net/publication/342446493
Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Jember dalam Upaya
Menuju Infrastruktur Hijau Kota
CITATION READS
1 2,161
2 authors:
All content following this page was uploaded by Dewi Junita Koesoemawati on 25 June 2020.
ASPI
Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia P4W - LPPM IPB Universitas Pakuan
IPB International Convention Center
Bogor, 28 Agustus 2018
Prosiding
Penerbit
P4W LPPM IPB
Editor
Dr. Andrea Emma Pravitasari
Dr. Ernan Rustiadi
Dr. Janthy Trilusianty Hidayat
Dr. Didit Okta Pribadi
Copy Editor
Alfin Murtadho, S.P.
Reviewer
Dr. Ernan Rustiadi
Dr. Andrea Emma Pravitasari
Dr. Janthy Trilusianty Hidayat
Dr. Didit Okta Pribadi
Dr. Candraningratri Ekaputri Widodo
Arief Rahman, S.Si, M.Si
Setyardi Pratika Mulya, S.P., M.Si.
E-ISBN : 978-602-72009-3-7
Organizing Committee
Ketua Panitia : Dr. Andrea Emma Pravitasari
Wakil Ketua : Dr. Didit Okta Pribadi
Bendahara : Mia Ermyanyla, S.P., M.Si
Nusrat Nadhwatunnaja, S.P.
Erlin Herlina, S.E.
Kesekretariatan : Nur Etika Karyati, S.P.
Alfin Murtadho, S.P.
Muhammad Nurdin, S.Kom.
Yanti Jayanti, S.P.
Yurta Farida, S.E.
Hardini Nikamasari, S.P.
Tiffany Ramadianti, A.Md.
Prosiding & Program Book : Afan Ray Mahardika, S.T.
Siti Wulandari, S.P.
Kreshna Yudichandra, S.P.
Acara : Setyardi Pratika Mulya, S.P., M.Si.
Arief Rahman, M.Si.
Ulul Hidayah, S.T.
Dinda Luthfiani Tjahjanto, S.E.
Agus Ramadhan, S.P.
Logistik & Akomodasi : Khairul Anam, S.P.
Ridha M. Ichsan, S.T., M.Si.
Pubdekdok : Khalid Saifullah, M.Si.
LO : Zahra Kartika, S.P.
Rista Ardy Priatama, S.P.
Luthfia Nursetya Fuadina, S.P.
Yuni Prihayati, M.Si.
Dr. Mujio Sukirman
Field Excursion : F. S. Putri Cantika, S.P.
Thomas Oni Veriasa, S.E.
Penerbit
Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W)
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)
Institut Pertanian Bogor (IPB)
Sekretariat
Kampus IPB Baranangsiang
Jalan Raya Pajajaran Bogor 16127, Jawa Barat, Indonesia
Tlp/Fax: +62-251-8359072
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 iii
Daftar Isi
Kredit.............................................................................................................................................................. ii
Sambutan dari Ketua ASPI ......................................................................................................................... iv
Daftar Isi ........................................................................................................................................................ v
1. Keterkaitan Desa-Kota 1
Potensi Alpukat sebagai Alternatif Olahan Kuliner dalam Upaya Pengembangan Desa Wisata
Sakerta............................................................................................................................................................ 3
Fransiska Dessy Putri H.1*, Aggy Lestari Dwi P.1, & B. S. Rahayu Purwanti2
Analisis Daya Saing Perekonomian Antar Wilayah di Kecamatan Prambanan berdasarkan
Aspek Sosial, Pendidikan, dan Kesehatan Tahun 2018 ........................................................................... 14
Hayatun Nupus1*, Candra Andi Wardoyo1, Ismi Latifah1, Soni Setiawan 1, Araa Reda Astara1,
Fatin Naufal M1, & Dahroni1
Infrastruktur dan Keterhubungan Desa-Kota (Studi Kasus: Desa Bokor dan Desa Sendaur di
Pulau Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti) .................................................................................. 23
Wulansari1*, Arief Budiman1, Maria Febriana Bewu Mbele1 & Sonny Yuliar1
Pola Perjalanan Berangkat Bekerja Menggunakan Layanan Transjakarta ........................................ 32
Yudi Susandi1*, Danang Priatmodjo1 & Eduard Tjahjadi1
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 vii
Mitigasi Perubahan Iklim Melalui Perencanaan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau di
Perkotaan dan Sekitarnya ........................................................................................................................ 457
Siti Badriyah Rushayati1*, Rachmad Hermawan1
Analisa Valuasi Ekonomi terhadap Pengelolaan Bantaran Sungai Ciliwung di Kampung
Melayu dan Bukit Duri ............................................................................................................................. 466
Catur Dyah Novita1*, Budi Kamulyan2, Yori Herwangi2
viii Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
10. Pengelolaan Sektor Informal Perkotaan 603
Analisa Tingkat Kesiapan Pengembangan Kampung Tematik di Kota Malang ................................ 605
Deni Agus Setyono1
Pola Distribusi Spasial Minimarket di Wilayah Peri Urban (Studi Kasus Kawasan Sukaraden
Kecamatan Cibinong Kab. Bogor) ........................................................................................................... 612
Janthy Trilusianthy Hidayat1* dan Noordin Fadholie1
Pemilihan Alternatif Pengelolaan Kawasan Wisata “Payung” Kota Batu Berdasarkan
Stakeholder ................................................................................................................................................. 620
Nindya Sari1*, Ayu Puspa Kartika1, Dian Dinanti1
Interaksi Sektor Formal dan Informal pada Kawasan Perdagangan dan Jasa di Kota
Pekanbaru (Studi Kasus: Jalan Kaharuddin Nasution) ........................................................................ 633
Puji Astuti1*, Wika Susmita1
Dinamika Pengembangan Kawasan Perdagangan Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara ....... 645
Setyardi Pratika Mulya1,2*, Mujio Sukir2, Abdul Jamaludin2
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 217
Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Jember dalam
Upaya Menuju Infrastruktur Hijau Kota
Dewi Junita Koesoemawati1*& Hari Sulistiyowati2
1
Prodi PWK Fakultas Teknik UNEJ, Jl. Kalimantan 37, Jember, 68121, Indonesia
2
Prodi Biologi MIPA UNEJ, Jl. Kalimantan 37, Jember, 68121, Indonesia
*
Penulis korespondensi. e-mail: dewi.teknik@unej.ac.id
ABSTRAK
Salah satu implementasi konsep pembangunan kota berkelanjutan dengan tersedianya infrastruktur
hijau kota (urban green infrastructure). Infrastruktur hijau merupakan jaringan ruang terbuka hijau
(RTH) kota untuk melindungi nilai dan fungsi ekosistem alami yang dapat memberikan dukungan
kepada kehidupan manusia. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008
tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan, menjelaskan proporsi
30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan
sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat maupun sistem ekologis lain yang dapat
meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat
meningkatkan nilai estetika kota. Kabupaten Jember yang dikenal perkebunannya masih belum
maksimal dalam penyediaan RTH khususnya di kawasan perkotaan yang meliputi 3 (tiga)
kecamatan, yaitu Kaliwates, Patrang dan Sumbersari. Tujuan penelitian ini dengan melakukan
analisis kebutuhan RTH untuk mengetahui potensi RTH yang ada di kota Jember dalam upaya
menuju infrastruktur hijau kota. Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan analisis
kebutuhan RTH berdasarkan luas kawasan, jumlah penduduk dan kebutuhan oksigen. Hasil
penelitian menunjukkan potensi RTH di kota Jember sebesar 5.87%, artinya ketersediaan RTH dari
luas wilayah masih jauh dari standar yang ditetapkan sebesar 30%. Kebutuhan O2 dari jumlah
penduduk sesuai ketetapan 30% di Kecamatan Kaliwates adalah 481.500 kg/hari dari tersedia 30,907
kg/hari, Kecamatan Patrang yaitu sebesar 635,760 kg/hari dari tersedia 27,700 kg/hari dan
ketersediaan oksigen di Kecamatan Sumbersari yaitu 635,040 kg/hari dari tersedia 34,573 kg/hari.
Peran Dinas terkait sangat besar dalam menentukan strategi, antara lain membuat rencana jangka
pendek, menengah dan rencana jangka panjang agar sesuai atau mendekati standar RTH yang
ditetapkan.
Kata kunci: RTH, oksigen, infrastruktur hijau, jember
PENDAHULUAN
Dalam suatu kota, keberadaan ruang publik mutlak diperlukan dalam wilayah kota dan ruang
terbuka hijau (RTH) sebagai salah satu ruang publik. Beberapa kota memandang RTH hanya sebagai
unsur pelengkap dan pengisi ruang sisa pembangunan fisik kota, bukan sebagai unsur pembentuk
kota yang harus dijaga keberlanjutannya. Keberadaan RTH dalam kawasan perkotaan diatur oleh
UU No. 26 Th.2007 Penataan Ruang, bahwa ruang publik berupa ruang terbuka hijau publik dan
ruang terbuka non hijau publik yang secara institusional harus disediakan oleh pemerintah di dalam
peruntukan lahan di kota-kota di Indonesia dakam menuju kota berkelanjutan. Kebutuhan
perencanaan wilayah dan kota yang berorientasi pembangunan berkelanjutan akan sejalan dengan
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 219
kebijakan Pemerintah dalam menindaklanjuti hasil New Urban Agenda 2017 dan sejalan dengan
aspek-aspek yang tertuang dalam Sustainable Development Goals (SDGs).
Salah satu implementasi konsep pembangunan kota berkelanjutan dengan tersedianya
infrastruktur hijau kota (urban green infrastructure). Infrastruktur hijau merupakan jaringan ruang
terbuka hijau (RTH) kota untuk melindungi nilai dan fungsi ekosistem alami yang dapat memberikan
dukungan kepada kehidupan manusia (Joga, 2013). Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan
Perkotaan. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan dalam
perencanaan tata ruang wilayah kota ditambahkan rencana penyediaan dan pemanfaatan RTH yang
meliputi RTH publik dan RTH privat. Proporsi RTH pada wilayah kota paling sedikit 30% dari luas
wilayah kota dengan proporsi RTH publik paling sedikit 20%. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka
Hijau di Kawasan Perkotaan, proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin
keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat
maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan
masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, hal yang dapat ditempuh sebagai langkah awal untuk
memenuhi ketentuan perundangan terkait RTH adalah dengan melakukan analisis kebutuhan RTH
kota Jember dalam upaya menuju infrastruktur hijaun kota dengan melihat kebutuhan berdasarkan
jumlah penduduk dan kebutuhan oksigennya. Hasil analisis ini akan menjadi sumber informasi
potensi dan permasalahan RTH yang dapat membantu Pemerintah dalam merumuskan kebijakan
pengelolaan RTH menuju Perkotaan Jember berkelanjutan.
METODE PENELITIAN
Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara survei yang terdiri dari survei data primer
(lapangan) yang dilakukan dengan cara melakukan observasi lapangan melalui ground checking
lapangan menggunakan GPS, interview dengan nara sumber serta pengukuran lapangan. Survei data
sekunder (instansional) dilakukan guna mendapatkan data elemen pembentuk kota hijau serta data
luasan RTH yang ada di kota Jember dengan cara mengakses data dari dinas instansi teknis terkait
yang sudah pernah dilakukan.
Analisis dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk
menggambarkan kebutuhan akan ruang terbuka hijau kota Jember melalui perhitungan rumus
matematis sederhana dan proyeksi jumlah penduduk. Hasil analisis tersebut selanjutnya dipakai
sebagai dasar kajian dalam menentukan luas area yang dibutuhkan untuk penyediaan Ruang Terbuka
Hijau pada lokasi penelitian dengan membandingkan pada luas RTH yang telah tersedia. Analisis
spasial diimplementasikan dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk
mengidentifikasi RTH yang telah ada dan aplikasi matematis melalui perhitungan luas area RTH
yang dibutuhkan per jumlah penduduk serta perhitungan proyeksi jumlah penduduk menggunakan
rumus geometri proyeksi jumlah penduduk. Tahapan metodologi diawali dengan identifikasi
data didasarkan pada permasalahan tentang RTH di perkotaan Jember dengan mengacu dasar hukum
yang ada, yaitu Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Data yang dibutuhkan
dalam survey ini adalah: lokasi RTH, luasan, tipe, dan kepemilikan RTH (privat dan publik). Selain
itu juga jarak, jenis, ukuran, dan nama tanaman penyusun RTH yang dilakukan digitasi lokasi RTH
di 3 (tiga) kecamatan kota, yaitu Kecamatan Kaliwates; Kecamatan Patrang; Kecamatan Sumbersari
seperti pada gambar 1 berikut.
220 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
Gambar 1. Peta Kota Jember (Kecamatan Kaliwates; Kecamatan Patrang; Kecamatan Sumbersari)
Hasil identifikasi dan survey awal kondisi eksisting RTH dan potensi lahan untuk RTH adalah
sebagai berikut.
1. Luasan RTH berdasarkan data sekunder
2. Ketersediaan RTH hasil survey dihitung berdasarkan: 1) Jumlah penduduk; 2) Luas Wilayah dan
3) Luasan RTH berdasarkan kebutuhan oksigen penduduk perkotaan Jember
Berdasarkan hasil identifikasi dan survey maka potensi lahan untuk RTH dilihat dari
ketersediaan RTH publik dan RTH privat berdasarkan luas wilayah serta kebutuhan oksigen
penduduk perkotaan Jember. Secara umum kebutuhan RTH untuk wilayah kota Jember
menunjukkan potensi RTH sebesar 5.87%, artinya ketersediaan RTH masih jauh dari standar yang
ditetapkan sebesar 30% yang dijelaskan pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Rekapitulasi Kebutuhan RTH di Kota Jember
Luas Wilayah Eksisting RTH (m2) Kebutuhan RTH (m2) Selisih Kebutuhan RTH (m2) Realisasi % RTH
Kecamatan Kota
(m2) Publik Privat Total Publik 20% Privat 10% Total 30% Publik Privat Total Publik Privat Total
Patrang 35,280,000 716,736 3,387,131 4,103,867 7,056,000 3,528,000 10,584,000 6,339,264 140,869 6,480,133 2.03 9.60 11.63
Kaliwates 26,750,000 856,403 207,108 1,063,511 5,350,000 2,675,000 8,025,000 4,493,597 2,467,892 6,961,489 3.20 0.77 3.98
Sumbersari 35,320,000 249,653 294,040 543,693 7,064,000 3,532,000 10,596,000 6,814,347 3,237,960 10,052,307 0.71 0.83 1.54
Total 97,350,000 1,822,792 3,888,279 5,711,072 19,470,000 9,735,000 29,205,000 17,647,208 5,846,721 23,493,928 1.87 3.99 5.87
Sumber: Hasil Perhitungan, 2017
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 221
Secara detail analisis ketersediaan RTH kota Jember dijelaskan sebagai berikut.
222 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
Di antara jenis-jenis RTH publik tersebut, RTH sempadan sungai yang memiliki kontribusi
luasan terbesar. Hal ini mengingat Kota Jember dialiri sungai Jompo, Antirogo dan Bedadung yang
memiliki potensi lahan RTH di sempadan sungainya. Ruang Terbuka Hijau lainnya yaitu Taman baik
taman RT, taman RW, maupun taman kelurahan memegang peran penting dalam kontribusi luasan
RTH. Selain itu keberadaan lapangan olahraga baik lapangan voley, sepakbola, futsal di beberapa
kecamatan kota yang merupakan merupakan pusat kegiatan masyarakat di sekitarnya juga ikut
berperan dalam memberikan fasilitas RTH.
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 223
Gambar 6. Analisis Kecukupan RTH berdasarkan pemanfaatan privat di Kecamatan Kaliwates
224 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
Kg Oksigen dalam waktu 12 jam per hari. Berdasarkan data tersebut, maka dapat diketahui jumlah
oksigen yang disediakan oleh ruang terbuka hijau. Penghitungan Oksigen ini juga dapat dilakukan
dengan mempertimbangkan kemampuan pohon secara individual dalam menyerap CO2 dan
menghasilkan oksigen. Berdasarkan hasil penelitian, 1 Pohon yang mampu menghasilkan O2
sebanyak 1,7 kg/jam atau 20.4 kg/hari. Hal ini diasumsikan bahwa setiap pohon mampu
menghasilkan oksigen dan karbondioksida hanya selama 12 jam/hari, disebabkan karena lamanya
penyinaran dalam sehari adalah 12 jam untuk membantu pohon dalam berfotosintesis. Selain itu juga
areal terbuka dengan pepohonan, semak belukar dan rerumputan mampu menyumbangkan
600kg/hari/ha.
Kebutuhan pemenuhan oksigen ideal di Kecamatan Kaliwates seluas 26,75 km2 dengan
penambahan pohon pemroduksi oksigen sebesar 30,907 kg/hari. Kecamatan Sumbersari secara
keseluruhan dengan luas wilayah 35,32 km2 dan jumlah penduduk 109.755 jiwa pada tahun 2015 ini
memiliki kebutuhan oksigen sebanyak 34,573 kg/hari mengingat jumlah penduduknya lebih besar
dari penduduk kecamatan Kaliwates. Namun demikian karena jumlah ketersediaan pohon untuk
kecamatan ini masih sedikit dibandingkan dengan dua kecamatan lainnya maka masih perlu ditanam
sebanyak 29,595 batang pohon. Jika penanaman pohon ini dilakukan maka dapat memberikan suplai
O2 sebanyak 635,760 kg/hari yang akan mampu memenuhi kebutuhan Oksigen penduduk hingga
lima tahu mendatang. Berdasarkan luas wilayahnya 35,28 km2 Kecamatan Patrang dengan jumlah
penduduk 87,935 jiwa membutuhkan oksigen sebanyak 27,700 kg/hari. Kebutuhan Oksigen ini akan
terpenuhi dengan adanya eksisting RTH yang ada dan jika ada pengkayaan pohon sejumlah 18,768
batang.
Tabel 2. Kebutuhan jumlah pohon yang harus ditanam berdasarkan luas wilayah, jumlah penduduk,
kebutuhan oksigen dan pemenuhan kebutuhan pohon 30% luas RTH
Kebutuhan O2 Suplai O2 (kg/hari) Kebutuhan
Kecamatan/ Luas Wilayah
Jml Penduduk (jiwa) (kg/hari) berdasarkan pohon yang
Kelurahan (km 2)
Standar 30% RTH harus ditanam
2015 2020 2015 2020
Kaliwates
Kaliwates 3.71 14,109 14,278 4,444 4,497 66,780 2,452
Kepatihan 2.08 20,420 20,594 6,432 6,487 37,440 1,834
Jember Kidul 1.99 22,471 22,610 7,078 7,122 35,820 1,676
Tegal Besar 7.62 14,879 15,067 4,687 4,746 137,160 6,432
Kebon Agung 2.92 5,963 6,094 1,878 1,920 52,560 1,488
Sempusari 5.46 10,272 11,885 3,236 3,744 98,280 4,390
Mangli 2.97 10,004 10,135 3,151 3,193 53,460 2,214
Total 26.75 98,118 100,663 30,907 31,709 481,500 20,487
Sumbersari
Wirolegi 6.62 10,807 11,663 3,404 3,674 119,160 5,823
Kranjingan 4.78 11,596 12,248 3,653 3,858 86,040 4,103
Karangrejo 5.25 14,418 14,922 4,542 4,700 94,500 4,576
Kebonsari 3.76 24,202 24,909 7,624 7,846 67,680 3,187
Sumbersari 4.65 31,602 32,192 9,955 10,141 83,700 3,269
Antirogo 7.82 9,875 10,330 3,111 3,254 140,760 6,550
Tegalgede 2.44 7,254 7,669 2,285 2,416 43,920 2,088
Total 35.32 109,755 113,934 34,573 35,889 635,760 29,595
Patrang
Gebang 4.26 22,400 22,558 7,056 7,106 76,680 3,388
Jemberlor 2.98 21,367 21,491 6,731 6,770 53,640 2,193
Patrang 4 15,081 15,145 4,750 4,771 72,000 929
Baratan 6.28 8,156 8,157 2,569 2,570 113,040 5,127
Bintoro 8.44 9,277 9,306 2,922 2,931 151,920 660
Slawu 4.38 5,327 5,369 1,678 1,691 78,840 3,801
Jumerto 2.23 2,633 2,702 830 851 40,140 1,617
Banjarsengon 2.71 3,694 3,736 1,163 1,177 48,780 1,052
Total 35.28 87,935 88,464 27,700 27,866 635,040 18,768
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 225
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan potensi RTH di kota Jember sebesar 5.87%, artinya
ketersediaan RTH ditinjau dari luas wilayah masih jauh dari standar yang ditetapkan sebesar 30%.
Kebutuhan O2 ditinjau dari jumlah penduduk sesuai ketetapan 30% di Kecamatan Kaliwates adalah
481.500 kg/hari, Kecamatan Patrang yaitu sebesar 635,760 kg/hari dan ketersediaan oksigen di
Kecamatan Sumbersari yaitu 635,040 kg/hari. Peran Dinas terkait sangat besar dalam menentukan
strategi, antara lain membuat rencana jangka pendek, menengah dan rencana jangka panjang terkait
dengan program pemenuhan kebutuhan RTH agar sesuai atau mendekati standar RTH yang
ditetapkan.
Rekomendasi
Konsep RTH dalam bentuk taman kota, harus mempunyai karakter taman kota yang akan
direncanakan (tematik) dan bersifat unik agar selalu diingat dan dikunjungi. Alternatif karakter
taman kota yang diusulkan adalah 1) taman kota edukatif meliputi variasi vegetasi khususnya
tumbuhan khas Jember, tumbuhan langka dan tanaman obat; 2) taman kota berbasis kuliner, 3) taman
kota untuk bermain anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA
226 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
ASPI 2018
Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI)
Diselenggarakan Oleh:
ASPI
Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia P4W - LPPM IPB Universitas Pakuan
Disponsori Oleh: