Kepala Puskesmas
Tugas pokok: Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan program
Pusat Kesehatan Masyarakat di lingkup kecamatan.
Kepala Puskesmas dalam melaksanakan tugas pokok mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Pengumpulan dan pengolahan bahan dalam penyusunan rencana teknis operasional
pembinaan, pengembangan serta pengendalian terhadap pelaksanaan program
Puskesmas di lingkup kecamatan.
b. Pelaksanaanpembinaan,pengembangan serta pengendalian terhadap pelaksanaan
Puskesmas di lingkup kecamatan.
c. Pelaksanaan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi.
d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan serta capaian kinerja sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi.
STUNTING
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan
yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi
badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari
WHO. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor
seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya
asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan
dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.
Nutrisi yang diperoleh sejak bayi lahir tentunya sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhannya termasuk risiko terjadinya stunting. Tidak terlaksananya inisiasi menyusu
dini (IMD), gagalnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, dan proses penyapihan dini
dapat menjadi salah satu faktor terjadinya stunting. Sedangkan dari sisi pemberian makanan
pendamping ASI (MP ASI) hal yang perlu diperhatikan adalah kuantitas, kualitas, dan
keamanan pangan yang diberikan.
Kondisi sosial ekonomi dan sanitasi tempat tinggal juga berkaitan dengan terjadinya
stunting. Kondisi ekonomi erat kaitannya dengan kemampuan dalam memenuhi asupan yang
bergizi dan pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan balita. Sedangkan sanitasi dan
keamanan pangan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit infeksi.
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh higiene dan sanitasi yang buruk (misalnya
diare dan kecacingan) dapat menganggu penyerapan nutrisi pada proses pencernaan.
Beberapa penyakit infeksi yang diderita bayi dapat menyebabkan berat badan bayi turun. Jika
kondisi ini terjadi dalam waktu yang cukup lama dan tidak disertai dengan pemberian asupan
yang cukup untuk proses penyembuhan maka dapat mengakibatkan stunting.
Stunting merupakan salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs) yang
termasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan ke-2 yaitu menghilangkan kelaparan dan
segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan. Target yang
ditetapkan adalah menurunkan angka stunting hingga 40% pada tahun 2025.
Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 angka stunting
secara nasional mengalami penurunan sebesar 1,6 persen per tahun dari 27.7 persen tahun
2019 menjadi 24,4 persen tahun 2021. Hampir sebagian besar dari 34 provinsi menunjukkan
penurunan dibandingkan tahun 2019 dan hanya 5 provinsi yang menunjukkan kenaikan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa implementasi dari kebijakan pemerintah mendorong percepatan
penurunan stunting di Indonesia telah memberi hasil yang cukup baik.
Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 yang dilakukan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan tidak hanya memberikan gambaran status
gizi balita saja tetapi juga dapat digunakan sebagai instrumen untuk monitoring dan evaluasi
capaian indikator intervensi spesifik maupun intervensi sensitif baik di tingkat nasional
maupun kabupaten/kota yang telah dilakukan sejak 2019 dan hingga tahun 2024. Saat ini,
Prevalensi stunting di Indonesia lebih baik dibandingkan Myanmar (35%), tetapi masih lebih
tinggi dari Vietnam (23%), Malaysia (17%), Thailand (16%) dan Singapura (4%).