BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
Pendapat lain menurut Laksmi, Gani, & Budiantoro (2015) SOP merupakan
suatu dokumen yang digunakan untuk mendapatkan hasil kerja dalam sebuah
organisasi yang efektif dan efisien yang terdiri dari tujuan, sarana dan prasarana
digunakan, kapan dibuat atau direvisi, bagian atau unit yang harus
yang
melaksanakan, bagaimana prosedur dan metodenya, serta dilengkapi dengan
flowchart alur kerja yang harus dilakukan.
1. Menjaga konsistensi kerja setiap petugas, tim, pegawai, dan semua unit kerja.
2. Memperjelas alur tugas, tanggung jawab serta wewenang setiap unit kerja.
3. Mempermudah proses pemberian tugas serta tanggung jawab kepada pegawai
yang menjalankannya.
4. Mempermudah proses monitoring dan fungsi kontrol dari setiap proses kerja.
5. Mempermudah proses pemahaman staf secara sistematis dan menyeluruh.
6. Memudahkan dalam mengetahui terjadinya kegagalan, ketidakefisienan proses
prosedur kerja, serta kemungkinan-kemungkinan terjadinya penyalahgunaan
kewenangan oleh pegawai.
7. Menghindari kesalahan-kesalahan dari proses kerja.
8. Menghindari duplikasi data, keraguan proses kerja, kesalahan dalam
menjalankan aktivitas kerja, dan inefisiensi.
10
9. Melindungi organisasi atau unit kerja dari berbagai bentuk kesalahan
administrasi.
10. Memberikan keterangan tentang dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam
proses kerja.
11. Menghemat waktu program training, karena SOP tersusun secara sistematis.
Pendapat lain menurut Hartantik (2014), tujuan penting mengapa adanya
Standard Operating Procedure (SOP) adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau kondisi tertentu,
kemana petugas dan lingkungan dalam melaksanakan sesuatu tugas/pekerjaan.
2. Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi seluruh pelaku dalam
organisasi.
3. Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan, keraguan, duplikasi juga
pemborosan dalam proses pelaksanaan kegiatan.
4. Merupakan parameter untuk menilai mutu pekerjaan dari para pegawai.
5. Untuk lebih menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya secara efisien dan
efektif.
6. Untuk menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas
yang terkait.
7. Sebagai dokumen yang akan menjelaskan dan menilai pelaksanaan proses
kerja bila terjadi suatu kesalahan atau dugaan kesalahan administratif.
8. Sebagai dokumen yang digunakan sebagai dokumen sejarah bila telah di buat
revisi SOP yang baru.
11
2.1.3 Manfaat Standard Operating Procedure (SOP)
Standard Operating Procedure (SOP) yang dipraktikkan dengan benar
dapat mendatangkan manfaat bagi organisasi. Berikut merupakan manfaat SOP
menurut Fatimah, dkk (2015) adalah sebagai berikut:
1. Kejelasan. SOP mencakup kejelasan mengenai apa yang harus dan tidak harus
dilakukan karyawan dalam melakukan pekerjaannya masing-masing. Hal ini
berguna untuk mencegah terjadinya risiko kerugian.
2. Peningkatan efisiensi dan produktifitas. Pekerjaan menjadi lebih efisien dan
karyawan menjadi lebih produktif karena semua sudah dijelaskan dalam SOP.
12
b. Prosedur mempermudah karyawan baru untuk memahami dan
menyesuaikan dengan aktivitas pekerjaan.
c. Penilaian kinerja seluruh karyawan dapat dengan mudah dilakukan.
4. Pengoordinasian untuk setiap karyawan dapat berjalan dengan baik.
2.1.4 Prinsip Standard Operating Procedure (SOP)
Bagi perusahaan prosedur kerja merupakan hal yang penting untuk
menunjang
aktivitas kerja bagi setiap karyawannya. Penerapan SOP perlu sesuai
dengan prinsip-prinsip prosedur kerja sebagaimana yang diungkapkan oleh
Hartantik (2014) berikut ini:
1. Konsisten. Prosedur kerja dijalankan secara tetap dan tidak ada perubahan tidak
direvisinya pelaksanaan prosedur.
2. Komitmen. Prosedur kerja dijalankan dengan tanggung jawab dari setiap
karyawan yang terlibat dalam organisasi atau perusahaan.
3. Perbaikan berkelanjutan. Prosedur kerja dilakukan secara terbuka, seluruh
karyawan dapat memberikan kritik maupun saran agar dapat memperbaiki
gejala atau permasalahan yang timbul karena kesalahan prosedur kerja.
4. Mengikat. Prosedur kerja mewajibkan setiap karyawan dari perusahaan
bersangkutan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan.
5. Setiap karyawan berperan penting. Seluruh karyawan memiliki peran-peran
tertentu sesuai tugas dan tanggung jawabnya dalam setiap prosedur yang telah
distandarkan. Apabila salah satu karyawan tidak menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya, prosedur kerja tidak akan lancar karena terhambat oleh
pihak tertentu yang tidak menjalankan sesuai tugasnya.
6. Terdokumentasi dengan baik. Prosedur kerja harus terbentuk sebagai Standard
Operating Procedure (SOP) yang baku agar terkelola dengan tepat, sehingga
SOP tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman dan referensi bagi setiap
karyawan, baik itu karyawan lama perusahaan, maupun karyawan baru yang
akan bekerja di perusahaan tersebut.
13
2.1.5 Jenis-jenis Standard Operating Prcedure (SOP)
Menurut Fatimah, dkk (2015) jenis SOP dalam administrasi perkantoran
pada umumnya terbagi menjadi dua berdasarkan sifat kegiatannya, yaitu SOP teknis
dan SOP Administratif, yaitu sebagai berikut:
a. SOP Teknis
SOP teknis merupakan prosedur standar yang sangat rinci, dari kegiatan
yang dilakukan oleh satu orang pelaksana dengan satu peran atau satu jabatan.
Setiap prosedur diuraikan dengan sangat teliti sehingga tidak ada kemungkinan
variasi lain.
SOP teknis banyak digunakan pada bidang yang menyangkut pelaksana
tunggal dan memiliki karakteristik yang rekatif sama, serta dengan peran yang
sama pula, seperti dalam bidang teknik. Kegiatan-kegiatan yang biasa
menggunakan SOP teknis adalah kegiatan administrasi seperti dalam bidang
perawatan dan pengendalian sarana serta prasarana, kearsipan, keuangan,
korespondensi, dokumentasi, serta pelayanan kepada masyarakat serta
kepegawaian.
b. SOP Administratif
SOP administratif merupakan prosedur standar yang bersifat umum dan
tidak rinci dari kegiatan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang pelaksana
dengan lebih dari satu peran atau jabatan. SOP administratif adalah SOP yang
dalam penggunannya melibatkan ruang lingkup yang besar dan tidak
mencerminkan pelaksana kegiatan secara detail.
SOP administratif memiliki sifat makro yang berarti melingkupi beberapa
pekerjaan yang bersifat mikro, yaitu langkah kegiatan secara rinci, sedangkan
SOP administratif bersifat mikro merupakan bagian dari dari SOP administrasi
makro yang membentuk satu kesinambungan kegiatan.
14
urutan yang harus dipenuhi secara lengkap, karena setiap penyusunan SOP
mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda dalam setiap perusahaan. Berikut
merupakan unsur-unsur SOP menurut Fatimah, dkk (2015) yaitu sebagai berikut:
1. Tujuan, yaitu landasan yang dijadikan dalam setiap prosedur dan langkah
langkah kegiatan yang ada di SOP.
2. Kebijakan, yaitu pernyataan yang bertujuan untuk mendukung pelaksanaan
prosedur secara efektif.
3. Petunjuk Operasional, yaitu untuk mengarahkan penggguna dalam membaca
dan memahami dokumen SOP.
4. Pihak yang terlibat, yaitu pihak-pihak yang berkaitan dengan SOP yang dibuat.
5. Formulir, yaitu dokumen yang berfungsi sebagai media validasi dan kontrol
SOP.
6. Validasi, yaitu untuk memastikan bahwa semua keputusan yang diambil dan
kegiatan yang dilakukan telah sah.
7. Kontrol, yaitu kegiatan untuk mengecek SOP bisa berdasarkan spesifikasinya,
prosedurnya, kepatuhannya, dan sebagainya.
2. Chart
Prosedur kerja menggunakan chart dibuat menggunakan bentuk-bentuk
gambar, diagram, atau simbol yang bertujuan agar terlihat lebih sederhana bagi
pelaksana sehingga lebih mudah dipahami dan diterapkan dalam pekerjaan sehari-
15
hari. Prosedur atau metode kerja dibuat secara visual untuk mempermudah
pemahan dan komunikasi antar karyawan yang terkait.
Prosedur kerja yang disajikan visual disusun menggunakan simbol-simbol
(kode) bagi setiap aktivitas kerjanya. Kode tersebut dapat berupa gambar-gambar
visual yang menjelaskan langkah-langkah instruksi, jenis aktivitas, maupun
perpindahan kegiatan tertentu ke kegiatan lainnya. Penulisan prosedur kerja dengan
menggunakan
metode chart yaitu sebagai berikut:
a. Gambar Rangkaian
Gambar Rangkaian adalah metode yang digunakan untuk perusahaan yang
perlu perangkaian suatu produk. Prosedur berbentuk gambar kerangka yang
harus berbentuk rangkaian gambar-gambar mengenai prosedur atau langkah-
langkah perakitan.
b. Diagram Alir Pergerakan Dokumen (Document Flow Chart)
Document Flow Chart yaitu metode yang menjelaskan tentang prosedur
bagi divisi yang terkait ke dalam aktivitas suatu pekerjaan dengan
menggunakan pergerakan dokumen dari awal hingga proses akhir dokumen
tersebut. Proses tersebut disajikan dengan diagram alir dengan tujuan
menjelaskan tanggung jawab dan tugas masing-masing karyawan mengenai
proses kerja dokumen. Metode ini menggambarkan proses perpindahan setiap
dokumen beserta jumlah salinannya dari divisi ke divisi lain untuk diproses
lebih lanjut dengan rincian penjelasan yang berbeda sesuai tugas masing-
masing.
c. Proses Kegiatan (Process Chart)
Process Chart merupakan metode diagram alir, biasa digunakan pada
perusahaan yang aktivitas kerjanya meliputi satu divisi dan dapat diproses oleh
beberapa divisi yang sama. Hal yang menjadi fokus utama adalah proses
kegiatan setiap aktivitas kerjanya. Tujuan dari menggunakannya metode ini
adalah proses aktivitas kerja tergambar secara rinci dari prosedur awal hingga
akhir, sehingga mudah dipahami oleh pelaksana.
16
2.1.8 Simbol-simbol dalam Standard Operating Procedure (SOP)
Dalam penyusunan prosedur untuk menggambarkan tentang penerapan
suatu prosedur sebaiknya dipergunakan simbol dan skema prosedur dengan tepat.
Pembuatan prosedur baik dalam format narasi maupun flowchart pada umumnya
harus menyusun diagram alir atau disebut juga flowchart. Simbol-simbol dari
flowchart tersebut disusun terlebih dahulu kemudian didiskusikan dengan para
pengguna dan pihak yang terlibat untuk pada ahirnya disahkan.
Flowchart dibuat dengan menggunakan simbol-simbol standar seperti yang
umum dipergunakan untuk menggambarkan suatu prosedur. Teknik bagan arus
(flowchart) dikenal berbagai kelompok simbol sesuai kegunaannya, dimana setiap
simbolnya mewakili makna kegiatan atau peran tertentu. Tabel 2. 7 berikut
merupakan Simbol Dasar dalam pembuatan SOP menurut Soemohadiwidjojo
(2018):
Tabel 2. 1 Simbol Dasar Pembuatan SOP
17
Digunakan jika diagram alir
tidak dapat ditampung dalam
satu bagian/halaman.
Simbol ini menunjukkan
5 Penghubung/Connector penyambungan ke bagian
lain dengan nomor atau
huruf yang sama antara
bagian terputus dengan
sambungannnya.
Menunjukkan aliran suatu
proses kerja ke proses kerja
6 Anak Panah/ lain atau menunjukkan arah
Connector
proses pilihan yang dapat
diambil.
Masukkan/keluaran manual
bukan berbentuk dokumen,
7 Masukan/input atau barang, atau lainnya.
keluaran/output Masukkan/Keluaran
kegiatan manual, mekanisi,
atau komputer.
Data yang dikumpulkan
8 Kearsipan/Offline untuk diarsipkan dalam
Storage
suatu media.
Menunjukkan bahwa dalam
aktivitas tersebut terdapat
9 Sub-Proses/Sub- prosedur/instruksi kerja lain
Process yang lebih rinci, untuk
dijadikan referensi atau
tindak lanjutan.
Sumber: Soemohadiwidjojo (2018)
No Simbol Nama
1 Tampilan
18
2 Penghubungan
3 Arsip Tetap
4 Pemaduan
5 Sortir
6 Tunda
Arsip
7
Sementara
8 Pilihan
19
3. Judul: Merupakan identitas SOP yang dibuat. Misalnya diisi “Prosedur
Penyimpanan Arsip”, berarti SOP tersebut berisi mengenai penyimanan arsip.
4. Nomor Dokumen: Dalam pembutan SOP, akan dibutuhkan sistem penomoran
sebagai nomor identitas dokumen dan untuk mengitegrasikan antar SOP.
2.2 Administrasi
Kegiatan administrasi merupakan kegiatan yang pasti dilakukan di setiap
perusahaan. Kegiatan ini berhubungan dengan pekerjaan dari pegawai perusahaan
yang umumnya berada di kantor. Berikut beberapa penjelasan mengenai
administrasi.
Menurut Supriyanto (2016) administrasi terbagi dalam dua arti yaitu arti
sempit dan arti luas. Administrasi dalam arti sempit biasa disebut dengan tata
pembukuan atau administrasi pembukuan yang mana berartikan serangkaian
kegiatan yang berkaitan dengan pencatatan, penghimpunan, pengolahan,
penggandaan, pengiriman, penyimpanan dan penghapusan berbagai keterangan
20
yang diperlukan dalam usaha kerja sama dalam rangka mencapai tujuan. Sedangkan
dalam arti luas administrasi adalah keseluruhan proses kerja sama sekelompok
orang secara rasional yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Dari pengertian
tersebut setidaknya terdapat 4 unsur pokok pikiran administrasi, yaitu:
1. Proses Kerja Sama/Penyelenggaraan Usaha Kerja Sama.
2. Kelompok Orang Yang Terikat Hubungan Formal.
3. Unsur Rasionalitas Tertentu.
4. Tujuan Tertentu.
1. Adanya manusia lebih dari satu orang. Peranan manusia dalam administrasi
dapat menentukan kemajuan, kemunduran bahkan kehancuran administrasi.
Manusia dalam administrasi berfungsi sebagai alat dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya secara efektif, efisien dan juga
rasional.
2. Adanya tujuan yang jelas. Semua ikatan kerjasama manusia harus selalu
memiliki tujuan yang mereka harus capai, kejelasan tujuan ini harus dicapai
melalui berbagai aktivitas dalam perusahaan.
3. Adanya pembagian tugas yang jelas. Administrasi adalah sekumpulan tugas-
tugas yang harus dikerjakan atau dilaksanakan manusia yang terikat dalam
bentuk kerjasama. Pembagian tugas yang jelas dan batasan-batasan yang tegas,
yaitu mana pekerjaan yang harus dilakukan, dan mana pekerjaan yang harus
dilakukan oleh orang lain.
21
4. Adanya tindakan efisien. Pemahaman efisien dalam bidang administrasi adalah
perbandingan terbaik antara input atau sumber-sumber yang digunakan dengan
perkiraan hasil yang akan dicapai (output).
5. Adanya tindakan efektif. Efektif dalam administrasi adalah ketepatan dari
berbagai aspek, misalnya ketepatan waktu pelaksanaan suatu kegiatan,
ketepatan memilih rekan kerja, dan sebagainya. Oleh karenanya, keberhasilan
pelaksanaan suatu aktivitas administrasi sangat ditetukan oleh ketepatan seluruh
aspeknya.
6. Adanya tindakan rasionalitas. Tindakan rasionalitas adalah sesuatu yang
didasari oleh proses pemikiran dengan memperhitungkan berbagai aspek, baik
yang berkaitan dengan risiko maupun yang berkaitan dengan keberhasilannya.
22
2.2.4 Formulir
Formulir merupakan bagian dari administrasi yang ada di perusahaan untuk
menunjang kegiatan operasionalnya. Berikut merupakan pengertian, tujuan,
manfaat, langkah-langkah dalam penyusunan formulir serta pengendalian formulir.
A. Pengertian Formulir
Menurut Soemohadiwidjojo (2018), formulir merupakan salah satu alat
bantu
berupa lembaran kertas atau formulir elektronik yang digunakan sebagai alat
bukti dari implementasi kegiatan kerja. Sedangkan menurut Laksmi, Gani, &
Budiantoro (2015) formulir dapat diartikan sebagai lembaran kertas berukuran
tertentu yang telah disiapkan sebelumnya dan tercetak dengan uraian-uraian, garis-
garis, kolom-kolom, atau ruang-ruang untuk menginput catatan atau
menyampaikan informasi yang diperlukan. Pendapat lainnya yaitu menurut
Tathagati (2014), formulir merupakan lembaran alat bantu yang digunakan dalam
melaksanakan sebuah kegiatan atau proses dan mencatat hasilnya sesuai prosedur
yang telah dilaksanakan.
B. Tujuan Formulir
Sedarmayanti (2009) menyebutkan bahwa ada beberapa tujuan dalam
pembuatan formulir, yaitu:
23
6. Sebagai alat perencanaan, karena didalamnya terdapat data kuantitatif maupun
kualitatif.
7. Sebagai alat untuk kegiatan pengawasan untuk atasan dan juga alat evaluasi.
C. Manfaat Formulir
Penggunaan banyaknya formulir dalam kegiatan kantor, antara lain
disebabkan oleh sangat bermanfaatnya peranan dari formulir itu sendiri. Berikut
merupakan beberapa manfaat formulir menurut Soemohadiwidjojo (2018), yaitu:
1. Sebagai alat bantu untuk mencatat data dari hasil proses sehingga data tidak
dicatat di sembarang tempat tanpa keterangan yang jelas.
2. Data proses yang tercatat dalam formulir merupakan bukti tertulis bahwa
proses/aktivitas telah terjadi atau telah dilaksanakan, dan juga mencatat apabila
terjadi penyimpangan atau pelanggaran.
3. Sebagai alat bantu dalam menghimpun seluruh data proses dalam suatu format
sehingga lebih mudah untuk direkam maupun untuk diakses kembali.
4. Sebagai alat bantu untuk meneruskan informasi secara tertulis dari satu personil
ke personil lain, dari satu unit kerja ke unit kerja lain di dalam organisasi, atau
dari organisasi ke pihak luar organisasi.
24
E. Pengendalian Formulir
Pengendalian formulir adalah kegiatan yang dilakukan secara teratur dan
terus menerus sehingga dapat bermanfaat seperti yang diinginkan dalam hal
pengurusan informasi yang dimaksud. Menurut Sedarmayanti (2009) formulir
digunakan untuk:
1. Mencegah agar jangan sampai ada formulir yang digunakan tidak sebagaimana
mestinya.
2. Mencegah jangan sampai ada formulir yang dirubah tanpa persetujuan
sebelumnya.
3. Mencegah jangan sampai ada formulir yang beredar tanpa
sepengetahuan/persetujuan yang berwenang.
4. Agar pekerjaan rutin tidak dirubah tanpa rencana, sehingga formulir tidak
dirubah secara mendadak.
F. Prinsip-prinsip Formulir
Formulir memiliki prinsip dalam pembuatannya, sebagaimana menurut
Mulyadi (2016), prinsip dasar yang melandasi perancangan formulir adalah sebagai
berikut:
1. Buatlah copy dari formulir. Hal ini bertujuan untuk memenuhi beberapa
tujuan sekaligus, dalam kata lain, digunakan sebagai arsip di setiap bagian yang
bersangkutan dengan formulir.
2. Hindari duplikasi dalam pengumpulan data. Dalam pengumpulan data,
hindari data yang sama lebih dari sekali. Jika sudah ada data yang dikumpulkan
dari sumbernya, data tersebut harus direkam dalam formulir sehingga dapat
memenuhi kebutuhan informasi bagi semua bagian/unit.
3. Rancanglah formulir dengan sederhana dan jelas. Hal ini bertujuan untuk
menghindari perekaman data yang tidak perlu.
4. Unsur internal check dalam merancang formulir. Internal check ini
digunakan agar dapat menghasilkan informasi yang dapat dipercaya.
25
5. Nama dan alamat perusahaan pada formulir. Untuk antar bagian, nama dan
alamat perusahaan dapat tidak digunakan. Namun, jika untuk luar perusahaan,
identitas seperti nama, alamat, bahkan logo perlu digunakan. Hal ini bertujuan
untuk memudahkan perusahaan penerima dalam mengidentifikasi asal dari
formulir.
6. Nama formulir. Hal ini bertujuan untuk memudahkan mengidentifikasi
formulir. Nama dalam formulir biasanya dipilih untuk menggambarkan isi dari
formulir tersebut.
7. Pencetakan garis dalam formulir. Garis harus dicetak pada formulir agar
memudahkan pengisian dengan cara tertulis tangan.
2.3.1 Pergudangan
Pergudangan merupakan kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan
logistik yang ada di perusahaan tersebut seperti persediaan barang, peralatan
maupun perlengkapan. Berikut merupakan pengertian mengenai pergudangan,
fungsi pergudangan, persediaan di gudang serta prosedur yang terdapat di
pergudangan.
A. Pengertian Pergudangan
Menurut Lucas dan Rumsari dalam Aji (2012), pergudangan merupakan
serangkaian kegiatan pengurusan dalam penyimpanan logistik mulai dari kegiatan
penerimaan, pencatatan, pemasukan, penyimpanan, pengaturan, pembukuan,
pemeliharaan, pengeluaran dan pendistribusian sampai dengan kegiatan
pertanggungjawaban pengelolaan gudang (pembuatan laporan-laporan) dengan
tujuan mendukung kontinuitas kerja divisi di perusahaan, sekaligus mendukung
efektivitas dan efisiensi organisasi secara keseluruhan.
26
Pergudangan menurut Warman (2012) adalah sebuah bagian dalam sebuah
sistem logistik perusahaan yang berfungsi untuk menyimpan produk-produk
perusahaan (baik itu bahan baku, part produk, produk dalam proses, ataupun
produk jadi), diantara titik asal produk (produsen) dan pada titik konsumsi
(konsumen), serta menyediakan informasi bagi manajemen mengenai status,
kondisi, serta arus/perpindahan produk yang disimpan di dalam gudang.
B. Fungsi Pergudangan
Pergudangan berperan penting dalam sistem logistik perusahaan dan
bersamaan dengan aktivitas lainnya yang harus mampu melayani pada tingkat
pelayanan sesuai harapan pelanggan. Fungsi utama pada gudang menurut Warman
(2012), adalah sebagai tempat penyimpanan bahan mentah (raw material), barang
setengah jadi (intermediate goods), maupun tempat penyimpanan produk yang
telah jadi (final goods). Selain itu gudang juga menjadi tempat penampungan
barang yang akan dikirim atau barang yang baru datang. Sedangkan menurut
Tompkins (2010), fungsi gudang adalah sebagai berikut:
27
penjaminan terhadap kualitas maupun kuantitas barang sesuai dengan pesanan,
serta pengalokasian atau pembagian barang untuk disimpan atau dikirim lagi.
b. Inspeksi dan Kontrol Kualitas (Inspection and Quality Control), yaitu
perpanjangan dari proses receiving dan dilakukan ketika supplier tidak
konsisten terhadap kualitas atau produk yang dibeli yang sulit diatur dan harus
diperiksa setiap langkah dalam prosesnya.
c. Mengemas Kembali (Repackaging), yaitu kegiatan memecah produk yang
diterima dalam jumlah atau ukuran yang besar dari supplier kemudian dikemas
dalam satuan yang lebih kecil atau menggabungkan beberapa produk dalam
bentuk kit (perangkat). Pelabelan ulang dilakukan ketika produk diterima tanpa
sadar yang mudah dibaca oleh sistem atau manusia untuk tujuan identifikasi.
d. Menyimpan (Put Away), yaitu kegiatan memindahkan dan menempatkan
barang pada tempat penyimpanan.
e. Penyimpanan (Storage), yaitu suatu keadaan dimana barang menunggu untuk
diambil sesuai dengan permintaan.
f. Memilih Pesanan (Order Picking), yaitu proses pemindahan barang dari gudang
sesuai dengan permintaan. Hal ini merupakan layanan dasar warehouse untuk
pelanggan dan merupakan fungsi utama dari dasar desain warehouse.
g. Penundaan (Postponement), dapat dilakukan sebagai langkah yang dapat dipilih
setelah proses pengambilan barang. Seperti pada proses repackaging, barang
sejenis atau campuran dikemas untuk memudahkan penggunaan.
h. Penyortiran (Sortation), yaitu kegiatan memilah barang sesuai dengan pesanan
masing-masing dan akumulasi pendistribusian dari berbagai pesanan.
i. Pengepakan dan Pengiriman (Packing and Shipping), yaitu aktivitas yang
meliputi kegiatan pengecekan kelengkapan sesuai dengan pesanan, pengepakan
barang sesuai dengan shipping container yang tepat, menyiapkan dokumen
pengiriman, pengakumulasian pesanan dan penempatan muatan ke dalam truk.
j. Cross-docking, yaitu pengeluaran tanda terima dari receiving dock langsung ke
shipping dock.
k. Mengisi Ulang (Replenishing), yaitu kegiatan pengisian kembali lokasi
pengambilan utama di gudang.
28
29
3. Fungsi Transfer Informasi, yaitu menyelenggarakan fungsi pergerakan dan
penyimpanan secara stimulan. Untuk bisa melaksanakan kedua fungsi tersebut,
manajemen memerlukan informasi yang rutin dan akurat untuk mengelola
semua kegiatan pergudangan, seperti informasi tentang tingkat persediaan,
A. Pengertian Persediaan
Sartono (2010) mengatakan bahwa persediaan umumnya merupakan salah
satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan.
Sedangkan menurut Alexandri (2009), persediaan merupakan suatu aktiva yang
meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu
periode usaha tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan
atau proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu
penggunaannya dalam proses produksi.
B. Tujuan Persediaan
Persediaan memiliki beberapa tujuan dalam perusahaan, diantaranya seperti
yang dikemukakan oleh Jacobs & Chase (2018) berikut:
30
1. Untuk menjaga independensi operasi. Pasokan bahan di pusat kerja
memungkinkan pusat fleksibilitas dalam operasi. Misalnya, karena ada biaya
untuk membuat setiap pengaturan produksi baru, inventaris ini memungkinkan
manajemen untuk mengurangi jumlah pengaturan.
C. Fungsi Persediaan
Fungsi dari persediaan sebagaimana dipaparkan oleh Heizer & Render
(2010) adalah sebagai berikut:
31
1. “Decouple” atau memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi. Sebagai
contoh, jika persediaan sebuah perusahaan berfluktuasi, persediaan tambahan
mungkin diperlukan untuk melakukan decouple proses produksi dari pemasok.
2. Melakukan “decouple” perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan
persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan.
3. Mengambil keuntungan dari diskon kuantitas, karena pembelian dalam jumlah
besar dapat mengurangi baiay pengiriman barang.
4. Melindungi terhadap inflasi dan kenaikan harga.
Pendapat lainnya mengenai fungsi persediaan dalam memenuhi kebutuhan
perusahaan adalah menurut Herjanto (2010), yaitu:
D. Prosedur Pergudangan
Prosedur yang terdapat dalam pergudangan diantaranya yaitu: (1) prosedur
pengadaan barang atau persediaan barang ke gudang, (2) prosedur barang masuk
atau penerimaan dan penyimpanan barang ke gudang, (3) prosedur barang keluar
atau permintaan barang dari gudang, dan (4) prosedur stock opname atau
pengecekkan barang di gudang. Berikut merupakan rincian dari masing-masing
prosedur tersebut beserta formulir yang dibutuhkan:
32
1. Prosedur Pengadaan Persediaan Barang
Prosedur pengadaan persediaan barang ini dinilai sangat penting karena
berguna bagi perusahaan untuk pemenuhan kebutuhan konsumennya. Prosedur ini
bertujuan agar pembelian bahan baku dapat dilaksanakan dengan tepat dan sesuai
dengan kebutuhan. Dalam pengadaan bahan baku, menurut Prawirosentono (2009)
terdapat tiga tahapan, diantaranya adalah:
TOTAL
Nomor Order Pembelian harap dicantumkan dalam invoice dan surat pengiriman
Sumber: Prawirosentono (2009)
33
Formulir Order Pembelian ini dibuat dalam beberapa rangkap dengan maksud
sebagai berikut:
a. Lembaran asli dikirim ke pemasok bahan (supplier) yang telah ditunjuk
sebagai tender,
b. Tembusan OP ke-2 untuk bagian akuntansi, sebagai informasi bahan
perusahaan sedang memesan barang.
c. Tembusan OP ke-3 untuk bagian gudang, sebagai informasi bahan
perusahaan sedang memesan bahan.
d. Tembusan OP ke-4 untuk bagian yang meminta bahan, sebagai informasi
34
Tabel 2. 5 Laporan Bukti Penerimaan Barang
Laporan Bukti Penerimaan Barang (LPB)
Supplier :
Dikirim Kepada :
Nomor LPB :
Tanggal Pemesanan : Tanggal Penerimaan:
No. Pesanan :
No Nama Bahan/Barang Spesifikasi Jumlah (Rp) Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp) Keterangan
Kepala Gudang
Diter ima Oleh
( ) (Nama Penerima)
Sumber : Prawirosentono (2009)
35
Selanjutnya, Koordinator Keuangan mencatat di Kartu Catatan Persediaan
sebagai analisis akhir persediaan barang. Seperti pada Tabel 2. 4 berikut:
Tabel 2. 7 Kartu Catatan Persediaan
Kartu Catatan Persediaan
Kode :
Barang :
Unit :
Tanggal Ref Diterima Dikeluarkan Sisa Harga Saldo Jumlah
Sumber: Prawirosentono (2009)
Kepada : Tanggal :
Diterima : Disetujui oleh
Dibebankan ke :
( )
36
Lembaran asli dari formulir disimpan di gudang sebagai bukti pengeluaran
sejumlah bahan di gudang, lalu dicatat di Kartu Gudang pengeluaran sehingga
dapat diketahui jumlahnya.
2. Lembaran kedua dikirim ke unit/ bagian produksi yang meminta barang serta
dilakukan pemberian barang atau bahan baku yang diminta.
3. Lembaran ketiga dikirim kebagian akuntansi untuk dicatat di buku persediaan,
agar buku persediaan sesuai dengan kartu gudang yang ada digudang.
4. Apabila perusahaan telah menggunakan komputer bank data persediaan barang
harus sesuai dengan database persediaan yang ada dan sesuai dengan keadaan
sebenarnya.
37
c. Pastikan seluruh dokumen yang berkaitan dengan persediaan barang sudah
ter-update dan selesai dicatat.
d. Mempersiapkan beberapa barang untuk keperluan Stock Opname, seperti
papan sebagai alat untuk menulis, alat tulis, dan sebagainya.
2. Selanjutnya adalah pelaksanaan dari Stock Opname, yaitu sebagai berikut:
a. Petugas gudang melakukan perhitungan fisik barang, lalu barang yang sudah
diperiksa, ditandai oleh sesuatu seperti sticker atau kapur.
b. Mencatat dan merekap total barang fisik yang ada di gudang.
c. Setelah direkap, bandingkan hasil perhitungan fisik barang tersebut dengan
Kartu Gudang.
d. Apabila terjadi selisih, maka barang yang bersangkutan dapat dihitung
kembali untuk memastikan apakah ada kesalahan perhitungan atau tidak.
e. Lalu, hasil perhitungan Stock Opname barang dicatat dalam Berita Acara
Pemeriksaan Stock Opname, yang dapat dilihat pada Tabel 2. 6 berikut:
Total
Dibuat Oleh :
Diketahui Oleh :
Disetujui Oleh :
BAP Hasil Stock Opname terdiri dari nama, satuan dan tipe barang lalu
jumlah berdasarkan Kartu Gudang, kondisi fisik dan selisih antara jumlah
38
barang yang dicatat dengan yang dihitung di gudang. Keterangan dapat diisi
berupa kondisi dari barang (rusak/bagus), sedangkan tindak lanjut diisi
dengan kelanjutan selisih barang tersebut akan bagaimana, dan
penanggungjawab adalah orang yang bertanggungjawab atas
kurang/lebihnya barang.
39
benar dalam setiap organisasi akan mendukung ketepatan dalam melakukan
perencanaan dan pelaksanaan pengadaan logistik.
Bagi petugas gudang, administrasi pergudangan juga dapat digunakan
sebagai alat pertanggung jawaban dalam pengelolaan pergudangan yang
dibebankan kepadanya. Sehubungan dengan administrasi pergudangan logistik
tersebut, yang penting dalam kegiatan pergudangan harus memilki diantaranya
sebagai
berikut:
40