Anda di halaman 1dari 9

METODE PEMBANGUNAN DAN PEMBONGKARAN KONSTRUKSI

PERATURAN-PERATURAN PEMERINTAH TERKAIT PEMBONGKARAN


KONSTRUKSI

MUHAMMAD RAFI ATHALLAH

D011 18 1526

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
1. Peraturan-Peraturan Yang Terkait Dengan Pelaksanaan Pembongkaran Konstruksi, antara lain :
1. UU No. 28 tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
2. UU No. 1 tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
3. UU No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi
4. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi
5. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan
6. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah
8. KEPPRES No. 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara
9. PERPRES No. 73 Tahun 2011 Tentang Pembangunan Bangunan Gedung
Negara
10. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 Tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara
11. Ketentuan Umum (Perpres Nomor 73 Tahun 2011) :
 Bangunan gedung negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas
yang menjadi barang milik negara/daerah dan diadakan dengan sumber
pembiayaan yang berasal dari dana APBN, dan/atau APBD, atau perolehan
lainnya yang sah.
 PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA adalah kegiatan
mendirikan bangunan gedung negara yang diselenggarakan melalui tahap
perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, dan pengawasannya, baik
merupakan pembangunan baru, perawatan bangunan gedung, maupun
perluasan bangunan gedung yang sudah ada, dan/atau lanjutan pembangunan
bangunan Gedung
 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH, selanjutnya disebut SKPD,
adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota
selaku pengguna anggaran/barang.
12. Penyusunan Rencana Kebutuhan untuk pembangunan bangunan gedung negara yang
pendanaannya bersumber dari APBN harus mendapat persetujuan Manteri Keuangan.
Penyusunan Rencana Pendanaan harus mendapatkan rekomendasi dari:
a) Menteri PU untuk pembangunan bangunan gedung negara yang pendanaannya
bersumber dari APBN
b) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri untuk
pembangunan bangunan gedung negara yang pendanannya bersumber dari APBD
Provinsi.
c.) Gubernur untuk pembangunan bangunan gedung negara yang pendanaannya
bersumber dari APBD Kabupaten/Kota.
Penyusunan Rencana Penyediaan Dana disusun dalam:
a) Rencana kerja dan anggaran kementerian / lembaga untuk pembangunan bangunan
gedung negara yang pendanaannya bersumber dari APBN atau,
b) Rencana kerja dan anggaran SKPD untuk pembangunan bangunan gedung negara
yang pendanaannya bersumber dari APBD. Rencana Kebutuhan dan Rencana
Pendanaan pembangunan bangunan gedung negara yang pendanaannya bersumber
dari APBD Provinsi atau APBD kabupaten/kota terlebih dahulu harus diprogramkan
dan ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Stadion Mattoangin termasuk dalam Gedung negara (bangunan khusus) yang berarti
adalah bangunan gedung negara yang memiliki penggunaan dan persyaratan khusus,
yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya memerlukan penyelesaian/teknologi
khusus Masa penjaminan kegagalan bangunannya paling singkat 10 (sepuluh) tahun.
Adapun yang termasuk bangunan khusus ialah
 Istana Negara/Wisma Negara
 Instalasi Nuklir, instalasi hankam
 Laboratorium, terminal, stadion OR, rumah tahanan, gudang benda berbahaya
 Bangunan Monumental, ged. Perwakilan RI
13. PP nomor 22 Tahun 2020
 Pasal 53 ayat (1) :
(1) Penyelenggaraan usaha Pekerjaan Konstruksi meliputi kegiatan:
a. pembangunan;
b. pengoperasian;
c. pemeliharaan;
d. pembongkaran;dan/atau
e. pembangunan kembali.
Huruf d Yang dimaksud dengan "pembongkaran" meliputi kegiatan membongkar
ataur merobohkan seluruh atau sebagian Bangunan Konstruksi, komponen, bahan
bangSunan, danf atau prasarana dan sarananva. Huruf e Yang dimaksud dengan
"pembangunan kembali" merupakan kegiatan mewujudkan suatu Bangunan
Konstmksi yang sebagian dan/atau seluruh bagian strukturnya merupakan struktur
baru pada suatu lokasi dimana sebelumnya telah berdiri suatu Bangunan Konstruksi
tertentu.

Ayat (5) Yang dimaksud dengan "Bangunan fungsi khusus" yaitu bangunan yang
memiliki penggunaan dan persyaratan khusus, yang dalam perencanaan dan
pelaksanaannya memerlukan penyelesaian / teknologi khusus. Bangunan fungsi
khusus antara lain gedung instalasi nuklir, gedung labclratorium, gedung terminal
udara/laut/darat, stasiun kereta api, stadion olah raga, gudang bencla berbahaya.

 Pasal 56 :
(1) Kegiatan pembongkaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) huruf d
berupa kegiatan penghancuran, perobohan, pemindahan seluruh atau sebagian
bangunan, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarananya.
(2) Penyelenggaraan pembongkaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
terhadap bangunan yang memiliki kriteria:
a. fungsinya tidak diperlukan lagi;
b. membahayakan keselamatan umum;
c. tidak memiliki izin;
d. iahannya akan dipergunakan untuk keperluan lainnya; dan/atau
e. telah melampaui rencana umur dan secara teknis tidak dapat diperpanjang umur
layanannya.
(3) Penyelenggaraan pembongkaran bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilaksanakan dengan mempertimbangkan keamanan dan keselamatan
masyarakat dan lingkungannya berdasarkan kriteria risiko bahaya
(4) Penyelenggaraan pembongkaran bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus sesuai dengan ketetapan perintah pembongkaran atau persetujuan
pembongkaran oleh Pemerintah Daerah.
(5) Dalam hal pembongkaran bangunan fungsi khusus, ketetapan perintah
pembongkaran atau persetujuan pembongkaran dilakukan oleh Pemerintah Pusat.
(6) Penyelenggaraan pembongkaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
tahapan: a. perencanaan;
b. penetapan; dan
c. pelaksanaan. Pasal 57
 Pasal 72 ayat 1
Yang dimaksud dengan "pembangunan kepentingan umum" adalah pembangunan:
a. pertahanan dan keamanan nasional;
b. jalan umrlm, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas
operasi kereta api;
c. waduk, bendungan, benduflg, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air,
sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya;
d. pelabuhan, bandar udara, dan terminal;
e. infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi;
f. pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi tenaga listrik;
g. jaringan telekomunikasi dan informatika Pemerintah;
h. tempat pembuangan dan pengolahan sampah;
i. rumah sakit Pemerintah/Pemerintah Daerah;
J. fasilitas keselamatan umum;
k. tempat pemakaman umum Pemerintah/Pemerintah Daerah;
L fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik;
m. cagar alam dan cagar budaya;
n. kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah/desa;
o. penataan permukiman kumuh perkotaan dan latau konsolidasi tanah, serta
perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan status sewa;
p. prasarana pendidikan atau sekolah Pemerintah/Pe::rerintah Daerah;
q. prasarana olahraga Pemerintah/Pemerintah Daerah; dan
r. pasar umum dan lapan6lan parkir umum.
14. PP nomor 36 Tahun 2005
Bagian keempat paragraph 1
Pasal 90
(1) Pembongkaran bangunan gedung harus dilaksanakan secara tertib dan
mempertimbangkan keamanan, keselamatan masyarakat dan lingkungannya.
(2) Pembongkaran bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
sesuai dengan ketetapan perintah pembongkaran atau persetujuan pembongkaran oleh
pemerintah daerah, kecuali bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah.
(3) Pembongkaran bangunan gedung meliputi kegiatan penetapan pembongkaran dan
pelaksanaan pembongkaran bangunan gedung, yang dilakukan dengan mengikuti
kaidah-kaidah pembongkaran secara umum serta memanfaatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

15. UU Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi yang
Direvisi Menjadi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 tentang Undang-Undang
Cipta Kerja

16. UU Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan

17. PP No. 22 Tahun 2020 tentang Jasa Konstruksi yang Direvisi Menjadi PP No. 14
Tahun 2021

2. Yang dimaksud dengan "Bangunan fungsi khusus" yaitu bangunan yang memiliki
penggunaan dan persyaratan khusus, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya
memerlukan penyelesaian / teknologi khusus. Bangunan fungsi khusus antara lain gedung
instalasi nuklir, gedung labclratorium, gedung terminal udara/laut/darat, stasiun kereta
api, stadion olah raga, gudang bencla berbahaya.
3. Pembongkaran dilakukan sesuai dengan aturan terkait :

PP 22/2020 beserta perubahaan, Pasal 56 ayat (2): Penyelenggaraan pembongkaran


dilakukan terhadap bangunan yang memiliki kriteria:

a. Fungsinya tidak diperlukan lagi : Pemanfaatan bangunan gedung dilakukan oleh


pemilik atau pengguna bangunan gedung setelah bangunan gedung tersebut
dinyatakan memenuhi persyaratan laik fungsi. Bangunan gedung dinyatakan
memenuhi persyaratan laik fungsi apabila telah memenuhi persyaratan teknis.
Pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala pada bangunan gedung
harus dilakukan agar tetap memenuhi persyaratan laik fungsi. Dalam pemanfaatan
bangunan gedung, pemilik atau pengguna bangunan gedung mempunyai hak dan
kewajiban sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Ketentuan mengenai tata
cara pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala bangunan gedung
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Yang dimaksud laik fungsi, yaitu
berfungsinya seluruh atau sebagian dari bangunan gedung yang dapat menjamin
dipenuhinya persyaratan tata bangunan, serta persyaratan keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, dan kemudahan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang
ditetapkan. Suatu bangunan gedung dinyatakan laik fungsi apabila telah dilakukan
pengkajian teknis terhadap pemenuhan seluruh persyaratan teknis bangunan gedung,
dan Pemerintah Daerah mengesahkannya dalam bentuk sertifikat laik fungsi
bangunan Gedung.
b. Membahayakan keselamatan umum : Bangunan gedung yang tidak laik fungsi dan
tidak dapat diperbaiki lagi berarti akan membahayakan keselamatan pemilik dan/atau
pengguna apabila bangunan gedung tersebut terus digunakan. Dalam hal bangunan
gedung dinyatakan tidak laik fungsi tetapi masih dapat diperbaiki, pemilik dan/atau
pengguna diberikan kesempatan untuk memperbaikinya sampai dengan dinyatakan
laik fungsi. Dalam hal pemilik tidak mampu, untuk rumah tinggal apabila tidak laik
fungsi dan tidak dapat diperbaiki serta membahayakan keselamatan penghuni atau
lingkungan, bangunan tersebut harus dikosongkan. Apabila bangunan tersebut
membahayakan kepentingan umum, pelaksanaan pembongkarannya dapat dilakukan
oleh Pemerintah Daerah. Yang dimaksud dapat menimbulkan bahaya adalah ketika
dalam pemanfaatan bangunan gedung dan/atau lingkungannya dapat membahayakan
keselamatan masyarakat dan lingkungan. Termasuk dalam pengertian bangunan
gedung yang tidak sesuai peruntukannya berdasarkan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota, sehingga tidak dapat diproses izin mendirikan bangunannya.
Pemerintah Daerah menetapkan status bangunan gedung dapat dibongkar setelah
mendapatkan hasil pengkajian teknis bangunan gedung yang dilaksanakan secara
profesional, independen dan objektif.
c. Tidak memiliki izin : Pembangunan bangunan gedung dapat dilaksanakan setelah
rencana teknis bangunan gedung disetujui oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk izin
mendirikan bangunan, kecuali bangunan gedung fungsi khusus. Persetujuan rencana
teknis bangunan gedung dalam bentuk izin mendirikan bangunan oleh Pemerintah
Daerah berdasarkan asas kelayakan administrasi dan teknis, prinsip pelayanan prima,
serta tata laksana pemerintahan yang baik. Untuk bangunan gedung fungsi khusus
izin mendirikan bangunannya ditetapkan oleh Pemerintah setelah berkoordinasi
dengan Pemerintah Daerah.
d. Lahannya dipergunakan untuk kepentingan lainnya : menurut pasal 7 ayat (1)
fungsi dan klasifikasi bangunan Gedung dapat diubah melalui permohonan baru izin
menidirikan bangunan; ayat (2) perubahan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung
diusulkan oleh pemilik dalam bentuk rencana teknis bangunan gedung sesuai dengan
peruntukan lokasi yang diatur dalam RT/RW kabupaten/kota RDTRKP, dan atay
RTBL; ayat (3) perubahan fungso dan klasifikasi bangunan Gedung harus diikuti
dengan pemenuhan persyaratan administratf dan persyaratan teknis bangunan
Gedung; ayat (4) perubahan fungsi dan klasifikasi bangunan Gedung ditetapkan oleh
pemerintah daerah dalam izin mendirikan bangunan Gedung, kecali bangunan
Gedung fungsi khusus ditetapkan oleh pemerintah.
e. Telah melampaui rencana umum dan secara teknis tidak dapat diperpanjang
umur layanannya : menurut PP No 36 Tahun 2005 Pasal 33 ayat (1) Setiap
bangunan gedung, strukturnya harus direncanakan kuat/kokoh, dan stabil dalam
memikul beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan kelayanan
(serviceability) selama umur layanan yang direncanakan dengan mempertimbangkan
fungsi bangunan gedung, lokasi, keawetan, dan kemungkinan pelaksanaan
konstruksinya.

Anda mungkin juga menyukai