PENERBITAN SPRI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan Ajar Standar Operional Prosedur (SOP) Penerbitan Paspor ini merupakan bahan ajar
pelatihan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang akan melaksanakan tugas pelayanan permohonan
penerbitan Paspor di Kantor Imigrasi. Secara umum, mata diklat SOP Penerbitan Paspor terkait
erat dengan kompetensi seorang Petugas Imigrasi dalam melaksanakan proses penerbitan
Paspor.
Bahan Ajar Standar Operasional Prosedur Penerbitan Paspor ini dirancang untuk 24 jam
pelatihan.
B. Deskripsi Singkat
Mata Diklat ini membahas materi meliputi: Standar Operasional Prosedur (SOP), Syarat
permohonan Paspor dan Tahapan-tahapan Kegiatan pada SOP Penerbitan Paspor.
D. Tujuan Pembelajaran
Meningkatkan pengetahuan peserta tentang proses penerbitan paspor di Kantor Imigrasi.
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta mampu memahami :
a. Standar Operasional Prosedur (SOP),
b. Syarat permohonan Paspor
c. Tahapan Kegiatan pada SOP Penerbitan Paspor.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran peserta mampu:
a. Menyebutkan syarat permohonan Paspor secara lengkap.
b. Menyebutkan tahapan kegiatan dalam SOP Penerbitan SPRI dengan lengkap.
c. Menyebutkan hal-hal yang harus diperiksa pada dokumen permohonan dan persyaratan
permohonan Paspor RI.
d. Membuat konsep surat penolakan permohonan SPRI.
F. Petunjuk Belajar
Agar proses pembelajaran Anda dapat berlangsung dengan lancar dan tujuan pembelajaran
tercapai dengan baik, Anda dapat mengikuti langkah-langkah berikut.
1. Bacalah secara cermat dan pahami tujuan pembelajaran yang tertera pada setiap awal Bab.
2. Pelajari setiap Bab secara berurutan mulai dari Bab I sampai Bab IV
3. Kerjakan secara lengkap tugas/latihan pada setiap akhir Bab.
4.Untuk memperluas wawasan, Anda disarankan mempelajari bahan-bahan referensi yang tersedia
pada web BPSDM dan dari sumber lain seperti tertera pada daftar pustaka di akhir modul ini.
5. Cobalah berlatih sendiri sesuai dengan tugas yang di berikan, secara bertahap.
G. Saran
BAB II
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
A. Pengertian
Standard (Standing) Operating Procedures (SOP) istilah ini diadopsi dari Bahasa Inggris.
Dalam Birokrasi Pemerintah khususnya di kalangan militer dan kepolisian istilah ini juga dikenal
dengan sebutan Prosedur Tetap (Protap).
Istilah lain yang pengertiannya kurang lebih sama dengan SOP yaitu Safe Work Instructions,
Safe Operating Procedures, Standard Working Procedures, Medic Procedures, Prosedur
Operasional yang Baku.
Menurut Adrinal Tanjung dan Bambang Subagjo (2012: 18),terdapat juga beberapa pengertian
umum tentang SOP, yaitu:
a. Instruksi tertulis sederhana, untuk menyelesaikan tugas rutin dengan cara yang paling efektif
dalam rangka memenuhi persyaratan operasional;
b. Serangkaian instruksi tertulis yang didokumentasikan dari aktivitas rutin dan berulang yang
dilakukan oleh suatu organisasi; dan
c. Penetapan tertulis mengenai apa yang harus dilakukan, kapan, dimana dan oleh siapa.
Menurut pandangan Tambunan (2008:79) SOP adalah pedoman yang berisi prosedur-
prosedur operasional yang ada dalam suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan, bahwa
semua keputusan dan tindakan serta penggunaan fasilitasfasilitas proses yang dilakukan oleh
orang-orang di dalam organisasi berjalan secara efektif, konsisten, standard dan sistematis.
Wibowo (2010:67) mengungkapkan SOP merupakan standart kegiatan yang harus dilakukan
secara berurutan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan apabila ditaati akan membawa akibat
seperti: lancarnya koordinasi, tidak terjadi tumpang tindih atau duplikasi, terbinanya hubungan
kerja yang serasi, kejelasan wewenang dan tanggung jawab setiap pegawai. SOP mempunyai
kriteria efektif dan efisien, sistematis, konsisten, sebagai standar kerja, mudah dipahami, lengkap,
tertulis dan terbuka untuk berubah/ fleksibel.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa SOP adalah serangkaian instruksi tertulis
yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktivitas organisasi, bagaimana dan
kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan agar pelaksanaan pekerjaan efektif,
efisien, sistematis, konsisten, terstandar, dan mudah dipahami.
Peraturan Menteri Pendayagunan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 35 tahun
2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintah
merumuskan definisi Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah serangkaian instruksi tertulis
yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktivitas organisasi, bagaimana dan
kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan.
Ada beberapa bentuk dan kriteria dalam pembuatan standar operasional prosedur (SOP) yaitu:
1) Simple steps : Prosedur yang singkat dan tidak membutuhkan banyak keputusan yang di tulis.
SOP ini dianut oleh perusahaan yang memiliki pekerja tidak terlalu banyak.
2) Hierarchical Steps : Bentuknya cukup panjang lebih dari 10 langkah, tetapi terlalu banyak
manfaat.
3) Graphic format ; Bentuk ini sama seperti Hierarchical Steps yaitu cukup panjang lebih dari 10
langkah tetapi tidak terlalu banyak keputusan. Graphic format berisikan suatu grafik, gambar,
diagram untuk mengilustrasikan apa yang menjadi tujuan dari suatu prosedur.
4) Flowchart ; prosedur yang memiliki banyak keputusan, flowchart merupakan grafik sederhana
yang menjelaskan langkah-langkah dalam membuat keputusan.
Ismail Masya (1994:58) menerangkan bahwa didalam prosedur terdapat dua katagori yaitu :
1) Blue color procedure adalah suatu prosedur yang bahasanya digunakan dipabrik, bengkel,
bagian penelitian proyek konstruksi, bagian manufactur serta pemindahan bahan.
2) White color procedure adalah suatu proses yang digunakan dalam bidang adminstrasi, meliputi
prosedur yang terdapat dalam suatu kantor seperti aliran surat menyurat, pembukuan,
akuntansi, pelaporan, perencanaan, penjadwalan kerja, anggaran, standar kerja, pembuatan
konsep, tehknik perkantoran.
1. Pengertian
Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan (SOP AP) adalah standar
operasional prosedur dari berbagai proses penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Manfaat SOP AP
a. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan aparatur dalam menyelesaikan pekerjaan yang
menjadi tugasnya;
b. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan oleh seorang aparatur
atau pelaksana dalam melaksanakan tugas;
c. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab individual
aparatur dan organisasi secara keseluruhan;
d. Membantu aparatur menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada intervensi manajemen,
sehingga akan mengurangi keterlibatan pimpinan dalam pelaksanaan proses sehari-hari;
e. Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas;
f. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan aparatur cara konkrit untuk
memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi usaha yang telah dilakukan;
g. Memastikan pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan dapat berlangsung dalam
berbagai situasi;
h. Menjamin konsistensi pelayanan kepada masyarakat, baik dari sisi mutu, waktu, dan
prosedur;
i. Memberikan informasi mengenai kualifikasi kompetensi yang harus dikuasai oleh aparatur
dalam melaksanakan tugasnya;
j. Memberikan informasi bagi upaya peningkatan kompetensi aparatur;
k. Memberikan informasi mengenai beban tugas yang dipikul oleh seorang aparatur dalam
melaksanakan tugasnya;
l. Sebagai instrumen yang dapat melindungi aparatur dari kemungkinan tuntutan hukum karena
tuduhan melakukan penyimpangan;
m. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas;
n. Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural dalam memberikan
pelayanan;
o. Membantu memberikan informasi yang diperlukan dalam penyusunan standar pelayanan,
sehingga sekaligus dapat memberikan informasi bagi kinerja pelayanan.
b. Komitmen. SOP AP harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari seluruh jajaran
organisasi, dari tingkatan yang paling rendah dan tertinggi;
d. Mengikat. SOP AP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
prosedur standar yang telah ditetapkan;
e. Seluruh unsur memiliki peran penting. Seluruh aparatur melaksanakan peran-peran tertentu
dalam setiap prosedur yang distandarkan. Jika aparatur tertentu tidak melaksanakan
perannya dengan baik, maka akan mengganggu keseluruhan proses, yang akhirnya juga
berdampak pada terganggunya proses penyelenggaraan pemerintahan;
4. Format SOP AP
Format SOP AP yang dipersyaratkan dalam Kebijakan Reformasi Birokrasi memiliki format
yang telah distandarkan tidak seperti format SOP pada umumnya. Adapun format SOP AP yang
dipergunakan dalam Kebijakan Reformasi Birokrasi adalah sebagai berikut:
1. Pengertian
Mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
penyelenggaraan aktivitas organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan
oleh siapa dilakukan, maka dapat dirumuskan pengertian Standar Operasional Prosedur
Penerbitan Paspor adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai proses
b. Pengertian Paspor
“Surat keterangan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk seorang warga negara yang
“Dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dari suatu negara yang
memuat identitas pemegangnya dan berlaku untuk melakukan perjalanan antar negara.”
Paspor berisi biodata pemegangnya, yang meliputi antara lain, foto pemegang, tanda
tangan, tempat dan tanggal kelahiran, informasi kebangsaan dan terkadang juga beberapa
informasi lain mengenai identifikasi individual. Ada kalanya pula sebuah paspor
mencantumkan daftar negara yang tidak boleh dimasuki oleh si pemegang paspor itu.
Sebagai contoh, dahulu pemegang paspor Indonesia sempat dilarang berkunjung ke negara
Perjalanan Republik Indonesia adalah Paspor Republik Indonesia dan Surat Perjalanan
Laksana Paspor Republik Indonesia”. Dalam Pasal 1 ayat 16 disebutkan “Paspor Republik
Indonesia yang selanjutnya disebut Paspor adalah dokumen yang dikeluarkan oleh
a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang “Keimigrasian” (Pasal 1 : ayat 15, 16 dan 17)
Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian” (Pasal 1 : ayat 14, 15 dan 16)
c. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 8 Tahun 2014 tentang “Paspor Biasa dan Surat
3. Jenis-jenis Paspor
perjalanan keluar Wilayah Indonesia dalam rangka penempatan atau perjalanan tugas yang
Penggunaan Paspor Diplomatik dalam rangka perjalanan tugas yang bersifat diplomatik
Masa berlaku Paspor Diplomatik paling lama 5 (lima) tahun sejak tanggal diterbitkan.
b. Paspor Dinas, diterbitkan bagi warga negara Indonesia yang akan melakukan perjalanan
keluar Wilayah Indonesia dalam rangka penempatan atau perjalanan dinas yang tidak bersifat
Penggunaan Paspor Dinas untuk perjalanan dinas yang tidak bersifat diplomatik diberikan
dengan perintah penugasan dari instansi terkait atau persetujuan pemerintah yang diterbitkan
negara.
Perintah penugasan dari instansi terkait atau persetujuan Pemerintah sebagaimana dimaksud
Masa berlaku Paspor Dinas paling lama 5 (lima) tahun sejak tanggal diterbitkan
c. Paspor Biasa, diterbitkan untuk warga negara Indonesia. Paspor biasa diterbitkan oleh Menteri
Paspor berfungsi sebagai dokumen perjalanan antarnegara, bukti identitas diri, dan bukti
kewarganegaraan Republik Indonesia dari pemegang Paspor yang bersangkutan pada saat
Masa berlaku Paspor biasa paling lama 5 (lima) tahun sejak tanggal diterbitkan. Masa berlaku
Paspor biasa yang diterbitkan bagi anak berkewarganegaraan ganda tidak boleh melebihi
batas usia anak tersebut untuk menyatakan memilih kewarganegaraannya. Batas usia anak
undangan.
Di jaman yang semakin maju ini, selain paspor konvensional ada juga yang disebut e-paspor
atau elektronik paspor. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 dalam Pasal
48, dalam e-paspor dimana pada paspor tersebut telah ditanamkan sebuah chip yang berisikan
biodata pemegang beserta data biometrik-nya, data biometrik ini disimpan dengan maksud untuk
lebih meyakinkan bahwa orang yang memegang paspor adalah benar orang yang memiliki dan
Mengingat bahwa kewenangan Menteri Hukum dan HAM atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk
dalam hal penerbitan paspor adalah hanya menyangkut paspor biasa, maka selanjutnya yang akan
Paspor merupakan sebuah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat yang memiliki
wewenang dari suatu negara yang berisi identitas pemilik paspor yang meliputi foto pemegang,
tanda tangan, tempat dan tanggal lahir, informasi kebagsaan dan informasi lainnya untuk
Paspor biasanya diperlukan saat kita tiba diperbatasan suatu negara untuk
memperlihatkan identitas kita sebagai warga asing bagi negara yang kita kunjungi. Paspor akan
di beri stempel (cap) atau segel dengan visa yang dilakukan oleh petugas negara setempat.
Namun dibeberapa negara tertentu ada perjanjian tertentu dimana warga dari suatu negara
Untuk membuat sebuah paspor kita harus mendatangi kantor imigrasi terdekat untuk
persyaratan yang sudah ditentukan, namun seiring berkembangnya teknologi kini sudah tersedia
sebagai berikut:
c. Akta kelahiran, akta perkawinan atau buku nikah, ijazah, atau surat baptis ;
undangan ;
e. Surat penetapan ganti nama dari pejabat yang berwenang bagi yang telah mengganti
nama ; dan
a. KTP ayah atau ibu yang masih berlaku atau surat keterangan pindah ke luar negeri ;
b. Kartu Keluarga;
e. Surat penetapan ganti nama dari pejabat yang berwenang bagi orang yang telah
a. Permohonan paspor biasa diajukan kepada Menteri atau Pejabat Imigrasi yang
ditujukan pada kantor Imigrasi yang masih berada dalam Provinsi yang sama dengan
persyaratan:
1) Kartu tanda penduduk yang masih berlaku atau surat keterangan pindah ke luar
negeri;
2) Kartu keluarga;
3) Akta kelahiran, akta perkawinan atau buku nikah, ijazah, atau surat baptis;
perundang-undangan;
5) Surat penetapan ganti nama pejabat yang berwenang bagi yang telah mengganti
nama;
a. Kartu penduduk negara setempat, bukti, petunjuk, atau keterangan yang menunjukkan
Dalam proses penerbitan paspor biasa selain memperhatikan persyaratan yang secara
umum telah dijelaskan diatas, juga harus memperhatikan ketentuan-ketentuan baru yang
1) Surat Edaran Dirjen Imigrasi Nomor IMI-GR.01.01-0047 tahun 2016 tentang Antrian
Pelayanan Paspor Republik Indonesia.
2) Surat Edaran Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH-07.UM.01.01 tahun 2017 tentang
pemberian kemudahan prosedur dan persyaratan penggantian paspor biasa, dengan cara:
- Hanya mensyaratkan paspor lama dan Kartu Tanda Penduduk bagi penggantian
paspor;
- Verifikasi data melalui pengambilan 2 (dua) sidik jari pemohon yang terekam dalam
SIMKIM;
- Menyelesaikan proses penggantian dan penyerahan kepada pemohon paling lama pada
hari berikutnya setelah pembayaran;
3) Surat Edaran Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI.1-0789.GR.01.01 tahun 2014 tentang
persyaratan permohonan paspor biasa bagi calon Jemaah haji.
paspor, saat ini Direktorat Jendaral Imigrasi memberlakukan Sistem Pelayanan Paspor Terpadu
(SPPT) dengan 6 (enam) macam SOP Penerbitan Paspor ditambah dengan 1 (satu) SOP
Masing-masing SOP tesebut diatas disahkan oleh Direktur Jenderal Imigrasi dalam bentuk
format sesuai dengan yang SOP AP, sebagai berikut:
a. SOP Penerbitan Paspor Baru 24/48 Halaman Online diatur dalam Surat Edaran Direktur
Jenderal Imigrasi Nomor IMI-GR.01.01-1383 tanggal 20 Mei 2014.
b. SOP Penerbitan Paspor Baru 24/48 Halaman Walk In diatur dalam Surat Edaran Direktur
Jenderal Imigrasi Nomor IMI-GR.01.01-1388 tanggal 20 Mei 2014.
c. SOP Penerbitan Paspor Penggantian 24/48 Halam Online diatur dalam Surat Edaran Direktur
Jenderal Imigrasi Nomor IMI-GR.01.01-1384 tanggal 20 Mei 2014.
d. SOP Penebritan Paspor Penggantian 24/48 Halaman Walk In diatur dalam Surat Edaran
Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI-GR.01.01-1385 tanggal 20 Mei 2014.
e. SOP Penebritan Paspor Penggantian 24/48 Halaman Hilang/Rusak Masih Berlaku; diatur
dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI-GR.01.01-1387 tanggal 20 Mei
2014.
f. SOP Penebritan Paspor Penggantian 24/48 Halaman Hilang/Rusak Habis Berlaku diatur
dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI-GR.01.01-1386 tanggal 20 Mei
2014.
g. SOP Perobahan Data Paspor; diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Imigrasi Nomor
IMI-GR.01.01-1389 tanggal 20 Mei 2014.
D. Latihan
BAB III
TAHAPAN-TAHAPAN KEGIATAN
PADA SOP PENERBITAN PASPOR
Dalam hal terdapat hasil pindai yang kurang jelas, kekeliruan dan /atau
kekurangan, dilakukan pindai kembali.
8) Wawancara
Petugas Pemeriksa Keimigrasian Penyelia:
a. melakukan wawancara kepada pemohon berdasarkan data dan berkas
permohonan;
b. melakukan pengisian hasil wawancara;
c. memperlihatkan hasil input biodata kepada pemohon;
d. dalam hal terdapat kekeliruan dan /atau kekurangan hasil input data, dilakukan
perbaikan;
e. mencetak biodata hasil wawancara;
f. meminta pemohon membubuhkan tanda tangan pada kolom yang tertera pada
lembar biodata pemohon;
g. dalam hal terdapat keraguan terhadap hasil wawancara maka permohonan
dapat ditolak setelah mendapatkan persetujuan dari Penanggungjawab
Kegiatan.
c. Adjudikasi
Dalam hal terdapat permasalahan atas hasil pengiriman data ke Pusdakim,
Penanggungjawab Kegiatan melakukan adjudikasi dan selanjutnya memberikan
persetujuan/penolakan
d. Penolakan
Dalam hal terjadi penolakan pemohonan, Penanggungjawab Produk menerbitkan surat
penolakan yang memuat alasan penolakan.
j. Pengesahan Paspor
k. Pengambilan paspor