ASPI
Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia P4W - LPPM IPB Universitas Pakuan
IPB International Convention Center
Bogor, 28 Agustus 2018
Prosiding
Penerbit
P4W LPPM IPB
Editor
Dr. Andrea Emma Pravitasari
Dr. Ernan Rustiadi
Dr. Janthy Trilusianty Hidayat
Dr. Didit Okta Pribadi
Copy Editor
Alfin Murtadho, S.P.
Reviewer
Dr. Ernan Rustiadi
Dr. Andrea Emma Pravitasari
Dr. Janthy Trilusianty Hidayat
Dr. Didit Okta Pribadi
Dr. Candraningratri Ekaputri Widodo
Arief Rahman, S.Si, M.Si
Setyardi Pratika Mulya, S.P., M.Si.
E-ISBN : 978-602-72009-3-7
Organizing Committee
Ketua Panitia : Dr. Andrea Emma Pravitasari
Wakil Ketua : Dr. Didit Okta Pribadi
Bendahara : Mia Ermyanyla, S.P., M.Si
Nusrat Nadhwatunnaja, S.P.
Erlin Herlina, S.E.
Kesekretariatan : Nur Etika Karyati, S.P.
Alfin Murtadho, S.P.
Muhammad Nurdin, S.Kom.
Yanti Jayanti, S.P.
Yurta Farida, S.E.
Hardini Nikamasari, S.P.
Tiffany Ramadianti, A.Md.
Prosiding & Program Book : Afan Ray Mahardika, S.T.
Siti Wulandari, S.P.
Kreshna Yudichandra, S.P.
Acara : Setyardi Pratika Mulya, S.P., M.Si.
Arief Rahman, M.Si.
Ulul Hidayah, S.T.
Dinda Luthfiani Tjahjanto, S.E.
Agus Ramadhan, S.P.
Logistik & Akomodasi : Khairul Anam, S.P.
Ridha M. Ichsan, S.T., M.Si.
Pubdekdok : Khalid Saifullah, M.Si.
LO : Zahra Kartika, S.P.
Rista Ardy Priatama, S.P.
Luthfia Nursetya Fuadina, S.P.
Yuni Prihayati, M.Si.
Dr. Mujio Sukirman
Field Excursion : F. S. Putri Cantika, S.P.
Thomas Oni Veriasa, S.E.
Penerbit
Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W)
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)
Institut Pertanian Bogor (IPB)
Sekretariat
Kampus IPB Baranangsiang
Jalan Raya Pajajaran Bogor 16127, Jawa Barat, Indonesia
Tlp/Fax: +62-251-8359072
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 iii
Daftar Isi
Kredit.............................................................................................................................................................. ii
Sambutan dari Ketua ASPI ......................................................................................................................... iv
Daftar Isi ........................................................................................................................................................ v
1. Keterkaitan Desa-Kota 1
Potensi Alpukat sebagai Alternatif Olahan Kuliner dalam Upaya Pengembangan Desa Wisata
Sakerta............................................................................................................................................................ 3
Fransiska Dessy Putri H.1*, Aggy Lestari Dwi P.1, & B. S. Rahayu Purwanti2
Analisis Daya Saing Perekonomian Antar Wilayah di Kecamatan Prambanan berdasarkan
Aspek Sosial, Pendidikan, dan Kesehatan Tahun 2018 ........................................................................... 14
Hayatun Nupus1*, Candra Andi Wardoyo1, Ismi Latifah1, Soni Setiawan 1, Araa Reda Astara1,
Fatin Naufal M1, & Dahroni1
Infrastruktur dan Keterhubungan Desa-Kota (Studi Kasus: Desa Bokor dan Desa Sendaur di
Pulau Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti) .................................................................................. 23
Wulansari1*, Arief Budiman1, Maria Febriana Bewu Mbele1 & Sonny Yuliar1
Pola Perjalanan Berangkat Bekerja Menggunakan Layanan Transjakarta ........................................ 32
Yudi Susandi1*, Danang Priatmodjo1 & Eduard Tjahjadi1
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 vii
Mitigasi Perubahan Iklim Melalui Perencanaan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau di
Perkotaan dan Sekitarnya ........................................................................................................................ 457
Siti Badriyah Rushayati1*, Rachmad Hermawan1
Analisa Valuasi Ekonomi terhadap Pengelolaan Bantaran Sungai Ciliwung di Kampung
Melayu dan Bukit Duri ............................................................................................................................. 466
Catur Dyah Novita1*, Budi Kamulyan2, Yori Herwangi2
viii Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
10. Pengelolaan Sektor Informal Perkotaan 603
Analisa Tingkat Kesiapan Pengembangan Kampung Tematik di Kota Malang ................................ 605
Deni Agus Setyono1
Pola Distribusi Spasial Minimarket di Wilayah Peri Urban (Studi Kasus Kawasan Sukaraden
Kecamatan Cibinong Kab. Bogor) ........................................................................................................... 612
Janthy Trilusianthy Hidayat1* dan Noordin Fadholie1
Pemilihan Alternatif Pengelolaan Kawasan Wisata “Payung” Kota Batu Berdasarkan
Stakeholder ................................................................................................................................................. 620
Nindya Sari1*, Ayu Puspa Kartika1, Dian Dinanti1
Interaksi Sektor Formal dan Informal pada Kawasan Perdagangan dan Jasa di Kota
Pekanbaru (Studi Kasus: Jalan Kaharuddin Nasution) ........................................................................ 633
Puji Astuti1*, Wika Susmita1
Dinamika Pengembangan Kawasan Perdagangan Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara ....... 645
Setyardi Pratika Mulya1,2*, Mujio Sukir2, Abdul Jamaludin2
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 389
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
ABSTRAK
Daerah pesisir merupakan wilayah yang sangat rentan terkena bencana, salah satunya adalah Rob.
Dampak yang ditimbulkan oleh Rob yang terjadi di wilayah pesisir yaitu mengakibatkan timbulnya
korban jiwa, hilangnya harta benda dan dampak psikologis. Masyarakat yang telah terbiasa dengan
adanya Rob mempunyai sikap dan atau tindakan dalam menghadapi bencana Rob yang disebut
strategi adaptasi. Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan bentuk bentuk adaptasi yang
dilakukan oleh masyarakat pesisir Pantai Ampenan Kota Mataram ketika terjadi Rob. Lokasi
penelitian mencakup 4 lingkungan yaitu Lingkungan Melayu Bangsal, Pondok Prasi, Bugis dan
Bintaro Jaya. Penelitian ini merupakan penelitian induktif kualitatif. Teknik pengambilan data yang
dilakukan dalam penelitian yaitu observation non-participant, dokumentasi dan wawancara
mendalam. Lingkungan yang paling parah terkena dampak Rob adalah Lingkungan Bugis dan
Pondok Prasi karena letak lingkungan tersebut terletak di bibir pantai ( ± 5 meter). Selain itu,
lingkungan tersebut tidak memiliki tanggul penahan gelombang yang mencegah air laut masuk ke
area permukiman. Sedangkan Lingkungan Melayu Bangsal telah memiliki tanggul penahan
gelombang, namun ketika Rob air masih masuk ke area jalan. Hasil temuan didapat dari proses
abstraksi unit-unit informasi yang ditemukan di lapangan. Bentuk-bentuk strategi adaptasi
masyarakat dapat dikelompokkan menjadi 3 tema yaitu mengungsi atau pindah sementara,
memindahkan perahu ke tempat yang lebih aman dan memodifikasi bentuk bangunan agar Rob tidak
masuk.
Kata kunci: Rob, wilayah pesisir, strategi adaptasi
PENDAHULUAN
Wilayah pesisir merupakan wilayah intensif yang dimanfaatkan untuk kepentingan manusia,
seperti kawasan permukiman, pusat pemerintahan, industry, perikanana, pelabuhan dan pariwisata.
(Triatmodjo, 2008). Kawsan pesisir pantai memiliki peranan yang penting dalam perekonomian
masyarakat dan pembangunan daerah karena merupakan ruang yang menjembatani antara wilayah
daratan dengan wilayah perairan atau lautan. (Adisasmita dalam Sutigno dan Pigawati, 2015).
Lingkungan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecill dan ekosistemnya merupakan bagian wilayah
yang paling mudah terkena dampak dari gangguan-gangguan lingkungan. Kerusakan pantai yang
terjadi memiliki dampak kerusakan ekologis.(Rijantan R, 2005).
Marfai dan King dalam Hardoyo et all (2011) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Rob
adalah banjir yang terjadi di wilayah pesisir melalui proses naiknya pasang air laut, gelombang
pasang, tinginya aliran sungai, dan kenaikan air air muka laut. Selanjutnya Hardoyo et all (2011)
menyatakan bahwa hasil dari sikap dan atau tindakan masyarakat dalam menghadapi bencana adalah
strategi adaptasi yang berarti penyesuaian yang dilakukan akibat dari ancaman lingkungan. Adaptasi
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 417
merupakan hasil akhir sikap masyarakat yang muncul berdasarkan persepsi dan pengetahuan mereka
terhadap Rob.
Adaptasi merupakan suatu tindakan penyesuaian baik secara fisik, structural maupun sosial
terhadap suatu perubahan. Adaptasi terhadap bencana alam dapat diartikan sebagai kapasitas untuk
mengatasi tekanan yang berasal dari lingkungan. Konsep adaptasi manyarakat adalah konsep jangka
panjang terhadap kejadian bencana alam yang terjadi. Soemarwotto (2001) menyebutkan bahwa
adaptasi merupakan penyesuaian diri yaitu mahluk hidup dengan lingkungan sekitarnya.
Kemampuan adaptasi ini merupakan faktor yang sangat penting untuk melangsungkan hidup dan
mempertahankan diri. Iskandar (2013), masyarakat yang sering mengalami bencana yang tidak
terlampau besar umumnya dapat melakukan adaptasi terhadap situasi tersebut.
Pantai Ampenan yang terletak disebalah barat Kota Mataram merupakan bagian dari wilayah
Kecamatan Ampenan. Kawasan pesisir Ampenan memiliki topografi yang relatif datar yaitu dengan
kemiringan rata-rata 0-1% bahkan cenderung negatif. (Widiyanti, 2015). Selanjutnya, Widiyanti
menekankan bahwa dengan adanya topografi yang relatif datar menyebabkan pada waktu-waktu
tertentu saat terjadi pasang tertinggi tergenang. Area genangan akan lebih besar pada saat musim
hujan (Nopember-Maret) dan frekuensi terjadinya genangkan meningkat setiap tahunnya. Air laut
pasang terjadi pada tanggal 14,15 dan 16 setiap bulanya dan air laut pasang besar terjadi periodik
hampir setiap tahun.
Banjir karena air pasang merupakan fenomena tahunan yang terjadi wilayah pesisir
Kecamatan Ampenan. Rob yang terjadi pada Bulan Mei Tahun 2016 menggenangi rumah warga
hingga mengakibatkan kerugian yaitu beberapa rumah warga rusak serta barang-barang-barang
elektronik rusak akibat tergenang Rob tersebut. Biasanya air pasang terjadi pada bulan Agustus,
namun tahun 2016 ini air pasang terjadi lebih awal yaitu bulan Mei. (SuaraNTB.com, 2016). Menurut
salah satu nelayan yang ada di Pesisir Pantai Ampenan yaitu di Lingkungan Kampung Melayu
Kelurahan Ampenan Tengah, Rob terjadi pada bulan Januari hingga bulan Maret. Kondisi tanah yang
ada di Lingkungan Kampung Melayu lebih cekung dari permukaan tanah pada umumnya., sehingga
jika terjadi Rob air selalu tergenang di sekitar permukiman warga. (Lombok Post.net. 2017).
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Kota Mataram (2013), Kecamatan Ampenan
memiliki ancaman gelombang pasang. Selain itu daerah sempadan pantai yang seharusnya
dimanfaatkan untuk green belt atau barrier telah beralih fungsi menjadi permukiman nelayan.
Wilayah pesisir Pantai Ampenan memiliki kondisi lingkungan yang rentan terhadap bahaya Rob serta
termasuk ke dalam kawasan rawan bencana, namun masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut
tetap dapat hidup dan tetap tinggal pada lingkungan yang memiliki ancaman Rob tinggi. Oleh karena
itu, peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian berkaitan tentang bentuk strategi adaptasi
masyarakat di wilayah pesisir Pantai Ampenan ketika Rob terjadi.
METODOLOGI
Metode pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
induktif kualitatif. Metode penelitian induktif kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian induktif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang
mengandung makna. Makna adalah data yang tampak. Oleh karena itu pada penelitian kualitatif tidak
menekankan pada generalisasi namun lebih menekankan pada makna. (Sugiyono, 2016). Teknik
Pengambilan data dalam penelitian ini yaitu wawancana (interview), observation non-participant
dan dokumentasi.
418 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
Sugiyono (2015) menyebutkan bahwa tenik wawancara digunakan untuk mengumpulkan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalah yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam
dengan jumlah responden yang sedikit atau kecil. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara
tidak terstruktur untuk pengambilan data selama di lapangan. Dalam wawancara tidak terstruktur,
peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis
terhadap setiap jawaban yang diberikan oleh responden tersebut makan peneliti dapat mengajukan
berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah untuk menjawab tujuan dari penelitian. Sugiyono
(2015) juga menyebutkan bahwa pada penelitian kualitatif peneliti memasuki situasi sosial tertentu,
melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial
tersebut. Penentuan informan dilakukan dengan secara purposive yaitu dipilih dengan
mempertimbangkan dan tujuan tertentu yaitu yang dianggap penting dan paling tahu tentang apa
yang kita harapkan, atau mungkin informan atau narasumber tesebut sebagai penguasa sehingga akan
memudahkan kita dalam menjelajahi obyek/ situasi sosial yang diteliti. Penentuan informan dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Penentuan Sample Informan
No Jenis Nara Sumber Informan/ Nara Sumber
1 Perangkat Pemerintah Pak Camat Kecamatan Ampenan
Pak Lurah Kelurahan Bintaro dan Ampenan Tengah
Kepala Lingkungan yang ada di Kelurahan Bintaro dan Ampenan
Pak RT yang ada di Kecamatan Bintaro dan Ampenan Tengah
2 Masyarakat Warga yang bertempat tinggal di sekitar pesisir pantai Ampenan
Warga yang rumahnya terkena Rob dan telah bertempat tinggal lama (kurang
lebih 5-10 tahun) dan berumur diatas 17 tahun (usia dewasa)
Sumber : Analisis Peneliti, 2018
Dalam bab hasil dan pembahsan berisi tentang penjelasan singkat lokasi studi, frekuensi
bencana Rob dan wilayah yang paling parah terkena dampak rob, hasil temuan-temuan yang ada di
lapangan yang menjadi unit informasi. Unit informasi yang diperoleh dari wawancara dan observasi
non-participant dilapangan kemudian diabstraksi ke dalam tema. Tema yang terdiri dari unit-unit
informasi menyusun tiga tema yaitu mengungsi atau pindah sementara, memindahkan perahu ke
tempat yang lebih aman dan memodifikasi bentuk bangunan agar Rob tidak masuk.
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 419
Profil Lokasi Studi
Kecamatan Ampenan merupakan sebuah kecamatan yang terletak di Kota Mataram, Nusa
Tenggara Barat. Daerah ini dahulunya merupakan pusat kota di Pulau Lombok. Kecamatan Ampenan
adalah kota tua yang pada zaman dahulu berfungsi sebagai pelabuhan utama daerah Lombok. (Profil
Kecamatan Ampenan, 2017). Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Gunungsari, Kecamatan
Batulayar dan Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Utara. Bagian Selatan berbatasan dengan
Kecamatan Narmada dan Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat. Bagian Selatan berbatasan
dengan Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat. Bagian Selatan berbatasan dengan Selat
Lombok. ( Rencana Tata Ruang Kota Mataram Tahun 2011-2031)
Wilayah yang menjadi fokus penelitian adalah 2 kelurahan yang berada di Kecamatan yaitu
Kelurahan Bintaro dan Kelurahan Ampenan Tengah. Kelurahan Ampenan Tengah terdiri dari 10
lingkungan, namun hanya satu lingkngan yang terletak di daerah pesisir yaitu Lingkungan Melayu
Bangsal. Untuk Kelurahan Bintaro terdiri dari 5 lingkungan, namun hanya tiga lingkungan yang
terletak didaerah pesisir yaitu Lingkungan Pondok Prasi, Lingkungan Bugis dan Lingkungan Telaga
Mas. Peta administrasi lokasi studi dapat dilihat pada gambar 1.
Frekuensi Bencana Rob dan Wilayah yang paling parah terkena dampak Rob
Berdasarkan hasil wawancara kepada Kepala Badan Penanggulangan Bencana Kota Mataram
didapatkan data bahwa setiap tahun di Kelurahan Bintaro dan Ampenan Tengah selalu terkena Rob
yang biasanya terjadi pada bulan Januari hingga Maret. Puncak genangan rob terjadi pada hari raya
imlek dengan ketinggian genangan hingga 50 cm. Selain itu wawancara dengan mantan Kepala
Lingkungan Pondok Prasi yaitu Pak Opik (56 Tahun) menyatakan :
“Dulu garis pantai masih jauh dari rumah warga nelayan yaitu sekitar tahun 1960an garis pantai
bisa mencapai 1-1.5 Km. Kami masih bisa bermain sepak bola di pinggir pantai. Abrasi pantai
terjadi sejak tahun 1992 sampai saat ini. Pada tahun 2000an garis pantai terkikis udah sangat parah.
Gelombang tinggi dan angin besar terjadi mulai bulan November hingga Maret. Air pasang masuk
rumah. menggenangi sampai 200 meter dari bibir pantai sampai masuk ke dalam rumah-rumah
warga”
420 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
Radius genangan Rob mencapai 200 hingga 300 meter dari bibir pantai, masuk hingga ke gang-
gang di area permukiman warga. Ketinggian Rob yaitu berkisar antara 30-50 cm. Durasi genangan
Rob yaitu kurang lebih 30 menit. Rob terjadi mulai pukul jam 20.00 WITA hingga menjelang subuh
yaitu sekitar pukul 04.00 WITA. Ketika cuaca buruk dengan gelombang tinggi dan Rob maka
nelayan tidak dapat melaut. Biasanya hal ini terjadi selama 3 hari hingga satu minggu. Gambar 1
merupakan gambar terjadinya rob Pantai Ampenan
Kelurahan Bintaro tidak memiliki tanggul penahan gelombang pasang dan abrasi sehingga
apabila terjadi gelombang pasang, maka air laut akan langsung masuk ke dalam rumah warga.
Berbeda dengan Lingkungan Melayu Bangsal, karena lingkungan tersebut telah dibangun tanggul
penahan gelombang dan abrasi maka laju abrasi berkurang dan hempasang gelombang air pasang
dapat terbendung. Namun, apabila musim rob tiba yaitu pada bulan Desember hingga Maret air masih
masuk ke area permukiman, masuk hingga ke rumah warga.
Lingkungan Melayu Bangsal yang telah memiliki tanggul penahan gelombang dan abrasi
ketika bulan Desember hingga Maret masih sering terjadi bencana rob. Apabila gelombang tidak
terlalu tinggi, rob yang terjadi hanya sebatas menggenangi jalan saja tidak sampai ke masuk ke dalam
rumah. Apabila gelombang tinggi terjadi yang biasanya berlangsung pada hari raya imlek, maka air
masuk hingga ke dalam rumah.
Lingkungan Pondok Prasi dan Lingkungan Bugis merupaka lingkungan dengan kondisi rob
paling parah dibandingkan dengan lingkungan lainnya. Garis sempadan pantai yang tersisa sekarang
hanya 3-5 meter dari rumah warga. Menurut warga dahulu di Kelurahan Bintaro dan Kelurahan
Ampenan banyak terdapat tanaman Pohon Waru yang melindungi dari hempasan gelombang tinggi
serta angin, namun sekarang banyak ditebang karena digunakan untuk membangun rumah. Garis
sempadan pantai pun beralih fungsi menjadi area permukiman nelayan.
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 421
semua warga memiliki uang untuk membangun rumah lebih dari satu, maka mengungsi ke rumah
saudara yang letaknya di dalam gang dan jauh dari pantai atau mengungsi ke rumah kerabat yag
terletak di luar Kecamatan Ampenan menjadi pilihan alternatif.
422 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
Gambar 6. Bentuk got-got an yang dibuat oleh masyarakat untuk mencegah air laut masuk ketika Rob terjadi
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2018
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 423
Gambar 7. Warga membuat dan meninggikan bataran rumah
untuk mencegah air laut masuk ketika Rob terjadi
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2018
Gambar 8. Menutup depan rumah dengan papan kayu untuk mencegah air laut masuk ketika Rob terjadi
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2018
KESIMPULAN
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Lingkungan yang paling parah terkena dampak Rob
adalah Lingkungan Bugis dan Pondok Prasi karena letak lingkungan tersebut terletak di bibir pantai
( ± 5 meter) dan di lingkungan tersebut tidak terdapat tanggul penahan gelombang pasang . Selain
itu, lingkungan tersebut tidak memiliki tanggul penahan gelombang yang mencegah air laut masuk
ke area permukiman. Hanya Lingkungan Melayu Bangsal yang memliki tanggul penahan gelombang
pasang dan abrasi, namun pada musim rob dengan ketinggian air lebih dari 2.5 meter air tetap masuk
ke dalam rumah warga.
Bencana rob dianggap bukan sebagai ancaman yang berarti bagi masyarakat Pantai Ampenan
oleh karena itu warga telah beradaptasi dengan keadaan dan lingkungan sekitar. Keanekaragam
bentuk adaptasi yang dilakukan yaitu mengungsi atau pindah sementara, memindahkan perahu ke
tempat yang aman dan memodifikasi bentuk bangunan. Bentuk-bentuk strategi adaptasi yang
dilakukan oleh masyarakat Pantai Ampenan berasal dari local knowledge dan local wisdom yang
bersifat turun temurun.
Adapun rekomendasi yang disarankan oleh peneliti yaitu perlu adanya pembangunan tanggul
penahan gelombang pasang di lingkungan yang terkena dampak rob, perlu adanya pengembalian
fungsi sempadan pantai yaitu sebagai green belt dan kawasan bebas dari bangunan dan permukiman
serta pemerintah perlu melakukan relokasi pada masyarakat yang temapat tinggalnya terkena rob.
424 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
DAFTAR PUSTAKA
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 425
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
ASPI 2018
Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI)
Diselenggarakan Oleh:
ASPI
Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia P4W - LPPM IPB Universitas Pakuan
Disponsori Oleh: