Narator : Aaron dan Julio merupakan sahabat baik. Mereka telah bersahabat sejak kecil, tapi suatu hari ketika keluarga Julio jatuh miskin, Aaron tak ingin bersahabat dengan Julio. Suatu siang ketika Julio, Aaron, Nuii, Gerit dan Romario sedang berada di kelas untuk bersih-bersih sebelum pulang sekolah, Julio dengan berat hati mengatakan kepada Aaron untuk membantunya. Menurutnya Aaron lah yang bisa menolongnya dan Aaron merupakan sahabatnya. Julio : Aaron, bisakah kau menolongku sedikit saja? Aaron : Menolongmu? Kau pikir kau itu siapa yang harus aku tolong? Julio : Kenapa dengan mu Aaron? Bukankah kita sahabat? Masa kau sudah lupa? Aaron : Maaf ya aku tidak punya sahabat seperti mu yang miskin. Aku hanya mau bersahabat dengan orang kaya. Nuii : kenapa dengan kalian berdua? Sepertinya sedang bermasalah. Julio : Tidak apa-apa kok. Kita baik-baik saja. Ya kan Aaron? Aaron : Baik-baik saja? Nui, tadi si miskin ini meminta bantuan ke aku. Tapi sayangnya aku tak ingin membantu orang seperti dia. Mana dia ngaku-ngaku sahabat aku lagi? ( Julio pun pergi mendengar perkataan Aaron seperti itu) Nuii : Jangan begitu Aaron. Bukannya kau dan Julio memang sahabat dari kecil? Masa karna Julio dan keluarganya jatuh miskin, kau tak mau lagi bersahabat dengannya. Bukannya saat-saat seperti ini kau bisa tunjukan ke dia, kalau kau memang sahabatnya. Romario : Betul itu kata Nui. Seharusnya kau sekarang menyuport dia, bukan menghina dia. Kasian dia. Gerit : Sahabat seperti apa kau ini? Aaron : Kalian pikir siapa kalian yang berani-berani menasehatiku? Sok baik! Terserah aku dong. Romario : Kita bukannya bermaksud menasehati kamu atau sok baik. Aaron : Halah itu bukan urusan ku dan juga kalian. ( Aaron pun langsung pulang ) Gerit : Bisa-bisanya dia berbuat begitu kepada Julio. Bukankah dia yang selalu saja membela-bela Julio ketika ada masalah? Nuii : ya itu hanya dia yang tahu. Tapi satu hal yang akhirnya kita tahu, Aaron hanya mau berteman dengan orang Kaya. Romario : sudahlah jangan dibahas lagi, mending kita pulang saja. Narator : keesokan harinya Mereka kembali masuk kesekolah seperti biasa, tetapi tidak dengan Julio. Hal ini pun terjadi selama 2 minggu berturut-turut. Pada akhirnya ketika mereka berempat sedang dalam perjalanan kesekolah, dengan tidak sengaja mereka bertemu dengan Julio di pinggir jalan yang sedang mencari barang bekas. Nuii : Hey bukannya itu Julio? Romario : ia benar itu Julio. Sedang apa dia? Bukannya masuk sekolah malah keliuran seperti itu. Nuii : ia benar. (Nuii pun langsung menarik Aaron yang jalan di belakangnya) Apa yang sahabatmu lakukan? Aaron : Pasti sedang mengais-ngais sampah. Namanya juga orang miskin. Nuii : Julio, apa yang sedang kau lakukan? Kenapa kau tidak masuk 2 minggu ini? Julio : aku? Ya seperti yang kalian liat. Aaron : aku bilang juga apa. Pasti dia sedang mengais-ngais sampah. Romario : sudahlah Aaron, Julio itu sahabatmu. Nuii : Kenapa kau tidak masuk sekolah lagi Julio? Julio : orang tua ku tidak punya uang untuk membiayai aku dan adikku untuk sekolah. Sedangkan adikku masih mau sekolah, jadi aku mengalah saja untuk adikku. aku membantu orang tua ku untuk menyambung hidup. Gerit : Mulia betul hati mu sobat. Aaron : Mulia apanya? Dia cuma mau cari muka? Julio : Tega sekali kau begitu pada ku. Aku memang sudah miskin, tapi aku masih punya perasaan. Kalau kamu tidak mau bersahabat lagi dengan ku, tidak jadi masalah buat ku, tapi jangan kau hina aku dengan kata-katamu itu. (Julio pun lari secepat mungkin meninggalkan mereka berempat dengan perasaan yang bercampur aduk) Nuii : sudah puas kau menyakiti dia? ingat Aaron, suatu hari nanti kau akan merasa apa yang Julio rasakan sekarang. Gerit dan Romario : Betul itu. Aaron : Itu tidak mungkin. Keluarga ku tidak mungkin jatuh miskin. keluargaku memiliki banyak usaha yang menghasilkan banyak uang. Dan tidak akan habis untuk 5 generasi. ( Aaron pun jalan meninggalkan mereka bertiga) Gerit : Sombong sekali itu anak. Nuii : Memang terkadang kita harus menyadari bahwa ada orang tertentu yang bisa tinggal dihati kita, namun tidak dalam kehidupan kita Romario : ya betul. semoga suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi dengan Julio. ( mereka bertiga akhrinya melanjutkan perjalan ke sekolah ) Narator : Hari itu merupakan hari terakhir mereka bertemu Julio. Dan ketika semuanya telah terjadi, Aaron pun merasakan apa yang dulu Julio rasakan. Keluarganya bangkrut karena ditipu oleh orang lain. Tapi sayangnya Aaron tidak terima dengan hidupnya yang miskin, dan ia beranggapan bahwa semua ini salah Julio. PEMAIN Bu indah : wali kelas IX B guru sabar dan bijaksana Christabele : murid pindahan yang sangat cantik tapi sombong Widya : teman sebangku abel yang baik dan bijaksana Fikri : cowok culun yang baik hati Vivi : ceplas-ceplos Bu linda : baik hati Dan Murid 9B Pada hari pertama masuk sekolah, ada seorang murid baru pindahan dari SMP Nusa Harapan jakarta yang terkenal sombong di sekolah lamanya. Bu Indah : (masuk ke kelas dengan membawa seorang murid) “pagi anak-anak hari ini kalian mendapat teman baru, christabele perkenalkan dirimu” Christabele : “kenalin nama gue Christabele Anastasya, panggilan gue Abel, pindahan dari SMP Nusa Harapan Jakarta” Bu Indah : “baiklah abel silahkan kamu duduk di sebelah widya, baiklah anak anak kita bahas PR minggu lalu” Akhirnya Abel berjalan dengan gaya sombongnya yang hampir membuat seisi kelas ternganga karena kecantikan Abel, akhirnya Abelpun duduk disamping Widya. Dan widyapun ingin berkenalan lagi dengan Abel. Widya : “hai namaku Widya Adina Putri panggil aja aku widya, nama kamu siapa ?” Christabele : “gak penting tau nama lo, lagian kan gue udah ngenalin nama gue di depan. Jadi jangan sok akrab, ngerti!!” Widya pun tercengang karena perkataan Abel dan disinilah awal kerenggangan hubungan abel dan widya. Pada waktu istirahat semua anak satu kelas memberondong pertanyaan pada abel salah satunya fikri. Fikri : “abel rumah kamu dimana ?” Abel : “rumah gue itu ya, di perumahan elite yang super mewah kamu nggak bakalan boleh deh masuk itu perumahan” Fikri : “wah bagus banget berarti bel rumah kamu, ayah sama ibu kamu kerja apa bel ?” Abel : “ayah gue kerja di luar negeri dan pulang sebulan sekali, kalo ibu gue kerja di bank swasta paling keren di jakarta” Fikri : “wah bel orang tua kamu kaya banget yaa” (menatap takjub abel) Abel : “ya jelas lah abel gituloh” Fikri : “bel, kapan-kapan aku boleh main ke rumah kamu yaa” Abel : (gelagapan) “ehh ng ngapain kamu gak bakal bisa kerumahku tau” Widya : “bilang aja bel kalo kamu nggak kaya, nggak papa kok kita semua nggak ngewajibin kamu bilang kamu anak orang kaya” Abel : “eh siapa bilang gue miskin gak ada tuh dikamus abel kata miskin ngerti gak lo !” Widya :”yaudah kalau kamu memang benar kaya kasih alamat kamu ke kita-kita dong biar bisa main ke rumah kamu yang seperti istana itu” Abel : “oke ini alamatnya perum cempaka 3C 21, itu rumah gue” Widya : “oke hari minggu besok kita bakal maen ke rumah kamu, ya kan temen-temen” Dan semua anak pun menyetujui usulan widya. Lalu fikri pun berbisik pada widya karena masih jam pelajaran. Fikri : “wid kamu beneran mau kerumahnya abel ?” Widya : “jadi dong fik, aku kan pingin tau apa dia emang beneran atau cuma bohong” Fikri : “oh ya udah deh kalo gitu” Pada hari minggu,Jadilah hampir semua murid kelas IX B pergi ke alamat yang diberi oleh abel,tak terkecuali widya dan fikri. Fikri : “wid kayaknya rumahnya yang ini deh” Widya : (melihat lagi alamatnya) “iya fik ini rumahnya, temen temen rumahnya yang ini kita panggil abel yuk” Semua anak memanggil abel, namun yang keluar wanita cantik dan tinggi yang kebingungan Widya : “assalamualaikum bu, kita temennya abel, abelnya ada bu ?” Bu linda : “abel ?, disini tidak ada yang namanya abel anak-anak Widya : “lho ibu namanya siapa ?, saya sama teman-teman diberitahu sama abel kalau alamat rumahnya disini” Bu linda : “oh begitu, nama saya bu linda. Disini tidak ada yang namanya abel, tetapi anak pembantu saya mungkin seusia kalian namanya anastasya biasa dipanggil tasya disini. Ibunya jadi pembantu dan ayahnya tukang kebun disini” Seketika itu widya dan teman-temannya kaget dan langsung diam. Bu linda akhirnya memecah keheningan. Bu linda : “apa adek adek ini mau saya panggilkan tasya ?” Widya : “kita nggak ngerepotin bu ?” Bu linda: (tersenyum) “jelas enggak anak-anak, sebentar saya kedalam dulu ya”