Anda di halaman 1dari 4

Nama : Niken Nidahas Nevin

Kelas : XII KA 2

No : 22
Semarang, 20 Agustus 2021

Perihal : Lamaran Pekerjaan


Lampiran : 1 lembar

Yth. HRD Manager PT. Berkas Jaya Group


Jalan Setia Budi No.17, Semarang
Ditempat

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan informasi di media massa yang menyatakan bahwa PT. Berkas Jaya Group
membuka program rekruitmen untuk tenaga Staf Marketing PT. Berkas Jaya Group, dengan ini saya yang
bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Azkia Prawira
Tempat/tanggal lahir : Yogyakarta, 19 Januari 2000
Pendidikan terakhir : S1 Marketing, Universitas Diponegoro
Alamat : Yogyakarta, Kulon Progo, 55651
Bersama ini saya sertakan lampiran dokumen pendukung sebagai bahan pertimbangan, sbb:
1. Curriculum Vitae (CV)
2. Fotokopi KTP/SIM
3. Fotokopi ijazah SMA/SMK terakhir terlegalisasi
4. Fotokopi nilai SKHUN terlegalisir
5. Fotokopi raport semester 1 s/d 5 yang dilegalisasi
6. Fotokopi Akte Kelahiran yang dilegalisasi
7. Surat keterangan sehat dari Rumah Sakit
8. Pas photo ukuran 4×6 tiga lembar

Demikian surat lamaran ini saya buat. Besar harapan saya untuk menjadi bagian dari PT. Berkas Jaya
Group. Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

(Ttd)
Azkia Prawira

Teks Sejarah :

MUDIK
Mudik adalah salah satu tradisi yang biasa dilakukan oleh para pekerja di ibu kota saat
memasuki libur panjang seperti lebaran idul fitri, lebaran idul adha, liburan akhir tahun dan
libur-libur panjang lainnya. Mudik juga menjadi salah satu momen yang paling ditunggu mereka
untuk berkumpul bersama keluarga untuk silaturahmi.

Mudik memiliki sejumlah versi makna tersendiri. Pertama, dipercaya bahwa mudik sudah ada
sejak zaman Majapahit. Tradisi mudik ini dimulai oleh para petani Jawa yang merantau dan
pulang ke kampung halaman. Para petani ini pulang untuk membersihkan makam leluhurnya.
Kegiatan pulang ke kampung halaman ini disebut dengan mudik yang merupakan singkatan dari
"mulih dilik" atau pulang sebentar.

Versi kedua adalah mudik berasal dari kata Sunda Pesisir dan Betawi, yaitu "udik" yang merujuk
pada desa atau kampung. Diartikan, mudik aadalah menuju ke desa atau pulang ke kampung.
Versi ketiga merujuk pada istilah mudik yang berarti selatan atau hulu. Sebelum terjadi
urbanisasi besar-besaran di Jakarta, ada banyak wilayah-wilayah yang bernama akhir udik dan
ilir. Contohnya seperti Meruya Udik, Meruya Ilir, Sukabumi Udik, Sukabumi Ilir, dan sebagainya.

Ketika Jakarta masih bernama Batavia, petani yang membawa hasil bumi ke Batavia, membawa
dagangannya melalui sungai. Dari situlah muncul istilah milir-mudik, yang artinya sama dengan
bolak-balik. Bagi masyarakat ini, mudik atau udik berarti pulang dari kota kembali ke ladangnya.

Di awal tahun 1970-an kata Mudik mulai dikenal dan akrab di telinga warga ibu kota. Hal
tersebut dikarenakan memang mulai banyak orang daerah yang mencari peruntungan di
Jakarta. Akhirnya istilah tersebut pun berkembang dan sering sekali digunakan hingga hari ini.

Perlu diketahui bahwa tradisi mudik ini tidak hanya dimiliki oleh Indonesia. Beberapa
negara seperti Bangladesh, India, bahkan China juga memiliki tradisi yang serupa seperti mudik
di Indonesia. Mereka juga berbondong-bondong pulang ke kampung halamannya untuk sejenak
beristirahat dari hiruk pikuk ibu kota dan mengunjungi saudara di kampung halamannya.

Pada 2020 lalu, masyarakat sempat dibingungkan dengan perbedaan mudik dan pulang
kampung. Perbedaan keduanya digunakan sebagai pelarangan mobilitas masyarakat selama
pandemi Covid-19. Pada masa ini, pemerintah sempat melarang kegiatan mudik, tapi
memperbolehkan pulang kampung..

Menurut protokol larangan mudik yang diatur pemerintah di masa Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) pada 2020 lalu, mudik dan pulang kampung memiliki arti yang berbeda. Mudik
adalah pulang kampung yang sifatnya sementara dan akan kembali lagi ke kota. Sedangkan
pulang kampung adalah pulang ke kampung halaman dan tidak akan kembali lagi ke kota.

Namun, satu hal yang kadang sering dilupakan dari kegiatan ini yaitu adanya masalah setelah
mudik yaitu membawa sanak saudara untuk ikut mencari kehidupan yang lebih baik di kota. Hal
ini bisa menjadi permasalahan bagi kota yang didiami oleh pemudik tersebut.

Karena dengan membawa sanak saudara untuk mencari peruntungan di ibu kota dengan
kondisi mereka yang belum dibekali kemampuan, ilmu serta hal lainnya yang memadai kadang
menjadi permasalahan dan akhirnya menyebabkan peningkatan pengangguran di kota
tersebut.

Terlepas hal tersebut, mudik adalah salah satu cara terbaik untuk menjaga silaturahmi
antara sesama manusia tetap terjaga. Tapi satu hal lainnya yang perlu diingat yaitu jangan
sampai menghabiskan seluruh dana yang sudah dikumpulkan untuk mudik, sisakan untuk
ditabung atau untuk melakukan pengembangan dana.

Anda mungkin juga menyukai