Anda di halaman 1dari 8

RINGKASAN PERTEMUAN 9A

PENGELOLAAN INVESTASI PEMERINTAH

A. PERATURAN / REGULASI TERKAIT


1. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU 19 Tahun 2003 tentang BUMN
4. UU 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

B. DEFINISI INVESTASI PEMERINTAH


Investasi Pemerintah adalah penempatan sejumlah dana dan/atau barang dalam
jangka panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan Investasi
Langsung untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya.

C. KETENTUAN UMUM INVESTASI PEMERINTAH


1. Pemerintah dapat melakukan investasi jangka panjang untuk memperoleh manfaat
ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya.
2. Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk saham,
surat utang, dan investasi langsung.
3. Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.
4. Penyertaan modal pemerintah pusat pada perusahaan negara/daerah/swasta
ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
5. Penyertaan modal pemerintah daerah pada perusahaan negara/daerah/swasta
ditetapkan dengan peraturan daerah.

D. MAKSUD DAN TUJUAN INVESTASI PEMERINTAH


Investasi yang dilaksanakan oleh pemerintah dimaksudkan untuk memperoleh manfaat
ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya.

Investasi pemerintah bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka


memajukan kesejahteraan umum.

Yang dimaksud dengan "manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya" adalah:
1. keuntungan berupa deviden, bunga, dan pertumbuhan nilai perusahaan yang
mendapatkan Investasi Pemerintah sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu;
2. peningkatan berupa jasa dan keuntungan bagi hasil investasi sejumlah tertentu
dalam jangka waktu tertentu;
3. peningkatan pemasukan pajak bagi negara sejumlah tertentu dalam jangka
waktu tertentu sebagai akibat langsung dari investasi bersangkutan;
dan/atau
4. peningkatan penyerapan tenaga kerja sejumlah tertentu dalam jangka waktu
tertentu sebagai akibat langsung dari investasi bersangkutan.
E. ASAS-ASAS PENGELOLAAN INVESTASI PEMERINTAH

1. FUNGSIONAL : pengambilan keputusan Investasi Pemerintah


dilaksanakan oleh Menteri Keuangan

2. KEPASTIAN HUKUM : Investasi Pemerintah harus dilaksanakan


berdasarkan hukum dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

3. EFISIENSI : Investasi Pemerintah diarahkan agar sesuai


batasan-batasan standar kebutuhan yang
diperlukan dalam rangka menunjang
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi
pemerintahan secara optimal

4. AKUNTABILITAS : setiap kegiatan Investasi Pemerintah harus


dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat
dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan.

5. KEPASTIAN NILAI : Investasi Pemerintah harus didukung oleh


adanya ketepatan jumlah dan nilai investasi
dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dana
dan Divestasi serta penyusunan laporan
keuangan pemerintah.

F. BENTUK-BENTUK INVESTASI PEMERINTAH

PEMBELIAN SAHAM

SURAT BERHARGA

PEMBELIAN SURAT UTANG


Kerjasama dengan pola PPP
INVESTASI PEMERINTAH
(Public Private Partnership)
PENYERTAAN MODAL
Kerjasama dengan pola non-
INVESTASI LANGSUNG PPP (non- Public Private
Partnership)
PEMBERIAN PINJAMAN
G. SUMBER DANA INVESTASI PEMERINTAH

SUMBER DANA INVESTASI


APBN

PEMEINTAH
Keuntungan Investasi
terdahulu

Dana/amanat pihak lain


yang dikelola Badan
Investasi Pemerintah

Sumber-sumber lainnya
yang sah

H. PEMISAHAN KEWENANGAN PENGELOLAAN INVESTASI PEMERINTAH

Kewenangan REGULASI

KEWENANGAN PENGELOLAAN
INVESTASI PEMERINTAH
Dilaksanakan oleh Menteri Kewenangan SUPERVISI
Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara.

Kewenangan OPERASIONAL
REGULASI • MERUMUSKAN KEBIJAKAN, mengatur, dan menetapkan
pedoman pengelolaan Investasi Pemerintah;
• MENETAPKAN KRITERIA pemenuhan perjanjian dalam
pelaksanaan Investasi Pemerintah; dan
• MENETAPKAN TATA CARA PEMBAYARAN KEWAJIBAN
yang timbul dari proyek penyediaan Investasi Pemerintah
dalam hal terdapat penggantian atas hak kekayaan
intelektual, pembayaran subsidi, dan kegagalan pemenuhan
Perjanjian Investasi.

SUPERVISI • MELAKUKAN KAJIAN KELAYAKAN dan memberikan


rekomendasi atas pelaksanaan Investasi Pemerintah;
• MEMONITOR PELAKSANAAN INVESTASI PEMERINTAH
yang terkait dengan dukungan pemerintah;
• MENGEVALUASI secara berkesinambungan mengenai
pembiayaan dan keuntungan atas pelaksanaan Investasi
Pemerintah dalam jangka waktu tertentu; dan
• MELAKUKAN KOORDINASI DENGAN INSTANSI
TERKAIT khususnya sehubungan dengan Investasi
Langsung dalam penyediaan infrastruktur dan bidang
lainnya, termasuk apabila terjadi kegagalan pemenuhan
kerjasama.

OPERASIONAL • mengelola REKENING INDUK DANA INVESTASI;


• meneliti dan MENYETUJUI ATAU MENOLAK USULAN
permintaan dana Investasi Pemerintah dari Badan Usaha,
BLU, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, BLUD, dan/atau
badan hukum asing;
• mengusulkan RENCANA KEBUTUHAN DANA Investasi
Pemerintah yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara;
• menempatkan dana atau barang dalam rangka Investasi
Pemerintah;
• MELAKUKAN PERJANJIAN INVESTASI dengan Badan
Usaha terkait dengan penempatan dana Investasi Pemerintah;
• melakukan PENGENDALIAN ATAS PENGELOLAAN
RISIKO terhadap pelaksanaan Investasi Pemerintah;
• mengusulkan rekomendasi atas pelaksanaan Investasi
Pemerintah;
• mewakili dan melaksanakan kewajiban serta menerima
hak pemerintah yang diatur dalam Perjanjian Investasi;
• menyusun dan menandatangani Perjanjian Investasi;
• mengusulkan perubahan Perjanjian Investasi;
• melakukan tindakan untuk dan atas nama pemerintah apabila
terjadi sengketa atau perselisihan dalam pelaksanaan
Perjanjian Investasi;
• melaksanakan Investasi Pemerintah dan Divestasinya; dan
• apabila diperlukan, dapat mengangkat dan
memberhentikan Penasihat Investasi.
I. KELEMBAGAAN INVESTASI PEMERINTAH

1. Menteri Keuangan selaku Pengelola Investasi Pemerintah menjalankan fungsi:


a. Regulasi
b. Supervisi
c. Operasional

2. Dalam rangka pelaksanaan good governance, ketiga fungsi dimaksud


dilakukan pemisahan:
a. Regulator  Direktorat Sistem Manajemen Investasi (SMI)
b. Supervisor  Komite Investasi Pemerintah
c. Operator  Badan Investasi Pemerintah (BIP)

J. LINGKUP PENGELOLAAN INVESTASI PEMERINTAH


Lingkup pengelolaan investasi pemerintah meliputi:

1. perencanaan;
2. pelaksanaan investasi;
3. penatausahaan dan pertanggungjawaban investasi;
4. pengawasan; dan
5. divestasi.

K. PERENCANAAN INVESTASI
Perencanaan Investasi Pemerintah meliputi :
1. Perencanaan oleh BIP yang diusulkan oleh setiap BIP; dan
2. perencanaan kebutuhan Investasi Pemerintah dari APBN yang disusun setiap
tahun anggaran dan ditetapkan oleh Menteri Keuangan

L. PELAKSANAAN INVESTASI
1. Investasi dengan cara pembelian saham dapat dilakukan atas saham yang diterbitkan
perusahaan, sedangkan Investasi dengan cara pembelian surat utang dapat
dilakukan atas surat utang yang diterbitkan perusahaan, pemerintah, dan/atau
negara lain.
2. Pelaksanaan investasi tersebut didasarkan pada penilaian kewajaran harga
surat berharga yang dapat dilakukan oleh Penasihat Investasi.
3. Pelaksanaan investasi dengan cara pembelian surat utang hanya dapat
dilakukan apabila penerbit surat utang memberikan opsi pembelian surat utang
kembali.
4. Pelaksanaan Investasi Pemerintah dilakukan oleh Badan Investasi Pemerintah
berdasarkan persetujuan Menteri Keuangan. Untuk pelaksanaan Investasi
Pemerintah dengan cara pembelian surat berharga, inisiatifnya dapat berasal dari
Badan Investasi Pemerintah.
5. Pelaksanaan Investasi Langsung dapat dilakukan dengan cara kerjasama
investasi Badan Investasi Pemerintah dengan pola kerjasama pemerintah dan
swasta (Public Private Partnership), selain pola kerjasama pemerintah dan swasta
(Non Public Private Partnership).
6. Pelaksanaan Investasi Langsung melalui Penyertaan Modal dan/atau Pemberian
Pinjaman dilakukan oleh Badan Investasi Pemerintah dengan Badan Usaha,
BLU, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, BLUD, dan/atau badan hukum asing.
7. Pelaksanaan Investasi Langsung dilakukan melalui penyertaan modal dan/atau
pemberian pinjaman dengan prinsip menitikberatkan pada sumber dana
komersial/swasta serta meminimalkan sumber dana pemerintah. Hal ini
sesuai dengan konsekuensi logis bahwa peran pemerintah sebenarnya sebatas
memberikan dukungan sebagai fasilitator dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dalam pelaksanaan pembangunan nasional.
8. Pelaksanaan investasi tersebut dilakukan untuk jangka waktu lebih dari 12 (dua
belas) bulan.

M. PENATAUSAHAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN INVESTASI


1. Untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan Investasi
Pemerintah, lembaga-lembaga yang terkait harus menyelenggarakan akuntansi atas
pelaksanaan Investasi Pemerintah. Akuntansi atas pelaksanaan Investasi
Pemerintah mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan. Untuk Badan
Investasi Pemerintah berbentuk satuan kerja, menyelenggarakan akuntansi
berdasarkan Standar Akuntasi Pemerintahan.
2. Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan investasi Pemerintah, BIP
wajib menyusun laporan Keuangan dan kinerja badan yang disampaikan kepada
Menteri Keuangan

N. DIVESTASI
1. Pada prinsipnya investasi yang dilakukan oleh Badan Investasi Pemerintah AKAN
BERAKHIR MELALUI DIVESTASI baik untuk Investasi surat berharga maupun untuk
Investasi Langsung.
2. Divestasi bertujuan untuk:
3. Divestasi terhadap surat berharga dimaksudkan untuk memperoleh manfaat
ekonomi yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Badan Investasi
Pemerintah untuk investasi berikutnya yang lebih menguntungkan.
4. Divestasi atas Investasi Langsung dimaksudkan untuk diinvestasikan kembali
dalam rangka meningkatkan fasilitas infrastruktur dan bidang lainnya guna
memacu roda perekonomian masyarakat
O. PENYERTAAN MODAL NEGARA (PMN)
1. Definisi
PENYERTAAN MODAL NEGARA (PMN) adalah pemisahan kekayaan Negara dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau penetapan cadangan perusahaan
atau sumber lain untuk dijadikan sebagai modal BUMN dan/atau Perseroan Terbatas
lainnya, dan dikelola secara korporasi.

BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki
oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara
yang dipisahkan.

PERSERO adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas modalnya terbagi dalam
saham yang seluruh atau paling sedikit 5l% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki
oleh Negara RI yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.

PERUM adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki Negara dan tidak terbagi atas
saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan
prinsip pengelolaan perusahaan.

PERSEROAN TERBATAS adalah perseroan terbatas yang tidak termasuk Persero.

2. Tujuan Penyertaan Modal Negara (PMN)


 Mewujudkan kesejahteraan umum masyarakat
 Menyelamatkan perekonomian nasional
 Memperbaiki struktur permodalan dan meningkatkan kapasitas usaha BUMN dan
PT
Penambahan PMN dalam rangka:
 Memperbaiki struktur permodalan BUMN & PT
 Meningkatkan kapasitas usaha BUMN dan PT
Pengurangan PMN dalam rangka:
 Penjualan saham milik Negara pada Persero dan PT
 Pengalihan asset BUMN untuk PMN pada BUMN lain atau PT, pendirian BUMN
baru, atau dijadikan kekayaan Negara yang tidak dipisahkan.
 Pemisahan anak perusahaan BUMN menjadi BUMN
 Restrukturisasi Perusahaan
3. Sumber-Sumber Penyertaan Modal Negara

Dana Segar

Barang Milik
Negara

Piutang Negara
APBN pada BUMN atau
PT

Saham milik
Kapitalisasi Dana
Negara pada
Cadangan
BUMN atau PT
Sumber-sumber
PMN Aset Negara
lainnya

Keuntungan
revaluasi aset
Sumber Lainnya

Agio saham

 Seluruh PMN yang berasal dari APBN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
 PMN yang berasal dari kapitalisasi dana cadangan, atau sumber lainnya
ditetapkan dengan RUPS untuk Persero dan PT, serta ditetapkan dengan
keputusan Menteri BUMN untuk Perum.

4. Hubungan Koordinasi terkait Penyertaan Modal Negara (PMN)


 Menteri Keuangan  Pengelola Barang/Aset
 Menteri BUMN  Mewakili Pemerintah selaku pemegang saham
 Menteri Teknis  Regulator

5. Penatausahaan Penyertaan Modal Negara (PMN)


PMN sebagai kekayaan Negara yang dipisahkan dicatat sebagai salah satu aktiva di
neraca.
Permasalahan:
 Adanya Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditetapkan Statusnya (BYPDS) pada
BUMN
 PMN dan Penerimaan Laba BUMN
BPYBDS adalah Barang Milik Negara yang berasal dari hasil proyek K/L, bersumber
dari APBN yang telah diserahterima-operasionalkan melalui Berita Acara Serah
Terima Operasional (BASTO) dari K/L kepada BUMN untuk dipergunakan atau
dimanfaatkan tetapi belum ditetapkan statusnya.

Anda mungkin juga menyukai