
Mengikuti Instruksi kerja K3 Instruksi Kerja Galian Prosedur Pemasangan Instruksi Kerja Dokumentasi Cheklist Safety Officer
Jadwal
Daftar
3 Menggunakan APD Memastikan Kesiapan APD APD Dipakai Helm Harian Cheklist Logistik & Safety Officer
Pekerjaan Beton Absensi
Sepatu Safety
Rompi
Masker
Mengikuti Instruksi kerja K3 Instruksi Kerja Beton Prosedur Pemasangan Instruksi Kerja Mengikuti Dokumentasi Cheklist Safety Officer
Jadwal
Daftar
4 Menggunakan APD Memastikan Kesiapan APD APD Dipakai Helm Harian Cheklist Logistik & Safety Officer
Pekerjaan Pasangan Absensi
Sepatu Safety
Rompi
Masker
Mengikuti
Mengikuti Instruksi kerja K3 Instruksi Kerja Pasangan Prosedur Pemasangan Instruksi Kerja Dokumentasi Cheklist Safety Officer
Jadwal
Daftar
6 Menggunakan APD Memastikan Kesiapan APD APD Dipakai Helm Harian Cheklist Logistik & Safety Officer
Pekerjaan Instalasi Listrik Absensi
Sepatu Safety
Rompi
Masker
Mengikuti
Mengikuti Instruksi kerja K3 Instruksi Kerja Listrik Prosedur Pemasangan Instruksi Kerja Dokumentasi Cheklist Safety Officer
Jadwal
Daftar
7 Menggunakan APD Memastikan Kesiapan APD APD Dipakai Helm Harian Cheklist Logistik & Safety Officer
Pekerjaan Besi Absensi
Sepatu Safety
Rompi
Masker
Mengikuti
Mengikuti Instruksi kerja K3 Instruksi Kerja Besi Prosedur Pemasangan Instruksi Kerja Dokumentasi Cheklist Safety Officer
Jadwal
Daftar
Menggunakan APD Memastikan Kesiapan APD APD Dipakai Helm Harian Cheklist Logistik & Safety Officer
8 Pekerjaan Sanitasi Absensi
Sepatu Safety
Rompi
Masker
Mengikuti
Mengikuti Instruksi kerja K3 Instruksi Kerja Sanitasi Prosedur Pemasangan Instruksi Kerja Dokumentasi Cheklist Safety Officer
Jadwal
9 Pekerjaan Atap Menggunakan APD Memastikan Kesiapan APD APD Dipakai Helm Harian Daftar Cheklist Logistik & Safety Officer
Absensi
Sepatu Safety
Rompi
Masker
Mengikuti
Mengikuti Instruksi kerja K3 Instruksi Kerja Atap Prosedur Pemasangan Instruksi Kerja Dokumentasi Cheklist Safety Officer
Jadwal
Daftar
10 Menggunakan APD Memastikan Kesiapan APD APD Dipakai Helm Harian Cheklist Logistik & Safety Officer
Pekerjaan Pengecatan Absensi
Sepatu Safety
Rompi
Masker
Mengikuti
Mengikuti Instruksi kerja K3 Instruksi Kerja Pengecatan Prosedur Pemasangan Instruksi Kerja Dokumentasi Cheklist Safety Officer
Jadwal
Daftar
11 Menggunakan APD Memastikan Kesiapan APD APD Dipakai Helm Harian Cheklist Logistik & Safety Officer
Pekerjaan Lain-Lain Absensi
Sepatu Safety
Rompi
Masker
Mengikuti
Mengikuti Instruksi kerja K3 Instruksi Kerja Pembersihan Prosedur Pembersihan Instruksi Kerja Dokumentasi Cheklist Safety Officer
Jadwal
B.3. Standar dan peraturan perundangan
5 Peraturan Menteri Perburuhan No.70 Thn Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan
1964 Dalam Tempat Kerja
C.3. Kepedulian
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) - Demi kepedulian dengan K3, semua tindakan
disipliner harus sesuai dengan prosedur. Banyak perusahaan menerapkan "Zero Tolerance"
sehingga para karyawan yang diputuskan melanggar akan dikenakan tindakan disiplin dan
hingga pemberhentian.
Berikut beberapa pelanggaran-pelanggaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) :
Menyebabkan cedera pada orang lain karena kelalaian, kesembronoan atau becanda
kasar
Dengan sengaja atau karena kelalaian menyebabkan terjadinya kerusakan barang
perusahaan atau pelanggaran
Sedang dalam pengaruh, memiliki, atau berusaha membawa minuman beralkohol dan
obat-obatan terlarang ke dalam tempat kerja di lingkungan perusahaan atau diluar
perusahaan atau institusi yang disewa perusahaan.
Tidak memperhatikan aturan keselamatan yang sudah diumumkan
Melepas label atau gembok pada pengendali listrik / mekanis tanpa izin dari orang yang
sedang bekerja pada peralatan itu
Dengan sengaja memberikan kesaksian palsu selama penyidikan insiden.
Merusak atau menyalahgunakan alat pemadam kebarakan dan / system alarm
Menolak bekerjasama dalam memberikan keterangan yang sangat penting dalam
penyidikan kecelakaan
Panduan disipliner termasuk penyelanggaraan program " Zero Tolerance " terhadap orang
yang dengan sadar dan sengaja melanggar kebijakan atau prosedur perusahaan, yang secara
nyata atau berpotensi tinggi mengakibatkan kerugian pada manusia, harta benda, lingkungan
atau reputasi perusahaan.
Dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Prosedur disiplin sangat diperlukan untuk
proses investigasi "Zero Tolerance".
C.4. Komunikasi
Dalam kaitannya dengan bahaya K3, Penyedia Jasa harus membuat, menerapkan dan
memelihara prosedur untuk:
a. Kebijakan K3
b. Sasaran K3;
c. Uraian lingkup RK3 ;
d. Uraian unsur-unsur utama dari RK3 dan kaitannya,
e. Acuan yang terkait;
f. Rekaman yang diperlukan; dan
g. Hal-hal penting untuk menjamin efektivitas perencanaan, operasi dan pengendalian
proses, dikaitkan dengan risiko K3
a. Dokumen yang diperlukan oleh RK3 dan pedoman ini harus dikendalikan.
(a) Penyedia Jasa harus menentukan jenis kegiatan yang bahayanya telah diidentifikasi, dan
pada pelaksanaannya dianggap perlu untuk melakukan pengendalian operasional untuk
mengelola risiko K3.
(b) Untuk kegiatan tersebut, Penyedia Jasa harus menerapkan dan memelihara:
Pengendalian operasional harus termuat dalam SMK3 Organisasi Penyedia Jasa.
Mendokumentasikan semua prosedur pengendalian operasional;
Menentukan kriteria pengendalian operasional
E. Evaluasi Kinerja Keselamatan Konstruksi
Pemantauan :
a. Membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk pengukuran dan pemantauan
kinerja K3 secara teratur, meliputi:
Pengukuran kualitatif dan kuantitatif;
Pemantauan lebih luas terhadap kesesuaian dengan sasaran K3 Penyedia Jasa;
Pemantauan efektivitas pengendalian (untuk kesehatan dan keselamatan);
Pemantauan penyakit, insiden, (termasuk kecelakaan, hampir kena, dll), dan
bukti historis lainnya akibat kinerja K3 yang kurang;
Pencatatan data, hasil pemantauan dan pengukuran harus dapat mencukupi
kebutuhan untuk analisa tindakan perbaikan dan pencegahan.
b. Merencanakan dan memelihara prosedur kalibrasi peralatan.
Evaluasi
(a) Membuat, menerapkan dan memelihara prosedur agar secara berkala dapat
mengevaluasi kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
(b) Mengevaluasi kepatuhan terhadap persyaratan lainnya yang diikuti.
(c) Penyedia Jasa dapat menggabungkan evaluasi ini dengan evaluasi kepatuhan
terhadap peraturan..
(a) Pimpinan puncak harus melakukan tinjauan manajemen RK3, pada interval waktu yang
telah direncanakan, untuk memastikan kesesuaian, kecukupan dan keefektifan secara
berkelanjutan.
(b) Peninjauan harus memasukkan analisa peluang untuk peningkatan dan perlunya
perubahan RK3, termasuk kebijakan dan sasaran K3.
(c) Tinjauan manajemen mencakup:
Hasil audit internal dan evaluasi kepatuhan terhadap persyaratan peraturan dan
persyaratan lainnya;
Hasil keterlibatan dan konsultasi;
Komunikasi dari pihak luar yang relevan, termasuk kritik dan saran;
Kinerja K3;
Perluasan sasaran yang telah dicapai;
Status penyelidikan insiden, tindakan perbaikan dan pencegahan;
Tindak lanjut tinjauan manajemen sebelumnya;
Perubahan lingkup termasuk pengembangan dari persyaratan, peraturan dan
persyaratan lainnya yang terkait dengan K3; dan
Rekomendasi bagi peningkatan.
(d) Hasil dari tinjauan manajemen harus sesuai dengan komitmen perusahaan untuk
peningkatan berkelanjutan.
(e) Hasil dari tinjauan manajemen harus berupa keputusan untuk perbaikan:
Kinerja K3;
Kebijakan dan sasaran K3;
Sumber Daya; dan
Unsur-unsur lain dari RK3.
(f) Hasil tinjauan manajemen harus dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan
Peningkatan Kinerja keselamatan adalah konsep perilaku kerja perilaku aktual individu di
tempat kerja ,perilaku kerja yang relevan dengan keselamatan yang dapat dikonseptualisasikan
sama dengan perilaku kerja lain yang merupakan hasil kerja. Komponen kinerja
menggambarkan perilaku aktual yang dilakukan individu di tempat kerja. Komponen tersebut
terdiri dari:
1. Tingkatan Pertama:
a. Pemimpin harus bertekat untuk meningkatkan kinerja keselamatan dan setuju dengan visi
keselamatan yang telah ditetapkan.
b. Para pemimpin memeriksa dan merumuskan keselamatan dan mengkomunikasikannya
kepada pekerja.
c. Para pemiimpin harus memeriksa pelatihan keselamatan dan kemudian mengembangkan
partisipasi pekerja dengan meminta pekerja mengidentifikasi pelatihan yang diperlukan.
Para manajer menetapkan ukuran kinerja keselamatan dan menganalisis secam statistik
untuk mengetahui kecenderungannya. Mereka dapat saling tukar informasi dengan
pekerja.
2) Tingkatan Kedua :
a. Para pemimpin mendorong manajer untuk sadar bahwa nilai, sikap, dan perilaku
pekerja merupakan faktor yang penting dalam mencapai kinerja keselamatan yang
baik dan membantu pekerja untuk ambil bagian dalam meningkatan kinerja
keselamatan.
b. Para pemimpin didorong untuk menggunakan indikator positif saat memberikan
informasi pada pekerja tentang kecenderungan kinerja keselamatan.
c. Para pemimpin mendorong pekerja peka terhadap organisasi lain yang telah sukses
dalam meningkatkan kinerja keselamatan untuk menunjukkan bahwa hal tersebut
dapat dicapai. Oleh sebab itu, para pekerja diperkenalkan pada ide luar yang mungkin
baik untuk diambil.
d. Para pemimpin mendorong keterlibatan aktif pekerja dalam meningkatkan
keselamatan.
e. Para pemimpin mendorong para pekerja peka terhadap faktor manusia dan
memperkenalkan analisis akar sebab.
f. Para pemimpin memperkenalkan ukuran kinerja keselamatan yang positif.
g. Para pemimpin memperkenalkan penilaian sendiri terhadap kinerja keselamatan dan
menjamin bahwa adanya program tindakan perbaikan yang menyeluruh. Para manajer
mendorong kesadaran para manajer bahwa kinerja keselamatan yang baik adalah baik
untuk bisnis.
3. Tingkatan Ketiga
a. Para pemimpin tetap terbuka terhadap kemungkinan belajar dan organisasi lain dan
membangun sistem untuk melakukan itu. Mereka memperkenalkan akibat proses
terhadap hasil keselamatan.
b. Para pemimpin memeriksa target dan sasaran keselamatan mereka dan tetap terbuka
terhadap potensi peningkatan keselamatan.
c. Para pemimpin kerja sama dengan pekerja untuk meningkatkan kinerja keselamatan.
d. Para pemimpin memperkenalkan indikator budaya organisasi (misalnya: standar
pemeliharaan atau laporan penyimpangan/kegagalan) yang memiliki hubungan dengan
kinerja keselamatan.
e. Para pemimpin membuat perbandingan dengan organisaasi eksternal yang dipilih
sebagai model.
f. Para pemimpin mengkomunikasikan isu keselamatan dengan publik.
g. Para pemimpin mendorong peka membantu dalam peningkatan lebih lanjut proses
yang ada. Apapun tingkatan yang telah dicapai oleh suatu organisasi, satu persyaratan
dasar yang perlu yaitu komitmen yang nyata dan jelas dari manajemen puncak
organisasi untuk meningkatkan keselamatan. Manajemen puncak seharusnya memiliki
pengetahuan tentang isu budaya keselamatan sehingga mereka dapat berperan
memimpin pembuatan dan komunikasi visi keselamatan masa datang untuk
organisasinya. Para manajer seharusnya tidakhanya tahu bagaimana memotivasi tim
tetapi juga harus mampu mencegah hilangnya motivasi itu.
(Muksin, ST)
Direktur Utama