Anda di halaman 1dari 20

BAB XII VLSM I

12.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Membangun topologi jaringan.
2. Rancang dan assign IP Address dengan metode VLSM (Variable-Length Subnet
Masking).
3. Menguji konektivitas jaringan.

12.2 Alat dan Bahan

1. Beberapa komputer PC/ notebook

Gambar 12. 1 PC

94
94

2. Packet Tracer

Gambar 12. 2 Packet Tracer

12.3 Dasar Teori


Menggunakan classless routing protocol berarti bahwa bisa didapatkan
ukuran subnet yang berbeda dalam satu network. Bermacam-macam ukuran dari
subnet ini dikenal dengan Variable-Length Subnet Masking (VLSM). VLSM
diandalkan dalam penyediaan panjang informasi prefik secara eksplisit dengan
menggunakan masing-masing address. Panjang prefik dinilai secara bebas pada
masing-masing tempat penggunaannya. Kemampuan untuk mempunyai panjang
prefik yang berbeda pada titik yang berbeda mendukung keefisienan dan
fleksibilitas dalam penggunaan ruang alamat IP (Oppenheimer, 2004).

Beberapa manfaat dari penggunaan VLSM:


1. Tingkat keefisienan penggunaan tinggi dalam ruang alamat IP.
2. Kemampuan hierarchical addressing.
3. Pengurangan ukuran dari routing tables.
(Barret & King, 2005)
VLSM adalah teknik yang memungkinkan administrator jaringan untuk
membagi ruang alamat IP ke subnet yang berbeda ukuran, tidak seperti ukuran
subnetting. Untuk menyederhanakan VLSM adalah dengan memecah alamat IP ke
subnet (beberapa tingkat) dan mengalokasikan sesuai dengan kebutuhan individu
pada jaringan. Hal ini juga dapat disebut IP
95

tanpa kelas pengalamatan. Sebuah classfull menangani mengikuti aturan umum


yang telah terbukti berjumlah pemborosan alamat IP.

12.4 Langkah Praktikum


Adapun langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu: 1. Membuat
topologi seperti gambar di bawah ini (nama di sesuaikan):

Gambar 12. 3 Topologi

Keterangan:
Tabel 12.1 Keterangan Topologi

Dari Ke Kabel Port (Dari -> Ke)

PC 1 Switch Straight fa0 -> fa0/1

PC 2 Switch Straight fa0 -> fa0/2

PC 3 Switch Straight fa0 -> fa0/3

Switch Router 1 Straight fa0/4 -> fa0/0

PC 4 Router 2 Cross fa0 -> fa0/0

2. Mengklik Router-A. Memilih Physical.


96

Gambar 12. 4 Memasang device

Gambar 12.4 merupakan tampilan ketika hendak memasangkan physical


device ke Router-A. Cara yang dilakukan untuk memasangkan device tersebut
yaitu mematikan terlebih dahulu tombol on-off pada router, kemudian men-
dragdevice WIC-2T hingga masuk ke dalam kolom no 3.

Gambar 12. 5 device terpasang


97

Gambar 12.5 merupakan tampilan ketika device telah terpasang pada router.
Menekan kembali tombol on-off yang semula mati untuk kembali mengaktifkan
router.

3. Melakukan hal yang sama pada Router-B.

3
1

Gambar 12. 6 Memasang device

Gambar 12.6 merupakan tampilan ketika hendak memasangkan physical


device ke Router-B. Cara yang dilakukan untuk memasangkan device tersebut
yaitu mematikan terlebih dahulu tombol on-off pada router, kemudian men-
dragdevice WIC-2T hingga masuk ke dalam kolom no 3.

Gambar 12. 7 device terpasang


98

Gambar 12.7 merupakan tampilan ketika device telah terpasang pada router.
Menekan kembali tombol on-off yang semula mati untuk kembali mengaktifkan
router.

4. Mengubah Topologi menjadi seperti gambar dibawah (nama dan keterangan di


sesuaikan):

Gambar 12. 8 topologi baru

Gambar 12.8 merupakan tampilan topologi yang baru setelah diberi kabel
tambahan yang menghubungkan antar router yaitu kabel serial DCE. Dalam
topologi diberi pula tambahan keterangan pada masing- masing device.

Keterangan:
Tabel 12.2 Keterangan Topologi Baru

Dari Ke Kabel Port (Dari -> Ke)

PC 1 Switch Straight fa0 -> fa0/1

PC 2 Switch Straight fa0 -> fa0/2

PC 3 Switch Straight fa0 -> fa0/3

Switch Router 1 Straight fa0/4 -> fa0/0


99

PC 4 Router 2 Cross fa0 -> fa0/0

Router 1 Router 2 Serial DCE s0/0/0 -> s0/0/0

5. Mengatur IP PC A, B, C, D sesuai dengan keterangan topologi. (PC A, B, C nilai


Subnet Mask dan Gateway pada LAN A) (PC 4 nilai Subnet Mask dan Gateway
pada LAN B).

Gambar 12. 9 IP PC-A

Gambar 12.9 merupakan tampilan pengkonfigurasian IP pada PC-A. IP


Addressyang digunakan oleh PC-A adalah 192.168.10.1 sedangkan Subnet
masknya 255.255.255.0.
100

Gambar 12. 10 IP PC-B

Gambar 12.10 merupakan tampilan pengkonfigurasian IP pada PC-B. IP


Address yang digunakan oleh PC-B adalah 192.168.10.2 sedangkan Subnet
masknya 255.255.255.0.

Gambar 12. 11 IP PC-C

Gambar 12.11 merupakan tampilan pengkonfigurasian IP pada PC-C. IP


Addressyang digunakan oleh PC-C adalah 192.168.10.3 sedangkan Subnet
masknya 255.255.255.0.
101

Gambar 12. 12 IP PC-D


Gambar 12.12 merupakan tampilan pengkonfigurasian IP pada PC-D IP
Address yang digunakan oleh PC-D adalah 192.168.10.129 sedangkan Subnet
masknya 255.255.255.0.

6. Mengklik Router-A. Memilih Config.Memilih FastEthernet0/0.


102

Gambar 12. 13 pengaturan Fastethernet0/0 router-A

Gambar 12.13 merupakan tampilan ketika mengatur statusport pada router


dengan sambungan Fastethernet0/0. Mengklik centang pada Port status berguna
untuk mengaktifkan port pada router-A.

Memilih Serial0/0/0.

Gambar 12. 14 pengaturan Serial0/0/0 router-A

Gambar 12.14 merupakan tampilan ketika mengatur statusport pada router


dengan sambungan Serial0/0/0. Mengklik centang pada Port status berguna
untuk mengaktifkan port pada router A. Clock rate yang diberikan pada A adalah
64000.

7. Mengklik Router-B. Memilih Config.Memilih FastEthernet0/0.


103

Gambar 12. 15 pengaturan Fastethernet0/0 router-B


Gambar 12.15 merupakan tampilan ketika mengatur status port pada router
dengan sambungan Fastethernet0/0. Mengklik centang pada Portstatus berguna
untuk mengaktifkan port pada router-B.

Memilih Serial0/0/0.

Gambar 12. 16 pengaturan Serial0/0/0 Router-B


104

Gambar 12.16 merupakan tampilan ketika mengatur statusport pada router


dengan sambungan Serial0/0/0. Mengklik centang pada Portstatus berguna
untuk mengaktifkan port pada router B. Clock rate yang diberikan pada B adalah
2000000.

8. Mengklik Router-A. Memilih Config. Memilih Static.

Gambar 12. 17 Static Router-A

Gambar 12.17 merupakan tampilan ketika mengatur konfigurasi static untuk


Router-A. Network yang digunakan dalam konfigurasi static router ini adalah
192.168.10.128 Subnet mask 255.255.255.224. Next hop 192.168.10.162.

9. Mengklik Add. Menutup Windows Router-A. 10. Mengklik Router-B. Memilih


Config. Memilih Static.
105

Gambar 12. 18 Static Router-B

Gambar 12.18 merupakan tampilan ketika mengatur konfigurasi static untuk


Router-B. Network yang digunakan dalam konfigurasi static router ini adalah
192.168.10.0 Subnet mask 255.255.255.128. Next hop 192.168.10.161.

11. Mengklik Add. Menutup Windows Router-B.


12. Koneksi antar device telah terhubung.

Gambar 12. 19 koneksi terhubung

13. Melakukan ping dari PC-A ke PC B, C, D.


106

Gambar 12. 20 Ping B

Gambar 12.20 merupakan tampilan ketika mencoba konektivitas dengan


melakukan ping dari PC A ke B.

Gambar 12. 21 Ping C

Gambar 12.21 merupakan tampilan ketika mencoba konektivitas dengan


melakukan ping dari PC A ke C.
107

Gambar 12. 22 Ping D

Gambar 12.22 merupakan tampilan ketika mencoba konektivitas dengan


melakukan ping dari PC A ke D.

14. Melakukan ping dari PC B ke PC C, D, A.

Gambar 12. 23 Ping C

Gambar 12.23 merupakan tampilan ketika mencoba konektivitas dengan


melakukan ping dari PC B ke C.

Gambar 12. 24 Ping D


108

Gambar 12.24 merupakan tampilan ketika mencoba konektivitas dengan


melakukan ping dari PC B ke D.

Gambar 12. 25 Ping A

Gambar 12.25 merupakan tampilan ketika mencoba konektivitas dengan


melakukan ping dari PC B ke A.

15. Melakukan ping dari PC C ke PC D, A, B.

Gambar 12. 26 Ping D

Gambar 12.26 merupakan tampilan ketika mencoba konektivitas dengan


melakukan ping dari PC C ke D.
109

Gambar 12. 27 Ping A

Gambar 12.27 merupakan tampilan ketika mencoba konektivitas dengan


melakukan ping dari PC C ke A.

Gambar 12. 28 Ping B

Gambar 12.28 merupakan tampilan ketika mencoba konektivitas dengan


melakukan ping dari PC C ke B.

16. Melakukan ping dari PC D ke PC A, B, C.

Gambar 12. 29 Ping A


110

Gambar 12.29 merupakan tampilan ketika mencoba konektivitas dengan


melakukan ping dari PC D ke A.

Gambar 12. 30 Ping B

Gambar 12.30 merupakan tampilan ketika mencoba konektivitas dengan


melakukan ping dari PC D ke B.

Gambar 12. 31 Ping C

Gambar 12.31 merupakan tampilan ketika mencoba konektivitas dengan


melakukan ping dari PC D ke C.

12.5 Tugas dan Jawaban


1. Tentukan Network Address, Range IP, BroadcastAddress, Subnet Mask (dalam
biner juga) pada LAN A.
Jawab:
LAN A : 100 Host 128, n =7
111

IP : 192.168.10.1/25
GW: 192.168.10.126

IP : 192 .168 .10 .1


Biner : 1100 0000 .1010 1000 .0000 1010 .0000 0001
prefik : 1111 1111 .1111 1111 .1111 1111 .1000 0000
NA : 1100 0000 .1010 1000 .0000 1010 .0000 0000
NetworkAddress : 192.168.10.0/25
SubnetMask : 255.255.255.128
Range IP : .1 - .126
BroadcastAddress : 192.168.10.127 0111 1111 = 127

2. Tentukan NetworkAddress, Range IP, BroadcastAddress, SubnetMask (dalam


biner juga) pada LAN B.
Jawab:
LAN B : 20 Host 32, n =5
IP : 192.168.10.129/27
GW: 192.168.10.158

IP : 192 .168 .10 .129


Biner : 1100 0000 .1010 1000 .0000 1010 .1000 0001
prefik : 1111 1111 .1111 1111 .1111 1111 .1110 0000
NA : 1100 0000 .1010 1000 .0000 1010 .1000 0000
NetworkAddress : 192.168.10.128/27
SubnetMask : 255.255.255.224
Range IP : .129 - .158
BroadcastAddress : 192.168.10.159 0001 1111 = 159

3. Jelaskan fungsi clock rate.


Jawab:
Perintah clock rate digunakan untuk mengetahui kemampuan putaran
pengiriman data yang terjadi dalam satu detik dan dihitung dalam satuan Hz.
Semakin cepat putaran data maka akan makin cepat pula data terkirim.
112

12.6 Kesimpulan
VLSM adalah teknik yang memungkinkan administrator jaringan untuk
membagi ruang alamat IP ke subnet yang berbeda ukuran. Menggunakan classless
routing protocol berarti bahwa bisa didapatkan ukuran subnet yang berbeda dalam
satu network. Kemampuan untuk mempunyai panjang prefik yang berbeda pada
titik yang berbeda mendukung keefisienan dan fleksibilitas dalam penggunaan
ruang alamat IP. Untuk menyederhanakan VLSM adalah dengan memecah alamat IP
ke subnet (beberapa tingkat) dan mengalokasikan sesuai dengan kebutuhan

individu pada jaringan. Dalam pengaturan kabel serial terdapat perintah clock

rate. Clock rate merupakan suatu kemampuan putaran yang terjadi dalam satu
detik dan dihitung dalam satuan Hz.

Anda mungkin juga menyukai