Anda di halaman 1dari 3

BINTANG DI BALIK OTAK

Kenapa kalian menjauh?, tanya Felly.


Apakah kamu tidak menyadarinya, Felly?, tanya Riska.
Untuk hal apa?, tanya Felly kembali dengan memakan snack ringannya.
Prestasimu sudah direbut oleh orang lain!, kata Riska dengan matanya yang melebar.
Tahu, nih! Kamu masih nggak paham juga dengan situasinya?, tanya Bram serius.
Felly pun mulai berpikir dan berhenti untuk memakan snack ringannya saat ia mulai
mendengar nada keseriusan di dalam ucapan Bram. Bagaimana tidak? Selama Felly
mengenal Bram mulai dari TK sampai kelas 6 SD sekarang, Felly tidak pernah terlihat begitu
marah seperti ini.
Masih nggak ngerti juga?, tanya Riska.
Felly menggelengkan kepalanya pelan. Dan Riska membalasnya dengan dengusan nafas
beratnya. Begitu juga dengan Bram. Karena merasa kesal dan gemas dengan Felly yang
sedari tadi tidak mengerti mengenai hal yang mereka berdua pikirkan, Riska dan Bram
memutuskan untuk menarik tangan Felly ke bangku yang ada di seberang tempat mereka
berbicara.
Eh Bram! Riska juga. Kalian, ada apa kemari? Tumben-tumbenan nih!, ucap Billy dengan
senyuman polosnya.
Kamu! Minta maaf sana sama Felly!, bentak Bram.
Untuk apa?, tanya Billy dengan nada polosnya.
Kamu sudah merebut juara kelas Felly, kan? Seharusnya, Felly yang juara satu di semester
ini. Tapi sekarang, tergantikaan oleh kamu! Ayo! Minta maaf!, bentak Riska dengan
suaranya yang meninggi.
Tapi, apa salahku? Aku tidak merebut hal itu. Yang kalian katakan itu tidak benar, ucap
Billy dengan nada cemasnya.
Alah!!! Jangan sok baik kamu!!! Kamu pasti nyontek Felly kan saat semester tiba?
Makanya, kamu bisa jadi juara satu! Dan Felly harus menerima kemarahan Deddynya
kemarin!!!, tuduh Bram.
Tidak! Aku tidak menyontek. Aku belajar, ucap Billy membela diri.
Bohong!!! Kamu pasti menyalin seluruh jawaban Felly saat Felly pergi ke kamar mandi.
Dengan alasan mengambil penghapus di bawah meja Felly!!!, ucap Riska ngotot dengan

seluruh tuduhannya.
Udah! Ayo minta maaf!!!!, ucap Bram memaksa dengan mendorong Billy.
Saat Billy mulai tedorong ke depan meski memberontak, Riska meraih tangan Billy dan
memaksakan kehendaknya untuk mengulurkan tangan Billy agar mau bersalaman dengan
Felly untuk meminta maaf.
Tapi aku tidak salah!, ucap Billy berusaha membela diri.
Udah ayo!!!, paksa Bram dengan mendorongnya lebih keras.
Billy tetap berusaha mengelak. Sehingga, Riska juga ikut turun tangan untuk membantu
Bram mendorong Billy ke depan agar langkahnya lebih maju ke arah Felly. Hingga akhirnya,
tenaga Billy terkalahkan oleh kedua orang itu. Namun, Billy masih tidak mau meminta maaf
kepada Felly dan mengakui kesalahannya.
Karena merasa kesal, Riska menjambak rambut Billy. Sedangkan Bram menendang kaki
Billy hingga Billy terjatuh. Billy terus berteriak keaskitan karena dipaksa oleh temantemannya. Akan tetapi, Felly justru berteriak kepada Riska dan Bram untuk melepaskan Billy.
Dengan tatapan benci, Felly meninggalkan Riska dan Bram yang masih bingung dengan
sikap Felly yang aneh. Bagaimana tidak? Bukannya senang karena dibela, malah marah.
Sejenak, Bram dan Riska merasa kesal dengan Felly. Meskipun Felly tahu hal itu, Felly tetap
menghiraukan mereka berdua dan membawa Billy ke UKS.
Kamu tidak papa?, tanya Felly.
Aku tidak mencontek kamu, ucap Billy tetap membela dirinya.
Tidak. Kamu memang tidak mencotekku. Justru akulah yang melakukan itu. Maafkan aku.
Maafkan aku, Billy.
Maksud kamu apa?, tanya Billy dengan polos.
Aku pergi ke kamar mandi setelah aku melihat semua jawaban kamu. Semalam sebelum
semester, aku ketiduran. Sehingga, aku tidak belajar lama. Hanya sekilas. Dan paginya, aku
datang terlambat karena kesiangan bangun. Mengingat, badanku terasa sangat lelah karena
sore aku harus les ballet dan juga akademi. Aku takut, Deddy dan Mom akan marah padaku.
Sehingga, aku melakukan ini. Seharusnya, aku yang mendapat perlakuan itu. Bukan kamu.
Maafkan aku, Billy. Kumohon!, ucap Felly dengan tangisnya yang menderu. Di sisi lain,
Felly juga menyatukan kedua tangannya dengan menundukkan kepalanya.
Aku memaafkanmu. Jangan lakukan ini lagi. Kamu tahu, Ibuku bilang, kejujuran dapat
mengalahkan segalanya. Aku tidak pintar. Aku biasa-biasa saja. Ibuku juga bilang, selama

kita mau berusaha dengan keras dan jujur, Allah tidak akan mengkhianati umatnya. Allah
sangat baik. Dia juga Maha Pemurah Hati. Buktinya, Allah mengabulkan doaku untuk juara
satu. Padahal, aku tidak sepintar dirimu yang bisa segalanya. Kau bisa menari ballet, bermain
biola, menyanyi dengan merdu. Semua kau bisa. Ayah dan Ibumu akan mengerti jika kau
jujur. Aku yakin, kau pasti menyembunyikan peristiwa ketiduranmu dari Ayah dan Ibumu,
kan?, tanya Billy menjelaskan dengan menebaknya.
Felly mengangguk pelan dengan sisa isak tangisnya.
Tidak papa. Allah pasti memaafkamu jika kau tidak mengulanginya lagi. Sekarang, kau bisa
berbicara jujur.
Kau tidak marah padaku?, tanya Felly.
Tidak. Sudah, jangan menangis. Ini! Makanlah! Kemarin, ayahku mendapatkan rezeki untuk
membeli coklat ini!, kata Billy dengan senyuman.
Felly pun menerimanya dengan membalas senyuman pula. Dengan duduk di samping Billy
meraka berdua pun memakan coklat bersama.

Anda mungkin juga menyukai