Anda di halaman 1dari 10

Terjebak dalam Jurang Gelap

Dilan adalah seorang anak remaja, ia merupakan anak tunggal dari


keluarganya, karena Dilan anak tunggal orang tuanya pun jadi memanjakan
Dilan sampai akhirnya Dilan tumbuh menjadi pribadi yang manja dan ingin
semua kemauannya dituruti. Dilan merupakan anak kelas 11 yang
bersekolah di sebuah SMA favorit. Dulu saat Dilan masih duduk di bangku
sekolah dasar dan bangku sekolah menengah pertama, Dilan dikenal
sebagai anak yang memiliki budi pekerti yang baik.
Dilan saat SD dan SMP dikenal sebagai anak yang pandai dan rajin
di kelasnya, sehingga wajar saja ia bisa mendapat kesempatan bersekolah
di SMA favorit yang menjadi incaran banyak orang. Dulu Dilan kerap kali
mengajari teman-temannya yang kurang mengerti materi pelajaran, Dilan
juga dikenal sebagai anak yang penurut dan berbakti kepada kedua orang
tuannya. Namun seiring bertambahnya usia, sikap Dilan pun mulai berubah,
dari yang awalnya berbakti kepada orang tua menjadi anak yang tidak
menghormati orang tuanya.
Dilan berubah menjadi anak remaja yang sekolahnya berantakan,
nilai tugas buruk, sering bolos sekolah tanpa sepengetahuan orang tuanya,
dan tidak memiliki akhlak mulia, ia pun mulai mengenal hal-hal yang
bersifat negatif, hal itu terjadi karena Dilan salah memilih pergaulan di
masa remajanya. Dalam pergaulan tersebut, Dilan terpengaruh dengan
ajakan buruk teman-temannya, salah satu ajakan terburuk dari teman-
teman Dilan adalah mengajak Dilan untuk melakukan tawuran serta
menggunakan narkotika. Dilan pun menolak ajakan teman-temannya
karena Dilan tidak ingin masuk penjara di usianya yang masih muda.
Namun, meskipun Dilan menolak ajakan teman-temannya untuk
tawuran dan menggunakan narkotika, Dilan kerap kali melakukan hal-hal
negatif lainnya. Hal negatif yang kerap dilakukan oleh Dilan seperti
balapan liar, meminum miras, dan merokok. Lama kelamaan uang jajan
dan uang tabungan Dilan mulai habis hanya untuk membeli rokok dan
miras.
Dilan pun mulai meminta uang kepada orang tuanya dengan berbagai
alasan, kemudian setelah ia mendapatkan uang dari orang tuanya, Dilan
langsung menggunakan uang tersebut untuk melakukan hal-hal negatif
bersama teman-temannya. Ia pun dengan cepat menghabiskan uang
tersebut, hal ini terjadi selama beberapa bulan sampai suatu saat ada
sebuah kejadian yang menimpa keluarga Dilan.
Tulang punggung keluarga Dilan hanya ayahnya Dilan, ibunya Dilan
hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Ayah Dilan adalah seorang
karyawan tetap sebuah perusahaan, tetapi beberapa hari yang lalu,
perusahaan tempat ayah Dilan bekerja mengalami kerugian besar
sehingga membuat perusahaan tersebut bangkrut, kebangkrutan
perusahaan tersebut mengakibatkan banyak karyawan yang terkena PHK.
Salah satu karyawan yang di PHK adalah ayahnya Dilan, hal tersebut
membuat keluarga Dilan mengalami krisis ekonomi.
Dilan tetap saja tidak mempedulikan kondisi keuangan keluarganya, ia
tetap saja meminta uang kepada kedua orang tuanya. Ia lebih peduli
dengan dirinya sendiri karena jika teman-temannya tahu bahwa Dilan tidak
mempunyai uang, Dilan akan diejek di dalam pertemanannya, Dilan tak
mau hal itu terjadi, jadi Dilan pun bersikap egois kepada orang tuanya dan
lebih mementingkan gengsinya.
Sampai satu waktu, orang tua Dilan mulai merasa kesal dengan
perangai Dilan yang tidak peduli dengan kondisi ekonomi keluarganya
sendiri. Saat Dilan meminta uang ke ayahnya, ayah Dilan pun langsung
memarahi Dilan, ayah Dilan bilang bahwa Dilan terlalu egois dan terlalu
mementingkan gengsinya, ayah Dilan pun sudah tak mau memberi Dilan
uang jajan lagi.
Dilan pun merasa kesal kepada ayahnya, ia pun langsung pergi
meninggalkan rumahnya, menuju ke tempat tongkrongan biasa dia dan
teman-temannya berkumpul. Saat ia sampai di tempat tongkrongan
tersebut, disana ada beberapa orang teman Dilan, mereka tengah minum
miras, merokok, dan menggunakan narkotika. Dilan pun menghampiri
teman-temannya itu dengan raut wajah kesal, salah satu teman Dilan
menyadari ekspresi itu. Teman Dilan tersebut bernama Fico.
Fico bertanya kepada Dilan tentang ekspresinya, Dilan pun
menceritakan kejadian yg telah terjadi di rumahnya siang tadi. Fico pun
menenangkan Dilan, kemudian Fico berkata bahwa ada suatu hal yang
dapat menenangkan pikiran dan perasaan. Tapi ternyata Fico telah
mengemukakan ide yang sangat buruk kepada Dilan, dan hal inilah yang
akan menyebabkan kekacauan yang lebih parah dalam hidup Dilan di
masa mendatang.
Dilan pun bertanya, sesuatu hal apa yang dimaksud oleh Fico tadi.
Tanpa basa-basi Fico langsung memberikan sebuah pil ekstasi kepada
Dilan. Tanpa pikir panjang dan juga karena terpengaruh dengan kondisi
emosi yang tengah naik turun Dilan langsung menerimanya dan langsung
meminum pil tersebut. Tanpa membutuhkan waktu yang lama, pil tersebut
langsung bereaksi di tubuh Dilan, dan Dilan mulai merasakan pikirannya
serta perasaanya mulai lebih tenang dan rileks. Dan, ya, inilah kali pertama
Dilan mengonsumsi narkotika dan juga ini menjadi awal mula Dilan
terjerumus kedalam jurang dalam yang gelap.
Setelah Dilan merasa tenang dan nyaman, ia mulai bercengkrama
dengan teman-temannya. Percakapan itu baru berakhir saat menjelang
dini hari, dalam percakapan tersebut beberapa teman-teman Dilan
membahas tentang tawuran, dan mereka mengajak Dilan untuk ikut serta
dalam kegiatan negatif tersebut, dan Dilan lagi-lagi terpengaruh oleh
ajakan teman-temannya yang bersifat negatif.
Karena Dilan tidak menolak ajakan untuk melakukan tawuran, teman-
teman Dilan pun memberi tahu Dilan kapan akan dilakukannya tawuran
tersebut. Dilan sempat khawatir akan resiko-resiko yang akan terjadi
apabila ia mengikuti tawuran tersebut. Tetapi teman-temannya berusaha
menenangkan Dilan agar Dilan mau ikut tawuran. Sekitar pukul 02.00 dini
hari, mereka semua baru pulang ke rumah masing-masing, kecuali Dilan.
Dilan memilih untuk menginap di kost-an Fico. Di kost-an Fico, Dilan
bertanya, pil apa yang telah Fico beri padanya sehingga bisa membuat diri
Dilan tenang. Fico memberi tahu, pil yang ia berikan kepada Dilan adalah
pil ekstasi.
Sekitar pukul 05.00 pagi, Dilan kembali ke rumahnya untuk mengambil
seragam sekolahnya. Setelah itu ia langsung berangkat sekolah tanpa
pamit pada kedua orang tuanya. Dilan langsung menyalakan motornya
kemudian langsung menarik gas motornya. Dilan hampir saja terlambat
datang ke sekolah, ia tiba saat bel sekolah berbunyi dan gerbang sekolah
juga sudah hampir ditutup saat Dilan sampai di sekolahnya. Ia pun buru-
buru memarkirkan motornya di parkiran kendaraan siswa, kemudian ia
langsung terbirit-birit memasuki lapangan sekolah untuk melakukan
upacara setiap hari senin.
Setelah kegiatan upacara usai dilaksanakan, kegiatan belajar
mengajar pun dilanjutkan seperti biasa. Dan seperti biasa, Dilan pasti
memiliki tugas dari guru yang belum ia kerjakan. Hal tersebut itulah yang
membuat nilai Dilan menjadi buruk disetiap mata pelajaran sekolah.
Bel istirahat pun berbunyi, begitu pula dengan perut Dilan yang
berbunyi, Dilan menyadari bahwa ia tidak sempat sarapan tadi pagi. Dilan
pun pergi ke kantin sekolah untuk membeli makanan dengan sisa uang
jajannya yang hanya cukup untuk membeli makannya dan bensin
motornya. Dikantin ia bertemu dengan Fico dan Milea teman sekelasnya
Fico. Akhirnya mereka pun makan bersama di meja pojok kantin.
Setelah beberapa menit, bel istirahat pun berbunyi, menandakan
waktu istirahat telah berakhir. Milea pun setelah ia makan langsung buru-
buru meninggalkan kantin dan menuju ke kelasnya. Dilan pun berdiri, ia
pun ingin segera kembali ke kelasnya sebelum guru mata pelajarannya
datang, tetapi gerakan Dilan segera dicegah oleh Fico, karena Fico ingin
membicarakan sesuatu dengan Dilan, Dilan pun duduk kembali.
Dilan pun bertanya mengapa tidak dari tadi saja bicaranya, Fico pun
menjawab karena ia tidak ingin milea tahu akan hal ini dan ia pun hanya
ingin bicara secara empat mata dengan Dilan. Dilan kembali bertanya ada
hal apa yang ingin Fico bicarakan sampai sampai harus berbicara empat
mata seperti ini. Fico hanya ingin memberitahu Dilan bahwa kegiatan
tawuran akan terjadi pada esok malam, Dilan merasa belum siap dan
berusaha mencari alasan agar ia tidak jadi ikut tawuran.
Akan tetapi Fico tetap bersikeras ingin Dilan ikut, jika Dilan menolak
maka Fico bersama teman-temannya akan memusuhi Dilan dan akan
membully Dilan. Dilan jelas tak ingin kehilangan teman-temannya, dan dia
pun sedikit terpaksa ikut tawuran tersebut agar ia tak kehilangan para
sahabatnya meskipun nyawanya menjadi taruhannya.
Setelah Dilan yang akhirnya terpaksa mengiyakan ajakan Fico, Fico
pun berseru senang dan sambil memeluk Dilan, Fico mengatakan bahwa
Dilan merupakan sahabat sejatinya. Tak lama kemudian mereka berdua
segera kembali ke kelas masing-masing. Beruntung bagi Dilan, saat ia tiba
di kelasnya, guru mata pelajaran yang seharusnya mengajar kelas Dilan
tidak masuk karena izin.
Beberapa jam kemudian bel pulang pun berbunyi, Dilan pun segera
meninggalkan kelas nya dan menuju ke arah parkiran kendaraan siswa. Ia
langsung menyalakan motornya, dan langsung menuju kerumahnya.
Sampai di rumah, ia langsung memarkirkan motornya dan tak seperti tadi
pagi, Dilan masuk kerumah dengan salam terlebih dahulu, kemudian ia
hanya menemui ibunya di rumah.
Dilan pun bertanya pada ibunya kemana ayahnya pergi. Ibunya pun
menjawab bahwa ayahnya Dilan tengah pergi untuk mencari kerja, agar
kebutuhan bulanan keluarga mereka dapat tercukupi dengan baik. Tetapi
Dilan mendengar hal itu tetap saja tidak peduli, setelah ia berganti pakaian
seragamnya, ia langsung menghampiri sang ibu untuk meminta uang. Ibu
Dilan pun bertanya pada Dilan untuk apa uangnya, kemudian Dilan
berbohong pada ibunya, bahwa uang tersebut akan dipakainya untuk
melakukan kerja kelompok.
Sang ibu pun percaya dengan kebohongan Dilan, kemudian beliau
memberikan uang kepada Dilan. Namun uang yang diberikan tidak
sebanyak biasanya, Dilan pun berseru kecewa. Dilan berkata pada ibunya
bahwa uangnya kurang, ibunya pun berkata kepada Dilan bahwa saat ini
kondisi ekonomi keluarga mereka sedang sulit, ibunya pun memohon
kepada Dilan untuk memahami keadaan ini.
Tetapi apalah daya, Dilan tetap tak mau memikirkan semua itu, yang
ia pikirkan sekarang hanyalah bagaimana caranya dia bersenang-senang
bersama teman-temannya. Tanpa berkata apa apa ia pun langsung pergi
meninggalkan ibunya sembari membawa uang yang telah diberikan tadi.
Dilan pergi meninggalkan rumahnya dalam keadaan kesal.
Dilan pun langsung menuju ke tempat biasa dia bersama temannya
nongkrong, dan lagi lagi Dilan mendapati para temannya tengah
menggunakan barang barang haram tersebut. Dan lagi-lagi Fico juga lah
yang sadar tentang perasaan Dilan sekarang, ia bersama teman-temannya
pun langsung mengajak Dilan untuk bergabung bersama mereka.
Dilan pun segera duduk di samping temannya yang bernama Alex,
Alex saat itu tengah menggunakan rokok berbahan dasar ganja. Ia pun
menawarkan rokok tersebut kepada Dilan, Dilan pun menerimanya, ia
berfikir bahwa mungkin rokok ini dapat membuat pikirannya menjadi lebih
santai layaknya fungsi rokok biasa.
Tetapi setelah Dilan menggunakan rokok tersebut ia merasakan hal
berbeda daripada rokok biasa, ia merasa rokok ganja ini lebih efektif untuk
mengusir perasaan kesalnya dan lebih cepat membuat dirinya tenang dan
rileks. Saat itu juga teman-teman Dilan tengah meminum miras, dan
secara otomatis setiap ajakan temannya Dilan untuk meminum miras
tersebut Dilan menurutinya.
Mereka mengakhiri perkumpulan tersebut saat menjelang tengah
malam, Dilan pun pulang kerumahnya. Ia pulang kerumah dalam keadaan
masih sedikit mabuk, saat ia tiba di rumahnya, ternyata kedua orangtuanya
sudah tertidur, Dilan pun segera menuju kamarnya dan tidur.
Besoknya, setelah pulang sekolah, Dilan bersama teman-temannya
pun bersiap-siap untuk tawuran nanti malam. Setelah mereka
mempersiapkan diri untuk tawuran mereka pun pulang ke rumah masing-
masing untuk beristirahat.
Saat malam telah tiba, Dilan pun segera keluar rumahnya dan
langsung menyalakan motornya tanpa sepengetahuan orang tuanya. Ia
pun langsung pergi menuju lokasi tawuran tersebut akan dilaksanakan.
Sesampainya Dilan di lokasi, terlihat beberapa temannya sudah
menunggu sambil membawa senjata tajam. Salah satu teman Dilan pun
segera memberikan sebuah senjata tajam. Setelah menunggu beberapa
saat, tawuran antar kelompok tersebut pun terjadi.
Selang beberapa menit, salah satu teman Dilan terluka karena
terkena tebasan sebuah senjata tajam, teman Dilan itu pun langsung
tumbang dengan berlumuran darah. Melihat hal itu, Dilan mulai merasa
ketakutan, ia takut hal itu akan terjadi pada dirinya.
Tetapi, saat itu, secara kebetulan Milea melewati tempat Dilan dan
teman-temannya tawuran. Milea pun segera melaporkan kejadian itu
kepada pihak berwajib untuk membubarkan dan menangkap pelaku
tawuran, Milea pun tak tahu bahwa Dilan dan Fico terlibat dalam kejadian
tersebut. Saat tawuran berlangsung, ketakutan Dilan pun menjadi
kenyataan, seseorang menebas senjata nya ke arah Dilan, dan mengenai
tangan Dilan, hal itu mengakibatkan 3 jari tangan Dilan putus terkena
tebasan senjata tajam.
Milea langsung menelepon polisi dan melaporkan kejadian yang ia
lihat sekarang, kemudian ia pun langsung pergi meninggalkan lokasi
kejadian. Hanya butuh waktu yang cukup singkat, polisi pun datang ke TKP,
mereka membubarkan tawuran tersebut dan menggeledah satu persatu
remaja yang ikut serta.
Saat pak polisi menggeledah mereka, polisi mendapati bahwa ada
yang mengantongi narkotika. Polisi pun segera membawa mereka ke
kantor polisi, dan juga kejadian ini dijadikan berita TV dengan siaran
langsung. Setelah rombongan Dilan dibawa ke kantor polisi, mereka
semua melakukan tes urine untuk memastikan apakah mereka semua
positif menggunakan narkoba atau tidak.
Ternyata, semua remaja yang di tes positif menggunakan narkoba.
Dan saat itu juga, ternyata kedua orang tua Dilan tengah melihat berita
tentang kasus tersebut di televisi. Saat kamera memperlihatkan para
remaja yang terlibat tawuran, ayah Dilan di rumah menyadari bahwa ada
wajah yang sangat ia kenal terpampang jelas di layar kaca. Ayahnya Dilan
pun sadar bahwa wajah tersebut adalah wajah anak semata wayangnya.
Ayahnya Dilan pun terkejut dan langsung memberitahu ibu Dilan
bahwa anak mereka terjerat kasus tawuran dan penggunaan narkoba. Ibu
Dilan pun seketika langsung terkejut dan menangis histeris mengetahui
anaknya ditangkap oleh polisi.
Tak lama berselang, telepon di rumah Dilan pun berbunyi, ayahnya
Dilan yang mengangkat teleponnya, ternyata telepon itu merupakan
panggilan dari polisi untuk orang tua Dilan untuk hadir di kantor polisi.
Ayah Dilan pun berkata bahwa Ia dan ibu Dilan bersedia hadir di kantor
polisi.
Ayah Dilan pun segera bersiap siap untuk berangkat bersama ibu
Dilan. Selama perjalanan ibu Dilan terus saja menangis tak menyangka
bahwa anaknya dapat terjerat dalam kasus hukum seperti itu.
Setibanya orang tua Dilan di kantor polisi, Dilan langsung
menghampiri ayah dan ibunya yang tengah menangis kecewa melihat
anaknya sudah menggunakan baju tahanan. Dilan langsung memeluk
kedua orang tuanya, dan ia pun langsung meminta maaf yang teramat
sangat karena telah menjadi anak yang durhaka dan menyusahkan orang
tua.
Tetapi, ibu Dilan tidak sanggup menghadapi kejadian yang sangat
berat ini. Ia hanya bisa menangis, saat ibu Dilan melihat jari Dilan yang
telah putus 3, ibu Dilan pun langsung terkejut yang teramat sangat terkejut
dan tak lama kemudian ibu Dilan pun terkena serangan jantung akibat
shock yang berlebih.
Ibunya Dilan pun meninggal seketika di hadapan Dilan sebelum
sempat mengatakan kata kata terakhir untuk Dilan. Dilan pun merasa
sangat menyesal, melihat ibunya meninggal disaat ia tengah berada dalam
keadaan yang sangat buruk.
Ayah Dilan tak bisa berkata-kata lagi, beliau hanya dapat
mekarena kehilangan separuh jiwanya. Ibu Dilan akan dimakamkan esok
pagi, dan Dilan diizinkan mengadiri pemakaman ibunya.
Setelah prosesi pemakaman ibu Dilan selesai, Dilan pun harus
kembali ke penjara, tetapi sebelum dia kembali ke selnya, ia ingin
berpamitan dengan ayahnya terlebih dahulu, Dilan pun berjanji kepada
ayahnya bahwa ia akan bertaubat dan dia akan berusaha untuk berubah
menjadi orang yang memiliki akhlak mulia, ia pun berjanji pada ayahnya
bahwa ia akan rajin beribadah dan mendoakan sang ibu agar diterima di
sisinya.
Dilan pun menjalani hukuman penjara selama 15 tahun. Selama
dia di penjara, Dilan pun menjadi sering beribadah, dan ia pun lebih sering
menyesali perbuatannya, ia menyesal telah menggunakan barang-barang
haram dan ia juga menyesal telah ikut tawuran yang merenggut 3 jarinya
itu, Dilan juga sering menangis sembari berdoa agar dosanya diampuni
oleh tuhan yang maha esa.

EPILOG
Setelah 15 tahun masa hukuman Dilan dipenjara, Dilan pun
diperbolehkan untuk pulang kerumahnya. Dilan pun segera mengemas
barang-barangnya selama di penjara, Dilan pun berpamitan dengan teman-
teman yg satu sel dengannya.
Sesampainya Dilan di rumah, ia langsung mengetuk pintu dan
mengucapkan salam. Pintu itu pun di buka oleh sosok laki-laki tua yang
sudah berambut putih, sosok tersebut adalah ayahnya Dilan. Ayah Dilan
terkejut melihat anaknya telah berdiri di hadapannya. Dilan pun langsung
memeluk ayahnya dengan berlinang air mata, ayahnya pun menangis
terharu bisa bertemu anaknya lagi tanpa dibatasi oleh jeruji besi.
Setelah kepulangan Dilan, Dilan membuktikan ucapannya 15
tahun lalu, bahwa ia ingin bertaubat dan ingin menjadi pribadi yang baik,
semua itu ia buktikan dengan cara suka menolong tetangganya yang
kesulitan, berusaha mencari kerja agar dapat membantu ekonomi
keluarganya, dan Dilan pun sekarang menjadi lebih sering beribadah serta
lebih banyak bergaul dengan lingkungan sekitarnya, serta Dilan sering
mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat positif.
Ya, Dilan yang sekarang sudah berbanding terbalik dengan Dilan
yang dulu. Oh iya, Dilan punya pesan untuk para pembaca yang saat ini
sedang membaca kisahnya. Pesan dari Dilan untuk teman-teman adalah
pandai-pandailah dalam mencari pergaulan, jangan mudah tergoda
dengan hal-hal negatif, selalu nurut sama orang tua dan yang terpenting
selalu taat beribadah kepada Tuhan yang maha esa agar di jauhkan dari
segala perbuatan buruk.

Anda mungkin juga menyukai