bahwa persahabatan yang sejati itu seharusnya tidak melihat kondisi dan status
ekonomi seseorang.
1. Yusuf
2. Bilal
3. Rio
4. Teguh
5. Danang
Narator :Yusuf dan Bilal merupakan sahabat baik. Mereka telah bersahabat
sejak kecil, tapi suatu hari ketika keluarga Bilal jatuh miskin,
Yusuf pun tak ingin lagi bersahabat dengan Bilal.
Yusuf :"Apa?Menolongmu? Kau piker kau itu siapa, mengapa aku harus
menolongmu?"
Bilal :"Kenapa denganmu Suf? Bukankah kita sahabat?Apakah kau
sudah lupa dengan itu?"
Yusuf : "Sahabat? Maaf yaa ku tidak punya sahabat seperti mu yang
miskin. Akuhanya mau bersahabat dengan orang yang kaya."
Rio : "Kenapa dengan kalian berdua? Sepertinya sedang memiliki
masalah...”.
Bilal : "Tidak ada apa-apa kok. Kita berdua baik-baik saja.Ya kan
Suf..?"
Yusuf "Baik-baik saja? Giniya Yo, tadi simiskin ini memint a batuan
ke aku.Tapi sayangnya aku tak ingin membantu orang seperti
dia. Mana dia ngaku-ngaku sahabat aku lagi?O gahahhh.."
...(Bilal pun pergi karena mendengar perkataan Yusuf menyakiti hatinya)...
Rio : "Jangan begitu Suf. Bukannya kau dan Bilal memang bersahabat
dari kecil? Masa karena sekarang Bilal dan keluarganya jatuh
miskin, kau tidak mau lagi bersahabat dengannya. Bukannya saat-
saat seperti ini kau bias tunjukkan kedia, kalau kau memang
sahabatnya.Bukan malah meninggalkannya."
Teguh :"Bukan maksud kita menasehati kamu atau sok baik. Tapi kita
tidak mau persahabatan kamu dan Bilal berakhir seperti ini."
Yusuf : "Halah itu bukan urusanku dan juga kalian." (Yusuf pun langsung
pulang)
Danang : "Setan apa yang merasuki anak itu? Bisa-bisanya dia berbuat
begitu kepada Bilal. Bukankah selama ini dia yang selalu saja
membela-bela Bilal ketika ada masalah?"
Rio : "Ya itu hanya dia yang tahu. Tapi satu hal yang akhirnya kita
tahu, Yusuf hanya mau berteman dengan orang yang Kaya"
Rio : "Betulitu."
Teguh : "Ia benar itu Bilal. Sedang ngapain dia?Bukannya masuk sekolah
malah keluyuran seperti itu."
Rio : "Ia benar." (Rio pun langsung menarik Yusuf yang jalan di
belakangnya dan sedang asyik dengan Iphone-nya) "Liatitu? Apa
yang sahabatmu lakukan?"
Rio : "Bilal, apa yang sedang kau lakukan? Kenapa kau tidak masuk2
minggu ini?"
Bilal : "Begini..., orang tua kutidak punya uang untuk membiayai aku
dan adikku untuk sekolah. Sedangkan adikku masih mau sekolah,
jadi aku mengalah saja untuk adikku. Biar adikku yang sekolah
danaku membantu orang tuaku untuk menyambung hidup."
Yusuf : "Haha... Mulia apanya?Dia Cuma mau cari muka tahu? Kalian ini
gampang sekali dibodohi sama dia."
Bilal :"Tega sekali kau berkata begitu padaku. Aku memang sekarang
sudah miskin, tapi aku masih punya perasaan. Kalau kamu tidak
mau bersahabat lagi denganku ya sudah itu tidak jadi masalah
buatku, tapi jangan kau hina aku dengan kata-katamu itu.Satu lagi,
aku tidak pernah menyesal pernah berkenalan denganmu.Tapi itu
merupakan pembelajaran bagiku.Terima kasih Yusuf." (Bilal pun
lari secepat mungkin meninggalkan mereka berempat dengan
perasaan yang bercampur aduk)
Rio :"Sudah puas kau menyakiti dia? Ingat Suf, suatu hari nanti kau
juga akan merasa apa yang Bilal rasa kan sekarang." Danang dan
Teguh : "Betulitu."
Rio : "Ya semoga saja. Memang terkadang kita harus menyadari bahwa
ada orang tertentu yang bias tinggal dihati kita, namun tidak dalam
kehidupan kita?"
Teguh : "Ya betul itu. Dan semoga suatu hari nanti kita bias bertemu lagi
dengan Bilal."
Narator : Hari itu merupakan hari terakhir mereka bertemu Bilal. Dan
ketika semuanya telah terjadi, Yusuf pun merasakan apa yang dulu
Bilal rasakan. Keluarganya bangkrut karena ditipu oleh orang lain.
Tapi sayangnya Yusuf tidak terima dengan hidupnya yang miskin,
dan ia beranggapan bahwa semua ini salah Bilal.
_ TAMAT _