Anda di halaman 1dari 279

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak kemerdekaan Republik Indonesia 1945, bangsa Indonesia

sudah bertekad untuk menjadikan pembangunan karakter bangsa

sebagai bahan penting yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan

nasional, sehingga dalam kebijakan nasional ditegaskan bahwa

pembangunan karakter bangsa merupakan kebutuhan asasi dalam

proses berbangsa dan bernegara. Hal ini terlihat jelas dalam amanat

undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional yang pada pasal 3 menegaskan bahwa “Pendidikan Nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung

jawab”.1

1
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2013) hal: 26

1
2

Potensi peserta didik yang akan ditumbuh kembangkan, seperti;

yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, kreatif, mandiri, menjadi

warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab pada hakikatnya

dekat dengan makna karakter. Seperti yang telah dicetuskan oleh para

bapak pendiri bangsa ini (the founding fathers) bahwa: paling tidak ada

tiga tantangan besar yang dihadapi, pertama; mendirikan bangsa yang

bersatu dan berdaulat, kedua; membangun bangsa, dan ketiga adalah

membangun karakter. Ketiga hal tersebut secara jelas nampak dalam

konsep negara (nation-state) dan pembangunan karakter bangsa (nation

and character building), hal ini harus diupayakan terus menerus, tidak

boleh terputus di sepanjang sejarah kehidupan kebangsaan Indonesia.2

Lebih lanjut, Presiden pertama Republik Indonesia Bung Karno,

bahkan menegaskan:

“Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan


karakter (character building) karena character building inilah yang
akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju dan jaya,
serta bermartabat. Kalau character building ini tidak dilakukan, maka
bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli”3
Karakter, dalam pandangan Islam, identik dengan pengertian

akhlak yang merupakan tugas suci yang diemban oleh nabi utusan
2
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter ….
hal: 1
3
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter ….
Hal: 2
3

Allah, sebagaimana termaktub dalam sebuah hadits yang diriwayatkan

oleh Imam Ahmad: “sesunggguhnya aku diutus untuk

menyempurnakan akhlak (budi pekerti) yang mulia” 4 juga tersirat jelas

dalam Al-Qur’an Allah berfirman:

)4 : ‫َّك لَ َعلَى ُخلُ ٍق َع ِظي ٍم ( القلم‬


َ ‫َوِإن‬
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”
(Q.S. Al-Qolam : 4).5
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh abu darda RA, Rasulullah
bersabda:

‫ َم ا ِم ْن‬: ‫ ق ال رس ول اهلل ص لي اهلل علي ه وس لم‬:‫عن أيب ال درداء رض ي اهلل عن ه ق ال‬


)‫َشْيٍئ يِف الْ ِمْيَز ِان َأْث َق ُل ِم ْن ُح ْس ِن اخْلُلُ ِق (أخرجه أبو داود والرتمذي‬
“ Dari Abu Darda’ RA. Rasulullah SAW bersabda: tidak ada
sesuatu apapun yang lebih berat timbangannya dari kebaikan akhlak
(budi pekerti)”.6
Mengingat pentingnya karakter dalam kehidupan manusia, maka

hendaknya pendidikan karakter harus merupakan suatu proses yang

berkelanjutan dan tak pernah berakhir (never ending proces), sehingga

menghasilkan perbaikan yang berkesinambungan (continous quality

4
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012) hal: 10
5
Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, (Jakarta: Al-Huda,
2005) hal: 565
6
Imam alhafidz Ibnu Hajar, Bulughul Maram (Bairut: Dar el-Kutub, 2002) hal
: 355
4

improvement) dalam rangka menyempurnakan wujud manusiawi kita

dalam mengemban amanah menjadi khalifah Allah di muka bumi ini.

Sebagimana ditegaskan oleh E Mulyasa, “Pendidikan karakter

merupakan upaya untuk membantu perkembangan jiwa anak-anak baik

lahir maupun bathin, dari sifat kodratinya menuju kearah peradaban

yang manusiawi dan lebih baik7.

Lebih lanjut, kebahagiaan hidup manusia, secara garis besar juga

sangat ditentukan oleh adanya karekter yang baik, yang menjadi

landasan setiap individu dalam melakukan segala tidakan dalam

kehidupannya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Thomas

Lickons, beliau mengatakan bahwa:

“Tanpa nilai-nilai kebajikan yang membentuk karakter yang baik,


individu tidak bisa hidup bahagia dan tidak ada masyarakat yang dapat
berfungsi secara efektif. Tanpa karakter yang baik, seluruh umat
manusia tidak dapat melakukan perkembangan menuju dunia yang
menjunjung tinggi martabat dan nilai dari setiap pribadi”.8
Namun kenyataan yang terjadi di negeri ini, bahkan fenomena

yang bisa disaksikan, kondisi masyarakat, seakan jauh dari nilai-nilai

karakter yang digariskan oleh agama Islam dan bangsa Indonesia.


7
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2013) hal: 1
8
Thomas Lickona, Character Matters, How to help our children Develop
Good Judgement, integrity, and other essensial Virtues (Terjemahan: Persoalan
karakter..dst) PT. Bumi Aksara, Jakarta: 2012, Hal : 22
5

Krisis moral ini seakan melanda seluruh lini dari kehidupan, baik,

ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Krisis multidimensi ini

telah menembus seluruh bidang kehidupan termasuk karekter, moral,

etika, norma dan tata nilai 9. Terjadinya kejahatan dimana-mana,

semakin maraknya pornografi dan pornoaksi, penyebaran narkoba dan

psikotropika yang seakan tidak bisa dibendung lagi, tawuran pelajar,

hilangnya rasa tanggung jawab dan lain-lain, sekali lagi membuktikan

bahwa karakter belum terimplentasi dengan baik dalam kehidupan,

sehingga agenda pembangunan karakter (character building) memang

sangat urgen dan harus terus diupayakan.

Namun dengan kemajuan teknologi dan informasi yang sudah tak

terkendali, yang mengakibatkan berbagai macam perkembangan dan

perubahan dalam lini kehidupan manusia, baik yang positif maupun

yang negatif, tentunya merombak perilaku manusia pada zaman ini.10

Saat ini, manusia dengan mudah dan cepat bisa berkomunikasi dengan

orang lain meski dari tempat yang jauh. Bahkan manusia mampu

melakukan pekerjaan secara bersamaan dengan bantuan komputer.

9
Abdoel Fattah, Pembangunan Karakter Unggul Generasi Penerus Bangsa,
(Jakarta: PT. Arga Publishing: 2008) hal: 5
10
Amin Hedari, dkk, Panorama Pesantren dalam Cakrawala Modern (Jakarta,
Diva Pustaka: 2004) hal: 115
6

Inilah kecanggihan teknologi. Dan fenomena semacam ini, kemudian

dikenal orang dengan sebutan globalisasi (globalization).

Globalisasi dengan revolusi informasinya, ternyata membawa

banyak pengaruh negatif yang tidak diinginkan, salah satunya

masuknya budaya dan peradaban luar tanpa ada sensor dan filter, yang

bisa merubah dan menggeser nilai-nilai karakter dan kearifan yang ada

di masyarakat. Berhadapan dengan globalisasi dan ancaman kuatnya

terhadap benturan dengan peradaban, maka tidak mungkin pondok

pesantren akan bisa bertahan, exist dan survive ditengah bergejolaknya

zaman dengan hanya menggunakan pola pembelajaran lama. Tuntuan

masyarakat global adalah profesionalisme, penguasaan ilmu

pengetahuan, teknologi serta etos kerja yang tinggi 11. Globalisasi dan

modernisasi telah hadir sebagai sesuatu yang baru. Untuk itu kalangan

pondok pesantren seharusnya menempatkannya dalam cara pandang

yang proporsional; tidak dengan bersikap apatis, namun juga tidak

sepenuhnya menerima tanpa ada sikap kritis.

Pendidikan adalah salah satu segi penopang kehidupan yang

penting. Perhatian terhadap pendidikan sangat diutamakan dalam


11
Amin Hedari, dkk, Panorama Pesantren dalam Cakrawala Modern,… hal:
118
7

kehidupan. Namun bukanlah hal mudah bagi seseorang atau lembaga

untuk melaksanakan pendidikan. Dunia pendidikan adalah merupakan

tempat yang penuh dengan lika liku permasalahan. Akan tetapi yang

paling inti di dalamnya adalah tentang manajemennya. Keberhasilan

manajemen akan menjadi barometer keberhasilan pendidikan sendiri.

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan para manajer

mengembangkan sistem pendidikan dengan manajemen berbasis

sekolah. Sistem ini memberikan kesempatan yang luas pada pihak

sekolah yang diberikan dari kantor pendidikan pusat untuk

mengembangkan sendiri pola pendidikan sekolah, misalnya kurikulum,

alokasi dana, profesionalisme guru, sarana dan prasarana, pelayanan

siswa, hubungan sekolah dan masyarakat, metode pengajaran dan

sistem evaluasi.

Sistem manajemen berbasis sekolah muncul di Indonesia dalam

kurun waktu yang belum lama. Hal ini menuntut manajer untuk

mengetahui model-model MBS yang telah dilaksanakan negara-negara

lain di dunia, seperti di Amerika, Perancis, Australia, dan Inggris. Para

manajer membandingkan satu dengan yang lain dan menambahi

kekurangan model-model tersebut sehingga dapat diterapkan dan sesuai


8

dengan karakteristik pendidikan di Indonesia. Keberhasilan manajemen

ini harus memperhatikan dari beberapa hal, misalnya atraktif (daya

tarik), bermanfaat, berciri khusus dan efektif.

Adalah Pondok Pesantren yang merupakan lembaga pendidikan

yang tetap istiqomah dan konsisten melakukan perannya sebagai pusat

pendalaman ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi ad-dien)12, terutama

pendidikan karakter (akhlak). Pondok pesantren sebagai pendidikan

tertua di Indonesia, bahkan jauh sebelum negara ini berdiri, sebelum

Indonesia merdeka13 yang hingga kini menjadi aset bangsa yang cukup

mengakar dalam kehidupan masyarakat, dan telah mencetak kader-

kader ulama, pemimpin umat, mencerdaskan masyarakat, berhasil

menanamkan semangat berdikari, dan memiliki potensi untuk menjadi

pelopor pembangunan dilingkungannya. Pondok pesantren bisa

dipandang sebagai lembaga ritual, lembaga pembinaan mental, lembaga

dakwah14, dan yang paling populer adalah sebagai institusi pendidikan

12
Abdullah Syukri Zarkasyi Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren,
(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada: 2005) hal : 1
13
Departemen Agama RI Dirjen kelembagaan Agama Islam, Pondok
Pesantren dan Madrasah Diniyah, Pertumbuhan dan Perkembangannya (Jakarta:
2003) hal: 1
14
Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, Enterpreneurship Kaum Sarungan
(Jakarta, Khalifa: 2010) hal : 45
9

Islam yang mengalami romantika kehidupan dalam menghadapi

berbagai tantangan internal maupun eksternal.

Kulliyatul-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) Pondok Modern

Darussalam Gontor 9 Kalianda Lampung merupakan salah satu

lembaga pendidikan Islam Modern dan merupakan cabang Pondok

Modern Darussalam Gontor (PMDG) Ponorogo yang pada usianya

yang baru menginjak 12 tahun, dan masih dalam tahap pengembangan

dari berbagai segi memerlukan partisipasi yang penuh bagi setiap yang

tinggal di dalamnya, baik dari guru ataupun dari siswa.

Diantara salah satu lingkungan yang bisa dijadikan alternatif

untuk pengembangan karakter adalah pondok pesantren dengan sistem

asrama, dimana santri senantiasa dalam pengawasan dan disiplin yang

ketat. Totalitas kehidupan santri selama 24 jam sehari, sengaja di

setting untuk proses pendidikan mereka. Sehingga bisa dikatakan

bahwa apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan santri

dalam totalitas kehidupan mereka di pondok pesantren adalah

bermuatan pendidikan. Namun sekali lagi, pendidikan yang

dilaksanakan dalam kegiatan apapun yang muaranya pengembangan

karakter ini, meskipun dalam keadaan lingkungan yang mendukung


10

(pondok pesantren) tidak menjadi jaminan untuk kesuksesannya tanpa

dilaksanakan dengan kedisiplinan yang prima.

Dengan adanya fenomena ini, penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian yang berjudul: “Implementasi Kurikulum Kulliyatul

Mu’allimin Al-Islamiyyah (KMI) dan Disiplin Pondok dalam

Pengembangan Karakter Santri Di Pondok Modern Darussalam

Gontor 9 Lampung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat

mengidentifikasi masalah yang yang akan diteliti sebagai bahan pokok

pertimbangan dalam menentukan batasan masalah dan rumusan

masalah penelitian. Adapun identifikasi masalah penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Era Globalisasi ternyata banyak menimbulkan masalah

dalam pendidikan, diantaranya adalah banyaknya peserta

didik yang terjerumus dalam kehidupan yang tidak

berakhlak mulia, bahkan fenomena yang bisa disaksikan

disekitar kita, kondisi masyarakat, seakan jauh dari nilai-


11

nilai karakter yang digariskan oleh agama Islam dan bangsa

Indonesia. Krisis moral ini seakan melanda seluruh lini dari

kehidupan kita, baik, ideologi, politik, ekonomi, sosial dan

budaya. Krisis multidimensi ini telah menembus seluruh

bidang kehidupan termasuk karekter, moral, etika, norma

dan tata nilai. Terjadinya kejahatan dimana-mana, semakin

maraknya pornografi dan pornoaksi, penyebaran narkoba

dan psikotropika yang seakan tidak bisa dibendung lagi,

tawuran pelajar, hilangnya rasa tanggung jawab dan lain-

lain, sekali lagi membuktikan bahwa karakter belum

terimplentasi dengan baik dalam kehidupan kita, sehingga

agenda pembangunan karakter (character building)

memang sangat urgen dan harus terus diupayakan.

2. Banyak lembaga Pendidikan dewasa ini yang maju dan

berkembang dan mempunyai banyak program-program

yang ditawarkan untuk merubah atau

menumbuhkembangkan karakter atau akhlak siswa-

siswinya, tapi pada kenyataannya disaksikan masih banyak

terjadi perkelahaian antar siswa, perbuatan-perbuatan


12

amoral, dan lain sebagianya. Maka untuk itu pengembangan

karakter (character building) diperlukan lembaga

pendidikan yang bersistem tertentu yang bisa membantu

peserta didik dalam mengembangkan karakter mereka.

Program pembelajaran Kurikulum Kulliatul Mu’allimin al-

Islamiyah merupakan model kurikulum yang diterapkan

selama 24 jam penuh dan tinggal di dalam asrama. Dengan

ini diharapkan bisa membantu perseta didik dalam

membentuk pribadi yang berkarakter.

3. Prestasi belajar dan perubahan karakter di sini adalah hasil

usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk

angka, huruf atau simbol yang dapat mencerminkan hasil

yang dicapai oleh setiap santri dalam priode tertentu.

Karakter santri menjadi pribadi yang cerdas saja, melainkan


juga membentuk generasi penerus menjadi pelaku baik bagi perubahan
dalam hidupnya sendiri, yang pada gilirannya akan berkontribusi
perubahan dalam tatanan sosial kemasyarakatan menjadi lebih adil,
baik dan lebih manusiawi.

Dari Uraian di atas, dapat dipahami bahwa untuk pendidikan


dan pengembangan karakter yang baik, dibutuhkan lingkungan (miliu)
yang baik pula, dan penerapannya dibutuhkan kedisiplinan yang prima.
13

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan tentang Sistem Pendidikan

Islamic Boarding School ini yang didalamnyan terdapat dua sistem

pokok yaitu Kurikulum Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) yang

menangani masalah-masalah kepengajaran formula di dalam kelas dan

Disiplin Pendidikan yang akan mendisiplin dan membiasakan santri

dalam kehidupan sehari-hari selain di dalam proses kegiatan belajar

mengajar (KBM) dalam kelas. Dari kedua sistem yang menyatu

menjadi satu dan tidak bisa dipisahkan ini diharapakan akan

menghasilkan prestasi belajar dan pembentukan karakter santri, maka

untuk mempermudah penelitian ini, penulis membatasi masalah dalam

sebagai berikut :

1. Kurikukum Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyyah (KMI)

merupakan penerapan pembelajaran berdasarkan kurikulum yang

dikembangkan oleh banyak pondok modern secara mandiri

selama 24 jam penuh dan tinggal di dalam asrama.


14

2. Peningkatan prestasi belajar santri adalah laporan prestasi belajar

santri dalam bentuk angka atau huruf dan simbol dalam waktu

tertentu.

3. Pembentukan karakter santri merupakan dampak dari

implementasi Kurikulum Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah

(KMI) dan Disipilin Pendidikan yang telah dilaksanakan sesuai

dengan kurikulum yang telah disepakati.

Batasan-batasan masalah inilah yang ingin diketahui oleh

peneliti, agar dalam penelitian ini memperoleh tujuan penelitian yang

diharapkan. Serta memperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan

harapan peneliti.

D. Rumusan Masalah

Berangkat dari dasar pemikiran di atas, dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut; Bagaimana Pondok Modern Darussalam

Gontor Kampus 9 menerapkan Kurikulum Kulliyatul Mu’allimin

Al-Islamiyah (KMI) dan mengutamakan pelaksanaan Disiplin

Pondok dalam pengembangan karakter santri, yang kemudian

dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaan berikut ini:


15

1. Bagaimana kurikulum Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyah

(KMI) di Pondok Modern Darusslam Gontor kampus 9

Lampung?

2. Bagaimana Disiplin Pondok di Pondok Modern Darussalam

Gontor kampus 9 Lampung?

3. Bagaimana pengembangan karakter santri di Pondok Modern

Darussalam Gontor kampus 9 Lampung?

4. Bagaimana implementasi Kurikukum Kulliyatul Mu’allimin Al-

Islamiyyah (KMI) dan disiplin pendidikan dalam

pengembangan karakter santri di Pondok Modern Darussalam

Gontor kampus 9 Lampung?

5. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat implementasi

Kurikukum Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyyah (KMI) dan

disiplin pendidikan dalam pengembangan karakter santri di

Pondok Modern Darussalam Gontor kampus 9 Lampung?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian
16

a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan kurikulum KMI di

Pondok Modern Darusslam Gontor kampus 9 Lampung.

b. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Disiplin Pondok di

Pondok Modern Darussalam Gontor kampus 9 Lampung.

c. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan karakter santri

di Pondok Modern Darussalam Gontor kampus 9 Lampung.

d. Untuk mengetahui bagaimana faktor pendukung dan

penghambat implementasi Kurikukum Kulliyatul Mu’allimin

Al-Islamiyyah (KMI) dan Disiplin Pondok dalam

pengembangan karakter santri di Pondok Modern

Darussalam Gontor kampus 9 Lampung.

e. Untuk mengetahui langkah strategi yang dilakukan untuk

mengatasi faktor pendukung dan penghambat pada

implementasi Kurikukum Kulliyatul Mu’allimin Al-

Islamiyyah (KMI) dan Disiplin Pondok dalam

pengembangan karakter santri di Pondok Modern

Darussalam Gontor kampus 9 Lampung.

2. Kegunaan Penelitian
17

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan baik bagi pihak

peneliti maupun bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan (secara

akademik). Secara lebih rinci kegunaan penelitian ini dapat memberi

manfaat sebagai berikut:

a. Kegunaan Teoritis

1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi

pengembangan ilmu dan pengetahuan terutama yang

berhubungan dengan implementasi disiplin dalam upaya

mengembangan karakter.

2) Menjadikan bahan masukan untuk kepentingan pengembangan

ilmu bagi pihak-pihak yang berkepentingan guna menjadikan

penelitian lebih lanjut terhadap objek sejenis atau aspek

lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini.

b. Kegunaan Praktis

1) Untuk menyelesaikan tugas akademis pada jenjang magister,

dalam konsentrasi Pendidikan Agama Islam.

2) Memberikan informasi bagi para pendidik agar meningkatkan

kualifikasinya sebagai upaya untuk meningkatkan

profesionalismenya, terutama dalam pembinaan karakter


18

3) Memberikan sumbangsih pemikiran bagi pengasuh Pondok

Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda Lampung dalam

rangka meningkatkan mutu pendidikan Islam di lembaga yang

dipimpinnya

4) Sebagai bahan masukan bagi pengasuh pondok pesantren

beserta para pembantunya bahwa disiplin harus

diimplementasikan dengan baik dalam mencapai tujuan

pendidikan.

5) Sebagai bahan masukan kepada para praktisi pendidikan

bahwa tujuan pendidikan nasional yang bermuara pada

pendidikan karakter akan tercapai bila didukung dengan

pelaksanaan disiplin yang prima.

F. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan penelusuran penulis, ditemukan sejumlah

penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:

1. Jurnal yang ditulis oleh Hafid Hardoyo, “KURIKULUM

TERSEMBUNYI PONDOK MODERN DARUSSALAM


19

GONTOR”,15 dalam tulisannya disimpulkan bahwa kurikulum

merupakan aspek penting dalam pendidikan, keberhasilan

proses belajar mengajar dalam pendidikan banyak ditentukan

ketika penyusunan kurikulum. Yang dimaksud kurikuumi

tersembunyi adalah merupakan transformasi akhlak, nilai dan

makna dari pengalaman-pengalaman yang anak didikan peroleh

selama belajar di lembaga pendidikan. Kurikulum tersembunyi

Pondok Modern Darussalam Gontor mencakup semua kegiatan

santri dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali. Semua

kegiatan santri selama dua puluh empat jam memiliki nilai dan

makna, selain semua kegiatan dilaksanakan di dalam asrama.

Maka sangat cocoklah apabila transformasi akhlak, moral, nilai

dan makna yang sangat efektif dalam system asrama.

Jurnal ini mempunyai kesamaan dengan tesis ini karena

sama-sama membahas tentang pembentukan akhlak atau

karakter (character building), hanya saja peneliti akan mencoba

mendetailkan jurnal tersebut dengan mengkolaborasikan dengan

penelitian yang akan dilakukan peneliti langsung dilapangan.


15
Hafid Hardoyo, Kurikulum Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor,
https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tadib/index, e-ISSN: 2503-3514, vol. 4
no. 2 Sya’ban 1429
20

2. Jurnal yang ditulis Ichsan Wibowo Saputro, “Penanaman

Pendidikan Karakter di Lembaga Pendidikan Non-Formal

(Studi Kasus di Homeschooling Group Khairu Ummah,

Bantul”,16 dalam tulisannya dikatakan bahwa model kurikulum

terpadu (integrated curriculum) mengaharuskan terbentuknya

pembelajaran terpadu (integrated learning) dengan

menitikberatkan pada kegiatan belajar yang lebih terorganisasi

secara terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau

pada pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (centre

coer/centre of interest) dari suatu kurikulum. Secara tidak

langsung, hal ini sebenarnya menjadi nilai tersendiri yang

berbeda dengan lembaga pendidikan yang lain. Lembaga ini

sejatinya lebih mengedepankan keunggulan dalam bidang

keunggulan yang tidak tampak (intangiable value)

dibandingkan dengan keunggulan yang tampak (tangiable

value).

Keberhasilan dalam mengedepankan intangiable value

ini dapat dilihat dari kebermaknaan pembelajaran yang dapat


16
Ichsan Wibowo Saputro, Penanaman Pendidikan Karakter di Lemabaga
Pendidikan Non-Formal, https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tadib/index, e-
ISSN: 2503-3514, vol. 12, no. 1, Juni 2017
21

dirasakan oleh stakeholder, dalam hal ini adalah wari murid.

Keberhasilan pendidikan yang lebih menekankan pada

intangiable value, karena memang secara konseptual kurikulum

yang dirancang diarahkan pada terwujudnya pembangunan

karakter Islami (Islamic character building) dalam diri peserta

didik.

Proses selanjutnya dengan menggunakan metode

keteledanan (uswah hasanah), nasehat (mau’idzoh),

pembiasaan, dan hukuman (reward and punishment)

pengetahuan dirubah menjadi pemahaman (mafhum). Perubahan

konsep dasar yang menjadi pemahaman inilah yang diharapkan

dapat membentuk pola piker Islami (aqliyah Islamiyah).

3. Tesis yang ditulis oleh Hakim as-Shidqi, mengenai

“PENDIDIKAN AKHLAK MENURUT KH. IMAM

ZARKASYI DAN RELEVANSINYA DENGAN

PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA”. Menurut Hakim as-

Shidqi; Penelitian ini mencoba untuk mengekplorasi konsep

pendidikan akhlak menurut Imam Zarkasyi, dengan melihat

kesesuaiannya dengan konsep pendidikan akhlak menurut tokoh


22

pendidikan Islam sebelumnya, yaitu Miskawaih, Imam al-

Ghazali, Ibn Qayyim al-Jauziyyah dan Muhammad Abduh

kemudian mencari relevansinya dengan pendidikan karakter

bangsa untuk melihat kesesuaian tujuan, nilai dan metodologi.

Dilihat dari segi tujuan diatas, penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif dan menggunakan pendekatan historis

faktual. Imam Zarkasyi dalam penelitian ini melihat pendidikan

sebagai sebuah totalitas kegiatan mendidik dan berpendapat

bahwa setiap yang dilihat, didengar dan dirasakan oleh peserta

didik dari kegiatan atau suara merupakan sarana dari sarana-

sarana pendidikan akhlak. Keutamaan nilai-nilai pendidikan

akhlak oleh Imam Zarkasyi dirangkum dalam panca jiwa

pondok modern, yaitu: keikhlasan, kesederhanaan, berdikari,

ukhuwah diniyyah dan kebebasan. Kesemua keutamaan tersebut

harus ditanamkan melewati seluruh kegiatan pendidikan, Imam

Zarkasyi menawarkan beberapa metode yang dapat digunakan

seperti metode pengarahan/nasehat dan keteladanan, metode

penciptaan lingkungan (conditioning), metode penugasan,

metode pembelajaran/kisah/hikmah, metode pembiasaan, dan


23

metode latihan. Pendapat ini memiliki kesesuaian dengan

pemikiran tokoh pendidikan Islam seperti Miskawaih, Imam al-

Ghazali, Ibn Qayyim al-Jauziyyah dan Muhammad Abduh serta

konsep pendidikan karakter bangsa yang disusun oleh

Kemendiknas. Konsep pendidikan akhlak Imam Zarkasyi dapat

dijadikan alternatif dan contoh dalam mengaplikasikan nilai-

nilai budaya dan karakter bangsa dalam pendidikan. Terapan

konsep pendidikan akhlak Imam Zarkasyi juga dapat ditemukan

dalam kegiatan kependidikan di Pondok Modern Darussalam

Gontor yang dirintisnya bersama kedua saudaranya.17

Penelitian Hakim ini relevan dengan tema yang hendak

dikaji oleh dalam tesis ini, mengingat yang dikaji adalah

pendidikan akhlak (karakter) Imam Zarkasyi dan relavansinya

dengan karakter bangsa. Sementera penulis hendak mencoba

meneliti tentang implementasi kurikulum KMI dan penerapan

Disiplin Pondok dalam pengembangan karakter itu sendiri.

Penelitian diatas dan penelitian yang akan peneliti

lakukan mempunyai kesamaan yaitu tentang pendidikan yang


17
Hakim Ash-Shidqi, Pendidikan Akhlak KH. Imam Zarkasyi dan
relevansinya dengan Pendidikan Karakter Bangsa, Thesis Magister IAIN Sunan
Ampel Surabaya, tahun 2011
24

berkarakter, hanya saja hasil penelitian diatas masih bersifat

teori dan dan konsep pendidikan akhlak menurut Imam

Zarkasyi, sementara perbedaannya adalah peneliti akan

mencoba untuk mengungkapkan dari hasil konsep dan teori itu

yang sudah diimplemetasikan dalam kehidupan sehari-hari

yaitu kehidupan di dalam pondok modern yang dikenal dengan

istilah Islamic Boarding School.

4. Tesis yang ditulis oleh Syamsuddin Basyir,

“IMPLEMENTASI MANAJEMEN PENDIDIKAN DI

KULLIYATUL MUALLIMIN AL-ISLAMIYAH PONDOK

MODERN DARUSSALAM GONTOR 9 KALIANDA

LAMPUNG SELATAN”. Syamsuddin menulis: Kulliyatul

Muallimin Al-Islamiyah (KMI) Pondok Modern Darussalam

Gontor 9 Kalianda, merupakan sebuah lembaga pendidikan

Islam berjiwa Pesantren, dengan kyai sebagai sentral figurnya,

dan masjid sebagai titik pusat yang menjiwainya. Didirikan

pada tahun 2005 dan merupakan salah satu cabang dari Pondok

Modern Darussalam Gontor Ponorogo, Jawa Timur. Meski baru

menginjak tahun ke 7 PMDG 9 sudah mencatat prestasi yang


25

besar, baik dari segi jumlah siswanya maupun prestasi

lulusannya. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari menajemen

pendidikan yang baik. Oleh sebab itu academic curiosity

peneliti termotivasi untuk mengangkat permasalahan berikut:

“Bagaimanakah implementasi Manajemen Pendidikan di

Kulliyatul Muallimin Al-Islamiyah Pondok Modern Darussalam

Gontor 9 Kalianda?”

Hasil penelitian menunjukkah bahwa “implementasi

manajemen pendidikan di KMI Pondok Modern Darussalam

Gontor 9 Kalianda secara umum sudah terlaksana, namun

belum optimal, baik pada aspek manajemen material,

kurikulum, personal, supervisi maupun evaluasi.” Belum

optimalnya implementasi tersebut disebabkan oleh beberapa

kendala, antara lain minimnya buku bacaan. Kemampuan wali

santri di bidang sosial ekonomi masih rendah. Jumlah jam

belajar dan kegiatan pondok pesantren yang sangat padat.

Mayoritas guru merupakan guru pengabdian, sehingga kurang

maksimal dalam menjalankan program pondok. Masih banyak

guru yang belum menguasai teknik pembuatan soal-soal ujian.


26

Adapun upaya-upaya mengatasi kendala-kendala

tersebut yaitu dengan terus menerus dibangun gedung-gedung

baru untuk penyempurnaan lembaga pendidikan tersebut.

Disusun RAPBS yang rasional dan antisipasi terkendalanya

pemasukan keuangan. Memberi keringanan kepada wali murid

yang kurang mampu. Melakukan kegiatan belajar mengajar

dilakukan dengan teknik dan pendekatan yang menyenangkan.

Penciptaan kegiatan aktivitas siswa di luar kelas dengan suasana

rekreatif. Mengadakan pembinaan yang berisikan penataran dan

pelatihan secara rutin dan intensif. Memperketat sistem evaluasi

dalam pelaksanaannya. Guru diharuskan membuat perencanaan

sebaik-baiknya. Kemudian pembinaan secara terus menerus

dengan mendatangkan tutor di bidangnya, sehingga cepat

menyelesaikan permasalahan yang ada.18

Penelitian Syamsuddin ini relevan dengan tema yang

hendak dikaji oleh peneliti dalam thesis ini, mengingat tempat

dan lokasi penelitian yang sama dengan yang direncanakan oleh

penulis, dan yang membedakannya adalah obyek kajian.


18
Syamsuddin Basyir, Implemantasi Manajeman Pendidikan di Kulliyatul
Mu’allimin Al-Islamiyyah Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda Lampung
Selatan, Thesis Magister IAIN Raden Intan, Lampung: tahun 2012
27

Syamsuddin mengakaji tentang implementasi Manajemen

Pendidikan Islam secara umum, sementara penulis lebih

mengkerucut, hendak mengkaji implementasi kurikulum KMI

dan Disiplin Pondok dalam pengembangan karakter santri, yang

pada akhirnya hendak mencapai model sistem pendidikan Islam

yang berkarakter.

5. Buku yang ditulis oleh Zamakhsyari Dhofier, "TRADISI

PESANTREN, STUDI PANDANGAN HIDUP KYAI DAN

VISINYA MENGENAI MASA DEPAN INDONESIA” buku

ini ditulis berdasarkan studi lapangan yang dilakukan penulis

antara September 1977 dan September 1978, untuk

menggambarkan dan mengamati perubahan-perubahan yang

terjadi dilingkungan pesantren dan Islam yang dianut oleh para

kyai di Indonesia yang dalam periode Indonesia modern

sekarang ini tetap menunjukkan vitalitasnya sebagai kekuatan

sosial, cultural dan keagamaan dan aktif membentuk bangunan

kebudayaan Indonesia modern.19

19
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Pandangan Hidup Kyai dan
Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia, Penerbit LP3ES, (Jakarta : 2011) Hal : 6
28

Dalam buku ini, penulis menggambarkan semangat

Islam para kyai pimpinan pesantren yang dikenal sebagai

banteng pertahanan umat Islam dan pusat penyebaran Islam.

Sebagai studi intensif tentang pesantren sebagai lembaga-

lembaga keagamaan, pendidikan dan kemasyarakatan, buku ini

bersifat entografis, baik metode maupun kedalaman masalah

yang dibahas. Oleh karena itu, buku ini berusaha menyoroti

sejarah kedua pesantren; Pesantren Tegalsari (Semarang) dan

pesantren Tebuireng (Jombang) yang diteliti.

Penelitian Zamakhsyari Dhofier ini cukup relevan dengan tema

yang akan dibahas dalam tesis ini, mengingat objek kajian dalam buku

tersebut adalah pesantren yang merupakan lembaga agen perbubahan

akhlaq atau karakter; dan menjadi salah satu tema yang akan dikaji

dalam tesis ini.

Tulisan diatas sangat relevan dengan tesis ini karena sama-sama

membahas tentang pengembangan karakter (character building), hanya

saja, pendidikan non-formal yang hanya beberapa jam bertemunya

antara pendidik dan peserta didik yang dijadikan obyeknya, sementara

peneliti mengobservasi Pondok Modern yang mana semua santrinya


29

hidup di dalam asrama selama 24 jam penuh yang pada akhirnya antara

pendidik dan peserta didik nyaris setia waktu dan setia saat bisa

bertemu. Ditambah lagi peneliti berencana akan mengkolaborasikan

antara system pendidikan di dalam kelas dan pendidikan di luar kelas,

itu juga yang membedakan antara jurnal yang ditulis oleh Ichsan dan

tesis yang akan dilakukan oleh peneliti.

G. Kerangka Teori

Fenomena yang kita saksikan dewasa ini, kondisi masyarakat

seakan-akan jauh dari nilai-nilai karakter yang digariskan oleh agama

Islam dan bangsa Indonesia. Krisis moral ini seakan melanda seluruh

lini dari kehidupan kita, baik, ideologi, politik, ekonomi, sosial dan

budaya. Krisis multidimensi ini telah menembus seluruh bidang

kehidupan termasuk karekter, moral, etika, norma dan tata nilai.

Terjadinya kejahatan dimana-mana, semakin maraknya pornografi dan

pornoaksi, penyebaran narkoba dan psikotropika yang seakan tidak bisa

dibendung lagi, tawuran pelajar, hilangnya rasa tanggung jawab dan

lain-lain, sekali lagi membuktikan bahwa karakter belum terimplentasi

dengan baik dalam kehidupan kita, sehingga agenda pembangunan


30

karakter (character building) memang sangat urgen dan harus terus

diupayakan.

Pendidikan adalah salah satu segi penopang kehidupan yang

penting. Perhatian terhadap pendidikan sangat diutamakan dalam

kehidupan. Namun bukanlah hal mudah bagi seseorang atau lembaga

untuk melaksanakan pendidikan. Dunia pendidikan adalah merupakan

tempat yang penuh dengan lika-liku permasalahan. Akan tetapi yang

paling inti di dalamnya adalah tentang manajemennya. Keberhasilan

manajemen akan menjadi barometer keberhasilan pendidikan sendiri.

Pondok Pesantren yang merupakan lembaga pendidikan yang

tetap istiqomah dan konsisten melakukan perannya sebagai pusat

pendalaman ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi ad-dien), terutama

pendidikan karakter (akhlak). Selain itu juga diajarkan Dirosah

Islamiyah, ilmu pengetahuan umum, Pendidikan Akhlak, Bahasa Arab,

Bahasa Inggris dan juga pendidikan hidup berorganisasi, bermasyarakat

dan masih banyak ilmu yang lainnya. Pondok pesantren sebagai

pendidikan tertua di Indonesia, bahkan jauh sebelum negara ini berdiri,

sebelum Indonesia merdeka yang hingga kini menjadi aset bangsa yang

cukup mengakar dalam kehidupan masyarakat, dan telah mencetak


31

kader-kader ulama, pemimpin umat, mencerdaskan masyarakat,

berhasil menanamkan semangat berdikari, dan memiliki potensi untuk

menjadi pelopor pembangunan dilingkungannya. Pondok pesantren

bisa dipandang sebagai lembaga ritual, lembaga pembinaan mental,

lembaga dakwah, dan yang paling populer adalah sebagai institusi

pendidikan Islam yang mengalami romantika kehidupan dalam

menghadapi berbagai tantangan internal maupun eksternal.

Dari uraian diatas dapat kita skemakan sebagai berikut:

Fenomena Kurikulum KMI:


1. Dirosah Islamiyah
yang ada: 2. Pendidikan Akhlak
3. Pelajaran Umum
1. Kehidupan 4. Pelajaran Bahasa Arab
dan Inggris
yang jauh
dari karater
agama Character KARAKTER
2. Krisis Moral SANTRI
3. Krisis Etika Building
4. Krisis Nilai
5. Krisis Norma Disiplin Pondok:
6. Maraknya 1. Disiplin Hidup 24
pornografi Jam
dan 2. Disiplin Beribadah
pornoaksi 3. Disiplin Belajar
4. Disiplin Hidup
7. dsb bersama
32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

KURIKULUM, KURIKULUM KULLIYATUL MU’ALLIMIN


AL-ISLAMIYAH (KMI) DARUSSALAM GONTOR DAN
DISIPLIN PONDOK

A. Pengertian Kurikulum

Istilah kurikulum ysng berasal dari bahasa latin "currculum"

semula berarti a running course, or race course, especialy a chariot

race course dan terdapat pula dalam bahasa Prancis "courier" artinya to

run yaitu berlari. Kemudian istilah itu digunakan untuk

sejumlah courses atau mata pelajaran yang harus ditempuh untuk

mencapai suatu gelar atau ijazah.20 Sedangkan dalam bahasa Arab,

istilah kurikulum sering disebut al-manhaj. Dalam hubungan ini,

Mohammad al-Toumy al-Syaibani mengemukakan sebagai berikut.


20
Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (CV Pustaka
Setia: Bandung, 2007), hal. 131
33

Adapun tentang pengertian kurikulum dalam pendidikan, maka

bila kita kembali kepada kamus-kamus bahasa Arab, maka kita dapati

kata-kata "manhaj" (kurikulum) yang bermakna jalan yang terang, atau

jalan terang yang dilalui manusia dalam berbagai kehidupan. Sekian

banyak pengertian kosa kata tentang kurikulum, dari segi bahasa ini

dapat diartikan bahwa kurikulum adalah rencana atau bahasan

pengajaran sehingga arah kegiatan pendidikan menjadi jelas dan terang.

Pengertian ini terkait dengan hal yang paling menonjol dari isi

kurikulum, yaitu susunan bahan atau mata pelajaran yang akan

digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pendidikan.21  Kurikulum dari

segi bahasa ini, digunakan bukan hanya untuk kegiatan pendidikan,

melainkan untuk kegiatan lainnya. Dengan kata lain, bahwa setiap

kegiatan dalam kehidupan ada kurikulumnya.

Pengerian kurikulum dalam Undang-Undang No. 20/2003

tentang Sisdiknas, pasai 1 Ayat 19, adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pengertian kurukum ini

21
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Kencana Media Group: Jakarta,
2010), hal. 121
34

dapat dijabarkan menjadi seperangkat rencana, pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran, pengaturan yang digunakan, serta

pedoman kegiatan pembelajaran.22

Selanjutnya dijumpai juga pengertian kurikulum yang

dikemukakan para ahli pendidikan, yang secara umum dapat dibedakan

ke dalam pengertian sempit dan yang lebih luas. Salah satu pengertian

kurikulum arti sempit, yaitu sebagaimana pengertian yang dinyatakan

oleh Crow and Crow adalah rancangan pengejaran yang isinya

sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis, sebagai syarat

untuk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu. Pendapat ini

diperkuat oleh Muhammad Ali Khalil yang menyatakan bahwa

kurikulum adalah seperangkat perencanaan dan media untuk

mengantar  lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan

yang diinginkan.23

Adapun pengertian kurikulum secara modern atau luas adalah

sebagaimana yang dinyatakan oleh Ahmad Tafsir bahwasanya

kurikulum tidak hanya sekedar berisi rencana pelajaran atau bidang

22
Rahmat Raharjo, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum Membangun
Generasi Cerdas dan Berkarakter untuk Kemajuan Bangsa, (Baituna Publishing:
Yogyakarta, 2012), hal. 18
23
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam..... hal.122
35

studi, melainkan semua yang secara nyata terjadi dalam proses

pendidikan di sekolah. Pengertian ini bertolak dari sesuatu yang aktual,

nyata dan terjadi disekolah dalam proses belajar. Berbagai kegiatan

siswa, baik yang dilakukan dalam maupun luar sekolah dapat

memberikan pengalaman belajar atau dapat dianggap sebagai pengalam

belajar. Dalam pandangan modern semua pengalaman belajar tersebut

dapat dinamakan kurikulum.24

Pengertian kurikulum baik secara tradisional maupun secara

modern dijumpai di dalam ajaran Islam, baik pada dataran normatif,

maupun historis filosofis. Secara normatif, di dalam al-Qur’an terdapat

ayat-ayat yang menyuruh manusia agar mempelajari segala sesuatu

baik yang bersifat tertulis, baik benda-benda yang ada di bumi, maupun

benda-benda yang ada di langit, baik kehidupan manusia masa

sekarang, masa silam dan masa yang akan datang. Demikian pula di

dalam haditsnya Rasulullah menyuruh pengikutnya agar mempelajari

ilmu yang berkaitan dengan keduniaan maupun keakhiratan. Adanya

hal-hal yang sudah diajarkan Tuhan kepada manusia, dalam

hubungannya dengan kurikulum sebagaimana tersebut di atas, dapat

dipahami dari ayat-ayat al-Qur’an di bawah ini:


24
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam..... hal.124
36

      


     
  
Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda
itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (QS. al-
Baqarah: 31)
     
Artinya: Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya, (QS. al-Alaq: 5)
          
        
  
Artinya: Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada
Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang
bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk
dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka
Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (QS. Luqman:
12) 

Selanjutnya di dalam hadits Rasulullah, dijumpai keterangan

sebagai berikut:

"Ajarilah anakmu sekalian tentang tiga perkara, yaitu mencintai


Nabi-Nya, mencintai keluarganya, dan membaca al-Qur‘an, karena
sesungguhnya orang-orang yang membaca (hafal) al-Qur‘an akan
berada di bawah perlindungan Allah SWT pada hari yang tidak ada
perlindungan lain kecuali perlindungan-Nya bersama para Nabi dan
orang-orang yang dicintai-Nya." (HR. al-Dailami dari Ali).25

25
Hadits Web, Kumpulan dan Himpunan Belajar Hadits di http:/
/opi.110mb.com/
37

Selain dengan merujuk ayat-ayat al-Qur’an dan hadits Nabi yang

bersifat normatif sebagaimana telah dituliskan di atas, penyusunan dan

pembinaan kurikulum dalam pendidikan Islam, juga dapat merujuk

pada pendapat para ulamaIslam tentang ilmu pengetahuan dan hukum

mempelajarinya. Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa

pengertian kurikulum dari waktu ke waktu senantiasa mengalami

perkembangan, yaitu dari pengertiannya yang lebih luas, canggih dan

modern.

Dilihat dari rumusannya pendidikan Islam bisa dikatakan

tergolong sederhana atau tradisional, karena yang dibicarakan hanya

masalah ilmu pengetahuan atau ajaran yang akan diberikan. Namun

dilihat dari segi ilmu yang akan diajarkannya serta tempat

berlangsungnya pengajaran tersebut, dapat dikatakan amat luas,

mendalam dan modern, karena bukan hanya mencakup ilmu agama

saja, melainkan juga ilmu yang terkait dengan perkembangan

intelektual, keterampilan, emosional, sosial dan lain sebagainya. Al-

Qur‘an, as-Sunah, dan para ulama Islam dengan sangat jelas dan teliti

telah membahas dan mengembangkan berbagai teori tentang ilmu


38

pengetahuan, tujuan, manfaat, serta kaitannya dengan kegiatan

pengajaran.26

Dari semua pendapat tentang kurikulum diatas maka dapat ditarik

kesemipulan bahwa, kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan

program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara

pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan

kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. 27

Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan

dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan

pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Lama waktu dalam

satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari

sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan

untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang

dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.

26
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Kencana Media Group: Jakarta,
2010), hal 129
27
Syaodih., Sukmadinata, Nana, Pengembangan kurikulum : teori dan praktik,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000)
39

B. Kurikulum Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI)

Darussalam Gontor28

1. Latar Belakang

Sebagai lembaga pendidikan kader pemimpin yang

mengutamakan pembentukan mental karakter anak didiknya, Gontor

menerapkan sistem pendidikan yang integral, komprehensif, dan

mandiri. Sarana utama dalam pendidikan Gontor adalah keteladanan,

pembelajaran, penugasan dengan berbagai macam kegiatan,

pembiasaan dan pelatihan, sehingga terciptalah milieu yang kondusif,

karena seluruh santri tinggal di dalam asrama dengan disiplin yang

tinggi. Setiap kegiatan dikawal dengan rapat, disertai pengarahan,

bimbingan dan evaluasi, serta diisi dengan pemahaman terhadap

manfaat, sasaran, latar belakang dan filosofisnya. Dengan demikian

seluruh dinamika aktivitas tersebut dapat berjalan dengan baik dan

memberikan hasil optimal. Orientasi pendidikan di KMI Gontor

meliputi keislaman, keilmuan, dan kemasyarakatan yang diaplikasikan

dalam sistem mu’allimin.

28
Dokumen Kurikulum KMI Kulliyatul Mu’alllimin al-Islamiyah Pondok
Modern Darussalam Gontor Ponorogo
40

Kekhasan pola pendidikan mu’allimin di Pondok Modern

Darussalam Gontor bisa dijelaskan sebagai berikut:

1. Bersifat Integratif

Memadukan intra kurikuler, ko kurikuler, dan ekstra

kurikuler, dalam satu kesatuan sistem pendidikan pesantren

yang mampu memadukan tri pusat pendidikan; pendidikan

keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pola seperti ini

memungkinkan untuk terjadinya integrasi antara iman, ilmu,

dan amal, antara teori dan praktik dalam satu kesatuan. Hal

ini didukung oleh keberadaan siswa di dalam pesantren

selama 24 jam.

2. Bersifat Komprehensif

Pendidikan yang komprehensif bersifat menyeluruh dan

komplit, yang mengembangkan potensi siswa menuju

kesempurnaannya. Inti kurikulum KMI Gontor adalah

pengembangan dirasat islamiyah di mana siswa tidak hanya

belajar ilmu-ilmu keagamaan seperti Fiqh, Tafsir, dan Hadits

saja, akan tetapi siswa juga dikenalkan dengan berbagai

bidang ilmu lain yang bermanfaat dalam kehidupannya.


41

Pendidikan dilaksanakan bukan hanya di dalam kelas, tetapi

juga dilaksanakan di luar kelas dengan berbagai kegiatan

yang padat dan mendidik. Pendidikan dengan pola seperti ini

memungkinkan untuk tidak mengenal dikotomi antara ilmu

umum dan ilmu agama.

3. Bersifat Mandiri

Kurikulum pendidikan di KMI Pondok Modern Darussalam

Gontor bersifat mandiri, sebagaimana tertuang dalam Paca

Jiwa Pondok. Kemandirian kurikulum KMI Gontor tercermin

pada independensi menentukan bahan ajar, proses

pembelajaran, dan sistem penilaian sejak mula didirikan

hingga sekarang. Perwujudan dari sistem pendidikan

pesantren yang bersifat integratif, komprehensif, dan mandiri

dalam sebuah interaksi positif antara siswa (santri), guru dan

kyai dalam sebuah pola kehidupan pesantren yang mana kyai

menjadi sentral figur yang menjiwai dan masjid sebagai

pusat kegiatan, menghasilkan pola pendidikan khas pesantren

yang mengembangkan potensi siswa dalam berbagai aspek

kehidupan. Dengan demikian di masa yang akan datang


42

siswa dapat menekuni berbagai macam profesi, meskipun

sasaran utamanya adalah menjadi seorang guru.

2. Landasan Penyusunan Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU nomor 20 tahun 2003; PP

nomor 19 tahun 2005). Secara yuridis, kurikulum KMI Pondok Modern

Darussalam Gontor didasarkan kepada aturan perundang-undangan

yang berlaku. Diantara aturan dan peraturan yang menjadi dasar

penyusunan dan pengembangan kurikulum adalah undang-undang

nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan

Pemerintah RI nomor 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan

Pendidikan Keagamaan, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia

nomor 13 tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam, Peraturan

Menteri Agama nomor 18 tahun 2014 tentang Satuan Pendidikan

Muadalah pada Pondok Pesantren, dan Statuta KMI Pondok Modern

Darusslam Gontor, menerangkan bahwa KMI Pondok Modern


43

Darussalam Gontor menyelenggarakan kurikulum Dirosah Islamiyah

dengan Pola Muallimin, dan mempunyai kedudukan sama sesuai

dengan prinsip-prinsip keadila dalam pendidikan. Secara filosofis apa

yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dialami oleh siswa (santri)

sehari-hari dalam kedihupan di pesantrenadalah unsur yang mendidik.

Selanjutnya nilai-nilai dan falsafah pendidikan tersebut diwujudkan

dalam rumusan-rumusan visi KMI Gontor sebagai lembaga pendidikan

pencetak kader-kader pemimpin umat, menjadi tempat ibadah thalabul

‘ilmi, dan menjadi pusat pengetahuan Islam, bahasa Alquran, dan ilmu

pengetahuan umum, dengan tetap berjiwa pesantren. Prinsip-prinsip

dasar seperti itulah yang menjadi acuan dalam penyusunan dan

pengembangan kurikulum KMI Gontor. Pada aspek teoritis, kurikulum

KMI Gontor dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan

tradisi dan budaya pesantren yang diwariskan oleh kyai secara

berkesinambungan. Karakteristik kurikulum KMI Gontor

dikembangkan pada kompetensi inti yang merupakan gambaran secara

kategorial mengenai kompetensi yang harus dipelajari peserta didik

untuk suatu jenjang. Kurikulum ini membidik kompetensi siswa pada

aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dalam proses pembelajaran


44

yang didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada tingkat yang

menekankan karakter siswa.

3. Proses Pembelajaran

Pendidikan di Gontor dilaksanakan selama 24 jam, di mana

proses belajar mengajar yang mengedepankan aspek akademis

dilaksanakan mulai pukul 07.00 sampai pukul 12.15, selain waktu

tersebut siswa mengalami proses pendidikan dengan sekian banyaknya

kegiatan yang mendukung intra kulikuler dan ekstra kulikuler.

Secara prinsip metode pendidikan di Gontor dilaksanakan

dengan keteladanan, pengarahan, penugasan, pembiasaan, dan

penciptaan lingkungan.

1. Keteladanan

Keteladanan dicontohkan oleh kyai, guru, dan siswa (santri).

Metode ini sangat efektif dalam mendidik karakter, karena

sebaik-baiknya pendidikan adalah dengan perbuatan, bukan

sekadar dipidatokan.

2. Pengarahan
45

Setiap pekerjaaan selalu diawali dengan pengarahan. Hal itulah

yang diterapkan dalam proses pendidikan di Gontor, sehingga

memungkinkan siswa untuk memahami nilai-niali filosofis dari

setiap apa yang dikerjakan, dan bukan hanya sekadar

mengerjakan tugas dan kewajibannya.

3. Penugasan

Diantara metode yang benar dalam mendidik adalah dengan

penugasan. Siswa dapat menghayati nilai-nilai pendidikan

setelah mengerjakan tugas yang diberikan. Di KMI Gontor

siswa diberi tanggung jawab untuk mengerjakan tugas dalam

jumlah yang banyak, hal tersebut melatih siswa mampu

memecahkan problem yang dihadapinya.

4. Pembiasaan

Metode pembiasaan yang diterapkan di Gontor cukup efektif di

dalam melatih siswa untuk melakukan hal-hal yang positif,

karena siswa dibiasakan berdisiplin bahkan dengan sedikit

paksaan.
46

5. Penciptaan Lingkungan

Lingkungan yang kondusif mutlak ada dalam sistem pendidikan

asrama, karena kondisi tersebut mendukung terciptanya miliu

belajar yang sehat, segala apa yang didengar, dilihat, dan

dirasakan oleh siswa adalah merupakan unsur-unsur yang

mendidik.

4. Penilaian Hasil Belajar

Di KMI Gontor penilaian atas prestasi siswa dilakukan dengan

prinsip objektif, adil, transparan, terpadu, dan menyeluruh. Semua

pengalaman yang dialami oleh siswa tidak luput dari penilaian, baik

yang bersifat akademis maupun non akademis. Penilaian meliputi aspek

kognitif, afektif, dan psikomotor. Secara garis besar penilaian hasil

belajar dilaksanakan 2 kali dalam setahun melalui ujian pertengahan

tahun dan akhir tahun. Di samping itu ada bentuk penilaian yang lain

berupa ulangan umum dan ulangan harian Ditinjau dari tekniknya,

penilaian yang diterapkan di KMI Gontor dibagi menjadi 2 macam,

yaitu penilaian kuantitatif dan penilaian kualitatif. Penilaian kuantitatif

dilakukan melalui tes tulis, tes lisan, dan tes praktik terhadap aspek
47

intra kurikuler. Sedangkan pada aspek ko kurikuler dan ekstra kurikuler

penilaian dilakukan melalui pengamatan, penugasan, dan penilaian

hasil karya siswa dalam bentuk rapot mental.

5. Struktur Kurikulum

Struktur kurikulum KMI terdiri dari Intra Kurikuler, Ko

Kurikuler, dan Ekstra Kurikuler.

a. Intra Kulikuler

Adapun struktur kurikulum di Kulliyatul Mu’allimin Al-

Islamiyah adalah sebagai berikut:

1. Ulum Islamiyah (ilmu-ilmu agama Islam) yang

meliputi:

a. Al-Qur’an

b. Tajwid

c. Tarjamah

d. Hadits

e. Mustholah Hadits ( Ulumul Hadits)

f. Fiqih

g. Ushul Fiqh
48

h. Faraid ( Ulumul Mawarits)

i. Tauhid (Aqidah)

j. Al-Din Al-Islamiy

k. Muqaranah al-Adyan (perbangingan agama-agama)

l. Tarikh Islam.

2. Ulum Lughoh (ilmu-ilmu bahasa) yang meliputi:

a. Imla’ (dikti Arab)

b. Tamrin Lughoh

c. Insya’ (mengarang dalam Bahasa Arab)

d. Muthala’ah

e. Nahwu

f. Shorfu

g. Balaghah

h. Tarikh Adab al-Lughoh

i. Mahfudzat (kata-kata mutiara dalam bahasa Arab)

j. Kasyfu al-Mu’jam

k. Khoth

l. Reading

m. Grammar
49

n. Composition

o. Dictation

p. Conversation

q. Bahasa Indonesia

3. Ulum Aammah (ilmu-ilmu umum) yang meliputi:

a. Matematika

b. Fisika

c. Kimia

d. Biologi

e. Geografi

f. Sejarah

g. Berhitung / Tata Buku

h. Kewarganegaraan

i. Sosiologi

j. Psikologi Pendidikan

k. Psikologi Umum

l. Tarbiyah wa Ta’lim

m. Mantiq (logika)
50

Sementara sebaran tiap-tiap materi dan tiap-tiap kelas adalah sebagai

berikut:
STRUKTUR KURIKULUM DAN ALOKASI WAKTU UNTUK 6 JAM PELAJARAN
DI KULLIYATUL-MU'ALLIMIN AL-ISLAMITYAH
PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR PONOROGO INDONESIA
TAHUN AJARAN 1438-1439/2017-2018

KELAS JUMLAH TATAP MUKA PER-MINGGU SELAMA DI KMI


NO BIDANG STUDI MATA PELAJARAN 1 I I INT II III III INT IV V VI VIA KELAS BIASA VIA KELAS INTENSIF
SM 1 SM 2 SM 1 SM 2 SM 1 SM 2 SM 1 SM 2 SM 1 SM 2 SM 1 SM 2 SM 1 SM 2 SM 1 SM 2 SM 1 SM 2 SKS KEL PROSEN SM 1 SM 2 SKS KEL PROSEN
1 Al-Imla' 2 2 2 2 1 1 1 1 1 4 4 8 3 2 5
2 Tamrin al-Lughoh 6 5 10 2 1 2 1 1 1 8 8 16 11 2 13
3 Al-Insya' 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 10 11 21 6 8 14
4 Al-Muthola'ah 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1 1 9 9 18 6 9 15
BAHASA ARAB 101 24,755 76 27,94
5 Al-Nahwu 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 10 10 20 6 9 15
6 Al-Shorfu 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 6 1 3 4
7 Al-Balaghoh 2 2 2 1 1 1 1 4 4 8 2 4 6
8 Tarikh Adab Lughoh 1 1 1 1 2 2 4 2 2 4
9 Al-Qur'an 1 1 1 1 1 1 2 2 4 1 1 2
10 Al-Tajwid 1 1 1 1 1 2 1 3 1 1 2
11 Al-Tarjamah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 5 10 3 4 7
12 Al-Tafsir 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 6 6 12 7 5 12
13 Al-Hadist 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 7 7 14 6 6 12
14 Mustholah al-Hadist 1 1 2 2 3 3 6 3 3 6
15DIRASAH ISLAMIYAH Al-Fiqh 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 12 12 24 129 31,6 9 9 18 101 37,13
16 Ushul Fiqh 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 8 8 16 7 7 14
17 Al-Faroidh 1 1 1 1 1 2 1 0 1
18 Al-Tauhid 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 8 8 16 6 7 13
19 Dien al-Islam 1 1 2 1 1 1 2 2 4 2 1 3
20 Muqoronatul Adyan 1 1 1 1 2 1 1 2
21 Tarikh Islam 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 8 8 16 4 5 9
22 Al-Mahfudzot 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 6 6 12 12 2,9412 6 6 12 12 4,41
23 Al-Mantiq 1 1 1 1 2 2 0,4902 1 1 2 2 0,74
24 At-Tarbiyah 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 6 6 12 5 5 10
25 Psikologi Umum 0 0 0 14 3,4314 0 0 0 12 4,41
26 Psikologi Pendidikan 1 1 1 1 2 1 1 2
27 Al-Khot al-'Aroby 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 6 6 1,4706 2 1 3 3 1,1
28 Reading 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 14 14 28 9 8 17
29 Grammar 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 8 3 3 6
ENGLISH 42 10,294 28 10,29
30 Dictation 0 0 0 0 0 0
31 Composition 1 1 1 1 1 1 1 3 3 6 2 3 5
32 Bahasa Indonesia 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 6 12 12 2,9412 2 2 4 4 1,47
33 Tata Negara 1 1 1 1 1 1 3 3 6 6 1,4706 2 2 4 4 1,47
34 Berhitung 2 2 1 1 1 1 1 1 4 4 8 1 1 2
ILMU PASTI 46 11,275 20 7,35
35 Matematika 4 4 2 2 4 4 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 19 19 38 9 9 18
36 Fisika 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 8 16 2 2 4
37 IPA Kimia 1 1 1 1 2 24 5,8824 1 1 2 6 2,21
38 Biologi 1 1 1 1 1 1 3 3 6 0 0 0
39 Sejarah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 5 10 2 2 4
40 IPS Geografi 1 1 1 1 2 2 4 14 3,4483 0 0 0 4 1,47
41 Sosiologi 0 0 0 0 0 0
JUMLAH PELAJARAN 19 20 14 18 23 22 25 25 20 19 22 22 24 24 24 14
JUMLAH HISHOH 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 204 204 408 408 99,9999 136 136 272 272 99,99
51

b. Ko Kurikuler

1. Penunjang Prkatek Ibadah

a. Thoharah

b. Sholat

c. Infaq dan Shodaqoh

d. Puasa

e. Membaca Al-Qur’an

f. Dzikir, Wirid dan Do’a

g. Kajian Kitab Klasik (Ad-Dirosah fi Kutub al-Turats

Al-Islamiyah)

h. Manasik Haji

i. Mengurus Jenazah

j. Imamah dan Khuthbah Jum’at

k. Hafalan surat-surat pendek dan ayat-ayat pilihan

l. Ibadah Qurban

2. Praktek Pengembangan Bahasa

a. Kursus Bahasa Arab dan Bahasa Inggris

b. Majalah Dinding
52

c. Tuesday Conversation

d. Pengajaran kosakata Bahasa Arab dan Inggris

(teaching vocabulary)

e. Drama Contest

f. International Study Tour

g. Daily Broadcast

h. Insya’ Usbu’I dan Tamrinat

i. Latihan Pidato tiga bahasa (Arab, Inggris dan

Indonesia)

j. Language Encouragement

k. Language Orientation of Manager of Class Five

l. Syahru al-Lughoh untuk siswa kelas 6

m. Hadiitsu al-Arbi’a

n. Arabic and English week

3. Pengembangan Sains dan Teknologi

a. Laboratorium Sains

b. Klub Eksak (Exact Club)

c. Pelatihan Multimedia
53

d. Kursus Komputer

e. Bimbingan dan Pengembangan Belajar

1. Balajar Terbimbing (al-ta’allum al-muwajjah)

2. Cerdas Cermat

3. Diskusi dan Seminar

4. Latihan Mengajar Pelajar Sore

5. Menulis Karya Ilmiyah

c. Ekstra Kurikuler

1. Latihan Organisasi

a. Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM),

Panitia Bulan Romadlon (PBR) dan Panitia

Bulan Syawwal (PBS)

b. Organisasi Koordinatir Gerakan Pramuka

c. Organisasi Asrama

d. Organisasi Konsulat

e. Klub-klub Olah Raga, Kesenian dan Ketrampilan


54

2. Pengembangan Bakat dann Minat

a. Kepramukaan

1. Latihan Kepramukaan Mingguan

2. Perkemahan Kamis Jum’at (Perkajum)

3. Kursus Saka Bhayangkara

4. Gladian Pinsa dan Pinru

5. Pendelegasian Jambore Dunia

6. Pelatihan SAR (Search And Rescue)

7. Kursus Mahir Tingkat Dasar (KMD)

8. Kursus Mahir Tingkat Lajutan (KML)

9. LP3 (Lomba Perkemahan Penggalang dan

Penegak)

10. Outbound

11. Praktek Pengeyaan Lapangan

12. Pembentukan Pasukan Khusus GUDEP

13. Pembentukan Calon Pramuka Garuda

14. Ambalan Gembira

15. Pesta Pembinan Gugus Depan

16. Pelatihan Paskibra


55

17. Musyawarah Gugus Depan

18. Musyawarah Kerja Koordinator Gerakan

Pramukan

19. Rapat Koordinasi Pengurus Koordinator Gerakan

Pramuka

20. Rapat Evasluasi Mingguan

21. Latihan Wajib Mingguan Gugus Depan

22. Sidang Gugus Depan

23. Pioneering Pembina

24. Pioneerring Variasi Mingguan

b. Ketrampilan

1. Sablon

2. Merangkai Janur

3. Jilid

4. Elektro

5. Fotografi

6. Komputer

7. Jurnalistik
56

c. Kesenian

1. Musik

2. Kaligrafi

3. Beladiri

4. Teater

5. Marching Band

6. Lukis

7. Jam’iyyatul Qurra’ dan Hufadz

d. Olah Raga

1. Sepak Bola

2. Futsal

3. Basket

4. Badminton

5. Voli

6. Tenis Meja

7. Panjat Tebing

8. Takraw
57

9. Senam

10. Fitnes

11. Atletik

e. Wirausaha

1. Koperasi Pelajar (Kopel)

2. Koperasi Warung Pelajar (Kopwapel)

3. Koperasi Warung Lauk Pauk

4. Foto Copy

5. Foto Graphy

6. Loundry

7. Toko Obat

f. Keilmuan

1. FP2WS (Forum Pengembangan Potensi dan

Wawasan Santri)

2. ITQON (Ilmy Tarbawi Qur’any)

3. Kajian Buku Perpustakaan


58

6. Penutup

Kurikulum merupakan unsur yang sangat penting dalam

pendidikan. Kecermatan dalam meracik kurikulum akan menentukan

warna dan karakter siswa. Namun kurikulum bukanlah satu-satunya

unsur kesuksesan, karena pendidikan mencakup banyak aspek, seperti

guru, sarana prasarana, metode dan lain-lain.

Sebagaimana filosofi mengajar yang ditanamkan di Gontor:

“Metode lebih penting dari materi, guru lebih penting dari metode, dan

jiwa guru jauh lebih penting dariguru itu sendiri”(al-thariqatu ahammu

min al-maaddah, wa al-mudarrisu ahammu min al-thariqah, wa ruhu

al-mudarris ahammu min al-mudarris nafsihi).29

C. Disiplin Pondok

1. Pengertian Disiplin

Disiplin juga berasal dari bahasa inggris, yaitu: “discipline”

yang berarti: “training or control, often using a system of

punishment, aimed at producing obedience to rules”30 yang berarti:

29
Dokumen Kurikulum KMI Kulliyatul Mu’alllimin al-Islamiyah Pondok
Modern Darussalam Gontor Ponorogo
30
A.S. Hornby with A.P. Cowie, A.C. Gimson, Oxford Advanced Learner’s
Dictionary, …, hal: 430
59

pelatihan atau pengaturan, sering menggunakan seperangkat

hukuman, yang dimaksudkan untuk menghasilkan ketaatan

terhadap peraturan.

Menurut Malayu, disiplin atau kedisiplinan adalah:

kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan

norma-norma sosial yang berlaku31. Dalam pengertian diatas,

konsep disiplin memuat pengertian kesadaran yang berarti sikap

seseorang yang sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan

tugas dan tanggung jawabnya, jadi seseorang itu akan mematuhi

dan mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan karena

paksaan. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya

tanggungjawab seseorang terhadap tugas-tugas dan amanah yang

diembannya. Yang mana dengan kedisiplinan yang prima akan

mampu memberikan semangat, mendorong gairah kerja, dan etos

kerja yang pada akhirnya akan mampu membentuk mental pribadi

sukses. Dan mental yang terbentuk inilah yang akan bisa

31
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2010) hal : 193
60

menghantarkan pada kesuksesan dari pada hanya sekedar

kemampuan intelektual.32

Dalam pengertian lain, menurut Muhammad Ridlo

Zarkasyi; Disiplin adalah kesediaan seseorang karena

kesadarannya sendiri untuk mengikuti peraturan-peraturan yang

berlaku. Disiplin ini terbentuk secara berproses melalui perilaku,

baik berupa kepatuhan, kesetiaan, ketentraman, hingga ketertiban33.

Orang yang disiplin akan memiliki kecenderungan hidup teratur,

fokus pada pekerjaan dan punya kemauan yang keras (will power).

Karena itu disiplin adalah cara untuk mengubah kelemahan

seseorang menjadi sebuah kekuatan, terutama kekuatan mental dan

spiritual. karena manusia pada hakekatnya memerlukan kondisi

mental yang kuat dalam rangka untuk mencapai keinginannya 34,

jadi dengan disiplin, manusia bisa meraih cita-cita dan

keinginannya .

32
Kelly McGonigal, The Willpower Instinct, How Self-Control works,…(Alih
bahasa IB Darmasusila, PT. Elex Media Komputindo, (Jakarta; 2013) hal : 20
33
Muhammad Ridlo Zarkasyi, “virus” Enterpreneurship Kyai, 72 Prinsip
dan Wejangan KH. Imam Zarkasyi, (Jakarta, ReneBook: 2012) hal: 33
34
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta:
PT. Rajagrafindo Persada: 2009) hal : 25
61

Menurut James J. Jones dan Donald L. Walters; discipline

is training that strengthens; correction, punishment, control or

order maintained; a system of rules for conduct”. Disiplin adalah

latihan untuk menguatkan, membenarkan, memberi hukuman,

mengontrol atau perintah yang diperintahkan, suatu sistem aturan

kepemimpinan35. Pengertian diatas identik dengan yang

disampaikan oleh Syafri, beliau menyatakan bahwa disiplin adalah

tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh kepada

berbagai ketentuan dan peraturan.36

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendirian

dan akan selalu berinteraksi dengan sesamanya. Dalam interaksi itu

manusia terikat oleh suatu peraturan, norma atau tata tertib yang

mengatur perilakunya. Maka manusia dituntut wajib mengikuti

peraturan atau norma-norma yang berlaku ditempat, dimana dia

tinggal. Dalam mengikuti peraturan tersebut diperlukan sikap

disiplin tegas. Sebab, tanpa adanya kesadaran untuk bersikap

disiplin pada setiap individu, dapat menimbulkan dampak negatif,

35
James J. Jones & Donald L Walter, Human Resource Management in
Educatioan, (Jogyakarta: Q Media, 2008) hal: 169
36
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter berbasis Al-Qur’an, (Jakarta, PT.
RajaGrafindo Persada, 2012) hal: xi
62

yaitu ketidak- teraturan dalam hidup. Disiplin merupakan faktor

yang sangat penting dalam kehidupan baik di lingkungan keluarga,

sekolah, pondok pesantren maupun masyarakat. pesantren, disiplin

juga sangat diperlukan karena akan mendukung keberhasilan

proses belajar mengajar.

Lebih lanjut, Latainer dalam buku Manajemen Sumber

Manusia yang ditulis oleh Edy Sutrisno, mengartikan disiplin

sebagai suatu kekuatan yang berkembang didalam tubuh karyawan

dan menyebabkan karyawan dapat menyesuaikan diri dengan

sukarela pada keputusan, peraturan dan nilai-nilai tinggi dari

pekerjaan dan perilaku.37 Dalam pengertian diatas, disiplin seakan

sebuah kekuatan dalam diri (inner power) yang tumbuh dan

berkembang untuk meningkatkan daya suai dengan lingkungan

dengan mengembangkan pola perilakunya, meningkatkan standar

perilakunya dan melaksanakan aturan atau norma-norma yang

berlaku dengan dilandasi sikap sukarela (self-development) dan

tanggung jawab.

37
Edy Sutrisno, Manajeman Sumber Daya Manusia, ( Jakarta, Penerbit
Kencana Prenadamedia Group: 2015) Hal : 87
63

Dari definisi-definisi yang telah dipaparkan oleh para ahli

tersebut diatas, maka disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta

melalui proses latihan yang dikembangkan menjadi serangkaian

perilaku yang di dalamnya terdapat unsur-unsur ketaatan,

kepatuhan, kesetiaan, ketertiban dan semua itu dilakukan sebagai

ujud tanggung jawab yang bertujuan untuk peningkatan diri secara

mental dan spiritual.

2. Indikator-indikator Disiplin

Berangkat dari teori-teori tentang disiplin yang telah

disampaikan beberapa tokoh diatas, nampak bahwa disiplin

menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat dengan penuh

kesadaran dan tanggung jawab yang ada dalam diri seseorang

terhadap peraturan, norma dan ketetapan yang ada. Yang secara

personal, norma dan ketetapan itu bisa berupa amanah atau tugas

yang diembannya. Semakin tinggi kwalitas disiplin seseorang,

akan semakian cepat orang tersebut menggapai tujuan hidup atau

cita-citanya. Sebagaimana dalam sebuah organisasi, jika

anggotanya menjunjung tinggi nilai-nilai kedisiplinan, maka akan


64

semakin mudahlah, organisasi tersebut mencapai tujuan orgaisasi

yang telah dicanangkan.38 Bentuk disiplin yang baik akan

tercermin dalam indikator dibawah ini:

a. Tingginya rasa kepedulian dan kesadaran diri dalam

mencapai tujuan untuk aktualisasi diri39

b. Meningkatnya self-support dan self-development

c. Tingginya semangat dan gairah kerja serta inisiatif dalam

melakukan tugas dan pekerjaan

d. Besarnya rasa tanggung jawab untuk melaksanakan tugas,

pekerjaan dan amanah yang diembannya dengan sebaik-

baiknya

e. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja

3. Fungsi Disiplin

Sebagai bagian dari masyarakat, manusia tidak bisa hidup

sendirian dan akan selalu terikat hubugan dengan sesamanya. Dalam

interaksi itu manusia terbawa masuk dalam satu etika, peraturan,

38
Edy Sutrisno, Manajeman Sumber Daya Manusia, …, Hal : 86
39
Megan Crawford, Lesley Kydd dan Colin Riches, Leadership and Teams
in Educational Management, Published by Open University Press, diterjemahkan oleh
: Erick Dibyo Wibowo, Penerbit PT. Grasindo, Jakarta : 2005) Hal : 167
65

norma, undang-undang atau tata tertib yang mengatur perilakunya.

Maka, manusia dituntut wajib mengikuti peraturan atau norma-norma

yang mengatur cara hidupnya. Masyarakat dengan kedisiplinan yang

tinggi akan timbul didalamnya keteraturan dalam segala hal,

sebaliknya ketiadaan disiplin dari masing-masing anggota masyarakat

itu hanya akan menimbulkan kekacauan dan ketidak beraturan dalam

tata norma yang berlaku. Disiplin merupakan faktor yang sangat

penting dalam kehidupan baik di lingkungan keluarga, sekolah,

maupun masyarakat.

Disiplin merupakan kunci utama dalam keberhasilan

membangun kepribadian manusia, baik secara individu maupun sebagai

bagian dari anggota suatu masyarakat tertentu, berikut ini beberapa

fungsi disiplin40:

1. Menata kehidupan bersama

Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa

dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan

mematuhi peraturan yang berlaku, sehingga tidak akan

40
http:/allamandakathriya.blogspot.com/2012/04/disiplin-dan-
implementasinya-dalam-ilmu. html; diakses pada 22 April 2017
66

merugikan pihak lain dan hubungan dengan sesama menjadi

baik dan lancar. Masing-masing individu akan menyadari

bahwa kebebasan masing-masing terbatasi oleh kebebasan

orang lain.

2. Membangun kepribadian

Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya

dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Disiplin yang diterapkan

di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi

pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan

disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti , mematuhi aturan

yang berlaku dan kebiasaan itu lama kelamaan masuk ke

dalam dirinya serta berperan dalam membangun kepribadian

yang baik.

3. Melatih kepribadian

Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan

berdisiplin terbentuk melalui latihan. Demikian juga dengan

kepribadian yang tertib, teratur dan patuh perlu dibiasakan

dan dilatih.
67

4. Pemaksaan

Disiplin dapat terjadi karena adanya pemaksaan dan

tekanan dari luar, misalnya ketika seorang siswa yang kurang

disiplin masuk ke satu sekolah yang berdisiplin baik,

terpaksa harus mematuhi tata tertib yang ada di sekolah

tersebut. Hal ini terjadi karena lingkungan tersebut secara

perlahan membentuk kepribadian siswa tersebut.

5. Hukuman

Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi

atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut.

Fungsi disiplin dalam hal ini, adalah untuk kontrol dan media

untuk memberi efek jera kepada yang melanggar tata tertib

yang sudah ada.

6. Menciptakan lingkungan yang kondusif

Disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksananya

proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar dan

memberi pengaruh bagi terciptanya sekolah sebagai

lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan

pembelajaran.
68

D. Karakter Santri

1. Pengertian Karakter

Dalam perspektif Islam, karakter secara teoritis, sebenarnya

telah ada sejak Islam diturunkan di dunia. Seiring dengan

diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk memperbaiki dan

menyempurnakan akhlak (karakter) manusia. Karena pada

kenyataanya, ajaran Islam mengandung sistematika ajaran yang

tidak hanya menekankan pada aspek keimanan (tauhid/aqidah),

ibadah dan mu’amalah, tetapi juga akhlak (karakter). Pengamalan

ajaran Islam secara kaffah (komprehensif) merupakan model

karakter seorang muslim, sebagaimana model karakter Nabi

Muhammad SAW yang memiliki sifat : shidiq, tabligh, amanah

dan fathonah. Kesempurnaan model karakter dalam pribadi nabi

ini, telah mendapatkan pengakuan doktrinel, seperti termuat dalam

Al-Qur’an surat al-Qalam, ayat: 4.

Juga dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim41:

41
Ahmad Mu’adz Haqqi, Syarah 40 Hadits tentang Akhlak, (Jakarta: Pustaka
Azzam; 2003) hal: 27
69

‫ َأنْبِِئْييِن َع ْن َخ ْل ِق‬، َ ‫ يَا َُّأم الْ ُم ْؤ ِمنِنْي‬:‫َأل َس ْع ُد بْ ِن ِه َش ِام بْ ِن َع ِام ِر َعاِئ َشةَ َر ِض َى اهللُ َعْن َها َف َق َال‬
َ ‫َس‬

‫ فَِإ َّن َخْل َق‬:‫ت‬ ِ ِ ِ


ُ ‫ت َت ْق َرُأ الْ ُق ْرآ َن؟ ُق ْل‬
ْ َ‫ قَال‬.‫ َبلَي‬:‫ت‬ ْ َ‫ قَال‬،‫ص لَّي اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم‬
َ ‫ َألَ ْس‬:‫ت‬ َ ‫َر ُسول اهلل‬
)‫صلَّي اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َكا َن الْ ُق ْرآ َن (رواه مسلم‬
َ ‫نَيِب‬
“Sa’ad bin Hisyam bin Amir bertanya kepada Aisyah RA,
“wahai ummul mukminin, tolong beritahu aku tentang akhlak
(karakter) Rasulullah SAW”! Aisyah menjawab:”bukankah engkau
suka membaca al-Qur’an?” Sa’ad menjawab “ya”, Aisya berkata:
“sesungguhnya akhlak (karakter) Rasulullah SAW adalah al-
Qur’an” (HR. Muslim)”
Karakter dalam bahasa Inggris disebut “character” adalah :”

all the mental or moral qualities that make a person, group,

nation, etc different from other42” karakter adalah kwalitas mental

atau moral yang membuat seseorang, kelompok, Negara dst,

berbeda dengan yang lain.

Wynee, mengemukakan bahwa karakter berasal dari bahasa

yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan pada

bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata

atau perilaku sehari-hari43. Oleh karena itu, seseorang yang

berperilaku tidak jujur, suka berbuat curang, kejam, rakus

dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter yang jelek,

42
A.S. Hornby with A.P. Cowie, A.C. Gimson, Oxford Advanced Learner’s
Dictionary, …, hal. 186
43
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, …, hal : 3
70

sedangkan orang yang berperilaku baik, jujur, dan suka menolong

dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter yang baik atau

mulia.

Menurut Covey, karakter adalah gabungan dari kebiasaan-

kebiasaan44. Sebagaimana dalam pepatah dikatakan: “taburlah

gagasan, tuailah perbuatan, taburlah perbuatan, tuailah kebiasaan,

taburlah kebiasaan, tuailah karakter, taburlah karakter, tuailah

nasib” pepatah ini menunjukkan bahwa untuk membangun karakter

diperlukan waktu yang lama dengan pelatihan-pelatihan yang

sistematis dan berkelanjutan. Dengan demikian untuk membentuk

karakter yang baik atau positif harus menanamkan kebiasaan-

kebiasaan yang baik.

Menurut Moeliono, karakter merupakan sifat-sifat

kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang

dengan yang lain.45

E. Mulyasa, menambahkan pengertian karakter merupakan

sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral,

yang diwujudkan dalam tindakan nyata melalui perilaku baik,

44
Abdoel Fattah, Pembangunan Karakter Unggul …, hal: 16
45
Abdoel Fattah, Pembangunan Karakter Unggul …, hal. 17
71

jujur, bertanggung jawab, hormat terhadap orang lain, dan nilai-

nilai karakter mulia lainnya.46 Maka dalam konteks pemikiran dan

ajaran Islam, karakter berkaitan erat dengan iman dan ihsan,

tidaklah sempurna iman seorang muslim, tanpa kebaikan aklaq dan

budi pekertinya. Hal ini sangat jelas disampaikan Rasulullah SAW

dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bazzar dengan

sanad dari Anas bin Malik;

َّ ‫َالص ْوِم َو‬


.‫الصالَِة‬ ْ ‫ َوِإ َّن‬،ً‫َأح َسُن ُه ْم ُخلُقا‬
َّ ‫َأح َس َن اخْلُلُ ِق لَيَْبلُ ُغ َد َر َجة‬ ِِ ِ
ْ ً‫ِإ َّن م ْن َأ ْك َم ِل اْملْؤ مننْي َ ِإمْي اَنا‬
ُ

“Orang mukmin yang paling sempurna keimananya adalah

yang terbaik akhlaqnya dan akhlaq yang baik itu mencapai derajat

puasa dan sholat”47

Sejalan dengan pendapat tersebut, dirjen pendidikan agama

Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia mengemukakan

bahwa karakter dapat diartikan sebagai totalitas ciri-ciri pribadi

yang melekat dan dapat diidentifikasi pada perilaku individu yang

bersifat unik, yang membedakan antara satu individu dengan yang

lainnya. Dengan demikian, istilah karakter berkaitan erat dengan


46
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, …, hal. 3
47
Ali Abdul Halim Mahmud, at-Tarbiyyah al-Khuluqiyyah (Akhlak Mulia)
Daarut Taw’ziwan-Nasyr al-Islamiyyah; diterjemahkan oleh Abdul Hayyaie al-
Kattani, dkk, Penerbit Gema Insani, (Jakarta: 2006) hal. 21
72

personality (kepribadian) seseorang, sehingga ia bisa disebut

sebagai orang yang berkarakter (a person of character) jika

perilakunya sesuai dengan etika atau kaidah moral.

Scerenko, mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-

ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis dan

kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa.

Sebagai identitas atau jati diri suatu bangsa, karakter merupakan

nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antar

manusia.48. lebih lanjut, Muchlas Samani dan Hariyanto,

menjelaskan secara umum, karakter dirumuskan sebagai nilai

hidup bersama berdasarkan atas pilar: kedamaian (peace),

menghargai (respect), kerja sama (cooperation), kebebasan

(freedom), kebahagiaan (happiness), kejujuran (honesty),

kerendahan hati (humility), kasih saying (love), tanggung jawab

(responsibility), kesederhanaan (simplicity), toleransi (tolerance)

dan persatuan (unity). Yang itu semua merupakan indikator-

indikator dan landasan pembentukan suatu karakter.

48
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,
…, hal. 42
73

Mengacu pada berbagai pengertian dan definisi tentang

karakter tersebut diatas maka, penulis menggaris bawahi, bahwa

karakter dapat dimaknai nilai dasar yang membangun pribadi

manusia yang bisa terbentuk dari pengaruh lingkungan, yang

membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap

dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari sebagai suatu

apresiasi terhadap norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku.

2. Komponen-komponen karakter

Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjadi jaminan seseorang

yang telah terbiasa tersebut secara sadar menghargai pentingnya

nilai-nilai karakter. Hal ini dimungkinkan karena boleh jadi

perbuatan tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah,

bukan karena tingginya penghargaan akan nilai-nilai karakter.

Sebagi contoh; ketika seseorang berbuat jujur yang dilakukan karena

takut dinilai oleh orang lain dan lingkungannya, bukan karena

dorongan yang tulus untuk berbuat jujur dan menghargai nilai

kejujuran. Oleh Karena itu, dalam berkarakter, diperlukan juga

aspek perasaan (emosi). Sebagaimana tiga ranah dalam pendidikan,


74

juga diperlukan untuk menegaskan karakter seseorang (kognitif,

afektif dan psikomotorik).

Sebagiaman diulas oleh Abdul majid, dan Dian Andriyani,

bahwa dalam berkarakter ada 3 pilar dan komponen yang menjadi

landasan dari karakter tertentu;

1. Moral Knowing

Diantara penyebab manusia tidak mampu berbuat baik

(berkarakter mulia) meskipun ia telah memiliki pengetahuan

tentang kebaikan tersebut (moral knowing) secara kognitif

adalah karena ia kurang menghayati pengetahuan itu, seluk-

beluknya, nilai manfaatnya, keuntungannyan secara afektif

serta tidak terlatih untuk melakukan kebaikan itu secara

psikomotorik (moral doing). Komponen pertama ini

memilik enam unsur yang harus dipahami sebagai ranah

kognitif dari suatu karakter:

1. Kesadaran moral (moral awareness)

2. Pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing moral

values)

3. Penentuan sudut pandang (perspective taking)


75

4. Logika moral (moral reasoning)

5. Keberanian mengambil dan menentukan sikap (decision

making)

6. Pengenalan diri (self knowledge)

2. Moral Loving atau Moral Feeling

Moral loving merupakan penguatan karakter dari aspek

emosi. Sehingga dalam hal ini manusia tidak berperilaku

seperti robot yang diindoktrinasi oleh paham tertentu. Moral

loving dalam berkarakter menempati ranah afektif dalam

pendidikan manusia, yang memiliki beberapa unsur,

diantaranya :

1. Kesadaran (consciousness)

2. Percaya diri (self esteem)

3. Kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty)

4. Cinta kebenaran (loving good)

5. Pengendalian diri (self-control)

6. Kerendahan hati (humility)


76

3. Moral doing/Acting

Moral acting sebagai komponen ketiga merupakan

perpaduan dari Moral knowing dan moral feeling yang

diwujudkan dalam bentuk:

1. Kompetensi (competence)

2. Keinginan (will)

3. Kebiasaan (habit)49

Ketiga komponen tersebut diatas perlu diperhatikan dalam

pendidikan dan pengembangan karakter seseorang, agar ia

menyadari, memahami, merasakan dan dapat mempraktekkan dalam

kehidupan sehari-hari nilai-nilai kebajikan itu secara utuh dan

menyeluruh.

3. Model Pendidikan dan Pengembanan Karakter

Pendidikan dan pengembangan karakter merupakan sebuah

proses berkelanjutan dan tak pernah berakhir (never ending process)

selama manusia hidup, yang proses ini melibatkan ragam aspek

perkembangan manusia, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik


49
Thomas Lickona, Educating For Character, How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility (Mendidikan Untuk Membentuk Karakter; Terjemahan),
PT. Bumi Aksara, Jakarta : 2013, Hal : 85 - 100
77

sebagai suatu keutuhan (holistik) dan komprehensif dalam konteks

kehidupan kultural. Upaya untuk pengembangan karakter ini harus

terus ditingkatkan di semua pusat pendidikan; keluarga, sekolah dan

masyarakat sebagai satu bentuk pendidikan sepanjang hayat (long

life education) dalam rangka membentuk dan menyempurnakan

manusia menjadi pribadi yang matang; baik secara individu maupun

sebagai bagian dari suatu komunitas masyarakat.

Menurut E. Mulyasa, pendidikan karakter dapat dilakukan

dengan berbagai model;50

1. Pembiasaan

Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan

secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi

kebiasaan. Pembiasaan sebenarnya berintikan pada

pengalaman. Dalam pembiasaan ada proses internalisasi,

yaitu upaya menghayati dan mendalami nilai agar tertanam

dalam diri manusia. Proses ini akan ketika manusia

menyadari sesuatu ”nilai” yang terkandung dalam pendidikan

karakter.

2. Keteladanan
50
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, …, hal. 165-190
78

Keteladanan ini memiliki peran dan fungsi yang sangat

penting dalam pendidikan dan pengembangan karakter.

Karena secara psikologis, manusia punya kecenderungan

untuk meniru orang lain, maka seorang pendidikan, harus

mampu menjadi contoh dan teladan yang baik bagi peserta

didik.

3. Pembinaan Disiplin

Dalam rangka menyukseskan pendidikan karakter, guru

harus mampu menumbuhkan disiplin peserta didik, terutama

disiplin diri (self-discipline). Pendidik harus mampu

membantu peserta didik mengembangkan pola perilakunya,

meningkatkan standar perilakunya, dan melaksanakan aturan

sebagai alat untuk menegakkan disiplin.

4. CTL (Contextual Teaching and Learning)

Ini merupakan salah satu model pembelajan karakter

yang lebih menekankan pada keterkaitan antara materi

pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara

nyata. Sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan


79

menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan

sehari-hari

5. Bermain Peran

Melalui model pembelajan karakter ini, yaitu bermain

peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-

hubungan antarmanusia dengan cara memperagakannya dan

mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama para

peserta didik dapat mengekplorasi perasan-perasaan, sikap-

sikap, niai-nilai dan berbagai strategi pemecahan masalah.

6. Pembelajaran Partisipatif

Pada hakikatnya belajar merupakan interaksi antara

peserta didik dengan lingkungan. Oleh karena itu, dalam

pendidikan karakter, untuk mencapai hasil belajar yang

optimal perlu keterlibatan atau partisipasi yang tinggi dari

peserta didik. Pembelajaran partisipatif sering juga diartikan

sebagai keterlibatan peserta didik dalam perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi program pembelajaran dengan

indikator; a). Adanya keterlibatan emosional dan mental

peserta didik. b). Adanya kesediaan peserta didik untuk


80

memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan. c). Dalam

kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta

didik.

E. Santri Pondok Pesantren

1. Santri

Santri berasal dari sebuah kata dalam bahasa sanksekerta, yaitu

”sastri” yang berarti ”melek huruf”51. Pengertian ini relevan

manakala kita sadari bahwa santri lah yang mengetahui

pengetahuan agama terutama mengenai kitab-kitab yang bertuliskan

dan berbahasa arab. Sementara menurut Said Agil Siradj, ”shastri”

berarti orang yang belajar kalimat suci dan Indah52.

Dalam bukunya bilik-bilik pesantren, Nurcholish Majid,

menyebutkan pengertian santri adalah berasal dari bahasa jawa,

yaitu; ”cantrik” yang artinya: ”seseorang yang selalu mengikuti

seorang guru kemana pun guru itu pergi menetap”. Tentunya

dengan tujuan dapat belajar darinya mengenai suatu keahlian.53

51
Amin Hedari, dkk, Panorama Pesantren dalam Cakrawala Modern,…, hal.
4
52
Lanny Octavia, dkk, Pendidikan Karakter Berbasis Pesantren, Rumah
Kitab, Jakarta: 2014 Hal : ix
53
Lanny Octavia, dkk, Pendidikan Karakter Berbasis Pesantren,…, hal. 4
81

Di dalam proses belajar mengajar di lingkungan pesantren, ada

dua tipologi santri, sebagaiman ditulis oleh Bahri Ghazali, dalam

bukunya yang berjudul: ”Pesantren berwawasan lingkungan”.

Santri dibagi menjadi dua tipe:54

a. Santri mukim

Santri mukim yaitu santri yang menetap, tinggal bersama

kiyai dan secara efektif menuntut ilmu kepada seorang

kiyai. Ada dua motif seorang santri menetap sebagai santri

mukim:

1. Motif menuntut ilmu, artinya santri itu datang dengan

maksud menuntut ilmu dari kiyainya

2. Motif menjunjung tinggi akhlak, artinya santri itu

belajar secara tidak langsung agar ia setalah di pesantren

akan memiliki akhlak yang terpuji sesuai dengan akhlak

kiyainya.

b. Santri kalong

54
Bahri Ghazali, MA, Pesantren berwawasan Lingkungan (Jakarta, CV
Prasasti: 2002) hal. 23
82

Santri kalong pada dasarnya adalah seorang murid yang

berasal dari desa sekitar pondok pesantren yang pola

belajarnya tidak dengan jalan menetap di dalam pondok

pesantren, melainkan semata-mata belajar dan secara

langsung pulang ke rumah setalah selesai belajar di

pesantren.

2. Pondok Pesantren

Pondok berasal dari bahasa arab ”funduk” yang berarti ”hotel”

atau rumah penginapan55. Memang pada hakekatnya pondok tidak

lebih dari rumah penginapan, tempat menginapnya para santri yang

hendak belajar kepada seorang kiyai. Bahkan menurut KH. Imam

Zarkasyi, Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor, beliau

mengatakan:

”Mula-mula ada seorang kiyai, kemudian datang beberapa

santri yang ingin mengenyam (belajar) ilmu pengetahuan dari

kiyai tadi. Semakin hari semakin banyak santri yang datang,

akhirnya tidak dapat lagilah mereka tinggal di rumah kiyai

itu, sehingga timbul inisiatif untuk mendirikan pondok-pondok


55
Bahri Ghazali, MA, Pesantren berwawasan Lingkungan, …, hal. 17
83

atau kombongan atau dangau di sekitar masjid dan di sekitar

rumah kiyai tadi, itulah asalnya sehingga dinamakan

pondok.”56

Jadi yang membikin pondok itu adalah santri-santri sendiri,

Sejarah pendidikan Indonesia mencatat, bahwa Pondok Pesantren

adalah bentuk lembaga pendidikan pribumi tertua di Indonesia,

yang sejak awal pertumbuhannya, fungsi Pondok Pesantren adalah:

1. Menyiapkan santri mendalami dan menguasai ilmu agama

Islam atau lebih dikenal dengan tafaqquh fiddien, yang

diharapkan dapat mencetak kader-kader ulama dan turut

mencerdaskan masyarakat Indonesia

2. Sebagai media dakwah menyebarkan agama Islam

3. Sebagai benteng pertahanan umat dalam bidang akhlak.57

Dari pengertian diatas, kiranya penulis menyimpulkan bahwa

istilah santri hanya terdapat di Pondok pesantren sebagai

pengejawantahan adanya peserta didik yang hendak belajar ilmu

pengetahuan yang dimiliki oleh seorang kiyai yang memimpin

sebuah pesantren. Dan dalam penelitian ini, yang hendak dibahas


56
Imam Zarkasyi, Diktat Khutbatu-l ‘Arsy, Pekan Perkenalan Pondok Modern,
Penerbit dan percetakan Darussalam Press, Ponorogo, Hal : 6
57
Departemen Agama RI, Profil Pesantren Mu’adalah, (Jakarta : 2004) hal: 3
84

adalah tipe santri mukim. Karena objek kajian dari penelitian ini

adalah santri di Pondok Modern Darussalam Gontor 9, Kalianda

Lampung yang menggunakan manajemen sistem asrama, dimana

seluruh santri harus tinggal di asrama, yang mana totalitas

kehidupan mereka di asrama sengaja disetting untuk proses

pendidikan mereka.

F. Perdebatan Akademik tentang Kurikulum Kulliyatul

Mu’allimin Al-Islamiyyah (KMI), Disiplin Pondok dan

Karakter

1. Kurikulum Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI)

Kulliyatul Mu'allimin Al-Islamiyyah (KMI) adalah Lembaga

pendidikan khusus santri putra tingkat menengah, dengan masa

belajar 6 atau 4 tahun, setingkat Tsanawiyah dan Aliyah. KMI


85

didirikan pada 19 Desember 1936, setelah Pondok Modern

Darussalam Gontor berusia 10 tahun.

Kulliyatul Mu'allimat Al-Islamiyyah (KMI) adalah Lembaga

pendidikan khusus santri putri tingkat menengah, dengan masa

belajar 6 atau 4 tahun, setingkat Tsanawiyah dan Aliyah. Pendirian

KMI Pondok Gontor Putri merupakan wasiat para Pendiri PMDG.

Maka sesuai keputusan Badan Wakaf PMDG, pada tanggal 7

Rabiul Awwal 1411, Pondok Modern Gontor Putri resmi didirikan

di Mantingan, Ngawi. Pesantren putri ini berjarak 100 km dari

Pondok Modern Gontor. Kurikulum dan program pembelajaran

Gontor Putri serupa dengan KMI Gontor, dengan penyesuaian pada

muatan lokal dan penekanan pada pembekalan santriwati untuk

menjadi wanita shalihah.58

Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyyah (KMI) adalah Sekolah

Pendidikan Guru Islam yang modelnya hampir sama dengan

Sekolah Noormal Islam di Padang Panjang; di mana Pak Zar

menempuh jenjang pendidikan menengahnya. Model ini kemudian

dipadukan dengan model pendidikan pondok pesantren. Pelajaran

58
https://id.wikipedia.org/wiki/Pondok_Modern_Darussalam_Gontor diakses
pada Senin, 26 Feb 2018 06.32
86

agama, seperti yang diajarkan di beberapa pesantren pada

umumnya, diajarkan di kelas-kelas. Namun pada saat yang sama

para santri tinggal di dalam asrama dengan mempertahankan

suasana dan jiwa kehidupan pesantren. Proses pendidikan

berlangsung selama 24 jam. Pelajaran agama dan umum diberikan

secara seimbang dalam jangka 6 tahun. Pendidikan ketrampilan,

kesenian, olahraga, organisasi, dan lain-lain merupakan bagian dari

kegiatan kehidupan santri di Pondok.59

Sebagai lembaga pendidikan yang mengutamakan

pembentukan mental karakter anak didiknya, Gontor

menerapkansistem pendidikan yang integratif, komprehensif dan

mandiri. Integratif maksudnya adalah keterpaduan antara intra,

ekstra maupun ko-kurikuler dalam satu kesatuan. Sehingga mampu

secara konsisten memadukan Tri pusat pendidikan- pendidikan

keluarga, sekolah dan masyarakat dalam satu program.

Memadukan antara keunggulan sistem pendidikan dan Pesantren

dan sistem pengajaran madrasah dalam satu paket.

Mengintegrasikan antara iman, ilmu dan amal, juga antara teori

59
https://www.gontor.ac.id/pembukaan-kulliyyatu-l-muallimin-al-islamiyyah-
1936 diakses pada Senin, 26 Feb 2018, 06.34
87

dan praktek dalam satu kesatuan. Karena menerapkan sistem

wajib tinggal di asrama, ketiga analisir pendidikan itu berada

dalam satu lingkungan yang sama.60

Di dalam pesantren ada sekolah sebagai penyelenggara

pendidikan formal, asrama yang berperan sebagai unsur keluarga

tempat berlangsungnya pendidikan nonformal, dan ada masyarakat

pesantren yang dapat mewujudkan pendidikan informal.

Pendidikan di ketiga pusat ini telah dirancang dengan baik, saling

terkait, saling mendukung dan saling melengkapi untuk mencapai

tujuan pendidikan yang dikehendaki.

Sistem KMI juga mengintegrasikan antara ketiga bidang

kurikulum, intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler.

Sebagaimana integrasi ketiga pusat pendidikan seperti diatas,

ketiga bidang kurikulum ini juga menyatu, membentuk satu

kesatuan yang padu, saling mendukung dan saling melengkapi

untuk mencapai tujuan yang sama.

Sementara program pendidikan adalah sebagai berikut:

60
Ahmad Suharto, Profil Pondok Modern Darussalam Gontor, Penerbit dan
percetakan Darussalam Press, Ponorogo, hal : 15
88

a. Intra Kurikuler: Dirasah Arabiyah (Arabic Studies), Dirasah

Islamiyah (Islamic Studies), Keguruan, Bahasa Inggris, Ilmu

Pasti, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial,

Kewarganegaraan (Keindonesiaan)

b. Ko Kurikuler: Ibadah amaliyah sehari-hari, Extensive

Learning (belajar tutorial), kajian kitab, pembinaan bahasa

asing, pidato/diskusi 3 bahasa, penerbitan, seminar, dll.),

Praktik dan Bimbingan (mengajar, etiket/sopan santun,

dakwah)

c. Ekstra Kurikuler: Latihan dan praktik berorganisasi

(leadership, administrasi dan manajemen), latihan dan kursus-

kursus (kepramukaan, keterampilan, kesenian, kesehatan,

pidato/ diskusi 3 bahasa, olahraga, koperasi dan

kewirausahaan serta sadar lingkungan), dinamika kelompok

wajib dan atau pilihan/minat.61

Di jenjang pendidikan menengah selain ada KMI, juga ada

pengasuhan santri yang membidangi kegiatan ekstrakurikuler dan

kurikuler. Pengembangan sistem pengajaran KMI berlangsung

61
https://islamislami.com/2017/04/24/kurikulum-pendidikan-pondok-modern-
gontor-ponorogo-jawa-timur/ diakses pada Senin, 26 Feb 2018 06.24
89

independen, kurikulum disusun secara mandiri sesuai dengan

program pondok. Misalnya, materi keterampilan, kesenian, dan

olahraga tidak masuk dalam kurikulum, tetapi menjadi aktivitas

ekstrakurikuler agar santri lebih bebas memilih dan

mengembangkan diri sesuai dengan bakat dan minat.

KMI membagi pendidikan formalnya dalam perjenjangan yang

sudah diterapkan sejak tahun 1936. KMI memiliki program regular

dan program intensif.

a. Program reguler untuk lulusan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Ibtidaiyah (MI) dengan masa belajar hingga enam tahun. Kelas

I-III setingkat dengan pendidikan Sekolah Menengah Pertama

(SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) jika mengacu pada

kurikulum nasional dan kelas IV-VI setara dengan Sekolah

Menengah Atas/Madrasah Aliyah (MA).

b. Program intensif KMI untuk lulusan SMP/MTs atau jenjang

diatasnya, yang ditempuh dalam kurun waktu 4 tahun, dari

kelas 1 intensif, 3 intensif, 5 dan 6.

c. Bahasa Arab dan bahasa Inggris ditetapkan sebagai bahasa

pergaulan dan bahasa pengantar pendidikan, kecuali mata


90

pelajaran tertentu yang harus disampaikan dengan Bahasa

Indonesia. Bahasa Arab dimaksudkan agar santri memiliki

dasar kuat untuk belajar agama mengingat dasar-dasar hukum

Islam ditulis dalam bahasa Arab. Bahasa Inggris merupakan

alat untuk mempelajari ilmu pengetahuan/umum.

d. Pengasuhan santri adalah bidang yang menangani kegiatan

ekstrakurikuler dan ko-kurikuler. Setiap siswa wajib untuk

menjadi guru untuk kegiatan pengasuhan pada saat kelas V

dan VI jika ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di

UNIDA, mereka tidak akan dipungut biaya, tetapi wajib

mengajar kelas I-VI di luar jam kuliah.mengajar kuliah dan

membantu pondok itulah yang di lakukan sebagai bentuk

pengabdian dan pengembangan diri.

e. Pelatihan tambahan bagi guru dengan materi yang sesuai

dengan standar pendidikan nasional.

f. Keterampilan, kesenian, dan olahraga tidak masuk kedalam

kurikulum formal tetapi menjadi aktivitas ekstrakurikuler.

g. Siswa diajarkan untuk bersosialisasi dengan membentuk

masyarakat sendiri di dalam pondok, melalui


91

organisasiorganisasi. Mulai dari ketua asrama, ketua kelas,

ketua kelompok, organisasi intra/ekstra, hingga ketua regu

pramuka. Sedikitnya ada 1.500 jabatan yang selalu berputar

setiap pertengahan tahun atau setiap tahun.62

Banyak pakar, tokoh dan praktisi pendidikan serta masyarakat

umum mengharapkan agar sistem KMI (Kulliyatu-l-Mu'allimin Al-

Islamiyah) dan sebutan lain dari pola pendidikan Mu'allimin seperti

Tarbiyat al Mu'allimin Al-Islamiyah (TMI), Madrasah al-Mu'allimin

Al-Islamiyah (MMI) dan nama-nama lain dari sistem Mu'allimin,

“tetap dipertahankan keberadaannya dan kemandiriannya” sebagai

salah satu sistem pendidikan alternatif yang mendapat pengakuan

resmi dari Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagaimana diatur dalam Pasal 93 Peraturan Pemerintah No. 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Hal tersebut

berdasarkan kenyataankenyataan sebagai berikut:

a. Sistem Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyyah (KMI)

merupakan hasil “ijtihad” para pendiri Pondok Modern

Gontor; K.H. Ahmad Sahal, K.H. Zainuddin Fannani, dan


62
Syarifah, Manajemen Kurikulum Kulliyatul Mu’alliminAl-Islamiyyah di
Pondok Modern Darussalam Gontor, Jurnal Universitas Darussalam Gontor, Vol. 11,
No. 1, Juni 2016
92

K.H. Imam Zarkasyi, yang dilakukan sejak tahun 1926,

dalam rangka melakukan “modernisasi” terhadap sistem

pendidikan pesantren sebagai “Indigenous Culture” (budaya

asli) bangsa Indonesia, sehingga masyarakat kemudian

menyebut Pondok Gontor dengan “Pondok Modern”.

b. Sepanjang hayatnya yang melewati 5 kurun waktu (masa

penjajahan, masa awal kemerdekaan, masa orde lama, masa

orde baru, dan masa reformasi), para pendiri dan penerus

Pondok Modern Gontor tetap bertahan dengan sistem KMI

secara konsekuen dan konsisten, di tengah-tengah berbagai

perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan bangsa

Indonesia. Bahkan para pendiri Pondok Modern Gontor

“berwasiat” agar sistem KMI tetap dipertahankan sampai

kapan pun, serta mengharapkan agar di Indonesia muncul

seribu Gontor (KMI) atau lebih. Harapan ini sesuai dengan

harapan beberapa Tokoh Pendidikan Nasional dan

Internasional yang pernah berkunjung ke Gontor dan

mengetahui keunggulan sistem KMI atau TMI (Tarbiyatul

Mu’allimin Al-Islamiyyah). Sampai tahun 2017 ini, sudah


93

berdiri sebanyak 200an pondok pesantren di seluruh pelosok

tanah air yang mempergunakan sistem KMI/TMI.

c. KMI/TMI memang tidak sama dengan sekolah atau

madrasah formal, seperti MTs dan MA atau SMP dan SMA

atau Madrasah-madrasah Diniyah dan Salafiyah, tetapi

secara substansial, KMI/TMI telah memenuhi Standar

Nasional Pendidikan seperti yang ditetapkan dalam Peraturan

Pemerintah No. 19 Tahun 2005, bahkan dalam beberapa

aspek melebihi standar tersebut.63

Bahkan sejak tahun 1998, Pemerintah Republik

Indonesia secara resmi telah mengeluarkan “Pengakuan

Penyetaraan” Ijazah KMI/TMI dengan Ijazah Madrasah

Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), yaitu

dengan SK. Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama No.

E.IV/PP.03.2/KEP/64/98 tanggal 28 Juli 1998; dan SK

Menteri Pendidikan Nasional No. 105/O/2000 tanggal 29

Juni 2000.

63
http://tazakka.or.id/index.php/tentang-pondok-modern-tazakka/kmi/703-
mengapa-sistem-kulliyatu-l-muallimin-al-islamiyah-kmi-perlu-dipertahankan diakses
pada Senin, 26 Feb 2018 06.28
94

2. Displin Pondok

Kata disiplin mempunyai makna dan konotasi yang berbeda-

beda yang mengartikan disiplin sebagai hukuman, pengawasan,

paksaan, kepatuhan, latihan, dan kemampuan tingkah laku. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia disiplin adalah tata tertib, ketaatan

pada peraturan. 64

Disiplin sesungguhnya adalah proses melatih pikiran dan

karakter anak secara bertahab sehingga menjadi seseorang memliki

control diri dan berguna bagi masyarakat.65

Dalam Islam banyak mengajarkan tetang disipin, diantara

adalah:

         
      
)3 -1 ‫( العصر‬

Artinya:“1. Demi masa, 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar


dalam kerugian, 3. Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”66
64
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama: 2008), cet. Ke-4, hal. 333
65
Ariesandi, Rahasia Mendidika Anak Agar Suskses dan Bahagia, Tips dan
Terpuji,Melejitkan Potensi Optimal Anak, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama:
2008), cet. Ke-4, hal. 231
66
Departemen Agama RI, Mushaf al-Qur’an Terjemah, (Jakarta: Al-Huda,
2005), hal.602
95

Sementara menurut Mahmud Yunus, disiplin adalah kekuatan

yang ditamankan oleh para pendidik untuk menanamkan ke dalam

jiwa tentang tingkah laku dalam pribadi murid dan bentuk

kebiaasaan dalam diri mereka, tunduk dan patuh dengan sebenar-

benarnya pada aturan-aturan yang sesuai dengan prinsip

pendidikan yang sesungguhnya yaitu inti yang dijalankan pada

setiap aktifitas sekolah.67

Sementara Aldo Redo Syam dalam thesesnya menuliskan

bahwa, disiplin adalah keadaan tertib, teratur dimana pendidik dan

peserta didik tunduk pada peraturan-peraturan atau tata tertib yang

ada dengan senang hati, sehingga disiplin disini merupakan hal

yang sangat penting, sebab tanpa sesuatu kelompak akan bisa

tercapai tujuan akhirnya.68

Saat mendengar nama Gontor, orang-orang yang mengenal

pondok umat warisan K.H. Ahmad Sahal, K.H. Zainuddin Fanani,

dan K.H. Imam Zarkasyi ini pasti akan membayangkan kehebatan

67
Mahmud Yunus dan Muhammad Qosim Bakri, At Tarbiyah wa Ta’lim, Juz
II, (Ponorogo: Darussalam Press, 1991), hal. 36
68
Aldo Redo Syam, Manajemen Pendidikan Kedisiplinan Santri di Pondok
Pesantren, Thesis Magister Manajemen Pendidikan Islam, (Program Pascasarjana
UIN Maulana Malik Ibrahim Malam:2015), hal.41
96

disiplinnya. Begitu juga ketika menerangkan tentang Gontor, orang

tidak akan lupa menceritakan disiplin ketat yang diterapkan di

dalamnya. Begitulah, Gontor memang sangat identik dengan

disiplin. Seakan-akan disiplin itu hanya milik Pondok Modern

Darussalam Gontor yang didirikan tiga bersaudara ini.

Memang tidak bisa dipungkiri, eksistensi dan kemajuan Gontor

hingga saat ini tidak bisa terlepas dari disiplin yang terus dijaga,

dipelihara, dilestarikan, dan dijalankan orang-orang di dalamnya.

Karena itulah disiplin di Gontor benar-benar mengakar kuat.

Ketiga bersaudara yang dikenal dengan Trimurti itu telah

menanamkan nilai-nilai kedisiplinan sejak awal mula mendirikan

pondok, sehingga disiplin Gontor benar-benar kokoh sampai

sekarang.

Di Gontor, disiplin bukan sekadar kata-kata atau larangan-

larangan tertulis yang hanya menghiasi dinding kelas dan asrama

atau sekadar memenuhi buku-buku peraturan, tapi disiplin

merupakan peraturan yang benar-benar harus ditaati dan

dilaksanakan segenap penghuni pondok tanpa terkecuali, baik

peraturan itu tertulis maupun tidak. Tak ada hak istimewa bagi
97

siapapun yang melanggar disiplin pondok, walau itu dilakukan

anak kiai, anak pejabat, atau anak seorang presiden sekalipun.

Disiplin tetaplah disiplin. Gontor tidak mengenal tawar-menawar

dalam menerapkan disiplin.

Tidak ada yang menyangkal bahwa penerapan disiplin secara

konsisten merupakan sebab utama keberhasilan pendidikan di

Gontor, bahkan di lembaga manapun juga atau di negara mana

saja. Jepang adalah salah satu contoh negara maju dan berhasil

karena masyarakatnya hidup berdisiplin tinggi. Bahkan, jika kita

berbicara tentang negara maju yang terkenal dengan disiplinnya,

maka sering kali kita membicarakan negeri Sakura itu. Demikian

pula halnya dengan Gontor. Orang mengenal pondok bersistem

modern ini dengan kedisiplinan santri-santrinya sejak bangun pagi

hingga tidur kembali.69

Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sudah ada dan

mengakar dalam masyarakat Indonesia jauh sebelum lahirnya

system persekolahan yang diperkenalkan oleh pemerintah kolonial

Belanda. Pesantren pada masa lalu tidak diragukan lagi

69
https://www.gontor.ac.id/catatan/gontor-dan-disiplin, diakses pada Selasa,
27 Feb 2018 20.10
98

keberhasilannya dalam mendidik santri menjadi orang yang shalih

dan bermoral tinggi, suatu kualitas yang tak bisa diabaikan

masyarakat yang mendambakan ketenangan dan kedamaian dalam

hidupnya.70

Dalam sistem pendidikan pesantren terdapat tiga unsur yang

saling terkait yaitu: (1) Pelaku: kiai, Ustadz, santri, dan pengurus.

(2) Sarana perangkat keras: Mesjid, rumah kiai, rumah ustadz,

pondok, gedung sekolah, tanah untuk keperluan kependidikan,

gedung-gedung lain untuk keperluan-keperluan seperti

perpustakaan, kantor organisasi santri, keamanan, koperasi dan lain

sebagainya, dan (3) Sarana perangkat lunak: tujuan, kurikulum,

sumber belajar yaitu kitab, buku-buku dan sumber belajar lainnya,

cara mengajar (bandongan, sorogan, halaqah dan menghafal) dan

evaluasi belajar– mengajar.71 Kelengkapan unsur-unsur tersebut

berbeda-beda di antara pesantren yang satu dan pesantren yang

lain.

70
http://arwave.blogspot.co.id/2015/11/pesantren-sebagai-proses-
pembentuk.html, di akses pada Selasa, 27 Feb 2018 05.54
71
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), hal:
59
99

Fahim Amin salah satu guru Ponpes Darunnajah menulis dalam

blognya sebagai berikut; mengenai tentang disiplin yang ada di

suatu lembaga pesantren, terkadang santri hanya mengetahui

peraturan-peraturan yang tertulis yang telah disampaikan oleh

Pimpinan atau ustadz-ustadz yang ada di pondok tersebut baik itu

secara lisan maupun tertulis, akan tetapi mayoritas para santri itu

melakukan pelanggaran-pelanggaran yang ada di pondok, yang

tidak tertulis ataupun yang telah di ucapkan oleh pimpinan dan

para ustadz-ustadz mereka. Dan suatu solusi untuk menghadapi

masalah seperti ini adalah kita harus memberitahu kepada

penghuni pondok entah itu santri maupun para ustadz agar

mentaati peraturan-peraturan atau disilplin yang ada dipondok

secara tertulis dan secara tidak tertulis, dan peraturan secara tidak

tertulis ini tergantung kedapa hati kecil yang ada dalam diri kita,

karena ini semua harus dengan kesadaran dan kedewasaan kita

semua.72

3. Karakter

72
http://darunnajah.com/pondok-pesantren-maju-karena-disiplin/ diakses pada
Selasa, 27 Feb 2018 20.15
100

Secara etimologi, kata karakter berasal dari bahasa Latin

Kharakter atau bahasa Yunani Kharassein, yang berarti memberi

tanda (to mark), atau bahasa Prancis carakter, yang berarti

membuat tajam atau membuat dalam. Dalam bahassa Inggris

Character memiliki arti watak, karakter, sifat, peran dan huruf.

Karakter juga diberi arti a distinctive differenting mark yang berarti

tanda atau sifat yang membedakan seseorang dengan orang lain.

Sementara dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, karakter

diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau

budi pekerti yang membedakan seseorang dari pada yang lain.73

Karakter berasal dari nilai tentang sesuatu, suatu nilai yang

diwujudkan dalam bentuk perilaku anak itulah yang disebut

karakter. Jadi suatu karakter melekat dengan nilai dari perilaku

tersebut. Dalam referensi Islam, nilai yan sangat terkenal dan

melekat yang mencerminkan akhlak/perilaku yang luar biasa

tercermin pada Nabi Muhammad Saw, yaitu shidiq, amanah,

fathonah dan tabligh.74

73
Amirullah, Teori Pendidikan Karakter Remaja Dalam Keluarga, (Bandung:
Alfabeta, 2015), hal. 9
74
Dharma Kesuma, Cepi Tiatna, Johar Permana, Pendidikan Karakter kajian
Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hal.11
101

Definisi karakter menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau

kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah

sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan

tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai

karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula

bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi

tertentu. Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak

tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan

sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi

karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain,

keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.75

Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral

(moral knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral

(moral behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat

dinyatakanbahwa karakter yang baikdidukung oleh pengetahuan

tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan

75
http://definisimu.blogspot.co.id/2012/09/definisi-karakter.html diakses pada
Rabu, 7 Maret 2018, 06.33
102

perbuatan kebaikan. Bagan dibawah ini merupakan bagan

kterkaitan ketiga kerangka pikir ini.76

Scerenko mendifinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang

membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis dan kompleksitas

mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa.77

76
http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-karakter/ diakses pada
Rabu, 7 Maret 2018, 06.40
77
Muchlas Samani, Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,
(Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2013), hal. 42
103

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan sebuah studi yang akan

mengungkapkan, menemukan dan menggali informasi tentang

implementasi atau pelaksanaan Kurikulum KMI dan Disiplin Pondok

dalam pengembangan karakter santri di Pondok Modern Darussalam

Gontor 9 Kalianda Lampung. Jenis Penelitian Kualitatif digunakan

untuk menguraikan, menggambarkan, menggali dan mendeskripsikan

manajemen pondok pesantren tersebut, Jenis Penelitian kualitatif yang

dimaksud adalah bahwa terlebih dahulu peneliti mencari literatur atau

teori yang berkaitan dengan penelitian, kemudian teori tersebut

dibandingkan dengan kondisi di lapangan penelitian.

Berdasarkan hal di atas maka jenis penelitian yang cocok untuk

digunakan adalah jenis kualitatif yang menurut Bogdan dan Biklen dan
104

Lincoln dan Guba serta disimpulkan oleh Lexy J. Moleong bahwa

penelitian kualitatif memiliki 11 karakter:

1. Latar ilmiah. Penelitian kualitatif memiliki latar yang ilmiah, karena

ontologi alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai

keutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari konteksnya, sehingga

peneliti harus mengambil tempat dalam objek penelitian demi

memperoleh pemahaman di lapangan penelitian.

2. Manusia sebagai alat. Artinya bahwa peneliti dan orang-orang yang

membantu peneliti merupakan alat pengumpul data utama, karena

manusia merupakan makhluk hidup yang dapat berinteraksi dengan

lingkungan objek penelitian dan dengan demikian peneliti harus

berperan serta dalam lingkungan objek penelitian.

3. Metode kualitatif. Karena metode kualitatif lebih mudah apabila

berhadapan dengan kenyataan ganda, menyajikan langsung hubungan

antara peneliti dengan responden, dan dengan menggunakan metode ini

peneliti akan peka dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan

penelitian.

4. Analisis data secara induktif. Analisis ini digunakan untuk menemukan

kenyataan-kenyataan ganda dalam data, membuat hubungan peneliti


105

dengan responden menjadi eksplisit, lebih jelas dan dapat membuat

keputusan-keputusan pada latar, dan menjalin hubungan-hubungan

serta dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit.

5. Teori dari dasar. Artinya bahwa penelitian kualitatif menghendaki arah

bimbingan penyusunan teori yang berasal dari data.

6. Deskriptif. Maksudnya penelitian kualitatif mengumpulkan data berupa

kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, sehingga dalam

penjabarannya data tersebut dijelaskan dengan sedemikian rupa yang

sangat erat kaitannya dengan data tersebut.

7. Lebih mementingkan proses daripada hasil. Karena dalam proses

penelitian kualitatif terdapat beberapa hubungan-hubungan dan

penjelasan-penjelasan.

8. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus. Karena batas menentukan

kenyataan ganda yang kemudian mempertajam fokus, sehingga

penelitian yang dilakukan tidak keluar dari fokus penelitian.

9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data.

10. Desain yang bersifat sementara. Maksudnya bahwa desain penelitian

kualitatif tidak baku, dan sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan

kebutuhan penelitian.
106

11. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.78

Karakter data penelitian kualitatif deskriptif selain diperoleh

melalui observasi, wawancara dan dokumentasi melalui informan,

peneliti juga dapat menggunakan instrumen berupa angket dengan

melibatkan responden.79

Pemunculan karakter penelitian kualitatif di atas menjadi

pedoman penelitian, yang nantinya mengarahkan terbentuknya pola

penelitian yang global. dan diharapkan temuan-temuan empiris dapat di

deskripsikan secara lebih rinci, jelas dan akurat mengenai implementasi

disiplin dalam pengembangan karakter santri di Pondok Modern

Darussalam Gontor 9 Lampung. Dari uraian diatas menunjukan bahwa

jenis metode yang tepat adalah pendekatan deskriptif kualitatif .

B. Pendekatana Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan field research. Field

research bermaksud mempelajari secara intensif tentang latar belakang

keadaan sekarang, dan interaksi sosial, individu, kelompok, lembaga

78
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), hal. 4-8
79
Muktar , Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: GP Press
Group, 2013), hal. 25
107

dan masyarakat.80 Beberapa pendekatan yang bisa dipilih dalam

penelitian ini adalah studi kasus, studi naratif dan etnogtafi.

Pendekatan penelitian ini digunakan untuk mengetahui keadaan

KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda Lampung dari

berbagai segi baik yang berhubungan dengan kurilukum KMI, displin

pondok, kendala, upaya dalam mengembangkan karaktre santri dan

lain-lain.

Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-

fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Partisipan adalah

orang-orang yang diajak wawancara, diobservasi, diminta memberikan

data, pendapat, pemikiran dan persepsinya. Dalam hal ini penelitian

dimaksudkan untuk mendeskripsikan bagaimana Implementasi

Kurikulum KMI dan Disiplin Pondok dalam pengembangan Karakter

Santri di Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda Lampung.

Studi etnografis berusaha meneliti suatu kelompok kebudayaan

tertentu berdasarkan pada pengamatan dan kehadiran peneliti di

lapangan dalam waktu yang lama. pada umumnya, ada dua tipe

etnografi yaitu etnografi realis dimana peneliti berperan sebagai

80
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian
Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 5
108

pengamat "objektif", merekam fakta dengan sikap yang tidak memihak.


81

Dalam bagian ini peneliti akan mengungkapkan dengan

mendiskripsikan hasil pengamatannya tentang penerapan atau

implementasi Kurikulum KMI dan implementasi Disiplin Pondok di

Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda Lampung Selatan.

Dalam kehidupan yang ada di Pondok Modern Darussalam

Gontor 9 Kalianda Lampung Selatan dimana seorang kiai atau

pengasuh sebagai sentral figure, masjid sebagai sentral dan guru

sebagai subyek pendidikan serta santri sebagai obyek pendidikan yang

hidup bersama selama 24 jam maka tidak bisa dilepaskan dari disiplin,

semua kegiatan baik kegiatan pengejaran dan pendidikan semua

digerakkan satu komando yang disebut disiplin pendidikan.

Untuk terwujudnya suatu cita-cita yaitu mengembangkan

karakter santri dengan mengimplementasikan Kurikulum KMI dan

Disiplin Pondok tentunya akan banyak menemui hambatan-hambatan

dan rintangan serta kiat-kiat atau cara-cara untuk menghadapinya.

Untuk mendapatkan data yang otentik dan valid maka peneliti

langsung terjun di lapangan dan hidup bersama selama kurang lebih


81
Thohirin, Metode Penelitian Kualitatif …, hal. 35
109

dua bulan supaya bisa mengamati dan mencermati semua kegiatan yang

terjadi di dalam kampus selama 24 jam.

C. Subjek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang berada dalam situasi

sosioal yang ditetapkan sebagai pemberi informasi dalam sebuah

penelitian atau dikenal dengan informen. Dinamakan sebagai

subjek penelitian kualitatif deskriptif, karena penelitiannya

dilakukan secara terpusat pada sudut orang yang diteliti, baik

mereka yang telah ditetapkan atau mereka yang dimintai informasi

secara bergulir dan bergilir sehingga data membesar dan meluas

(snowball data), sampai titik jenuh data.82

Subjek penelitian ini adalah Pengasuh Pondok Modern

Darussalam Gontor 9. sebagai informasi kunci (key informen)

dengan beberapa pertimbangan. Pertama, orang tersebut adalah

pemimpin atau orang yang dituakan dalam sebuah situasi sosial,

82
Muktar , Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: GP Press
Group, 2013), hal. 89.
110

Kedua, orang tersebut mengetahui persis semua situasi sosial

tempat dimana dia berada atau dia memimpin, ketiga, orang

tersebut relatif lama menetap di dalam situasi sosial tersebut,

sehingga dia memahami dengan baik semua sistem terkait dengan

situasi sosial. Keempat, orang tersebut memiliki seperangkat

koleksi kelebihan atau keunggulan, sehingga dengan kelebihan

atau keunggulan tersebut itu dia disegani dan dihormati oleh semua

orang dalam situasi sosial. Kelima, orang tersebut diterima,

dipercaya, jujur, bertanggungjawab serta tidak terlibat konflik

dalam situasi sosial.83 Berdasarkan pertimbangan ini, maka di

tetapkan yang menjadi informasi kunci utama adalah Pengasuh

Pondok Modern Darussalam Gontor 9, staff guru bagian

pengasuhan santri, staff guru bagian akademik KMI, para ustadz,

serta santri ditetapkan sebagai informan tambahan.

Situasi sosial adalah lokasi atau tempat yang ditetapkan

untuk melakukan penelitian84. Situasi sosial (social setting) adalah

bagian dimana peneliti memberikan informasi secara objektif

lokasi, tempat, wilayah, lembaga, organisasi atau sejenisnya


83
Muktar , Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: GP Press
Group, 2013), hal. 91-92.
84
Muktar , Metode Praktis Penelitian …, hal. 88.
111

dimana penelitian tersebut dilaksanakan.85 Dalam penelitian ini

penulis mengambil setting (lokasi) di Pondok Modern Darussalam

Gontor 9 yang beralamat di Dusun Kubupanglima, Desa

Tajimalela Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan

Provinsi Lampung. Alasan ditetapkan Pondok Pesantren ini

menjadi setting penelitian adalah: Pertama, Karena pondok ini

adalah pondok cabang dari Pondok modern Darussalam Gontor

Ponorogo yang paling maju dari keenam cabang pondok Gontor

yang lain di wilayah sumatera. Kedua, kemudahan peneliti untuk

mendapatkan data, mengingat kontinyuitas peneliti dalam

kunjungan ke Pondok Modern Darussalam Gontor 9 dalam

beberapa event dan kegiatan akademis. Ketiga, karena curiousitas

peneliti terhadap percepatan perkembangan pondok ini.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

85
Mukhtar, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Propsal, Tesis dan Disertasi,
(Jakarta: Gaung Persada Press, 2013, hal. 34-35.
112

Data Primer adalah data yang dihimpun langsung oleh

seorang peneliti umumnya dari hasil observasi terhadap

situasi sosial dan atau diperoleh dari tangan pertama atau

subjek (informan) melalui proses wawancara.86 Dalam

penelitian ini data primer yang penulis maksudkan di dalam

penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi,

wawancara peneliti, dan dari dokumentasi secara langsung

dengan pihak-pihak yang terkait.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak

langsung oleh peneliti, tapi telah berjenjang melalui sumber

tangan kedua atau ketiga. Data sekunder yang penulis

maksudkan dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh

melalui dokumen tertulis dan arsip Pondok Modern

Darussalam Gontor 9 Lampung. Adapun data-data tersebut

adalah:

1) Historis dan Pondok Modern Darussalam Gontor 9

Lampung.

86
Muktar , Metode Praktis Penelitian …, hal. 100.
113

2) Struktur kelembagaan Pondok Modern Darussalam

Gontor 9 Lampung

3) Keadaan sarana dan prasarana

4) Keadaan siswa/santri

5) Keadaan tenaga pendidik (asatidz)

6) Keadan karyawan yang berada di kampus Pondok

Modern Darussalam Gontor 9.

2. Sumber Data

Sumber data adalah sumber-sumber yang dimungkinkan

seorang peneliti mendapatkan sejumlah informasi atau data-data

yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian, baik data primer

maupun data sekunder.87 Sumber data dalam penelitian ini

meliputi: 1). Dokumentasi lembaga atau historis, 2) orang yang

menjadi subjek atau informen.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Dokumentasi

Dokumentasi sebagai cara mencari data mengenai hal-hal

atau variabel-variabel yang merupakan catatan manuskrip,


87
Muktar , Metode Praktis Penelitian …, hal. 107
114

buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, prasasti, legger,

agenda dan sebagainya.88 Data yang diperoleh melalui

dokumentasi adalah data-data yang diambil di Pondok Modern

Darussalam Gontor 9 Lampung tentang historis dan geografis,

struktur organisasi, profil guru-guru (asatidz), staf bagian

pengasuhan santri, santri, sarana dan prasarana.

Metode dokumentasi merupakan sumber yang cukup

bermanfaat karena data yang diinginkan sudah tersedia,

sehingga relatif mudah dalam mendapatkannya, dan merupakan

sumber data yang stabil dan akurat sebagai ukuran atau

cerminan dari situasi dan kondisi yang sesungguhnya, dan dapat

untuk di analisis secara berulang-ulang tanpa mengalami

perubahan yang signifikan. Metode ini digunakan untuk

mencari data-data dari dokumen resmi, dengan berpegang pada

pedoman dokumentasi, yaitu hanya memuat garis-garis besar

atau kategori informasi yang akan di cari datanya.

2. Wawancara

88
Thohirin, Metode Penelitian Kualitatif ..., hal. 68.
115

Wawancara mendalam (Systematic interview) yaitu

pengumpulan data berbentuk mengajukan pertanyaan secara

lisan dan pertanyaan yang diajukan itu telah dipersiapkan secara

tuntas dilengkapi dengan instrumennya.89 Jenis wawancara yang

digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur

atau terpimpin. Wawancara dilakukan terhadap subjek

penelitian, yaitu Pengasuh Pondok, guru (asatidz), dan santri

(informasi tambahan) yang berada di dalam Kampus Pondok

Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda Lampung, yang

digunakan untuk mengumpulkan data yang relevan atau sesuai

dengan permasalahan penelitian, seperti dokumen kurikulum

Pondok, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran (taftisy i’dad),

kualifikasi pendidikan ustadz (guru), status guru, pengalaman

mengajar (khidmatut tadris) guru, pelatihan/penataran guru,

studi lanjutan guru, dan lain-lain sebagainya.

3. Observasi

89
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta : Raja Grafindo
Persada 2003), hal.27
116

Metode observasi (pengamatan) atau disebut juga dengan

pengamatan merupakan kegiatan pemusatan perhatian semua

objek dengan menggunakan seluruh indera.90 Metode observasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi

partisipan, yaitu peneliti melibatkan diri secara langsung dalam

lingkungan penelitian, terkait data yang diperoleh dari informan

yang berkaitan implementasi kurikulum KMI dan disiplin

pondok dalam pengembangan karakter santri di Pondok Modern

Darussalam Gontor 9 Kalianda Lampung. Observasi dilakukan

dengan menggunakan panduan observasi yang disiapkan untuk

memudahkan dan membantu peneliti dalam memperoleh data.

Panduan tersebut dikembangkan dan diperbaharui selama

penulis berada di lokasi penelitian.

Hal-hal yang perlu di perhatikan oleh yang melakukan

observasi (observer) agar penggunaan metode ini dapat

digunakan untuk menghimpun data secara efektif dan akurat.

Maka di butuhkan prasayarat sebagai berikut:

1) Pemilikan pengetahuan yang cukup mengenai objek yang di

observasi.
90
Thohirin, Metode Penelitian Kualitatif ..., hal. 62
117

2) Pemahaman tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang

sedang di laksanakan.

3) Penentuan cara dan alat yang di pergunakan dalam mencatat

data.

4) Penentuan Kategori pendapatan gejala yang di amati,

apakah dengan menggunkan skala tertentu mencatat lepas

prekuensi munculnya gejala tanpa klasifikasi tingkatannya.

5) Pengamatan dan pencatatan harus di lakukan secara cermat

dan kritis, maksudnya diusahakan agar tidak ada ggejala

apapun yang luput dari pengamatan.

6) Pendekatan setiap gejala harus di lakukan secara terpisah

agar tidak saling mempengaruhi. 91

F. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

model analisis data mengalir, yang menurut Miles dan Huberman92

berikut penjabarannya:

91
Nusa Putra dan Santi Lisnawati, Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama
Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 40.
92
Mathew B. Miles dan A. Michael Huberman dan, Analisis Data Kualitatif:
Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru, Terj. Tjetjep Rohedi Rohidi, (Jakarta: UI
Press, 2007), hal. 16.
118

a. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan,

pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakkan dan

transformasi data-data kasar yang muncul dari catatan-catatan

yang tertulis di lapangan. Tumpukan data yang didapatkan di

lapangan akan direduksi dengan cara merangkum, meresume,

kemudian mengklasifikasikannya sesuai dengan kebutuhan

penelitian. Masalah Implementasi Kurikulum KMI dan Disiplin

Pondok dalam pengembangan karakter santri di Pondok Modern

Darussalam Gontor 9 Lampung diambil melalui wawancara dan

observasi kemudian dianalisis dengan menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengorganisasikan data tersebut sehingga bisa disajikan.

b. Penyajian Data

Penyajian data sebagai sekumpulan data/informasi

tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Sajian data merupakan

upaya peneliti untuk mendapatkan gambaran dari data yang

telah diperoleh serta hubungannya dengan fokus penelitian yang


119

dilaksanakan, untuk itu sajian data dapat dibuat dalam bentuk

matriks, grafik, tabel dan lain sebagainya.

Ada tiga alur utama pada penelitian kualitatif yaitu

reduksi data, penyajian data, dan verifikasi/kesimpulan. Sebagai

suatu jalin menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah

pengumpulan data dalam bentuk sejajar, untuk membangun

wawasan umum yang disebut analisis, dan kegiatan

pengumpulan data itu sendiri merupakan siklus dan interaktif.

Di sini penelitian harus siap bergerak di antara empat (4)

“sumbu” kumparan itu selama pengumpulan data. Selamanya

bergerak bolak-balik di antara kegiatan reduksi data, penyajian

data, penarikan kesimpulan/verifikasi selama waktu penelitian.

c. Verifikasi/Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan sebagian dan suatu kegiatan dari

konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi

selama penelitian dalam pikiran penganalisis dengan menulis

suatu tinjauan ulang pada catatan. Menarik kesimpulan

merupakan kegiatan akhir dari proses analisis data, yaitu dengan

cara merumuskan kesimpulan penelitian, baik kesimpulan


120

sementara maupun kesimpulan akhir. Kesimpulan sementara

dapat dibuat terhadap setiap data yang ditemukan pada saat

penelitian sedang berlangsung, dan kesimpulan akhir dapat

dibuat setelah seluruh data dianalisis. Hasil penyajian data bisa

diambil kesimpulan tentang temuan lapangan mengenai

Implementasi Kurikulum KMI dan Disiplin Pondok dalam

pengembangan karakter santri Pondok Modern Darussalam

Gontor 9 Lampung dan menyesuaikan dengan teori yang telah

disusun sebelum penelitian dilakukan.

G. Uji Keterpercayaan Data

Untuk mendapatkan data yang terpercaya (trust worthiness)

tentunya diperlukan teknik pengecekan keabsahan data yang

didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Sebagaimana diketahui

bahwa dalam penelitian kualitatif, seorang peneliti menggunakan

tekhnik untuk menguji keabsahan data dengan cara perpanjangan

keikutsertaan, ketekunan observasi, trianggulasi, dan diskusi

sejawat.
121

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan ini menuntut peneliti untuk

terjun langsung ke dalam lokasi dan dalam waktu yang cukup

panjang untuk mendeteksi dan memperhitungkan distorsi

(penyimpangan) yang mungkin akan merusak data, baik distorsi

peneliti secara pribadi, maupun distorsi yang ditimbulkan oleh

responden; baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

Dengan demikian, melalui perpanjangan keikutsertaan ini

diharapkan peneliti dapat menentukan distorsi yang terjadi

dalam penelitian sehingga peneliti dapat mengatasi hal ini.

Berdasarkan pada hal-hal tersebut di atas dan

sebagaimana diketahui bahwa penelitian yang direncanakan

dilaksanakan tiga bulan, dan dikarenakan peneliti khawatir akan

terjadinya distorsi baik yang berasal dari peneliti sendiri

maupun yang distorsi yang berasal dari responden, maka

dianggap perlu menambah masa penelitian secara tidak resmi.


122

2. Ketelitian Pengamatan

Ketelitian pengamatan ini dimaksudkan untuk

mengidentifikasikan karakteristik dan elemen dalam suatu

situasi yang sangat relevan dengan permasalahan atau isu yang

sedang diteliti dan memfokuskannya secara terperinci. Peneliti

berupaya mengadakan observasi atau pengamatan secara teliti

dan rinci secara terus-menerus terhadap faktor-faktor yang

menonjol, dan kemudian peneliti menelaahnya secara terinci

sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal

akan kelihatan salah satu atau keseluruhan faktor yang telah

dipahami.

3. Triangulasi

Menurut Lexy. J. Moelong bahwa ada beberapa

pembagian triangulasi tersebut diantaranya adalah: 1).

Triangulasi Data, 2).Triangulasi Sumber, 3).Triangulasi

Metode. 93

93
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif; Edisi Revisi. hal. 328
123

Triangulasi data adalah teknik pemeriksaaan keabsahan

data untuk menguji kredibilitas data dari berbagai sumber

dengan berbagai cara dan berbagai waktu”.94

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan suatu yang lain di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data

itu. Ada empat macam triangulasi yaitu dengan menggunakan

kejujuran peneliti, metode, teori dan sumber data. Penelitian ini

penulis menggunakan triangulasi dengan kejujuran peneliti

yakni dilakukan untuk menguji kejujuran, subjektivitas dan

kemampuan merekam data oleh peneliti di lapangan.

Triangulasi terhadap peneliti yaitu dengan meminta bantuan

peneliti lain melakukan pengecekan langsung, wawancara

langsung serta merekam data yang sama di lapangan. Konsep

trianggulasi dengan metode dilakukan untuk melakukan

pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data,

apakah informasi yang didapat dengan metode interview sama

dengan metode observasi atau apakah hasil observasi sesuai

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


94

dan R&D, Penerbit Alfabeta, Bandung: 2013, hal : 372


124

dengan informasi yang diberikan ketika diinterview. Apabila

berbeda, maka peneliti harus menjelaskan perbedaan itu,

tujuannya adalah untuk mencari kesamaan data dengan metode

yang berbeda.95

Trianggulasi dengan sumber data yakni membandingkan

dan mengecek balik derajat kepercayaan atau informasi yang

diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian

kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan: (1)

membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang

didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi,

(3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang

situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang

waktu, (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang

dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat

biasa, orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang kaya,

pemerintah, (5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi

suatu dokumen yang berkaitan. Trianggulasi dengan teori


95
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, hal.
256-257.
125

didasarkan pada asumsi bahwa fakta tidak dapat diperiksa

derajat kepercayaannya hanya dengan satu atau lebih teori.

Artinya, fakta yang diperoleh di dalam penelitian harus dapat

dikonfirmasikan dengan dua teori atau lebih. Patton menamakan

teori ini sebagai penjelasan pembanding.96

4. Konsultasi Pembimbing

Teknik ini juga digunakan untuk membangun

keterpercayaan atau keabsahan yang merupakan suatu proses di

mana seorang peneliti mengekspos serta mengkonsultasikan

hasil penelitian yang diperolehnya kepada dosen pembimbing,

dengan melakukan suatu diskusi dan konsultasi secara analitis

dengan tujuan untuk menelaah aspek-aspek penemuan yang

mungkin masih bersifat implisit. Melalui teknik ini, diharapkan

peneliti dapat memperoleh pertanyaan dan saran konstruktif,

serta dapat memberikan kesempatan kepada peneliti untuk

mengembangkan dan menguji langkah-langkah selanjutnya

dalam suatu desain metodologis yang muncul.


96
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, hal.
256-257.
126

H. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan. Penelitian

dilakukan dengan pembuatan proposal, kemudian dilanjutnya

dengan perbaikan hasil seminar proposal tesis. Setelah pengesahan

judul dan izin riset, maka penulis mengadakan pengumpulan data,

verifikasi dan analisis data dalam waktu yang berurutan. Hasilnya

penulis melakukan konsultasi dengan pembimbing sebelum

diajukan kepada sidang munaqasah. Hasil sidang munaqasah

dilanjutkan dengan perbaikan dan penggandaan laporan penelitian

tesis. Adapun jadwal kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1: Jadwal Penelitian tahun 2017

Bulan
No KEGIATAN Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan Proposal √
2. Penyusunan instrumen √
Seminar proposal dan
3. √
instrumen penelitian
Pengujian validitas dan
4. √
reliabilitas instrumen
5. Penentuan sampel √
6. Pengumpulan data √ √
7. Analisis data √
127

8. Pembuatan draf laporan √


9. Seminar laporan √
10. Penyempuraan laporan √
Penggandaan laporan
11. √
penelitian

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS PEMBAHASAN

I. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sekilas tentang Pondok Modern Darussalam Gontor 9

Kalianda Lampung Selatan

Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda adalah

pondok pesantren cabang dari Pondok Modern Darussalam

Gontor Ponorogo yang secara geografis terletak di Dusun


128

Kubupanglima, Desa Tajimalela, Kecamatan Kalianda

Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung. Karena

merupakan pondok cabang, sehingga Pondok Modern

Darussalam Gontor 9 selalu mengkiblat segala hal yang ada di

Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo sebagai

pusatnya; dalam visi, misi dan tujuan pondok, pola pengelolaan

pesantren, pembinaan santri dan guru, manajemen pendidikan

dan pengajaran, manajemen pembiayaan dan sarana-prasarana,

manajemen kaderisasi, manajemen kepemimpinan dan sumber

daya manusia, serta segala hal yang berkaitan dengan kegiatan

secara teknis mengacu pada standar operasional pelaksanaan

yang yang dilaksanakan di Pondok Gontor pusat.

Luas tanah untuk area pondok adalah seluas 11,5 ha,

yang merupakan wakaf dari Bapak Daud Yusuf dan Bapak

Ibrahim Sulaiman.97 Pondok Modern Darussalam Gontor 9

Kalianda resmi dibuka pada tanggal 21 Agustus 2005 oleh

Menteri Agama, H. Muhammad Maftuh Basuni dan Pengasuh

Pondok Modern Darussalam Gontor, DR. KH. Abdullah Syukri

Zarkasyi, MA dan KH. Hasan Abdullah Sahal, serta ketua dan


97
https://www.gontor.ac.id/pondok-modern-darussalam-gontor-9
129

anggota Badan Wakaf Pondok Modern Gontor. Sebagai

pengasuhnya KH. Syamsuddin Basyir, S.Ag98 dan sejak tahun

2014, sesuai keputusan pimpinan Pondok Modern Darussalam

Gontor, posisi pengsuh digantikan oleh KH. Suwito Jemari,

S.Pd.I hingga sekarang.99

Pondok Pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan

Islam yang ada di Indonesia, selama berabad-abad telah

memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan dakwah dan

pendidikan Islam di Indonesia. Sebagai wadah pembentukan

generasi muslim yang mampu berkiprah dimasyarakat, pondok

pesantren berdiri kokoh menjadi benteng aqidah umat, mendidik

akhlaq karimah100, membangun karakter dan menjadi media

transformasi nilai-nilai luhur serta ilmu pengetahuan. Pondok

Modern Darussalam Gontor 9, yang sekarang memasuki

usiannya yang ke dua belas tahun, merupakan salah satu pondok

98
Ahmad Suharto, Profil Pondok Modern Darussalam Gontor, (Ponorogo:
Darussalam Press, 2011), Hal : 28
99
http://www.kaliandanews.com/2017/03/ponpes-gontor-9-kalianda-100-
pesen.html
100
Dari segi bahasa Arab, akhlak berasal dari kata ‫خلق‬ (khuluqun) yang
mengandung arti budi pekerti, tingkah laku, tabiat, perangai. Persesuain kata tersebut
adalah ‫خلق‬ (khalqun) yang berarti ciptaan, serta erat hubungannya dengan
‫الق‬XXXX‫خ‬ (khooliqun) yang berarti pencipta dan ‫وق‬XXXX‫مخل‬ (makhluuqun) artinya yang
diciptakan.
130

pesanten yang berperan mewarnai pendidikan di Indonesia,

karena pondok ini memiliki rentetan sejarah dengan berdirinya

Pondok modern Darussalam Gontor Ponorogo, yang berdiri

sejak tahun 1926, jauh sebelum Indonesia merdeka. Maka

sejarah berdirinya Pondok Modern Darussalam Gontor 9

Lampung tidak bisa dilepaskan dengan sejarah berdirinya

Pondok Modern Darussalam Gontor yang ada di Ponorogo Jawa

Timur.

2. Visi, Misi Dan Tujuan Pondok Modern Darussalam Gontor

9 Kalianda Lampung Selatan101

a. Visi

Sebagai lembaga pendidikan Islam yang melahirkan

kader-kader pemimpin umat, menjadi tempat ibadah,

serta menjadi sumber ilmu pengetahuan Islam, Bahasa

Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan umum untuk

kesejahteraan lahir bathin, dunia akhirat.

b. Misi

101
Ahmad Suharto, Profil Pondok Modern Darussalam Gontor, (Ponorogo:
Darussalam Press, 2016), Hal : 12
131

1. Membentuk generasi yang unggul menuju

terbentuknya khoirul ummah.102

2. Mendidik dan mengembangkan generasi mukmin

muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat,

berpengatahuan luas, dan berpikiran bebas, serta

berkhidmat kepada masyarakat.

3. Mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan umum

secara seimbang menuju terbentuknya ulama yang

intelek.

4. Mewujudkan warga negara yang berkepribadian

Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah

SWT.

c. Tujuan

1. Terwujudnya generasi mukmin muslim yang

berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengatahuan luas,

dan berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada

masyarakat.

102
Dua kata “Khairah Ummah” ini terdapat di dalam Al-qur’an surat Ali-Imran
ayat :110 yang oleh Tafsir Al-qur’an dan Terjemahnya diartikan “umat yang terbaik”.
132

2. Melahirkan ulama yang intelek yang memiliki

keseimbangan zikir dan fikir.

3. Mewujudkan warga negara yang berkepribadian

Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah

SWT.103

3. Nilai-nilai Pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor

9 Kalianda Lampung Selatan

Pendidikan pesantren itu bersumber dan bertumpu kepada

nilai-nilai dasar yang dianutnya. Nilai-nilai itu merupakan hasil

rumusan tentang prinsip-prinsip pendidikan yang bersumber dari

nilai-nilai keislaman, keilmuan, dan kemasyarakatan. Nilai-nilai ini

menjadi jiwa dan ruh yang menjadikan pondok pesantren dapat

tetap eksis dan survive. Nilai-nilai ini sekaligus merupakan jati diri

pondok pesantren, tanpanya pendidikan pesantren itu hanyalah

bentuk tanpa isi, badan tanpa ruh, raga tanpa jiwa. Seluruh gerak

dan dinamika hidup pesantren itu dijiwai, didasari, diwarnai, dan

dipengaruhi oleh nilai-nilai ini. Dalam pengalaman Pondok


103
Nur Hadi Ihsan, Muhammad Akrimul Hakim dan Ahmad Hasan Al-Banna,
Profil Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur Indonesia,
(Ponorogo: Darussalam Press, 2006), cet ke-2, hal. 62
133

Modern Darussalam Gontor, nilai-nilai itu terangkum dalam panca

jiwa, moto, orientasi, sintesa, dan falsafah hidup, seperti akan

diuraikan berikut ini;104

a. Panca Jiwa105

Panca jiwa adalah nilai-nilai yang mesti dijiwai oleh siapapun

yang hidup dilingkungan pondok pesantren, tidak hanya santri,

tetapi juga berlaku untuk para guru, pengasuh, kiyai dan bahkan

seluruh keluarga kiyai. Panca jiwa tersebut meliputi:106

1. Keikhlasan

Keikhlasan merupakan inti dari semua jiwa dalam

pendidikan pesantren dan merupakan kunci diterimanya amal

disisi Allah SWT.

ِ ِِ ِ ِ
َّ ‫الص ال َة َويُْؤ تُوا‬
‫الز َك ا َة‬ َّ ‫يم وا‬
ُ ‫ِّين ُحَن َف اءَ َويُق‬ َ ‫َو َما ُأم ُروا ِإال لَي ْعبُ ُدوا اللَّهَ خُمْلص‬
َ ‫ني لَهُ الد‬
)5 :‫ين الْ َقيِّ َم ِة (البينة‬ ِ ِ‫وذَل‬
ُ ‫كد‬ َ َ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan (ikhlas) kepada-Nya
104
Abdullah Syukri Zarkasyi, Makalah Disampaikan dalam Seminar Nasional
tentang “Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Pola Pendidikan Pesantren” oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional, Jum’at-Ahad,
10-12 Desember 2010, di Hotel Salak Bogor.
105
Imam Zarkasyi, Diktat Khuthbah Iftitah Pekan Perkenalan, Kulliyatul
Mu’allimin Al-Islamiyah Pondok Modern Darusslam Gontor Ponorogo, hal. 11
106
Abdullah Syukri Zarkasyi, Manajemen Pesantren Pengalaman Pondok
Modern Gontor, (Ponorogo: Trimurti Press, 2005), hal. 109
134

dalam (menjalankan) agama yang lurus” (Q.S. Al-Bayyinah :


5)107

Semua gerak hidup pesantren bermuara dari jiwa

keikhlasan, termasuk hubungan kyai dan santri juga

didasarkan pada jiwa keikhlasan ini; kyai ikhlas mendidik-

santri ikhlas dididik, kyai ikhlas membina-santri ikhlas dibina,

kyai ikhlas mengarahkan-santri ikhlas diarahkan, dan begitu

seterusnya.

2. Kesederhanaan

Pendidikan hidup sederhana menjadi keunikan sistem

pesantren. Sederhana tidak berarti miskin atau nerima.108

Sederhan itu berarti wajar dan sesuai kebutuhan. Sederhana

dalam berpikir, bertindak, dan bertingkah laku; sederhana

dalam melakukan kegiatan, waktu ibadah beribadah, waktu

sekolah ke sekolah, waktu olahraga berolahraga, waktu makan

ya makan dan seterusnya. Pendidikan kesederhanaan ini akan

melahirkan pribadi yang apa adanya dan terbuka, tetapi

tangguh dan ulet.


107
Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, (Jakarta: Al-Huda,
2005) hal: 599
108
Imam Zarkasyi, Diktat Khuthbah Iftitah Pekan Perkenalan,…, hal. 12
135

Pola hidup sederhana ini menjadikan suasana hidup di

Pondok Modern Darussalam Gontor tergolong egaliter, tiada

ada kemenonjolan materi yang ditunjukkan oleh santri. Tidak

terlihat perbedaan antara santri yang kaya dan yang miskin.

Hal ini juga membuat santri yang kurang mampu tidak minder

dan yang kaya tidak sombong.109

3. Kemandirian

Kemandirian merupakan kekhasan lain dari pendidikan

pesantren. Untuk dapat mengemban misinya dengan baik,

pesantren haruslah tetap mandiri, baik secara kelembagaan,

sistem, pendananaan dan lain-lain. Jiwa kemandirian ini juga

ditanamkan kepada para santri agar menjadi pribadi yang

mandiri, pribadi yang selalu belajar dan melatih dirinya untuk

mengurus kepentingannya sendiri tanpa terus menerus

bergantung pada kebaikan dan belas kasihan orang lain.

4. Ukhuwah Islamiyah

Sebagai lembaga pendidikan Islam, pesantren

menanamkan jiwa persaudaraan yang bukan sekadar berbasis

suku, bahasa, status sosial, dan lain-lain. Persaudaraan yang


109
Abdullah Syukri Zarkasyi, Manajemen Pesantren Pengalaman…, hal. 109
136

dibangun di pesantren itu tidak hanya bersifat lokal maupun

nasional tetapi universal karena didasarkan pada Islam yang

ajarannya bersifat universal.

5. Kebebasan

Kebebasan yang menjadi nilai dasar pendidikan

pesantren ialah kebebasan yang positif dan konstruktif sesuai

dengan syariat Islam. Kebebasan itu juga berarti bahwa para

alumni pesantren itu bebas dalam menentukan lapangan

perjuangan dan kehidupannya di masyarakat.

b. Motto110

1. Berbudi Tinggi

Berbudi tinggi merupakan landasan yang ditanamkan

oleh pesantren kepada seluruh santrinya. Ini merupakan inti

dan tujuan utama dari seluruh proses pendidikan dan

pengajaran yang diselenggarakan pesantren.

110
Abdullah Syukri Zarkasyi, Manajemen Pesantren Pengalaman Pondok
Modern Gontor, (Ponorogo: Trimurti Press, 2005), hal. 113
137

Seluruh kegiatan di pesantren harus mengandung unsur

pendidikan akhlak/pendidikan karakter, yang menjadi tema

pokok pembahasan thesis ini.

2. Berbadan Sehat

Pesantren adalah lembaga kaderisasi pemimpin. Seorang

pemimpin haruslah sehat jasmani, dan tentu saja harus sehat

ruhani. Dengan tubuh yang sehat seseorang akan dapat

menjalankan tugas, peran, dan fungsinya dengan baik.

3. Berpengetahuan Luas

Para santri dibekali dengan berbagai pengetahuan untuk

menjadi bekal hidup mereka. Dengan berbekal pengetahuan

yang luas seseorang akan menjadi lebih arif dalam bersikap.

Tetapi harus tetap diperhatikan bahwa berpengetahuan luas itu

tidak boleh lepas dari berbudi luhur.

4. Berpikiran Bebas

Berpikiran bebas berarti memiliki sikap terbuka dan

bertanggung jawab dalam menghadapi persoalan apapun.


138

Bebas di sini bukanlah bebas sebebas-bebasnya sehingga

menjadi liberal. Kebebasan merupakan lambang kedewasaan

dan kematangan. Seorang santri bebas untuk memilih lapangan

atau profesi perjuangannya di masyarakat.

c. Orientasi Pendidikan111

Di samping jiwa dan falsafah, Pondok Modern Darussalam

Gontor juga mempunyai orientasi yang memandu arah pendidikan

di dalamnya. Orientasi itu meliputi kemasyarakatan dan ibadah

talabul ilmi.

1. Kemasyarakatan112

Masyarakat adalah tempat kembalinya santri. Karena itu,

pendidikan pesantren itu sarat dengan berbagai hal yang akan

dijumpai santri di masyarakat. Lingkungan pesantren

diciptakan untuk mendidik santri agar tidak canggung untuk

terjun dan berjuang di masyarakat, agar menjadi pemimpin

atau anggota masyarakat yang mandiri dan bermanfaat.

2. Ibadah Talabul Ilmi

Ahmad Suharto, Profil Pondok Modern …, Hal : 10


111

Diktat dalam Pekan Perkenalan di Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyah


112

Pondok Modern Gontor, (Ponorogo: Darussalam Press, tt), hal.15


139

Pesantren adalah lembaga tafaqquh fi al-din, tempat untuk

menuntut ilmu agama dan juga umum. Pada dasarnya, alasan

manusia diciptakan oleh Allah itu adalah untuk beribadah

dan hal ini tidak bisa diwujudkan melainkan dengan ilmu.

Pendidikan pesantren mengarahkan para santrinya agar

memahami bahwa keberadaannya di pesantren itu adalah

untuk beribadah dengan menuntut ilmu dan bahwa menuntut

ilmu itu harus diorientasikan untuk ibadah, bukan lainnya.

Orientasi pendidikan yang sedemikian ini akan dapat

menghindarkan santri dari salah tujuan dalam memasuki

lembaga pendidikan. Tujuan memasuki lembaga pendidikan

bukanlah untuk mendapat ijazah dan dunia pendidikan bukan

sekadar jembatan menuju dunia kerja.

d. Falsafah Hidup113

Selain yang telah disebutkan di atas, pesantren juga

mempunyai falsafah hidup yang mendasari kegiatan-kegiatan di

dalamnya. Falsafah ini meliputi falsafah kelembagaan,

kependidikan, dan pengajaran.

e. Falsafah Kelembagaan, seperti :


113
Dokumentasi Pondok Modern Darussalam Gontor 9
140

1. Pondok adalah lapangan perjuangan, bukan lapangan

penghidupan.

2. Hidupilah Pondok, dan jangan menggantungkan hidup kepada

Pondok.

3. Pondok adalah tempat ibadah dan thalabul ilmi.

4. Pondok berdiri di atas dan untuk semua golongan.114

f. Falsafah Pendidikan115, seperti :

1. Apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dialami, dan dikerjakan

oleh santri sehari-hari adalah pendidikan.

2. Hidup sekali, hiduplah yang berarti.

3. Berani hidup tak takut mati, takut mati, jangan hidup, takut

hidup mati saja.

4. Berjasalah, tetapi jangan minta jasa.

5. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi

sesamanya.

6. Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu.

7. Pendidikan itu by doing not by lip.

114
Imam Zarkasyi, Diktat Khuthbah Iftitah Pekan Perkenalan, …, hal.19
115
Ahmad Suharto, Profil Pondok Modern …, Hal : 13
141

8. Perjuangan itu perlu pengorbanan: bondo, bahu, pikir,

lek perlu sak nyawane pisan.

9. Seluruh mata pelajaran harus mengandung pendidikan

akhlak.

g. Falsafah pembelajaran116

1. Metode lebih penting daripada materi, guru lebih penting

daripada metode, jiwa guru lebih penting daripada guru itu

sendiri.

2. Ujian untuk belajar, bukan belajar untuk ujian.

3. Ilmu bukan untuk ilmu, tetapi ilmu untuk amal dan ibadah.

4. Sistem Pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor 9117

Strategi penyelenggaraan pendidikan karakter dalam pondok

pesantren itu dapat dilakukan dengan menjadikan pesantren itu

lembaga pendidikan yang berkarakter. Karakter yang selama ini

diyakini sebagai kekhasan pendidikan pesantren yang berperan penting

dalam menghasilkan penyelenggaraan pendidikan karakter untuk


116
Ahmad Suharto, Profil Pondok Modern …, Hal : 13
117
Lihat, Abdullah Syukri Zarkasyi, Manajemen Pesantren Pengalaman
Pondok Modern Gontor, (Ponorogo: Trimurti Press, 2005), hal. 130
142

peserta didiknya, hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan sistem

pendidikan yang benar ala pondok pesantren, diantaranya adalah

sebagai berikut; 118

1. Berasrama

Asrama merupakan ciri penting pendidikan pesantren.

Bahkan pesantren itu disebut demikian karena asramanya.

Dengan hidup di asrama dimungkinkan penyelenggaraan

pendidikan secara total dan utuh, karena santri hidup di

lingkungan pesantren selama 24 jam.

2. Integrated Sistem119

a. Integrasi Tripusat Pendidikan

Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari tiga

faktor yang berupa pendidikan sekolah, pendidikan

keluarga, dan pendidikan masyarakat. Dengan adanya

asrama di dalam pesantren, ketiga pusat pendidikan ini

yaitu sekolah, rumah berupa asrama, dan masyarakat yaitu

118
Abdullah Syukri Zarkasyi, Makalah disampaikan dalam Dialog Indonesia-
Rusia tentang “Membangun Kehidupan yang Harmoni dalam Keragaman” di Kazan
pada tanggal 6 Juni 2011 dan di St. Petersburg pada tanggal 8 Juni 2011, Hal : 03
119
Ahmad Suharto, Profil Pondok Modern …, Hal : 15
143

masyarakat penghuni pesantren dapat diintegrasikan

secara sinergis. Integrasi tripusat pendidikan yang menjadi

kekhasan pesantren ini sangat efektif dalam membentuk

mental karakter peserta didik.

b. Integrasi Jalur Pendidikan

Pesantren juga mengintegrasikan antara jalur

pendidikan formal, nonformal, dan informal; semuanya

menyatu dalam sistem pesantren. Kenyataan ini

memudahkan bagi upaya pencapaian tujuan pendidikan

secara lebih utuh dan optimal termasuk di dalamnya

adalah pendidikan mental dan karakter peserta didik.

c. Integrasi Kurikulum

Integrasi ketiga pusat dan juga jalur pendidikan

membantu terwujudnya integrasi kurikulum pendidikan

akademis (intrakurikuler) dan nonakademis

(ekstrakurikuler), keduanya saling menguatkan. Kegiatan

ekstrakurikuler di luar kelas yang terencana dengan baik

dan dengan ketersediaan waktu yang lebih lama menjadi

keunggulan sistem pesantren. Bagi santri, kegiatan ini


144

menjadi wadah beraktualisasi diri serta mengembangkan

potensi dan bakat yang berperan penting dalam

pembentuk karakternya. Di samping itu integrasi

kurikulum ini juga terjadi antara kurikulum ilmu-ilmu

agama dan ilmu-ilmu umum. Dengan diintegrasikan

seperti ini. Keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh.

d. Integrasi Iman-Ilmu-Amal

Pesantren adalah tempat menuntut ilmu bagi para

santri. Semangat menuntut ilmu itu wujud dari

tertanamnya iman yang mengharuskan seseorang untuk

mengetahui (dengan ilmu) tentang apa dan mengapa

beriman serta bagaimana mengejawantahkan iman itu

dalam amal. Jadi ilmu itu dituntut bukan sekadar karena

dan untuk ilmu itu sendiri. Tetapi ia karena iman dan

untuk amal/ibadah. Integrasi iman-ilmu-amal ini dapat

membentuk pribadi yang mempunyai kesadaran ilahi

dalam wujud iman dan takwa serta mendorongnya secara


145

tulus dan ikhlas menjalankan amal dan ibadah yang

didasarkan pada ilmunya.

3. Komprehensif120

Sistem pendidikan pesantren juga bersifat komprehensif.

Sistem ini mengembangkan semua ranah didik siswa secara

menyeluruh baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Ini

terjadi karena di dalam pesantren santri itu memperoleh

pendidikan yang juga bersifat menyeluruh yang meliputi aspek

intelektual (al-tarbiyah al-‘aqliyyah), spiritual (al-tarbiyah al-

ruhiyyah), moral (al-tarbiyah al-khuliqiyyah), fisik (al-

tarbiyah al-jismiyyah), dan sosial (al-tarbiyah al-ijtima’iyyah).

Kelemahan sistem non pesantren yang selama ini

menumpukan pendidikannya lebih atau bahkan hanya pada

aktivitas transfer of knowledge tidak terjadi dalam sistem

pesantren. Dimensi keagamaan dan akhlak serta kehidupan

sosial merupakan paket pendidikan yang diberi perhatian

tinggi dalam sistem ini. Sehingga dengan begitu pembentukan

120
Ahmad Suharto, Profil Pondok Modern …, Hal : 16
146

karakter yang bersumber dari nilai-nilai agama dan budaya

luhur masyarakat lebih mungkin diwujudkan.

4. Mandiri

Sejak awal sejarahnya, kemandirian merupakan kekhasan

pendidikan pesantren. Pesantren itu mandiri baik secara

kelembagaan, sistem, kurikulum, dan pendanaan. Kemandirian

sebuah sistem pendidikan itu sangat penting, sehingga ia dapat

menentukan sendiri arah dan tujuan pendidikannya dan

terlebih lagi ia akan berpengaruh dalam pembentukan

kepribadian peserta didiknya.121

5. Orientasi kemasyarakatan

Keunikan lainnya ialah bahwa orientasi pendidikan

pesantren bukanlah ijazah, status sosial atau civil effect. Selain

ibadah talabul ilmi atau talabul ilmi untuk ibadah, pendidikan

pesantren berorientasi kemasyarakatan. Pesantren itu

merupakan sistem pendidikan yang lahir dari masyarakat,

dilaksanakan oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Karena

itu, pendidikan pesantren juga ditujukan untuk membangun

121
Ahmad Suharto, Profil Pondok Modern …, Hal : 16
147

masyarakat. Para santri dibina dan dididik agar mereka siap

terjun dan berjuang di masyarakat.

6. Jiwa dan Filsafat Hidup

Segala sesuatu itu untuk bisa tetap hidup harus

mempunyai jiwa atau ruh. Demikian pula dengan sistem

pendidikan pesantren yang hingga saat ini masih tetap eksis

ialah karena pesantren itu mempunyai jiwa dan filsafat hidup

yang menjadi sumber, mendasari, dan mewarnai

kehidupannya. Keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian,

ukhuwwah islamiyah, dan kebebasan adalah di antara jiwa

yang menjamin kelangsungan hidup pesantren dan sekaligus

nilai-nilai utama pendidikan pesantren yang hendak

ditanamkan kepada peserta didiknya.

7. Kyai sebagai pemimpin dan figur sentral

Dalam sistem pesantren, kyai adalah pemimpin dan

sekaligus figur sentral yang sangat berpengaruh terhadap

seluruh kehidupan di dalamnya. Kyai bukan saja pemimpin

akademik, ia merupakan pemimpin dari segala gerak dan

dinamika kehidupan pesantren. Ia sangat dihormati bukan saja


148

karena kualitas keilmuannya, tetapi juga karena kematangan

spiritualnya dan ketaatannya dalam beribadah serta keluhuran

akhlaknya. Karena itu, seorang kyai harus mempunyai

integritas yang tinggi. Figur kyai yang sedemikian besar

perannya dalam membentuk kepribadian guru dan anak didik

yang mempunyai integritas yang tinggi dan kepribadian yang

utuh.

8. Fasilitas

Masjid dan asrama merupakan bentuk keunikan lain

pesantren. Masjid adalah titik pusat semua kegiatan pesantren

yang sekaligus mencerminkan bahwa semua kegiatan di

pesantren itu merupakan ibadah. Asrama adalah tempat tinggal

santri yang karenanya disebut pesantren. Di samping itu,

dalam perkembangannya, pesantren juga melengkapi diri

dengan fasilitas lainnya berupa ruang belajar, laboratorium,

perpustakaan, ruang pertemuan, kamar mandi dan WC, arena

olahraga, perumahan guru, perkantoran, dan lain-lain.


149

5. Sruktur organisasi Pondok Modern Darussalam Gontor 9

Kalianda Lampung Selatan

Untuk menjalankan proses belajar mengajar dan untuk

memudahkan proses koordinasi antar bagian, Pondok Modern

Darussalam Gontor 9 kalianda Lampung menyusun struktur

organisasi yang sangat berkaitan erat dengan tugas dan fungi dan

program kerja masing-masing bagian, sebagaimana berikut:

STRUKTUR FUNGSIONARIS KMI


PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR KAMPUS 9
TAHUN AJARAN 2017-2018122
DIREKTUR
KH. Masyhudi Subari, M.A

WAKIL PENGASUH WAKIL DIREKTUR


H. Suwito Jemari, S.Pd.I Hakam Ar Rosyada, S.H.I., M.Pd.I

BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN


PROSES BELAJAR PEMBINAAN LITBANG PERPUSTAKAAN SARANA DAN TATA USAHA
MENGAJAR KARIR GURU KURIKULUM PRASARANA
Muhammad Habibi Achmad Fauzi
H. Sururi, S.Th.I H. Khoirul Musyafa’, Zulfikar Dhiyanul Fikri Al Muhammad Izwan Izzudin
Mufid Khoirul Huda, S.Ag Azinurrohman Ali Mubarok Romdhoni Ahmad Ifad Fadlurrohman
S.Pd.I Slamet Fauzi, S.Th.I Arif, S.Pd.I Abdullah Umar
Rifqi Yuliansyah, Setiawan Misbachul Irham Setyadi Shidiq
S.Th.I Lail
Heru Eko Prasetiyo Mukrim Faer rifa’i
Imam Machmudi Rahmat Iqbal
Muh. Haikal Abdi H

Garis Instruksi
GURU KMI DAN
Garis Konsultasi122
WALI
Observasi dan wawancara dengan KELAS dan Staff KMI Pondok Modern
Pengasuh
Darussalam Gontor 9
150

Adapun tugas dan kewenangan masing-masing bagian adalah sebagai

berikut;123

I. Direktur

a. Memimpin penyelenggaraan pendidikan di KMI

b. Memelihara tata tertib KMI dan sunah di Pondok Modern

Darussalam

c. Membantu Pimpinan Pondok dalam mengasuh santri

d. Menerima siswa KMI dengan persetujuan Pimpinan Pondok

e. Mengajukan segala sesuatu yang dianggap penting kepada

pimpinan pondok

f. Mengangkat dan memberhentikan guru KMI dengan

persetujuan pimpinan pondok

g. Menetapkan personalia KMI

h. Mengadakan rapat bulanan

i. Mengangkat panitia-panitia ujian

j. Mengkoordinir bagian-bagian KMI

II. Wakil Direktur

a. Mewakilii direktur KMI apabila berhalangan

123
Dokumentasi Pondok Modern Darussalam Gontor 9
151

b. Dalam menjalankan tugasnya, wakil direktur KMI bertindak

atas nama Direktur KMI

c. Membantu tugas-tugas Direktur KMI

d. Mengkoordinir wali-wali kelas

III. Bagian Proses Belajar Mengajar

a. Mengontrol jalannya kegiatan belajar mengajar

b. Mengontrol kegiatan wali kelas

c. Mengecek frekwensi dan kualitas koreksi guru-guru

d. Mengadakan pemeriksaan batas-batas pelajaran pada setiap

semester

e. Mengadakan evaluasi terhadap perkembangan para siswa/santri

f. Melaksanakan surpervisi terhadap satuan pelajaran (i’dad) dan

kegiatan belajar mengajar (naqd at-tadris)

g. Menggalakkan kegiatan berlajar terpimpin (atta’allum al-

muwajjah)

h. Bekerja sama dengan bagaian lain

i. Mengadakan ulangan umum selama seminggu untuk seluruh

pelajaran pada setiap semester

IV. Bagian Pembinaan Karir Guru


152

a. Menentukan guru konsultan (master teacher) bidang studi dan

mengaktifkannya

b. Melaksanakan penataran guru

c. Mengadakan pendalaman materi (sorogan) bagi tiap guru

bidang studi

d. Berupaya meningkatkan wawasan guru

e. Memperingatkan dan menegur guru yang kurang aktif

f. Mengikutsertakan guru-guru dalam pelatihan-pelatihan dan

penataran-penataran

g. Bekerja sama dengan bagian proses belajar mengajar

V. Bagian Penelitian dan Pengembangan Kurikulum

a. Menetapkan materi pelajaran tiap kelas

b. Meninjau kembali materi pelajaran yang dianggap perlu

c. Menentukan buku teks yang digunakan untuk tiap pelajaran

d. Mengajukan usulah perubahan/revisi, materi pelajaran kepada

direktur

e. Mengajukan usulan pembelian/penambahan buku-buku teks

pelajaran dan buku-buku referensi kepada direktur


153

f. Menerbitkan buku teks yang telah direvisi/disusun dengan

persetujuan direktur KMI

g. Membentuk tim peninjauan materi setiap pelajaran

VI. Bagian Perpustakaan

a. Menginventarisir buku-buku milik kantor KMI

b. Mengklasifikasi buku-buku

c. Mengusahakan penambahan inventaris perpustakaan

d. Menjaga keamanan, kerusakan dan kerapian buku-buku

e. Menjilid majalah dan menertibkan koran-koran

f. Menyediakan buku pengangan mengajar bagi guru

g. Mengadakan pemeriksaan kelengkapan buku teks siswa\

VII. Bagian Sarana dan Prasarana

a. Memelihara, memperbaiki dan menambah peralatan sekolah

b. Mengkoordinir pembersihan kelas dan sekitarnya

c. Memelihara kendaraan milik kantor

d. Menyiapkan alat-alat pengajaran

e. Mendata seluruh peralatan sekolah

f. Membuat buku inventaris

VIII. Bagian Tata Usaha


154

a. Membukukan keluar masuknya uang

b. Menganggarkan dan melaporkan sirkulasi keuangan KMI

kepada pimpinan pondok dan direkur

c. Menyediakan konsumsi kantor dan dalam berbagai

perkumpulan KMI

d. Bertanggung jawab atas keluar masuknya surat

e. Mencatat dan menjaga inventaris

f. Mendata siswa dan guru dengan lengkap

g. Membuat ensiklopedi data siswa

h. Mencoret, menambah dan memindahkan nama-nama siswa

dalam absen

i. Mencatat perpulangan siswa dan sebab-sebabnya

j. Mengecek perizinan siswa setiap seminggu

k. Mengecek dan mencatat absensi siswa

l. Membuat laporan berkala tentang jumlah siswa kepada direktur

m. Menyiapkan arsip dan dokumentasi yang berkenaan dengan

KMI, meliputi:

1. Dokumentasi salinan surat keterangan

2. Dokumentasi kepanitiaan KMI


155

3. Dokumentasi foto-foto

4. Dokumentasi pidato-pidato

5. Dokumentasi transkip pidato

6. Rekapitulasi jumlah siswa Pondok Modern Darussalam Gontor

9 Kalianda Lampung Selatan

Rekapitulasi jumlah siswa dan guru d Pondok Modern

Darussalam Gontor 9 Kalianda Lampung, tahun ajaran 2017-2018.124

124
Dokumentasi Pondok Modern Darussalam Gontor 9
156

J. Hasil Penelitian

1. Implementasi Kurikulum KMI di Pondok Modern Darussalam

Gontor 9 Kalianda Lampung Selatan

a. Sejarah Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI)

Terinspirasi oleh semangat perjuangan membangun

kembali pondok dan perestiwa dalam kongres umat Islam

Hindia Belanda (Indonesia) tahun 1926, juga didasari atas

keprihatinan mendalam akan kemunduran lembaga-lembaga

pendidikan Islam di Indonesia yang tidak mampu bersaing

dengan lembaga pendidikan penjajah dan zending-misionari

Kristen, trimurti bertekad untuk memperbaharui sistem

pendidikan Islam, khususnya pesantren dengan mendidirikan

Pondok Modern Darussalam Gontor pada tanggal 20 September

1926 bertepatan dengan 12 Rabi’ul Awwal 1345.

Langkah pertama dalam mendirikan Pondok Gontor

baru adalah dengan membuka Tarbiyatul Athfal (TA), suatu

program pendidikan tingkat dasar. Kemudian pada tahun 1932


157

dibukalah program lanjutan dari tarbiyatul athfal yang diberi

nama “Sullamul Muta’allimin”,125 Pada tingkatan ini para santri

diajari secara lebih dalam tentang pelajaran fikih, hadis, tafsir,

terjemah al-Qur’an, cara berpidato, cara membahas suatu

persoalan, juga diberi sedikit bekal untuk menjadi guru berupa

ilmu jiwa dan ilmu pendidikan. Pada tahun 1936 dibukalah

program pendidikan baru tingkat menengah pertama dan

menengah atas yang dinamakan Kulliyatul Mu’allimin al-

Islamiyah (KMI) atau Sekolah Guru Islam, yang menandai

kebangkitan sistem pendidikan modern di lingkungan pesantren.

Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) adalah

Sekolah Pendidikan Guru Islam, yang didirikan tepatnya pada

tanggal 19 Desember 1936, bertepatan dengan peringatan 10

tahun Pondok Gontor. Pada momen itu pulalah tercetus nama

baru untuk Pondok Gontor, yakni “Pondok Modern Darussalam

Gontor”. “Darussalam” berarti “Kampung Damai”. Namun

pondok ini lebih dikenal dengan sebutan “Pondok Modern”,

125
Abdullah Syukri Zarkasyi, Manajemen Pesantren, Pengalaman Pondok
Modern Gontor, (Ponorogo: Trimurti Press, 2008) hal. 85
158

atau “Pondok Gontor”, yang dinisbatkan kepada nama desa di

mana lembaga ini berdiri, yaitu Desa Gontor.126

Model pendidikan ini kemudian dipadukan ke dalam

sistem pendidikan pondok pesantren. Pelajaran agama, seperti

yang diajarkan di beberapa pesantren pada umumnnya,

diberikan di kelas-kelas. Tetapi pada saat yang sama para santri

tinggal di dalam asrama dengan mempertahankan suasana dan

jiwa kehidupan pesantren. Proses pendidikannya berlangsung

selama 24 jam, sehingga segala sesuatu, baik yang dilihat,

didengar, diperhatikan, dan dikerjakan santri di Pondok ini

adalah untuk pendidikan. Pelajaran agama dan umum diberkan

secara seimbang. Pendidikan keterampilan, kesenian, olahraga,

organisasi, dan lain-lain merupakan bagian tak terpisahkan dari

kegiatan kehidupan santri di Pondok. Hadirnya KMI boleh

dibilang sebagai oleh-oleh dari KH. Imam Zarkasyi setelah

sebelas tahun merantau, menuntut ilmu di Padang Panjang,

Abdullah Syukri Zarkasyi, Manajemen Pesantren, Pengalaman Pondok


126

Modern Gontor, … hal. 84


159

Sumatera Barat, belajar kepada Prof. Mahmud Yunus di Pondok

Thawalib.127

KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda

merupakan lembaga pendidikan yang masih berkembang dan

keberadaannya cukup besar, secara mendasar sudah mampu

melayani masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas

sumber daya manusia di bidang pendidikan. Akan tetapi masih

perlu disempurnakan dari berbagai bidang yang mendukung,

seperti sarana prasarana, kurikulum, personal, supervisi, dan

evaluasi.

b. Sarana Prasarana

1. Pergedungan

Sarana Prasarana di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9

Kalianda dibedakan menjadi:

a) Gedung, kantor dan ruang belajar.

b) Laboratorium (Komputer).

c) Perpustakaan.

127
Abdullah Syukri Zarkasyi, Manajemen Pesantren, Pengalaman Pondok
Modern Gontor, … hal. 85
160

Dari masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Gedung, kantor dan ruang belajar.

KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda senantiasa

menjaga kebersihan, kerapian dan kesehatan dalam lingkungan belajar

tersebut sehingga dalam segi kebersihan dan kerapiannya difungsikan

empat orang tenaga yang khusus menangani masalah ini.

Karena KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda

merupakan satu paket dengan Pondok Modern Darussalam Gontor 9

Kalianda dalam sistem kependidikannya maka faktor kesehatan sangat

mendapat perhatian demi terjaganya kesehatan para santri, yang mereka

semua adalah para siswa KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9

Kalianda. Hal itu dilakukan dengan cara mengontrol kebersihan setiap

kamar santri setiap hari oleh petugas, di samping secara berkala dalam

satu bulan sekali para santri, terutama yang mempunyai gejala sakit

tertentu diperiksa oleh seorang dokter. Manajemen gedung senantiasa

difungsikan dengan sebaik-baiknya sehingga keadaannya terawat dan

terjaga.128

Wawancara, Staff Yayasan Pondok Modern Darussalam Gontor 9, Tanggal,


128

2 Novermber 2017
161

Dari survey yang dilakukan peneliti di lapangan tentang kondisi

bangunan di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda,

menilai bahwa pergedungan yang ada di KMI Pondok Modern Gontor

9 cukup baik dan terawat dengan baik, karena peneliti tidak menjumpai

bangunan yang terbengkalai. Namun peneliti menemukan bahwa ada

beberapa ruang yang multi fungsi, seperti kantor direktur KMI, juga

sebagai tempat untuk rapat ataupun pelatihan-pelatihan seperti

pelatihan manasik haji.

Sementara tentang kelayakan ruang kelas yang dipakai dalam

kegiatan belajar mengajar, sudah mencukupi standar, karena setiap

kelas minimal berukuran 7x8 m2 dan 8x8 m2.129

a) Laboratorium.

Laboratorium yang dimiliki KMI Pondok Modern Darussalam

Gontor 9 Kalianda adalah Laboratorium Komputer

Dalam memenej Laboratorium ini senantiasa diperhatikan

ketepatan fungsi pemakaian praktek para siswa dan faktor kehati-hatian

dalam pemakaiannya. Karena biaya pengadaan dan pemeliharaannya

yang relatif mahal.

129
Observasi, Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda Lampung,
Tanggal 2 November 2017
162

Oleh karenanya, KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9

Kalianda membuat kebijakan bahwa di dalam laboratorium harus di

bawah pengawasan dan bimbingan guru atau tutor yang menangani.

Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak

diinginkan menyangkut alat-alat laboratorium yang ada di dalamnya.

KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda juga senantiasa

berupaya untuk melengkapi dan menyempurnakan alat-alat

laboratorium sesuai tuntutan dunia pendidikan yang terus

berkembang130. Kemudian, dari survey yang dilakukan peneliti,

keadaan laboratorium Komputer di KMI Pondok Modern Gontor belum

memadai.

b) Perpustakaan

Perpustakaan sebagai sarana penunjang belajar siswa mendapat

perhatian serius dalam manajemennya. Hal itu diwujudkan dengan

senantiasa memelihara keindahan ruang baca sehingga kenyamanan

para siswa di dalamnya dapat terwujud.

Wawancara, Staff KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9, Tanggal 3


130

November 2017
163

Di samping itu penataan buku disusun sedemikian rupa sesuai

dengan katalog yang ada sehingga memudahkan bagi siswa untuk

mencari buku yang diinginkan.

Perpustakaan KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9

Kalianda dikelola dengan menggunakan sistem swalayan artinya siswa

langsung masuk, memilih dan menentukan sendiri buku mana yang

dikehendaki sehingga petugas perpustakaan tinggal melakukan

pencatatan dan pembukuannya.

Di samping itu petugas juga membantu para siswa yang

mengalami kesulitan dalam kaitannya dengan kepustakaan. Pengadaan

buku-buku baru dan penataan perpusatkaan disesuaikan dengan

perkembangan dunia pendidikan, hal itu dilakukan karena disadari

bahwa perpustakaan merupakan tulang punggung peningkatan

wawasan keilmuan siswa.

Agar siswa memiliki minat baca yang tinggi, para guru

diupayakan untuk senantiasa memberi motivasi kepada para siwa di

samping mewajibkan kepada mereka untuk mencari referensi sejenis


164

yang ada di perpustakaan, sehingga mengetahui anak tidak hanya

terpaku pada buku paket yang ada.131

Dari survey yang dilakukan peneliti ke lapangan menyimpulkan

bahwa koleksi buku yang ada di Perpustakaan KMI Pondok Modern

Darussalam Gontor 9 sudah cukup banyak sejumlah 1500 buku, dan

tertata rapi dan dikatalogi dengan baik, tetapi ruang perpustakaan

kurang memadai karena kurang luas yaitu hanya berukuran 8x8 m2

yang dibagi menjadi ruang baca dan buku.

Masalah gedung meliputi gedung, kantor dan ruang belajar,

Laboratorium Komputer. Secara teoritis, proses pendidikan dapat

berjalan dengan baik jika sarana dan prasarana tercukupi. Adapun

sarana dan prasarana yang diperlukan seperti ruang belajar, ruang

laboratorium, ruang keterampilan, ruang kesenian, ruang fasilitas olah

raga, ruang UKS, ruang bimbingan dan penyuluhan, ruang Direktur,

ruang administrasi, ruang guru, ruang koperasi/kafetaria/warung

sekolah, kamar kecil atau kamar mandi, gudang, halaman sekolah,

tempat-tempat lainnya.

Observasi, Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda Lampung, 2


131

November 2017
165

2. Perlengkapan Sekolah

KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda sudah

banyak memiliki perlengkapan yang dibutuhkan, misalnya;

1) Papan tulis dan perlengkapan kelas, masing-masing kelas

sudah ada perlengkapan tersebut.

2) Alat-alat peraga bidang studi, pada dasarnya sudah ada alat-

alat peraga tersebut walaupun hanya sebagian.

3) Buku pegangan guru dan murid sudah terpenuhi, masing-

masing guru dan murid sudah memiliki buku pegangan dan

untuk penambahan referensi bisa meminjam buku di

perpustakaan.

4) Alat-alat praktek, sebagian sudah ada termasuk kesenian dan

olahraga132.

Di samping itu perlengkapan sekolah meliputi antara lain papan

tulis dan perlengkapan kelas, alat-alat peraga bidang studi, buku

pegangan guru dan murid, alat-alat praktik, alat-alat olah raga, dsb.

Secara garis besar sarana prasarana yang ada di KMI Pondok

Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda sudah ada akan tetapi masih

Observasi, Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda Lampung, 3


132

November 2017
166

bersifat dasar saja, misalnya perlengkapan kelas masih minim. Ruang

perpustakaan sudah ada akan tetapi buku-buku yang disediakan belum

seimbang dengan kebutuhan dan jumlah siswa yang ada, serta

pembagian tempat-tempat yang dibutuhkan di dalam ruang

perpustakaan masih minim juga, karena antara ruang buku dengan

ruang baca dan petugas sangat sempit. Untuk laboratorium computer

keberadaannya masih sangat kurang. Ruang keterampilan, ruang

kesenian, ruang fasilitas olah raga, ruang bimbingan dan penyuluhan

ada walaupun peralatannya belum maksimal. Ruang Direktur KMI

(kepala Madrasah) sudah ada akan tetapi fungsi ruang tersebut masih

ganda karena terbatasnya ruang-ruang lain yang ada. Ruang

administrasi sudah ada walaupun masih sempit. Ruang guru ada akan

tetapi masih sempit juga.

Berdasarkan survey tersebut dapat dikatakan bahwa sarana dan

prasarana yang ada di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9

kalianda baik, karena secara umum proses pendidikan dan pengajaran

masih bisa berjalan dengan baik.

a. Kendala :

a. Masih minimnya buku-buku bacaan untuk para guru dan


167

karyawan. Perpustakaan yang baik adalah perpustakaan yang

pemanfaatannya tidak hanya bagi siswa tetapi juga bisa

dimanfaatkan oleh para guru, sebagai salah satu sarana untuk

meningkatkan wawasan keilmuannya.

b. Minimnya jumlah computer yang ada dalam laboratorium

computer. Laboratorium computer dibutuhkan untuk

memperluas wawasan dan ketrampilan santri dan guru, karena

pada era sekarang orang yang tidak tahu computer bisa

dibilang buta huruf.

b. Usaha mengatasi :

a. Menambah buku-buku baru secara bertahap yang dilakukan

dengan cara membeli dan mohon bantuan sumbangan suka

rela dari berbagai pihak.

b. Merawat dan memaksimalkan laboratorium yang ada serta

menambahnya dengan cara membeli mohon bantuan

sumbangan suka rela dari berbagai pihak.


168

3. Pembiayaan dan Pendanaan

KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9 kalianda dalam

upaya penggalian dana untuk memenuhi biaya operasional pendidikan

menempuh dua jalan, antara lain:

a) Berusaha untuk menggalang dana dengan mengusahakan

ekonomi produktif dengan cara mendirikan berbagai unit

usaha diantaranya yaitu Koperasi Pelajar, Koperasi Dapur,

Koperasi Warung Pelajar, usaha Wartel, Perkebunan

Kelapa, Jagung, Penggemukan Sapi, dan Kolam Ikan

b) Berupaya mencari dana dari para donatur baik pihak

pemerintah ataupun swasta (masyarakat luas). Perlu

diketahui bahwa pengasuh tersebut mempunyai banyak

relasi (jaringan kerja), relasi inilah yang mempunyai peran

penting di dalam upaya penggalian dana yang bisa

membantu memenuhi kebutuhan pendidikan.

Dalam pengelolaan sumber dana ini, KMI Pondok Modern

Darussalam Gontor 9 kalianda menganut beberapa prinsip yang mesti

dipahami dan dipatuhi oleh setiap penghuni pondok, termasuk guru-

guru dan Direktur KMI sendiri berikut keluarganya. Pertama, prinsip


169

tertib administrasi; kedua , prinsip pendidikan mental; ketiga, prinsip

etika kerja yang didasari oleh jiwa dan falsafah hidup pondok; dan

keempat, prinsip etos kemandirian dalam kebersamaan.

Masalah pembiayaan dan pendanaan sudah berjalan baik hampir

tidak menemui masalah yang signifikan, karena hampir semua

pelanggan atau siswa-siswanya berasal dari keluarga yang mampu dan

pengasuh pondok tersebut stragel dan mempunyai kemampuan yang

tinggi untuk berupaya memenuhi kebutuhan lembaga pendidikannya.

Merupakan permasalahan kecil saja yakni masih adanya wali

murid yang kurang mampu sehingga mereka meminta keringanan

dalam pembiayaan pendidikan dan juga mengalami pengendapan

pembayaran sampai beberapa bulan. Akan tetapi pihak lembaga sudah

mengantisipasi hal ini yakni ketika penyusunan Rencana Anggaran

pembiayaan Pendidikan.133

1. Penggalian Dana

KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9 kalianda

dalam upaya menggali dana untuk memenuhi biaya

operasional pendidikan menempuh dua jalan, antara lain:

133
Wawancara, Staf Administrasi Pondok Modern Darussalam Gontor 9
Kalianda Tanggal 3 November 2017
170

a. Berusaha untuk menggalang dana dengan mengusahakan

ekonomi produktif dengan cara mendirikan berbagai unit

usaha diantaranya yaitu Koperasi Pelajar, Koperasi Dapur,

Koperasi Warung Pelajar, usaha Wartel, Perkebunan

Kelapa, Jagung, Penggemukan Sapi, dan Kolam Ikan.

b. Berupaya mencari dana dari para donatur baik pihak

pemerintah ataupun swasta (masyarakat luas). Perlu

diketahui bahwa pengasuh tersebut mempunyai banyak

relasi (jaringan kerja), relasi inilah yang mempunyai peran

penting di dalam upaya penggalian dana yang bisa

membantu memenuhi kebutuhan pendidikan.

2. Pembiayaan

Setelah dana tersedia langkah selanjutnya

memanfaatkan dana secara efektif dan efisien. Oleh karenanya

disusun perencanaan yang baik di dalam Rencana Anggaran

Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS).134

134
Wawancara, Staf Administrasi Pondok Modern Darussalam Gontor 9
Kalianda Tanggal 3 November 2017
171

c. Kurikulum KMI

Kurikulum di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9

diarahkan pada manajemen proses menuju pada peningkatan

aktivitas siswa dan pembentukan karakter, hal ini mengacu pada

sistem pendidikan yang ada, yang tidak lagi menjadikan siswa hanya

duduk, menulis dan mendengarkan, tetapi dalam setiap proses

belajar mengajar aktivitas dan kreativitas siswa dikedepankan.

Kurikulum mengacu pada kurikulum KMI Pondok Modern

Darussalam Gontor Ponorogo dengan Kemampuan berbahasa, baik

Bahasa Arab maupun Bahasa Inggris.

Adapun struktur kurikulum di Kulliyatul Mu’allimin Al-

Islamiyah adalah sebagai berikut.135

135
Dokumentasi KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda
STRUKTUR KURIKULUM DAN ALOKASI WAKTU UNTUK 6 JAM PELAJARAN
DI KULLIYATUL-MU'ALLIMIN AL-ISLAMITYAH
PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR PONOROGO INDONESIA
TAHUN AJARAN 1438-1439/2017-2018

KELAS JUMLAH TATAP MUKA PER-MINGGU SELAMA DI KMI


NO BIDANG STUDI MATA PELAJARAN 1 I I INT II III III INT IV V VI VIA KELAS BIASA VIA KELAS INTENSIF
SM 1 SM 2 SM 1 SM 2 SM 1 SM 2 SM 1 SM 2 SM 1 SM 2 SM 1 SM 2 SM 1 SM 2 SM 1 SM 2 SM 1 SM 2 SKS KEL PROSEN SM 1 SM 2 SKS KEL PROSEN
1 Al-Imla' 2 2 2 2 1 1 1 1 1 4 4 8 3 2 5
2 Tamrin al-Lughoh 6 5 10 2 1 2 1 1 1 8 8 16 11 2 13
3 Al-Insya' 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 10 11 21 6 8 14
4 Al-Muthola'ah 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1 1 9 9 18 6 9 15
BAHASA ARAB 101 24,755 76 27,94
5 Al-Nahwu 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 10 10 20 6 9 15
6 Al-Shorfu 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 6 1 3 4
7 Al-Balaghoh 2 2 2 1 1 1 1 4 4 8 2 4 6
8 Tarikh Adab Lughoh 1 1 1 1 2 2 4 2 2 4
9 Al-Qur'an 1 1 1 1 1 1 2 2 4 1 1 2
10 Al-Tajwid 1 1 1 1 1 2 1 3 1 1 2
11 Al-Tarjamah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 5 10 3 4 7
12 Al-Tafsir 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 6 6 12 7 5 12
13 Al-Hadist 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 7 7 14 6 6 12
14 Mustholah al-Hadist 1 1 2 2 3 3 6 3 3 6
15DIRASAH ISLAMIYAH Al-Fiqh 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 12 12 24 129 31,6 9 9 18 101 37,13
16 Ushul Fiqh 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 8 8 16 7 7 14
17 Al-Faroidh 1 1 1 1 1 2 1 0 1
18 Al-Tauhid 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 8 8 16 6 7 13
19 Dien al-Islam 1 1 2 1 1 1 2 2 4 2 1 3
20 Muqoronatul Adyan 1 1 1 1 2 1 1 2
21 Tarikh Islam 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 8 8 16 4 5 9
22 Al-Mahfudzot 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 6 6 12 12 2,9412 6 6 12 12 4,41
23 Al-Mantiq 1 1 1 1 2 2 0,4902 1 1 2 2 0,74
24 At-Tarbiyah 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 6 6 12 5 5 10
25 Psikologi Umum 0 0 0 14 3,4314 0 0 0 12 4,41
26 Psikologi Pendidikan 1 1 1 1 2 1 1 2
27 Al-Khot al-'Aroby 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 6 6 1,4706 2 1 3 3 1,1
28 Reading 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 14 14 28 9 8 17
29 Grammar 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 8 3 3 6
ENGLISH 42 10,294 28 10,29
30 Dictation 0 0 0 0 0 0
31 Composition 1 1 1 1 1 1 1 3 3 6 2 3 5
32 Bahasa Indonesia 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 6 12 12 2,9412 2 2 4 4 1,47
33 Tata Negara 1 1 1 1 1 1 3 3 6 6 1,4706 2 2 4 4 1,47
34 Berhitung 2 2 1 1 1 1 1 1 4 4 8 1 1 2
ILMU PASTI 46 11,275 20 7,35
35 Matematika 4 4 2 2 4 4 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 19 19 38 9 9 18
172

36 Fisika 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 8 16 2 2 4
37 IPA Kimia 1 1 1 1 2 24 5,8824 1 1 2 6 2,21
38 Biologi 1 1 1 1 1 1 3 3 6 0 0 0
39 Sejarah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 5 10 2 2 4
40 IPS Geografi 1 1 1 1 2 2 4 14 3,4483 0 0 0 4 1,47
41 Sosiologi 0 0 0 0 0 0
JUMLAH PELAJARAN 19 20 14 18 23 22 25 25 20 19 22 22 24 24 24 14
JUMLAH HISHOH 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 204 204 408 408 99,9999 136 136 272 272 99,99
173

Lebih rinci, kegiatan-kegiatan diatas dapat dilihat pada tabel

berikut ini136:

a. Jadwal Kegiatan Harian137


No Waktu Kegiatan
1 03.30 – 05.15 1. Bangun tidur
2. Shalat Subuh berjamaah
3. Membaca Al Qur’an di depan kamar
4. Penambahan kosa kata Arab dan Inggris
2 05.15 – 06.00 1. Kegiatan olah raga, seni dan ketrampilan serta
mengulangi pelajaran
2. Mandi dan mencuci pakaian
3 06.00 – 06.45 1. Persiapan masuk kelas
2. Makan pagi (bagi yang tidak sempat dilakukan
pada saat istirahat I)
4 07.00 – 12.15 Masuk kelas
5 12.30 – 14.00 1. Shalat Dhuhur berjamaah
2. Makan siang di ruang makan masing-masing
6 14.00 – 14.45 Masuk kelas pelajaran sore
7 15.10 – 15.45 1. Shalat Asar berjamaah
2. Membaca Al Qur’an
8 15.45 – 16.45 Kegiatan olahraga, seni, ketrampilan dll.
9 16.45 - 17.15 Mandi dan persiapan ke masjid untuk Shalat
Maghrib
10 17.15 – 18.30 1. Membaca Al Qur’an di Masjid Jami’
2. Shalat Maghrib
3. Membaca al-Qur’an di depan rayon masing-

136
Wawancara dengan Staff Pengasuhan Santri, Jum’at, 17 November 2017,
kode W-G-AF-02/17/11/2017
137
Dokumentasi dan observasi di Pondok Modern Darussalam Gontor 9
Kalianda Lampung, lihat, Lihat, Abdullah Syukri Zarkasyi, Manajemen Pesantren
Pengalaman Pondok Modern Gontor, (Ponorogo: Trimurti Press, 2005), hal. 159
174

masing.
11 18.30 – 19.30 1. Makan malam
2. Mahkamah di rayon-rayon dan bagian OPPM.
(18.30-19.00)
3. Latihan Seni baca Al Qur’an (peserta JMQ)
12 19.30 – 20.00 Shalat Isya berjamaah
13 20.00 -21.30 Belajar terbimbing bersama wali kelas
14 21.30 – 22.00 Persiapan istirahat (ke kantin, wartel, dll.)
15 22.00 – 03.30 1. Tidur malam
2. Piket malam jaga pondok (sampai shalat jamaah
subuh)

b. Jadwal Kegiatan Mingguan138


No Hari Kegiatan Mingguan
1 Sabtu - (14.00-14.15) Seluruh kelas 5 dan kelas 6 masuk
pelajaran sore dengan materi Al-Quran.
- (15.30-15.45) Tahsin Qiro’ah setelah shalat Ashar
bersama Ustadz pembimbing Jamiyyatul Qurra’
yang diikuti oleh seluruh kelas 6 dan kelas lima non
pengurus.
2 Ahad - (14.00-14.50) kelas 5 mengadakan sidang Gugus
Depan bersama staf koordinator.
- (15.30-16.00) Ta’lim Lughah bersama staf LAC
bagi kelas 5 dan kelas 6 di masjid.
- (20.00-21.15) Kelas 1 s/d 5 latihan pidato bahasa
Inggris.
- (20.00-21.15) Kelas 6:
a. Satu klub mengawasi jalannya pidato
b. Satu klub masuk perpustakaan

138
Wawancara dengan Staff Pengasuhan Santri, Jum’at, 17 November 2017,
kode W-G-AF-02/17/11/2017, lihat, Abdullah Syukri Zarkasyi, Manajemen
Pesantren Pengalaman Pondok Modern Gontor, (Ponorogo: Trimurti Press, 2005),
hal. 160
175

3 Senin - (14.00-14.15) Seluruh kelas 5 masuk pelajaran sore


dengan materi Bahasa Arab.
- (15.30-15.45) Tahsin Qiroah setelah shalat Ashar
bersama Ustadz pembimbing Jamiyyatul Qurra’
yang diikuti oleh seluruh kelas 6 dan kelas lima non
pengurus.
4 Selasa - (04.45-05.30) Muhadatsah (conversation) dalam
bahasa Arab atau Inggris.
- (05.30-06.00) Lari pagi dilaksanakan oleh santri
kelas 1-5.
- (15.30-16.00) Ta’lim Lughah bersama staf LAC
bagi kelas 5 dan kelas 6 di masjid.
5 Rabu - (15.45-16.30) Kelas 5 membuat Pionering
Pramuka (ketika kepengurusan kelas 6)
- (15.45-16.30) Kelas 3 Int dan kelas 4 membuat
Pionering Pramuka (ketika kepengurusan kelas 5)
- (17.00-17.30) Haditsul Arbi’a di masjid jami’ oleh
Guru senior.
- (18.30-19.20) Perkumpulan anggota pasukan
Khusus tiap-tiap POT Gugus Depan 15089).
6 Kamis - (10.55-12.15) latihan pidato bahasa Arab (kelas 1-
5).
- (14.00-15.00) latihan kepramukaan.
- PERKAJUM (Perkemahan Kamis dan Jum’at)
- (20.00-21.30) latihan pidato bahasa Indonesia bagi
kelas 1 s/d 4, latihan diskusi untuk kelas 5.
- (22.00-23.00) Perkumpulan dan pengabsenan wajib
bagi kelas 5 di Bagian Keamanan OPPM dan kelas
6 di kantor Pengasuhan Santri.
7 Jum’at - (04.45-05.30) Masrahiyyah Lughawiyyah bahasa
Arab atau Inggris.
- (05.30-07.00) Lari pagi bagi semua santri
- (07.00-07.45) Pembersihan umum lingkungan
masing-masing.
- (07.45-08.15) Pengumuman dan pengarahan di
rayon-rayon.
- (Setelah shalat Jum’at-13.30) Perkumpulan dan
pengabsenan wajib bagi kelas 5 di Bagian
176

Keamanan OPPM dan kelas 6 di kantor Pengasuhan


Santri.

c. Jadwal Kegiatan Bulanan139


No Jum’at Kegiatan
1 Pertama (20.00-21.30) Perkumpulan Wajib seluruh Konsulat.
2 Kedua (19.30-20.30) Tau’iyah Diniyyah oleh Bapak-bapak
Guru KMI di kamar-kamar santri.
3 Ketiga (20.00-21.30) Perkumpulan wajib Klub olahraga,
kursus bahasa dan keseniaan.
4 Keempat (19.30-20.30) Tau’iyah Diniyyah oleh Bapak-bapak
Guru KMI di kamar-kamar santri.

Karena semua siswa harus tinggal di Asrama Pondok Modern

Darussalam Gontor 9 Kalianda maka keseluruhan rangkaian kegiatan

pondok juga menjadi aktivitas siswa di KMI Pondok Modern

Darussalam Gontor 9 Kalianda, karena di samping mereka menjadi

siswa mereka juga menjadi santri.

Dari hasil pengamatan peneliti, kegiatan santri sangat pada

tetapi semua berjalan dengan baik dan disiplin sehingga pergantian

kegiatan ke kegitan lain berjalan cepat dan dinamis, hanya ada

beberapa santri yang terlihat terlambat dalam beberapa kegiatan.140

139
Wawancara dengan Staff Pengasuhan Santri, Jum’at, 17 November 2017,
kode W-G-AF-02/17/11/2017
140
Observasi,Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda Lampung,
Tanggal 5-7 November 2017
177

2. Sumber Daya Manusia (SDM)141

Pengelolaan Sumber daya Manusia (SDM) di KMI Pondok

Modern Darussalam Gontor 9 dibagi menjadi:

a. Pengorganisasiaan

Pengorganisasian yang dilaksanakan di KMI Pondok Modern

Darussalam Gontor 9 didasarkan kriteria secara umum yaitu memiliki

kredibilitas dan loyalitas yang tinggi terhadap nilai, sistem dan

pimpinan.

Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari senantiasa diupayakan

untuk melaksanakan perannya sebagaimana yang diberikan sehingga

terhindar dari tumpang tindih dan menumpuknya pekerjaan di luar

bidang dan kewenangannya. Dengan ini maka pembagian tugas

senantiasa tegas dan jelas sesuai dengan prinsip-prinsip organisasi.

b. Manajemen guru dan karyawan.

Termasuk di dalam manajemen guru dan karyawan juga

manajemen administrasi yang menjadi tanggung jawabnya. Baik

administrasi belajar mengajar yang menjadi tanggung jawab guru

Observasi,Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda Lampung,


141

Tanggal 8-10 November 2017


178

maupun administrasi kelembagaan yang menjadi tanggung jawab

karyawan.

Pengelolaan karyawan dan guru ini dilakukan denga cara:

1) Pembinaan dari para pakar pendidikan dalam pembinaan rutin

mingguan dan bulanan, hal ini dilaksanakan agar guru dan

karyawan dapat senantiasa mengikuti perkembangan

pendidikan disamping untuk meningkatkan kemampuan

profesionalisme menyangkut tugasnya.

2) Setiap hari kamis diadakan rapat kerja guru dalam rangka

evaluasi dan penetapan kebijakan-kebijakan baru yang

bersifat operasional.

3) Mengikutsertakan pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh

instalasi-instalasi terkait dalam rangka pengembangan

profesionalisme.

Adapun administrasi yang menjadi tanggung jawab guru

meliputi : analisis materi pelajaran, program tahunan, rincian pecan

efektif, program semester, silabus, rencana proses pembejaran dan,

penilaian.
179

Manajemen guru diarahkan pada penguasaan kurikulum,

penguasaan materi pelajaran, penguasaan metode dan penerapannya,

kemampuan memilih strategi mengajar yang tepat, kemampuan

menggunakan berbagai media dalam kegiatan belajar mengajar dan

kemampuan mengukur pencapaian target dan daya serap siswa.

Berbagai komponen tersebut senantiasa dibina, baik oleh

direktur dalam rutinitas tugasnya, dalam pembinaan dan pelatihan rutin

setiap minggu, maupun pelatihan insidentil yang dilaksanakan oleh

instalasi atau pihak lain.

c. Hubungan antara madrasah dengan stakeholders142

Dalam hal ini dibagi dua yakni stakeholders internal yakni guru,

pustakawan, laborat, teknisi dan administrasi dan stakeholders eksternal

yakni stakeholders primer terdiri dari siswa, stakeholders skunder

terdiri dari orang tua, pemerintah dan masyarakat, stakeholders tertier

terdiri dari pemakai/penerima lulusan (Perguruan Tinggi dan dunia

usaha).

Wawancara, Staf KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9, Tanggal 3


142

November 2017
180

a) Hubungan antara madrasah dengan stakeholders internal, dalam

hal ini guru, pustakawan, laborat, teknisi dan administrasi. Pada

dasarnya hubungannya baik sesuai dengan juklak yang telah

ditentukan. Hanya masih ada kekurangan disebabkan

kemampuan yang dimiliki masing-masing petugas tidak sama,

ada yang sudah mempunyai banyak pengalaman sementara

masih ada yang kurang berpengalaman, sehingga pihak

madrasah terus menerus melakukan pembinaan, yang selama ini

setiap minggu diadakan pembinaan.

b) Hubungan antara madrasah dengan stakeholders eksternal,

pertama adalah pelanggan primer yakni santri, KMI Pondok

Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda selalu berupaya

mendidik dan mengantarkan para siswanya menjadi orang yang

berkualitas terutama di bidang ilmu pengetahuan dan akhlak.

Oleh karena itu santri selalu dibina, diawasi, diarahkan dan

dikawal dalam pelaksanaan program-progam kegiatan secara

intensif serta memberikan uswah hasanah serta penugasan-

penugasan dan pembiasaan. Ke dua pelanggan skunder adalah

wali santri, di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9


181

Kalianda tidak dibentuk organisasi persatuan wali santri, namun

para wali santri juga ikut berperan dalam pendidikan santri

sehingga mereka harus mengerti tentang program-program

pondok sehingga bisa mendukung program tersebut,

dan .Pelanggan skunder lainnya adalah pemerintah, KMI Pondok

Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda mempunyai hubungan

yang baik dengan pihak pemerintah, terbukti dengan keterlibatan

pondok dalam beberapa kegiatan-kegiatan yang diadakan

pemerintah.

Hubungan Pondok dengan masyarakat, bahwa Pengasuh

Pondok juga selaku Direktur KMI tersebut mempunyai kelompok

pengajian, hal ini mempunyai banyak manfaat dan peranan dalam

mengembangkan lembaga ini, banyak di antara mereka yang kemudian

secara langsung menjadi wali santri dan juga menjadi donator

walaupun tidak dikatakan sebagai donatur tetap, disamping itu bisa

menjadi informan kepada masyarakat secara luas.

Pelanggan tertier, yakni pemakai/penerima (perguruan tinggi

dan dunia usaha). Para lulusan KMI Pondok Modern Darussalam

Gontor 9 Kalianda banyak yang diterima di Perguruan Tinggi baik di


182

dalam maupun di luar negeri, baik perguruan Tinggi Umum ataupun

Agama terfavorit di Indonesia. Akan tetapi untuk hubungan dengan

dunia usaha belum nampak nyata karena alumni dari pondok ini masih

menjalankan pendidikan di perguruan tingginya, dan di antara mereka

masih ada yang kembali ke lembaga ini untuk mengabdi. Sementara

yang lainnya belum ada kerja sama secara nyata dengan dunia usaha

yang ada di luar.

d. Pengelolaan siswa143

Pengelolaan siswa di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor

9 Kalianda mula-mula dilakukan dengan pendisiplinan siswa melalui

tata tertib yang dalam penyusunannya melibatkan juga para santri.

Kedisiplinan sangat diprioritaskan karena tanpa kedisiplinan

yang tinggi sulit kiranya untuk dapat membentuk mereka menjadi

sosok manusia yang kita inginkan. Sanksi dan hukuman diberlakukan

secara ketat, sebab tanpa hal itu peraturan dan tata tertib hanya akan

menjadi pemandangan mati di dinding. Jika hal itu terjadi sulit kiranya

sekolah dapat mencapai kualitas sebagaimana yang diinginkan.

Wawancara, Staff KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9, Tanggal 4


143

November 2017
183

Untuk menyegarkan semangat dan motivasi siswa, setiap

minggu dilaksanakan tau’iyah ma’hadiyah setelah sholat jum’at dan

tau’iyah diniyah setiap hari jum’at ba’da maghrib dan tauiyah

nidhimyah setelah isya’ pada hari jum’at. Tau’iyah tersebut juga

sebagai sarana agar santri guru dan pengasuh pondok untuk lebih

memahami nilai dan sistem pondok.

Melalui pembinaan OPPM (Organisasi Pelajar Pondok Modern)

yang dilakukan secara terpadu dan terarah, para santri diharapkan

nantinya mampu berorganisasi dengan sebaik-baiknya, sebab dalam

kehidupan bermasyarakat tidak terlepas dari organisasi baik organisasi

keagamaan maupun organisasi-organisasi sosial lainnya144.

Pengelolaan SDM merupakan ujung tombak keberhasilan suatu

lembaga khususnya lembaga pendidikan. Jika para pelaku pendidikan

dapat bertugas dengan professional, penuh dedikasi dan loyalitas,

mempunyai komitmen yang tinggi, bertanggung jawab, jujur, dsb. Oleh

karena itu pembagian tugas harus jelas dan menempatkan setiap

personal pada tugas tertentu, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda, membagi tugas-

144
Observasi,Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda Lampung,
Tanggal 8 November 2017
184

tugas tersebut sebagaimana tecantum di dalam struktur organisasi,

yakni pimpinan organisasi adalah Wakil Direktur KMI kemudian

diwakili oleh empat kabag yakni kabag kurikulum, kabag kesiswaan,

kabag sarana prasarana, dan kabag humas. Selanjutnya ada wali kelas,

petugas bimbingan dan konseling, dan para guru.

Dari hasil analisa bahwa pembagian tugas yang ada di KMI

Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda, semaksimal mungkin

disesuaikan dengan ketentuan yang ada. Perlu diketahui bahwa

lembaga tersebut satu atap dengan pondok pesantren, peran kyai sangat

dominan sehingga seluruh kebijaksanaan yang menyangkut

kepentingan lembaga termasuk di dalamnya lembaga madrasah formal

maupun pondok pesantren harus mendapatkan acc dari kyai.

Hubungan antara madrasah dengan stakeholders. Dalam hal ini

dibagi dua yakni stakeholders internal yakni guru, pustakawan, laborat,

teknisi dan administrasi dan stakeholders eksternal yakni stakeholders

primer terdiri dari siswa, stakeholders skunder terdiri dari orang tua,

pemerintah,dan masyarakat, stakeholders tertier terdiri dari

pemakai/penerima lulusan (Perguruan Tinggi dan dunia usaha).


185

Hubungan antara madrasah dengan stakeholders internal, dalam

hal ini guru, pustakawan, laborat, teknisi dan administrasi. Pada

dasarnya hubungannya baik sesuai dengan juklak yang telah

ditentukan. Hanya masih ada kekurangan disebabkan kemampuan yang

dimiliki masing-masing petugas tidak sama, ada yang sudah

mempunyai banyak pengalaman sementara masih ada yang kurang

berpengalaman, sehingga pihak madrasah terus menerus melakukan

pembinaan, yang selama ini setiap minggu diadakan pembinaan.

Hubungan antara madrasah dengan stakeholders eksternal,

pertama adalah pelanggan primer yakni santri, KMI Pondok Modern

Darussalam Gontor 9 Kalianda selalu berupaya mendidik dan

mengantarkan para siswanya menjadi orang yang berkualitas terutama

di bidang ilmu pengetahuan dan akhlak. Oleh karena itu santri selalu

dibina, diawasi, diarahkan dan dikawal dalam pelaksanaan program-

progam kegiatan secara intensif serta memberikan uswah hasanah serta

penugasan-penugasan dan pembiasaan. Ke dua pelanggan skunder

adalah wali santri, di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9

Kalianda tidak dibentuk organisasi persatuan wali santri, namun para

wali santri juga ikut berperan dalam pendidikan santri sehingga mereka
186

harus mengerti tentang program-program pondok sehingga bisa

mendukung program tersebut, dan .Pelanggan skunder lainnya adalah

pemerintah, KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda

mempunyai hubungan yang baik dengan pihak pemerintah, terbukti

dengan keterlibatan pondok dalam beberapa kegiatan-kegiatan yang

diadakan pemerintah.

Hubungan Pondok dengan masyarakat, bahwa Pengasuh

Pondok juga selaku Direktur KMI tersebut mempunyai kelompok

pengajian, hal ini mempunyai banyak manfaat dan peranan dalam

mengembangkan lembaga ini, banyak di antara mereka yang kemudian

secara langsung menjadi wali santri dan juga menjadi donator

walaupun tidak dikatakan sebagai donatur tetap, disamping itu bisa

menjadi informan kepada masyarakat secara luas.

e. Sistem Supervisi

Supervisi yang dilakukan oleh Wakil Direktur KMI di KMI

Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda lebih menekankan

pada supervisi klinis. Supervisi klinis dimaksudkan sebagai

pengawasan dengan memakai pendekatan klinis. Hal ini bukan berarti


187

pelaksanaan supervisi diadakan setelah terjadinya suatu kefatalan

klinis. Tetapi supervisi ini letak perbedaannya dengan supervisi

lazimnya adalah metode pelaksanaan yan dipakai, yaitu bersifat

memberi bantuan dan pengarahan, bukan menilai dan memberi

perintah.

Dalam supervisi ini terutama diarahkan pada guru-guru yang

masih baru. Temuan-temuan hasil supervisi disamping diberikan jalan

keluarnya oleh Wakil Direktur KMI kepada guru yang bersangkutan

secara persuasif, juga diagendakan sedemikian rupa sehingga menjadi

tema nantinya dalam pembinaan rutin setiap minggu bagi dewan guru.

Dengan pola pelaksanaan tersebut diharapkan dapat membantu guru

dalam proses pengembangan profesionalismenya.

Pengembangan profesionalisme guru yang dimaksud adalah

untuk menunjang pembaharuan pendidikan serta upaya untuk

meningkatkan mutu pendidikan melalui perbaikan mengajar guru.

Dengan perbaikan guru mengajar itu diharapkan siswa dapat

belajar dengan baik sehingga hasil belajarnya menjadi lebih baik pula.

Supervisi kepada karyawan diarahkan pada kinerja dan penanganan


188

administrasinya, sehingga diharapkan ada perbaikan-perbaikan dalam

pelaksanaan tugas sehari-hari.145

Secara teoritis supervisi pendidikan diartikan suatu usaha

sistematis yang dilakukan oleh pimpinan pendidikan dengan

memberikan bantuan dan kesempatan kepada guru-guru agar dapat

berkembang sesuai kemampuannya dalam mendukung tugas yang

dibebankan sehingga tercapai tujuan secara optimal. Kepala madrasah

selaku pimpinan pendidikan mempunyai tanggung jawab atas

penyelenggaraan pendidikan madrasah yang dipimpinnya, disamping

sebagai pimpinan, administrator, juga berperan sebagai supervisor di

madrasah. Adapun kepala madrasah dalam peranannya sebagai

supervisor bertugas memberikan bimbingan, bantuan, pengawasan dan

penilaian terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan teknik

penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran dalam rangka

menciptakan kondisi belajar mengajar yang lebih baik.

Pelaksanaan supervisi di KMI Pondok Modern Darussalam

Gontor 9 Kalianda, direktur KMI secara terus-menerus melaksanakan

supervisi, dibantu oleh guru-guru senior yang ditunjuk, dan selalu

Observasi,Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda Lampung,


145

Tanggal 10-11 November 2017


189

dikoordinasikan secara terus-menerus, sehingga menciptakan suasana

yang kondusif. Hal ini dilaksanakan secara terus-menerus dan tidak ada

kata bosan, setiap habis sholat shubuh diadakan koordinasi kegiatan

harian yang wajid diikuti oleh seluruh guru, dan setiap hari dalam

seminggu setiap bagian secara bergiliran mengadakan rapat koordinasi

dengan direktur setiap habis maghrib, dan puncaknya diadakan rapat

evaluasi setiap hari kamis untuk mengevaluasi kegiatan secara

keseluruhan dalam seminggu yang telah lalu.

f. Sistem Evaluasi146

Evaluasi yang dilaksanakan di KMI Pondok Modern

Darussalam Gontor 9 Kalianda meliputi evaluasi kelembagaan dan

evaluasi belajar mengajar. Evaluasi kelembagaan dilaksanakan setiap

hari setelah sholat shubuh dengan melibatkan pengasuh dan dewan

guru, yang dilaksanakan dalam bentuk rapat koordinasi dan hari kamis

siang dalam bentuk rapat kerja.

Bertolak dari evaluasi ini diharapkan program-program yang

telah direncanakan dapat berjalan dengan maksimal, sehingga apa yang

diharapkan bersama dapat terwujud dengan sebaik-baiknya. Dalam


146
Wawancara dengan Staff KMI, Tanggal : Sabtu, 18 November 2017,
Kode:W-G-IF-01-18/11/2017
190

evaluasi hasil belajar siswa, agar hasil yang diperoleh anak dapat

diketahui secara obyektif, untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan

pengajaran sejak dini, maka sistem evaluasi dilakukan beberapa

macam, antara lain, ulangan harian, ulangan semester dan ujian akhir

semester. Sedangkan seluruh soal dibuat dan dilakukan serta dikoreksi

oleh guru masing-masing bidang studi.147

Untuk mengetahui kualitas proses belajar mengajar evaluasi

mutlak dilakukan. Dalam mengadakan evalusi harus dilakukan sesuai

dengan langkah-langkah sebagaimana prosedur evaluasi itu sendiri,

yakni meliputi : perumusan tujuan secara jelas, penyelidikan alat-alat

penilaian, pengolahan hasil-hasil penilaian, penentuan tindak lanjut

atau follow up dari penilaian tersebut.

2. Implementasi Disiplin Pondok dalam pengembangan Karakter

Santri

Observasi,Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda Lampung,


147

Tanggal 11-12 November 2017


191

a. Pemahaman Disiplin dan Karakter di Pondok Modern

Darussalam Gontor 9 Kalianda Lampung Selatan

1. Kualifikasi kyai/Pengasuh dan Pola Kepemimpinan148

Dalam kenyataan hidup bermasyarakat, peran dan fungsi

pemimpin sangatlah penting dalam mensukseskan setiap usaha

bersama. Hal ini bisa disaksikan dalam berbagai lembaga sosial,

baik politik, ekonomi, kemasyarakatan, keagamaan dan

pendidikan, lebih-lebih dalam lembaga pendidikan pesantren,

sebagaimana di Pondok Modern Darussalam Gontor 9, dalam hal

ini Kyai atau pengasuh sebagai pemimpin pondok pesantren, ia

menjadi sentral figure yang memiliki otoritas dalam menata

kehidupan pesantrennya. Kyailah yang menentukan visi dan misi,

nilai dan jiwa, orientasi dan filsafat hidupnya. Bahkan, kyai pula

yang harus merumuskan langkah-langkah pengembangan

pesantrennya. Dan di sini pulalah yang bertanggung jawab atas

keberhasilan atau kegagalannya. Maka benarlah apa yang

disampaikan oleh Rasulullah SAW, bahwa setiap manusia adalah

Wawancara dengan Pengasuh Pondok, Tanggal : Ahad, 12 November 2017,


148

Kode: W-P-SJ-06-12/11/2017
192

pemimpin, dan akan dimintai pertanggung-jawabannya atas

kepemimpinannya.

Maka, keberhasilan pesantren sangatlah dipengaruhi sejauh

mana kemampuan seorang pemimpin atau kyainya dalam menata

kehidupan pondok dan mengembangkan pondoknya.

Tidaklah salah bila dikatakan, bahwa pemimpin juga

merupakan manager atau administrator, yaitu yang menata seluruh

totalitas kehidupan pondok, akan tetapi secara khusus, pola

kemimpinan di Gontor bukanlah kepemim-pinan managerial atau

administratif saja yang hanya mengatur, menyelenggarakan dan

membagi tugas rutin kemudian menunggu laporan dan berakhir

dengan memberkan keputusan-keputusan yang bisa dilakukan

beberapa jam saja. Di Pondok Modern Darussalam Gontor 9,

model kepemimpinan seperti ini sama dengan manager. Tugas

pemimpin di pondok ini lebih kompleks, ia dituntut untuk bisa

menjadi contoh dalam segala tingkah laku, bukan hanya bisa

memberi contoh, ia juga dituntut untuk mampu menciptakan iklim

kerja dan suasana kehidupan yang harmonis antar seluruh

stakeholder yang ada di pesantren, sebagaimana wawancara


193

penulis dengan ustadz Suwito Jemari, pengasuh Pondok Modern

Darussalam Gontor 9;

Sebagai Pengasuh pondok, saya sering mengumpulkan bapak-


bapak guru di rumah. Hal ini karena saya ingin menyamakan
persepsi mereka, sehingga mereka terintegrasi dengan sistem,
nilai, idealisme, dan jiwa pondok. Saya juga meminta laporan dari
mereka terkait dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan.
Selain itu, hal ini juga berguna sebagai tajdidunniyyah bagi
mereka, untuk apa mereka di pondok? Memperbaharui niat
mereka bahwa hidup di Gontor adalah untuk berjuang, bukan
mencari penghidupan...Lebih dari itu, dengan sering memanggil
para guru dan mengumpulkan mereka di rumah, saya ingin agar
mereka lebih dekat dengan saya, saling memahami sesama guru,
mengetahui pola pikir masing-masing, dan pada akhirnya
terbentuk sebuah paguyuban. Yaitu keluarga besar Pondok
Modern Darussalam Gontor 9. Inilah yang kemudian akan
menghasilkan harmonisasi dalam kehidupan Gontor yang pada
akhirnya akan melahirkan iklim kerja yang kondusif. 149

Pendekatan manusiawi yang dilakukan oleh pengasuh

pondok ini, dengan sering memanggil dan bertemu mereka adalah

salah satu upaya untuk mentransformasi program-program pondok,

karena seorang kyai/pengasuh dituntut untuk mampu

mengkomunikasikan model manajemen yangg akan dibangun

kepada para staf dan stakehoolder pondok, Dalam memimpin

pondok, beliau selalu berusaha untuk menciptakan harmonisasi di

149
Wawancara dengan Pengasuh Pondok, Tanggal : Kamis, 9 November
2017, Kode: W-P-SJ-04-09/11/2017
194

antara warga pesantren. Harmonisasi di sini berarti menjadikan

para santri dan guru saling menghormati, memahami, tolong-

menolong. Dengan demikian akan tercipta iklim kerja yang

kondusif,150 menarik partisipasi mereka, dan mampu membangun

kekuatan intra pondok (santri dan guru) untuk menghadapi

tuntutan masyarakat terhadap pondok, yang menjadi tanggung

jawab penuh kepemimpinannya.

Ditinjau dari fungsinya, leader (pemimpin) memiliki fungsi

yang berbeda dengan seorang manager. Dalam ilmu managemen.

Manager berfungsi mengatasi kerumitan rutinitas pragmatis, dan

hanya melaksanakan unsur-unsur organisasi yaitu POACE

(planning, organizing, Actuating, Controlling and Evaluating).

Sementara leader atau pemimpin berfungsi mengatasi perubahan

dan memahami betul atas perubahan-perubahan tersebut di masa

depan (future). Di Gontor, pemimpin adalah pendidik, yang

memiliki visi dan misi jauh kedepan, setiap saat menata,

mengarahkan, memberikan tugas, melatih, mengawal, mendo’akan

serta memberikan contoh. Di samping bahwa pemimpin juga

Wawancara dengan Pengasuh Pondok, Tanggal : Sabtu, 11 November 2017,


150

Kode: W-P-SJ-05-11/11/2017
195

berfungsi sebagai motivator, supervisor, evaluator, bahkan terjun

langsung dan ikut campur dalam seluruh tata kehidupan di pondok.

Ia harus berada di garda terdepan dalam segala bentuk pendidikan

di pondok.

Pondok Modern Darussalam Gontor 9, sebagai sebuah

lembaga pendidikan pesantren yang mendidik santri-santrinya

dalam suasana kehidupan kampus selama 24 jam penuh secara

dinamis, tentunya membutuhkan adanya aturan dan peraturan yang

bisa menjadikan kehidupan kampus selalu dinamis. Aturan-aturan

inilah yang kemudian dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan.

Sebagaimana yang disampaikan oleh ustadz Suwito Jemari:

”Pendidikan dipondok Ini adalah: Totalitas kehidupan yang


dinamis/ dinamika totalitas kehidupan yang didasari dengan jiwa
dan filsafah hidup yang tinggi, ditata dengan disiplin yang kuat,
diatur dengan system yang sudah teruji dan mapan, dikawal oleh
para musyrif (instruktur), dan diisi dengan kegiatan selama 24 jam
penuh; hal ini merupakan sebuah akumulasi yang akan melahirkan
anak-anak yang mempunyai etos kerja yang tinggi dengan sikap
mental (berkarakter)”151

Dalam kaitan disiplin, Titik tekan dari yang disampaikan

pengasuh diatas adalah totalisas kehidupan pondok yang dinamis

151
Wawancara dengan Pengasuh Pondok, Tanggal : Ahad, 5 November 2017,
Kode: W-P-SJ-03-05/11/2017
196

ditata dengan disiplin yang kuat untuk mencapai tujuan pendidikan

yakni terlahirnya santri-santri yang berkarakter. Lebih lanjut,

beliau mengatakan; ”Kedisiplinan merupakan salah satu kunci

sukses dalam mendidik para santri. Komitmen dalam menjalankan

program-program dan sunnah pondok dengan disiplin tinggi akan

lebih dapat membina santri dari pada menjalankannya dengan

penuh toleransi.”152

Maka dalam hal ini, menurut hemat penulis, Kualifikasi

pengasuh/kiyai amat sangat signifikan dalam rangka memahamkan

makna disiplin dan karakter kepada para santri, sehingga kedua hal

tersebut bukan hanya sebuah wacana dan hanya dalam tataran teori

semata, tapi mampu menjadi jiwa dan motor penggerak segala

gerak-gerik santri selama hidup dan kehidupan mereka di dalam

kampus pesantren, yang pada akhirnya kedua hal tadi

terinternalisasi dalam sanubari mereka dan menjadi bagian yang

tidak terpisahkan dari kehidupan santri hingga kelak mereka keluar

dari pondok pesantren dan kembali di masyarakat.

“Dalam pengertian yang sedarhana, bahwa disiplin itu


sangat penting dan bermanfaat untuk kehidupan santri. Di pondok,
152
Wawancara dengan Pengasuh Pondok, Tanggal : Jum’at, 3 November
2017, Kode: W-P-SJ-01-03/11/2017
197

disiplin tidak diartikan secara tekstual tapi lebih penting dari itu
diaplikasikan dalam kegiatan yang teratur; disiplin waktu, disiplin
tempat, disiplin kegiatan, disiplin diri dan sebaginya”
“Implementasi displin dalam berbagai macam kegiatan
secara aplikatif. Dalam kehidupan pondok dengan system asrama,
seorang santri mendapatkan pengalaman disiplin dari diri mereka
sendir, dari teman-teman mereka, dari guru-guru juga dari tata
kehidupan pondok yang secara keseluruhan disetting dengan
kesidiplinan yang tinggi”
“Disiplin tidak hanya tekstual yang disampaikan secara
definitive verbal, tapi lebih pada tataran aplikatif penjiwaan,
karena para santri akan berhadapan dengan punishment dan
kemudahan-kemudahan manakala mereka berdisiplin, bisa belajar
dengan mudah, bisa menjalankan aktivitas dengan lancar, bisa
mendapatkan nilai yang tingg” 153

Sebagai lembaga Kaderisasi, Pondok Modern Darussalam

Gontor meletakkan standard dan dasar-dasar kepemimpinan

melalui pengalaman yang panjang dengan kualifikasi tertentu.

Yang dimaksud dengan kualifikasi di sini adalah kecakapan atau

ketrampilan. Ada minimal 14 kualifikasi yang harus dimiliki oleh

para kader dan pengasuh-pengasuh pondok cabang sebagai bekal

memimpin khususnya di Pondok Modern Gontor, dan umumnya di

masyarakat, yaitu;154

1. Ikhlas,
153
Wawancara dengan Pengasuh Pondok, Tanggal : Ahad, 5 November 2017,
Kode: W-P-SJ-03-05/11/2017
154
Abdullah Syukri Zarkasyi, Bekal untuk Memimpin, Pengalaman Memimpin
Gontor, Trimurti Press, (Jawa Timur: 2011) Hal : 45 - 97
198

Keikhlasan merupakan faktor terpenting dalam menentukan

keberhasilan dalam setiap usaha atau perjuangan khususnya

ibadah, sebagaimana al-Qur’an dengan tegas menyatakan;

ِ ِِ ِ ِ
‫الص ال َة َويُْؤ تُ وا‬
َّ ‫يم وا‬
ُ ‫ِّين ُحَن َف اءَ َويُق‬ َ ‫َو َم ا ُأم ُروا ِإال لَي ْعبُ ُدوا اللَّهَ خُمْلص‬
َ ‫ني لَ هُ ال د‬
)5 : ‫ين الْ َقيِّ َم ِة (البينة‬ ِ ِ‫الز َكاةَ وذَل‬
ُ ‫كد‬ َ َ َّ
Artinya:“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-
Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus (jauh dari
syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan),
dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan
zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”.155

Keikhlasan tidak saja merupakan prasyarat diterima

atau tidaknya amal perbuatan manusia, tapi ia juga menjadi

syarat mutlak bagi kemajuan dan perkembangan usaha

apapun, terlebih dalam proses pendidikan kaderisasi

pemimpin umat, seperti di Pondok Modern Darussalam

Gontor 9 ini. Sebagai lembaga kaderisasi, proses

pendidikan tersebut, mengacu kepada upaya merubah pola

fikir, pola sikap dan dan pola tingkah laku anak didik yang

negative menjadi positif, mengarahkan mereka agar

memiliki cita-cita atau idealisme yang tinggi sebagai,


Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, (Jakarta: Al-Huda,
155

2005) hal: 599


199

pemimpin dan pejuang li ‘ilaai kalimatillah. Pemimpin

yang berkarakter pejuang ini, akan bisa terbentuk bila

mereka memahami hakekat keikhlasan.

2. Selalu mengambil inisiatif

Hal ini berarti upaya berfikir cepat dan keras untuk mencari

sekian banyak alternatif dalam menata dan menjalankan

program-program pendidikan dengan tetap berpegang teguh

pada nilai dan system yang ada, sehingga pondok selalu

dinamis dan berkembang. Bahkan dalam kaitan ini, banyak

kebijakan yang harus segera diputuskan, bukan saja

kebijakan rutinitas, tetapi kebijakan yang bersifat futuristik,

yaitu selalu mengadakan perbaikan dan pengembangan

kedepan; ”al muhafadzatu ala al-qadim as-shalih, wal

akhdu bil jadid al-ashlah” menjaga tradisi yang baik, dan

mengambil inisiatif, terobosan baru yang lebih baik.

3. Mampu membuat jaringan kerja dan memanfaatkannya

Gontor, dengan banyak dan luasnya bidang garapan yang

dimiliki, tentunya membutuhkan jaringan kerja yang luas.

Sehingga banyak permasalahan yang akan bisa


200

diselesaikannya. Maka dibutuhkan ketrampilan dan

kemampuan seorang pemimpin untuk membuat dan

memanfaatkan jaringan kerja tersebut. Dan ketrampilan

tersebut sangat diperlukan untuk menyakinkan bahwa ide-

ide dan pandangan-pandangannya bisa diterima oleh orang

lain. Ini adalah kemampuan “human relation”, kemampuan

melakukan pendekatan agar orang lain percaya kepada kita.

Untuk itu diperlukan keluwesan dalam bersikap dan

bertindak.

Seorang pemimpin perlu menyadari bahwa untuk

menciptakan jaringan kerja yang baik, ia harus mampu

mampu mewujudkan hubungan manusiawi yang efektif, ia

perlu memperlakukan orang lain sebagai subjek bukan

objek, sebagai layaknya orang mati, yang dapat

diperlakukan sekehendak hati, menurut Veithzal Rivai dan

Deddy Mulyadi, disebut dengan ROI, “Return On

Individual” yang artinya pemimpin menaruh perhatian pada

setiap individu yang dipimpinnya.156

156
Veithzal Rivai, dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi, Rajawali Press, (Jakarta: 2013) Hal: 30
201

4. Dapat dipercaya

Kepercayaan adalah modal utama bagi seorang pemimpin

dalam menjalankan tugas. Bila hilang kepercayaan, maka

hilang pulalah wujud dia sebagai pemimpin.

5. Bekerja keras dan sungguh-sungguh

Di Pondok Modern Darussalam Gontor 9, santri kelas 1

sudah dikenalkan filsafat hidup; “man jadda wajada”.

Barang siapa yang bersungguh-sungguh, pasti ia akan

mendapat. Kiranya sikap ini harus juga dimiliki oleh

kiyai/pengasuh pondok sebagai central figure yang

dicontoh oleh seluruh penghuni kampus.

6. Menguasai masalah dan dapat menyelesaikannya

Kecapakan pemimpin ala Gontor yang lain adalah,

kemampuan untuk menguasasi masalah yang dihadapinya.

Karena lemahnya penguasaan permasalahan akan

mengakibatkan kecilnya nyali atau keberanian untuk

mengambil kebijakan.

7. Memiliki integritas yang tinggi


202

Integritas disini berarti menyatunya diri

kiyai/pengasuh pondok terhadap nilai, sistem dan cita-cita

pondok, serta sunnah dan disiplin pondok. Ini sangat

dibutuhkan untuk mengemban amanat perjuangan. Seorang

kyai/pengasuh haruslah memiliki integritas yang tinggi

kepada pondok yang diasuhnya. Kalau tidak, maka tidak

saja dia akan merasakan beratnya menjalankan tugas-tugas

yang ada, akan tetapi dia juga akan bisa kehilangan peran

dan fungsinya sebagai pemimpin. Dengan integritas

timbullah loyalitas.

8. Memiliki nyali dan tidak takut resiko

Nyali atau keberanian sangat menentukan

keberhasilan dalam seluruh proses kehidupan. Apalagi

dalam memutuskan sebuah kebijakan diperlukan nyali yang

tinggi. Ini masalah yang sangat mendasar, masalah

kepercayaan diri dan masalah ketegasan. Seorang

pemimpin harus punya nyali dan tidak takut resiko.


203

Kualifikasi ini akan nampak, saat seorang pemimpin diuji

dengan permasalahan dan tantangan.

9. Jujur dan terbuka

Diantara buah dari keikhlasan adalah sikap jujur dan

terbuka, yaitu jujur kepada dirinya, orang lain, dan kepada

Allah. Dalam proses kepemimpinan di Pondok Modern

Darussalam Gontor 9, kyai/pengasuh harus menunjukkan

sikap ini dalam setiap gerak-geriknya yang akan selalu

dilihat oleh seluruh santri dan guru. Sikap jujur dan terbuka

ini, tidak saja pada hal-hal yang bersifat materiil atau

keuangan, akan tetapi jujur dan terbuka terhadap berbagai

kebijakan yang diambil, agar santri atau guru mengerti

betul latar belakang kebijakan.

10. Siap berkorban

Kwalifikasi pemimpin ala Gontor; siap berkorban

ini, senantiasa dididikkan kepada santri-santri dalam

berbagai kegiatan yang ada di Pondok, dengan sebuah

keyakinan bahwa manakala kita memperjuangkan agama


204

Allah, pastilah Allah akan menjamin hidup kita dan

memperjuangkan urusan kita. Inilah logika religi;

‫َأن هَلُ ُم اجْلَنَّةَ يُ َق اتِلُو َن يِف َس بِ ِيل‬


َّ ِ‫ني َأْن ُف َس ُه ْم َو َْأم َواهَلُ ْم ب‬ِِ ِ ْ َ‫إن اللَّه‬
َ ‫اش َتَرى م َن الْ ُم ْؤ من‬ َّ
ِ ‫اللَّ ِه َفي ْقُتلُ و َن وي ْقَتلُ و َن و ْع ًدا علَي ِه حقًّا يِف التَّور ِاة واإلجْنِ ي ِل والْ ُق ر‬
‫آن َو َم ْن َْأوىَف‬ ْ َ َ َْ َ َْ َ َُ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
‫يم‬
ُ ‫ك ُه َو الْ َف ْو ُز الْ َعظ‬
َّ
َ ‫استَْبش ُروا بَبْيع ُك ُم الذي بَ َاي ْعتُ ْم ب ه َوذَل‬ ْ َ‫بِ َع ْه ده م َن الله ف‬
َّ
)111 : ‫( التوبة‬
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-
orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan
surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah;
lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi)
janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al
Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain)
daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli
yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang
besar.”157

11. Tegas

Salah satu keberhasilan Pondok Modern Darussalam

Gontor dalam mendidik dan membentuk mentalitas militan

santrinya adalah karena ditegakkannya disiplin secara tegas

dan konsisten. Karena memang hanya dengan disiplin yang

tegas bisa membentuk karakter. Tidak ada cerita sukses

tanpa disiplin dalam segala hal. Maka ketegasan dalam


157
Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, (Jakarta: Al-Huda,
2005) hal: 205
205

berdisiplin menjadi sebuah keharusan yang tidak bisa

ditawar-tawar lagi. Inilah yang menentukan keberhasilan

suatu tatanan, disiplin atau aturan. Dibutuhkan ketegasan

dalam setiap langkah. Karena yang menghancurkan

seseorang adalah karena keragu-raguan.

12. Cerdas dalam melihat, mendengar, mengevaluasi, menilai,

memutuskan dan menyelesaikannya

Kecerdasan melihat ini sangat berkaitan dengan

kemampuan tidak saja melihat gejala, fenomena dan

kejadian-kejadian di lingkungan kita dengan kasat mata,

tetapi melihat dibalik apa yang terjadi, yaitu hikmah-

hikmah atau ajaran yang tersembunyi. Inilah yang disebut

dengan tanggap sasmito. Untuk melatih kemampuan ini

diperlukan ilmu kassyaf dan syaffaf. Pelatihannya melalui

tafakkur, mujahadah, wirid, dzikir dan do’a. Kecerdasan

mendengar; ini berhubungan erat dengan kecerdasan dalam

menyaring berbagai informasi, dengan berdasarkan fakta

yang benar. Seorang pemimpin hendaknya selalu chek and

recheck agar tidak salah dalam memberikan kebijakan atau


206

keputusan. Untuk itu, diperlukan kemauan untuk terjun

langsung mencari sumber informasi tersebut dengan penuh

ketelitian dan kecermatan. kecerdasan mengevaluasi

berkaitan erat dengan kecerdasan dalam melihat berbagai

kekurangan, kejanggalan atau kelebihan-kelebihan dalam

pelaksanaan suatu program atau kegiatan. Maka untuk

mendukung kecerdasan ini, diperlukan untuk selalu belajar,

menambah wawasan, baik pengetahuan, pengalaman atau

pemikiran. Semakin tajam ilmu dan pengalaman, maka

semakin tajam pula hasil evaluasinya. Kecerdasan menilai:

sebenarnya tidaklah ringan, karena kecerdasan ini sangat

berkaitan erat dengan kemampuan daya analisa, karena

menilai berarti harus mengerti sisi-sisi positif dan negatif

dalam suatu peristiwa dan kajadian. kecerdasan

memutuskan; ini sangat berkaitan erat dengan keberanian

untuk mengambil langkah-langkah yang harus diambil.

Memutuskan tidaklah ringan, karena harus

dipertimbangkan dengan penuh keadilan. Namun keputusan

hendaknya tidak ditunda-tunda, karena dengan keputusan


207

yang cepat, maka dinamika kehidupan akan berlangsung

dengan cepat pula. Dan terakhir, kecerdasan menyelesaikan

masalah; Inilah puncak dari kecerdasan, yaitu kemampuan

untuk menyelesaikan berbagai problema hidup, baik di

dalam maupun diluar pondok.

13. Mampu berkomunisasi dengan baik

Di Pondok Modern Darussalam Gontor, kiyai/pengasuh

harus mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi

dengan baik, hal ini menjadi salah satu penentu

keberhasilannya dalam memimpin. Sejarah banyak

mencatat bahwa para pemimpin yang berhasil, hampir

semuanya adalah para orator handal, muballigh yang baik,

motivator ulung, bahkan pelobi hebat. Kesemuanya

bersumber pada kemampuan berbicara, semuanya bermuara

pada kemampuan menyakinkan orang lain.

14. Baik bermu’amalah dengan Allah dan Manusia

“Mu’amalah ma’a Allah dan Mu’amlah ma’annas”

adalah salah faktor penentu keberhasilan seorang

pemimpin.
208

Kualifikasi dan model kepemimpinan ala Gontor, seperti

yang diulas diatas, kiranya sangat unik dan khas. Ada beberapa hal

yang selaras dengan prinsip-prinsip kepemimpinan pada umumnya,

tetapi banyak hal yang bercorak khusus sebagai hasil akumulasi

dari pengalaman dan tuntutan keadaan. Model kepemimpinan ini

telah bertahun-tahun diterapkan oleh Bapak Pimpinan Pondok

Modern sebagai hasil ijtihad beliau yang dinamis dengan dijiwai

ajaran Islam dan didasari oleh filsafat perjuangan Gontor, yang

kemudian di transformasikan kepada seluruh pengasuh-pengasuh

pondok cabang Gontor.

Sehingga dalam kaitan dengan tema yang dibahas dalam

thesis ini, pemahaman disiplin dan karakter santri amat sangat erat

hubungannya dengan kualifikasi dan model kepemimpinan

kiyai/pengasuh diatas. karena jika dicermati dengan seksama.

Semua kualifikasi pemimpin ala Gontor diatas adalah manifestasi

dari adanya keteladanan utswah hasanah yang akan ditiru oleh

guru-guru, para santri dan seluruh penghuni pondok. Jadi sejauh

mana pemahaman santri tentang disiplin dan karakter terkait erat

dengan kiyai/pengasuhnya memantaskan dirinya sebagai teladan.


209

Karena ia dituntut terjun langsung ke lapangan, berwatak satrio

pinandito, ahli dalam mengonsep program dan strategi sekaligus

piawai menerapkannya di lapangan. Dengan terjun langsung ia bisa

memberikan pengarahan seperti yang diharapkan, masalah yang

muncul di lapangan juga dapat dengan cepat terselesaikan. Ibarat

orang menggaruk tubuhnya yang gatal, akan lebih pas kalau dia

garuk sendiri, akan berbeda hasilnya bila minta tolong kepada

orang lain untuk menggaruknya, mungkin tidak kena sasaran.

Penguasaan masalah ini adalah bagian dari tanggung jawab yang

harus diemban.

Salah satu wujud dari tanggung jawab kepemimpinan adalah

kontrol yang baik, pengawasan yang menyeluruh, teliti dan rapat.

Karena kontrol yang lemah akan membuka peluang pelanggaran

disiplin dan penyalahgunaan wewenang. Seorang pemimpin juga

dituntut untuk mampu mengatur ritme kehidupan. Sesibuk apapun

ia tetap siap waspada, menguasai masalah, mampu menghadapi

dan menangani setiap urusan dengan serius dan bijak.

Pemimpin yang baik harus bisa menjadi teladan. Keteladanan

tidak mesti berupa figuritas, tetapi juga mencakup produktivitas,


210

cara kerja yang bagus, tuntas dan rapi, dan bisa menjadi contoh

yang baik bagi orang lain. Karena kyai/pengasuh sebagai central

figure di pondok pesantren, keberadaannya harus menjadi suri

tauladan yang baik bagi seluruh warga pesantren. Terciptanya

militansi santri dan guru, berjalannya disiplin, terbentuknya watak

dan karakter mereka sangat ditentukan oleh militansi kiyainya dan

eksistensinya sebagai suri tauladan. Seorang pemimpin harus

memiliki moralitas dan karakter yang kuat.

2. Pengarahan-Pengarahan Sebelum Pelaksanaan Kegiatan

Dalam proses penanaman disiplin dan pembentukan karakter

melalui berbagai macam kegiatan. Kegiatan ini tidak hanya dalam

ranah akademis tapi juga dalam segala kegiatan ektrakulikuler.

Karena di Pondok Modern Darussalam Gontor 9 santri tidak hanya

belajar dan mengkaji kitab saja, tapi mereka juga dibekali dengan

berbagai keterampilan hidup (life skill) sebagai bekal mereka terjun

di masyarakat kelak, diantaranya: olahraga, kaligrafi, musik,

jurnalistik, pencak silat, handycraft, hadroh, teater, dan lain

sebagainya.158 pemberian pengarahan terhadap santri sebelum


158
Observasi tanggal 10 Desember 2017, Kode: Ob-11-AS-10/12/2017
211

melaksanakan berbagai kegiatan adalah mutlak dan sangat penting.

Dengan pengarahan, santri akan diberikan pemahaman terhadap

seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan, dan dievaluasi setelahnya

untuk mengetahui standar pelaksanaan kegiatan tersebut.

Pemahaman ini sangatlah diperlukan, agar mereka mengerti untuk

apa melaksanakan kegiatan, bagaimana tehnik pelaksanaan,

mengapa dan bagaimana pelaksanaan, apa isi dan filosofinya.

“Pendidikan di Gontor terlaksana dengan berproses,


berjenjang dan bertahap. Santri tidak bisa langsung memahami
dan mengerti disiplin dengan baik. Terutama santri-santri baru,
mereka dalam melaksanakan kegiatan pondok, pada awalnya
cukup melaksanakan meskipun tanpa mengetahui makna dan
arti disiplin yang dijalankan, dan seiring berjalannya waktu,
akan dipahamkan secara bertahap melalui pengarahan-
pengarahan dalam berbagai aktivitas yang dijalankan
berdasarkan disiplin. Sehigga santri-santri yang sudah duduk
dikelasa atas; sudah memahami kenapa mereka harus
berdisiplin, mengapa dan untuk apa berdisiplin. Disiplin bukan
hanya sekedar kebiasaan, rutitinas tapi terdapat pembelajaran
hidup dan nilai-nilai filosofis yang akan mereka butuhkan
ketika terjun ke masyarakat kelak”159

Karena pentingnya pengarahan ini, maka setiap tahun

diadakan pekan perkenalan terhadap pondok ini, yang dilanjutkan

dengan penanaman kepondok-modernan dalam kehidupan sehari-

159
Wawancara dengan Guru KMI, tanggal : 19 November 2017, kode : W-G-
Sr -01-19/11/2017
212

hari. Pengenalan dan pemahaman ini tidak saja terbatas pada aspek

akademis, tetapi yang lebih luas lagi adalah seluruh totalitas

kehidupan di Pondok. Itulah mengapa, di setiap sudut pondok,

ditulis motto dan slogan yang mengingatkan dan memotivasi santri,

seperti ”Ke Gontor apa yang kau cari?”, ”Hidup sekali, hiduplah

yang berarti, patah tumbuh hilang berganti, siap memimpin dan siap

dipimpin”, dan masih banyak lagi yang bertempelan di berbagai

dinding di setiap sudut pondok ini160. Itulah, maka apapun yang

dilihat ketika santri berjalan, dia tetap akan termotivasi, setiap

bertemu dengan gurunya, yang didengarkan adalah nasehat dan

arahan.

Pengarahan-pengarahan yang diberikan oleh kyai/pengasuh,

dilanjutkan oleh para guru atau musyrif (instruktur) dan pengurus

baik di tingkat organisasi maupun asrama mengalir dengan cepat,

sehingga proses transformasi terhadap nilai-nilai kedisiplinan dan

karakter yang ditanamkan serta ajaran-ajaran kepondokmodernan

sangat efektif yang pada akhirnya akan menciptakan harmonisasi

kehidupan di Pondok.

160
Observasi tanggal 01 Desember 2017, Kode: Ob-01-RA-1/12/2017 dan
Observasi tanggal 18 Desember 2017, Kode : Ob-12-GASA-18/12/2017
213

Maka pengarahan yang terpenting adalah pengarahan para

instruktur yang akan mentransformasikan nilai dan filsafat hidup

kepada seluruh santri di berbagai kegiatan. Dan metode pengarahan

merupakan salah satu metode yang dipakai untuk memahamkan

disiplin dan karakter kepada para santri. Namun demikian,

pengarahan saja tidak cukup, diperlukan pelatihan-pelatihan atau

praktek-praktek lapangan.

3. Penugasan sebagai Upaya Aplikatif untuk Membangun

Kesadaran Disiplin dan Karaker

Di Pondok Modern Darussalam Gontor 9, untuk membangun

kesadaran disiplin dan karakter santri, tidak cukup dengan

pengarahan-pengarahan, sebagaimana dijelaskan diatas, tapi lebih

penting dari itu adalah penugasan, dengannya santri akan

memperoleh pelatihan dan praktek secara langsung akan makna,

hikmah, dan filosofis disiplin dan karakter yang tengah dibangun.

Pola penugasan ini identik dengan konsep ”learning by doing”

belajar sambil melakukan. Dengan penugasan, seseorang akan


214

terlibat secara langsung dengan kegiatan-kegiatan yang menjadi

sarana pendidikan.

Keterlibatan dalam dinamika pondok inilah merupakan sarana

yang paling efektif untuk memahami, menghayati hakekat disiplin

dan karakter dan lebih jauh lagi akan mampu mencerna visi dan misi

pondok, jiwa dan filsafatnya. Dalam waktu yang singkat, memang

seorang santri atau guru, belum bisa tersentuh dan terbuka dirinya

dengan pemahaman yang benar, tetapi bersamaan dengan waktu dia

mengerjakan tugas, dia akan bisa memahaminya, kalau tidak di

dalam pondok ini, kelak ketika sudah berjuang di masyarakat, dia

akan tersadar, betapa kehidupan yang dilaluinya begitu berharga dan

bermakna. Karena pada hakekatnya apapun yang dilakuksan santri

dari tugas-tugas yang diberikan kepadannya, manfaat dan

keuntungannya akan kembali kepada mereka. Berikut hasil

wawancara kami dengan santri senior yang menjadi pengurus di

asrama:

“Pengarahan itu harus saya lakukan karena santri-santri yang


ada di bawah tanggung jawab saya di asrama masih sangat belia.
Terkadang mereka belum memahami tujuan dari setiap kegiatan dan
tugas yang mereka lakukan. Bahkan mungkin sebagian mereka merasa
kegiatan tersebut tidak penting. Oleh karena itu, sebelum mengerjakan
sebuah tugas, perlu memahamkan kepada mereka apa tujuan dari
215

tugas yang diberikan tersebut. Saya selalu menyampaikan kepada


mereka bahwa tugas apapun yang diberikan di pondok, itu manfaatnya
akan kembali kepada diri kita. Ketika kita diberi tugas untuk menjadi
piket malam misalnya, maka kita akan terlatih untuk menjadi santri
yang bertanggung jawab, peduli terhadap sesama, mau berkorban, dan
menjadi orang yang ikhlas untuk berbuat suatu kebaikan.”161

Lebih lanjut, wawancara kami dengan pengurus yang lain:

“Di pondok ini, selain belajar di kelas, saya mendapatkan kewajiban


untuk melaksanakan berbagai macam tugas yang diberikan. Di
asrama, saya bertanggung jawab dalam memenej/mengatur anggota
sebaik-baiknya. Saya juga harus menjadikan asrama tempat yang
nyaman bagi para santri. Kebersihan dan kerapian segala sarana dan
prasarana ada di bawah tanggung jawab saya sebagai pengurus
asrama. Dan untuk melaksanakan itu semua, tidak ada sama sekali
imbalan materi dari pondok. Saya ikhlas melaksanakan semua itu
karena saya sadar itu semua untuk pendidikan. Apapun tugas yang
diberikan pimpinan pondok ke saya, manfaatnya akan kembali ke saya
sendiri. Dengan menjadi pengurus asrama, saya jadi tahu bagaimana
cara menjalankan organisasi dengan baik, bagaimana memahami
orang lain, bagaimana mendidik adik-adik kelas, dan lain
sebagainya”162

Seperti diungkap sebelumnya, bahwa penugasan merupakan sarana

pendidikan yang sangat efektif. Dengannya, santri akan terlatih,

terkendali dan termotivasi. Maka Pondok Modern Darussalam Gontor 9

Gontor dengan sekian banyak ragam dan volume kegiatan yang tinggi

161
Wawancara dengan Pengurus Asrama Aligarh, tanggal 25 November 2017,
Kode: W-S-AW-01-25/11/2017
162
Wawancara dengan Pengurus Asrama Shanggit, tanggal 25 November
2017, Kode : W-S-ZA-02-25/11/2017
216

akan memberikan peluang dan ruang yang cukup luas bagi seluruh

santri dalam mengapresiasikan potensi dirinya. Dengan dinamika yang

tinggi, santri akan nampak lebih bergairah dan bersemangat, hal ini

nampak terpancar pada wajah, sikap dan prilaku santri. Santri Gontor

dikenal sebagai santri yang dinamis, karena memang tata kehidupan di

dalamnya memiliki dinamika yang sangat tinggi dengan kegiatan yang

begitu banyak dan disiplin yang tinggi serta diberi muatan jiwa dan

filsafat hidup yang tinggi pula.

Penugasan adalah proses penguatan dan pengembangan diri, maka

siapa yang banyak mendapatkan tugas atau melibatkan diri untuk

berperan dan menfungsikan dirinya dalam berbagai kegiatan dan tugas,

maka dialah yang akan kuat dan trampil dalam menyelesaikan berbagai

problema hidup.

b. Pelaksanaan Disiplin Pondok Dalam Rangka Pengembangan

Karakter di Pondok Modern Darussalam Gontor 9

1. Sistem Asrama dan Totalitas Kehidupan Santri dalam

Kampus163

163
Wawancara dengan Staff Pengasuhan Santri, tanggal 17 November 2017,
Kode :W-G-AF-01/17/11/2017
217

Dalam banyak literarur dijelaskan bahwa keberhasilan

pendidikan sangat tergantung pada tiga pusat pendidikan, yakni;

pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan

masyarakat, yang kemudian dikenal dengan istilah tri-pusat

pendidikan. Di Pondok Modern Darussalam Gontor 9, tri-pusat

pendidikan ini terintegrasi menjadi satu kesatuan yang tidak

terpisahkan164, karena para santri tinggal di asrama dalam kampus

pondok pesantren selama 24 jam penuh. Asrama merupakan ciri

penting pendidikan pesantren. Bahkan pesantren itu disebut

demikian karena asramanya. Dengan hidup di asrama

dimungkinkan penyelenggaraan pendidikan secara total dan utuh.

”Dengan system asrama ini, pengontrolan disiplin akan lebih


mudah dilakukan, di masing-masing kamar ada 2 atau 3
pengurus kamar yang tugasnya mengawasi dan membimbing
anggota kamar, dan kemudian berjenjang ditingkat asrama,
yang juga ada pengurus yang membimbing mekanisme
kehidupan di asrama, yang nantinya akan dikontrol langsung
oleh pengurus OPPM (organisasi pengurus Pondok Modern)
dan pengurus OPPM akan langsung dibimbing oleh musyrif
(syekh rayon) dari bapak guru yang bertanggung jawab secara
penuh dan melaporkan kepada bapak pengasuh”165

164
Wawancara dengan staf pengasuhan santri, tanggal 20 November 2017,
Kode: W-G-MKH-0120/11/2017
165
Wawancara dengan staf pengasuhan santri, tanggal 20 November2017,
Kode: W-G-MKH-0120/11/2017
218

Secara umum pondok atau pesantren bisa didefinisikan

sebagai “lembaga pendidikan Islam, dengan sistem asrama, kyai

sebagai sentral figurnya, dan masjid sebagai titik pusat yang

menjiwainya.”166 Definisi ini menunjukkan bahwa inti dari dunia

pesantren adalah pendidikannya. Pendidikan di pesantren yang

berlangsung 24 jam dalam lingkungan asrama semacam itu tentu

saja mencakup suatu bidang yang sangat luas, meliputi aspek-

aspek spiritual, intelektual, moral-emosional, sosial, dan termasuk

juga aspek pendidikan fisik

Totalitas kehidupan santri di dalam kampus pondok bersama-

sama dengan kiyai/pengasuh dan guru-guru merupakan media yang

sangat signifikan untuk menciptakan masyarakat belajar (learning

society) untuk menanamkan nilai-nilai kedisiplinan dan karakter.

Dengan sistem arama ini, santri lebih mudah dibina dan dididik

tidak hanya sisi akademiknya tapi juga spiritualitas dan mentalitas

mereka.

Dengan sistem asrama, Pondok Modern Darussalam Gontor 9

seakan tengah membuat sebuah masyarakat mini yang terdiri dari

santri, guru, dan pengasuh/kyai. Ini adalah sebuah masyarakat kecil


166
Dokumen Pondok Modern Darussalam Gontor 9
219

(a mini society) yang sesungguhnya. Dalam tradisi pesantren para

santri merupakan subjek dari proses pendidikan, mereka mengatur

kehidupan mereka sendiri (self government) melalui berbagai

aktifitas, kreatifitas, dan interaksi sosial yang sangat penting

artinya bagi pendidikan mereka. Dengan sistem asrama ini,

totalitas kehidupan santri adalah untuk pendidikan mereka.

Terlebih dalam penanaman disiplin dan karakter, penciptaan

lingkungan yang kondusif seperti dalam kehidupan kampus

pondok, dalam kehidupan asrama mutlak diperlukan.

Penanaman disiplin, serta pendidikan karakter dan watak di

Gontor dilaksanakan melalui lingkungan, jiwa dan filsafat

hidup, ajaran-ajaran, kegiatan-kegiatan, dan disiplin.

Lingkungan yang diciptakan harus dimasuki jiwa dan filsafat

hidup pondok, ajaran-ajaran. Sementara itu, kegiatan-kegiatan

yang dilakukan harus dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan.

Lingkungan sebagaimana yang disampaikan pengasuh/kiyai

diatas, kiranya tidak mungkin bisa diciptakan kecuali dengan

sistem asrama, dimana santri tinggal selama 24 jam penuh.

Maka untuk itu sarana dan prasarana dalam kampus harus


220

dilengkapi guna menunjang penciptaan lingkungan yang

kondusif untuk pendidikan. Sebagaimana observasi penulis

selama masa penelitian, kelengkapan sarana dan prasarana guna

menunjang kehidupan santri di dalam kampus pesantren

menjadi perhatian serius kyai/pengasuh. Sarana-sarana vital

untuk lingkungn pendidikan disiplin dan karakter telah tersedia

di Pondok ini, sarana sekolah; kantor dan kelas-kelas,

perpustakaan, aula. sarana pembinaan mental spiritual; masjid

yang cukup luas, sarana olahraga, sarana kehidupan diasrama;

kamar mandi, tempat jemuran dan lain lain, juga sarana

konsumsi; dapur umum, kantin, bahkan sarana kebutuhan santri

berupa mini market. Semua kelengkapan sarana-sarana diatas

adalah untuk mendukung proses pendidikan di pondok yang

lebih mementingkan pendidikan daripada pengajaran.

Pendidikan pesantren lebih mengutamakan pembentukan mental

karakter yang didasarkan pada jiwa, falsafah hidup, dan nilai-

nilai pesantren. Adapun pengetahuan yang diajarkan adalah

sebagai tambahan dan kelengkapan.


221

2. Fakor Pendukung Pelaksanaan Disiplin dalam Rangka

Pengembangan Karakter

Sebagai lembaga pendidikan pesantren, Pondok Modern

Darussalam Gontor 9 sengaja dibentuk untuk menjadi tempat

berlatih hidup yang ideal, yaitu kehidupan calon-calon kader

pemimpin umat, semua tata kehidupan didalamnya harus

bermuatan pendidikan, segala kegiatan dijalankan dengan

disiplin untuk membentuk karakter santri-santrinya, sehingga

apa yang dilihat, didengar, dikerjakan dan dirasakan sengaja

ditata dan didesign untuk mendidik. Menurut hemat kami,

lembaga ini berbeda dengan kebanyakan lembaga pendidikan

lainnya. Nilai dan sistem yang diterapkannya pun memiliki ciri

khusus yakni dilaksanakan dengan disiplin yang tinggi.

Keberadaan dan kebersamaan kyai/pengasuh, guru-guru,

dan santri bahkan karyawan tetap didalam satu kampus

kiranya sangat berpengaruh kepada proses pendidikan yang

ada di Pondok, mengingat program pendidikan Pondok

Modern Darussalam Gontor 9 merupakan perpaduan dari tiga

unsur, yaitu intra-kurikuler, ko-kurikuler, dan ekstra-


222

kurikuler167. Ketiganya diterapkan secara integral dan

tersinergis dalam kehidupan santri selama 24 jam. Semua

aktivitas santri mulai bangun pagi hingga tidur kembali adalah

bagian dari kurikulum, yang dalam dunia pendidikan disebut

dengan hidden curriculum. Belajar, menyapu, mandi, olah

raga, ibadah, dan sebagainya merupakan bagian dari

kurikulum. Untuk itu perlu adanya kontrol dan pengawalan

dari stakeholder yang tinggal bersama-sama dalam satu

kampus. Hal inilah diantara yang mendorong pelaksanaan

disiplin dalam pengembangan karakter santri di pondok.

“Intergrasi tri-pusat pendidikan ada dalam pondok;


pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan learning society;
pendidikan masyarakat. Sehingga semua stackholder terlibat
secara menyeluruh pada pelaksanaan disiplin ini. Mulai dari
pengasuh sampai pada tataran terendah dalam kehidupan
pondok yakni pengurus kamar bahkan juga para karyawan
pondok. Semuanya harus punya mindset yang sama tentang
disiplin”168

Di dalam mendidik santri, Pondok Modern Darussalam

Gontor 9 bukan hanya mengasah kecerdasan intelektual

semata, tetapi mencakup kecerdasan mental dan spiritual yang


167
Dokumen Pondok Modern Darussalam Gontor 9
168
Wawancara dengan Pengasuh Pondok, tanggal 3 November 2017, Kode :
W-P-SJ-01-03/11/2017
223

seluruhnya menuju pada kecerdasan hidup dengan life skill

yang tinggi, dan penerapannya adalah dengan penguatan

kedisiplinan.

Komponen Intra-kurikuler meliputi dirasah arabiyah,

dirasah islamiyah, keguruan, bahasa Inggris, ilmu pasti, ilmu

pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan

kewarganegaraan. Pondok Gontor tidak mengenal dikotomi

dan sekularisasi ilmu pengetahuan, sehingga komposisi

kurikulumnya memuat 100% ilmu agama dan 100% ilmu

umum.

Ko-kurikuler yang diberikan kepada santri meliputi Ibadah

Amaliyah sehari-hari, Ekstensive Learning melalui belajar muwajjah

(tutorial), fathul kutub (kajian kitab turats islamy), pembinaan

bahasa, latihan pidato atau diskusi dalam tiga bahasa, jurnalistik, dan

lain-lain. Santri juga dibekali kemampuan mengajar, penanaman

etika dan sopan santun, serta aktivitas dakwah kemasyarakatan.

Ekstra-kurikuler diberikan di luar jam pejalaran meliputi

latihan dan praktek berorganisasi untuk mengasah kemampuan

leadership, administrasi, dan menejemen. Selain itu, santri juga


224

diberi pelbagai latihan dan kursus, seperti kepramukaan,

keterampilan, kesenian, kesehatan, berpidato, diskusi, perpustakaan,

olah raga, koperasi, kewirausahaan, dan lingkungan. Kegiatan-

kegiatan yang begitu padat dilaksanakan di Pondok adalah salah satu

cara untuk menjaga lingkungan pondok tetap kondusif sebagai

tempat pendidikan kedisiplinan dan pembentukan karakter.

Selain keberadaan kyai/pengasuh dan seluruh stakeholder

bersama-sama santri dalam pendidikan kehidupan di Pondok, hal

lain yang ikut mendorong terciptanya disiplin adalah sikap mental

dan idealisme kyai/pengasuh dalam memimpin, yang akan

meningkatkan rasa tanggung jawab, hal ini punya pengaruh yang

sangat kuat terhadap pelaksanaan disiplin. Karena lemahnya disiplin

pasti akan mengakibatkan timbulnya masalah dan keadaan yang

tidak baik, yang bisa berimbas kepada kehidupan seluruh penghuni

pondok tidak terkecuali kyai/pengasuh itu sendiri.

Idealisme kyai/pengasuh dalam memimpin menjadi menjadi

motor penggerak bagi terwujudnya faktor-faktor pendorong lain

terhadap pelaksanaan disiplin dalam pengembangan karakter santri,

diantaranya adalah; adanya cita-cita untuk berprestasi dalam


225

beribadah lillah juga analisa terhadap pengalaman-pengalaman yang

sudah terjadi, yang akan menjadi “guru” untuk penegakan disiplin

yang lebih intensif. Untuk itulah perlu peningkatan control dan

evaluasi dari setiap kegiatan yang dilaksanakan.

Dan tak kalah penting dari yang diuraikan diatas dalam

pelaksanaan disiplin adalah tersedianya sarana prasarana yang cukup

memadai. Karena keberlangsungan kehidupan yang teratur dalam

pondok pesantren yang menerapkan sistem asrama adalah

tercukupinya kebutuhan santri dalam kampus, tanpa harus

mengandalkan pihak luar.

3. Faktor Penghambat Pelaksanaan Disiplin dalam Rangka

Pengembangan Karakter

Adanya jiwa, ajaran, filsafat hidup pesantren dan kegiatan

tidak menjamin keberhasilan. Semua itu harus ditata dengan baik.

Untuk menata dengan baik harus ada disiplin. Disiplin ini tidak

hanya dalam berkegiatan, lebih penting lagi ialah disiplin dalam pola

pikir, sikap, dan tingkah laku. Lembaga atau gerakan apapun yang

mempunyai disiplin yang tegas dan tinggi lebih berpeluang untuk


226

berhasil. Gerakan ikhwanul muslimin misalnya, merupakan sebuah

gerakan yang memiliki ajaran dan sangat memperhatikan disiplin

sehingga bisa menghasilkan tokoh-tokoh besar. Lebih lanjut, KH.

Hasan Abdullah sahal, Pimpinan Pondok Modern Darussalam

Gontor, pernah mengatakan: ”Tidak akan ada kemajuan tanpa

disiplin, dan tidak ada kedisiplinan tanpa ada keteladanan” 169.

Disiplin seakan menjadi kata kunci untuk keberhasilan dan

kesuksesan. Karenanya, ha-hal yang kiranya bisa menghambat

jalannya proses disiplin harus diminimalisir sedemikian rupa.

Diantara hal-hal yang menjadi penghambat pelaksanaan

disiplin dalam rangka pengembangan karakter santri di pondok ini

adalah:

a. Pemahaman yang salah terhadap disiplin, belum terbiasa

dengan disiplin.

Faktor ini sangat riskan dalam penerapan disiplin, karena dari

pemahaman salah akan mengakibatkan perilaku yang salah

pula. Fasilitis yang kurang memadai.

169
Hasan Abdullah Sahal, 300 Ide dan Kutipan inspiratif, Penerbit
Darussalam Press, Cetakan I, Ponorogo:2016, Hal : 183
227

Pembangunan sarana prasarana dan kelengkapan fasilitas yang

ada dalam kampus pesantren akan mampu mendorong

terciptanya kehidupan yang harmonis dan kondusif untuk

pelaksanaan disiplin dalam rangka pengembangan karakter

santri, namun sebaliknya kurangnya fasilitas juga bisa

menyebabkan kendornya disiplin. Hal ini akan menjadi

penghambat pelaksanaan disiplin. Sebagai contoh, santri

dituntut berdisiplin datang tepat waktu ke masjid untuk

melaksanakan sholat berjama’ah, manakalah fasilitas wudhu’

kurang memadai, hal ini mengakibatkan banyak santri yang

antri dalam mengambil air wudhu’ dan pada akhirnya banyak

pula santri yang terlambat, sehingga mengurangi kwalitas

disiplin yang diharapkan.

b. Faktor personal, terutama dari kyai/pengasuh sebagai top-

leader.

Seluruh penghuni pondok pesantren harus mampu menjadi agen

penegak disiplin, mampu menjadi contoh dalam pelaksanaan

disiplin, baik dari yang pucuk pimpinan, dalam hal ini

kyai/pengasuh hingga guru-guru maupun pengurus ditingkat


228

yang paling bawah yakni; pengurus kamar di asrama. Secara

personal, harus sama-sama memahami dan menyadari manfaat

dan pentingnya disiplin, untuk itu secara personal harus selalu

belajar, berlatih untuk menjiwai disiplin sehingga

terinternalisasi dalam diri dan perilaku.

Menurut observasi penulis, secara personal, masih ada santri

yang kurang memahami makna disiplin, terutama santri baru.

Hal ini bisa menjadi penyebab terhambatnya disiplin bagi yang

lain, karena mereka sama-sama berinteraksi dalam satu kampus.

Juga kami dapati guru yang kurang taat kepada disiplin, karena

faktor tugas mereka di luar kampus pondok.170

c. Kurangnya koordinasi antar satu bagian dengan bagian yang

lain

Totalitas kehidupan santri dengan program-program kegiatan

yang banyak itu bisa teratur berjalan karena dikendalikan oleh

organisasi-organisasi. Di pondok ini, banyak sekali organisasi

yang dibentuk, sebagaimana penjelasan pengasuh/kyai pondok;

“Dalam pelaksanaannya, program-program dan


kegiatan pondok yang sangat banyak dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil. Artinya, saya sengaja
170
Observasi tanggal 04 Desember 2017, Kode: Ob-03-KBB-04/12/2017
229

mendesain dan membentuk organisasi-organisasi yang


sangat banyak, dengan tujuan agar seluruh santri dan
guru terlibat di dalamnya. Harus ada kerjasama antara
satu bagian dengan bagian lainnya. Dalam
kepengasuhan santri misalnya, ada organisasi
pengasuhan santri, Organisasi Pelajar Pondok Modern
(OPPM) yang membawahi banyak organisasi santri
lainnya yang lingkupnya lebih kecil, organisasi asrama,
pramuka, dsb, yang dituntut untuk saling bersinergi.
Seluruh minat dan bakat santri disalurkan melalui
medianya masing-masing yang selalu dibimbing
langsung oleh para guru. Dengan memberi kesempatan
yang luas kepada guru dan santri untuk aktif
berorganisasi, akan membentuk group feeling-group
feeling, paguyuban di antara mereka. Akibatnya,
kehidupan pondok akan berjalan dengan sangat
dinamis.”

Karena banyaknya organisasi yang dibentuk di Pondok

ini, maka perlu adanya koordinasi antar satu organisasi dengan

organisasi yang lain. Karena lemahnya koordinasi akan menjadi

penghambat pelaksanaan disiplin.

d. Tanggung jawab yang lemah dari masing-masing stakeholder

Dalam konsep kepemimpinan di Pondok Modern Darussalam

Gontor 9, seluruh stakeholder yang terlibat dalam pendidikan di

kampus pesantren harus menyatukan dirinya dengan jiwa dan

filsafat, idealisme dan orientasi pondok, sehingga mereka benar-

benar bisa bertanggungjawab terhadap maju mundur pondok


230

ini. Masing-masing harus memiliki idealisme dan cita-cita yang

sama dengan idealisme pondok. Untuk itu perlu memahami dan

menjiwai nilai-nilai pondok, mengembangkan system dan

menegakkan disiplin dengan sungguh-sungguh. Semakin

banyak menyentuhkan tangannya, menguatkan jiwanya dan

mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik, maka semakin

banyaklah dia mendapatkan kemanfaatan dan keberkahan dari

pondok ini. Karena pada hakekatnya tugas-tugas yang

diembannya adalah bagian dari proses pendidikan yang akan

mendidik dan mendewasakan mereka. Dan banyaknya kegiatan

serta tugas-tugas yang ada dalam berbagai organisasi yang ada

di pondok ini adalah bagaian dari proses pendidikan tanggung

jawab.

c. Pondok Modern Darussalam Gontor memfokuskan

Pendidikannya dalam Pengembangan Karakter

1. Karakter yang Menonjol di Pondok Modern

Darussalam Gontor 9
231

Pondok Modern Darussalam Gontor 9 sebagai salah salah

satu lembaga pendidikan pesantren yang sangat konsen kepada

pembangunan karakter santri-santrinya, hal ini ditandai dengan

suasana kehidupan kampus yang dinamis dengan banyaknya

kegiatan yang terpola dan teratur, dijalankan dengan

kedisiplinan yang tinggi, diawasi dan dikontrol oleh para

musyrif. Dan semua kegiatan yang ada harus berlandaskan

pada nilai-nilai luhur pesantren, jiwa dan filsafatnya. Nilai-

nilai ini menjadi jiwa dan ruh yang menjadikan sebuah

lembaga pendidikan dapat tetap eksis dan survive. Seluruh

gerak dan dinamika hidup di dalamnya dijiwai, didasari,

diwarnai, dan dipengaruhi oleh nilai-nilai ini. Dalam

pengalaman Pondok Modern Gontor 9 secara khusus dan

pondok pesantren pada umumnya, nilai-nilai itu terangkum

dalam ajaran-ajaran dasar yang disebut Panca Jiwa, Moto,

Orientasi, dan Falsafah Hidup.

Menurut Hakam Ar-Rosyada, wakil direktur KMI di

Pondok Modern Darussalam Gontor 9, bahwa pendidikan di

pondok ini berorientasi pada tiga hal, yakni: Keislaman


232

(keagamaan), keilmuan dan kemasyarakatan. Sehingga seluruh

totalitas gerak dan kegiatan santri senantiasa diarahkan kepada

orientasi tersebut. Lebih lanjut, pengasuh pondok mengatakan:

”Salah satu orientasi pendidikan di Gontor adalah


kemasyarakatan. Maka, kita mendidik santri agar memiliki
mental, karakter, akhlak, sehingga bisa mengabdi di
masyarakat. Artinya, apapun profesi alumni Gontor nanti, ia
tetap mau mengabdikan diri di masyarakat, mengembangkan
masyarakat, dan kalau perlu, menjadi pemimpin di
masyarakatnya”

Secara garis besar berbagai kegiatan pendidikan di

Pondok Modern Darussalam Gontor 9, dapat dikelompokkan

menjadi tiga, sebagaimana yang disampaikan oleh wakil

direktur KMI, yaitu; keagamaan/keislaman, keilmuan, dan

kemasyarakatan.

1. Kegamaan/keislaman

Kegiatan ini meliputi semua aktivitas ibadah ritual

penghuni pesantren baik yang wajib maupun sunnah; mulai

dari salat, puasa, zakat, infak, sedekah, haji, membaca al-

Qur’an, wirid dan zikir, dan lain-lain. Kegiatan keruhanian ini

bertujuan untuk menanamkan aqidah dan keimanan, cinta


233

ibadah, dan berahkhlak karimah. Dari penanaman ketiganya

secara benar akan melahirkan sikap-sikap yang positif bagi

pembentukan karakter santri, diantaranya ialah ketakwaan,

keikhlasan, ketaatan, kejujuran, amanah, keadilan, berdisiplin,

tanggungjawab, pengorbanan, dan kepedulian.

1. Keilmuan

Keilmuan merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan

di pondok pesantren. Kegiatan keilmuan itu meliputi

pembelajaran formal di kelas pada waktu pagi dan sore. Dalam

pembelajaran rutin di kelas harian terdapat kegiatan

mingguan, bulanan, tengah tahunan, dan tahunan seperti

pemanfaatan laboratorium, fath al-kutub, kasyf al-mu’jam,

ujian tengah semester dan akhir semester, cerdas cermat, dll.

Sedangkan kegiatan keilmuan nonformal dan informal adalah

seperti belajar malam terstruktur; kegiatan tulis menulis,

seminar, diskusi, kajian kelompok; bimbingan wali kelas,

guru, dan pembimbing konsulat, dll. Kegiatan keilmuan

lainnya adalah pengembangan bahasa Arab dan Inggris baik

yang dilakukan di dalam maupun di luar jam pelajaran. Contoh


234

untuk yang terakhir ini ialah adanya kursus dan bimbingan di

klub-klub bahasa; latihan pidato bahasa Arab dan Inggris;

lomba drama dan debat dengan menggunakan dua bahasa

(arab dan inggris); kegiatan muhadatsah/conversation, majalah

dinding, laboratorium bahasa, dll.

Kegiatan ini sangat penting perannya dalam pembentukan

karakter dan kepribadian santri. Bermula dari mengetahui dan

memahami sesuatu seseorang itu bisa merasakan, menghayati,

dan mencintainya untuk kemudian mengamalkannya secara

nyata. Di Pondok pesantren, ilmu tidak dituntut untuk dirinya

sendiri, tetapi dijadikan landasan bagi keimanan, ibadah dan

semua amal perbuatan. Di sini kedudukan ilmu itu menjadi

sangat sentral dalam pembentukan karakter peserta didik.

Kegiatan keilmuan ini bisa saja dilaksanakan secara formal

ataupun nonformal.

3. Kemasyarakatan

Pesantren dengan asramanya merupakan miniatur

kehidupan masyarakat. Di dalamnya para anggota masyarakat

yang terdiri dari kyai, guru, dan santri itu saling berinteraksi.
235

Mendidik, membina, mengelola, dan mengatur pesantren

berarti pula melakukan semua kegiatan itu untuk masyarakat

di dalamnya. ”harapanya kedepan, para santri setelah tamat

dari pondok ini, mereka mampu terjun ke masyarakat untuk

menjadi “mundzirul qoum” berangkat dari orientasi inilah,

pondok mengembangkan karaker-karakter yang akan mereka

jadikan bekal untuk hidup di masyarakat171”. Untuk

kepentingan lebih teknis, kegiatan pendidikan kemasyarakatan

di sini dipahami sebagai kegiatan-kegiatan di luar sekolah

yang diselenggarakan oleh pesantren. Dalam konteks Pondok

Modern Darussalam Gontor 9, kegiatan kemasyarakatan itu

meliputi kegiatan berorganisasi, olahraga, seni dan budaya,

ketrampilan, pramuka, ekonomi, dan pembinaan masyarakat di

luar pesantren. Melalui kegiatan-kegiatan itu diharapkan dapat

ditanamkan nilai-nilai dan ketrampilan dalam diri peserta didik

dan ini adalah bagian integral dari pendidikan karakter santri.

”Melalui pendidikan seperti di atas diharapkan


Pondok Modern Darussalam Gontor dapat melahirkan
para alumni yang memiliki kesadaran beragama,
berkarakter, berilmu, dan berketrampilan. Kesadaran
171
Wawancara dengan Guru KMI, tanggal 19 November 2017, Kode: W-G-
Sr-02-19/11/2017
236

beragama mereka akan tercermin dalam diri yang


beriman, bertakwa, ikhlas, tawakkal, taat, jujur, amanah,
dan adil. Sementara karakter unggul mereka tercermin
dalam kepribadian yang pekerja keras,
bertanggungjawab, toleran, santun, sportif, berdisiplin,
toleran, peduli, mandiri, amanah, jujur, tanggungjawab,
pandai bekerjasama, memecahkan masalah,
mengendalikan diri, berinteraksi sosial, komunikatif,
tekun, teliti, cermat, pantang menyerah, percaya diri, dll.
Sedangkan dalam aspek keilmuan, mereka menjadi
manusia yang cinta ilmu, gemar belajar, cerdas, kreatif,
inovatif, berinisiatif, berinovasi, berpikir logis dan
sistematis. Di samping semua itu, mereka juga memiliki
ketrampilan hidup yang memungkin mereka dapat
menjalani kehidupan di masyrakat dengan baik”172

Staff Pengasuhan santri sebagai lembaga yang menjadi

ujung tombak pendidikan di Pondok Modern Darussalam

Gontor 9, sebagai staff pembantu kyai/pengasuh yang

bersentuhan langsung dengan santri dalam berbagai kegiatan

menyadari sepenuhnya bahwa segala aktivitas yang dilakukan

santri harus mengarah kepada pengembangan karakter mereka.

Salah satu pengurus asrama di gedung Aligarh yang

bertugas membina dan mengelola kehidupan santri di asrama,

172
Abdullah Syukri Zarkasyi, Mencari Model Baru Pendidikan Agama dalam
Mengatasi Masalah Sosial Generasi Muda, (makalah disampaikan pada dialog
Indonesia-Rusia tentang “Membangun Kehidupan yang Harmoni dalam
Keragaman” at Kazan, 6 Jun 2011 and at St. Petersburg) Tanggal 8 Jun 2011, hal :
18
237

yang sempat kami wawancarai lebih menekankan lagi apa

yang sudah disampaikan staff pengasuhan santri diatas, dengan

mengatakan:

“Semua yang dilakukan santri di asrama itu pada


hakekatnya ditujukan untuk membentuk karakternya.
Dari bangun tidur, membersihkan kamar dan
lingkungannya, mengantri untuk wudhu dan mandi,
shalat berjama’ah di asrama, olahraga, dan
sebagainya, semuanya disetting untuk menanamkan
karakter ikhlas, relijius, bertanggung jawab, mandiri,
percaya diri, dan berdisiplin”173

Juga pengurus asrama di gedung syanggit, mengatakan:

“Kegiatan sehari-hari dalam kehidupan mereka di


asrama, semuanya ditujukan untuk membentuk karakter
santri. Misalnya, shalat berjama’ah tepat waktu,
berlatih menjadi imam, muadzin, ini untuk membentuk
watak eligious sekaligus disiplin. Kegiatan lari pagi
bersama untuk memupuk rasa kebersamaan, dan
menjaga kesehatan. Mereka juga diberi tugas unutk
menjadi pengurus masing-masing kamar untuk melatih
berorganisasi dan bertanggung jawab.”174

b. Strategi Pengembangan Karakter di Pondok Modern

Darussalam Gontor 9

173
Wawancara dengan Pengurus Asrama Alighart, tanggal : 25 November
2017, Kode : W-S-AW-01-25/11/2017
174
Wawancara dengan Pengurus Asrama Shanggit, tanggal : 25 November
2017, Kode : W-S-ZA-02-25/11/2017
238

Pengembangan karakter mendapat perhatian yang serius

dari seluruh proses pendidikan yang dijalankan di Pondok

Modern Darussalam Gontor 9. Karena pondok pesantren

adalah sebuah lembaga pendidikan yang mengajarkan

kehidupan yang islami, dimana akhlaq atau karakter sebagai

penentu kwalitas kehidupan itu, sebagaimana tujuan risalah

kenabian Muhammad SAW adalah untuk memberbaiki dan

menyempurnakan akhlaq/karakter yang mulia. Menurut hasil

penelitan kami, baik secara observasi maupun dengan

wawancara kepada stakeholder yang ada di Pondok ini, ada

beberapa strategi yang dijalankan dalam upaya

mengembangkan karakter santri, diantaranya adalah; pertama:

penciptaan lingkungan/miliu yang baik. Dengan sistem asrama

yang dijalankan di Pondok Modern Darussalam Gontor 9,

seluruh penghuni pondok, dari kyai/pengasuh, guru-guru dan

santri bersama-sama tinggal didalam lingkungan yang sengaja

disetting untuk tujuan pendidikan, Karena itu lingkungan

Pondok Moddern Darussalam Gontor 9 dikondisikan agar

benar-benar menjadi lingkungan pendidikan. Sehingga “segala


239

gerak-gerik kita dan perbuatan kita, bukan asal berbuat, asal

berdiri, asal berjalan, asal maju, bukan.” Semua itu diarahkan

untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebab “segala yang

dilihat, didengarkan, dirasakan, dan dialami oleh santri

adalah untuk pendidikan.”

Selain sebagai tempat yang ideal untuk mengembangkan

karaker, lingkungan pesantren juga tempat untuk mendapatkan

pengalaman hidup secara emosional, karena adanya interaksi

aktif antar penghuni pesantren. sebagaimana yang

disampaikan oleh pengasuh pondok, berikut ini:

“Ketika santri berinteraksi dengan santri lainnya,


gurunya, dan kyainya dalam sebuah kampus, maka
mereka mendapatkan pengalaman emosional di
dalamnya. Mereka belajar dari lingkungannya. Karena
lingkungan itu sangat mempengaruhi dalam proses
pembentukan karakter santri, maka lingkungan harus
didesain sebaik mungkin agar ia tidak jauh dari nilai-
nilai pondok, jiwa dan filsafat hidup yang dianut, serta
visi, misi, dan tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan.
Keikhlasan misalnya, kyai, guru, dan santri dilatih
untuk mejiwai nilainya”

Kedua:Kegiatan-kegiatan yang terprogram dan terkawal.

Selain strategi dengan penciptaan lingkungan yang baik, dalam

rangka pengembangan karakter santri, Pondok Modern


240

Darussalam Gontor 9 juga menggunakan kegiatan-kegiatan

sebagai strateginya. Kegiatan ini meliputi seluruh aktivitas

santri dari mulai mereka bangun tidur hingga tidur kembali,

semuanya terprogram dengan teratur; ada kegiatan harian,

mingguan, bulanan, tiap semesteran dan juga kegiatan

tahunan. Kegiatan-kegiatan ini selalu dijalankan dengan

berlandaskan nilai-nilai pondok, sunnah dan filsafatnya.

Sehingga tidak hanya asal dijalankan tapi bermuatan

pendidikan. “Harapannya, segala kegiatan yang dilakukan

santri tidak hanya menghasilkan nilai (result/mark) tapi lebih

dari itu mampu menghasilkan nilai (value) yang berupa

mentalitas; karakter”. Dalam kaitan kegiatan yang selalu

didasarkan pada nilai kepasantrenan.

Ketiga; Disiplin yang ketat. Strategi ini sudah panjang lebar

kita jelaskan di sub bab sebelumnya, namun lebih tegas lagi,

staff pengasuhan santri menjelaskan dalam wawancara kami:

”Semua kegiatan yang dilakukan santri selama


perputaran waktu 1 x 24 jam, selalu dilaksanakan
dengan penuh kedisiplinan.Terdapat aturan jelas untuk
setiap aktivitas. Dari bangun tidur hingga tidur lagi,
semua kegiatan harus dijalankan berdasarkan rambu-
rambu yang telah ditetapkan. Misalnya, santri harus
241

bangun tidur jam 4 pagi, membaca al-Qur’an setelah


shalat subuh, menggunakan pakaian resmi ketika masuk
kelas jam 7 pagi, dan seterusnya, semuanya
dilaksanakan dengan disiplin yang ketat. Siapa saja
yang melanggar maka akan dikenakan sanksi.
Sebaliknya, santri yang berdisiplin, akan mendapatkan
penghargaan meskipun bukan berupa materi, tapi
berupa kepercayaan untuk diangkat menjadi pengurus
organisasi dan lain sebagainya.”
Lebih lanjut, pengasuh pondok menyampaikan:

”Penciptaan lingkungan yang dinamis dalam kehidupan


pondok merupakan hal yang luar biasa sebagai satu
akumulasi penanaman filsafat hidup, kegiatan-kegiatan,
sentuhan (pengarahan-pengarahan) dari pada musyrif
dalam dinamika yang terus menerus berjalan dengan
kedisiplinan yang tinggi”

Keempat: pendekatan-pendekatan (approaching). Di Pondok

Modern Darussalam Gontor, strategi pengembangan karakter

ini dijalankan melalui 3 macam, yaitu: pendekatan manusiawi,

pendekatan program dan pendekatan idealisme.175

Pendekatan manusiawi yaitu pendekatan secara fisik dengan

cara memanusiakan santri, bahwa santri adalah calon

pemimpin yang harus disikapi dan dipersiapkan untuk menjadi

pemimpin. Mengapa harus dekat secara fisik? Hal ini menjadi

sangat pentng, karena proses pendidikan karakter bisa

175
Abdullah Syukri Zarkasyi, Bekal untuk Memimpin,… Hal : 40-43
242

dilakukan apabila secara fisik dekat. Bagaimana akan bisa

diketahui pola fikir, sikap dan prilaku santri, bila tidak

bersentuhan langsung.

Dengan sentuhan langsung, seseorang bisa dinilai,

diarahkan dan dievaluasi. Sifat, karakter dan kebiasaan yang

dimiliki hendaknya diketahui dan dimengerti langsung oleh

kyai/pengasuh. Maka hal-hal tersebut bisa diarahkan bila

secara fisik dekat dan mudah dijangkau. Maka dalam hal ini,

kyai/pengasuh sering memanggil guru atau santri ke rumah

beliau dalam upaya pendekatan manusiawi ini. Juga guru-guru

atau wali-wali kelas mengumpulkan santri-santrinya di depan

kamar mereka, selain untuk menjalankan tugas menghapal

pelajaran juga dalam rangka pendekatan manusiawi ini.176

Pendekatan secara fisik saja tidaklah mencukupi, harus

dengan pendekatan program atau tugas. Bagaimanapun

hebatnya pendekatan manusiawi dengan segala kebaikan hati

belumlah cukup. Maka pendekatan tugas atau program justru

akan menjadikan santri lebih memahami makna karakter yang

dididikkan, bertambah pengalaman dan wawasan. Dia akan


176
Observasi Tanggal 14-23 November 2016
243

berhati-hati dan menumbuhkan jiwa kesungguhan dan

militansi. Karena penugasan berarti mendidik untuk

bertanggungjawab dan bisa dipertanggungjawabkan.

Pendidikan adalah penugasan. Dan penugasan, sebenarnya

melatih seseorang bisa menyelesaikan sekian banyak problema

hidup. Dengan banyak tugas, seseorang akan semakin kuat dan

memiliki daya tahan, daya dorong dan juang yang tinggi.

Dua pendekatan diatas, dalam proses pengembangan

karakter di Pondok Modern Darussalam Gontor 9, belumlah

cukup. Karena kedua pendekatan tersebut seringkali hanya

bersifat pragmatis, belum menyentuh tataran isi dan nilai,

filsafat dan ruh kegiatan yang diberikan. Maka haruslah ada

pendekatan idealisme. Pendekatan ini lebih merupakan upaya

memberikan ruh, ajaran, filosofi dibalik penugasan. Seorang

santri hendaknya diberi pengertian bahwa seluruh kegiatan

yang ada di pondok memiliki jiwa dan nilai yang sangat mulia

dan agung. Kemampuan ini, bagi seorang kiyai harus dilatih

dan terus diasah, sehingga santri atau guru mampu menangkap


244

hikmah-hikmah yang indah dan agung dibalik dinamika

kehidupan pondok yang begitu padat.

3. Metode Pengembangan Karakter di Pondok Modern

Darussalam Gontor 9

Dalam wawancara kami dengan kyai/pengasuh pondok

kami mendapatkan bahwa dalam pengembangan karakter santri

di pondok ini menggunakan, paling tidak ada 6 metode yang

selalu dijalankan; pengarahan, penugasan, pelatihan,

pengawalan, pembiasaan dan keteladanan (utswatun hasanah).

“Metode yang digunakan adalah pengarahan,


penugasan, pelatihan, pengawalan, pembiasaan,
uswatun hasanah. Kyai harus menjadi contoh teladan
bagi seluruh warga pondok. Guru harus menjadi uswah
bagi santri-santrinya. Santri senior harus menjadi
uswah bagi santri yang lebih muda. Utswah hasanah
tersebut harus diberikan kepada orang yang kita pimpin
dalam ibadah, kerja kita, kinerja, cara memimpin yang
baik, dan produktivitas kita. Terkait dengan
permasalahan keikhlasan, Kyai juga menjadi contoh
untuk seluruh guru dan santri”.177

177
Wawancara dengan pengasuh, kode : W-P-SJ-07-14/11/201
245

Pengarahan dan penugas sudah kami bahas dalam bab

pelaksanaan disiplin. Keduanya adalah metode yang diterapkan

tidak hanya dalam pelaksanaan disiplin tapi juga dalam

menanamkan karakter santri di Pondok Modern Darussalam

Gontor 9 Lampung. Selain mendapatkan pengarahan dan

penugasan, santri senantiasa medapatkan pelatihan-pelatihan

dalam menjalankan tugasnya, hal ini kami dapatkan dalam

wawancara kami dengan pengurus Organisasi pelajar Pondok

Modern (OPPM);

“Pada awal saya diangkat jadi pengurus organisasi,


ada orientasi manajemen pengurus OPPM yang
dilaksanakan oleh bagian pengasuhan santri. Dalam
acara itu, saya diberi wawasan dan pelatihan
bagaimana cara memenej organisasi dengan baik. Saya
juga mendapatkan pengetahuan lebih dalam lagi
tentang nilai-nilai pondok yang harus selalu
diperhatikan ketika menjalankan tugas sebagai
pengurus OPPM”178

Organisasi-organisasi yang ada di pondok ini pun

merupakan satu bentuk pelatihan. Dalam proses pendidikan

karakter, belumlah cukup hanya dengan pengarahan, pelatihan

dan penugasan. Maka pembiasaan merupakan unsur penting


178
Wawancara dengan pengurus OPPM, Rayhan, tanggal 26 November 2017,
Kode :W-S-RY-04-26/11/2017
246

dalam pengembangan mental dan karakter santri. Pendidikan

adalah pembiasaan. Maka seluruh tata kehidupan di Gontor

seringkali diawali dengan proses pemaksaan. Sebagai misal,

bahwa pada awalnya, sebagian besar santri sulit untuk bisa

mengikuti disiplin pondok, seperti disiplin pergi ke masjid,

mengapa harus diberlakukan dengan absen sebelum berangkat

ke masjid179, apakah ini tidak mengurangi jiwa keikhlasan?. Ya

pada awalnya, tetapi lama kelamaan santri akan terbiasa.

Maka yang diperlukan adalah santri harus terus diarahkan,

difahamkan bahwa disiplin ke masjid adalah disiplin agama

yang dikuatkan oleh disiplin pondok. Bahwa pergi ke masjid

adalah kewajiban yang harus dipertanggungjawabkan kepada

Allah, dan Pondok juga memiliki tanggungjawab untuk

mengajak, mengarahkan bahkan memaksa santri untuk ke

masjid.

Selanjutnya adalah pengawalan, yang dimaksud dengan

pengawalan, adalah seluruh tugas dan kegiatan santri selalu

mendapatkan bimbingan dan pendampingan, sehingga seluruh

apa yang telah diprogramkan mendapatkan kontrol, evaluasi,


179
Observasi tanggal 7 Desember 2017, Kode: Ob-07-MJ-07/12/2017
247

dan langsung bisa diketahui. Pengawalan ini sangat penting

untuk mendidik dan memotivasi, tidak saja bagi santri, tetapi

bagi pengurus, instruktur bahkan kyai juga ikut terdidik, seperti

ungkapan, bahwa guru sebenarnya tidak saja mengajari

muridnya, tetapi dia juga mengajari dirinya sendiri.

Dan terakhir adalah uswah hasanah adalah upaya

memberikan dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain.

Dalam kaitan pendidikan, upaya ini menjadi sangat penting

dalam keberhasilan pendidikan. Rasulullah Muhammad SAW

beserta para sahabatnya berhasil membina umat, karena

kemampuannya menjadi suri tauladan bagi umatnya. Maka

proses pengembangan karakter yang dijalankan oleh Pondok

Modern Darussalam Gontor 9 sebenarnya adalah proses utswah

hasanah yang selalu diberikan oleh pengasuh/kyai dan guru,

bahkan pengurus yang ada di pondok ini. Termasuk 14

kualifikasi pemimpin ala Gontor yang sudah dibawah diawal

merupakan manifestasi dari keteladan (utswah hasanah).


248

C. ANALISIS HASIL PENELITIAN

1. Implementasi Kurikulum Kulliaytul Mu’allimin Al-

Islamiyah (KMI) Dalam Rangka Pengembangan

Karakter di Pondok Modern Darussalam Gontor 9

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan kajian

dokumentasi yang ada di Pondok Modern Darussalam Gontor,

didapati bahwa pemahaman Kurikulum KMI, disiplin Pondok

dan karakter di pondok ini sangat dipengaruhi oleh kualifikasi

dan model kepemimpinan kiyai/pengasuh. Karena di pondok

ini, kiyai/pengasuh tidak hanya sebagai leader (pemimpin) tapi

juga seorang educator (pendidik), ia tidak hanya sebagai

manager yang berfungsi mengatasi kerumitan rutinitas

pragmatis, dan hanya melaksanakan unsur-unsur organisasi

yaitu POACE (planning, organizing, Actuating, Controlling and

Evaluating, tapi ia adalah seorang leader atau pemimpin

berfungsi mengatasi segala bentuk perubahan dan memahami


249

betul atas perubahan-perubahan tersebut di masa depan (future).

Di Pondok Modern Darussalam Gontor, pemimpin adalah

pendidik, yang memiliki visi dan misi jauh kedepan, setiap saat

menata, mengarahkan, memberikan tugas, melatih, mengawal,

mendo’akan serta memberikan contoh dan menjadi contoh

teladan. Di samping bahwa ia juga berfungsi sebagai motivator,

supervisor, evaluator, bahkan terjun langsung dan ikut campur

dalam seluruh tata kehidupan di pondok. Ia harus berada di

garda terdepan dalam segala bentuk pendidikan di pondok. Hal

ini selaras dengan apa yang disampaikn oleh Veithzal Rivai dan

Deddy Mulyadi,180 yang mengatakan bahwa keberhasilan

sebuah lembaga dalam mencapai tujuannya sangat tergantung

dengan pola kepemimpinan. Juga bagaimana pemahaman,

minat, kepatuhan, kepercayaan dan kerja sama serta

kerterlibatan pengikut, (dalam kontek pondok pesantren adalah

guru-guru dan santri) sangat di pengaruhi oleh pemimpinnya

dalam memberi contoh, mempengaruhi, memberi motivasi,

membangkitkan inspirasi, mengarahkan mereka dalam

mencapai tujuan yang diharapkan. Kualifikasi dan model


180
Veithzal Rivai, dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan….. Hal: 3
250

kepemimpinan ala Gontor, yang kami dapati dalam masa

penelitian seperti yang diulas diatas, kiranya sangat unik dan

khas. Ada beberapa hal yang selaras dengan prinsip-prinsip

kepemimpinan pada umumnya, tetapi banyak hal yang bercorak

khusus sebagai hasil akumulasi dari pengalaman dan tuntutan

keadaan. Karena pondok ini, memelihara tradisi dan

mengadaptasi modernisasi; al-muhafadhatu ala al-qadiimis

sholih, wal akhdu bil jadid al-ashlah. Termasuk didalamnya

dalam pembinaan disiplin dan pengembangan karakter.

Sistem kurikulum meliputi menterjemahkan kurikulum

ke dalam proses belajar mengajar, menyusun kalender kegiatan,

mengatur jadwal serta kegiatan memenej kurikulum di KMI.

Hal ini telah berjalan dengan baik di KMI Pondok Modern

Darussalam Gontor 9 Kalianda. Dan di dalam penelitian

ditemukan bahwa dalam upaya untuk meningkatkan kualitas

pendidikan yang ada, dan upaya mengantarkan para asantri agar

dapat tercapai cita-citanya, disusunlah jadwal kegiatan siswa

atau santri yakni selain jadwal pelajaran baik di pagi hari, dan

juga jadwal kegiatan yang berlangsung sore sampai malam hari,


251

tertulis juga kegiatan shalat malam yang harus dilaksanakan

oleh para siswa yang sekaligus santri tersebut. Hal ini sangat

menarik karena di dalam kajian ilmiah selama ini belum ada

yang memuat masalah ini. Akan tetapi secara realitas kegiatan

tersebut berlangsung di KMI Pondok Modern Darussalam

Gontor 9 Kalianda, dan lembaga tersebut secara terus meneruh

mengalami kemajuan di berbagai bidang.

1. Kendala :

Disamping jumlah jam pelajaran yang ditambah

menjadi 7 (tujuh) jam pelajaran dengan rentang waktu

yang panjang, juga kegiatan-kegiatan pondok yang

menjadi satu dalam aktivitas siswa, menyebabkan siswa

menjadi terlampau berat dalam menjalaninya.

2. Usaha Mengatasi :

Usaha KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9

Kalianda, dalam beratnya siswa menerima kegiatan di

bidang kurikulum adalah dilakukan dengan cara:

a. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan teknik

dan pendekatan yang menyenangkan. Untuk


252

pelaksanaan tersebut sekarang mulai diterapkan

quantum learning dan quantum teaching sehingga

anak tidak begitu terasa dalam melewati berbagai

aktivitas belajar yang berat tersebut.

b. Penciptaan kegiatan aktivitas siswa di luar kelas

dengan suasana rekreatif.

Kemudian manajemen perekrutan tenaga/ guru baru

KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda,

menempuh sistem pengabdian, sehingga guru sudah mengetahui

seluk beluk kegiatan yang ada di dalam Pondok.

1. Kendala :

Pengelola madrasah dan guru-guru yang relatif masih baru.

Dewan guru yang diangkat oleh KMI Pondok Modern

Darussalam Gontor 9 Kalianda adalah alumni dari KMI Pondok

Modern Darussalam Gontor Ponorogo yang merupakan pusat

dari KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda

dengan sistem pengabdian selama setahun setelah tamat,

sehingga setiap tahun terjadi pergantian guru, dan karena


253

mayoritas guru setelah mengabdi ingin meneruskan pendidikan

yang lebih tinggi di luar Pondok sehingga kurang fokus kepada

kegiatan yang ada di dalam pondok.

2. Usaha mengatasinya :

Mengadakan pembinaan yang di dalamnya berisi penataran dan

pelatihan-pelatihan secara rutin dan intensif setiap waktu serta

pengarahan-pengarahan sehingga guru tetap fokus dalam

kegiatan yang ada di dalam pondok.

Dari hasil penelitian, bahwa pelaksanaan evaluasi di

KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda sudah

dilakukan dengan cukup baik, antara lain ada ulangan harian,

semesteran, Ujian Akhir semester.

Kendala :

Evaluasi yang dilakukan di lembaga ini terdiri dari,

ulangan harian, ulangan semesteran, ujian akhir semester.

Terkadang hal ini tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya,

karena terkadang materi-materi yang disampaikan belum

dikuasai oleh para siswa.


254

Di samping itu masih banyak guru yang belum

menguasai teknik pembuatan soal-soal ujian dengan benar.

Hal ini terjadi dengan alasan beragam, antara lain mayoritas

dewan guru merupakan guru pengabdian yang belum

memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan di dalam

membuat soal. Ada juga yang dengan alasan karena

kesibukan yang padat sehingga asal-asalan di dalam

pembuatan soal.

Usaha mengatasi :

a. Sistem evaluasi yang telah ditetapkan diperketat di

dalam aplikasinya, sehingga guru diharuskan membuat

perencanaan sebaik-baiknya agar materi yang

disampaikan tepat waktu dan seketika itu juga secara

maksimal siswa telah mampu menguasainya.

b. Diadakan pembinaan secara terus menerus dengan

mendatangkan tutor di bidangnya sehingga cepat

menyelesaikan permasalahan yang ada.

Secara Umum banyak hal baru yang ditemukan peneliti

berkaitan dengan manajemen pendidikan di lembaga Islam


255

yakni KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 9, antara lain

Pengasuh yang sekaligus pemegang komando lembaga ini

mempunyai kharisma yang dalam di kalangan anak buahnya

sehingga memudahkan untuk membentuk desain lembaga

tersebut sesuai dengan yang telah dicanangkan sebelumnya, di

dalam upaya penggalian dana pengasuh mempunyai semangat

dan kemampuan yang besar sehingga dalam perjalanannya

selalu mengalami kemajuan dari berbagai bidang termasuk

bidang gedung, jumlah siswa/santri, program, kompetensi guru

yang dirikrutnya lebih professional, kualitas pendidikannya,

latar belakang keluarga siswa/santri, dsb. Di bidang kurikulum,

terjadwalnya shalat sunnah pada malam hari yang diharapkan

mampu mengantarkan siswa-siswanya untuk dapat sampai

kepada cita-citanya dan berakhlakul karimah, upaya memenuhi

target kelulusan siswa KMI Pondok Modern Darussalam Gontor

9 Kalianda mengadakan belajar terbimbing setiap pagi dan

malam hari serta mengadakan ulangan-ulangan, hal ini jarang

dilakukan di lembaga pendidikan lain. Madrasah bertanggung

jawab untuk mengarahkan dan mengantarkan para lulusannya


256

bisa melanjutkan ke perguruan tinggi sebagaimana yang

diinginkan. Di dalam pelaksanaannya terkadang ada kekurangan

yang terjadi jika disesuaikan dengan teori manajemen

pendidikan pada umumnya, namun ada pula yang tidak dikaji di

dalam teori tetapi dipraktekkan di lembaga ini dan mempunyai

dampak yang positif terhadap keberhasilan lembaga pendidikan

tersebut.

Termasuk dalam hal memahamkan pengertian yang

benar dari disiplin dan karakter kepada seluruh penghuni

pondok pesantren. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa ada

4 tahap yang harus dilalui oleh santri hinggap pada level

kesadaran berdisiplin, yakni: pertama: mengetahui, hal ini bisa

dilakukan melalui pengumuman, pengarahan supaya anak tahu

apa itu disiplin, bagaimana melaksanakan disiplin, apa dasar

dan kepentingannya. Kedua: memahami, sudah paham tapi

belum mau mengerjakan. Ketiga: mengerti, dalam tahap ini,

santri sudah mulai menyadari pentingnya disiplin. Keempat:

menjiwai, inilah tugas terberat dalam pelaksanan disiplin.

Maksudnya adalah bahwa setiap kegiatan yang dilakukan santri


257

senantiasa dilandasi oleh disiplin yang berdasarkan pada

pengetahuan, pemahaman, pengertian dan penjiwaan yang pada

akhirnya inilah yang membentuk karakter santri.

Namun selama penelitian, masih kita dapati guru dan

santri yang masih belum berdisiplin. Hal ini mungkin

disebabkan karena mereka yang melanggar disiplin itu masih

belum menjiwai kedisiplinan. Disiplin-disiplin yang dijalankan

di Pondok yang mewarnai seluruh totalitas gerak dan

kehidupan santri, masih mereka pahami hanya sekedar rutinitas

hidup yang biasa dilakukan. Dalam teori pendidikan, mereka

masih dalam ranah kognitif atau afektif belum sampai pada

tataran psikomotorik. Hal ini senada dengan apa yang diulas

oleh Abdul Majid dan Dian Andayani dalam buku Pendidikan

karakter perspektif Islam, mereka membagi pilar-pilar

pendidikan karakter itu menjadi tiga; moral knowing, moral

loving atau moral feeling dan moral doing/acting. 181

Upaya-upaya yang dilakukan Pondok Modern Darussalam

Gontor 9 agar santri menjalankan disiplin dalam rangka

181
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,
PT. Remaja Rosdakarya, Cetakan kedua, (Bandung: 2012) Hal: 31-36
258

pengembagan karakter bisa sampai ke tahap penjiwaan, atau

pada ranah psikomotorik atau pada level moral doing/acting

sudah banyak dilakukan, terutama dari kyai/pengasuh yang

terus menjaga kualifikasi pemimpin ala Gontor sebagai

manifestasi dari keteladanan, juga dengan pengarahan-

pengarahan yang terus dilakukan dan juga dengan penugasan-

penugasan.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, baik melalaui

wawancara, observasi maupun studi dokumentasi, di dapatkan

bahwa pelaksanaan Kurikulum KMI dan Disiplin Pondok dalam

rangka pengembangan karakter di Pondok Modern Darussalam

Gontor di dukung oleh beberapa faktor, diantaranya penerapan

sistem asrama; dimana seluruh penghuni pondok, baik

kyai/pengasuh, guru-guru maupun santri tinggal bersama-sama

didalam kampus. Sehingga terjadi interaksi yang aktif antar

mereka, hal ini memudahkan proses transformasi nilai-nilai

kedisiplinan dalam pengembangan karakter. Proses transformasi

ini bisa berjalan dengan baik karena terciptanya

miliu/lingkungan pendidikan yang terpola. Dengan sistem


259

asrama ini pula, tri-pusat pendidikan terintegrasi menjadi satu

kesatuan, yakni; pendidikan sekolah, pendidikan keluarga

(seperti terjadi di asrama) juga pendidikan masyarakat (seperti

dalam kehidupan pondok secara keseluruhan).

Dengan sistem asrama yang didukung sarana dan

prasarana yang memadai, kegiatan akademis bisa dijalankan

dengan baik, yang meliputi kegiatan intra-kulikuler, ko-kuriluler

dan ektra-kulikuler. Bahkan segala kegiatan yang ada yang

merupakan totalitas kehidupan di pondok pesantren masuk

kedalam kurikulum yang punya andil besar dalam penanaman

disiplin dalam rangka pengembangan karakter. Hal ini sesuai

dengan apa yang disampaikan tokoh pendidikan E. Mulyasa,

dalam buku Manajemen Pendidikan Karakter, beliau

mengatakan:

”Pada umumnya pendidikan karakter menekankan pada


keteladanan, penciptaan lingkungan, dan pembiasaan;
melalui berbagai tugas keilmuan dan kegiatan kondusif.
Dengan demikian apa yang dilihat, didengar, dirasakan
dan dikerjakan oleh peserta didik dapat membentuk
karakter mereka”182

182
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, PT. Bumi Aksara Cetakan
III, (Jakarta: 2013) Hal : 9
260

Namun demikian, dari hasil penelitian, meskipun

elemen-elemen penting dari pelaksanaan disiplin dalam rangka

pengembagan karakter sudah terpenuhi, masih kami dapati

beberapa guru dan santri yang belum berdisiplin dengan baik.

Hal ini disebabkan karena tugas-tugas mereka diluar kampus,

diantaranya tugas kuliah/studi di perguruan tinggi diluar

kampus, juga disebabkan faktor personal, yakni faktor minat

dan idealisme.

Upaya pondok dalam meminimalisir hal diatas adalah

dengan banyak memberikan pengarahan-pengarahan dan

penugasan. Karena Penugasan adalah proses penguatan dan

pengembangan diri, maka siapa yang banyak mendapatkan

tugas atau melibatkan diri untuk berperan dan menfungsikan

dirinya dalam berbagai kegiatan dan tugas, maka dialah yang

akan kuat dan trampil dalam menyelesaikan berbagai problema

hidup. Dia akan semakin menyadari betapa manfaat disiplin dan

karakter yang mereka latih akan kembali kepada mereka sendiri,

dalam kata mutiara disebutkan: ”sebesar keinsyafanmu, sebesar


261

itu pula keuntunganmu. Hal ini senada dengan sebuah ayat

dalam al-Qur’an, yang berbunyi:

ِ ‫ِإ ْن َأحس ْنتُم َأحس ْنتُم أل ْن ُف ِس ُكم وِإ ْن َأس ْأمُت َفلَه ا فَ ِإذَا ج اء و ْع ُد‬
‫اآلخ َر ِة‬ ََ َ َ ْ َ َْ ْ َْ ْ َْ
ِ ِ ِ
‫وه ُك ْم َوليَ ْد ُخلُوا الْ َم ْسج َد َك َما َد َخلُوهُ ََّأو َل َمَّر ٍة َوليُتَِّبُروا َما َعلَ ْوا‬ ِ
َ ‫ليَ ُسوءُوا ُو ُج‬
)7 : ‫َتْتبِ ًريا (اإلسراء‬

”Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik


bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka
(kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat
hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami datangkan orang-
orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka
masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu
memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan
sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.” Q.S. Al-Isro’:
7 183

Dengan begitu santri akan memahami dan menyadari

betapa pentingnya disiplin terinternalisasi dalam pola sikap

mereka sebagai kekuatan pendorong untuk mengembangkan

mental karakter mereka, sebagaimana yang disampaikan oleh

Mahmud Yunus;184

183
Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, (Jakarta: Al-Huda,
2005) hal: 283
184
Mahmud Yunus dan Muhammad Qasim Bakri, At Tarbiyah Wa al
Ta‟lim, Juz II, (Ponorogo: Darussalam Press), hlm. 36.
262

‫ الق وة ال يت يه ا يبث املدرس يف نف وس تالمي ذه روح الس لوك‬:‫النظ ام هي‬


‫احلس ن ويك ون فيهم ع ادة الطاع ة واح رتام الق وة احلاكم ة واخلض وع‬
.‫للقوانني واإلنقياد هلا انقيادا ينطبق علي قواعد الرتبية كل اإلنقياد‬
“Disiplin adalah kekuatan yang dibangun oleh para
pendidik untuk menanamkan dalam jiwa murid tentang tingkah
laku yang baik dalam pribadi murid dan membentuk kebiasaan
taat dalam diri mereka, kehormatan yang kokoh, dan tunduk
dengan sebenar-benarnya pada aturan-aturan yang sesuai
dengan prinsip pendidikan yang sesungguhnya.”

2. Implementasi Disiplin Pondok Dalam Rangka

Pengembangan Karakter di Pondok Modern

Darussalam Gontor 9

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Pondok Modern

Darussalam Gontor 9 sangat mefokuskan pendidikannya kepada

pengembangan akhlaq atau karakter, karena pondok ini lebih

mementingkan pendidikan dari pengajaran, pendidikan disini

punya cakupan makna yang lebih luas dari pengajaran.

Pengajaran hanya sebatas mentransformasi ilmu pengetahuan

kepada murid, tapi pendidikan menanamkan nilai-nilai luhur

pesantren, membentuk mental karakter mereka. Diantara

karakter yang menonjol yang dididikkan Pondok Modern

Darussalam Gontor 9 kepada santri-santrinya adalah; relijius,


263

ikhlas, berdisiplin, mandiri, bertanggung jawab, dan percaya

diri. Meskipun masih banyak lagi nilai-nilai karakter yang lain

yang dibina.

Lebih lanjut, Dalam perspektif Pondok Modern

Darussalam Gontor, pendidikan adalah proses pembentukan

karakter, hal ini senada dengan risalah kenabian Rasulullah

SAW, bahwa beliau diutus hanyalah untuk menyempurnakan

akhlaq yang mulia. ”Innama bu’itstu li utammima makarimal

akhlaq” sehingga atas dasar inilah, pondok ini memfokuskan

pendidikannya pada pengembangan akhlaq atau karakter.

Bahkan secara tegas, kitab suci al-Qur’an menyebutkan terkait

dengan totalitas pendidikan dalam rangka pengembangan

karakter ini secara normatif, dapat dijumpai dalam berbagai ayat

al-Qur’an, seperti dalam ayat:185

ِ َّ ‫ات‬ ِ ‫الس ْل ِم َكافَّةً وال َتتَّبِع وا خطُ و‬ ِ َّ


ُ‫الش ْيطَان ِإنَّه‬ َ ُ ُ َ ِّ ‫ين َآمنُ وا ْاد ُخلُ وا يِف‬
َ ‫يَ ا َأيُّ َه ا الذ‬
)208 :‫ني (البقرة‬ ٌ ِ‫لَ ُك ْم َع ُد ٌّو ُمب‬
”Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah
syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
Q.S. Al-Baqoroh : 208

185
Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, (Jakarta: Al-Huda, 2005)
hal: 33
264

Kata ”kaffah” atau keseluruhan pada ayat diatas

mengandung arti seluruh ajaran Islam, yakni dimensi akidah,

ibadah, mu’amalah atau dengan kata lain dimensi iman, islam

dan ihsan, atau dalam bahasa ilmiah dimensi teologi, ritual dan

filosofis186. Oleh karena itu memeluk Islam tidak cukup hanya

dengan ucapan, tetapi harus dengan keyakinan dan perbuatan

yang didasari akhlaq/karakter yang mulia.

Apa yang difokuskan Pondok Modern Darussalam

Gontor 9 yang sangat intens terhadap pendidikan karakter,

berbanding terbalik dengan lembaga pendidikan pada

umumnya, yang meletakkan pendidikan karakter pada nomer

sekian dari prioritas tujuan pendidikan yang hendak dicapai, hal

ini seperti di kritik Ahmad Tafsir, yang dikutip oleh Dr. Ulil

Amri Syafri, MA, bahwa: ”Kesalahan terbesar dalam dunia

pendidikan Indonesia selama ini adalah para konseptor

pendidikan melupakan keimanan sebagai inti kurikulum

nasional”, lebih lanjut beliau menulis: ”hampir sebagaian besar


186
Amie Primarni dan Khairunnas, Pendidikan Holistik Format Baru
Pendidikan Islam
Membentuk Karakter Paripurna, Penerbit Al-Mawardi Prima, Cetakan Pertama,
Jakarta: 2013, hal :110
265

para konseptor pendidikan Islam terjebak epistemologi

pendidikan barat sehingga konsep dan metode yang dihasilkan

tetap tidak dapat dilepaskan dalam paradigma keilmuan barat

yang mengambil logika sebagai sumber ilmu, dalam hal ini

mereka mencoba mengaplikasikan nilai-nilai keimanan dan

ketakwaan yang disusun dalam UU Sisdiknas, tapi

pelaksanaannya masih terjebak dalam worldview barat.

Sehingga gagasan-gagasan yang ditawarkan tetap tidak mampu

menerjemahkan aspek keimanan yang tercantum dalam sistem

pendidikan nasional tersebut”187

Selanjutnya, dalam pendidikan karakter, Pondok

Modern Darussalam Gontor 9 menggunakan beberapa metode,

diantaranya: pengarahan, penugasan, pengawalan, pelatihan,

pembiasaan dan terutama keteladanan (utswah hasanah).

Metode-metode ini hampir sama dengan apa yang ditulis oleh E.

Mulyasa dalam bukunya, beliau mengatakan; ”penciptaan

lingkungan yang kondusif untuk pengembangan karakter dapat

dilakukan melalui berbagai variasi metode sebagai berikut: 1.

187
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakater berbasis al-Qur’an, PT.
RajaGrafindo Persada (Depok; 2012) hal : 45
266

Penugasan, 2. Pembiasaan, 3. Pelatihan, 4. Pembelajaran, 5.

Pengarahan, 6. Keteladan.”188

Dalam pengertian Pondok Modern Darussalam Gontor,

ternyata keberhasilan kepemimpinan juga tidak hanya

tergantung dari sisitem dan metode yang diterapkan saja,

melainkan faktor pelaksana sistem ini juga lebih penting.

Dikatakan ”Athoriqat ahammu min al-maadah, Wal Mudarrisu

ahammu min at-Thoriqah, Wa ruuhu almudarris ahammu min

al-Mudarrisi”. Cara/metode itu lebih penting daripada materi,

sementara guru (pelaksana metode) itu lebih penting dari

metode (yang diterapkannya). Dan ruh/jiwa guru lebih penting

daripada guru itu sendiri. Disinilah letaknya idelisme

(keikhlasan) kyai/pengasuh menjadi sangat berarti dalam

penerapan metode-metode tersebut dalam rangka

pengembangan santri di Pondok Pesantren.

D. Indikator keberhasilan dalam penerapan 14 kualifikasi

kiyai/pengasuh pondok dan Pola Kepemimpinan


188
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, … hal : 10
267

1. Ihlas; Di Pondok Modern Darussalam Gontor 9, menurut

observasi peneliti, keikhlasan terasa dalam lini kehidupan kampus,

guru ikhlas mengajar, santri pun demikian ikhlas diajar, guru-guru

dan santri-santri bekerja, berbuat dengan penuh keikhlasan tanpa

mengharap imbalan materi189.

2. Selalu mengambil Inisiatif; maka di dalam pondok ini, seorang

kiyai/pengasuh harus selalu mengambil inisiatif dan memiliki

keberanian untuk berinisiatif, untuk itu diperlukan kesiapan diri

untuk terjun langsung melihat, mendengar, mengarahkan, membina

dan mendidik santri, sehingga ia bisa menguasai berbagai masalah,

bertindak dengan bijak dan dapat menyelesaikannya.190

3. Mampu membuat jaringan kerja dan memanfaatkannya; Seorang

pemimpin perlu menyadari bahwa untuk menciptakan jaringan kerja

yang baik, ia harus mampu mampu mewujudkan hubungan

manusiawi yang efektif, ia perlu memperlakukan orang lain sebagai

subjek bukan objek, sebagai layaknya orang mati, yang dapat

diperlakukan sekehendak hati.

189
Observasi, tanggal 06 Desember 2017, Kode: Ob-05-GS-06/12/2017
190
Observasi, tanggal 08 Desember 2017, Kode: Ob-09-GA-08/12/2017
268

4. Dapat dipercaya; pondok selalu memberikan kepercayaan kepada

semua penanggung jawab bagian dalam menjalankan tugas-tugasnya

sesuai dengan program dan petunjuk tekniknya serta membuat

laporan dalam jangka waktu tertentu, ini menunjukkan adanya

kepercayaan yang diberikan pondok baik kepada guru maupun santri

untuk melaksanaka tugas dan tanggung jawabnya.

5. Bekerja keras dan bersungguh-sungguh; di Pondok Modern

Darussalam Gontor 9, santri kelas sudah dikenalkan falsafah hidup

“man jadda wajada” barang siapa bersungguh-sungguh, pasti ia

akan mendapat.

6. Menguasai masalah dan dapat menyelesaikannya; hal ini sangat

ditekankan pelaksanaannya karena hal ini sangat penting. Karena

dengan tidak menguasai masalah beberarti tidak ada niat untuk

berbuat dan akan menyebabkan kecilnya nyali atau keberanian untuk

mengambil kebijkan. Demikian juga pada santri yang diberi amanat

untuk mengurus asrama, oraganisasi pelajar, konsulat dan lain

sebagianya.

7. Memiliki integritas yang tinggi; dengan integritas yang tinggi

seorang pengasuh/kiyai akan dapat menjalankan tugasnya dengan


269

baik, demikian juga para guru dan santri yang bertugas pada bagian

tertentu juga harus memiliki integritas yang tinggi dan dengan

integritas yang tinggi ini akan menimbulkan loyalitas kepada yang

memberi amanat.

8. Memiliki nyali dan tidak takut resiko; Nyali atau keberanian

sangat menentukan keberhasilan dalam seluruh proses kehidupan.

Apalagi dalam memutuskan sebuah kebijakan diperlukan nyali yang

tinggi. Ini masalah yang sangat mendasar, masalah kepercayaan diri

dan masalah ketegasan. Seorang pemimpin harus punya nyali dan

tidak takut resiko.

9. Jujur dan terbuka; di Pondok ini, seluruh santri dan guru adalah

para kader, bukan pekerja/karyawan yang harus tahu dan mengerti

berbagai kebijakan-kebijakan tersebut. Mereka harus belajar dan

berlatih bagaimana bersikap jujur dan terbuka. Karena kejujuran

akan melahirkan kebaikan, ketenangan dan kepercayaan. ”as-

sharahatu raahatun”, kejujuran/keterbukaan akan mendatangkan

ketengangan.

10. Siap berkorban; semboyan, “bondo bahu pikir, lek perlu sak

yawane pisan” kiranya menjadi falsafah hidup yang harus dimiliki


270

oleh kiyai/pengasuh di pondok ini, Berkorban fikiran, tenaga, harta

dan bahkan perasaan. Kesiapan diri untuk berkorban sangatlah

ditentukan oleh idealisme, cita-cita dan orientasi hidup. Karena bila

hidup diniatkan untuk berjuang dan memperjuangkan agama Allah,

maka tidaklah akan terasa berat untuk berkorban. Ini adalah masalah

keyakinan, keimanan dan ketaqwaan kepada Allah.

11. Tegas; Salah satu kunci sukses kiyai/pengasuh dalam mengelola

pondok pesantrennya adalah karena ada ketegasan dalam setiap

keputusan yang diambil, meskipun tentunya dibutuhkan keberanian

untuk menerima resiko dari ketegasan tersebut.

12. Cerdas dalam melihat, mendengar, mengelauasi/menilai,

memutuskan dan menyelesaikannya; Kiyai/pengasuh sebagai

seorang pemimpin, hendaknya memiliki kecerdasan, karena ini

adalah unsur yang sangat penting dalam menata totalitas kehidupan

pondok. Kecerdasan ini meliputi kecerdasan melihat, mendengar,

mengevaluasi, menilai, memutuskan dan menyelesaikannya.

13. Mampu berkomunikasi dengan baik; sejenius dan sehebat

apapun otak seorang pemimpin, bila ia tidak berlatih untuk berbicara

dengan baik, maka tidak akan banyak bisa mentransfer ide-ide,


271

gagasan kepada orang lain. Menurut observasi peneliti di Pondok

ini, santri-santri dilatih untuk berpidato tiga kali dalam seminggu

dalam kegiatan muhadharah.191

14. Baik bermu’amalah dengan Allah dan manusia; seorang

kiyai/pengasuh pondok harus dapat memberikan contoh kepada

seluruh warga pondok untuk selalu menjalankan ibadah kepada

Allah baik yang wajib ataupun yang sunnah karena hal ini adalah

sebagai bukti baik atau tidak bermu’amalah ma’a Allah, demikian

juga harus mampu mencontohkan bagai cara bergaul dengan orang

disekitarnya baik dengan yang sebaya, yang lebih muda ataupun

yang lebih tua, termasuk kepada semua tamu yang dating karena itu

semua adalah bermu’amalah ma’a an-nas.

191
Observasi, tanggal 07 Desember 2017, Kode: Ob-06-KK-07/12/2017
272

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kurikulum yang ada di Pondok Modern Darusslam Gontor 9

Lampung sifatnya integrated yang berarti semua kegiatan ditujukan dan

untuk mendukung keberhasilan pendidikan dan pengajaran di Pondok

untuk menjadikan santri yang bertakwa, berpengetahuan luas serta

memiliki akhlak yang baik. Maka selain materi pelajaran di kelas,

materi keterampilan, kesenian dan olahraga tidak dimasukan kedalam

materi pelajaran akan tetapi jadikan sebagai kegiatan ekstrakulikuler

agar para santri dapat lebih bebas memilih serta mengembangkan

bakatnya.

Di pondok, disiplin tidak diartikan secara tekstual tapi lebih

penting dari itu diaplikasikan dalam kegiatan yang teratur; disiplin

waktu, disiplin tempat, disiplin kegiatan, disiplin diri dan sebagainya.

Kedisiplinan merupakan salah satu kunci sukses dalam mendidik para

santri. Komitmen dalam menjalankan program-program dan sunnah


273

pondok dengan disiplin tinggi akan lebih dapat membina santri dari

pada menjalankannya dengan penuh toleransi.

Totalitas kehidupan yang dinamis/ dinamika totalitas kehidupan

yang didasari dengan jiwa dan filsafah hidup yang tinggi, ditata dengan

disiplin yang kuat, diatur dengan system yang sudah teruji dan mapan,

dikawal oleh para musyrif (instruktur), dan diisi dengan kegiatan

selama 24 jam penuh; hal ini merupakan sebuah akumulasi yang akan

melahirkan anak-anak yang mempunyai etos kerja yang tinggi dengan

sikap mental (berkarakter). Dari etos kerja yang tinggi inilah, santri

memiliki kwalitas jiwa dan karakter, berkaliber, punya potensi, gairah

dan idealism.

Implementasi Kurikulum KMI dalam pengembangan Karakter

Santri di Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda secara umum sudah

terlaksana, namun belum optimal, sementara implementasi Disiplin

Pondok dalam pengembanga karakter santri di Pondok Modern

Darussalam Gontor 9 Kalianda Lampung, bahwa pondok ini telah

melakukan berbagai upaya, baik strategi maupun praktis dalam upaya

melakasanan dan menerapkan kedisiplinan dalam rangka

pengembangan karakter santrinya, namun masih ada beberapa hal yang


274

mengurangi kwalitas pelaksaaanya meskipun tidak terlalu signifikan.

Disiplin dan karakter yang ditanamkan kepada santri di Pondok

Modern Darussalam Gontor 9 sangat di pengaruhi oleh 14 Kualifikasi

pemimpin ala Gontor. Kualifikasi dan model kepemimpinan itu tidak

hanya kyai/pengasuh sebagai top-leader dan central figur di pesantren

yang harus menjiwai dan menjalankannya, tapi juga kualifikasi itu

harus terinternalisasi kepada seluruh stakeholder di pesantren. Karena

pesantren dengan sistem asramanya, merupakan miniatur dari learning

society, dimana tri-pusat pendidikan terintegrasi menjadi satu kesatuan

yang tidak terpisahkan.

Terealiasasinya kurikulum KMI dan disiplin pondok

pendudukungnya antara lain; seluruh santri dan guru tinggal dalam satu

lingkungan yang sama dan terpisah dari kehidupan masyarakat luar

yang menjadikan tidak mudahnya pengaruh pergaulan bebas yang

semakin jauh dari akhlak atau karakter yang baik, semua kegiatan

terjalan dengan aturan-aturan yang sudah tersistem, semua fasilitas

pendukung tersedia meski masih jauh dari kata sempurna, sementara

faktor penghambatnya antara lain; masih adanya wali murid yang

mempunyai masalah pembiayaan sekolah, karena kemampuan di


275

bidang sosial ekonominya rendah, jumlah jam belajar dan kegiatan

pondok pesantren terlalu padat, menyebabkan para siswanya merasa

berat dan capek.

Keberhasilan pengembangan karakter terkait erat dengan

program kegiatan akademis, baik intra-kurikuler, ko-kurikuler maupun

ektrakurikuler dengan tidak mengenyampingkan keteladanan,

pengarahan, penugasan, pembiasaan dan penciptaan lingkungan.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil riset dan kesimpulan dari penelitian

tentang implementasi Kurikulum Kulliyatul Mu’allimin Al-

Islamiyyah (KMI) dan Disiplin Pondok dalam rangka

pengembangan karakter santri diatas, diharapkan dapat

memberikan implikasi, baik secara teori maupun praktek.

1. Implikasi secara teori

Dalam perkembangan dunia pendidikan saat ini, kiranya

pendidikan karakter yang qualified dan bermutu pada sebuah

lembaga pendidikan sudah menjadi satu keniscayaan, untuk

melahirkan generasi yang bermartabat. Untuk itu diperlukan


276

elemen-elemen penting guna mendukung terselenggaranya

pendidkan karakter yang mampu menjawab tantangan zaman

yang kian hari, kian jauh dari nilai-nilai karakter.

Hasil dari penelitian tentang pelaksanaan disiplin

pondok dalam rangka pengembangan karakter di pondok

pesantren ini kiranya bisa memberikan gambaran, betapa

karakter dikembangkan tidak hanya dalam tataran teoritis tapi

lebih pada tataran praktis, dengan penciptaan lingkungan yang

kondusif, di laksanakan dengan berbagai kegiatan yang

berlandaskan nilai-nilai, jiwa dan filsafat hidup yang luhur.

Dengan menggunakan strategi yang sudah diatur dalam standar

operasional pelakasanaan yang jelas.

Temuan dari penelitian ini kiranya bisa menjadi rujukan

bagi lembaga-lembaga pendidikan yang konsen kepada

pembinaan karakter.

2. Implikasi secara praktek.

Secara praktek, hasil dari temuan penelitian tentang

implementasi Kurikulum Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyyah

(KMI) dan disiplin Pondok dalam rangka pengembangan


277

karakter santri ini, bisa memberikan kontribusi dalam

menjelaskan proses pendidikan karakter yang dijalankan

sebuah lembaga pendidikan dengan dinamikan kehidupan

selama 24 jam penuh dengan sistem asrama, atau mungkin

bisa memberikan kontribusi kepada pemerintah untuk

menentukan kebijakan terkait pendidikan karakter,

sebagaimana yang sudah pernah digagas adanya full day

school.

Lebih lanjut penelitian ini bisa memeberikan gambaran

kepada para praktisi pendidikan, terutama pengasuh pondok

pesantren, para guru, juga pendidik yang konsen terhadap

pendidikan karakter, mereka bisa mengambil beberapa strategi

atau metode yang dihasilkan dari penelitian ini.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti memberikan saran

kepada:

1. Pondok Modern Darussalam Gontor 9 Kalianda

Lampung
278

Keberhasilan pelaksanaan disiplin dalam rangka

pengembangan karakter santri sangat tergantung kepada keikut-

sertaan dan kerja sama seluruh elemen pesantren, karena ini

adalah tanggung jawab lembaga.

2. Pemerintah dan lembaga-lembaga pendidikan

Dengan menyadari pentingnya pendidikan karakter

didalam menjawab tantangan zaman, juga pentingnya karakter

untuk membentengi generasi dari pengaruh-pengaruh negative

yang ada yang berimbas kepada merosotnya martabat bangsa di

mata dunia, hendaknya pemerintah lebih meningkatkan

perhatian secara khusus terkait pengembangan karakter ini pada

semua level pendidikan.

Untuk lembaga-lembaga pendidikan, agar lebih

menyadari pentingnya pendidikan karakter, sehingga bahwa

sekolah dengan sistem asrama bisa menjadi alternatif model

lembaga yang focus kepada pengembangan karaker.


279

3. Peneliti yang lain

Bahwa Implentasi Kurikulum KMI dan disiplin pondok

dalam pengembangan karakter di Pondok Modern Darussalam

Gontor 9 Lampung dengan menggunakan sistem asrama,

dimana totalitas kehidupan santri yang dinamis merupakan

bagian integral dari proses pendidikan itu. Dijalankan dengan

metode dan strategi yang sama, seperti yang ditawarkan oleh E.

Mulyasa. Tapi penelitian ini masih membutuhkan penelitian

lebih lanjut untuk menjelaskan dan mengukur sejauh mana

keberhasilan metode dan strategi yang dijalankan di pondok

dengan sistem asrama, juga bagaimana tingkat keberhasilan

metode serta strategi pengembangan karakter manakala

dijalankan di lembaga pendidikan yang lain yang tidak

menggunakan sistem asrama.

____________

Anda mungkin juga menyukai