Anda di halaman 1dari 8

PERAN PEREMPUAN DALAM PENDIDIKAN KARAKTER DI KELUARGA DAN

LINGKUNGAN SEKOLAH

Abstrak

Pendidikan karakter dalam keluarga merupakan pilar pembentukan karakter


seorang anak sehiangga akan memunculkan manusia berkualitas dan berkarakter
dengan kepribadian yang utuh, serta kehadirannya bernilai positif bagi lingkungan
sekitarnya. Pembentukan individu yang berkwalitas sangat terpengaruh oleh Peran
Ibu Sebagai Sosok Perempuan Pertama pada kehidupan anak yang menanamkan
nilai-nilai moral, kemanusiaan, budi pekerti, pengetahuan dan ketrampilan.
Maraknya perilaku tawuran, kekerasan, bullying, drugs menjadi sinyal lemahnya
karakter anak bangsa saat ini dapat diminimalisir dengan penguatan pendidikan
karakter dalam keluarga melalui peran seorang Ibu.

Kata Kunci : Peran Perempuan, Pendidikan Karakter.


Pendahuluan
Tantangan globalisasi saat ini memunculkan krisis moral yang
memprihatinkan dengan maraknya kenakalan yang dilakukan oleh generasi muda
seperti : tawuran, membolos, mencontek, pergaulan bebas, bulllying, drug,
kekerasan sexsual, kurangnya sopan santun, dan rasa hormat terhadap orangtua,
rendahnya berdisiplin, tidak tertib berlalu lintas, kurang bertanggung jawab, tidak
jujur dan tidak berpikir jernih kedepan merupakan beberapa contoh perilaku yang
mencerminkan potret kerusakan moral pada generasi muda yang sebagai generasi
penerus bangsa (Kompasiana, 30 Maret 2016).
Pendidikan karakter merupakan solusi untuk memperbaiki perilaku dan
moralitas kaum muda. Pembentukan karakter anak dalam keluarga merupakan
pilihan yang paling tepat karena karakter seseorang terbentuk sejak dini, maka
peran keluarga terutama orangtua yang merupakan kelompok sosial terkecil dalam
masyarakat dan lebih khususnya ibu sebagai sosok perempuan pertama yang
menanamkan nilai-nilai moral, kemanusiaan, budi pekerti, agama, pengetahuan
dan ketrampilan untuk meletakkan dasar pendidikan dan berperilaku sejak usia
dini kepada anaknya, tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan periode
penting dan kritis, merupakan masa peka (Golden Age) bagi tumbuh kembang
anak, (Hibana S Rahman, 2002). Hal ini berarti apabila anak mendapat stimulus
yang baik dan benar maka anak akan berperilaku positif, keberhasilan tumbuh
kembang anak akan sangat menentukan masa depan anak, oleh karena itu anak
perlu dikondisikan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan di
didik sebaik mungkin agar menjadi generasi penerus bangsa yang berkarakter
serta berkepribadian baik, kuat, tangguh serta bertanggung jawab. Keluarga
adalah lingkungan yang pertama dan utama yang dikenal anak dalam
kehidupannya. Keluarga juga sebagai Primary Group yaitu institusi terkecil dalam
masyarakat yang mempengaruhi perkembangan individu anggota-anggotanya.
Kelompok inilah yang emlahirkan individu dengan berbagai bentuk
kepribadiannya di masyarakat, dan melalui keluarga lah dapat dirunut mengenai
kepribadian seseorang (Darmiyati, 2009).
Jadi dalam lingkungan keluarga lah watak dan kepribadian anak akan dibentuk,
orangtua adalah figur atau contoh yang akan selalu ditiru oleh anak-anaknya, oleh
sebab itu orangtua harus mampu memberikan contoh yang baik pada anak-
anaknya, memberi pengetahuan yang benar serta mencukupi kebutuhannya secara
wajar. Keluarga yang baik akan berpengaruh positif bagi perkembangan anak,
sedangkan keluarga yang tidak kondusif akan berpengaruh negatif. Tugas utama
keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar ahlak, sifat dan tabiat
yang sebagian besar diambil dari orangtua dan dari anggota keluarga lainnya,
untuk itulah dibutuhkan figur keluarga yang harmonis dan menentramkan
kehidupan anak (John W. Santrock, 2003).

Pendidikan Karakter
Pengertian Karakter
Karakter adalah sifat, watak, tabiat, budi pekerti, atau akhlak yang dimiliki
oleh seseorang yang merupakan ciri khas yang dapat membedakan suatu perilaku,
tindakan dan perbuatan antara yang satu dengan yang lainnya (Koesoema, 2010),
karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes) perilaku (behaviors),
motivasi (motivations) dan ketrampilan (skills) karakter berasal dari bahasa
Yunani yang berarti “To Mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku,
sehingga orang yang tidak jujur, kejam, sombong dan perilaku jelek lainnya
dikatakan orang yang berkarakter jelek. Sebaliknya orang yang perilakunya sesuai
dengan nama atau moral disebut dengan berkarakter mulia (Megawangi, 2010).
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus artinya pendidikan yang
melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling) dan tindakan
(action) yang dirancang secara sistematis dan berkesinambungan untuk
membentuk kepribadian seseorang agar memiliki pengetahuan, perasaan dan
tindakan yang berlandaskan pada norma-norma yang berlaku di masyarakat
(Williams, Russel, 2010).
Pendidikan karakter sebaiknya dilakukan sejak usia dini, karena usia dini
merupakan masa emas perkembangan anak (golden age) yang keberhasilannya
sangat menentukan kualitas anak di masa depannya. Montessori menyatakan pada
periode kepekaan ini, apabila mampu dioptimalkan dengan memberikan berbagai
stimulasi yang produktif maka perkembangan anak dimasa depan juga akan
belangsung secara produktif, demikian juga dalam penanaman nilai-nilai yang
baik pada anak akan memunculkan sikap dan perilaku yang positif. Menurut
Freud, kegagalan penanaman kepribadian yang baik di usia dini akan membentuk
pribadi yang bermasalah di masa depannya.

Aspek-aspek penting dalam pendidikan karaktek anak


Untuk membentuk karakter anak diperlukan syarat-syarat mendasar bagi
terbentuknya kepribadian yang baik menurut (Khadijah, 2015), ada tiga hal
mendasar yang harus terpenuhi yaitu : Maternal Bounding, rasa aman dan
stimulasi fisik dan mental. Maternal Bounding atau kelekatan psikologis dengan
ibunya merupakan dasar penting dalam pembentukan dasar kepercayaan kepada
orang lain, kelekatan ini membuat anak merasa diperhatikan sehingga
menumbuhkan rasa aman dan rasa percaya. Dasar kepercayaan yang ditumbuhkan
melalui hubungan ibu – anak pada tahun-tahun pertama kehidupan anak akan
memberi bekal bagi kesuksesan anak dalam kehidupan sosialnya, dengan kata lain
Ikatan Emosional yang erat antara ibu – anak di usia kata dini dapat membentuk
kepribadian yang baik pada diri anak (Sujiono, 2009).
Peranan seorang ibu bagi pembentukan karakter anak sangat mutlak pada
masa bayi umumnya mencari kontak dengan hanya satu orang (biasanya ibunya)
keperluan akan stimulasi fisik dan mental juga merupakan aspek penting dalam
pembentukan karakter anak, hal ini memerlukan perhatian yang besar dari Ibu
serta reaksi timbal balik antara ibu dan anaknya. (Yuliani, Nurani, 2009)
mengatakan seorang ibu yang sangat perhatian dengan seringnya eye contact
dengan anaknya mengelus, menggendong, dan berbicara kepada bayinya akan
mempengaruhi sikap bayinya menjadi anak gembira, antusias, mengeksplorasi
lingkungannya dan menjadi anak yang kreatif.
Jadi karakter itu erat kaitannya dengan personality, seseorang dikatakan
berkarakter apabila tingkah lakunya sesuai dengan norma moral indvidu yang
berkarakter baik atau unggul adalah seorang yang berusaha melakukan hal-hal
yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, lingkungan, bangsa dan
negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi
pengetahuan dirinya dengan disertai keasadaran emosi dan motivasinya,
perasaannya. Karakter itu lebih bersifat spontanitas maksudnya dalam bersikap
atau melakukan perbuatan telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika
muncul tidak perlu dipikirkan lagi. Unsur yang ternpenting dalam pembentukan
karakter adalah pikiran, hal ini karena di dalam pikiran terdapat seluruh program
yang terbentuk dari pengalaman hidupnya. Program ini kemudian membentuk
sistem kepercayaan yang pada akhirnya dapat membentuk pola pikir yang bisa
mempengaruhi perilakunya,apabila program yang tertanam sesuai dengan prinsip-
prinsip kebenaran maka perilakunya berjalan selrasa dengan hukum alam
sehingga perilaku tadi membawa ketenangan dan kebahagiaan, sebaliknya jika
programnya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum universal maka
perilakunya membawa kerusakan dan mengakibatkan penderitaan.

Tujuan Pembentukan Karakter


Tujuan pembentukan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan
pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik
ketika berada di rumah, sekolah, di masyarakat. Pembentukan karakter yang baik
pasti akan menghasilkan perilaku individu yang baik pada pribadi yang selaras
dan seimbang, serta dapat mempertanggung jawabkan segala tindakan yang
dilakukan, untuk mengetahui apakah seorang anak telah memiliki karakter yang
baik diperlukan penilaian (Khadijah, 2015), Evaluasi karakter merupakan suatu
upaya untuk mengidentifikasi perkembangan capaian hirarki perilaku (karakter)
dari waktu ke waktu melalui suatu identifikasi atau pengamatan terhadap perilaku
yang muncul dalam keseharian anak. Suatu karakter tidak dapat dinilai dalam satu
waktu (One Short Evaluation) tetapi harus di observasi dan di identifikasikan
secara terus menerus dalam keseharian anak, di kelas, sekolah dan di rumah
(Arikunto, 2004).
Nilai-nilai karakter yang seharusnya dimiliki dan ditampilkan dalam kehidupan
sehari-hari (Muchlan Sanani & Hariyanto).
Konsep dan Model Pendidikan Karakter (Bandung : Rosdakarya, 2012)

Jangkauan Sikap & Perilaku Butir-Butir Nilai Budi Pekerti


Sikap & perilaku dalam hubungannya Berdisiplin, beriman, bertahwa,
dengan Tuhan berpikir, jauh kedepan, bersyukur,
jujur, mawas diri, pemaaf, pemurah,
pengabdian.
Sikap & perilaku oleh hubungan Bekerja keras, berani memikul resiko
dengan diri sendiri (The Risk Taker) berdisiplin, berhati
lembut/ berempati, berfikir matang,
berfikir jauh kedepan (Future
Oriented Visioner) bersahaja,
bersemangat, bersikap konstruktif,
bertanggung jawab, bijaksana, cerdik,
cermat, dinamis, efisien, gigih, harus
jujur, berkemauan keras, kreatif, luluh
hati, lugas, mandiri, mawas diri,
menghargai waktu, pemaaf,
pengabdian, pengendalian diri,
produktif, rajin, ramah tamah, rasa
kasih sayang, rasa percaya diri, rela
berkorban, sabar, setia, adil, hormat,
tertib, sportif, susila, tangguh, tegas,
tekun, tepat janji, ulet, terbuka.
Sikap & perilaku dalam hubungan Bekerja skeras, berfikir jauh kedepan,
dengan keluarga bijaksana, cerdik, cermat, jujur,
berkemauan keras, lugas, menghargai
kesehatan, waktu, tertib, pemaaf,
pemurah, pengabdian, ramah, rasa
kasih sayang, rela berkorban, sabar,
setia, adil hormat, sportif, susila, tegas,
tepat janji, terbuka.
Sikap & perilaku dalam hubuangan di Bekerja keras, berfikir jauh kedepan,
alam sekitar menghargai kesehatan, pengetahuan.
Simpulan
Keluarga yang mampu memainkan peran yang benar dalam mendidik dan
mengasuh anak, anak akan tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga anak
akan mempunyai kepribadian yang baik. Peran Ibu menjadi sosok penting dalam
kehidupan anak untuk pembentukan karakter dengan memberikan rasa aman,
adanya stimulasi fisik dan mental dan yang utama adanya Maternal Bonding,
selain itu jenis pola asuh yang diterapkan orangtua kepada anaknya juga
menentukan keberhasilan pendidikan karakter pada anak.

Daftar Pustaka
Darmiyati, 2009 Pendidikan Karakter, Grand Design dan Nilai-Nilai Target,
Yogyakarta UNY Press.
Hibana S. Rahman, 2002 Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta,
Penerbit Galah.
Khadijah, 2015 Pembelajaran Anak Usia Dini, Medan, Perdana Publishing.
Koesoema, Doni 2007 Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global Jakarta, Grasindo.
Megawangi, Ratna, 2008 Pendidikan Karakter, 9 Pilar, Jakarta.
Nurani Yuliani, 2009 Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta Barat, Indeks.
Russell, William S, 2010 Kecerdasan Plus Karakter.
Santrock, John 2003 Tubuh Kembang Anak dan Remaja ; Erangga
Suharsini, Arikunto, 2004 Membangun Karakter Sejak usia Dini Makalah
Seminar 14 Agustus 2004, JEC Yogyakarta.
Sujiono, 2009 Konsep Pasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta Barat Indeks.
https : //www.kompasiana.com tantangan globalisasi berimplikasi pada krisis
moral generasi muda. 30 Maret 2016.

Anda mungkin juga menyukai