KORMOMOLIN UNTUK
MENINGKATKAN KEANDALAN SISTEM PENUNJANG MESIN
UTAMA MENGGUNAKAN METODE DINAMIKA SISTEM
SKRIPSI
PUPUT SHANTYA
D091181308
PUPUT SHANTYA
D091181308
Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian yang dibentuk dalam rangka penyelesaian studi
Program Sarjana Departemen Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin
Menyetujui
Ketua Departemen,
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah direvisi dan disetujui oleh Panitia Ujian Sarjana Program Strata Satu
(S1) Teknik Sistem Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
tanggal 28-06-2022
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah
skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar
pustaka.
Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan
terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20
Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).
Puput Shantya
iv
KATA PENGANTAR
Salam Sejahterah untuk kita sekalian
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan kita yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunianya sehingga skripsi dengan judul “Perancangan
Perawatan KMP. Kormomolin Untuk Meningkatkan Keandalan Sistem Penunjang
Mesin Utama Menggunakan Metode Dinamika Sistem“ dapat diselesaikan dengan
baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan strata (S1) Departemen Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin. Terselesaikannya Skripsi/Tugas Akhir (TA) ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui ini penulis memberikan ucapan
terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:
1. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan doa, motivasi dan dukungan
materi demi keberlangsungan selama kuliah di Departemen Teknik Sistem
Perkapalan.
2. Bapak Surya Hariyanto, S.T. M.T. selaku pembimbing 1 yang telah meluangkan
banyak waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi mulai dari
awal penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini.
3. Ibu Ir. Hj. Syerly Klara, M.T selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan banyak
waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi mulai dari awal
penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini.
4. Bapak Dr.Eng. Ir.Faisal Mahmuddin, S.T.,M.Inf.Tech.,M.Eng. selaku ketua
Departemen Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
5. Dosen-dosen Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
v
yang telah memberikan ilmu, motivasi serta bimbingannya selama proses
perkuliahan.
6. Seluruh teman-teman mahasiswa Departemen Teknik Sistem Perkapalan,
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin yang senantiasa memberi banyak
motivasi, dukungan serta waktu yang telah dilalui bersama.
7. Lembaga Kemahasiswaan OKSP FT-UH yang telah mewadahi penulis atas
seluruh pembelajaran yang diberikan sampai saat ini.
8. Seluruh teman-teman mahasiswa Departemen Teknik Perkapalan dan Teknik
Kelautan, tak lupa pula kanda-kanda dan dinda-dinda senior dan junior atas
motivasi dan dukungannya.
9. Staf tata usaha Departemen Teknik Sistem Perkapalan yang telah membantu
segala aktivitas administrasi baik selama perkuliahan serta dalam penyelesaian
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini terdapat banyak
kekurangan.Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik dan saran sebagai bahan
untuk memenuhi kekurangan dari penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga
tulisan ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya penulis.
Puput Shantya
vi
ABSTRAK
ABSTRACT
Operational activities of the main engine support system on the ship resulted in
a greater chance of failure. Maintenance of the main engine support system at KMP.
Cormomolin belongs to PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) is very important with
the operation of the main engine installed on the ship. Repair and maintenance actions
can be taken when the ship is not just sailing. Anticipating failures in the main support
system can be done by analyzing the component evaluation engine. The implementation
is done by identifying how the system can fail and the consequences of these events
based on the ship's operational schedule for system dynamics modeling. For this
reason, it is necessary to determine what components are causing the main engine
support system to not operate, causing downtime and how to schedule maintenance at
an optimal cost. Failure Mode Effect and Critical Analysis (FMECA) shows the cause
of failure of critical components such as filters in the fuel system, cooler and sea chest
filters in the cooling system. With the current pattern of ship operations and component
data, simulations are made using system dynamics to make an approach so that
prevention and repairs are carried out to produce the minimum possible cost. This
study produces recommendations for maintenance of the main engine support system
for 5 years, including: fuel oil filter maintenance intervals every 151 hours at a cost of
Rp. 14,169,072; cooler every 2481 hours with maintenance costs Rp. 16,313,508,-; sea
chest filter every 722 hours with a maintenance fee of IDR 11,167,152,-. The
percentage of cost care for the fuel system is 81% and for the cooling system for 5 years
is 46%.
Key words : Main engine support system, Maintenance, System Dynamics, FMECA
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR SIMBOL xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Batasan Masalah 3
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 3
1.6 Sistematika Penulisan 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dinamika Sistem 5
2.1.1 Tujuan System Dynamic Modelling 6
2.1.2 Prinsip Kerja Dinamika Sistem 7
2.2 Powersim 10 8
2.2.1 Building Block Dinamika pada Powersim 10 8
2.3 FMECA (Failure Mode Effect and Critical Analysis) 9
2.3.1 FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) 9
2.3.2 CA ( Critical Analysis) 10
2.4 Sistem Penunjang Mesin Utama 10
2.4.1 Sistem Bahan Bakar 11
2.4.2 Sistem Pendingin 11
viii
2.5 Perawatan Kapal 12
2.6 Distribusi Weibull dalam Evaluasi Reability 14
2.7 Perhitungan Availability 14
2.8 Biaya Total Operasi 15
ix
4.2.1 Functional failure - equipment matrix 32
4.2.2 Failure Mode and Effect Analiysis (FMEA) 32
4.2.2.1 Penentuan Risk Priority Number (RPN) dan Penyebab Kegagalan
Sistem 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR SIMBOL
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
sistem di masa mendatang serta bagaimana efek dari kebijakan pemeliharaan dan
operasional yang telah dilakukan dan yang paling terpenting adalah hubungan antara
biaya perawatan yang optimum agar sistem memiliki uptime yang baik sehingga
kapal dapat beroperasi dan menghasilkan pendapatan yang optimum pula.
Pengantisipasian kegagalan komponen didalam sistem penunjang mesin
utama dapat dilakukan dengan cara analisa atau evaluasi keandalan. Pelaksanaannya
dengan cara mengidentifikasi bagaimana sistem dapat terjadi kegagalan dan
konsekuensi kejadian tersebut berdasarkan jadwal operasional kapal dengan
pemodelan dinamika sistem. Analisa yang dilakukan dapat meningkatkan
pengetahuan tentang pengoperasian dan perilaku sistem penunjang tersebut. Hasil
analisa yang dilakukan dapat digunakan untuk menentukan jadwal perawatan yang
optimum dari masing-masing komponen yang mengalami kegagalan operasi, Agar
dapat dilakukan pencegahan (preventive maintenance) dan perbaikan (corrective
maintenance) sehingga dapat meminimalisir kerusakan. Evaluasi keandalan ini akan
dilaksanakan dengan cara analisa secara kualitatif (experience) dan kuantitatif
(perhitungan) dari sistem tersebut. Sehingga dengan analisa ini diharapakan sistem
penunjang motor induk yang terpasang di kapal memiliki uptime yang baik serta
jadwal perawatan optimum yang dihasilkan dapat memberikan masukan kepada
operator sehingga biaya perawatan dapat diminimalisir dengan pengoperasian
sistem yang tepat dan sesuai dengan prosedur, sehingga kapal dapat berlayar sesuai
dengan jadwal dan diharapkan dapat memberikan pendapatan yang baik kepada
perusahaan.
2
analisa keandalan yang dilakukan?
3. Bagaimana perencanaan pembiayaan perawatan yang optimal untuk sistem
penunjang mesin utama kapal
1.5 Manfaat
Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Mengetahui jenis pendekatan keandalan untuk mengurangi biaya perawatan.
2. Dengan penelitian ini mampu membantu PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero)
Cabang Selayar merencanakan penjadwalan perawatan untuk menghemat biaya
perawatan.
3
3. Memberikan informasi tentang penyebab dan dampak terjadinya kegagalan
komponen serta pengaruhnya terhadap kondisi operasi sistem penunjang mesin
utama.
4
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
5
yang memiliki satu struktur umpan balik (feed back structure). Berikut adalah
gambar dari sistem tertutup yang memiliki umpan balik.
6
2.1.2 Prinsip Kerja Dinamika Sistem
Dinamika sistem bekerja berdasarkan prinsip hubungan sebab akibat dengan
feedback dan atau delay, tergantung sistem tersebut apakah kompleks atau
sederhana. Dimana apabila keputusan dirubah maka konsekuensinya pun akan
berubah pula. Sehingga dapat mensimulasikan beberapa kemungkinan
konsekuensi dari pengoperasian sistem dan keputusan perawatan yang akan
dibuat. Berdasarkan cara kerja tersebut maka dibuat suatu diagram komponen
seperti dibawah ini. Dimana hubungan sebab akibat dari karakteristik komponen
dapat dipaparkan dengan menghubungkan keandalan serta performa, keandalan
dengan performa merupakan hubungan yang dinamis, hal ini dikarenakan
keandalan suatu komponen dapat berubah maupun bertambah terhadap fungsi
waktu. Dan dapat berubah berdasarkan aksi yang dilakukan untuk menaikkan
indeks keandalan tersebut sesuai dengan definisi keandalan (Nusantara, 2015).
7
2.2 PowerSim 10
Powersim adalah salah satu software yang digunakan untuk simulasi model
dinamika sistem. dan merupakan alat tool untuk mempermudah simulasi model
dinamika sistem. Sesuai dengan bentuk hubungan input-output dalam operasi
nyata. Perumusan proses serta fungsi yang tidak mengalami perubahan dalam
aktivitas sistem merupakan dasar penyusunan model simbolik dan prosedur
pengoperasian sistem tiruan. Penggunaan model-model simbolik untuk berbagai
proses ataupun fungsi pada pengoperasian sistem tiruan dalam simulasi berlaku
valid selama bentuk sistem dan susunan komponen serta bentuk dari hubungan dan
interaksi dalam aktivitas sistem tidak mengalami perubahan.
8
Lanjutan Tabel 2.1
digunakan untuk merumuskan serta
Auxiliary
menggabungkan informasi.
yang digunakan untuk memberikan
informasi atau sebagai inputan nilai yang
Constant
akan memberikan informasi kepada sistem
dengan nilai yang tetap.
9
terhadap sistem
8. Membantu kru dalam menjustifikasi terhadap penentuan redudansi, sistem
deteksi kegagalan serta otomatisasi
Secara umum langkah – langkah penyusunan FMEA adalah sebagai berikut:
(Maharani, 2016):
1. FMEA prequities
2. Functional block diagram
3. Failure mode analysis and preparation of work sheets
4. Team review
5. corrective action
10
penunjang pada mesin utama tersebut dibagi menjadi 4 bagian utama, yaitu: Sistem
Bahan Bakar, Sistem Pendinginan, sistem pelumas dan sistem start. Pada
pembahasan ini hanya menjelaskan 2 sistem saja yaitu sistem bahan bakar dan sistem
pendingin.
2.4.1 Sistem Bahan Bakar
Sistem bahan bakar adalah suatu sistem pelayanan untuk motor induk yang
sangat vital. Sistem bahan bakar secara umum terdiri dari pasokan bahan bakar,
pemurnian bahan bakar, transfer bahan bakar dan sistem perpipaan pembuangan
bahan bakar. Sistem bahan bakar adalah suatu sistem yang digunakan untuk
mensuplai bahan bakar dari bunker ke service tank dan juga daily tank dan kemudian
ke mesin induk atau mesin bantu. Adapun jenis bahan bakar yang digunakan diatas
kapal bisa berupa Heavy Fuel Oil (HFO), Marine Diesel Oil (MDO) , ataupun solar
biasa tergantung jenis mesin dan ukuran mesin. Khususnya untuk sistem yang
menggunakan bahan bakar HFO untuk opersionalnya, sebelum masuk ke main engine
(Mesin utama) HFO harus ditreatment dahulu untuk penyesuaian viskositas,
temperatur dan tekanan (H & Untung, 2008).
Sistem bahan bakar memegang peranan yang penting untuk menyuplai bahan
bakar dari tangki utama ke dalam ruang bakar pada motor diesel sebagai penggerak
utama di kapal. Kegagalan pada komponen sistem bahan bakar dalam beroperasi
diakibatkan dari gagalnya salah satu komponen yang ada pada sistem bahan bakar
tersebut. Untuk itu diperlukan sebuah evaluasi keandalan untuk mencegah terjadinya
kegagalan pada komponen tersebut (Isragusra, 2021)
11
et al., 2021).
Sistem pendingin air memiliki bagian-bagian yang bekerja secara integrasi satu
dengan yang lainnya, komponen-komponen tersebut akan bekerja untuk mendukung
kerja sistem pendingin . adapun komponen-komponen seperti pompa air (water
pump), radiator (heat exchanger), termostat, jaket air yang terdiri dari bagian-bagian
pendingin di blok dan kepala silinder (cylinder head). Saat mesin masih dalam
keadaan dingin sirkulasi cairan pendingin hanya terjadi di dalam mesin saja, tanpa
melalui radiator. Ketika mesin dalam keadaan mati atau, cairan pendingin masih
dalam keadaan dingin dan thermostat dan fluida hanya bisa melewati saluran bypass
untuk kembali bersikulasi kedalam mesin. Proses ini juga bertujuan untuk
mempercepat mesin mencapai suhu kerja normal yaitu 80-90oC sehingga ketika
thermostat telah terbuka dengan adanya kenaikan suhu pada fluida, terjadilah
sirkulasi secara continuous (Agung W.,2020).
12
Menurut (Corder,1996:3) Jenis-jenis perawatan pada dasarnya dapat dibagi
menjadi 2 bagian yaitu planned dan unplanned maintenance.
1. Planned Maintenance, suatu tindakan atau kegiatan perawatan yang
pelaksanaannya telah direncanakan terlebih dahulu. Planned maintenance
terbagi dua, yaitu preventive maintenance dan predictive maintenance.
a) Preventive Maintenance, suatu sistem perawatan yang terjadwal dari suatu
peralatan/komponen yang didesain untuk meningkatkan keandalan suatu
mesin serta untuk mengantisipasi segala kegiatan perawatan yang tidak
direncanakan sebelumnya. Ada empat faktor dasar dalam memutuskan
penerapan preventive maintenance, yaitu mencegah terjadinya kegagalan,
mendeteksi kegagalan, mengungkap kegagalan tersembunyi (hidden failure)
dan tidak melakukan apapun karena lebih efektif daripada dilakukan
pergantian. Dengan mengidentifikasi keempat faktor dalam melaksanakan
preventive maintenance, terdapat empat kategori dalam preventive
maintenance. Keempat ketegori tersebut adalah sebagai berikut:
1) Time-Directed (TD) adalah perawatan yang diarahkan secara langsung pada
pencegahan kegagalan atau kerusakan.
2) Condition-Directed (CD) adalah perawatan yang diarahkan pada deteksi
kegagalan atau gejala-gejala kerusakan.
3) Failure-Finding (FF) adalah perawatan yang diarahkan pada penemuan
kegagalan tersembunyi.
4) Run-to-Failure (RTF) adalah perawatan yang didasarkan pada pertimbangan
untuk menjalankan komponen hingga rusak karena pilihan lain tidak
memungkinkan atau tidak menguntungkan dari segi ekonomi.
b) Predictive maintenance didefinisikan sebagai pengukuran yang dapat
mendeteksi degradasi sistem, sehingga penyebabnya dapat dieliminasi atau
dikendalikan tergantung pada kondisi fisik komponen. Hasilnya menjadi
indikasi kapabilitas fungsi sekarang dan masa depan.
2. Unplanned Maintenance, suatu tindakan atau kegiatan perawatan yang
13
pelaksanaannya tidak direncanakan. Unplanned maintenance terbagi dua, yaitu
corrective maintenance dan breakdown maintenace:
a) Corrective Maintenance, suatu kegiatan perawatan yang dilakukan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kondisi mesin sehingga mencapai standar
yang telah ditetapkan pada mesin tersebut.
b) Breakdown Maintenace, yaitu suatu kegiatan perawatan yang pelaksanaannya
menunggu sampai dengan peralatan tersebut rusak lalu dilakukan perbaikan.
14
2.8 Biaya Total Operasi
Untuk meminimalkan total biaya operasi (CT), lebih dahulu harus dipahami
mengenai komponen apa saja yang ada di dalamnya dan cara menghitungnya. Total
biaya operasi mencakup running cost (Cr), maintenance cost (Cm) dan downtime cost
(Cd). Menurut (Handani & Uchida, 2014) total biaya operasi dapat dihitung dengan
rumus dibawah ini
𝑪𝑻 = 𝑪𝒓 + 𝑪 𝒎 + 𝑪𝒅 (2.9)
15
Dimana
Cp = Biaya Perawatan perusahaan
Cf = Biaya Perawatan rekomendasi
(tp) = Jumlah Kegagagalan dalam satu interval
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
17
Mulai
Perumasan
Masalah
Studi Literatur
1. Jadwal Operasional
2. Jadwal Perawatan dan data
Pengumpulan data kegagalan
3. Gambar dan detail komponen
dan survey
4. Biaya perawatan
5. Data hasil wawancara
Selesai
18
3.5 Pengumpulan Data dan Survey
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendatangi langsung ke tempat studi
kasus yang telah ditentukan, yakni PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero). Data yang
dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Pada tahap pengambilan data
primer yang diperoleh dengan wawancara serta data sekunder yang bersumber dari
literatur yang relevan. Data-data yang dibutuhkan antara lain sebagai berikut.
3.5.1 Data Karakteristik dan General Arrangement Kapal
19
Gambar 3.2. Rencana umum KMP. Kormomolin
20
KMP. Kormomolin digunakan sebagai kapal penyeberangan, pola operasi kapal ini
bisa berbeda-beda setiap harinya tergantung banyaknya penumpang.
Pengumpulan data dilakukan secara langsung dengan perusahaan pelayaran.
Data yang dikumpulkan antara lain rute dan jadwal pelayaran kapal, Data kegiatan
perawatan dan kegagalan system, biaya operasional dan data sistem penunjang mesin
induk kapal, antara lain sistem bahan bakar dan sistem pendinginan mesin induk.
21
komponen pada sub-sistem instalasi bahan bakar adalah sebagai berikut.
b. Sistem pendingin
Sistem pendingin difungsikan untuk mendinginkan mesin utama kapal. Cara
kerja dari sistem ini yaitu dengan mengalirkan fluida (air laut) menuju cooler, lalu
fluida (air tawar) yang telah didinginkan di cooler akan mendinginkan mesin utama
kapal. Sedangkan untuk air laut akan diteruskan ke overboard. Adapun komponen
pada sub-sistem instalasi pendingin mesin adalah sebagai berikut.
22
3.5.4 Data perawatan, jenis kegagalan pada komponen dan penyebabnya
Berikut merupakan data perawatan, tanggal kegagalan dan jenis kegagalan selama
tahun 2019-2021
23
Tabel 3.4 Data Perawatan Sistem Pendingin
Jam Frekuensi Jenis
No. Komponen Tanggal Perawatan
Operasi Kegagalan kerusakan
1. FW Pump 1 574,728,802, 11/02/2020, 24/08/2020 4 kali Penggantian
654, 10/02/2021, 5/09/2021 Impeller
FW Pump 2 646,894,922, 11/02/2020, 1/08/2020, 4 kali Penggantian
672 1/02/2021, 5/08/2021 Impeller
2. Cooler 236,252,158, 20/10/2019, 18/12/2019 14 kali Pembersihan
242,304,304, 19/02/2020,19/04/2020, dan
258,226,226, 17/06/2020, 1/08/2020, Perawatan
260,178,202, 21/09/2020, 3/11/2020,
252, 232 23/12/2020, 7/02/2021,
18/04/2021,12/06/2021,
30/11/2021
3. Sea Chest 236,252,158, 20/10/2019,18/12/2019, 14 kali Pembersihan
242,304,304, 19/02/2020,19/04/2020, dan
Filter 258,226,226, 17/06/2020, 1/08/2020, Perawatan
260,178,202, 21/09/2020, 3/11/2020,
252, 232 23/12/2020, 7/02/2021,
18/04/2021,12/06/2021,
30/11/2021
4. Sea Water 370,204,304, 18/12/2019,11/02/2020, 8 kali Penggantian
424,520,282, 17/06/2020,24/08/2020, Impeller
Pump 1 372 30/11/2020,10/02/2021,
12/06/2021, 5/09/2021
Sea Water 388,258,410, 20/11/2019,11/02/2020, 9 kali
484,484,438, 17/05/2020, 1/08/2020,
Pump 2 322, 350,362 3/11/2020, 1/02/2021,
15/05/2021, 5/08/2021,
20/10/2021
(Sumber: Logbook Engine)
Berikut buku harian kapal untuk mesin (Engine Log Book) untuk melihat jam
operasi masing-masing komponen, failure time,dan repair time kondisi operasi
selama kurun waktu tahun 2019-2021
24
Gambar 3.6 Biaya Perawatan KMP. Kormomolin tahun 2019-2021
(Sumber: Laporan Biaya Perawatan KMP. Kormomolin)
AIR BRD ELP ELU ERO FTS HIO INL LOO NOI
Cooler 0.00 0.00 0.00 3.5 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Fuel Filter 0.00 0.00 0.00 0.31 0.00 0.00 0.05 0.05 0.00 0.00
SC Filter 0.00 0.00 0.00 0.14 0.00 0.00 0.07 0.07 0.00 0.00
OHE OTH PDE SER STD STP UNK UST VIB Sum
Cooler 0.15 0.05 0.05 0.15 0.15 0.00 0.00 0.00 0.00 0.92
Fuel Filter 0.00 0.41 0.21 0.46 0.10 0.00 0.00 0.00 0.00 1.59
SC Filter 0.00 0.41 0.21 1.41 0.05 0.00 0.00 0.00 0.00 0.41
25
sebagai berikut :
1. Sistem banyak mengalami preventif maintenance dan banyak biaya untuk
melakukan maintenance task.
2. Sistem banyak mengalami corrective maintenance dalam 3 (tiga) tahun terakhir
3. Combinasi item 1 dan item 2
4. Sistem dengan biaya corrective maintenance yang tinggi dalam 3 (tiga) tahun
terakhir
5. Sistem dengan kontribusi yang besar terhadap kegagalan operasi pada sebagian
maupun keseluruhan sistem 3 (tiga) tahun terakhir
6. Pemilihan sistem berdasarkan pada sistem yang memiliki dampak lingkungan
secara langsung
26
dengan jenis kegagalan yang dialami, FMEA akan menghasilkan nilai RPN (Risk
Priority Number) dan CA akan menghasilkan nilai matriks krtikalitas. RPN dan
kritikalitas merupakan ukuran priorotas yang digunakan ketika menilai risiko dengan
nilai kekritisan yang sama dan selanjutnya dengan nilai prioritas tertinggi untuk yang
lebih diutamakan. Dengan mempertimbangkan nilai RPN severity level dari FMEA
dan nilai matriks kritikalitas dari CA, langkah selanjutnya adalah memilih komponen
dengan nilai kekritisan yang tinggi. Komponen – komponen tersebut akan dianalisa
dan disimulasikan perawatannya berdasarkan dinamika sistem.
27
Persamaan biaya pada analisa ini dilakukan setelah menemukan jadwal
perawatan pada sistem. Dari hasil simulasi jadwal perawatan dapat dihitung berapa
besar biaya perawatan dilakukan, berapa lama terjadi downtime pada sistem yang
selanjutnya biaya perawatan hasil simulasi dapat diketahui.
28
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
1 2 3 9
FUEL OIL CONTROL ME
6
5 7
COOLING
8
29
2. Bahan bakar dari daily tank di alirkan ke sistem permesinan utama menggunakan
injection pump / hand pump dan melewati valve pada subsistem kontrol
3. Dari subsistem control memutar valve dan mengalirkan bakar ke silinder pejal
pada mesin utama kapal
4. Bahan bakar akan di alirkan kembali ke daily tank.
5. Air laut akan di alirkan menuju cooler pada mesin utama menggunakan pompa air
laut.
6. Air tawar pada cooler yang telah didinginkan oleh air laut akan mendinginkan
mesin utama.
7. Air tawar akan bersirkulasi sehingga air yang keluar dari mesin akan kembali ke
pompa dan akan akan terjadi kerja pada bagian 6.
Berdasarkan penomorannya, OUT interface antara lain :
8. Air laut yang panas akan di buang ke overboard.
9. Mesin utama menghasilkan daya untuk memutar gearbox yang nantinya dapat
menggerakkan kapal.
30
4.1.3 Fungsi Sistem Dan Kegagalan Fungsional Sistem Penunjang Mesin Utama
Langkah sebelumnya digunakan untuk membangun susunan informasi yang
mendefenisikan fungsi dari sistem yang dipilih. Analisa sistem penunjang dilakukan
berdasarkan fungsi dari setiap peralatan di dalamnya. Kegagagalan fungsional akan
menjelaskan bagaimana sistem penunjang dalam kapal mengalamai kegagalan operasi.
Analisa ini pada level sub sistem, bukan pada masing-masing komponen.
Fungsi
Kegagalan fungsional No. Deskripsi
No.
1. Sistem bahan bakar
1.1 mengantarkan sejumlah massa bahan bakar yang
dibutuhkan dengan kualitas, viskositas dan
tekanan yang tepat dari tangki service ke main
engine
1.1.1 Gagal dalam mengalirkan fluida secara optimal
dari tanki induk ke mesin utama
1.1.2 Kurang optimalnya pemisahan antara minyak
dengan air.
1.1.3 Material yang dipakai sudah tidak layak
digunakan lagi sehingga kerja tidak secara
optimal.
1.1.4 Filter tersumbat mensirkulasikan fluida di dalam
pipa
2.sistem pendingin
2.1 mengantarkan sejumlah massa air pendingin
yang dibutuhkan dengan temperatur yang tepat
dari sea chest atau expansion tank ke mesin
utama.
2.1.1 Material yang dipakai sudah tidak layak
digunakan lagi sehingga kerja tidak secara
optimal.
2.1.2 Kurang optimalnya kerja komponen untuk
mendinginkan mesin
2.1.3 Filter tersumbat mensirkulasikan fluida di dalam
pipa
2.1.4 Material yang dipakai sudah tidak layak
digunakan lagi sehingga kerja tidak secara
optimal.
31
4.2 Analisa Failure Modes Effect and criticality Analysis (FMECA)
4.2.1 Functional failure - equipment matrix
Langkah penganalisahan sistem dengan cara menghubungkan secara langsung
fungsi dan komponen dalam sistem dengan cara membuat matriks hubungan antara
kegagalan fungsional dengan komponen dalam sistem dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel ini menunujukan nama komponen dalam sistem penunjang mesin utama sesuai
SWBS pada Gambar 4.1 dan jenis kegagalan fungsional yang dialami sesuai Tabel 4.1
.
32
analisa ini berdasarkan daftar moda kegagalan pada OREDA 2002 halaman 57 dalam
Tabel 4.3 dengan menggunakan aturan Military Standard MIL-STD-1629A. adapun
bentuk kegagalan tidak tercamtum pada Tabel 4.3.
Data macam-macam mode kegagalan yang tercamtum dalam skripsi ini di dapat
dari:
1. interview dengan KKM (Kepala Kamar Mesin) yang bertanggung jawab atas
kamar mesin dan peralatan- peralatan pada kamar mesin.
2. Interview dengan tim PT.ASDP Ferry Persero yang bertanggung jawab atas
penjadwalan perawatan dan maintenance task KMP. Kormomolin.
3. Data mode kegagalan komponen pada buku petunjuk pemasangan dan perawatan
komponen.
4.2.2.1 Penentuan Risk Priority Number (RPN) dan Penyebab Kegagalan Sistem
Berdasarkan data pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4 didapatkan data mode kegagalan
komponen dalam sistem penunjang mesin utama. Langkah selanjutnya menentukan
33
nilai RPN dari tiap-tiap komponen. RPN merupakan indikator kekritisan komponen
dari mode kegagalan dalam sistem. Semakin kecil nilai RPN, maka semakin baik
sistem tersebut. Penilaian atas RPN ini memungkinkan kita lebih memfokuskan pada
penangan mode kegagalan yang tinggi dibandingkan mode kegagalan yang rendah.
Penentuan RPN pada komponen – komponen di dalam sistem penunjang mesin utama
pada KMP.Kormomolin dapat dilihat pada Tabel 4.4 yang di dapatkan dari hasil
wawancara pada lampiran 14.
Transfer penumpukkan
2 kotoran 3 3 3 9
Pump 1
Transfer penumpukkan
3 kotoran 3 3 3 9
Pump 2
penumpukkan
4 OWS 3 3 3 9
kotoran
penggantian
5 Feed Pump 1 3 3 1 7
Impeller
penggantian
6 Feed Pump 2 3 3 1 7
Impeller
penggantian
7 FW Pump 1 3 3 1 7
Impeller
penggantian
8 FW Pump 2 3 3 1 7
Impeller
9 Cooler Cooler Kotor 5 7 3 15
Sea Chest saringan isap kotor
10 4 9 1 14
Filter
penggantian
11 SW Pump 1 3 3 1 7
Impeller
penggantian
12 SW Pump 2 3 3 1 7
Impeller
34
perawatan atau pembersihan saja.
• Kegagalan pada suatu komponen bisa menimbulkan pengaruh pada sub-sistem,
namun bisa juga tidak memberikan berpangaruh pada sub sistem. Sehingga,
meskipun komponen tersebut gagal/rusak, komponen lain masih bisa beroperasi.
• Kegagalan pada komponen dalam sub sistem penunjang mesin utama akan
menyebabkan kegagalan seluruh komponen untuk beroperasi, sehingga
menyebabkan kegagalan dari sistem penunjang mesin utama.
Gambar 4.3 Diagram Pareto Sistem Penunjang Mesin Utama KMP. Kormololin
35
kritikalitas ini berfungsi jika ditemukan nilai RPN yang sama sehigga perlu ditentukan
kembali prioritasnya dengan memperhitungkan nilai severity dan occurance. Berkut
grafik kritikalitas sistem penunjang mesin utama.
10
9
8
7
6
Nilai RPN
5
Severity
4
Occuration
3
Detection
2
1
0
filter OWS Feed Feed Tranfer Tranfer
Pump 1 Pump 2 Pump 1 Pump 2
Komponen sistem bahan bakar
10
9
8
7
Nilai RPN
6
5
4 Severity
3 Occuration
2
Detection
1
0
Sea Chest FW Pump FW Pump Cooler Sea Sea
Filter 1 2 Water Water
Pump 1 Pump 2
komponen sistem pendingin
36
Berdasarkan Tabel 4.4 yang didapatkan dari data nilai RPN dan nilai pada
Gambar 4.4 dan 4.5 yang di dapatkan dari grafik kritikalitas masing – masing
komponen dalam sistem penunjang mesin utama. Nilai RPN dan komulatif frekuensi
digunakan untuk menentukan komponen kritis. Yaitu komponen pada sebuah sistem
yang jika gagal akan membuat peluang kegagalan sistem paling besar. Sehingga
kekritisan komponen ditentukan berdasarkan komponen mana saja yang jika gagal
akan memiliki pengaruh kepada sub-sistem. Semakin besar nilai RPN dan semakin
kecil nilai komulatif frekuensi , maka nilai kekritisan komponen semakin besar
sehingga komponen tersebut akan memungkinkan perawatan yang lebih sering
dibanding komponen lainnya. Adapun komponen kritis dapat dilihat pada Tabel 4.5.
37
4.3 Dinamika Sistem
Berdasarkan gambar 4.6, hubungan sebab-akibat perawatan ditimbulkan
akibat adanya penurunan keandalan komponen akibat dari jam pengoprasian mesin
utama. Jika perawatan tidak dilakukan maka sistem akan mengalami kegagalan
yang berpotensi mengakibatkan downtime. Untuk meminimalisir downtime maka
ditambahkannya prosedur perawatan.
Komponen biaya terdiri dari biaya perawatan, biaya downtime, dan biaya
operasional. Biaya perawatan terdiri dari biaya penggantian sparepart, man hour,
lama perawatan, juga gaji pegawai dan biaya transportasi. Hal ini terjadi jika
maintenance tidak dilakukan di kapal, tapi harus dilakukan di galangan. Apabila
terjadi downtime, biaya yang ditimbulkan juga diakibatkan oleh adanya biaya untuk
menyewa kapal pengganti. Sementara biaya operasi dianggap terdiri dari biaya
crew, mengingat bahan bakar tidak disediakan oleh pemilik dan operator kapal.
Gambar. 4.6. Causal Loop Diagram Biaya sistem penunjang mesin utama
38
4.3.1 Analisa Keandalan
Untuk membuat simulasi hubungan antara keandalan, ketersediaan dan biaya,
scenario dibuat pada keandalaan yang minimum antara 0.20-0.95. Setelah membuat
model, maka didapatkan biaya total perawatan dan keandalan dari sistem
penunjang mesin utama selama 5 tahun sebagaimana ditunjukan pada lampiran 11
dan 9.
39
4.3.3 Ketersediaan
Data yang digunakan untuk menganalisa nilai ketersediaan adalah data hasil
MTTF dan MTTR. Data tersebut akan dibandingkan dan hasil perbandingannya
merupakan nilai ketersedian dari setiap komponen sistem penunjang mesin utama.
Adapun persamaan yang digunakan untuk menghitung ketersediaan merupakan
persamaan 2.8
40
model yang digunakan dan model tersebut mencakup keseluruhan data yang
dianalisa. Model dinamika sistem yang dirancanakan dapat dilihat pada gambar
4.7. Hasil output dari simulasi Dinamika Sistem dapat dilihat pada lampiran 8
sampai lampiran 11. Adapun coding atau bahasa program yang dibuat dapat dilihat
pada lampiran 13.
Model dinamika sistem diatas akan menghasilkan nilai biaya total (Ct)
dengan memasukkan nilai-nilai persamaan pada tinjauan pustaka yang telah di
tuliskan sebelumnya. Berdasarkan nilai realibility dari Gambar 4.7 diambil nilai
0.3 untuk penentuan dilakukannya perawatan alasannya karena berdasarkan hasil
simulasi pemodelan dinamila sistem pada powersim, biaya perawatan yang terkecil
didapatkan pada indeks keandalan 0,55. Nilai tersebut mencakup untuk semua sistem
penunjang mesin utama KMP. Kormomolin yang akan di analisa.
41
Tabel 4.7 Perhitungan Total cost Perawatan Fuel Oil Filter
Reliability Mttf (jam) Mttr (jam) Availbility Cp (rp) Cf (rp) Ct (rp)
0.95 111.3166851 4.6 0.960316 1.889.286 0 1.518.577
0.90 121.8040883 4.6 0.963608 1.889.286 2.439.286 1.381.359
0.85 128.5893017 4.6 0.965462 1.889.286 2.439.286 1.192.360
0.80 133.7906148 4.6 0.966760 1.889.286 2.439.286 1.044.056
0.75 138.1100655 4.6 0.967766 1.889.286 2.439.286 926.045
0.70 141.8739319 4.6 0.968595 1.889.286 2.439.286 830.543
0.65 145.2637489 4.6 0.969305 1.889.286 2.439.286 751.973
0.60 148.3934764 4.6 0.969933 1.889.286 2.439.286 686.343
0.55 151.3418066 4.6 0.970501 1.889.286 2.439.286 630.756
0.50 154.1680111 4.6 0.971026 1.889.286 2.439.286 583.077
0.45 156.9208961 4.6 0.971520 1.889.286 2.439.286 541.703
0.40 159.6447805 4.6 0.971993 1.889.286 2.439.286 505.403
0.35 162.3845276 4.6 0.972452 1.889.286 2.439.286 473.215
0.30 165.1912035 4.6 0.972907 1.889.286 2.439.286 444.363
0.25 168.1305183 4.6 0.973368 1.889.286 2.439.286 418.196
0.20 171.2986599 4.6 0.972248 1.889.286 2.439.286 394.129
42
Tabel 4.9 Perhitungan Total cost Perawatan Sea Chest Filter
Reliability Mttf (jam) Mttr (jam) Availbility Cp (rp) Cf (rp) Ct (rp)
0.95 667.823 14.1 0.97932 1.889.286 2.739.286 825.092
0.90 683.359 14.1 0.97978 1.889.286 2.739.286 526.851
0.85 692.887 14.1 0.98005 1.889.286 2.739.286 389.300
0.80 699.941 14.1 0.98025 1.889.286 2.739.286 310.468
0.75 705.645 14.1 0.98041 1.889.286 2.739.286 259.465
0.70 710.508 14.1 0.98054 1.889.286 2.739.286 223.798
0.65 714.806 14.1 0.98065 1.889.286 2.739.286 197.466
0.60 718.709 14.1 0.98075 1.889.286 2.739.286 177.230
0.55 722.329 14.1 0.98085 1.889.286 2.739.286 161.192
0.50 725.751 14.1 0.98094 1.889.286 2.739.286 148.163
0.45 729.040 14.1 0.98102 1.889.286 2.739.286 137.364
0.40 732.251 14.1 0.98110 1.889.286 2.739.286 128.261
0.35 735.441 14.1 0.98118 1.889.286 2.739.286 120.474
0.30 722.667 14.1 0.98126 1.889.286 2.739.286 113.726
0.25 742.003 14.1 0.98135 1.889.286 2.739.286 107.809
0.20 745.549 14.1 0.98143 1.889.286 2.739.286 102.560
43
Sehingga dihasilkan gambaran simulasi jadwal perawatan dalam satu tahun
apabila kapal beroperasi normal dua kali sehari dan dengan libur dua hari dalam
sebulan sebagai berikut:
Tabel 4.11 Tabulasi Waktu Perawatan Komponen Sistem Penunjang Mesin Utama
Jadwal Perawatan Komponen
Januari FO Filter
Februari FO Filter, Cooler, Sea Chest Filter
Maret FO Filter
April FO Filter, Sea Chest Filter
Mei FO Filter, Cooler
Juni FO Filter, Sea Chest Filter, Cooler
Juli FO Filter
Agustus FO Filter, Cooler, Sea Chest Filter
September FO Filter
Oktober FO Filter, Sea Chest Filter
November FO Filter, Cooler
Desember FO Filter, Sea Chest Filter
44
4.5.2 Biaya Perawatan Rekomendasi
Karena masing – masing komponen memiliki laju kegagalan yang berbeda –
beda, maka setiap komponen memiliki interval perawatan yang berbeda – beda.
Setelah melakukan simulasi dengan software PowerSim, didapatkan biaya perawatan
optimum selama 5 tahun. Namun, mengingat perencanaan perawatan hanya dilakukan
selama empat tahun, maka besarnya biaya perawatan dan perbaikan adalah sebagai
berikut. Hanya saja dalam perawatan rutin yang dijadwalkan tetap mengacu pada
jadwal docking tahunan.
Sistem Bahan Bakar
a. Filter
Dari hasil simulasi didapatkan biaya optimal setiap kali melakukan kegiatan
perawatan adalah sebesar Rp. 630.756,-
• Dengan interval perawatan pencegahan setiap 151 jam (6 hari) sekali maka
dalam satu tahun jumlah perawatan adalah 12 kali/bulan, sehingga biaya
perawatan dalam 1 tahun adalah Rp. 630.756,- x 12 kali = Rp. 7.569.072,-
• Biaya kerugian yang timbul setiap kali melakukan perawatan adalah sebesar
Rp. 550.500 x 12 kali = Rp. 6.600.000,-
• Maka total biaya perawatan dalam satu tahun adalah: Rp. 14.169.072,-
Sistem Pendingin
a. Cooler
Dari hasil simulasi didapatkan biaya optimal setiap kali melakukan kegiatan
perawatan adalah sebesar Rp. 78.377,-
• Dengan interval perawatan pencegahan setiap 2481 jam (103 hari) sekali maka
dalam satu tahun jumlah perawatan adalah 4 kali/bulan, sehingga biaya
perawatan dalam 1 tahun adalah Rp. 78.377,- x 4 kali = Rp. 313.508,-
• Biaya kerugian yang timbul setiap kali melakukan perawatan adalah sebesar
Rp. 4.000.000 x 4 kali = Rp. 16.000.000,-
• Maka total biaya perawatan dalam satu tahun adalah: Rp. 16.313.508,-
45
b. Sea Chest Filter
Dari hasil simulasi didapatkan biaya optimal setiap kali melakukan kegiatan
perawatan adalah sebesar Rp. 161.192,-
• Dengan interval perawatan pencegahan setiap 722 jam (30 hari) sekali maka
dalam satu tahun jumlah perawatan adalah 6 kali/bulan, sehingga biaya
perawatan dalam 1 tahun adalah Rp 161.192,- x 6 kali = Rp. 967.152,-
• Biaya kerugian yang timbul setiap kali melakukan perawatan adalah sebesar
Rp. 850.000x 6 kali = Rp. 10.200.000,-
• Maka total biaya perawatan dalam satu tahun adalah: Rp. 11.167.152,-
Sistem Pendingin
𝑅𝑝 50.506.000 − 𝑅𝑝. 27.480.660
× 100% = 46%
𝑅𝑝. 50.506.000
Jadi presentase biaya penghematan perawatan sea chest filter dan cooler yang di
asumsikan dalam satu tahun sebesar 46 % dari biaya perawatan Lama.
46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil FMECA (Failure Mode Effect and Critical Analysis)
didapatkan komponen kritis pada sistem bahan bakar adalah filter dan untuk
sistem pendingin adalah cooler dan sea chest filter.
2. Berdasarkan hasil analisa menggunakan Powersim Software maka penentuan
jadwal perawatan untuk masing-masing sub sistem pada sistem pendukung mesin
utama kapal antara lain Hasilnya menunjukkan bahwa filter fuel oil dilakukan
perawatan setiap 151 jam, untuk cooler dilakukan perawatan setiap 2481 jam,
dan untuk sea chest filter dilakukan perawatan setiap 722 jam.
3. Biaya total perawatan setelah dilakukan simulasi pemodelan dinamika sistem
selama 1 tahun untuk sistem penunjang mesin induk kapal. Untuk sistem bahan
bakar biaya awal adalah Rp.75.169.300, biaya rekomendasi adalah Rp 14.169.072
sehingga penghematan yang didapatkan sebesar 81%. Untuk sistem pendingin
biaya awal adalah Rp. 50.506.000, biaya rekomendasi adalah Rp.27.480.660
sehingga penghematan yang didapatkan sebesar 46%.
5.2 Saran
1. KMP. Kormomolin sebaiknya melakukan perawatan yang rutin dan memberikan
perhatian lebih pada komponen yang mempunyai nilai probabilitas dan tingkat
kekritisan tinggi untuk meningkatkan kehandalan tiap komponen.
2. Hendaknya penelitian ini dijadikan alternatif konsep untuk perawatan sistem
penunjang mesin induk KMP. Kormomolin dalam rangka membangun sistem
manajemen perawatan yang lebih baik.
47
DAFTAR PUSTAKA
H, E. S., & Untung, B. (2008). Analisa Keandalan Sistem Bahan Bakar Motor Induk
Pada Km. Leuser. Kapal, 5(2).
Handani, D. W., & Uchida, M. (2014). Modeling Optimum Operation of Ship
Machinery by Using System Dynamics. Journal of The Japan Institute of Marine
Engineering, 49(1). https://doi.org/10.5988/jime.49.132
Isragusra, M. A. (2021). Strategi penjadwalan perawatan permesinan kapal kmp.
kormomolin dengan penerapan dinamika sistem.
Maharani, L. (2016). Jadwal Perawatan Aluminium Crew Boat Cb . X Terhadap
Kegagalan Fungsi Bow Thruster Dengan Pemodelan Dinamika Sistem ( System
Dynamics ) Analysis of the Effect of Crew Boat X Operation and Maintenance
Schedules To the Failure of Bow Thruster Using System D.
Nusantara, G. Y. (2015). Pengaruh Efek Perawatan Terhadap Jadwal Perawatan Sistem
Pendukung Mesin Induk Pada Kapal Dengan Menggunakan Pemodelan Dinamik
Sistem. Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
O’Connor, P. D. T. (1998). An Introduction to Reliability and Maintainability
Engineering, Charles E. Ebeling, McGraw-Hill, 1997. Number of pages: 489.
Price: £22.99. Quality and Reliability Engineering International, 14(4).
https://doi.org/10.1002/(sici)1099-1638(199807/08)14:4<295::aid-
qre197>3.0.co;2-y
Rahman, A., & Rahma, F. (2021). Penggunaan Metode Fmeca (Failure Modes Effects
Criticality Analysis) Dalam Identifikasi Titik Kritis Di Industri Kemasan. 31(1),
110–119.
Ziliwu, B. W., Musa, I., Priharanto, Y. E., & Tono, T. (2021). Perawatan Dan
Pengoperasian Sistem Pendingin (Heat Exchanger) Pada Mesin Induk Kapal Km.
Sido Mulyo Santoso Di Ppn Sibolga. Aurelia Journal, 2(2).
https://doi.org/10.15578/aj.v2i2.9533
48
L
A
M
P
I
R
A
N
49
Lampiran 1. Penentuan FMECA Sistem Bahan Bakar
50
Lampiran 3. Tampak luar KMP. Kormomolin
51
Lampiran 4. Jadwal Pelayaran KMP.Kormomolin
52
Lampiran 5. Laporan Perawatan Peralatan Kritis
53
Lampiran 7. Biaya Spare part
54
Lampiran 8. Diagram Avability Sistem Penunjang Mesin Utama
55
Lampiran 9. Diagram Realibility Sistem Penunjang Mesin Utama
56
Lampiran 10. Diagram MTTF Sistem Penunjang Mesin Utama
57
Lampiran 11. Diagram biaya Total Sistem Penunjang Mesin Utama
58
Lampiran 13
///realibility///
GRAPH(TIME,2019,0.5,{0.95,0.9,0.85,0.8,0.75,0.7,0.65,0.6,0.55,0.5,0.45,0.4,0.35,0.
3,0.25,0.2//Min:0.2;Max:0.95////Min:0.2
///cp/// ('jumlah crew'*'biaya kerja')+'Biaya Material')
59
Lampiran 14
DAFTAR PERTANYAAN
1. filter
a. Apa penyebab terjadinya kerusakan komponen?
Jawab : karena terjadinya penyumbatan pada filter dan adanya material yang keras
sehingga merusak filter.
b. Apa efek keruskan terhadap sub sistem?
Jawab : injector akan buntu
c. Apa efek kerusakan komponen terhadap kinerja mesin?
Jawab : mesin jalan pincang atau hunting dan sampai mesin mati.
d. Bagaiamana cara mendeteksi kerusakan komponen?
Jawab: menggunakan alarm monitor atau menggunakan pressure geuge
e. Kapan waktu perbaikan komponen?
Jawab: disesuaikan dengan PMS (Plan Maintenance System) tergantung running hour
(dalam keadaan stady) dan atau memperbaikinya langsung dikapal (dalam keadaan
beroperasi).
3. Feed Pump
a. Apa penyebab terjadinya kerusakan komponen?
Jawab : karena adanya material padat yang masuk ke dalam instalasi, terjadinya korosit
dan karena komponen sudah tidak layak digunakan lagi
b. Apa efek kerusakan terhadap komponen?
Jawab : kerja feed pump tidak optimal.
c. Apa efek keruskan terhadap sub sistem?
60
Jawab : turbo charge akan menjadi panas
d. Apa efek kerusakan komponen terhadap kinerja mesin?
Jawab : mesin tidak berkerja secara optimal sampai mesin mati
e. Bagaiamana cara mendeteksi kerusakan komponen?
Jawab: visual check
f. Kapan waktu perbaikan komponen?
Jawab: disesuaikan dengan PMS (Plan Maintenance System) tergantung running hour
(dalam keadaan stady) dan atau memperbaikinya langsung dikapal (dalam keadaan
beroperasi).
4. Transfer Pump
a. Apa penyebab terjadinya kerusakan komponen?
Jawab : karena kotoran atau material yang tidak seharusnya masuk tidak terfilter dengan
baik.
b. Apa efek kerusakan terhadap komponen?
Jawab : kerja komponen menjadi kurang optimal
c. Apa efek keruskan terhadap sub sistem?
Jawab : kotoran pada transfer pump akan di alirkan menuju sub sistem lainnya sehingga
akan menimbulkan penumpukan kotoran pada komponen lainnya.
d. Apa efek kerusakan komponen terhadap kinerja mesin?
Jawab : kerja mesin tidak akan optimal bahkan mati karena aliran bahan bakar akan
menjadi berkurang serta akan terjadi penumpukan kotoran pada mesin
e. Bagaiamana cara mendeteksi kerusakan komponen?
Jawab: visual check
f. Kapan waktu perbaikan komponen?
Jawab: disesuaikan dengan PMS (Plan Maintenance System) tergantung running hour (dalam
keadaan stady) dan atau memperbaikinya langsung dikapal (dalam keadaan beroperasi).
61
Jawab: disesuaikan dengan PMS (Plan Maintenance System) tergantung running hour
(dalam keadaan stady) dan atau memperbaikinya langsung dikapal (dalam keadaan
beroperasi).
7. Cooler
a. Apa penyebab terjadinya kerusakan komponen?
Jawab : karena sub sistem khususnya bagian filter tidak optimal dalam proses penyaringan
sehingga mengakibatkan penumpukan kotoran pada cooler.
b. Apa efek kerusakan terhadap komponen?
Jawab : kerja sistem menjadi tidak optimal
c. Apa efek keruskan terhadap sub sistem?
Jawab : jika cooler rusak tidak akan berdampak pada sub sistem lainnya.
d. Apa efek kerusakan komponen terhadap kinerja mesin?
Jawab : mesin akan menjadi panas dan kinerja mesin menjadi tidak optimal bahkan mesin
akan mati karena terjadinya panas berlebih pada mesin
e. Bagaiamana cara mendeteksi kerusakan komponen?
Jawab: visual check
f. Kapan waktu perbaikan komponen?
Jawab: disesuaikan dengan PMS (Plan Maintenance System) tergantung running hour
(dalam keadaan stady) dan atau memperbaikinya langsung dikapal (dalam keadaan
beroperasi).
8. Sea Water Pump
62
a. Apa penyebab terjadinya kerusakan komponen?
Jawab : karena adanya material padat yang masuk ke dalam instalasi, terjadinya korosit
dan karena komponen sudah tidak layak digunakan lagi.
b. Apa efek kerusakan terhadap komponen?
Jawab : kerja sea water pump tidak optimal bahkan tidak dapat digunakan.
c. Apa efek keruskan terhadap sub sistem?
Jawab : aliran air yang semestinya mengalir ke setiap sub sistem akan berkurang sehingga
fungsi dari sub sistem akan tidak optimal.
d. Apa efek kerusakan komponen terhadap kinerja mesin?
Jawab : kerja mesin tidak akan optimal bahkan mati karena mesin akan menjadi panas
e. Bagaiamana cara mendeteksi kerusakan komponen?
Jawab: visual check
f. Kapan waktu perbaikan komponen?
Jawab: disesuaikan dengan PMS (Plan Maintenance System) tergantung running hour
(dalam keadaan stady) dan atau memperbaikinya langsung dikapal (dalam keadaan
beroperasi).
Dengan ini saya mengucapkan banyak terima kasih terhadapa narasumber yang telah
meluangkan waktu dan kesempatannya mengisi kusioner penelitian saya, sehingga data
kusioner ini dapat saya jadikan bahan untuk penelitian saya.
Mengetahui,
Narasumber
63
Tingkat Keparahan
(Severity) Deskripsi
Sangat berbahaya,
9-10 membahayakan sistem dan
operator
Kriteria severity
No Komponen Kriteria severity peringkat
1 Filter kerusakan ringan 4
2 Oil Water Separator kerusakan ringan 3
3 Feed Pump 1 sistem bekerja kurang maksimal 3
4 Feed Pump 1 sistem bekerja kurang maksimal 3
5 Transfer Pump 1 kerusakan ringan 3
6 Transfer Pump 1 kerusakan ringan 3
7 Sea Chest Filter kerusakan ringan 4
8 Fresh Water Pump 1 sistem bekerja kurang maksimal 3
9 Fresh Water Pump 1 sistem bekerja kurang maksimal 3
10 Cooler menyebabkan sistem terganggu 5
11 Sea Water Pump 1 sistem bekerja kurang maksimal, 3
12 Sea Water Pump 1 sistem bekerja kurang maksimal 3
64
Deteksi (Detection) Deskripsi
1 Dapat dideteksi dengan mudah
Dapat dideteksi dengan peluang
3
Tinggi
Dapat dideteksi dengan peluang
5
Sedang
Dapat dideteksi dengan peluang
7
Kecil
9 Tidak dapat terdeteksi
Kriteria detection
No Komponen Detection Peringkat
1 Filter Dapat dideteksi dengan mudah 1
2 Oil Water Separator Dapat dideteksi dengan peluang tinggi 3
3 Feed Pump 1 Dapat dideteksi dengan mudah 1
4 Feed Pump 2 Dapat dideteksi dengan mudah 1
5 Transfer Pump 1 Dapat dideteksi dengan peluang tinggi 3
6 Transfer Pump 2 Dapat dideteksi dengan peluang tinggi 3
7 Sea Chest Filter Dapat dideteksi dengan mudah 1
8 Fresh Water Pump 1 Dapat dideteksi dengan mudah 1
9 Fresh Water Pump 2 Dapat dideteksi dengan mudah 1
10 Cooler Dapat dideteksi dengan peluang tinggi 3
11 Sea Water Pump 1 Dapat dideteksi dengan mudah 1
12 Sea Water Pump 2 Dapat dideteksi dengan mudah 1
65
Frekuensi kejadian
(Occurrence) Deskripsi
7 Setiap 1 bulan
9 Setiap saat
Kriteria occurance
No Komponen Occurance Peringkat
1 Filter Setiap saat 9
2 Oil Water Separator Antara 4-6 bulan 3
3 Feed Pump 1 Antara 4-6 bulan 3
4 Feed Pump 1 Antara 4-6 bulan 3
5 Transfer Pump 1 Antara 4-6 bulan 3
6 Transfer Pump 1 Antara 4-6 bulan 3
7 Sea Chest Filter Setiap saat 9
8 Fresh Water Pump 1 Antara 4-6 bulan 3
9 Fresh Water Pump 1 Antara 4-6 bulan 3
10 Cooler Setiap 1 bulan 7
11 Sea Water Pump 1 Antara 4-6 bulan 3
12 Sea Water Pump 1 Antara 4-6 bulan 3
66