Anda di halaman 1dari 7

Contoh naskah drama pendek untuk 4 orang tentang "Nasihat teman mengenai pentingnya

pendidikan"

Judul : Nasehat Teman Tentang Pentingnya Pendidikan


Tema : Sosial
Pemeran : Lubis, Erna, Jalil, Umroh
Karakter : Lubis (suka bermain), Erna (suka terbawa pengaruh teman), Jalil (pegiat), Umroh
(pelajar yang tekun).

Sinopsis Drama Remaja

Jalil dan Umroh pada hari itu berusaha untuk memberikan pemahaman kepada kedua temannya,
yaitu Erna dan Lubis tentang betapa pendidikan itu jauh lebih penting katimbang melakukan
aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai.

Dialog Drama

Lubis:
Besok hari Minggu kalian pada mau kemana nih? Pasti ada acara jalan-jalan ya?!

Erna:
Nggak tahu tuh.. aku belum punya rencana kemana-kemana.

Jalil:
Kalau aku mau stay dirumah aja. Aku mendingan belajar daripada jalan kesana-kemari nggak
jelas gitu.

Umroh:
Iya, aku juga sama dengan Jalil. Daripada keluyuran nggak jelas kan mending belajar aja
dirumah.

Jali dan Umroh memang berbeda dengan Lubis dan Erna. Jalil dan Umroh adalah sosok remaja
yang rajin belajar dan senantiasa memprioritaskan pendidikan.

Lubis:
Kalian hari Minggu pun masih dipake untuk belajar?! kan selama tujuh hari itu kita hanya punya
satu hari untuk menenangkan diri, ngapain juga mesti dipake untuk belajar.

Erna:
Iya, mereka ini rajin banget sih. Padajal belajar selama enam hari itu kan juga sudah lebih dari
cukup.

Umroh kemudian menjabarkan kepada mereka bedua, betapa pendidikan itu jauh lebih penting
daripada bermain atau keluyuran nggak tentu arah.

Umroh:
Berlibur itu emang perlu sih.. kita pastinya emang merasa jenuh jika setiap hari hanya belajar
dan belajar, tapi kit aharus ingat bahwa dengan banyak belajarlah yang akan menjadikan kita
sebagai anak yang pintar.

Baca Juga: Contoh Teks drama pendek 5 orang


Jalil:
Iya, aku setuju dengan kamu, Umroh. Udahlah, aku sih bukannya melarang kalau kalian mau
jalan, tapi maunya aku tuh kalian tetap fokus sama pendidikan. Jangan kebanyakan keluyuran,
sementara pendidikan kalian abaikan.
Erna:
Siapa bilang aku mengabaikan pendidikan. Aku juga belajar kok.. cuman nggak serajin kalin
sih..

Contoh 2

Naskah Drama tentang kehidupan untuk 4 orang mengenai "Ketulusan Itu Nyata"
Tema: Kehidupan
Judul:Ketulusan itu Nyata
Pemeran:

Abi
Delon
Bimo
Farah

SINOPSIS
Delon sudah lama bersahabat dengan Abi. Sehari-hari mereka menghabiskan waktu bersama.
Suatu hari, terjadi perdebatan panjang yang terjadi antara keduanya, hingga membuat Delon
membenci Abi. Sementara itu Bimo, teman sekelas mereka yang kemudian membantu Delon dan
Abi bersahabat kembali.

DIALOG
Abi berulang kali melirik Delon di bangku sebelahnya. Tapi laki-laki yang diliriknya itu sama
sekali tak menengok ke arahnya, meskipun jelas-jelas Delon juga sedang tidak memperhatikan
guru di depan kelas. Sudah seminggu ini, Abi didiamkan. Abi mencoba mencari cara untuk
berkomunikasi dengan Delon.

Abi : “De, Delon, ssst.”

Delon masih tak menoleh.

Abi memainkan pensil di tangannya, sambil terus berpikir mencari cara bagaimana agar Delon
mau menanggapinya.

Sementara itu, di bangku belakang Abi, Bimo memperhatikan Abi. Ia tahu apa yang terjadi
diantara mereka. Tapi ia diam saja. Lama-kelamaan, ia kasihan juga dengan Abi. Bimo lantas
menulis pesan lewat sobekan kertas untuk Abi.

Bimo : “Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa Delon nggak mau menanggapi loe?”

Abi juga membalas kertas pesan dari Bimo.

Abi : “Terjadi kesalahpahaman diantara kita. Dia mengira, guesuka sama Farah, cewek anak
kelas sebelah yang jadi incarannya.”
Bimo : “Loe yakin ini salah paham? Apa yang membuat loe yakin kalo loe tidak salah?”
Abi : “Memang, gue sering ngobrol sama Farah. Tapi gue sama sekali nggak bermaksud
memiliki hati sama gadis itu. Eh, si Farah malah nyatain cinta ke gue. Gue nggak punya
kesempatan buat menjelaskan ini pada Delon.”
Bimo : “Lalu sekarang, apa yang terjadi antara loe sama Farah?
Abi : “Nggak terjadi apa-apa lah. Kita nggak jadian juga.”
Bimo : “Maksud gue, apa kalian masih sering berhubungan? Jadinya si Delon masih marah?”
Abi : “Masih sih. Masa karena ini gue harus menghindari Farah? Lagipula gue juga nggak
ngapa-ngapain. Jalan berdua aja nggak pernah. Cuman ngobrol di sekolah doang.”
Bimo : “Yaelaaa bro, sementara ini mendingan loe jauhin Farah dulu. Ini demi kebaikan antara
loe sama Delon. Ngejauhin bukan berarti hilang kontak kan? Cari alasan apa kek buat ngehindar.
Loe juga bisa jelasin masalah loe ini sama si Farah. Biar Farah yang jelasin ke Delon.”
Abi : “Ha? Gila loe, trus menurut loe, Delon nggak makin marah kalo tahu gue cerita tentang
perasaannya sama Farah?”
Bimo : “Oiya juga ya... tapi yang paling penting sekarang, loe musti jauhin Farah dulu. Titik.
Udeh, pura-pura perhatikan guru dulu, biar dikira murid teladan.”
Abi : “Ah, muka dua loe. Oke thanks nasehat loe.”

Hari-hari berikutnya, Abi mengikuti saran Bimo. Ia sebisa mungkin menjauhi Farah dengan
berbagai alasan. Tindakan itupun sering diperhatikan Delon. Tapi Delon sama sekali tidak
peduli.

Bimo dan Abi kembali saling bertukar pesan lewat sobekan kertas.

Abi : “Gimane bro, kayaknya rencana gue nggak berhasil.”


Bimo : “Sabaaar.”
Abi : “Gue nggak nerima nasihat sabar. Bantu gue cari cara lain.”
Bimo : “Oke oke bilang terus terang aja sama Delon. Gue yakin dia maafin loe. Kalo dia nggak
mau dengerin loe, kirimin dia kertas pesan kayak gini aja.”
Abi : “Gue coba dulu.”

Abi kemudian menyobek kertas lagi, dan menuliskan penjelasannya pada Delon. Tapi dengan
santainya, Delon tidak membalas pesannya.

Setiap istirahat dan pulang sekolah, Abi selalu mengekor Delon. Ia merendahkan harga dirinya,
demi persahabatannya dengan Delon. Sekarang, Abi lebih mirip bodyguard karena membuntuti
Delon terus. Sampai suatu hari ketika mereka istirahat, Delon tidak tahan lagi.

Delon : “Loe tu ngapain sih? Gue risih liatnya.”


Abi : “Gue mau ngejelasin ke loe.”
Delon : “Gue udah tahu semuanya.”

Abi menunduk. Ia berpikir, jika Delon sudah tahu semuanya, kenapa dia tetep nggak mau
maafin?

Abi : “Oke, gue minta maaf. Gue ngaku gue salah. Gue sering ngobrol sama Farah, dan bikin loe
sakit hati. Gue mohon sama loe De, gue tulus temenan sama loe.”

Tapi Delon justru mengenyahkannya. Sama sekali tidak mengacuhkan permintaan maaf Abi
padanya. Sementara itu, Abi makin nggak paham sama sikap Delon. Ia kemudian memutuskan
sikap mengekornya. Karena sangat kekanakan dan konyol.

Suatu hari, Abi melihat Delon mengendap-endap di belakang gedung sekolah. Rupa-rupanya ia
akan membolos. Abi tak tahu, kenapa Delon membolos. Saat guru menanyakan, Abi menjawab
Delon izin pulang karena sakit perut.

Di hari lain, Abi juga melihat Delon mencontek teman sebangkunya saat ulangan semester. Sang
guru memergokinya, tapi lagi-lagi Abi membelanya. Abi bahkan juga mengambilkan penghapus
saat penghapus Delon jatuh. Hal-hal kecil selalu dilakukan Abi untuk Delon. Seperti
mempersilakan Delon masuk duluan ketika keduanya sama-sama berada di depan pintu kelas.
Abi juga memberikan jalan saat Delon aka berjalan mendahuluinya.

Tidak ada rasa kesal dan benci pada Abi. Ia juga lebih memilih diam. Ia takut salah. Maka ia
hanya melakukan apa yang menurutnya baik dilakukan.

Suatu pagi, ketika Delon terlihat memasuki gerbang sekolah, Bimo mendekatinya.
Bimo : “De, kau tidak lihat ketulusan Abi?”
Delon : “Maksud loe?”
Bimo : “Sebelumnya, gue minta maaf ikut campur urusan loe sama Abi. Tapi Abi udah
menceritakan semuanya padaku. Eits...jangan marah dulu. Dia hanya bingung bagaimana cara
menghadapimu. Aku berusaha membantunya, tapi selalu gagal. Lalu ia melakukan caranya
sendiri.”
Delon : “Apa memangnya yang dia lakukan?”
Bimo : “Kali ini dia tidak menceritakan padaku. Tapi aku melihatnya sendiri. Aku rasa kau juga
lebih tahu akan hal ini.”

Delon memiringkan kepala, pertanda tidak mengerti.

Bimo : “Dia selalu nge-bela loe saat loe dapat masalah, seperti ketika loe bolos tempo hari. Terus
saat loe nyontek juga. Loe pasti juga liat cara dia memberikan jalan buat loe, atau cara
mempersilakan loe masuk duluan saat di pintu kelas.”

Delon terlihat berpikir sebentar, kemudian mengangguk pelan. Dengan bergegas, ia belari ke
dalam kelas.

Di dalam kelas, terlihat Abi membuka bukunya, mengerjakan PR. Delon datang menghampirinya
dan memberikan buku PR-nya.

Delon : “Cepat kerjakan.”

Abi mendongak, dan mendapati Delon melihat ke arahnya.

Delon : “Jangan banyak tanya saat gue sedang baik hati.”

Abi berdiri, dan memeluknya erat, dan tersenyum lebar.


Abi : “Gue nggak banyak tanya, tapi akan tetep cerewet kalo loe diem mulu gini. BTW makasih
ya, udah maafin gue.”
Delon : “Gue yang minta maaf, gue yang nggak liat ketulusan loe aja. Maafin gue ya sob.”

Ketulusan selalu berbuah kebaikan. Ucapan harus diimbangi dengan perbuatan. Karena orang
hanya melihat perbuatan bukan perkataan.
Teks naskah drama untuk 4 orang tentang kisah persahabatan yang berjudul "selamat tinggal
sahabat"
Tema: Persahabatan

JUDUL : SELAMAT TINGGAL SAHSBAT


Pemeran:
1. Dila Nova R
2. Dethia Fitria N yusril
3. Ayu Marsela Odi
4.

SINOPSIS DRAMA PENDEK


Kumala, seorang gadis yang tinggal bersama ibunya, Bu Yulianti di sebuah rumah di tengah kota. Kumala
menjalin persahabatan dengan Yusrildan Odi. Yusril, Kumala, dan Odi saling bersahabat. Meskipun
begitu, Yusril dan Kumala lebih dekat karena mereka sudah bersahabat sejak kecil. Sedangkan Odi
bersahabat dengan Yusril dan Kumala baru dua tahun yang lalu atau tepatnya saat kelas satu
SMA.Namun, suatu hari terjadi sesuatu yang membuat persahabatan mereka berjauhan bahkan terpisah
karena kematian Kumala yang tiba-tiba.

Pada hari itu Kumala tidak masuk sekolah. Di kelas, sudah ada Yusril dan Odi.
Yusril : “Eh, Kumala kemana ya? Kok dia nggak masuk sekolah?”
Odi : “Aku nggak tau. Tapi kan nggak biasanya Kumala nggak masuk. Jangan-jangan
Kumala kenapa-napa lagi? “
Yusril : “Pulang sekolah ntar kita
jenguk
Odi : “Tunggu dulu. Hari ini ada ekskul Karate. Jadi kita pulangnya jam setengah
empat.”
Yusril : ‘Oh iya, kalau begitu nanti saja setelah ekskul Karate selesai, kita baru ke rumah
Kumala.”
Odi : OK! Siap.

Sepulang sekolah, Yusril dan Odi pun mengikuti ekskul Karate. Jam setengah empat ekskul
selesai dan mereka segera ke tempat parkir kenderaan untuk pulang. Namun di tengah perjalanan
ke tempat parkir, mereka melihat sesosok gadis yang membelakangi mereka sedang berdiri di
pinggir lapangan sekolah.

Odi : “Dia siapa ya?”


Yusril : “Murid pindahan mungkin.”
Odi : “Kalau dia murid pindahan, kenapa dia ada di sekolah saat jam ekskul basket?
Yusril : “Tau. Kita samperin yuk!”
Odi : “Bentar-bentar...”

Tiba-tiba handphone Odi berdering.

Odi : “Duh, Yusril. sepertinya aku nggak bisa ikut jenguk Kumala. Soalnya kakakku SMS,
katanya dia mau ke bandara jemput temannya yang datang dari luar kota. Aku disuruh menemani
adikku dirumah. Maaf ya. Sampaikan salamku untuk Kumala ya.”
Yusril : “Ya sudah deh. Nggak apa-apa kok.”
Odi : “Kalau gitu, aku pergi dulu ya...”
Yusril : “Ya. Hati-hati di jalan.”

Yusrillalu menghampiri gadis yang ada di pinggir lapangan tersebut untuk menjawab rasa
penasarannya. Ia merasa gadis itu mirip dengan perawakan yang dimiliki Kumala.
Yusril : “Kumala!”

Gadis itu berbalik dan ternyata benar memang Kumala.


Kumala:“Yusril?”
Yusril : “Kamu kok nggak masuk sekolah? Terus kenapa kamu jam segini di sekolah?’
Kumala : (Menggenggam secarik kertas) “Aku datang kesini karena aku mau kasih tahu sesuatu
ke kamu.”
Yusril : “Kasih tahu apa?”
Kumala : “Aku mau ngucapin terima kasih karena selama ini kamu sudah baik banget sama aku.
Kamu sudah mau jadi sahabat aku, pengertian sama aku, dan aku juga minta maaf kalau aku
punya salah sama kamu.”
Yusril : ‘Kamu kenapa La? Kenapa kamu ngomong begitu? Apa yang kamu sembunyiin dari
aku?”
Kumala: “Aku nggak tahu apa yang harus aku lakukan untuk ngebalas kebaikanmu di sisa-sisa
waktuku ini.”
Yusril : “Sisa-sisa waktu? Maksudnya? Memangnya kamu mau kemana La?”
Kumala : “Kamu tahu kan kalau kepala aku itu sering sakit?”
Yusril : “Iya. Terus kenapa memangnya?”
Kumala : “Karena aku sudah nggak tahan sakitnya, kemarin aku periksa ke dokter, terus saat itu
juga dokter menyuruhku untuk dironsen, dan tadi pagi aku ambil hasil ronsennya.”
Yusril : “Terus, bagaimana hasil ronsennya?”

Kumala tak menjawab pertanyaan Yusril. Langsung saja Yusril merebut secarik kertas yang
sedari tadi digenggam oleh Kumala.

Yusril : “Apa? Ini nggak mungkin. Saudari Kumala Salsabila Putri positif mengidap kanker
otak? Kamu bohong kan La?”
Kumala : “Kamu bisa lihat sendiri kan Yusril. Itu semua bukan rekayasa. Hidup aku sebentar
lagi berakhir. Sebentar lagi aku akan ninggalin kamu untuk selama lamanya. Harapan hidup aku
sudah kecil banget.”
Yusril : “Nggak, kamu nggak boleh bilang begitu, kita nggak boleh pisah, nggak boleh.”
Kumala : “Tapi Yusril, setiap ada pertemuan, di situ juga pasti ada perpisahan.”
Yusril : “Nggak, aku nggak mau La. Aku nggak mau pisah sama kamu.”

Tiba tiba Kumala merintih kesakitan sambil memegangi kepalanya. Lalu kemudian pingsan.

Kumala : “Kepalaku sakit Yusril.”


Yusril : “Kumala, kamu kenapa?”

Kumala tiba-tiba pingsan.


Yusril : “La bangun La! Bangun! Ya Tuhan, Kumala kenapa? Tolong… tolong…”

Kumala pun segera dibawa ke rumah sakit. Kemudian, Kumala segera ditangani oleh Dokter.
Yusril pun menelfon ibu Kumala, Bu Yulianti agar segera datang melihat keadaan Kumala.

Yusril : “Hallo Bu Yulianti...”


Bu Yulianti : “Hallo. Ada apa Yusril?”
Yusril : Ibu bisa datang ke rumah sakit Sehat Sejahtera, tidak bu?”
Bu Yulianti: Memangnya ada apa nak?”
Yusril : “Kumala pingsan bu. Dan saat ini ada di rumah sakit.”
Bu Yulianti: “Iya. Ibu secepatnya kesana. Terima kasih ya sudah memberi tahu.”
Yusril : “Iya bu. Sama-sama.”

Tak berapa lama kemudian, Bu Yulianti pun datang. Setelah satu jam menunggu, akhirnya
Dokter pun telah selesai memeriksa keadaan Kumala. Namun, Dokter terlihat tidak bahagia.

Bu Yulianti : “Dokter, bagaimana keadaan Kumala?”


Dokter : “Sebelumnya saya minta maaf yang sebesar besarnya, saya sudah bekerja dengan
semaksimal mungkin, tapi saya bukanlah Tuhan yang bisa mengubah jalan hidup seseorang.
Maaf, anak ibu tidak bisa di selamatkan. Kondisinya sudah sangat kritis, dan sel kanker tersebut
telah menyebar keseluruh tubuhnya.”
Bu Yulianti : “Maksud Dokter, Kumala sudah meninggal?”
Dokter : “Saya sudah berusaha bu. Ini sudah takdir.”
Bu Yulianti : “Kumala, ini tidak mungkin. tidak mungkin.”

Dokter pun pergi meninggalkan Yusril dan Bu Yulianti. Yusril pun menghampiri Bu Yulianti
yang sedang meratapi kepergian Kumala.

Yusril : “Ibu yang sabar ya bu. Saya yakin di balik semua ini pasti ada hikmah yang bisa
dipetik.”
Bu Yulianti : “Terima kasih selama ini kamu sudah menjadi sahabat terbaik Kumala.”
Yusril : “Sudah bu, saya juga sedih karena kepergian Kumala. Tapi nasi sudah menjadi
bubur. Dan semua itu sudah tisak bisa kembali.”
Bu Yulianti : “Ya, kamu benar. Semoga saja Kumala tenang disisi-Nya.”
Yusril : “Amin…”

Keesokan harinya, jenazah Kumala sudah sampai di pemakaman.

Odi : “Yusril! (berlari dengan terengah-engah) Aku sudah dengar dari teman-teman
kalau Kumala meninggal karena kanker otak.”
Yusril : “Iya. Hari ini dia akan dimakamkan.”
Odi : “Kalau begitu, ayo kita ke pemakaman Kumala. Aku ingin melihat Kumala meski
untuk yang terakhir kalinya.”
Yusril : “Ya.” (bergegas menuju pemakaman)

Sesampai di pemakaman, Yusril dan Odi melihat Bu Yulianti yang berlinang air mata.

Yusril : “Kumala, kenapa kamu cepet banget tinggalin aku? Aku nggak mau pisah sama kamu.
Odi : “Sudahlah Yusril, kita harus relakan kepergian Kumala. Ini semua sudah takdir
Tuhan.”
Yusril menangis sambil memandangi batu nisan Kumala.
Yusril : “Kumala, kenapa kamu pergi sebelum aku bisa bikin kamu bahagia. Asal kamu tahu La,
di hatiku nggak ada sahabat sebaik kamu. Kamu itu sahabat sejatiku yang selalu bisa
menemaniku dalam suka ataupun duka. La, semoga kamu tenang di alam sana. Aku harap, kamu
nggak akan lupakan aku dan Odi, karena kami juga nggak akan pernah lupakan kamu. Selamat
jalan ya sobat!”

Keduanya beranjak pergi meninggalkan rumah abadi milik sahabatnya dengan hati yang amat
sedih.

Anda mungkin juga menyukai